5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga...

14
5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan Spesifikasi ketiga buah kapal purse seine mini yang digunakan dalam penelitian ini hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Ukuran kapal tersebut dapat dikatakan sebagai ukuran standar di Desa Sathean. Kapal-kapal tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut cukup untuk memuat purse seine mini yang memiliki panjang dan tingginya masing-masing hingga 400 meter dan 75 meter. Kapal yang lebih besar akan diperlukan jika nelayan ingin mengoperasikan purse seine yang lebih panjang karena volume tumpukan jaring akan menjadi lebih besar sementara ruang kerja untuk nelayan tetap diperlukan. Kapal-kapal purse seine mini tersebut tergolong kecil jika dibandingkan dengan kapal-kapal purse seine yang berpangkalan di Pekalongan, yaitu kapal yang memuat hingga 34 orang nelayan dan beroperasi cukup lama, yaitu hingga 30 - 40 hari, di lokasi yang cukup jauh dari pangkalannya (Hufiadi, 2007). Kapal- kapal purse seine Pekalongan memiliki panjang minimal 30,25 meter, lebar minimal 5 meter dan dalam 2,5 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki kapasitas volume sekitar 30 GT dengan menggunakan kekuatan lampu berkisar 15.000- 40.000 watt (Atmaja et.al, 2002). Di pesisir utara pulau Jawa juga dikenal purse seine mini, seperti di perairan Kabupaten Pati dan Tegal (Yusron, 2005). Kapal- kapal purse seine mini tersebut memiliki panjang minimal 15 – 18 meter, lebar 3 - 5 meter dan dalam 1,5 meter dengan volume > 30 GT. Dibandingkan dengan kapal purse seine mini di Jawa tersebut, maka kapal yang menjadi obyek penelitian tergolong lebih kecil. Di Provinsi Aceh menurut Mahdi (2002), kapal purse seine umumnya berukuran lebih besar, yaitu dengan panjang 16 – 28 m, lebar antara 3,5 – 6 m dan dalam antara 1,4 – 2 m. Kapal-kapal tersebut memiliki volume sekitar 40 GT sehingga mesin inboard yang digunakannya berkekuatan 105 – 320 PK. Sementara itu (Pottier, 1998) dalam (Atmaja et.al, 2002) memberikan deskripsi bahwa kapal pukat cincin yang beroperasi di sepanjang pantai utara Jawa

Transcript of 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga...

Page 1: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

Spesifikasi ketiga buah kapal purse seine mini yang digunakan dalam

penelitian ini hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Ukuran kapal

tersebut dapat dikatakan sebagai ukuran standar di Desa Sathean. Kapal-kapal

tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di

beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

cukup untuk memuat purse seine mini yang memiliki panjang dan tingginya

masing-masing hingga 400 meter dan 75 meter. Kapal yang lebih besar akan

diperlukan jika nelayan ingin mengoperasikan purse seine yang lebih panjang

karena volume tumpukan jaring akan menjadi lebih besar sementara ruang kerja

untuk nelayan tetap diperlukan.

Kapal-kapal purse seine mini tersebut tergolong kecil jika dibandingkan

dengan kapal-kapal purse seine yang berpangkalan di Pekalongan, yaitu kapal

yang memuat hingga 34 orang nelayan dan beroperasi cukup lama, yaitu hingga

30 - 40 hari, di lokasi yang cukup jauh dari pangkalannya (Hufiadi, 2007). Kapal-

kapal purse seine Pekalongan memiliki panjang minimal 30,25 meter, lebar

minimal 5 meter dan dalam 2,5 meter. Kapal-kapal tersebut memiliki kapasitas

volume sekitar � 30 GT dengan menggunakan kekuatan lampu berkisar 15.000-

40.000 watt (Atmaja et.al, 2002). Di pesisir utara pulau Jawa juga dikenal purse

seine mini, seperti di perairan Kabupaten Pati dan Tegal (Yusron, 2005). Kapal-

kapal purse seine mini tersebut memiliki panjang minimal 15 – 18 meter, lebar 3 -

5 meter dan dalam 1,5 meter dengan volume > 30 GT. Dibandingkan dengan

kapal purse seine mini di Jawa tersebut, maka kapal yang menjadi obyek

penelitian tergolong lebih kecil.

Di Provinsi Aceh menurut Mahdi (2002), kapal purse seine umumnya

berukuran lebih besar, yaitu dengan panjang 16 – 28 m, lebar antara 3,5 – 6 m dan

dalam antara 1,4 – 2 m. Kapal-kapal tersebut memiliki volume sekitar 40 GT

sehingga mesin inboard yang digunakannya berkekuatan 105 – 320 PK.

Sementara itu (Pottier, 1998) dalam (Atmaja et.al, 2002) memberikan deskripsi

bahwa kapal pukat cincin yang beroperasi di sepanjang pantai utara Jawa

Page 2: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

63

mempunyai panjang rata-rata 26,4 m, lebar 6,7 m dan dalamnya 2,1 m, mesin

inboard yang berkekuatan 250 – 320 PK dilengkapi dengan generator lampu 6000

watt.

Kapal purse seine yang berpangkalan di Pekalongan adalah kapal pukat

cincin besar kapal ini juga dilengkapi dengan alat bantu seperti lampu-lampu

sorot sebanyak 30 – 40 buah, radio komunikasi dan sejak tahun 1997 sebagian

besar kapal juga telah dilengkapi dengan alat global position system (Pottier dan

Sadhotomo, 1995). Jika dibandingkan dengan kapal-kapal purse seine dari pesisir

utara pulau Jawa tersebut maka kapal purse seine mini yang ada di Kabupaten

Maluku Tenggara sangat jauh berbeda, baik dari segi ukuran maupun alat bantu

yang digunakan. Namun perbedaan tersebut tidak berarti secara teknis armada

purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara lebih terbelakang karena

kebutuhan teknisnya berbeda, yaitu disebabkan oleh sifat operasinya yang one day

trip di lokasi pemasangan rumpon yang dekat pantai. Status teknologi armada

purse seine Kabupaten Maluku Tenggara akan berubah menjadi “rendah” atau

“terbelakang” jika nelayan lokal berniat untuk operasi lebih jauh dari basis yang

sekarang dan lebih lama. Namun hal tersebut tidak mungkin dilakukan dengan

kapal-kapal yang memiliki spesifikasi saat ini, kecuali modus operasi

penangkapan ikan menerapkan sistem kapal induk. Dalam sistem ini, kapal-kapal

purse seine hanya berfungsi sebagai penangkap ikan, hasil tangkapan kemudian

ditransfer ke kapal penampung atau pengangkut ikan yang juga berfungsi sebagai

penyedia kebutuhan perbekalan, termasuk mengangkut nelayan, di tengah laut

sehingga kapal-kapal purse seine tersebut tidak perlu terlalu sering ke pangkalan

untuk mengisi perbekalan.

Masalah yang dihadapi untuk pengembangan produktivitas perikanan purse

seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara seperti ini adalah adanya daerah

penangkapan ikan pelagis kecil pada musim kurang ikan (paceklik) maka nelayan

di desa Sathean akan melakukan operasi penangkapan yang lebih jauh dari lokasi

penangkapan sebelumnya. Lokasi daerah penangkapan kawanan ikan dimaksud

adalah perairan sebelah barat Dullah laut dan Kur-Tayando dimana lokasi-lokasi

tersebut berada lebih jauh dari pantai. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

kawanan ikan pelagis kecil biasanya berada tidak jauh dari pantai, seperti di

Page 3: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

64

sekitar pulau Mayau dan pulau-pulau di sebelah barat pulau Halmahera (Karman,

2008).

Spesifikasi purse seine di Indonesia ada bermacam-macam, paling tidak

dilihat dari panjang dan tinggi jaring (Tabel 13). Sebagai contoh, purse seine

yang dioperasikan nelayan Banda Aceh untuk menangkap cakalang memiliki

panjang yang berkisar mulai dari 600 m hingga 1350 m, lebar dari 60 hingga 85

m, dengan bahan dari jaring dengan mesh size 2 inci (Chaliluddin 2002).

Dibandingkan dengan purse seine yang dioperasikan nelayan Banda Aceh, seperti

dilaporkan oleh Chaliluddin (2002), maka purse seine yang ada di Maluku

Tenggara adalah lebih pendek ukuran purse seine dibandingkan dengan di Aceh.

Tabel 13 Perbandingan panjang dan tinggi purse seine dari beberapa tempat di

Indonesia No Lokasi Jenis ikan sasaran Panjang

(meter) Tinggi (meter)

Sumber

1 Maluku Tenggara layang, kembung, tongkol, selar.

200 - 400 60 -7 5 Hasil Penelitian

2 Banda Aceh Cakalang, tuna

600 – 1350 60 - 85 Chaliludin (2002)

3 Ternate layang, tongkol, selar.

200 - 600 40 - 60 Irham (2005)

4 Prigi tongkol, layang, teri, slengseng.

400 - 600 60 - 70 Perkasa (2004)

5 Pekalongan

layang, kembung, selar, siro, tembang

470 - 600 90 - 110 Hufiadi (2007)

6 Probolinggo

lemuru, teri, layang.

350 - 400 60 - 70 Lutfiah (2004)

7 Jenoponto

cakalang, tongkol, layang, kembung

375 - 500 50 - 70 Ghaffar (2006)

8 Pengambengan, Bali

lemuru, tongkol, layang.

200 - 300 60 - 70 Pratiwi (2002)

9

Lampung Layang, kembung, selar, tongkol

260 - 300 50 - 70 Yusfiandayani (1997)

Panjang purse seine sebaiknya disesuaikan dengan jenis ikan yang akan

ditangkap, khususnya pertimbangan pada kecepatan renang ikan, dan jarak aman

di mana ikan tidak terusik tingkah lakunya oleh jaring (Fridman, 1986). Semakin

tinggi kecepatan renang ikan maka purse seine harus semakin panjang;

sebaliknya, semakin rendah kecepatan renang ikan maka purse seine dapat lebih

pendek. Menurut rumus yang dibuat Fridman dan Carrother (1986) untuk

Page 4: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

65

menghitung panjang purse seine, maka untuk menangkap ikan yang bergerombol

di sekitar rumpon (kecepatan renang dianggap sama dengan nol) tidak diperlukan

purse seine yang terlalu panjang. Itulah sebabnya mengapa purse seine nelayan

Aceh yang menangkap kawanan cakalang yang berenang bebas jauh lebih panjang

dari purse seine yang ada di Maluku Tenggara dan Prigi yang menangkap ikan-

ikan pelagis kecil (layang, tongkol, teri, selar). Panjang purse seine mini untuk

yang dioperasikan dengan metode seperti diterapkan nelayan Maluku Tenggara

lebih ditentukan oleh ukuran atau diameter kawanan ikan dan jarak aman antara

jaring dan kawanan ikan. Mungkin itulah sebabnya mengapa purse seine mini

nelayan Maluku Tenggara lebih pendek dari purse seine nelayan Prigi (Jawa

Timur) yang menangkap kawanan ikan yang bergerak bebas (Perkasa 2004).

5.2 Hasil Tangkapan

Metode pengoperasian purse seine dengan dua kapal (two-boat system) yang

dilakukan nelayan Maluku Tenggara adalah sama dengan yang dilakukan oleh

nelayan Prigi di pesisir selatan Jawa Timur (Perkasa 2004) dan nelayan Ternate

(Irham 2005). Namun berbeda dengan nelayan Maluku Tenggara dan Ternate,

nelayan Prigi tidak menggunakan rumpon dan operasi penangkapan ikan

dilakukan pada siang hari dengan cara mengejar dan melingkari kawanan ikan

yang berenang bebas (Perkasa 2004). Oleh karena itu, pekerjaan nelayan Prigi

lebih berisiko karena ikan-ikan yang menjadi sasaran memiliki peluang lolos lebih

besar dibandingkan dengan ikan-ikan-ikan yang bergerombol di sekitar rumpon.

Perbandingan antara perikanan purse seine mini di Maluku Tenggara

dengan di tempat lain dapat dilakukan dengan melihat jumlah ikan yang diperoleh

per hari (Tabel 14). Namsa (2006) melaporkan bahwa hasil tangkapan rata-rata

kapal purse seine mini di Ternate adalah ± 1.706 kg per hari dengan jenis ikan

utama adalah layang, tongkol dan selar. Jika dibandingkan dengan produktivitas

kapal-kapal yang diteliti, maka produktivitas kapal-kapal purse seine mini di

Ternate adalah hampir sama. Hasil tangkapan dari setiap kapal yang diteliti

menunjukan bahwa semakin besar ukuran panjang jaring maka semakin lama

waktu yang diperlukan untuk purse seine mini dapat melingkari gerembolan ikan.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin panjang ukuran jaring purse seine

Page 5: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

66

mini maka hasil tangkapan yang di dapat semakin banyak. Namun ukuran

panjang jaring bukan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu operasi

penangkapan. Hasil tangkapan terutama ditentukan oleh keefektifan rumpon

dalam mengumpulkan ikan.

Tabel 14 Perbandingan panjang purse seine dan produktivitas kapal purse seine dari beberapa tempat di Indonesia

No Lokasi Jenis ikan sasaran Panjang

purse seine Produktivitas (kg per hari)

Sumber

1 Maluku Tenggara

layang, kembung, tongkol, selar.

200 - 400 1,340 ton Penelitian ini

2 Banda Aceh Tuna, cakalang, layang 650 – 1100 4,446. ton (Yustom, 2009)

3 Ternate layang, tongkol, selar. 200 - 600 1,706. ton (Namsah, 2006)

4 Prigi tongkol, layang, teri, slengseng.

400 - 600 1,182. ton Perkasa (2004)

5 Pekalongan Tongkol,layang, siro, kembung, selar.

470-600 m 3,789. ton (Chodriyah, 2009)

6 Probolinggo

lemuru, teri, layang. 350-400 m 1,030. Ton Lutfiah (2004)

7 Jenoponto

Cakalang, layang, kembung, tongkol

375-500 m 3,783. Ton (Ghaffar, 2006)

8 Pengambengan, Bali

lemuru, tongkol, layang.

200-300 m 1,967 ton (Pratiwi, 2002)

9

Lampung layang, kembung, selar, tongkol.

260 - 300 2,500 ton Yusfiandayani (1997)

Perbedaan produktivitas kapal purse seine mini di dua lokasi tersebut

(Maluku Tenggara dan Ternate) kemungkinan besar disebabkan oleh sejumlah

faktor, di antaranya adalah ukuran panjang jaring dan waktu kecepatan

pelingkaran. Perbandingan ukuran panjang purse seine mini pada kedua daerah

tersebut menunjukan adanya perbedaan dimana ukuran panjang jaring di

Kabupaten Maluku Tenggara 400 m sedangkan ukuran panjang jaring di Ternate

600 m, perbandingan ukuran ini juga mempengaruhi produktivitas hasil

tangkapan. Jumlah rata-rata produktivitas purse seine mini di Kabupaten Maluku

Tenggara 1.340 kg per hari sedangkan di Ternate rata-rata produktivitas 1.706 kg

per hari. Pengaruh ukuran panjang jaring juga berpengaruh pada pengoperasian

purse seine mini di Kabupaten Jenoponto (Sulawesi Selatan) dimana semakin

panjang jaring maka cakupan luasan yang berbentuk mangkok semakin luas dan

Page 6: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

67

peluang ikan tertangkap semakin besar (Ghaffar, 2006). Ukuran panjang jaring

minimal yang dioperasikan di perairan Jenoponto adalah 500 m dan tinggi 70 m

dengan rata-rata hasil tangkapan 3.783 kg per hari.

Faktor waktu kecepatan pelingkaran sangat ditentukan oleh ukuran kapal

(GT) dan tenaga penggerak (HP). Ukuran kapal purse seine mini di Kabupaten

maluku Tenggara adalah panjang 17,0 m, lebar 2,75 m, dalam 1,90 m dan tonage

15,5 GT dengan kecepatan pelingkaran rata-rata 10 menit sedangkan di Ternate

panjang 14,0 m, lebar 3,15 m, dalam 1,90 m dan tonage 17,5 GT dengan

kecepatan rata-rata 7 menit. Perbedaan ini sangat berpengaruh pada saat

pelingkaran jaring dimana pada saat melingkari kawanan ikan, kapal memerlukan

kecepatan penuh untuk mencegah lolosnya ikan untuk itu perlu menggunakan

tenaga penggerak berukuran besar tetapi juga harus memperhatikan ukuran

panjang kapal hal ini untuk menjaga kestabilan kapal saat melakukan operasi

penangkapan (Anhar, 1993). Faktor kekuatan mesin penggerak (HP) juga sangat

berpengaruh pada hasil tangkapan di perairan Jenoponto (Sulawesi Selatan).

kekuatan mesin akan menentukan kecepatan kapal saat mengejar gerombolan

ikan dan melingkari purse seine mengelilingi gerombolan ikan yang bergerak.

Kapal dengan kecepatan yang relatif tinggi dapat menghalangi atau menyaingi

kecepatan renang ikan. Oleh karena itu, kapal yang bergerak relatif lebih cepat

dari kecepatan renang ikan akan meningkatkan peluang tertangkapnya

gerombolan ikan (Fridman, 1986) diacu dalam Ghaffar (2006).

Analisis statistik terhadap data produksi ikan dan panjang purse seine mini

dari penelitian ini menyimpulkan semakin panjang jaring maka hasil tangkapan

yang diperoleh juga semakin besar. Salah satu faktor produksi yang

mempengaruhi hasil tangkapan adalah panjang jaring, dimana berdasarkan hasil

penelitian (Namsa, 2006), fungsi produksi untuk unit penangkapan purse seine

mini (soma pajeko) di perairan Kota Tidore Kepulauan memperlihatkan pengaruh

yang nyata terhadap hasil tangkapan, keadaan ini berarti bahwa setiap

penambahan atau pengurangan ukuran panjang jaring akan mengakibatkan

peningkatan atau pengurangan jumlah hasil tangkapan. Faktor panjang pukat

cincin dilaporkan juga signifikan untuk produksi ikan yang ditangkap dengan

pukat cincin di Pekalongan (Sudibyo, 1998) dan di Pengambengan Kabupaten

Page 7: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

68

Jembrana Bali (Sugiarta, 1992). Secara teoritis semakin panjang jaring pada

purse seine maka akan semakin besar pula garis tengah lingkaran dan

menyebabkan semakin besar peluang gerombolan ikan tidak terusik perhatiannya

karena jarak antara gerombolan ikan dengan dinding purse seine semakin besar

sehingga ikan tersebut semakin besar peluangnya untuk tertangkap (Fridman,

1986).

Penelitian ini membandingkan lama atau waktu yang diperlukan untuk

melingkarkan secara sempurna jaring-jaring yang berbeda panjangnya, yaitu 400

meter, 350 meter dan 300 meter. Secara teori, jika tidak ada hambatan teknis

yang diakibatkan oleh kondisi laut dan kesalahan manusia, maka semakin panjang

jaring akan semakin lama waktu yang diperlukan untuk melingkarkannya jika

kecepatan pelingkaran jaring dari setiap kapal yang mengoperasikannya adalah

sama. Analisis statistik sebenarnya tidak diperlukan jika penelitian hanya sekedar

bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata. Sesungguhnya

penelitian ini menunjukkan bahwa fishing master dari kapal purse seine mini yang

diteliti melingkarkan jaring dengan kecepatan yang tidak terlalu berbeda, yaitu

KM Virus rata-rata lama pelingkaran 12,43 menit dengan standar deviasi 1,40

(menit), KM Mujur rata-rata lama pelingkaran 10 menit dengan standar deviasi

1,30 (menit) dan KM Dewo rata-rata lama pelingkaran 8,57 menit dengan

standar deviasi 1,22 (menit). Adanya perbedaan nyata dalam lama pelingkaran

jaring tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan ukuran panjang

jaring pada saat melingkari gerombolan ikan sementara tenaga penggerak dari

masing-masing kapal adalah sama yaitu menggunakan mesin outboard 40 PK dua

buah, jumlah ABK masing-masing kapal 15 – 17 orang. Keahlian dan

ketrampilan ABK saat melakukan pelingkaran jaring juga sangat menentukan

waktu lama pelingkaran selain faktor kondisi oseanografi; arus, ombak dan angin

juga berpengaruh pada saat melingkari jaring.

Ukuran mata jaring pada alat penangkapan ikan yang berfungsi untuk

menjerat atau mencegah lolosnya ikan akan menentukan komposisi ikan yang

tertangkap. Ulasan tentang pengaruh faktor mesh size ini sering muncul dalam

penelitian tentang selektivitas alat penangkapan ikan, seperti yang dikemukakan

oleh Gulland (1983) selektivitas adalah kemampuan dari alat tangkap untuk

Page 8: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

69

meloloskan ikan. Lebih lanjut FAO (1995) menyatakan bahwa selektivitas

merupakan sifat alat tangkap tertentu untuk mengurangi atau mengeluarkan

tangkapan yang tidak sesuai ukuran (unwanted catch) dan selektivitas merupakan

fungsi dari suatu alat penangkapan ikan dalam menangkap spesies ikan dalam

jumlah dan selang ukuran tertentu pada suatu populasi di daerah penangkapan

ikan. Nomura et al. (1990) mendefinisikan lebih jauh tentang selektivitas ukuran

adalah pernyataan kuantitatif dari kemampuan alat tangkap untuk menangkap ikan

terhadap spesies dengan ukuran tertentu, kemampuan tersebut dengan

menghindarnya ikan dari hadangan jaring yang merupakan proses penentu

peluang tertangkapnya ikan. Selanjutnya, Fridman (1986) menyatakan bahwa

ukuran mata jaring mempunyai pengaruh terbesar pada selektivitas alat tangkap.

Memperbesar ukuran mata jaring dapat menyebabkan perubahan komposisi pada

jumlah hasil tangkapan, sehingga pengetahuan tentang selektivitas sangat

membantu dalam merancang, membuat dan mengoperasikan alat tangkap dengan

baik. Jika jaring diharapkan dapat mencegah lolosnya ikan maka ukuran ikan

terkecil yang tertangkap akan cenderung ditentukan oleh ukuran mata jaring.

Sehingga semakin besar ukuran mata jaring maka semakin kecil peluang ikan-

ikan terkecil yang tertangkap. Sebaliknya, jika ukuran mata jaring lebih kecil

maka peluang ukuran ikan terkecil yang tertangkap akan cenderung semakin

besar. Namun fenomena ini tidak ditemukan dalam penelitian di Maluku

Tenggara, baik pada komposisi ukuran ikan layang, tongkol maupun selar dalam

hasil tangkapan ketiga kapal yang masing-masing menggunakan purse seine mini

dengan ukuran mata jaring yang berbeda.

Ukuran ikan yang tertangkap pada ketiga kapal purse seine mini pada

penelitian ini adalah untuk jenis ikan layang dan selar didominasi ukuran yang

sudah matang gonad, dimana ikan layang dengan kisaran panjang 18 – 25,8 cm

dan mengalami pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity)

pada ukuran 19,3 cm dan ikan selar dengan kisaran panjang 15 – 18,8 cm dan

mengalami pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity) pada

ukuran 15,3 cm sedangkan untuk jenis ikan tongkol dengan kisaran panjang 22 –

30,8 cm umumnya ikan tertangkap didominasi ukuran kecil dan mengalami

Page 9: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

70

pertama matang gonad pada ukuran Lm (length at first maturity) pada ukuran 30

cm (www.fishbase.org).

Hasil penelitian menunjukan bahwa ukuran ikan tertangkap pada jenis

layang (Decapterus russelli) dan selar (Selaroides leptolepsis) didominasi oleh

ikan dewasa (matang gonad). Sedangkan ikan tongkol (Auxis thazard) ikan

tertangkap didominasi oleh ikan kecil. Umumnya ukuran ikan tertangkap pada

suatu perairan tersebut dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya

adalah musim penangkapan ikan dan ukuran matang gonad ikan. Penelitian

tentang musim penangkapan ikan dibeberapa daerah di Indonesia menurut Irham

(2005) bahwa musim penangkapan beberapa jenis ikan pelagis di perairan Maluku

utara adalah layang (Decapterus russelli) musim ini terjadi pada bulan ( Mei –

Juli ) dimana puncaknya pada bulan Juli yaitu pada saat musim timur, tongkol

(Auxis thazard) musim ini terjadi pada bulan ( September – Desember ) dimana

puncaknya terjadi pada bulan Oktober yaitu pada saat musim peralihan Timur-

Barat. Yusfiandayani (2004), menyatakan bahwa panjang ikan yang matang gonad

berdasarkan hasil penelitiannya di perairan Pasauran untuk ikan layang (20 – 21

cm), ikan tongkol (28 – 30 cm) dan ikan selar (22 – 24 cm). Sedangkan

berdasarkan hasil penelitian Najamudin (2004), bahwa hasil perhitungan dengan

selang kepercayaan 95% menunjukan bahwa ikan layang betina pertama kali

matang gonad pada ukuran panjang cagak (fork length) 14,28 cm dengan kisaran

panjang antara 14,08 – 14,47 cm, ikan layang jantan matang gonad pada ukuran

panjang cagak 15,54 cm dengan kisaran panjang antara 15,18 – 15,91 cm. Di

Teluk Ambon ditemukan ukuran pertama kali matang gonad pada panjang total 15

cm (Sumadhiharga, 1991), perairan laut Jawa ukuran pertama kali matang gonad

ikan layang yaitu pada panjang 15,53 cm (Widodo, 1988) dan di perairan

Kabupaten Barru teridentifikasi ada yang memijah pada panjang total 15 cm

(Sudirman, 2003).

Hasil penelitian hubungan panjang berat dari ketiga jenis ikan untuk

masing-masing kapal purse seine mini menunjukan bahwa KM Virus nilai b

(koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat, untuk ikan

layang 2,173, ikan tongkol 1,289 dan ikan selar 3,246 sehingga dapat dikatakan

bahwa pertumbuhan ikan layang dan tongkol menunjukkan nilai lebih kecil dari 3

Page 10: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

71

(b < 3) bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat lebih lambat dari

pada pertambahan panjang sedangkan untuk jenis selar menunjukkan nilai lebih

besar dari 3 (b > 3) sehingga dapat dikatakan pertumbuhan untuk selar bersifat

allometrik positif dimana pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan

panjang. KM Mujur nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan

panjang dan berat, untuk ikan layang 1,836, ikan tongkol 1,138 dan ikan selar

2,764 sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan

selar menunjukkan nilai lebih kecil dari 3 (b < 3) bersifat allometrik negatif di

mana pertambahan berat lebih lambat dari pada pertambahan panjang. KM Dewo

nilai b (koefisien regresi) yang didapat dari hubungan panjang dan berat, untuk

ikan layang 1,886, ikan tongkol 1,041 dan ikan selar 2,922 sehingga dapat

dikatakan bahwa pertumbuhan ikan layang, tongkol dan selar menunjukkan nilai

lebih kecil dari 3 (b < 3) bersifat allometrik negatif di mana pertambahan berat

lebih lambat dari pada pertambahan panjang.

Penelitian tentang hubungan panjang dan berat pernah dilakukan oleh

beberapa peneliti pada daerah yang berbeda diantaranya, di Laut Jawa dilakukan

oleh Widodo (1988) pada ikan layang (Decapterus spp) didapatkan nilai b = 2,997

untuk ikan jantan dan b = 3,043 untuk ikan betina dan di Perairan Teluk Ambon

dilakukan oleh Sumadhiharga (1991) diperoleh nilai b = 2,298. Perbedaan nilai b

dari beberapa penelitian ini diduga karena dipengaruhi oleh perbedaan musim dan

tingkat kematangan gonad serta aktivitas penangkapan. Menurut Graham (1935)

dalam Soumokil (1996) tekanan penangkapan yang cukup tinggi pada suatu

daerah turut mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan populasi ikan.

Berdasarkan hasil tangkapan selama operasi penangkapan yang dilakukan

oleh masing-masing kapal purse seine mini ternyata ikan-ikan yang tertangkap

adalah ikan yang sudah matang gonad (memijah). Penangkapan ikan yang sudah

memijah tidak akan membahayakan kelestarian sumberdaya ikan sebaliknya jika

penangkapan ikan yang belum sempat memijah akan membahayakan kelestarian

di perairan tersebut. Hal ini menunjukan bahwa kecil presentasi tertangkapnya

ikan-ikan ukuran kecil khususnya pada jenis layang dan selar pada saat penelitian

ini berlangsung, karena hasil tangkapan pada daerah penangkapan ikan di

perairan Udar, Mataholat dan Mastur di Kabupaten Maluku Tenggara di dominasi

Page 11: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

72

oleh ikan-ikan yang sudah memijah (dewasa) hal ini berdasarkan sebaran

perbandingan panjang ikan yang tertangkap pada saat dimana musim

penangkapan ikan akan berlangsung.

5.3 Pola Operasi Armada Purse Seine Mini

Pola operasi kapal-kapal purse seine mini di Desa Sathean berkaitan erat

dengan lokasi pemasangan rumpon dan desa atau pemukiman terdekat dengan

lokasi rumpon tersebut. Sebagai contoh, jika nelayan akan beropeasi di perairan

sebelah timur Pulau Kei Kecil dan selat Nerong, maka Desa Mastur akan menjadi

basis sementara karena berdekatan dengan posisi rumpon yang akan menjadi

daerah penangkapan ikan. Biasanya, nelayan harus diangkut dari Desa Sathean

menuju Desa Mastur dengan kendaraan darat sementara kedua kapal ikan (yaitu

kapal utama dan kapal Johnson) sudah tiba di Desa Mastur beberapa hari lebih

awal dari kedatangan nelayan. Biaya operasi dapat dihemat dengan cara

menyertakan beberapa penduduk desa menjadi sebagian dari nelayan yang ikut

dalam kegiatan penangkapan ikan. Jika nelayan akan beroperasi di perairan

sebelah timur Pulau Kei Besar maka kedua kapal akan berlayar bersamaan dari

Desa Sathean, melalui perairan dusun Udar dan Desa Mataholat.

Selama operasi penangkapan ikan, kapal utama akan berlabuh di perairan

desa atau pemukiman yang dekat dengan lokasi rumpon sambil menunggu pesan

kapan harus bergerak dari pengamat yang berada di sekitar atau di atas rumpon.

Pola operasi seperti ini terjadi apabila daerah penangkapan (fishing ground)

tempat rumpon berlabuh sangat dekat dengan desa dengan pantai yang pada saat

surut, ketinggian air laut masih bisa dilalui oleh kapal utama untuk melakukan

operasi penangkapan. Modus operasi penangkapan ikan seperti ini sama dengan

yang dilakukan oleh nelayan pajeko, nama lokal untuk kapal purse seine, di

Minahasa Selatan (Zainuddin 1994). Rumpon tersebut biasanya tidak jauh dari

pantai, sekitar 4 mil dari pantai, pada perairan yang relatif dangkal, yaitu kurang

dari 200 meter. Jarak antara lokasi rumpon dengan pantai tersebut serupa dengan

lokasi penempatan rumpon oleh nelayan-nelayan dari Kota Tidore, seperti

dilaporkan oleh (Hajatuddin 2008).

Page 12: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

73

Rumpon yang ada dilokasi penelitian umumnya relatif sama dengan rumpon

yang ada di daerah lain di Indonesia. Di Ternate Provinsi Maluku Utara

berdasarkan hasil penelitian Kamran (2006), rumpon terdiri dari tiga komponen

utama yaitu; rakit bambu dengan ukuran panjang (L) 6,0 m, lebar 4,0 m, dan

tinggi 0,70 m; tali temali dari bahan PE; dan atraktor dari daun kelapa sebanyak

12 pelepah direndam pada kedalaman 15 m didalam laut dan jangkar dari bahan

drum cor. Selanjutnya Subani (1986), menyatakan bahwa rumpon terdiri dari tiga

komponen utama yaitu pemikat ikan (atraktor), jangkar, dan pelampung. Panjang

tali jangkar (tali utama) yang digunakan pada rumpon di Desa Sathean berkisar

1,5 – 2,0 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dilabuhkan. Menurut Subani

(1986), panjang tali jangkar (tali utama) bervariasi, tetapi pada umumnya adalah

1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut dipasang. Panjang tali jangkar

(tali utama) 1,5 kali untuk mengantisipasi agar rumpon tidak mudah putus.

Nelayan purse seine mini Kabupaten Maluku Tenggara menentukan

daerah penangkapan ikan mengikuti angin moonsun, seperti umumnya dilakukan

oleh nelayan-nelayan di berbagai tempat di Indonesia. Menurut Nontji (2002), di

perairan Indonesia terdapat 2 (dua) kali angin musim sedangkan diantara dua

musim tersebut terdapat juga musim peralihan yaitu musim peralihan Barat-Timur

dan musim peralihan Timur-Barat. Perilaku adaptasi ini wajar dilakukan karena

nelayan selalu berusaha mencari tempat yang banyak ikan dan aman untuk

keselamatan dirinya, yaitu terhindar dari gelombang besar yang biasanya

ditimbulkan oleh angin yang bertiup kencang. Jika angin timur bertiup kencang

maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah barat pulau-pulau. Sebaliknya,

jika angin barat bertiup kencang maka nelayan akan beroperasi di perairan sebelah

timur pulau-pulau. Pola seperti ini juga dijumpai pada perikanan bagan rambo di

selat Makasar - Sulawesi Selatan (Syafiudin, 1991). Pola musiman daerah

penangkapan ikan tersebut berkaitan erat dengan pola angin moonsun.

5.4 Penelitian Selanjutnya

Pengamatan langsung terhadap operasi penangkapan ikan dalam penelitian

ini dilakukan dalam kurun waktu yang terbatas, yaitu selama tiga bulan, mulai

dari bulan Juli hingga bulan September 2010. Penelitian selanjutnya hendaknya

Page 13: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

74

dilakukan pada musim yang berbeda dengan tujuan diantaranya untuk

membandingkan komposisi ukuran ikan di antara musim yang berbeda. Pada

musim ini antara bulan (Juli – September) nelayan di Desa Sathean Kabupaten

Maluku Tenggara dalam melakukan operasi penangkapan diperhadapkan dengan

kondisi laut dimana angin dan gelombang yang besar. Faktor kondisi angin dan

gelombang ini sering menyebabkan hasil tangkapan menjadi sedikit, nelayan

hanya bisa melakukan operasi penangkapan ditempat daerah penangkapan

(fishing ground) yang sebelumya, ini diakibatkan informasi mengenai daerah

penangkapan ikan pada nelayan di Desa Sathean masih terbatas.

Keterbatasan informasi ini diakibatkan karena upaya penangkapan yang

dilakukan dengan unit penangkapan purse seine mini masih sangat sederhana

apabila dibandingkan dengan perikanan purse seine di daerah lain di Indonesia

yang sudah dilengkapi dengan alat bantu yang bersifat modern seperti ( GPS,

Fish finder dan Lampu sorot) yang dapat melakukan operasi penangkapan tanpa

mengenal waktu kapanpun baik itu kondisi laut bergelombang pada siang maupun

malam hari, tanpa mempertimbangkan musim angin bertiup baik itu pada waktu

musim angin timur maupun barat yang selalu bertiup kencang sehingga sering

mengganggu nelayan dalam mengoperasikan alat tangkap . Untuk itu pada

penelitian selanjutnya diharapkan perlu adanya perubahan pada unit perikanan

purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara. Dengan informasi yang

diperoleh dari penelitian selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk menilai prospek

pengembangan perikanan purse seine mini di Kabupaten Maluku Tenggara.

Pengembangan perikanan tersebut dapat mencakup baik peningkatan upaya

penangkapan ikan ataupun pengendalian kegiatan penangkapan ikan.

Peningkatan upaya penangkapan ikan dapat dirangsang dengan

penambahan atau perbaikan prasarana penangkapan ikan, seperti pada kapal

harus dilengkapi dengan fasilitas penyimpanan atau pendinginan ikan,

ketersediaan pabrik es untuk melayani kebutuhan kapal yang beroperasi dengan

trip operasi lebih dari satu hari, pengembangan industri pengolahan perikanan dan

belum beroperasinya pangkalan pendaratan ikan (PPI) juga merupakan hal yang

utama bagi nelayan untuk mendaratkan hasil tangkapan. Pengendalian

penangkapan ikan dapat mencakup penerapan pembatasan ijin penangkapan ikan

Page 14: 5 PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · tersebut dibuat oleh galangan kapal milik rakyat yang juga umumya ada di beberapa desa nelayan di Kabupaten Maluku Tenggara. Ukuran kapal tersebut

75

untuk menjaga kelayakan usaha dari unit-unit penangkapan ikan yang ada,

mencegah terjadinya kerugian kolektif karena terlalu banyak modal dikerahkan

namun tidak menambah manfaat. Upaya-upaya ini dilakukan agar

mengkuantifikasi usaha perikanan purse seine mini yang nantinya dapat

meningkatkan produksi hasil tangkapan serta kesejahteraan nelayan pada sektor

perikanan dan memberikan kontibusi bagi pembangunan daerah di Kabupaten

Maluku Tenggara.