5. Wortel

11
ACARA V KULTUR JARINGAN WORTEL (Daucus carota) A. Pendahuluan 1.Latar Belakang Wortel (Daucus carota) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang tahun terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab, kurang lebih pada ketinggian 1200 di atas permukaan laut. Tumbuhan wortel membutuhkan sinar matahari dan dapat turnbuh pada sernua musim. Wortel merupakan tanaman sayuran termasuk ke dalam jenis tanaman semak, dan tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman wortel mempunyai struktur batang yang pendek, serta akar yang berakar tunggang dapat berubah bentuk menjadi bulat dan disebut dengan umbi. Umbi wortel ini tampak berwarna kuning kemerah-merahan, yang berarti mengandung tinggi senyawa karoten dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah

description

mm

Transcript of 5. Wortel

ACARA V KULTUR JARINGAN WORTEL (Daucus carota)1. Pendahuluan1. Latar BelakangWortel (Daucus carota) adalah tumbuhan sayur yang ditanam sepanjang tahun terutama di daerah pegunungan yang memiliki suhu udara dingin dan lembab, kurang lebih pada ketinggian 1200 di atas permukaan laut. Tumbuhan wortel membutuhkan sinar matahari dan dapat turnbuh pada sernua musim. Wortel merupakan tanaman sayuran termasuk ke dalam jenis tanaman semak, dan tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Tanaman wortel mempunyai struktur batang yang pendek, serta akar yang berakar tunggang dapat berubah bentuk menjadi bulat dan disebut dengan umbi. Umbi wortel ini tampak berwarna kuning kemerah-merahan, yang berarti mengandung tinggi senyawa karoten dan flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan.Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.1. Tujuan PraktikumTujuan Praktikum Kultur Jaringan Wortel adalah:a. Mengetahui teknik kultur jaringan wortelb. Mengetahui pengaruh BAP terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan wortel

1. Tinjauan PustakaTanaman wortel diperbanyak dengan bijinya. Biji untuk penanaman ini dikenal dengan istilah benih. Benih wortel berwarna cokelat, ukurannya keci, berbulu dan saling melekat satu sama lain. Setiap 1 gr benih terdapat 200 biji. Benih wortel dapat diperoleh dengan cara membeli di kios atau toko-toko pertanian. Kebutuhan benih wortel untuk setiap hektarnya sekitar 1,5 kg-3 kg (Ali et al. 2003).Media MS paling banyak digunakan untuk berbagai tujuan kultur pada tahun-tahun sesudah penemuan media MS, sehingga dikembangkan media-media lain berdasarkan media MS tersebut seperti Lin dan Staba. Lin & Staba menggunakan media dengan setengah dari komposisi unsur makro MS, dan memodifikasi : 9 mM ammonium nitrat yang seharusnya 10mM, sedangkan KH2 PO4 yang dikurangi menjadi 0.5 Mm, tidak 0.625 mM. Larutan senyawa makro dari media Lin & Staba, kemudian digunakan oleh Halperin untuk penelitian embryogenesis kultur jaringan wortel (Wetherell 1976).Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) sangat penting dalam pembutan media kultur jaringan. Zat pengatur tumbuh adalah suatu persenyawaan organik yang dalam jumlah sedikit (1 mM) dapat merangsang, menghambat atau mengubah pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Dalam kultur jaringan ZPT penting: sitokinin (Kinetin, BA, Zeatin, 2iP, Thidiazuron), auksin (IAA, NAA, IBA, 2.4-D, 2.4.5-T, Dicamba, Picloram). Kedua ZPT ini mempunyai fungsi masing-masing yang berbeda, sitokinin mempengaruhi pembelahan sel serta pembentukan organ seperti pembentukan embrio somatik. Auksin dipakai untuk menginduksi pembentukkan sel dan akar (Indrianto 2002).Zat pengatur tumbuh dari golongan auksin berperan antara lain dalam pembentukan kalus, morfogenesis akar dan tunas serta embriogenesis. Pemilihan konsentrasi dan jenis auksin ditentukan antara lain oleh tipe pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dikehendaki. Penggunaan auksin dengan daya aktivitas kuat (antara lain 2,4-D, NAA atau dikombinasikan dengan sitokinin dengan konsentrasi rendah) umumnya digunakan untuk induksi kalus embriogenik. Selain itu, jenis dan konsentrasi hormon, jenis asam amino serta rasio auksin dan sitokinin sangat menentukan dalam menginduksi pembentukan kalus (Purnamaningsih 2006).1. Metode Praktikum1. Waktu dan Tempat PraktikumPraktikum Kultur Jaringan Wortel dilaksanakan pada hari Selasa, 16 April 2013 pukul 13.00 - 15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Bioteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.1. Alata. LAFC lengkap dengan lampu bunsenb. Petridish dan botol-botol kulturc. Peralatan diseksi, yaitu pinset besar/kecil dan pisau pemes1. Bahana. Eksplan : pucuk batang pohon wortel (Daucus carota)b. Media kulturc. Alkohol 70 %d. Aquadest sterile. Spirtusf. Chlorox (Sunclin)1. Cara Kerjaa. Persiapan eksplanb. Sterilisasi eksplan (dilakukan dalam LAFC)1) Merendam eksplan dalam larutan Dithane M-45 3 mg/l selama + 12 jam, dilanjutkan dengan chlorox 5,25 % (Sunclin 100 %) selama + 3 menit.2) Membilas eksplan dengan aquadest steril.c. Penanaman eksplan1) Membuka plastik penutup botol media kultur.2) Mengambil eksplan dan menanamnya di media kultur dengan pinset. Setelah digunakan, pinset harus selalu dibakar di atas api.3) Selama penanaman, mulut botol harus selalu dekat dengan api untuk menghindari kontaminasi. d. Pemeliharaan1) Botol-botol media berisi eksplan ditempatkan di rak-rak kultur.2) Lingkungan di luar botol harus dijaga suhu, kelembaban dan cahayanya.3) Penyemprotan botol-botol kultur dengan spirtus dilakukan 2 hari sekali untuk mencegah kontaminasi.e. Pengamatan selama 5 minggu, yang diamati:1) Saat muncul akar, tunas, daun dan kalus (HST), diamati setiap hari.2) Jumlah akar, tunas dan daun, diamati 1 minggu sekali.3) Deskripsi kalus (struktur dan warna kalus), dilakukan pada akhir pengamatan.4) Persentase keberhasilan, dilakukan pada akhir pengamatan1. Hasil Pengamatan dan Pembahasan1. Hasil PengamatanTabel 5.1 Pengaruh BAP Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Eksplan Pucuk Batang Pohon WortelEksplanTanggal Saat Muncul (HST)Jumlah Keterangan

AkarTunasDaun KalusAkarTunasDaun

Wortel16-04-13-------Masih baik

23-04-13-------Masih baik

26-04-13-------Kontaminasi

30-04-13-------Kontaminasi

3-05-13-------Kontaminasi

7-5-13-------Kontaminasi

Sumber: Laporan Sementara

Gambar 5.1 Eksplan Wortel (Daucus carota) Awal PengamatanGambar 5.2 Eksplan Wortel (Daucus carota) Akhir Pengamatan

1. Pembahasan. Keberhasilan penanaman eksplan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sterilisasi, pemilihan bahan eksplan, faktor lingkungan seperti pH, cahaya dan temperatur, serta kandungan ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dalam medium kultur. Faktor yang mempengaruhi kegagalan dalam penanaman eksplan adalah media dan alat yang tidak steril, perlakuan, pengovenan yang kurang baik serta lingkungan yang mudah mengkontaminasi bagi media penanaman.Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang diberikan dalam penanaman ekspan wortel bermanfaat untuk mengendalikan dan mengatur pertumbuhan kultur tanaman. Zat ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel,jaringan dan organ. Jenis dan konsentrasi ZPT tergantung pada tujuan dan tahap pengkulturan. Secara umum, zat pengatur tumbuh yang digunakan dalam kultur jaringan ada tiga kelompok besar, yaitu auksin, sitokinin dan giberelin. Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang pertumbuhan kalus, akar, suspensi sel dan organ. Sitokinin berperan untuk menstimulus pembelahan sel dan merangsang pertumbuhan tunas pucuk. Sitokinin yang biasa digunakan dalam kultur jaringan adalah kinetin, ziatin,benzilaminopurine (BAP) dan giberelin untuk diferensiasi atau perbanyakan fungsi sel terutama pembentukan kalus.Sterilisasi eksplan dilakukan menggunakan clorox (sunclin) dengan melakukan perendaman selama 3 menit pada eksplan dan membilas bahan dengan aquadest. Sterilisasi bahan harus dilakukan dengan tepat, apabila perendaman clorox terlalu lama maka jaringan dari bahan tanam akan mengalami kematian (browning) sehingga tidak mampu membentuk individu baru, apabila sterilisasi terlalu singkat maka bahan tanam yang digunakan akan membawa bibit bibit kontaminasi (George 2006).Kontaminasi dari eksplanlah yang paling sulit diatasi, walaupun sterilisasi telah dilakukan dengan berbagai cara, namun kadang-kadang kontaminasi tetap saja terjadi. Cara penanggulangannya dilakukan perlakuan pada tanaman yang akan dijadikan sebagai sumber eksplan dengan mencuci eksplan pada larutan fungisida dan bakterisida. Untuk menanggulangi kontaminasi setelah ekspaln dikulturkan maka dilakukan pemeliharaan secara dengan melakukan penyemprotan spirtus ataupun alkohol pada permukaan botol kultur dua hari sekali (Rahardja 2005).Eksplan wortel tidak mengalami kontaminasi. Eksplan wortel membusuk di dalam botol setelah satu minggi berada dalam eksplan. Hal ini dimungkinkan karena terlalu lama direndam dalam Clorox. Perendaman terlalu lama data menyebabkan jaringan eksplan mati.1. Kesimpulan dan Saran1. KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan dapat diambil kesimpulan, yaitu:a. Kultur wortel menggunakan bagian wortel yang telah dipotongb. Persentase keberhasilan 0%.c. Pemilihan eksplan yang tepat mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan. d. Jaringan eksplan membusuk1. SaranDalam proses penanaman sebaiknya dicontohkan oleh co-assisten terlebih dahulu cara penanaman eksplan yang benar itu yang bagaimana, sehingga tidak terjadi kesalahan sterilisasi bahan yang berakibat terjadinya kontaminasi ataupun browning.

DAFTAR PUSTAKAAli, N. B.V., Estu R., Hendro S. 2003. Wortel dan Lobak. Bogor : Panebar Swadaya.George, E.F. and P.D. Sherrington 2006. Plant Propagation by Tissue Culture. England : Handbook and Directory of Commercial Laboratories. Exegetics Limited.Indrianto, Yuni.2002. Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan. Jakarta: Gramedia.Purnamaningsih, R. 2006. Induksi Kalus dan Optimasi Regenerasi Empat Varietas Padi melalui Kultur In Vitro. Jurnal AgroBiogen 2 (2): 74-80. Rahardja, P.C 2005. Kultur Jaringan, Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Jakarta : Penebar swadaya.Wetherell, D. F. 1976. Plant Tissue Culture Series. New York : Avery Publishing Group Inc.