50438420-BanbekasSiklus
-
Upload
fikri-yudhistira-nugraha -
Category
Documents
-
view
27 -
download
5
description
Transcript of 50438420-BanbekasSiklus
1. a. Judul Penelitian : Uji Durabilitas Beton Berserat Limbah Karet Roda (Shredded Rubber Tire Fiber Concrete) Terhadap Siklus Suhu dan Kelembaban.
BAB 1. PENDAHULUAN
Beton sebagai bahan struktur telah dikenal sejak lama karena memiliki
beberapa kelebihan dibandingkan dengan bahan bangunan yang lain, yaitu mudah
dibuat dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan, perawatan mudah dan murah, serta
dapat memanfaatkan bahan-bahan lokal. Secara struktural beton mempunyai
kekuatan yang cukup besar dalam menahan gaya tekan, tetapi kelemahan beton
adalah rendahnya kemampuan menahan beban tarik, karena beton merupakan bahan
yang getas (brittle). Sifat beton yang getas menyebabkan beton akan segera retak jika
mendapat gaya tarik yang tidak terlalu besar, sehingga perlu penambahan serat
(fiber) ke dalam adukan beton. Retak-retak kecil yang terjadi pada beton diharapkan
akan dapat ditahan oleh fiber sebelum retak yang cukup besar oleh beban yang besar
(Sudarmoko, 1990).
Pemanfaatan bahan limbah sebagai serat beton memberikan keuntungan
ganda, yaitu dapat meningkatkan performance beton dan mengurangi pencemaran
lingkungan. Sehingga penggunaan serat limbah karet roda layak untuk
dipertimbangkan. Penelitian tentang penggunaan serat limbah karet roda pada beton
normal telah dilakukan oleh Hasni (2005) dan Istamar (2005). Serat limbah karet
roda sebagai serat beton yang dipakai berukuran 0,2 x 0,3 x 6 cm. Perawatan beton
yang digunakan berupa perawatan normal (direndam dalam air), sedangkan
pengujian yang dilakukan berupa pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, kuat impact
dan modulus keruntuhan (modulus rupture). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa pada beton tersebut, penambahan serat mampu meningkatkan kuat tarik belah
dan modulus rupture sebesar 30% pada proporsi serat 3% dibandingkan dengan
beton normal tanpa serat.
Aplikasi struktur beton di lapangan umumnya sebagai struktur yang tidak
terlindung dan berhubungan langsung dengan cuaca (exposure) serta dihadapkan
pada kondisi lingkungan yang berubah dan bersiklus cepat, demikian halnya di
Indonesia yang merupakan negara tropis. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap
performance beton dan mempercepat kerusakan struktur. Untuk beton berserat,
kerusakan struktur tidak hanya ditentukan dari degradasi material beton, tapi juga
pada perubahan kualitas serat akibat siklus tersebut.
Kekuatan (strength) dan ketahanan (durability) beton harus dipertimbangkan
dalam hubungannya dengan kualitas yang dituntut untuk suatu tujuan konstruksi. Di
negara maju, 40% dari biaya konstruksi digunakan untuk perbaikan dan
pemeliharaan struktur dan hanya 60% dari biaya tersebut untuk pembangunan
struktur baru. Durabilitas beton didefinisikan sebagai ketahanan terhadap perubahan
cuaca, reaksi kimia, abrasi, dan proses lain yang merusak bahan beton. Indikasi
terpenting suatu beton yang tahan adalah nilai permeabilitas dan kuat ikatan antar
elemen pembentuk beton akibat pengaruh temperatur, kimia dan fisika (Mehta dan
Monteiro, 1993).
Indikasi bahan beton yang tahan (durable) yaitu memiliki permeabilitas yang
rendah, baik permeabilitas udara maupun permeabilitas air. Permeabilitas beton
tergantung pada besarnya volume dan ukuran pori, hubungan kapiler pori dan
banyaknya retak-retak kecil pada permukaan dan di dalam beton (Murdock dan
Brook, 1986). Permeabilitas beton yang rendah akan mengontrol kecepatan
masuknya air yang mungkin mengandung bahan kimia agresif yang bersifat merusak.
Beton berserat limbah karet roda lebih porous daripada beton normal, sehingga nilai
permeabilitas beton yang dihasilkan juga menjadi lebih tinggi, sehingga perlu
pengkajian lebih detail tentang nilai permeabilitasnya.
Di samping permeabilitas, indikasi ketahanan beton adalah juga harus tahan
terhadap pengaruh cuaca, terutama apabila digunakan pada bangunan tak terlindung
(exposure). Pengaruh cuaca dapat berupa siklus hujan dan kering/panas,
pengembangan dan penyusutan akibat basah dan kering serta adanya pergantian suhu
(cyclic temperature) antara siang dan malam. Pergantian suhu ini akan menimbulkan
dampak pada sifat fisik, kimia dan mekanik bahan, yang menyebabkan
kerusakan/penurunan kekuatan, misalnya terjadi retak-retak pada beton dan beton
menjadi rapuh. Disamping itu, serat limbah karet roda menjadi rapuh akibat siklus
suhu dan kelembaban tersebut.
Ketahanan (durability) beton merupakan faktor penting untuk menghasilkan
struktur yang kuat dan tahan lama. Dengan durabilitas yang tinggi maka kerusakan
1
dini pada beton dapat dihindarkan, sehingga fungsi beton sebagai pelindung/
pencegah korosi tulangan baja dapat berfungsi dengan baik.
Saat ini Propinsi NTB telah mengalami perkembangan pembangunan yang
sangat pesat karena ditunjang sektor pariwisata dan pertambangan, terutama tambang
emas PT. Newmont Nusa Tenggara. Salah satu pendukung pembangunan tersebut
yaitu tersedianya infrastruktur penunjang transportasi, jalan raya yang memadai. Di
sisi lain kendaraan menghasilkan limbah karet roda yang terus meningkat dari tahun
ke tahun dan sampai saat ini belum dipikirkan pengelolaan/pemanfaatannya. Apabila
kuat tekan yang tinggi bukan merupakan prioritas, penambahan serat limbah karet
roda dapat memperbaiki mutu beton. Perbaikan mutu tersebut antara lain:
peningkatan kuat tarik, ketahanan impact yang lebih baik, kemampuan beton untuk
meredam gelombang getaran, menurunkan sifat penghantar panas/suara, dan
menambah ketahanan terhadap bahan agresif (keadaan asam) (Huynh, 1997). Lebih
lanjut Garrick (2004) menunjukkan bahwa penggunaan serat limbah karet pada beton
meningkatkan keteguhan (toughness), kekakuan (stiffness), dan mencegah retak
lanjutan (post-crack). Dengan memanfaatkan material buangan (waste material)
seperti karet roda bekas untuk serat campuran beton, diharapkan dapat meningkatkan
mutu beton yang dihasilkan dengan menggunakan bahan-bahan lokal.
Dengan kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan oleh peneliti sebelumnya,
akan dilakukan penelitian beton serat dengan bahan pasir dan kerikil lokal. Sejauh ini
belum pernah ada penelitian yang meninjau durabilitas beton berserat limbah karet
roda. Untuk itu sangat penting dilakukan uji durabilitas dengan meneliti
permeabilitas dan ketahanan terhadap siklus panas-basah beton berserat limbah karet
roda.
BAB 2. PERUMUSAN MASALAH
Bahan dasar beton terdiri dari pasir, kerikil, semen dan air. Dalam teknologi
beton, kondisi ideal untuk bahan ini dengan mengasumsikan bahan pasir yang
memenuhi standar (permukaan agregat tajam, keras, gradasi baik, bebas
lumpur/organik dan air tawar pH normal) sehingga dihasilkan beton mutu sedang
sampai mutu tinggi. Kondisi ideal ini sulit dicapai di Pulau Lombok, terlebih lagi
2
untuk pembetonan skala besar. Pada umumnya pasir berada di dekat muara-muara
sungai dengan kondisi bentuk permukaan halus, mengandung batu apung dan
cenderung berdiameter seragam. Kandungan pasir batu apung tersebut
mengakibatkan berkurangnya kekuatan dan ketahanan beton.
Untuk meningkatkan kuat tarik belah, kuat impact beton dan durabilitas beton
terhadap siklus suhu dan kelembaban dengan kuat tekan yang tetap tinggi, maka
perlu dicoba dengan memanfaatkan limbah karet roda bekas sebagai bahan serat
campuran beton. Sampai saat ini pemanfaatan limbah karet roda di Pulau Lombok
hanya dengan mengolah menjadi peralatan rumah tangga untuk roda yang masih
cukup baik, sedangkan roda yang telah rusak belum ada usaha untuk
memanfaatkannya.
Karet roda bekas merupakan bahan limbah yang banyak dan mudah diperoleh
di pulau Lombok. Karet roda memiliki serat-serat (benang) yang sangat baik untuk
digunakan sebagai serat beton, karena kuat tarik serat sangat tinggi, tidak mudah
lapuk, lunak dan mudah diolah. Sejauh ini belum ada penelitian yang memadai
tentang optimasi komposisi campuran beton dengan bahan tambah serat karet roda
ditinjau dari durabilitasnya. Untuk itu perlu kiranya dilakukan penelitian yang serius
untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam di daerah semaksimal
mungkin sehingga standar mutu yang diharapkan tetap dapat dicapai. Pemanfaatan
limbah karet juga akan mengurangi pencemaran lingkungan.
BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA
Untuk memperbaiki performance beton, maka perlu penambahan serat pada
campuran beton. Menurut Soehendro (1999), beberapa macam serat yang dapat
digunakan untuk beton antara lain: serat baja (steel fibre), serat plastik
(polypropylene fibre), serat kaca (glass fibre) serat karbon (carbon fibre), dan serat
alami (natural fibre).
Beton serat didefinisikan sebagai beton yang dibuat dengan Portland cement,
agregat dan fiber seragam. Fiber tersebut dapat dibuat dari bahan alami (missal:
asbestos, sisal dan cellulose) atau produk buatan seperti: gelas, baja, carbon, dan
polymer (misal: polypropylene dan kevlar). Tujuan penggunaan fiber adalah untuk
3
meningkatkan kuat tarik dan mencegah retakan beton, mengurangi lendutan,
meningkatkan kuat impact serta mengurangi rayapan (shrinkage) (Neville and
Brooks, 1991).
Serat organik maupun yang bukan organik (dari serat baja sampai dengan
serat dari bahan asbes dan poliacrylonitrile) telah digunakan dalam campuran mortar
untuk memperbaiki keliatan (toughness), dan ketahanan terhadap retak akibat
penyusutan (plastic shrinkage) (Balaguru, 1992 Soroushian, 1992 dalam Huynh,
1997). Sebagai contoh penggunaan serat mikro polypropylene untuk mengurangi
resiko retak akibat susut plastis pada beton. Penggunaan serat organik juga banyak
digunakan karena ketahanannya terhadap bahan-bahan kimia.
Penambahan serat karet roda pada semen akan mengurangi kekuatan dan
densitas bahan tersebut. Pengurangan kuat tekan beton dengan bahan tambahan serat
karet tergantung pada jumlah serat karet yang ditambahkan ( Fattuhi, 1996). Namun
disisi lain, dengan penambahan serat karet roda didapatkan peningkatan kuat tarik
belah beton yang cukup signifikan, demikian juga sifat mekanik lain menjadi lebih
baik, misal: ketahanan lingkungan asam dan ketahanan impact.
Komposisi dan sifat bahan karet roda adalah sebagai berikut :
Komposisi tipikal karet roda mobil adalah 58,6 % karet, 29,2 % karbon (carbon
black), 2,9 % seng, 1,8 % asam stearic, 1,2 % sulfur, 5,85 % minyak (extending
oil), dan 0,4 % accelerators (Allen, 1972, Rossen, 1982 dalam Huynh, 1997).
Akibat mikroba dan bahan kimia pada karet ban dapat mengakibatakan
kerusakan property mekanik, mengurangi umur kerja dari karet ban sampai
dengan 50 %. (Turner, 1965 dalam Huynh, 1997).
Aplikasi pengguanaan serat karet roda sebagai bahan serat beton khususnya
apabila:
Diperlukan redaman terhadap getaran, misalnya untuk pondasi dinamis untuk
mesin.
Diperlukan ketahanan terhadap impact atau ledakan, misalnya tiang pancang
pelabuhan, bantalan rel kereta api, perkerasan jalan raya dan terowongan.
Diperlukan untuk meredam hantaran panas atau suara, misalnya dinding beton
ringan untuk partisi atau lantai (Fattuhi, 1996).
4
Penelitian tentang penggunaan serat limbah karet roda pada beton
menunjukkan bahwa penambahan serat mampu meningkatkan kuat tarik belah dan
modulus rupture sebesar 30% pada proporsi serat 3% dibandingkan dengan beton
normal tanpa serat. Pada penelitian tersebut belum didapatkan nilai proporsi yang
optimum, hal ini disebabkan data yang diperoleh berupa data acak dan kontribusi
serat pada beton belum dapat dianalisis dengan tepat. Pada penelitian tersebut, serat
limbah karet roda yang dipakai hanya satu tipe, yaitu panjang serat 6 cm. Pengujian
yang dilakukan berupa pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, kuat impact dan
modulus keruntuhan (modulus rupture) (Hasni, 2005 dan Istamar, 2005).
Garrick (2004) juga menunjukkan bahwa penggunaan serat limbah karet pada
beton meningkatkan keteguhan (toughness), kekakuan (stiffness), mencegah retak
lanjutan (post-crack). Penggunaan serat yang lebih kaku dan tipis dapat menurunkan
konsentrasi tegangan serat.
BAB 4. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menguji permeabilitas beton serta menguji
kuat tekan dan kuat tarik belah beton setelah mengalami siklus suhu dan kelembaban
pada beton normal dan beton serat karet roda dengan kondisi lingkungan normal.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji durabilitas beton berserat limbah karet
roda. Tolok ukur durabilitas tersebut dengan mengkaji lebih jauh:
Pengaruh penambahan serat limbah karet roda terhadap permeabilitas beton.
Pengaruh siklus suhu dan kelembaban yang ekstrim terhadap kuat tekan dan
kuat tarik belah beton.
Pengaruh penambahan serat karet ban bekas terhadap berat volume
(kepadatan) beton.
Pengaruh penambahan serat karet ban bekas terhadap workabilitas beton,
yang dinyatakan dengan nilai slump beton.
Proporsi campuran dan serat yang tepat untuk memperoleh durabilitas
tertinggi.
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui tingkat keandalan beton
berserat karet roda bekas. Hal ini dapat dicapai dengan memperoleh komposisi
5
campuran yang tepat antara semen, pasir, kerikil, fraksi volume serat, serta faktor air
semen. Di samping itu juga mampu menghasilkan suatu nilai yang dapat digunakan
sebagai dasar penentuan proporsi campuran tertentu yang mempunyai kekuatan dan
ketahanan optimum, sehingga beton yang dihasilkan sesuai dengan kriteria yang
direncanakan.
BAB 5. METODE PENELITIAN
1. Bahan.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Semen Portland tipe I.
b) Pasir
c) Kerikil
d) Serat dari limbah karet roda
e) Air bersih
2. Peralatan yang digunakan.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Satu set ayakan.
b) Timbangan.
c) Beton molen.
d) Kerucut Abrams
e) Alat pengaduk dan pemadat campuran beton
f) Cetakan beton berbentuk silider, tinggi 30 cm dan diameter 15 cm.
g) Alat uji kuat tekan beton.
h) Alat uji permeabilitas beton.
3. Pelaksanaan.
3.1. Tahap Persiapan.
Tahap pertama yaitu mengumpulkan alat dan bahan yang diperlukan,
yaitu pasir dan kerikil sungai, semen Portland tipe I dan serat limbah karet roda.
Sedangkan air yang dipakai adalah air bersih dari sumur yang ada di
6
laboratorium Fakultas Teknik. Limbah karet roda bakal serat dipotong-potong
terlebih dahulu dengan dimensi 2x3 mm, sedangkan arah memanjang searah
dengan arah benang untuk memperoleh serat limbah karet roda yang kuat dan
ulet.
Tahap kedua, membuat benda uji berupa beton berukuran standar
dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, untuk pengujian permeabilitas, kuat
tekan maupun kuat tarik belah. Jumlah benda uji yang diperlukan dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan untuk pengujian bahan
akibat siklus suhu panas-dingin dapat dilihat pada Tabel 2. Proporsi campuran
semen : pasir : kerikil yang dibuat 1:2:3, sedangkan proporsi serat karet terhadap
berat semen adalah 1%, 2%, 3%, 4% dan 5%. Proporsi serat tersebut didasarkan
pada penelitian Fattuhi (1996), bahwa pada proporsi serat sampai 5% sudah
terjadi penurunan kuat tekan 70%, sedangkan kuat tarik belah optimum
diperoleh pada proporsi sekitar 2 - 3%. Setelah bahan dicampur merata,
kemudian dicetak dan dipadatkan serta dibiarkan kering udara. Setelah berumur
satu hari benda uji direndam dalam air agar proses pengerasan (hidrasi semen)
berjalan dengan baik. Selain itu, dua-pertiga dari jumlah benda uji diberikan
siklus kering-panas dan basah-panas untuk mengetahui pengaruh perubahan
lingkungan ekstrim terhadap karakteristik beton berserat karet ban bekas.
Masing-masing pengujian memakai sampel 15 buah benda uji.
Sebelum membuat keseluruhan campuran dengan menggunakan
proporsi yang tercantum di bawah (Tabel 1 dan Tabel 2), dilakukan percobaan
pendahuluan terhadap faktor air semen agar proporsi yang disusun dapat lebih
tepat. Sehingga susunan proporsi di atas memungkinkan ditambah agar
jangkauan pengamatan lebih integral. Setelah bahan uji beton berumur 28 hari,
kemudian diadakan pengujian permeabilitas, kuat tekan dan kuat tarik belah
beton.
7
Tabel 1. Proporsi campuran dan jumlah benda uji untuk kuat tekan, kuat tarik belah dan uji permeabilitas.
Benda Uji
Perbandingan Campuran Jumlah Benda Uji
Semen Pasir Kerikil Serat Karet
Kuat tekan
Kuat tarik belah
Ujipermeabilitas
AA 1 2 3 - 15 15 5
A1 1 2 3 1% 15 15 5
B1 1 2 3 2% 15 15 5
C1 1 2 3 3% 15 15 5
D1 1 2 3 4% 15 15 5
E1 1 2 3 5% 15 15 5
Tabel 2. Jumlah Benda Uji pada siklus pergantian suhu yang berbeda.
Benda Uji
Perbandingan Campuran Siklus Perlakuan
Jumlah Benda Uji
Semen Pasir Kerikil Serat Karet
Kuat tekan
Kuat tarik belah
AB 1 2 3 - Basah-panasKering-panas
1515
1515
A2 1 2 3 1% Basah-panasKering-panas
1515
1515
B2 1 2 3 2% Basah-panasKering-panas
1515
1515
C2 1 2 3 3% Basah-panasKering-panas
1515
1515
D2 1 2 3 4% Basah-panasKering-panas
1515
1515
E2 1 2 3 5% Basah-panasKering-panas
1515
1515
Siklus perlakuan terdiri dari 6, 9 dan 12 kali siklus, dan masing-masing
menggunakan 5 benda uji.
8
3.2. Tahap Pengetesan.
3.2.1. Uji Tekan
Pengujian kuat tekan silinder (15 cm x 30 cm) dilakukan berdasarkan ASTM
C 39-94. Umur pengujian dan jumlah benda uji untuk masing masing perlakuan
sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya.
Untuk menganalisa kuat tekan benda uji digunakan perumusan sebagai
berikut:
Kuat tekan = P (1)
A
dengan: P = beban maksimum yang ditahan (N)
A = luas penampang melintang sampel (mm)
Langkah-langkah pengujian tekan adalah sebagai berikut :
1) Ambil benda uji, dan permukaan benda uji dikeringkan (saturated surface
dry).
2) Tentukan berat dan ukuran benda uji.
3) Letakkan benda uji pada alat uji tekan beton.
4) Alat uji tekan dihidupkan sampai bahan menunjukkan tanda-tanda
kerusakan (pecah) pada benda uji.
5) Pembacaan manometer bersamaan dengan beton akan hancur (nilai
maksimum) pada masing-masing benda uji.
3.2.2. Uji Kuat Tarik Belah
Pengujian kuat tarik belah silinder (15 cm x 30 cm) dilakukan
berdasarkan ASTM C 496-72. Umur pengujian dan jumlah benda uji untuk
masing masing perlakuan sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya.
Untuk menganalisa kuat tekan benda uji digunakan perumusan sebagai
berikut:
Kuat tarik belah = 2 P (2)
π L D
dengan:
P = beban maksimum yang ditahan (N)L = panjang sampel (mm)D = diameter sampel (mm)
9
Langkah-langkah pengujian tekan adalah sebagai berikut :
1) Ambil benda uji, dan permukaan benda uji dikeringkan (saturated surface
dry).
2) Tentukan berat dan ukuran benda uji.
3) Letakkan benda uji pada alat uji tekan beton.
4) Alat uji tekan dihidupkan sampai bahan menunjukkan tanda-tanda
kerusakan (pecah) pada benda uji.
5) Pembacaan manometer bersamaan dengan beton akan hancur (nilai
maksimum) pada masing-masing benda uji.
3.2.3. Uji Permeabilitas
Pengujian permeabilitas bahan mengikuti manual penggunaan alat uji
tersebut berdasarkan ASTM A 123, ASTM A 143, dan ASTM A 384. Tes yang
dilakukan mengukur banyaknya zat cair yang melalui benda uji beton yang
digunakan berupa silinder dengan ukuran diameter 15,24 cm 15,24 cm.
Koefisien Permeabilitas dihitung dengan rumus Darcy:
(3)
Q = (h/T). a (4)
dengan:
L = Panjang benda uji (mm)
A = Luas benda uji (mm2)
a = Luas selang (mm2)
H = Jarak dari garis permukaan air pada selang sampai kondisi air
terendah dibawah karet pada benda uji (mm)
h = Besarnya penurunan air (mm)
T = Waktu (sekon)Q = Volume per satuan waktu (mm3/s)
K = Koefisien permeabilitas beton (mm/s)
10
Q LK =
A H
Cara Pengujian permeabilitas beton dilakukan sesuai dengan manual alat
yang ada, yaitu sebagai berikut :
1) Benda uji permeabilitas yaitu silinder beton yang sudah dibuat, dimasukkan
ke dalam oven dengan suhu berkisar antara 50°C.
2) Setelah silinder itu di oven selama 24 jam, kemudian dipindahkan dan
permukaan silinder itu dicat dengan menggunakan waterproof resin dengan
jenis yang dianjurkan pada suhu antara 30 - 50 °C. Pengecatan dilakukan
seminggu (7 hari) sebelum tes dilakukan.
3) Menghubungkan selang ke sumber air/ kran air, kemudian dihubungkan
dengan tempat masuknya air atau "water inlet" Membuka kran air dan
membuka katup "water inlet" yang berhubungan dengan sel permeabilitas
yang akan digunakan.
4) Membalik sel permeabilitas, agar bagian yang ada bautnya berada di bagian
atas, dan meletakkan benda uji di dalamnya. Kemudian membuka katup-
katup yang ada pada alat yaitu "Tap Water", "Water Inlet", “Water Inlet
Permeability Cell", "Press. Water Valve". Dan memasukkan air pada benda
uji pada kondisi air terendah yaitu dibawah gelang-gelang karet, jika sudah
terisi maka "Water Inlet Permeability Cell" ditutup.
5) Meletakkan 5 gelang karet yang sudah tersedia di atas benda uji dengan
teratur dan hati-hati secara berurutan. Menutup permukaan sel permeabilitas
dan mengencangkan bautnya secara teratur dan dengan putaran yang sama
(masing-masing tiga putaran).
6) Membuka katup "Water Inlet Autoclave" yang sudah ada pada alat.
7) Membuka katup yang dibuka untuk masuknya air atau "Open for Water Inlet
" dan katup yang dibuka untuk masuknya udara "Open for Air Inlet" untuk
menunjukkan ukuran air, dan buka katup " Bleed" atau pemisah.
8) Mengatur air sampai pada indikasi setengah dari autoclave (tabung –tabung
yang ada pada alat) atau tinggi air yang bisa dibaca pada selang.
9) Menutup semua katup yang telah dibuka sebelumnya, kecuali dua katup yaitu
"Open for Water Inlet" dan “Open for Air Inlet".
10) Menghubungkan sumber aliran nitrogen ke " Nitrogen Inlet".
11
11) Dalam hal ini, tekanan yang akan digunakan dilebihkan sebanyak 5 Bar dari
yang akan dipakai (Apabila dipakai 30 Bar, maka ditambahkan 5 Bar
sehingga menjadi 35 Bar). Tekanan yang dipakai disesuaikan dengan
kebutuhan agar tidak terjadi pemborosan gas.
12) Membuka penutup nitrogen yang terdapat pada peralatan "Nitrogen Inlet".
13) Membuka katup "Nitrogen Pressure Reducer" untuk menyesuaikan tekanan
yang akan digunakan dan tekanan yang dipakai akan ditunjukkan pada
manometer yang terdapat pada sel permeabilitas.
14) Membuka katup "Nitrogen Inlet" yang dihubungkan dengan autoclave
kemudian membuka katup "Water Inlet Autoclave", "Water Inlet
Permeability Cell", dan "Press. Water Valve". Stopwatch ditekan bersamaan
dengan di bukanya katup "Press. Water Valve”.
15) Melihat penurunan air yang terjadi pada selang. Setiap penurunan 1 mm
dilihat waktunya sampai air tersebut konstan. Untuk mendapatkan perlakuan
yang sama diambil batasan waktu 10 menit untuk melihat besarnya
penurunan air.
16) mengulangi langkah 1 sampai 15 untuk sel permeabilitas yang lain apabila
ketiga tempat (sel) akan digunakan.
17) Jika satu tes telah selesai, maka katup "Nitrogen Inlet" ditutup dan juga katup
"Water Inlet Autoclave".
18) Membuka katup "Water Discharge", dan dicek apakah manometer pada sel
permeabilitas menunjukkan angka "0".
19) Selang dari sel permeabilitas dilepas, kemudian dibalikkan lagi sel
permeabilitas, dan dibuka kemudian gelang karetnya dipindahkan, begitu
juga benda uji yang ada pada sel permeabilitas dikeluarkan.
20) Untuk tes yang baru, hubungkan lagi selang tersebut, dan mengulangi lagi
langkah 1 sampai 15.
3.3. Tahap Analisa Data dan Pengambilan Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dibuat tabel dan grafik kuat
tekan, kuat tarik belah, modulus elastisitas, kepadatan dan permeabilitas masing-
masing jenis campuran, baik campuran beton normal maupun berserat. Kemudian
12
dihitung seberapa kuat tekan beton yang dihasilkan dengan dan tanpa penambahan
serat. Demikian juga dihitung nilai kuat tarik belah, modulus elastisitas, dan
kepadatan benda uji yang mengalami siklus pemanasan dan pendinginan. Dengan
membandingkan grafik-grafik tersebut akan dapat diketahui campuran yang optimum
yang menghasilkan kuat tekan, tarik belah beton dan permeabilitas yang optimum,
serta dapat menyimpulkan sampai seberapa kuat tekan dan kuat tarik belah yang
dapat dicapai beton dengan akibat perubahan suhu dan kelembaban yang ekstrim.
13
BAB 6. JADWAL PELAKSANAAN
No. Kegiatan Bulan1 2 3 4 5 6 7 8
1
2
3
4
5
6
Pengumpulan bahan & alat
Analisa & persiapan bahan
Pembuatan benda uji dan perawatan (curing), serta siklus suhu & kelembaban
Pelaksanaan uji bahan(beton umur 28 hari)
Pencataan hasil pengujian dan pengolahan data
Seminar dan Penyusunan laporan
14
DAFTAR PUSTAKA
Fattuhi, N.I. and Clark, L.A., 1996, Cement-based materials containing shredded scrap truck tyre rubber, Construction and Building Materials Journal Vol. 10 No. 4, pp. 229-236.
Garrick, G., 2004, Analysis of Waste Tire Modified Concrete, Master Thesis, LSU, USA.
Hasni, R., 2005, Pengaruh Proporsi Serat dari Bahan Limbah Karet Roda (Shredded Rubber Tire) Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Tarik Belah Beton, Skripsi S-1 Jurusan Teknik Sipil FT Unram, Mataram.
Hughes, B.P. and Lubis, B., 1996, Roller Compacted Sheets of Polymer Modified Mortar, Cement and Concrete Composites Journal Vol. 18, pp. 41-46.
Huynh, H., Raghavan, D. and Ferraris, C.F., 1996, Rubber Particles from Recycled Tires in Cementitious Composite Materials, National Institute of Standards and Technology, Gaithersburg, USA.
Huynh, H. and Raghavan, D., 1997, Durability of Simulated Shredded Rubber Tire in Highly Alkaline Environments, Advanced Cement Based Materials Journal Vol. 6, pp. 138-143.
Istamar, S., 2005, Pengaruh Proporsi Serat dari Bahan Limbah Karet Roda (Shredded Rubber Tire) Terhadap Kuat Lentur dan Beban Impact Beton, Skripsi S-1 Jurusan Teknik Sipil FT Unram, Mataram.
Mehta, P.K. and Monteiro, P.J.M., 1993, Concrete: Structure, Properties, and Materials, Prentice Hall, New Jersey.
Morgan, D.R., 1996, Compatibility of Concrete Repair Materials and Systems, Construction and Building Materials Journal Vol. 10 No. 1, pp. 57-67.
Murdock, L.J. dan Brook, K.M., 1986, Bahan dan Praktek Beton, Erlangga, Jakarta.
Neville, A.M. dan Brooks, J.J., 1991, Concrete Technology, Longman Scientific & Technical, London.
Sadegzadeh, M., Kettle, R.J. and Vassou, V., 2001, Influence of Glass, Polypropylene and Steel Fibres on Physical Properties of Concrete, Structural Faults and Repair Conference, London.
Soehendro, B., 1999, Beton Fiber Lokal, Konsep, Aplikasi, dan Permasalahannya, Seminar Nasional, HMS Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang.
Sudarmoko, 1990, Beton Serat Suatu Bentuk Beton Baru, Seminar Mekanika Bahan, PAU UGM, Yogyakarta.
Tjokrodimulyo, K., 1996, Teknologi Beton,Nafiri, Yogyakarta.
15