5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing
Transcript of 5. Ptk Mtk Kelas IV _fpb-Kpk-snowball Throwing
1
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA KELAS IV SD 2 BESITO
GEBOG KUDUS DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK MELALUI
COOPERATIVE LEARNING SNOWBALL THROWING
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Disusun oleh :
Nama : Sutiyono, S.Pd.SDNIP : 19640513 198608 1 001Pangkat/Gol : Pembina/ IV AUnit Kerja : SD 2 Besito
UPT Pendidikan Kecamatan Gebog
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGAKABUPATEN KUDUS
PROVINSI JAWA TENGAH2011
2
PENGESAHAN
1. Judul Penelitian :
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA KELAS IV SD 2 BESITO
GEBOG KUDUS DALAM MENENTUKAN FPB DAN KPK MELALUI
COOPERATIVE LEARNING SNOWBALL THROWING TAHUN PELAJARAN
2010/2011
2. Identitas Peneliti :
Nama Peneliti : Sutiyono, S.Pd.SD
NIP : 19640513 198608 1 001
Pangkat / Gol. Ruang : Pembina / IV A
Institusi : SD 2 Besito UPT Pendidikan Kecamatan Gebog
Kabupaten : Kudus
Provinsi : Jawa Tengah
Alamat Kantor : Jln.Rahtawu No.17 Besito RT 04/05 Gebog Kudus
3. Lama Penelitian : 3 bulan
Dari : bulan Februari sampai April 2011
4. Sumber Dana : Swadana
Mengetahui Kudus, 4 April 2011Kepala SD 2 Besito Peneliti,
Muzayanah, S.Pd. Sutiyono, S.Pd. SDNIP 19631015 198304 2 005 NIP 19640513 198608 1 001
3
ABSTRAK
Sutiyono, S.Pd.SD
Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mengatahui: (1) peningkatan
keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam menentukan FPB dan
KPK melalui Cooperative Learning Snowball Throwing tahun pelajaran 2010/2011,
(2) meningkatkan profesional guru dalam melaksanakan pembelajaran dan perbaikan
pembelajaran serta keterampilan melakukan penelitian dan menulis karya tulis
ilmiah.
Metode Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan strategi
tindakan yang berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian
dilakukan di SD 2 Besito UPT Pendidikan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD 2 Besito tahun pelajaran
2010/2011 berjumlah 22 siswa. Penelitian dilakukan dengan tiga siklus berkelanjutan
yang masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif dengan cara
membandingkan hasil penilaian tes formatif siswa dalam pembelajaran konvensional
dengan pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa
melalui Cooperative Learning Snowball Throwing pada pembelajaran matematika
tentang menentukan FPB dan KPK, keterampilan siswa meningkat. Hal ini terbukti
sebelum dilakukan pembelajaran Cooperative Learning Snowball Throwing
kemampuan awal siswa rata-rata nilai siswa 59.5 pada siklus I, naik menjadi 69.1
pada siklus II, dan pada siklus III menjadi 80.9. Persentasi kenaikan dari kemampuan
awal atau siklus I sebelum dilakukan perbaikan sampai siklus II mengalami kenaikan
sebesar 6.90%, sedangkan kenaikan dari siklus II ke siklus III sebesar 8.09%. Ini
berarti Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan (PAKEM) melalui
penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing berhasil memuaskan.
4
KATA PENGANTAR
Alhamdzulillah, puji dan syukur senantiasa peneliti panjatkan ke hadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kita, sehingga penyusunan Laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul
“Meningkatkan Keterampilan Siswa Kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam
Menentukan FPB dan KPK melalui Cooperative Learning Snowball Throwing
Tahun Pelajaran 2010/2011, ini dapat terselesaikan.
Penelitian ini dapat berjalan baik dan lancar, juga berkat bantuan, bimbingan,
dan arahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan penghargaan
yang setinggi-tingginya, peneliti sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Drs. H. Sudjatmiko, M.Pd., Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Kudus, yang telah memberikan motivasi dalam penelitian ini;
2. Drs. H. Didik Hartoko, MM, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kudus, yang telah memberikan motivasi
dalam penelitian ini;
3. Drs. Bambang Gunadi, MM, Kasie Kurikulum Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kabupaten Kudus, yang telah memberikan arahan dalam penelitian ini;
4. H.M. Suharto, S.Pd.,M.Pd., Kepala UPT Pendidikan Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus yang telah memberikan motivasi dan arahan dalam penelitian
ini;
5. Suwartono, S.Pd., Pengawas TK/SD/SDLB UPT Pendidikan Kecamatan Gebog
Kabupaten Kudus, yang telah memberikan petunjuk dan bimbingannya dalam
penelitian ini;
6. Muzayanah, S.Pd., Kepala SD 2 Besito yang telah memberikan ijin penelitian
ini;
7. Sulipah, S.Pd., teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian ini;
8. Hj. Inayah, S.Pd.SD, teman sejawat yang telah membantu dalam penelitian ini;
9. Bapak dan Ibu Guru SD 2 Besito, yang telah membantu dalam memperlancar
penelitian ini;
10. Siswa-siswi kelas IV SD 2 Besito, yang telah membantu kelancaran penelitian
ini;
5
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan
memberikan motivasi sehingga dapat terselesaikannya Penelitian Tindakan
Kelas ini.
Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan balasan dan imbalan
yang setimpal dari Allah SWT. Akhirnya peneliti berharap, semoga laporan
penelitian tindakan kelas ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan kemajuan
pendidikan.
Kudus, 4 April 2011
Peneliti,
Sutiyono, S.Pd.SDNIP 19640513 198608 1 001
6
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………….. ii
ABSTRAK …………………………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ...………………………………………………………………. vi
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah ………………………………………….. 6
C. Analisis Masalah ……………………………………………… 6
D. Rumusan Masalah ……..……………………………………… 8
E. Tujuan Penelitian………………………………………………. 8
F. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 10
A. Pembelajaran Matematika .......................................................... 10
1. Hakikat Belajar .................................................................... 10
2. Pengertian prestasi Belajar Matematika ............................... 11
3. Pengertian Matematika ........................................................ 12
4. Fungsi Mata Pelajaran Matematika ..................................... 14
5. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar ........ 15
6. Ciri-ciri Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ......... 17
7. Ruang Lingkup Materi Matematika di Sekolah Dasar ......... 18
B. Metode Pembelajaran ................................................................. 19
1. Pengertian Metode Pembelajaran ......................................... 19
2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran ........................................ 20
3. Model Cooperative Learning Snowball Throwing .............. 21
7
C. Kerangka Pikir .......…………………………............................. 24
D. Hipotesis .................................................... ................................ 24
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ................................................... 25
A. Tempat dan waktu Pelaksanaan .................................................. 25
B. Prosedur Penelitian ..............………………………….….......... 25
C. Deskripsi Per Siklus .............………………………….…........... 26
1. Siklus I ................................................................................. 26
2. Siklus II ............................................................................... 32
3. Siklus III .............................................................................. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….. 40
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 40
B. Pembahasan................................................................................. 61
BAB V PENUTUP .......................…..............................…………………… 65
A. Simpulan ……………………………………………………... 65
B. Saran …….…………………………………………………… 67
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 67
LAMPIRAN ...................……………………………………………………. 69
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 69
1) Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 70
2) Lampiran 2 : Lembar Observasi Siklus I ................................................... 79
3) Lampiran 3 : Rencana Perbaikan Pembelajaran 1 ..................................... 82
4) Lampiran 4 : Lembar Observasi Siklus II .................................................. 90
5) Lampiran 5 : Rencana Perbaikan Pembelajaran 2 ...................................... 93
6) Lampiran 6 : Lembar Observasi Siklus III ................................................ 101
7) Lampiran 7 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ................................... 104
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era abad ke-21 yang serba global, menuntut kita untuk memiliki
kompetensi yang tinggi di berbagai segi kehidupan. Oleh karena itu dunia
pendidikan dihadapkan pada tantangan berat, terutama dalam penyiapan sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di sisi lain pendidikan nasional
dihadapkan pada permasalahan mendasar yakni : (1) masih rendahnya
pemerataan memperoleh pendidikan, (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi
pendidikan, dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan (Depdiknas,
2005:2).
Realitas pendidikan hasil paradigma lama adalah pendidikan sebagai
instrumen politik, alat penyeragaman, peserta didik sebagai objek,
mengutamakan aspek kognitif, dan pendidik sangat dominan sehingga
pembelajaran berpusat pada guru. Pendidikan yang mengutamakan aspek
kecerdasan intelektual (kognitif), mengakibatkan krisis kehidupan masyarakat
yang multi dimensional sebagai refleksi krisis pendidikan. Perubahan dunia di
era globalisasi yang serba cepat di segala bidang kehidupan sangat
mempengaruhi paradigma pendidikan.
Paradigma baru pendidikan diharapkan dapat memecahkan permasalahan
pendidikan. Pendidikan sebagai subjek pembangunan, schooling menjadi
learning (sekolah menjadi belajar) dengan paradigma pembelajaran learning to
know (belajar untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk bekerja),
learning to be (belajar untuk hidup), learning to live together (belajar untuk
hidup bersama), cara belajar siswa aktif menjadi belajar reflektif, pendidikan
berbasis pada kehidupan masyarakat, keragaman dalam keseragaman, anak didik
sebagai subjek, linking (link and math atau life skill) dan delinking (pemusatan
lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP), dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah dengan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Tujuan utamanya adalah mengupayakan
fondasi dan mengembangkan Pendidikan Anak Seutuhnya (Agus Triarso,
2005).
Visi dan misi pendidikan nasional yang tertera dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional
9
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab (Dirjen Dikdasmen, 2003:3).
Bertitik tolak dari konsepsi visi dan misi tersebut di atas, dapat ditarik
suatu pengertian bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan peran
serta dari berbagai komponen yang terkait dalam sistem pendidikan dan
pengajaran. Untuk merealisasikan paradigma tersebut di atas, perlu berbagai
upaya yang harus dilakukan oleh lembaga atau instansi yang memiliki tugas dan
tanggung jawab terhadap penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Guru
sebagai ujung tombak dalam peningkatan kualitas atau yang melaksanakan tugas
di lapangan sangat terkait dengan masalah-masalah dan bertanggungjawab atas
masalah tersebut. Bagi seorang guru selain sebagai perencana pembelajaran,
juga harus melaksanakan pembelajaran, serta melakukan evaluasi untuk
mengetahui berhasil tidaknya pendidikan bagi generasi bangsa.
Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan
oleh seluruh penyelenggara dan penanggungjawab pendidikan, baik pihak
pemerintah, swasta, maupun masyarakat, namun belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Upaya tersebut di antaranya dengan memberlakukan Undang-
Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Rencana Strategis Pendidikan.
Pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi tiga tingkatan atau
tahapan, yaitu, (1) penanaman konsep, (2) pemahaman konsep, dan (3)
pembinaan keterampilan. Matematika merupakan suatu bahan kajian yang
memiliki objek abstrak. Matematika dibentuk melalui proses penalaran deduktif.
Pembelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan, (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
10
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin
tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).
Keberhasilan seorang siswa ditandai dengan perubahan tingkah laku,
kemajuan prestasi, dan bertambah keterampilannya. Prestasi belajar siswa
khususnya mata pelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah kelengkapan fasilitas belajar serta pemanfaatannya bagi
kepentingan belajar siswa. Selain itu keberhasilan dalam proses belajar mengajar
dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
(dalam diri siswa) terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan jasmani) dan faktor
rohani (psikologis) sedangkan faktor eksternal (dari luar siswa) dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Sedangkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh
guru juga dipengaruhi oleh cara belajar. Untuk mendukung cara belajar yang
efektif dan efisien maka perlu didukung oleh metode dan media pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, guru selalu dihadapkan pada suatu
kenyataan tentang keanekaragaman kemampuan siswa. Keanekaragaman
kemampuan ini akan membuat tingkat penguasaan belajar yang berbeda antara
siswa yang satu dengan yang lain, sehingga ada siswa yang mencapai prestasi
belajar yang amat baik, dalam arti menguasai seluruh bahan pelajaran. Tetapi
ada pula siswa yang tidak mampu mencapai prestasi belajar secara tuntas.
Begitu pula ada siswa yang memang tergolong memiliki kemampuan akademik
yang kurang. Jika siswa yang tidak mampu menguasai bahan pembelajaran
secara tuntas ini dibiarkan terus menerus, akan berdampak negatif terhadap
penguasaan bahan pelajaran pada pembelajaran berikutnya, sehingga bahan
belajar yang belum mampu dikuasai menjadikan siswa mengalami kesulitan
untuk mengejarnya.
Berdasarkan hasil refleksi pembelajaran pada mata pelajaran
matematika Kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus pada
semester 2 dengan kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK menunjukkan
bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selama ini belum mencapai hasil yang
maksimal. Hasil prestasi siswa masih di bawah tingkat ketuntasan belajar. Hal
itu terjadi disebabkan oleh banyak faktor, antara lain, (1) metode yang
digunakan dalam materi pembelajaran tersebut belum sesuai, (2) motivasi guru
11
terhadap siswa belum maksimal, (3) masih terbatasnya buku-buku matematika,
(4) pemanfaatan media atau alat peraga yang seadanya, sehingga membuat
rendahnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, (5) perhatian orangtua
terhadap belajar anak di rumah masih kurang, (6) dan ditambah lagi masih
adanya suatu paradigma tentang matematika sebagai mata pelajaran yang sulit
dan menakutkan.
Dalam pembelajaran matematika di kelas IV ini, siswa telah mampu
menentukan FPB dan KPK dari suatu bilangan, namun kemampuan tersebut
belum didukung dengan keterampilan atau kecepatan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan yang berhubungan dengan FPB dan KPK.
Sebagai ilustrasi bahwa keterampilan siswa dalam pembelajaran
matematika dianggap kurang, bila siswa tersebut belum mampu menyelesaikan
satu soal dalam waktu maksimal 3 menit. Asumsi ini didasarkan pada suatu
kenyataan di lapangan bahwa setiap kegiatan UTS, UUS, UKK, ataupun ujian
mata pelajaran matematika, siswa dituntut mampu menyelesaikan 40 soal dalam
waktu 120 menit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang
terampil, mampu menentukan FPB atau KPK kurang dari 3 menit per soal.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi terhadap proses pembelajaran
matematika, siswa telah mampu menentukan FPB dan KPK. Namun
kemampuan tersebut belum ditunjang dengan keterampilannya. Kemampuan
siswa dalam menentukan FPB dan KPK tersebut masih lambat dan memerlukan
waktu lebih dari 3 menit per soal. Dalam hal ini penulis berhasil
mengidentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran, antara lain, (1) siswa
kurang terampil dalam menentukan faktor prima, (2) siswa kurang terampil
dalam menentukan faktorisasi prima, (3) siswa kurang terampil dalam
menentukan FPB, (4) siswa kurang terampil dalam menentukan kelipatan
bilangan, (5) siswa kurang terampil menentukan KPK dari suatu bilangan.
C. Analisis Masalah
Melalui diskusi bersama teman sejawat dan pembimbing tentang
permasalahan yang telah teridentifikasi seperti tersebut di atas, penulis
berkesimpulan bahwa permasalahan tersebut disebabkan oleh
kekurangmampuan siswa dalam menentukan FPB dan KPK. Kemampuan dan
12
keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK tersebut dapat
ditingkatkan melalui penerapan model Cooperative Learning Snowball
Throwing.
Zoltan P. Dienes adalah seorang matematikawan yang memusatkan
perhatiannya pada cara-cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya
bertumpu pada Piaget, dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa,
sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa
yang mempelajarinya. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting
sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan secara
kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian matematika pada
anak didik. Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti
pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini
mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang
lainnya. Anak yang telah memahami aturan-aturan tadi.
Berdasarkan teori belajar Zoltan P. Dienes tentang teori permainan
matematika dan teori belajar William H Burton (Muhammad Ali;2000;13),
dengan memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan dorongan
kepada siswa agar terjadi proses belajar, maka hal tersebut memberikan inspirasi
kepada peneliti bahwa kekurangmampuan siswa tersebut dapat dikurangi dengan
memberi perangsang dan dorongan kepada siswa untuk belajar melalui bentuk
permainan dengan menerapkan model Cooperative Learning Snowball
Throwing dalam pembelajaran matematika.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan analisis masalah tersebut di atas, dapat
dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara meningkatkan keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito
Gebog Kudus dalam menentukan FPB dan KPK melalui penerapan model
Cooperative Learning Snowball Throwing?
2. Seberapa besar pengaruh dari penerapan model Cooperative Learning
Snowball Throwing pada pembelajaran matematika terhadap peningkatan
keterampilan siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam menentukan
FPB dan KPK?
13
E. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan penerapan model Cooperative Learning Snowball
Throwing dalam pembelajaran matematika untuk menentukan FPB dan
KPK.
2. Meningkatkan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK,
3. Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi :
1. Siswa
a. Meningkatkan minat belajar, khususnya mata pelajaran Matematika.
b. Meningkatkan kemampuan memahami konsep matematika.
c. Mampu memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
d. Meningkatkan keterampilan dan hasil belajar siswa.
2. Guru
a. Untuk mengetahui kelemahan / kelebihan guru dalam menyampaikan
materi pelajaran dan mengelola kelas,
b. Memberikan alternatif pemecahan masalah dalam suatu pembelajaran.
c. Membantu guru dalam melakukan perbaikan pembelajaran.
3. Sekolah
a. Memperoleh hasil belajar siswa yang lebih baik dan memuaskan,
b. Mendapatkan alternatif model pembelajaran di sekolah melalui PTK,
c. Meningkatkan prestasi sekolah,
d. Menambah referensi tentang PTK di perpustakaan sekolah.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Matematika
1. Hakikat Belajar
Jika ditelaah dari berbagai sumber, maka akan dijumpai berbagai
pengertian tentang belajar yang perumusannya satu dengan yang lainnya berbeda.
Untuk memahami, mengalami, dan mempunyai gambaran yang jelas. Ini
diberikan beberapa pengertian menurut beberapa ahli sebagai berikut :
a. Winkel (1984:162) mengutarakan pengertian belajar suatu proses mental
yang mengarah kepada penguasaan, kecakapan / skill, kebiasaan atau sikap
yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehingga menimbulkan
tingkah laku yang progresif dan adaptif.
b. Slameto (1991:22) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Gagne (dalam Dadang Garnida, 2001:56) mengartikan belajar terjadi jika
rangsangan bersama dengan isi rangsang mempengaruhi siswa, sehingga
perilaku siswa berubah sebelum dipengaruhi dan setelah dipengaruhi.
d. Nana Sujana (dalam T Nur Djannah, 2002:8) mengartikan belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan perubahan dengan diri seseorang.
e. Sardiman AM (2002 : 20) mengemukakan belajar dimaksudkan sebagai
usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian
menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
f. Herman Hudaya (2003 : 3) mengemukakan belajar adalah suatu proses
aktif dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga
menyebabkan perubahan tingkah laku.
g. Bruner (dalam Noehi Nasution, 2004 : 3.24) menganggap bahwa belajar
dan persepsi merupakan suatu kegiatan pengolahan informasi yang
menemukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengenal dan menjelaskan
gejala yang ada dilingkungan kita.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses kegiatan yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan
tingkah laku. Perubahan yang terjadi setelah seseorang melakukan kegiatan
belajar dapat berupa pengertian atau pengetahuan, keterampilan atau sikap.
14
15
2. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Menurut Tirtonegoro (1989:43), “Prestasi belajar matematika adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar–mengajar dari ilmu yang menyangkut
seluk beluk bilangan beserta hubungannya dan dinyatakan dalam bentuk
simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
dicapai oleh setiap siswa dalam periode tertentu.”
Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1980:115), menyatakan yang
dimaksud dengan “Prestasi belajar matematika adalah achievement, isi /
kapasitas seorang yakni hasil yang diperoleh seseorang setelah mengikuti
kegiatan dan latihan yang ada hubungannya dengan bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan
yang ditentukan melalui pemberian tes akhir pada pendidikan itu”.
Dari rumusan–rumusan di atas dapat penulis simpulkan bahwa
prestasi belajar matematika adalah hasil penilaian belajar atau hasil belajar
yang dilakukan oleh seseorang yang ada hubungannya dengan bilangan, dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan diukur dengan tes dan hasilnya berupa angka-angka atau huruf–
huruf yang mempunyai arti penting dalam pendidikan. Angka–angka atau
huruf–huruf tersebut bisa memberikan gambaran tentang keadaan atau
pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Pengertian Matematika
Para pakar pendidikan dalam mendefinisikan pengertian matematika
belum ada kesepahaman. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang
tentang hakikat pembelajaran matematika itu sendiri. Pengertian atau makna
dari istilah matematika sangat beragam, antara lain : (a) Matematika adalah
ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya; (b) Matematika
adalah ilmu membahas fakta-fakta dan hubungan-hubungannya; (c)
Matematika adalah ilmu membahas masalah ruang dan bentuk; (d)
Matematika adalah ilmu membahas logika dan membahas numerik; (e)
Matematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan pola, bentuk dan
struktur; (f) Matematika adalah sarana berfikir Ismail ( 2003: 13).
Sementara itu, James dan James dalam bukunya Karso (1994 : 2)
mengatakan matematika adalah “ilmu tentang logika mengenai bentuk,
16
susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan lainnya dengan
jumlah yang banyak”.
Menurut Soedjadi (1999 : 11) bahwa matematika memiliki beragam
definisi, antara lain :
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir
secara sistimatik.
b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.
c. Matematika adalah tentang penalaran logik dan berhubungan dengan
bilangan.
d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kualitatif dan
masalah tentang ruang dan bentuk.
e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logika.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.
Menurut Sunardi (1997:1), Matematika adalah ilmu yang mempelajari
seluk beluk bilangan beserta hubungannya. Sedangkan Hudoyo (1988: 1),
mengatakan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari
sifat khas kalau dibandingkan dengan disiplin ilmu lain. Karena kegiatan
belajar dan mengajar matematika seyogyanya juga tidak disamakan begitu
saja dengan ilmu lain. Karena peserta didik yang belajar matematika itu pun
berbeda-beda pula kemampuannya, maka kaitan belajar mengajar harus tetap
memperhatikan adanya perbedaan individu dan karakteristik siswa.
4. Fungsi Mata Pelajaran Matematika
Matematika di Sekolah Dasar kedudukannya memiliki fungsi yang
sangat penting karena menyajikan materi dan pola pikir yang penerapannya
sesuai dengan kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan
perkembangan Iptek. Selain itu, materi matematika di SD bersifat elementer
yang esensial sebagai prasyarat konsep-konsep matematika lanjut.
Menurut Ismail (2003:115) fungsi matematika di Sekolah Dasar
adalah, (1) meningkatkan ketajaman siswa yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaiakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari;
(2) meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan
dan simbol-simbol. Senada dengan hal itu (Suyitno, 2000:10) berpendapat
bahwa “Matematika sekolah mempuyai fungsi sebagai instrumental input,
yang memiliki objek dasar abstrak dan berlandaskan kebenaran konsisten,
17
dalam sistem pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan”. Mata
pelajaran matematika berfungsi “untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta
ketajaman penalaran yang dapat membantu, memperjelas, dan menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari” (Depdikbud, 1994: 96).
Mata pelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-
simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah dasar
diutamakan agar siswa mengenal,
memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan
praktek kehidupan sehari-hari (Depdikbud,1996:95)
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi
matematika sekolah dasar adalah sebagai instrumen input yang memiliki
objek dasar abstrak dan berlandasakan kebenaran konsisten untuk
mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan
dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu,
memperjelas, dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Tujuan Mata Pelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Mata pelajaran matematika di sekolah dasar diberikan dengan
maksud menata dan meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat
membantu memperjelas cara menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari dan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan,
simbol-simbol, serta lebih mengembangkan sikap logis, kritis, cermat,
disiplin dan menghargai kegunaan matematika. Tujuan pembelajaran
matematika pada dasarnya mencakup dua hal yaitu pembelajaran umum dan
pembelajaran khusus.
Menurut Karso (2004 : 14 ) pembelajaran mata pelajaran
matematika di sekolah dasar memiliki tujuan umum maupun khusus. Tujuan
umum mempelajari matematika di SD adalah :
a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
dan efektif.
18
b. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan.
c. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari;
d. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan matematika;
e. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal lebih
lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan;
f. Membentuk sikap logis, kritis, cermat dan kreatif dan disiplin.
Menurut Wahyudin (2003 : 3) tujuan pengajaran matematika secara
keseluruhan “agar siswa memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
untuk menambah perbendaharaan pengetahuan khususnya di bidang
matematika”.
Tujuan khusus pembelajaran Matematika di sekolah dasar adalah :
a. Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai alat
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan Matematika.
c. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika untuk mempersiapkan
bekal belajar lebih lanjut di sekolah lanjutan tingkat pertama ( SLTP ).
d. Membentuk sikap logis, kritis, kreatif disiplin (Soedjadi, 2000 : 15).
Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika umum di atas
menunjukkan bahwa belajar matematika di tingkat Sekolah Dasar sangat
penting karena mampu membentuk sikap, pola pikir yang kritis, logis, cermat
dan kreatif sehingga dapat menjadi dasar dalam menjalani kehidupan sehari-
hari di masyarakat. Selain itu, tujuan umum pendidikan matematika pada
jenjang pendidikan dasar tersebut memberi tekanan pada penataan nalar an
pembentukan sikap siswa serta juga memberi tekanan pada keterampilan
dalam penerapan matematika.
6. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar memiliki ciri-ciri
tersendiri dibandingkan dengan matematika di tingkat Menengah. Pada
tingkat Sekolah Dasar matematika berorientasi pada belajar konsep dari
19
abstrak ke konkrit. Oleh karena itu pembelajaran matematika di sekolah dasar
memiliki karakteristik tersendiri dan menjadi perhatian dari para ahli
matematika.
Menurut Karso (2004: 15), pembelajaran matematika memiliki ciri
tersendiri dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya, yakni: memiliki objek
kejadian yang abstrak, berpola pikir deduktif, dan konsisten”.
Berdasarkan Kurikulum Sekolah Dasar 1994, matematika sekolah
adalah “Matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar” (Depdikbud,
1994: 1). Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang
dipilih guna: (a) menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan; (b)
membentuk pribadi siswa; (c) berpadu pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
7. Ruang Lingkup Materi Matematika di Sekolah Dasar
Matematika sekolah memiliki ruang lingkup yang berbeda-beda
sesuai dengan tingkat dan jenjangnya masing-masing. Ruang lingkup bahan
kajian materi pembelajaran matematika yang memiliki objek dasar berupa
fakta dan konsep. Bahan kajian yang ditetapkan dapat menjadi dasar yang
kuat agar peserta didik mampu mengikuti pendidikan sesuai dengan tingkat
jenjangnya masing-masing. Ruang lingkup pembelajaran matematika telah
dirumuskan dalam GBPP yang disesuaikan dengan kurikulum.
Menurut Karso (2004: 16) “Ruang lingkup materi / bahan kajian
matematika di SD mencakup : aritmatika (berhitung), pengantar aljabar,
geometri, pengukuran dan kajian data (pengantar statistika). Penekanan
diberikan pada “penguasaan bilangan” termasuk berhitung”.
Soedjadi (2000: 17) berpendapat bahwa “ruang lingkup
pembelajaran di SD terdiri dari bahan kajian aritmatika, aljabar, geometri,
peluang, trigonometri, logika, dan pengkajian pengayaan.
Dengan demikian ruang lingkup matematika pendidikan dasar
mencakup aritmatik (berhitung), pengantar aljabar, geometri, pengukuran dan
kajian data.
20
B. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang harus
ada dalam kegiatan belajar mengajar. Pada dasarnya metode mengajar
merupakan cara atau teknik yang digunakan guru dalam melakukan interaksi
dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Metode pembelajaran ialah cara yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan pelajaran kepada pelajar. Karena penyampaian itu
berlangsung dalam interaksi edukatif, metode mengajar dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan
dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran. Dengan demikian,
metode mengajar merupakan alat untuk menciptakan proses belajar mengajar
(Rahim, 2001 : 88).
Metode pembelajaran yang ditetapkan guru banyak memungkinkan
siswa belajar proses (learning by process), bukan hanya belajar produk
(learning by product). Belajar produk pada umumnya hanya menekankan
pada segi kognitif, sedangkan belajar proses dapat memungkinkan
tercapainya tujuan belajar baik segi kognitif, afektif (sikap) maupun
psikomotor (keterampilan). Oleh karena itu metode pembelajaran diarahkan
untuk mencapai sasaran tersebut, yaitu lebih banyak menekankan
pembelajaran melalui proses (Sumiati, 2008 : 91).
Metode pembelajaran di samping disesuaikan dengan tujuan dan
materi pembelajaran, juga ditetapkan dengan melihat kegiatan yang akan
dilakukan. Metode pembelajaran sangat beraneka ragam, dengan
pertimbangan apakah suatu metode pembelajaran cocok untuk mengajar
materi pembelajaran tertentu, tidak adakah metode pembelajaran lain yang
lebih sesuai, guru dapat memilih metode pembelajaran yang efektif untuk
mengantarkan siswa mencapai tujuan. Pertimbangan pokok dalam
menentukan metode pembelajaran terletak pada ke efektifan proses
pembelajaran. Tentu saja orientasinya kepada siswa belajar. Jadi, metode
pembelajaran yang digunakan pada dasarnya hanya berfungsi sebagai
bimbingan agar siswa belajar (Hakiim, 2008 : 155).
Penggunaan metode pembelajaran perlu menentukan tempat di
mana kegiatan itu dilakukan, apakah di ruang kelas, di ruang demonstrasi, di
laboratorium atau di luar kelas dalam kegiatan studi lapangan. Metode
21
pembelajaran memberi warna pada proses pembelajaran yang dilaksanakan di
suatu sekolah (Sumiati, 2008 : 96).
2. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara
aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode
pembelajaran yang dipilih tentunya menghidari upaya penuangan ide kepada
siswa sebagaimana terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan imposisi
(Sumiati, 2008 : 96)
Berbagai metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran
matematika antara lain : metode penugasan, diskusi, tanya jawab, latihan,
ceramah, simulasi, proyek, studi lapangan/widyawisata, demonstrasi dan
ekperimen (Noehi, 2004 : 5.15).
Dari beberapa metode yang dapat diterapkan untuk proses
pembelajaran Matematika di SD kelas IV materi/kompetensi dasar
menentukan FPB dan KPK, maka peneliti memilih dan menggunakan metode
ceramah, tugas, diskusi, dan latihan melalui penerapan model Cooperative
Learning Snowball Throwing.
3. Model Cooperative Learning Snowball Throwing
Cooperative Learning Snowball Throwing merupakan suatu model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan, memperdalam pemahaman
tentang suatu materi pembelajaran, melalui suatu bentuk permainan melalui
metode tugas, diskusi, dan kerjasama dengan saling melempar bola dari
kertas yang berisi soal kepada teman lain kelompok. Kemudian siswa yang
terlempar dan mendapat bola soal berkewajiban menjawabnya.
Cooperative berarti bekerja bersama-sama, Learning berarti
pengetahuan atau pembelajaran, Snowball berarti bola salju, dan Throwing
berarti melempar. Jadi Cooperative Learning Snowball Throwing adalah
suatu model pembelajaran secara kerjasama kelompok dengan cara saling
melempar bola salju (bola kertas yang bertuliskan soal).
Model pembelajaran ini mengimplementasikan pendapat Zoltan P.
Dienes, seorang matematikawan yang memusatkan perhatiannya pada cara-
cara pengajaran terhadap siswa-siswa. Dasar teorinya bertumpu pada Piaget,
22
dan pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa, sedemikian rupa
sehingga sistem yang dikembangkannya itu menarik bagi siswa yang
mempelajarinya. Menurut Dienes, permainan matematika sangat penting
sebab operasi matematika dalam permainan tersebut menunjukkan aturan
secara kongkret dan lebih membimbing dan menajamkan pengertian
matematika pada anak didik. Dalam permainan yang disertai aturan siswa
sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep
tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak
terdapat dalam konsep yang lainnya. Anak yang telah memahami aturan-
aturan tadi.
Berdasarkan teori belajar Zoltan P. Dienes tentang teori permainan
matematika dan teori belajar William H Burton (Muhammad Ali;2000;13),
dengan memberi perangsang (stimulus), bimbingan, pengarahan, dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar, maka hal tersebut
memberikan inspirasi kepada peneliti bahwa kekurangmampuan siswa
tersebut dapat dikurangi dengan memberi perangsang dan dorongan kepada
siswa untuk belajar melalui bentuk permainan dengan menerapkan model
Cooperative Learning Snowball Throwing dalam pembelajaran matematika.
Cooperative Learning Snowball Throwing dilakukan melalui
langkah-langkah :
a. Siswa ditugaskan membentuk kelompok, menjadi empat kelompok.
Masing-masing ketua kelompok dipanggil untuk menerima penjelasan
materi tentang FPB dan KPK,
b. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, kemudian
menjelaskan materi kepada teman-temannya.
c. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja
kosong, setiap kelompok menuliskan satu soal/pertanyaan yang
berhubungan dengan FPB dan KPK,
d. Kertas yang berisi soal/pertanyaan tersebut diremas-remas dibuat seperti
bola salju dan dilempar dari kelompok satu ke siswa kelompok lain.
e. Setelah semua siswa dapat satu bola salju atau satu bolan soal/pertanyaan,
maka diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan
yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
f. Pembenaran dan pelurusan jawaban soal/pertanyaan.
23
Keuntungan penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing adalah :
1. Siswa bebas mengemukakan pendapat.
2. Efektif untuk mengajukan permasalahan.
3. Mempertinggi peran serta siswa secara perorangan.
4. Mendorong rasa persatuan dan sosial.
5. Mengembangkan kepemimpinan dan menghayati kepemimpinan.
Belajar adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang berupa pengertian / pengetahuan,
keterampilan, dan sikap. Menurut Sardiman A.M. (2002: 20), belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian menuju terbantuknya kepribadian seutuhnya. Sedangkan
Herman Hudaya (2003: 3) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif
dalam memperoleh pengalaman/pengajaran baru sehingga menyebabkan
perubahan tingkah laku. Kegiatan belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan yang mampu
mengubah pandangan dan perilakunya di kemudian hari.
C. Kerangka Pikir
a.
b. Masalah
o Daya serap siswa dalam pembe-lajaran matematika rendah
o Hasil belajar matematika rendaho Penggunaan metode kurang sesuai
dengan materio Penggunaan alat peraga kurang
efektif, efisien, menyenangkan.
Tindakan
o Menggunakan buku – buku sumberyang relefan
o Memberikan tugas individu dankelompok.
o Penerapan model CooperativeLearning Snowball Throwing
o Daya serap siswa dalampembelajaran matematikameningkat mencapai batas minimal85 %
Hasil
24
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas “Melalui penerapan model
Cooperative Learning Snowball Throwing, keterampilan siswa kelas IV SD 2
Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus dalam menentukan FPB dan KPK
dapat meningkat".
25
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam rangka perbaikan
pembelajaran ini bertempat di SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus,
pada mata pelajaran matematika kelas IV Tahun Pelajaran 2010/2011.
Adapun jadwal pelaksanaan penelitian terdapat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Matematika
No. Hari Tanggal Kelas Kompetensi Dasar Siklus Pukul
1.Senin
21 Februari 2011IV
Menentukan
FPB dan KPKI 07.00-08.10
2.Senin
7 Maret 2011IV
Menentukan
FPB dan KPKII 07.00-08.10
3.Senin
21 Maret 2011IV
Menentukan
FPB dan KPKIII 07.00-08.10
B. Prosedur Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian pembelajaran matematika di kelas IV Semester 2
tahun pelajaran 2010/2011, dilaksanakan dalam tiga siklus yang masing-masing
siklus melalui empat tahapan yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)
pengumpulan data, (4) refleksi.
Dengan skema sebagai berikut:
25
26
Skema Siklus
C. Deskripsi Per Siklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Siklus I
Kegiatan perencanaan pembelajaran siklus I diawali dengan
menyusun Rencana Pembelajaran dan berkonsultasi dengan pembimbing.
Konsultasi dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2011 dengan maksud
menentukan materi pembelajaran yang akan disajikan pada siklus I.
Berdasarkan hasil konsultasi dengan pembimbing dan diskusi
dengan teman sejawat, maka ditentukan kompetensi dasar yang akan
diajarkan yakni menentukan FPB dan KPK.
b. Tahap Pelaksanaan Siklus I
Kegiatan pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Senin
tanggal 21 Februari 2011 dengan diamati oleh teman sejawat sebagai kolabolator
yaitu saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah, S.Pd. SD
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran siklus I, instrumen yang digunakan
adalah Rencana Pembelajaran (RP), alat peraga, lembar pengamatan, lembar kerja
siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes formatif.
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus I yang dilaksanakan oleh guru
mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada
pembelajaran Pra-KBM guru menyiapkan buku sumber, dan alat peraga.
Kegiatan awal dilaksanakan selama ± 10 menit dengan berdoa bersama sebelum
pelajaran dimulai, mengecek kehadiran siswa, dan apersepsi. Apersepsi berisi
REFLEKSI
RENCANA
TINDAKAN
ANALISISDATA
TINDAKAN
RENCANA
REFLEKSI
ANALISISDATA
TINDAKAN
ANALISISDATA
RENCANA
Siklus I Siklus II Siklus III
REFLEKSI
27
tentang pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk menjajagi seberapa jauh
pengetahuan siswa tentang FPB dan KPK.
Pada saat guru memberikan apersepsi dengan melontarkan beberapa
pertanyaan tentang FPB dan KPK, beberapa siswa menjawab namun jawabannya
kurang tepat. Guru berusaha memberikan motivasi kepada siswa dengan
menciptakan situasi kelas untuk mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang
akan diajarkan.
Kegiatan inti yang dilaksanakan guru selama ± 35 menit. Adapun langkah-
langkah pembelajaran kegiatan inti sebagai berikut, (1) guru menjelaskan materi
pembelajaran tentang menentukan FPB dan KPK dengan diawali faktor bilangan
dan kelipatan, (2) menyampaikan materi pembelajaran, dan guru meminta siswa
secara berurutan untuk menentukan faktorisasi prima di papan tulis, siswa belum
mampu menunjukkan jawaban benar dan siswa masih mengalami kesulitan, (3)
guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan factor, kelipatan, FPB, dan
KPK, (4) siswa dibagi menjadi empat kelompok masing-masing anggotanya
terdiri dari 4-6 siswa, (5) guru membagi lembar kerja dan menjelaskan cara
penyelesaiannya, (6) siswa berdiskusi menjelaskan lembar kerja, (7) guru
memfasilitasi siswa untuk berdiskusi, (8) siswa melaporkan hasil diskusi dengan
mempresentasikannya di depan kelas, (9) siswa menanggapi hasil kerja diskusi
kelompok lainnya, (10) siswa menyimpulkan hasil kerja dengan bimbingan guru.
Kegiatan akhir dilaksanakan guru selama ± 20 menit. Pada kegiatan akhir
ini mencakup, (1) guru membagi soal tes formatif siklus I, (2) siswa mengerjakan
soal tes formatif siklus I, (3) guru menilai dan menganalisis hasil tes siklus I.
Tindak lanjut dilaksanakan guru selama ± 5 menit, meliputi kegiatan, (1)
remedial bagi siswa yang nilainya kurang dari 70, (2) pengayaan bagi siswa yang
nilainya di atas 70, (3) pemberian tugas untuk mengerjakan soal tentang FPB dan
KPK.
c. Tahap pengumpulan data siklus I
Tahap pengumpulan data siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal
21 Februari 2011. Peneliti dibantu teman sejawat dalam mengumpulkan data
pelaksanaan pembelajaran matematika, melalui lembar pengamatan, peneliti
bersama-sama teman sejawat berdiskusi tentang kekurangan guru dan siswa
dalam pembelajaran.
28
Pada pembelajaran siklus I ditemui beberapa kelemahan / kekurangan baik
guru maupun siswa. Kelemahan yang dialami guru yakni, (1) guru kurang
memperhatikan siswa sehingga siswa banyak yang ramai sendiri dan kurang
memperhatikan, (2) guru kurang memberi motivasi sehingga pada saat
penyampaian materi pembelajaran siswa pasif bahkan banyak yang ramai
sendiri, (3) guru dalam menyampaikan konsep materi pelajaran terlalu cepat,
(4) guru dalam menyampaikan pembelajaran matematika masih kurang efektif
karena terlalu banyak menggunakan metode ceramah sehingga siswa banyak
yang pasif, (5) pada saat siswa diskusi guru kurang memberi pengarahan dan
bimbingan sehingga suasana diskusi berjalan kurang kreatif.
Pada siklus I kekurangan yang dialami siswa yakni, (1) siswa banyak yang
belum memperhatikan guru sehingga masih mengalami kesulitan, (2) pada saat
diskusi kelompok siswa banyak yang pasif, (3) keberanian siswa dalam bertanya,
mengajukan pendapat saat diskusi kelompok masih kurang, (4) siswa dalam
berdiskusi masih bingung sehingga diskusi terlihat kurang kreatif, (5) siswa
pada saat diberikan tugas mengerjakan soal-soal tentang menentukan FPB dan
KPK masih belum antusias hal ini terbukti data yang disebutkan baru sedikit.
Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I belum dapat menampakkan hasil
yang maksimal karena masih banyak kelemahan/kekurangan baik guru maupun
siswa maka perlu diperbaiki pada siklus II sehingga pembelajaran dapat berhasil
sesuai dengan yang diharapkan.
Berdasarkan hasil tes formatif, analisis hasil tes formatif, analisis perbutir
soal ditemukan bahwa pada siklus I siswa nilainya kurang. Hal ini disebabkan
penjelasan guru dalam materi kurang dipahami siswa.
Guru dalam menjelaskan masih dangkal dan belum dimengerti siswa. Guru
terlalu banyak menggunakan metode ceramah yang membosankan siswa.
Demikian pula guru belum banyak memberikan latihan soal, dan kurang dalam
memberikan tugas kepada siswa sehingga siswa belum mampu menguasai
konsep tentang FPB dan KPK.
Dari hasil nilai proses pembelajaran siklus I, belum dikatakan berhasil
karena siswa masih banyak yang pasif dan nilai rata-rata masih di bawah KKM,
sehingga perlu perbaikan pada pembelajaran siklus II.
29
d. Tahap Refleksi Siklus I
Pada tahap refleksi ini, pengumpulan data dimulai sejak proses
pembelajaran siklus I, dibantu oleh teman sejawat. Dari permasalahan yang
dicatat, kemudian dikonsultasikan kepada pembimbing. Adapun instrumen yang
dievaluasi berupa hasil tes formatif, analisis hasil formatif, analisis perbutir soal,
lembar pengamatan. Hasilnya berupa masalah yang harus diperbaiki dalam
pembelajaran baik guru maupun siswa sehingga pada siklus II pembelajaran dapat
meningkat.
Permasalahan yang harus diperbaiki guru dalam pembelajaran yakni, (1)
perhatian guru terhadap siswa hendaknya menyeluruh tidak membeda-bedakan
dengan pilih kasih sehingga suasana pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
(2) guru hendaknya memberi motivasi kepada anak sehingga siswa aktif dalam
mengikuti KBM dengan mengefektifkan pembelajaran melalui metode dan model
pembelajaran yang menarik siswa, (3) guru dalam menyampaikan konsep materi
pelajaran hendaknya jangan terlalu cepat sehingga siswa dapat mengikuti KBM
dengan baik, (4) guru pada waktu mengajar seyogyanya menggunakan bahasa
yang mudah dipahami dan dimengerti serta diselingi dengan humor agar siswa
senang, (5) guru sebagai fasilitator yang dapat mengarahkan peserta diskusi
dengan baik sehingga suasana diskusi menjadi lebih kreatif dan bermakna.
Pada siklus I kekurangan yang dialami siswa perlu diperbaiki dengan
cara, (1) siswa diharapkan memperhatikan guru pada saat menerima materi
pelajaran sehingga dapat menentukan FPB dan KPK, (2) siswa hendaknya
mengikuti diskusi kelompok dengan penuh semangat dan antusias sehingga
suasana dapat menjadi hidup, (3) siswa hendaknya memiliki keberanian bertanya,
mengajukan opini dan argumentasi pada saat diskusi kelompok berlangsung
untuk melatih keterampilan berbicara di depan umum, (4) siswa hendaknya
berdiskusi dengan penuh kreativitas.
Catatan pelaksanaan yang dibuat penulis dan lembar observasi
dikonsultasikan dengan pembimbing pada tanggal 4 Maret 2011 untuk merefleksi
atau mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran. Dari konsultasi dengan
pembimbing diketahui bahwa tingkat ketuntasannya masih rendah. Hasil
konsultasi ini penulis gunakan sebagai acuan dalam menyusun rencana perbaikan
pembelajaran. Hasil revisi pembelajaran berupa Rencana Perbaikan Pembelajaran
1 yang akan ditampilkan pada pembelajaran siklus II.
30
2. Siklus II
Pembelajaran siklus II kegiatan yang akan dilaksanakan langkah-langkahnya
sama seperti pada siklus I, melalui empat tahap yaitu, (1) tahap perencanaan, (2)
tahap pelaksanaan, (3) tahap pengumpulan data dan tahap refleksi. Adapun kegiatan
pada siklus II diuraikan sebagai berikut :
a. Tahap Perencanaan Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi Siklus I diketahui bahwa masalah yang
dihadapi siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam pembelajaran
matematika adalah kurang menguasai konsep FPB dan KPK. Tahap perencanaan
siklus II dilaksanakan bersamaan dengan tahap refleksi pembelajaran siklus I,
yaitu pada tanggal 4 Maret 2011. Dari hasil konsultasi dengan pembimbing,
peneliti akan memperbaiki proses pembelajaran pada pembelajaran siklus II
dengan kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK.
b. Tahap Pelaksanaan Siklus II
Setelah mengkonsultasikan Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II
dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito Gebog Kudus dan mendapatkan
persetujuan maka segera dilaksanakan pembelajaran siklus II. Pembelajaran
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Maret 2011 dengan diamati oleh teman
pengamat sebagai kolaborator yakni Saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah,
S.Pd.SD.
Pada tahap pelaksanaan pembelajaran siklus II, instrumen yang digunakan
adalah Rencana Perbaikan Pembelajaran 1, alat peraga, lembar pengamatan,
lembar kerja siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes formatif.
Pembelajaran pada siklus II langkah-langkah yang dilaksanakan oleh guru
mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada
pembelajaran Pra-KBM guru menyiapkan buku sumber, dan alat peraga. Kegiatan
awal dilaksanakan selama ± 10 menit dengan mengabsen siswa dan apersepsi.
Apersepsi dilakukan untuk mengingatkan kembali materi pembelajaran yang
diberikan pada siklus I tentang menentukan FPB dan KPK melalui tanya jawab
dengan memberikan sejumlah pertanyaan-pertanyaan.
Pada saat guru memberikan apersepsi dengan melontarkan beberapa
pertanyaan tentang FPB dan KPK, sebagian siswa sudah aktif menjawab
pertanyaan guru. Hal ini terlihat 4 siswa mengacungkan tangan dan siap untuk
31
menjawab pertanyaan guru. Dari 4 siswa yang mengacungkan tangan 2 siswa
yang ditanya, 1 siswa dapat menjawab dengan benar dan 1 siswa menjawab
kurang tepat. Guru terus berusaha memberikan motivasi kepada siswa dengan
menciptakan situasi kelas untuk mendorong siswa tertarik pada pelajaran yang
akan diajarkan.
Kegiatan inti pembelajaran siklus II yang dilaksanakan guru selama ± 35
menit. Langkah-langkah pembelajaran kegiatan inti meliputi, (1) guru mengajak
siswa untuk mengamati charta tentang cara menentukan FPB dan KPK, (2) setelah
itu, guru meminta 4 siswa secara berurutan untuk menentukan FPB dan KPK
dengan cara seperti pada charta. Dari 4 siswa yang maju ke depan kelas, 2 siswa
mampu menjawab dengan benar, 2 siswa masih kurang tepat dalam menjawabnya,
(3) guru melanjutkan pembelajaran dengan menjelaskan cara menentukan FPB
dan KPK, (4) siswa dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok
anggotanya terdiri dari 4-6 siswa, (5) guru memanggil ketua kelompok dan
memberikan tugas untuk seluruh anggota kelompok, (6) siswa berdiskusi dan
membuat soal tentang FPB dan KPK pada selembar kertas kosong, (7) guru
memfasilitasi siswa untuk berdiskusi, (8) siswa meremas-remas lembar soal
tersebut dan melemparkannya kepada teman lain kelompok, (9) setelah waktu
yang ditentukan selesai, siswa secara bergantian maju ke depan kelas dan
menjawab soal pada bola kertas yang diterimanya, (10) siswa menyimpulkan hasil
kerja dengan bimbingan guru.
Kegiatan akhir dilaksanakan guru selama ± 20 menit. Pada kegiatan akhir
ini mencakup, (1) guru membagi soal tes formatif siklus II, (2) siswa
mengerjakan soal tes formatif siklus II, (3) guru menilai dan menganalisis hasil
tes siklus II.
Tindak lanjut dilaksanakan guru selama ± 5 menit, meliputi kegiatan, (1)
remedial bagi siswa yang nilainya kurang 70. (2) pengayaan bagi siswa yang
nilainya di atas 70, (3) pemberian tugas PR tentang FPB dan KPK.
c. Tahap pengumpulan data siklus II
Pengumpulan data siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Maret
2011. Peneliti dibantu teman sejawat mengumpulkan data pelaksanaan
pembelajaran matematika, melalui lembar pengamatan, peneliti bersama-sama
teman sejawat berdiskusi tentang kekurangan guru dan siswa dalam pembelajaran
siklus II.
32
Pada pembelajaran siklus II, sudah baik namun masih ada sebagian siswa
yang belum tuntas belajarnya karena guru masih belum mengoptimalkan
penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing, kelemahan guru dan
siswa sangat berkurang dibandingkan pada saat pembelajaran siklus I. Namun
demikian pada pembelajaran siklus II ini masih ada kelemahan sedikit yang
dialami oleh guru yakni, (1) guru dalam menyampaikan materi FPB dan KPK
kurang banyak memberikan latihan kepada siswa sebagai pendalaman materi, (3)
pada saat siswa berdiskusi guru belum memfasilitasi dan mengarahkan peserta
diskusi dengan baik namun pada saat persentasi dilaksanakan pertanyaan dan
jawaban siswa yang melenceng dari konteks yang dipelajari guru tidak langsung
mengarahkannya hanya pada saat diskusi usai baru diberikan evaluasi dan
pengarahan.
Pada siklus II kekurangan yang dialami siswa yakni, (1) pemahaman
siswa tentang menentukan FPB dan KPK, (2) pada saat diskusi kelompok
siswa sudah baik kreativitas, antusiasme mengikuti diskusi meningkat namun
masih ada 2 siswa yang ramai sendiri, (3) keberanian siswa dalam bertanya
sangat tinggi. Hal ini terlihat 6 siswa mengajukan opini dan argumentasi
pendapat saat diskusi kelompok berlangsung walaupun masih ada 3 siswa yang
terdiam dan tidak menjawab, (4) pada pelaksanaan pembelajaran siklus II sudah
dapat mengalami kenaikan walaupun belum maksimal kelemahan guru maupun
siswa sangat berkurang dibandingkan pada saat siklus I.
Berdasarkan hasil tes formatif, analisis hasil tes formatif, analisis perbutir
soal ditemukan bahwa pada siklus II siswa nilainya sudah baik namun masih ada
beberapa siswa yang nilainya masih kurang. Hal ini disebabkan penjelasan guru
dalam materi pembelajaran tentang pembagian bilangan pecahan belum
memaksimalkan penerapan model Cooperative Learning Snowball Throwing.
Dari hasil nilai proses pembelajaran siklus II, dapat dikatakan belum
berhasil karena siswa belum tuntas secara keseluruhan karena masih ada siswa
yang nilainya kurang dari KKM yang dipatok yakni 70 sehingga perlu diadakan
perbaikan pembelajaran pada siklus III.
d. Tahap Refleksi Siklus II
Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung peneliti merefleksi dan
mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran dari hasil konsultasi dengan
Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito pada tanggal 18 Maret 2011 dinyatakan
33
pembelajaran pada siklus II belum berhasil baik karena masih ada kelemahan
maka perlu diperbaiki pada siklus III dengan mengefektifkan dalam menerapkan
model Cooperative Learning Snowball Throwing.
3. Siklus III
Kegiatan pada siklus III, merupakan kelanjutan dari siklus II. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan melalui empat tahap yaitu : (1) tahap perencanaan, (2)
tahap pelaksanaan, (3) tahap pengumpulan data, dan (4) tahap refleksi. Adapun
kegiatan pada siklus III diuraikan sebagai berikut.
a. Tahap Perencanaan Siklus III
Berdasarkan hasil analisis tes formatif selama pembelajaran siklus II,
tingkat ketuntasan siswa telah meningkat, namun masih perlu adanya perbaikan
pembelajaran siklus III ketuntasan belajar siswa masih di bawah ketentuan yang
telah disepakati antara peneliti, pembimbing, dan Kepala SD 2 Besito. Peneliti
berkonsultasi lagi pada 18 Maret 2011. Walaupun ketuntatasan sudah baik,
namun perlu ditingkatkan keterampilan siswa dalam menentukan FPB dan KPK.
b. Tahap Pelaksanaan Siklus III
Hasil konsultasi dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito pada
tanggal 18 Maret 20110 menyarankan agar melaksanakan perbaikan
pembelajaran Siklus III. Peneliti kemudian menindaklanjuti dengan menyusun
Rencana Perbaikan Pembelajaran 2. Setelah RPP 2 tersusun peneliti
melaksanakan pembelajaran pada hari Senin tanggal 21 Maret 2011 dengan
diamati oleh teman pengamat Saudari Sulipah, S.Pd. dan Hj. Inayah, S.Pd. SD
Peneliti dibantu teman sejawat sebagai kolaborator dalam melaksanakan
pembelajaran dengan materi menentukan FPB dan KPK. Adapun instrumen yang
digunakan adalah Rencana Perbaikan Pembelajaran, alat peraga, lembar
pengamatan, lembar kerja siswa, tes formatif, lembar analisis, dan hasil tes
formatif.
Langkah-langkah pembelajaran pada siklus III yang dilaksanakan oleh
guru mencakup Pra-KBM, kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir
sebagaimana pada siklus I dan II. Setelah pembelajaran inti selesai kegiatan
selanjutnya adalah melaksanakan evaluasi, (1) guru membagi soal tes formatif
34
siklus III, (2) siswa mengerjakan soal tes formatif siklus III, (3) guru menilai dan
menganalisis hasil tes siklus III.
Setelah melaksanakan evaluasi guru mengadakan tindak lanjut dengan
kegiatan berikut, (1) remedial bagi siswa yang nilainya kurang dari 70, (2)
pengayaan bagi siswa yang nilainya 70 ke atas, (3) pemberian tugas PR tentang
FPB dan KPK
Dari hasil penilaian proses pembelajaran siklus III, dikatakan berhasil
karena siswa telah aktif mengemukakan pendapatnya sehingga dalam kategori
baik dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Hasil penilaian proses siklus III, dikatakan berhasil karena siswa sudah
tuntas belajarnya, maka tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
c. Tahap Pengumpulan Data Siklus III
Hasil pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan dua teman sejawat
sebagai pengamat. Peneliti mengumpulkan data sejak awal siklus III, yaitu
berupa catatan-catatan kesulitan yang diterima peneliti selama mengajar dan
kelemahan-kelemahan siswa dalam pembelajaran matematika. Dari catatan
pengamatan yang ditulis di lembar observasi pada umumnya siswa masih kurang
teliti dalam mengerjakan soal, sehingga pada pembelajaran berikutnya guru harus
mengingatkan dan membimbing siswa agar dapat mengerjakan soal-soal
matematika dengan teliti dan benar.
d. Tahap Refleksi Siklus III
Setelah selesainya pelaksanaan perbaikan pembelajaran berlangsung
peneliti merefleksi dan mengevaluasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran serta
berkonsultasi dengan Pembimbing dan Kepala SD 2 Besito. Dari hasil konsultasi
dengan pembimbing tanggal 25 Maret 2011 dinyatakan pembelajaran pada siklus
III telah berhasil baik, karena kelemahan pembelajaran pada siklus I, dan II
diperbaiki pada siklus III tentang materi pembelajaran menentukan FPB dan
KPK.
Dengan demikian, melalui penerapan model Cooperative Learning
Snowball Throwing dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa
kelas IV SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran
2010/2011.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari hasil pengumpulan data dan analisis penilaian tes formatif dari
pembelajaran siklus I s.d. III disajikan dalam bab IV. Adapun secara keseluruhan
hasil penelitian dari masing-masing siklus dapat dilihat pada tabel dan grafik
sebagai berikut :
1. Siklus I
Tabel : 4.1
Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito
Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I
No. Nama Siswa NilaiKetuntasan
KeteranganTuntas Belum
1 ANTON KRISYANTO 70 √
2 FIKRIYATUS SHOLIKHAH 30 √
3 IRFAN VERI MANSYAH 40 √
4 AMALIA AFIDAH 50 √
5 NUR AYU INDRIYANI 60 √
6 NOFI AYU NUR 50 √
7 RYANA RIZKI ILHAMI 80 √
8 ARYA ANDRIYANSAH 70 √
9 AMELIA AGUSTINA ZULVA 80 √
10 DEDI TRI ARIYANTO 70 √
11 FAHMI ZAKARIA 30 √
12 MUH. ADITIA NUR 70 √
13 MUH. ATTA NOOR 60 √
14 MUH. IQBAL KUNCORO 70 √
15 NOVVAL ADIB LUTHFI 50 √
16 NIKMATUL SAADAH 60 √
17 PUTRO DWI YULIANTO 80 √
18 RIVANNE ABELIANA W. 50 √
19 TIRTA ADYAKSA 40 √
20 SYAH REZA ADIKUSUMA 60 √
21 M. NAJMIR RIFKI 70 √
22 ROYYAN QADDAFI 70 √
Jumlah 1310 10 12Rata-rata / Persentase 59,5 45,5% 54,5%
35
36
Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 80, nilai
terendah 30, dan nilai rata-rata 59,5. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan
materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan
FPB dan KPK, belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus I dapat dilihat
pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito
Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I
Jumlah
Siswa
Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai
JmlRata-
rata
Banyaknya
SiswaTingkat
Ketun
tasan0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TuntasBlm
Tuntas
22 0 0 0 2 2 4 4 7 3 0 0 22 59,5 10 12 45,5%
0 0 0 60 120 200 240 490 240 0 0 1310 59,5
Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran Matematika siklus I dapat
dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus adalah
2 siswa memperoleh nilai 30, 2 siswa mendapatkan nilai 40, 4 siswa mendapatkan
nilai 50, 4 siswa mendapatkan nilai 60, 7 siswa mendapatkan nilai 70, 3 siswa
mendapatkan nilai 80. Rata-rata nilai siswa 59,5 dengan tingkat ketuntasan 45,5%.
Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya baru 10 siswa dengan persentase
45,5%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 12 siswa dengan persentase 54,5%.
Rekapitulasi hasil tes formatif siklus I secara keseluruhan dapat dilihat pada
tabel 4.3 distribusi frekuensi di bawah ini.
Tabel 4.3.
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD 2 Besito
Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus I
No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen
1. 30 2 9.1 9.1 9.1
2. 40 2 9.1 9.1 18.2
3. 50 4 18.2 18.2 36.4
37
No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen
4. 60 4 18.2 18.2 54.6
5. 70 7 31.8 31.8 86.4
6. 80 3 13.6 13.6 100,0
Total 22 100,0 100,0
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes
formatif siklus I dari masing-masing nilai. Nilai 30 frekuensinya 2 dengan
persentase 9.1% tingkat kevalidan 9.1% dan tingkat cumulative persen 9.1%. Nilai
40 frekuensinya 2 dengan persentase 9.1% tingkat kevalidan 9.1% dan tingkat
cumulative persen 18.2%. Nilai 50 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat
kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 36.4%. Nilai 60 frekuensinya 4
dengan persentase 18.2%, valid persen 18.2% cumulative persen 54.6%. Nilai 70
frekuensinya 7 dengan persentase 31.8% tingkat kevalidan 31.8% dan tingkat
cumulative persen 86.4%. Nilai 80 frekuensinya 3 dengan persentase 13.6% tingkat
kevalidan 13.6% dan tingkat cumulative persen 100%.
Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus
I siswa nilainya masih banyak di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran siklus II agar hasil belajar siswa
dalam pembelajaran matematika meningkat.
Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif
matematika siklus I dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.1
Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siklus I
0
2
4
6
8
FREKUENSI 0 0 0 2 2 4 4 7 3 0 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
38
Berdasarkan grafik siklus I di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif
yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar
menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan model Cooperative Learning
Snowball Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran
2010/2011.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih sangat rendah dalam menguasai
materi pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan
FPB dan KPK. Sedangkan distribusi frekuensi penilaian hasil prestasi dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV
No. Interval F % Kategori
1. 100-90 0 0 Baik Sekali
2. 89-70 10 33.3 Baik
3. 69-55 4 18.2 Cukup
4. 54-40 6 27.4 Kurang
5. 39-25 2 9.1 Kurang sekali
6. 24-0 0 0 Buruk
Jumlah 24 100
Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2
Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali tidak ada atau 0%, kualitas
nilai baik sebanyak 10 orang atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, kurang
6 siswa atau 27.3% dan kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar
matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori kurang.
Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan
apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke
indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran
berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria
ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan
antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar
dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah
dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau
70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan
akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta
39
ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini
meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan
berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal
menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat
dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai
sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikatagorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah
sebagai berikut :
r % =N
nX 100 %
=22
10X 100 %
= 45.5%
Keterangan :
n = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70.
N = Jumlah siswa.
Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV SD
2 Besito Gebog Kudus masih belum tuntas karena ketuntasan baru mencapai 45.5%
siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan yaitu 85%.
Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito
Gebog Kudus diperoleh mean sebagai berikut :
X = N
fx
=22
1310= 59,5
Keterangan :
X = jumlah skor seluruh siswa
N = jumlah siswa .
Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus I adalah 59,5. Ini
berarti belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yakni 70. Oleh karena itu
diadakan pembelajaran dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball
Throwing untuk memenuhi standar ketuntasan siswa yakni minimal 70. Melalui
40
penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing diharapkan hasil belajar
matematika siswa dapat meningkat.
Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan mengadakan
pembelajaran pada siklus II dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball
Throwing dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas
IV SD 2 Besito Gebog Kudus.
2. Siklus II
Pembelajaran siklus II dilaksanakan karena pada siklus I siswa belum
mencapai ketuntasan yang diharapkan. Berdasarkan pencapaian hasil
pembelajaran pada siklus II dapat diwujudkan dalam bentuk nilai hasil tes
formatif pembelajaran matematika pada tabel 4.5 di bawah ini:
Tabel : 4.5
Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito
Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II
No. Nama Siswa NilaiKetuntasan
KeteranganTuntas Belum
1 ANTON KRISYANTO 70 √2 FIKRIYATUS SHOLIKHAH 60 √3 IRFAN VERI MANSYAH 70 √4 AMALIA AFIDAH 70 √5 NUR AYU INDRIYANI 60 √6 NOFI AYU NUR 50 √7 RYANA RIZKI ILHAMI 80 √8 ARYA ANDRIYANSAH 70 √9 AMELIA AGUSTINA ZULVA 90 √
10 DEDI TRI ARIYANTO 70 √11 FAHMI ZAKARIA 40 √12 MUH. ADITIA NUR 70 √13 MUH. ATTA NOOR 60 √14 MUH. IQBAL KUNCORO 70 √15 NOUVAL ADIB LUTHFI 90 √16 NIKMATUL SAADAH 70 √17 PUTRO DWI YULIANTO 80 √18 RIVANNE ABELIANA W. 80 √19 TIRTA ADYAKSA 70 √20 SYAH REZA ADIKUSUMA 60 √21 M. NAJMIR RIFKI 70 √22 ROYYAN QADDAFI 70 √
Jumlah 1520 16 6Rata-rata / Persentase 69.1 72.7% 27.3%
41
Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 90, nilai
terendah 40, dan nilai rata-rata 69.1. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan
materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan
FPB dan KPK, belum mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus II dapat dilihat
pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6
Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito
Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II
Jumlah
Siswa
Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai
Jml Rata-rata
Banyaknya
SiswaTingkat
Ketun
tasan0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TuntasBlm
Tuntas
22 0 0 0 0 1 1 4 11 3 2 0 22 69.1 16 8 72.7%
0 0 0 0 40 50 240 770 240 180 0 1520 69.1
Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran matematika siklus I dapat
dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus adalah
1 siswa memperoleh nilai 40, 1 siswa mendapatkan nilai 50, 4 siswa mendapatkan
nilai 60, 11 siswa mendapatkan nilai 70, 3 siswa mendapatkan nilai 80, dan 2 siswa
mendapat nilai 90. Rata-rata nilai siswa 69.1 dengan tingkat ketuntasan 72.7%. Dari
22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya adalah 16 siswa dengan persentase 72.7%,
sedangkan yang belum tuntas berjumlah 6 siswa dengan persentase 27.3%.
Rekapitulasi hasil tes formatif siklus II secara keseluruhan dapat dilihat pada
tabel 4.7 distribusi frekuensi di bawah ini.
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV
SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II
No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen
1. 40 1 4.5 4.5 4.5
2. 50 1 4.5 4.5 9.0
3. 60 4 18.2 18.2 27.2
42
No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen
4. 70 11 50.0 50.0 77.2
5. 80 3 12.7 12.7 89.9
6. 90 2 9.1 9.1 100.0
Total 22 100,0 100,0
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes
formatif siklus II dari masing-masing nilai. Nilai 40 frekuensinya 1 dengan
persentase 4,5% tingkat kevalidan 4,5% dan tingkat cumulative persen 4,5%. Nilai
50 frekuensinya 1 dengan persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat
cumulative persen 9.0%. Nilai 60 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat
kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 27.2%. Nilai 70 frekuensinya 11
dengan persentase 50,0%, valid persen 50,0% cumulative persen 77.2%. Nilai 80
frekuensinya 3 dengan persentase 12,7% tingkat kevalidan 12,7% dan tingkat
cumulative persen 89.9%, dan nilai 90 frekuensi 2 dengan persentase 9.1% tingkat
kevalidan 9.1% dan tingkat cumulative persen 100%.
Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus
II siswa nilainya belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan secara
klasikal ketuntasan belum mencapai 85%, sehingga perlu diadakan perbaikan
pembelajaran siklus III agar hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika
lebih meningkat.
Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif
matematika siklus II dapat dilihat pada grafik 4.2 di bawah ini.
Grafik 4.2
Grafik Pencapaian Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV
SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II
0
2
4
6
8
10
12
FREKUENSI 0 0 0 0 1 1 4 11 3 2 0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
43
Berdasarkan grafik siklus II di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif
yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar
menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball
Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran 2010/2011
diperoleh hasil nilai 40 dengan frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4,5%, nilai 50 dengan
frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 60 dengan frekuensi 4 tingkat ketuntasan
18.2%, nilai 70 dengan frekuensi 11 tingkat ketuntasan 50,0%, nilai 80 frekuensi 3
tingkat ketuntasan 12,7%, dan nilai 90 frekuensi 2 tingkat ketuntasan 9.1%.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih kurang dalam menguasai materi
pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan
KPK, maka peneliti perlu segera mengambil langkah untuk memperbaiki
pembelajaran tersebut, agar siswa dapat memahami materi pembelajaran. Sedangkan
distribusi frekuensi penilaian hasil prestasi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV
SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus II
No. Interval F % Kategori
1. 100-90 2 9.1 Baik Sekali
2. 89-70 14 62.6 Baik
3. 69-55 4 18.2 Cukup
4. 54-40 2 9.1 Kurang
5. 39-25 0 0 Kurang sekali
6. 24-0 0 0 Buruk
Jumlah 22 100 %
Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2
Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali 2 siswa atau 9.1%, kualitas
nilai baik sebanyak 14 orang atau 62.6%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan
kurang 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD
2 Besito Gebog Kudus dalam katagori baik.
Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan
apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke
indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran
berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria
ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan
44
antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar
dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah
dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau
70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan
akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta
ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini
meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan
berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal
menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat
dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai
sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikatagorikan baik. Penghitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah:
r % =N
nX 100 %
=22
16X 100 % = 72.7%
Keterangan :
n = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70.
N = Jumlah siswa.
Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV SD
2 Besito Gebog Kudus masih belum tuntas karena ketuntasan baru mencapai 72.7%
siswa yang mendapatkan nilai ketuntasan 70.
Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito
Gebog Kudus Kudus diperoleh mean sebagai berikut :
X = N
fx
=22
1520= 69.1
Keterangan :
X = jumlah skor seluruh siswa
N = jumlah siswa .
Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus II adalah 69.1. Ini
berarti belum mencapai ketuntasan yang diharapkan yakni : 70, dan secara klasikal
ketuntasan baru mencapai 72.7% sedangkan harapannya 85%. Oleh karena itu
45
diadakan pembelajaran dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball
Throwing untuk memenuhi standar ketuntasan siswa yakni minimal 85%. Melalui
penerapan Cooperative Learning Snowball Throwing, diharapkan hasil belajar
matematika siswa lebih meningkat.
Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan mengadakan
pembelajaran siklus III dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball
Throwing dengan harapan dapat lebih meningkatkan hasil belajar matematika siswa
kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus.
3. Siklus III
Pembelajaran siklus III dilaksanakan karena pada siklus II hasil belajar siswa
belum mencapai KKM dan secara klasikal siswa belum mencapai ketuntasan yang
diharapkan yaitu 85%. Berdasarkan pencapaian hasil pembelajaran pada siklus III
dapat diwujudkan dalam bentuk nilai hasil tes formatif pembelajaran matematika
pada tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 4.9
Nilai Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito
Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III
No. Nama Siswa NilaiKetuntasan
KeteranganTuntas Belum
1 ANTON KRISYANTO 80 √2 FIKRIYATUS SHOLIKHAH 70 √3 IRFAN VERI MANSYAH 80 √4 AMALIA AFIDAH 80 √5 NUR AYU INDRIYANI 60 √6 NOFI AYU NUR 50 √7 RYANA RIZKI ILHAMI 100 √8 ARYA ANDRIYANSAH 70 √9 AMELIA AGUSTINA ZULVA 100 √
10 DEDI TRI ARIYANTO 80 √11 FAHMI ZAKARIA 70 √12 MUH. ADITIA NUR 90 √13 MUH. ATTA NOOR 70 √14 MUH. IQBAL KUNCORO 90 √15 NAUVAL ADIB LUTHFI 100 √16 NIKMATUL SAADAH 80 √17 PUTRO DWI YULIANTO 80 √18 RIVANNE ABELIANA W. 90 √19 TIRTA ADYAKSA 80 √20 SYAH REZA ADIKUSUMA 70 √21 M. NAJMIR RIFKI 90 √22 ROYYAN QADDAFI 100 √
46
No. Nama Siswa NilaiKetuntasan
KeteranganTuntas Belum
Jumlah 1780 20 2Rata-rata / Persentase 80.9 90.9% 9.1%
Dari hasil penilaian tes formatif di atas, diperoleh nilai tertinggi 100, nilai
terendah 50, dan nilai rata-rata 80.9. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan
materi pembelajaran matematika siswa kelas IV pada kompetensi dasar menentukan
FPB dan KPK, telah mencapai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Secara lengkap hasil analisis tes formatif pelaksanaan siklus I dapat dilihat
pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10
Hasil Tes Formatif Matematika Kelas IV SD 2 Besito
Kecamatan Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III
Jumlah
Siswa
Banyaknya Siswa yang Memperoleh Nilai
Jml Rata-rata
Banyaknya
SiswaTingkat
Ketun
tasan0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 TuntasBlm
Tuntas
22 0 0 0 0 0 1 1 5 7 4 4 22 80.9 20 2 90.9%
0 0 0 0 0 5 60 350 560 360 400 1780 80.9
Berdasarkan tabel hasil tes formatif mata pelajaran matematika siklus III
dapat dideskripsikan perolehan hasil nilai siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus
adalah 1 siswa memperoleh nilai 50, 1 siswa mendapatkan nilai 60, 5 siswa
mendapatkan nilai 70, 7 siswa mendapatkan nilai 80, 4 siswa mendapatkan nilai 90,
dan 4 siswa mendapat nilai 100. Rata-rata nilai siswa 80.9 dengan tingkat ketuntasan
90.9%. Dari 22 siswa kelas IV yang tuntas belajarnya adalah 20 siswa dengan
persentase 90.9%, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 2 siswa dengan
persentase 9.1%. Siswa yang belum tuntas adalah siswa yang memerlukan
bimbingan dan perhatian khusus.
Rekapitulasi hasil tes formatif siklus III secara keseluruhan dapat dilihat pada
tabel 4.11 distribusi frekuensi di bawah ini.
47
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV
SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III
No. Nilai Frekuensi Persen Valid Persen Cumulative Persen
1. 50 1 4.5 4.5 4.5
2. 60 1 4.5 4.5 9.0
3. 70 5 22.8 22.8 31.8
4. 80 7 31.8 31.8 63.6
5. 90 4 18.2 18.2 81.8
6. 100 4 18.2 18.2 100.0
Total 22 100,0 100,0
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dideskripsikan hasil nilai tes
formatif siklus III dari masing-masing nilai. Nilai 50 frekuensinya 1 dengan
persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat cumulative persen 4.5%. Nilai
60 frekuensinya 1 dengan persentase 4.5% tingkat kevalidan 4.5% dan tingkat
cumulative persen 9.0%. Nilai 70 frekuensinya 5 dengan persentase 22.8% tingkat
kevalidan 22.8% dan tingkat cumulative persen 31.8%. Nilai 80 frekuensinya 7
dengan persentase 31.8%, valid persen 31.8% cumulative persen 63.6%. Nilai 90
frekuensinya 4 dengan persentase 19.2% tingkat kevalidan 18.2% dan tingkat
cumulative persen 81.8%. Nilai 100 frekuensinya 4 dengan persentase 18.2% tingkat
kevalidan 18.2% dan tingkat cumulative persen 100%.
Berdasarkan hasil dari distribusi frekuensi menunjukkan bahwa pada siklus
III siswa nilainya telah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dan secara
klasikal ketuntasan telah mencapai 90.9% dan melebihi ketentuan yaitu 85%, oleh
karena itu perbaikan pembelajaran siklus III tidak dilanjutkan lagi karena hasil
belajar siswa dalam pembelajaran matematika telah berhasil, sedangkan 2 siswa yang
belum tuntas perlu mendapat bimbingan dan perlakukan khusus.
Berdasarkan tingkat pencapaian nilai hasil rekapitulasi nilai formatif
matematika siklus III dapat dilihat pada grafik 4.3 di bawah ini.
48
Grafik 4.3
Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV
SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III
0
2
4
6
8
FREKUENSI 0 0 0 0 0 1 1 5 7 4 4
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Berdasarkan grafik siklus III di atas dapat dideskripsikan hasil tes formatif
yang dicapai siswa dalam pembelajaran matematika pada kompetensi dasar
menentukan FPB dan KPK dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball
Throwing siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus tahun pelajaran 2010/2011
diperoleh hasil nilai 50 dengan frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 60 dengan
frekuensi 1 tingkat ketuntasan 4.5%, nilai 70 dengan frekuensi 5 tingkat ketuntasan
27.8%, nilai 80 dengan frekuensi 7 tingkat ketuntasan 31.8%, nilai 90 frekuensi 4
tingkat ketuntasan 18.2%, dan nilai 100 frekuensi 4 tingkat ketuntasan 18.2%.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah berhasil dan tuntas dalam menguasai
materi pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar menentukan
FPB dan KPK, maka peneliti perlu segera mengambil langkah untuk menghentikan
pembelajaran tersebut, karena siswa telah mampu memahami materi pembelajaran.
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Prestasi Matematika Siswa Kelas IV
SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran 2010/2011 Siklus III
No. Interval F % Kategori
1. 100-90 8 36.4 Baik Sekali
2. 89-70 12 54.6 Baik
3. 69-55 1 4.5 Cukup
4. 54-40 1 4.5 Kurang
5. 39-25 0 0 Kurang sekali
6. 24-0 0 0 Buruk
Jumlah 22 100
49
Dari data interval nilai prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2
Besito Gebog Kudus diperoleh kualitas nilai baik sekali 8 siswa atau 36.4%, kualitas
nilai baik sebanyak 12 siswa atau 54.6%, kualitas cukup 1 siswa atau 4.5%, dan
kualitas nilai kurang 1 siswa atau 4.5%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa
kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori baik.
Menurut Depdiknas (2006: 39) penilaian dilakukan untuk menentukan
apakah peserta didik telah berhasil menguasai suatu kompetensi mengacu ke
indikator. Penilaian dilakukan pada waktu pembelajaran atau setelah pembelajaran
berlangsung. Sebuah indikator dapat dijaring dengan beberapa soal/tugas. Kriteria
ketuntasan belajar setiap indikator dalam suatu kompetensi dasar (KD) ditetapkan
antara 0% – 100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator nilai lebih besar
dari 70 per individu dengan tingkat ketuntasan secara klasikal 85%. Namun sekolah
dapat menetapkan kriteria atau tingkat pencapaian indikator, apakah 50%, 60% atau
70%. Penetapan itu disesuaikan dengan kondisi sekolah, seperti tingkat kemampuan
akademis peserta didik, kompleksitas indikator dan daya dukung guru serta
ketersediaan sarana dan prasarana. Untuk meningkatkan kualitasnya, dalam hal ini
meningkatkan kriteria pencapaian indikator semakin mendekati 100%.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa suatu penelitian akan
berhasil apabila memenuhi skor ideal yakni 70 untuk individual dan klasikal
menunjukkan 85%. Jadi kesimpulannya hasil penelitian siklus II belum dapat
dikatakan berhasil sebab jumlah siswa per individu yang mendapatkan nilai
sekurang-kurangnya 70 belum mencapai 85% secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikatagorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah
sebagai berikut :
r % =N
nX 100 %
=22
20X 100 % = 90.9%
Keterangan :
n = jumlah siswa yang mendapatkan nilai sekurang-kurangnya 70.
N = Jumlah siswa.
50
Berdasarkan uraian di atas ketuntasan belajar matematika siswa kelas IV
telah mencapai 90.9% sehingga melebihi batas minimal ketuntasan yakni 85%.
Dari hasil penilaian prestasi belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito
Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus diperoleh mean sebagai berikut :
X = N
fx
=22
1780= 80,9
Keterangan :
X = jumlah skor seluruh siswa
N = jumlah siswa .
Jadi, mean yang didapatkan dari hasil penilaian siklus I adalah 80.9. Ini
berarti melampaui batas ketuntasan yang diharapkan yakni 70. Melalui penerapan
Cooperative Learning Snowball Throwing hasil belajar matematika siswa lebih
meningkat.
Dari hasil analisis tersebut di atas, maka peneliti memutuskan untuk
menghentikan pembelajaran pada siklus III dan tidak dilanjutkan ke siklus
berikutnya karena telah dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV
SD 2 Besito Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus.
51
B. Pembahasan
Menurut Slameto (1991 : 22) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Siswa di Sekolah Dasar sebagai bagian dari masyarakat perlu dibekali
berbagai ilmu pengetahuan untuk dapat memahami kondisi masyarakat dan turut
memecahkan berbagai masalah. Melalui ide-ide yang disampaikan oleh guru
matematika siswa memiliki kemampuan intelektual dan kreativitas salah satunya
menguasai kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK. Berdasarkan fungsi dan
tujuan dari pembelajaran matematika tersebut di atas maka diadakan Penelitian
Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika khususnya dalam kompetensi dasar
menentukan FPB dan KPK. Dari temuan Penelitian Tindakan Kelas mulai dari siklus
I sampai dengan III menunjukkan adanya peningkatan yang berarti di masing-masing
siklus.
Dari hasil temuan pada penelitian tindakan kelas ini pada siklus I terlihat
aktivitas belajar siswa masih belum maksimal. Kelemahan dalam pembelajaran
disebabkan oleh guru maupun siswa. Adapun yang disebabkan oleh guru :
1. Penjelasan guru masih dangkal dan belum dimengerti siswa.
2. Guru kurang memberikan contoh-contoh tentang menentukan FPB dan KPK.
3. Cooperative Learning Snowball Throwing sebelum diterapkan secara
maksimal, sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa dalam
pembelajaran matematika.
Kelemahan dari siswa
1. Perhatian siswa terhadap mata pelajaran matematika yang diajarkan oleh guru
khususnya dalam kompetensi dasar menentukan FPB dan KPK masih kurang
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru.
2. Keantusiasan siswa dalam berdiskusi, kurang berani bertanya, mengajukan
opini dan argumentasi pada saat diskusi kelompok.
3. Kreativitas siswa belum maksimal karena kesadaran siswa dalam memahami
pembelajaran observasi masih kurang sehingga berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika siswa.
Meskipun ditemukan ada beberapa hal yang kurang pada siklus I, namun
ditemukan hal-hal yang positif dalam kaitannya dengan peningkatan aktivitas
52
belajar siswa dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball Throwing.
Hal-hal positif yang dimaksud adalah :
1. Guru tidak bersifat verbalisme dan mendominasi dalam pembelajaran karena
hakekat dari Cooperative Learning Snowball Throwing adalah siswa dapat
belajar dengan aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM).
2. Model Cooperative Learning Snowball Throwing dapat mendorong siswa
giat belajar dan lebih aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.
Karena dalam pembelajaran ini siswa dibuat aktif seperti pembelajaran
dengan diskusi, tanya jawab.
Dalam proses penelitian tindakan kelas ini ditemukan berbagai kendala di
antaranya :
a. Model Cooperative Learning Snowball Throwing membutuhkan keaktifan,
kreativitas, inovasi dari guru dan siswa. Untuk membangun pembelajaran ini
membutuhkan kesadaran, kesabaran dan kerjasama antara guru dan siswa
namun guru masih mengalami kesulitan dalam membangun kesadaran sehingga
pembelajaran siklus I dengan menerapkan Cooperative Learning Snowball
Throwing ini belum dapat efektif.
b. Keberhasailan pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan pula oleh teman
sejawat, karena yang membantu kelancaran dalam penelitian.
c. Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning
Snowball Throwing hendaknya dikelola secara efektif dan efisien, jika tidak
hasil yang dicapai kurang memuaskan.
Berdasarkan pelaksanaan penelitian pada siklus I sampai dengan III maka
hasil penelitian yang baik adalah pada pembelajaran siklus III. Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan hasil belajar siswa. Hasil observasi pada pembelajaran siklus I
sampai dengan III menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning Snowball
Throwing sangat memuaskan. Pada tahap opini/hipotesa masih dimunculkan oleh
guru sendiri. Guru telah berusaha memberikan pembelajaran yang terbaik untuk
membangunkan kesadaran dan semangat dalam belajar melalui berbagai kegiatan
seperti diskusi, tugas agar pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan.
Pada siklus III menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning
Snowball Throwing, siswa mampu mengikuti pembelajaran dengan baik. Siswa
53
lebih terfokus dalam proses pembelajaran sehingga dapat berjalan lebih efektif dan
efisien.
Hasil penilaian tes formatif pada siklus I sampai dengan III mata pelajaran
matematika dapat disajikan sebagai berikut ini :
1. Pada siklus I nilai rata-rata 59,5. Nilai tertinggi dicapai siswa 80 terendah
adalah 30, ketuntasan yang dicapai 45.5% dengan kategori kualitas nilai kurang.
Interval kualitas nilai baik sekali tidak ada, kategori kualitas nilai baik 10 siswa
atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan kurang 6 siswa atau 27.4%,
kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar matematika siswa
kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori kurang.
2. Pada siklus II nilai rata-rata 69.1. Nilai tertinggi dicapai siswa 90 terendah
adalah 40, ketuntasan yang dicapai 72.7% dengan kategori nilai baik. Interval
kualitas nilai baik sekali 2 atau 9.1%, kualitas nilai baik sebanyak 14 orang atau
62.6%, kualitas cukup 4 orang atau 18.2%, dan nilai kurang 2 siswa atau 9.1%.
3. Pada siklus III nilai rata-rata 80.9. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah
adalah 50, ketuntasan yang dicapai 90.9% dengan kategori nilai baik. Interval
kualitas nilai baik sekali 8 atau 36.3%, kualitas nilai baik sebanyak 12 orang
atau 54.6%, kualitas cukup 2 orang atau 9.1%.
54
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil analisis tes formatif yang dilaksanakan pada bab empat dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Cooperative Learning
Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika pada
siswa kelas IV semester 2 SD 2 Besito Gebog Kudus Tahun Pelajaran
2010/2011. Hal ini dapat ditunjukkan dari masing-masing siklus mengalami
kenaikan yang signifikan.
1. Pada siklus I nilai rata-rata 59,5. Nilai tertinggi dicapai siswa 80 terendah
adalah 30, ketuntasan yang dicapai 45.5% dengan kategori kualitas nilai
kurang. Interval kualitas nilai baik sekali tidak ada, kategori kualitas nilai
baik 10 siswa atau 33.3%, kualitas cukup 4 siswa atau 18.2%, dan kurang 6
siswa atau 27.4%, kurang sekali 2 siswa atau 9.1%. Ini berarti prestasi belajar
matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus dalam katagori
kurang.
2. Pada siklus II nilai rata-rata 69.1. Nilai tertinggi dicapai siswa 90 terendah
adalah 40, ketuntasan yang dicapai 72.7% dengan kategori nilai baik. Interval
kualitas nilai baik sekali 2 atau 9.1%, kualitas nilai baik sebanyak 14 orang
atau 62.6%, kualitas cukup 4 orang atau 18.2%, dan nilai kurang 2 siswa atau
9.1%.
3. Pada siklus III nilai rata-rata 80.9. Nilai tertinggi dicapai siswa 100 terendah
adalah 50, ketuntasan yang dicapai 90.9% dengan kategori nilai baik. Interval
kualitas nilai baik sekali 8 atau 36.3%, kualitas nilai baik sebanyak 12 orang
atau 54.6%, kualitas cukup 2 orang atau 9.1%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka ada beberapa saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sekaligus sebagai bahan uraian
penutup PTK ini, antara lain :
Hendaknya meningkatkan, mendayagunakan, dan mengembangkan
penerapan model-model pembelajaran yang menarik, seperti Cooperative
Learning Snowball Throwing sebagai salah strategi dan metode belajar yang
perlu diberdayakan di sekolah karena dari hasil penelitian dapat meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas IV SD 2 Besito Gebog Kudus.
54
55
Guru hendaknya berani mencoba menerapkan berbagai model
pembelajaran cooperative learning, di antaranya: Cooperative Learning
Snowball Throwing dalam pembelajaran karena akan dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dan prestasi hasil belajar siswa.
Siswa hendaknya proaktif dalam mengikuti pembelajaran dengan
berbagai model pembelajaran cooperative learning yang diberikan oleh guru
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
56
DAFTAR PUSTAKA
Toha Anggoro, dkk. 2008. Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Terbuka.
Dedy Gunarto.2007. Matematika SD/MI Kelas IV. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.
Depdiknas 2006. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Dinas Pendidikan Nasional. 2003. Kapita Selekta Matematika. Jakarta : Universitas
Terbuka.
Endang Retno.W. 2002. Metode Penelitian Kelas. Semarang : Universitas Semarang.
Ismail. 2003. Kapita Selekta Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.
Karso. 2005. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kasbolah. 1999. Methodik Dedaktik. Jakarta : Rineka Cipta.
_____. 2004. Pembelajaran Alat Peraga Matematika. Jakarta : Rineka Cipta.
Mulyani Sumantri. 2002. Matematika Dasar I. Jakarta : Universitas Terbuka.
Ruseffendie. 1993. Matematika 3. Jakarta : Universitas Terbuka.
______. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.
Soetjipto Wiriwidjoyo. 1991. Dedaktik Metodik. Jakarta : Depdikbud.
Sukirman. 2004. Matematika. Jakarta: Universitas terbuka.
Supardjo. 2004. Matematika Gemar Berhitung 4 untuk Kelas IV SD/MI. Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
Tirto Negoro. 1989. Matematika di SD. Jakarta : Depdikbud.
Wahyudin. 2003. Kapita Selekta Matematika SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardhani. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
56