5 Level Penyebab Krisis Rudal Kuba

download 5 Level Penyebab Krisis Rudal Kuba

of 4

Transcript of 5 Level Penyebab Krisis Rudal Kuba

3

Nama: Bayu WicaksonoNPM: 1106084293Dept.: KriminologiMatkul: Evolusi Pemikiran Keamanan Interasional

Ujian Tengah Semester: Take-home testCauses of Cuban Missile CrisisKrisis misil Kuba terjadi pada era Presiden John Franklin Kennedy yang tepatnya berlangsung dari 14-28 Oktober tahun 1962. Di masa itu sedang terjadi situasi memanasnya hubungan antar Amerika Serikat dengan Uni Soviet dalam Perang Dingin (The Cold War). Krisis berawal saat pesawat mata-mata Amerika Serikat, Lockheed U-2 Dragonlady, berhasil mengungkap keberadaan rudal jarak menengah (Medium Range Ballistic Missile) milik Uni Soviet di Kuba. Karna merasa terancam, AS pasang kuda-kuda dengan penuh pertimbangan. Presiden JFK akhirnya dihadapkan dengan berbagai opsi dan keputusan, keputusan utamanya adalah membentuk tim Executive Committee of the National Security Council (Ex-Com).Upaya pertahanan dan diplomasi yang terjadi selama krisis terlihat dalam film Thirteen Days. Meskipun tidak menghasilkan perang nuklir namun selama krisis misil Kuba US telah mempersiapkan kemampuan militer melawan Uni Soviet. Penyebab krisis ini dapat dilihat dalam 5 level analisis dimana setiap levelnya dikemukakan poin pemikirian oleh Levy-Thompson. Kelima level dalam krisis misil Kuba adalah:Level SistemBalance of Power merupakan pemikiran yang berkembang pada masa Perang Dingin. Asumsi dasar Balance of Power adalah apabila suatu negara meningkatkankan power atau kekuatannya maka negara lain yang merasa terancam juga meningkatkankan powernya. Hal ini disebut dengan Counter Balancing Coalition. Jadi bisa dikatakan Balance of Power ini merupakan bentuk dari rasa terancam suatu negara akan kekuatan negara lain atau aliansi negara lain. Suatu negara akan berupaya untuk menyamakan kedudukan kekuatan negaranya jika negara itu merasa terancam. Meningkatkan pertahanan dan keamanan suatu negara adalah dengan cara meningkatkan kekuatan militer negara itu.Balance of Power antara Amerika Serikat dan Uni Soviet adalah misalnya ketika Uni Soviet memasuki Eropa Timur, para pemimpin AS menilainya sebagai bagian dari usaha Uni Soviet menaklukan dunia. Begitu pula ketika AS membentuk Pakta ANZUS pada tahun 1951, para pemimpin Uni Soviet menilainya sebagai bagian dari usaha AS untuk mendominasi dunia. Perebutan lingkungan pengaruh diantara dua negara adidaya ini melahirkan sebuah pola yang bipolar. AS dan sekutunya merupakan satu polar, sedangkan di polar (kutub) yang lain muncul Uni Soviet dengan sekutunya. Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa Uni Soviet hanya menyamakan kekuatannya dengan Amerika yang pada saat itu memiliki rudal di Turki.Inter-State LevelSejarah perang dingin tidak hanya terjadi di Kuba, namun juga di berbagai negara yang terkait. Krisis rudal di Kuba merupakan turunan dari perselisihan US dengan Uni Soviet selama bertahun-tahun. Agen intelejen dari masing-masing negara juga memiliki masalah yang sama. CIA khususnya bagian Special Activities Division telah memata-matai Kuba dengan melakukan sabotase dan melakukan embargo ke Kuba sebelum menemukan foto rudal milik Uni Soviet. Begitu juga dengan KGB yang juga mempersiapkan strategi untuk melakukan pertahanan di Uni Soviet.Coalitional LevelPerang dingin terjadi karena perbedaan ideologi, Amerika Serikat memiliki ideologi liberal-kapitalis, sedangkan Uni Soviet berideologi sosialis-komunis kedua negara tersebut saling berebut pengaruh dalam politik internasional, dan ingin memperluas cakupan ideologi masing-masing. Ideologi sebagai strategic myths oleh masing-masing kubu telah menarik negara lain untuk bergabung. US didukung oleh Turki dan NATO, sedangkan Uni Soviet didukung oleh Kuba dan Warsaw Pact.Karena dianggap sistem komunisme Uni Soviet kurang efektif dibandingkan ideologi milik Amerika Serikat dan setelah banyak negara yang dulunya tergabung memisahkan diri dari Uni Soviet.Konstelasi sistem internasional yang dijalankan pada masa berakhirnya perang dingin adalah munculnya Amerika Serikat sebagai aktor tunggal yang menganggap dirinya menang atas Uni Soviet pada perang dingin.Domestic Decision Making LevelOrganizational Policy digambarkan dalam situasi yang terjadi di dalam Departemen Pertahanan (Ministry of Defence). Dimana sewaktu kapal perang Uni Soviet telah diperintahkan untuk mundur oleh Angkatan Laut AS, kapal tersebut tidak memedulikannya ataupun menggubrisnya. Maka, berdasarkan aturan yang ada di dalam satuan Angkatan Laut, Laksamana memerintahkan anak buahnya (Kapten kapal Pierce) untuk menembakkan meriam tanda peringatan bagi kapal Soviet tersebut. Aturan / SOP ini telah lama digunakan oleh para Angkatan Laut berdasrkan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya.Bureaucratic Politics menjelaskan proses pengambilan keputusan ada pengaruh dari berbagai aktor/pihak. Seperti Kongres, suara sipil, angkatan bersenjata, pers ataupun media, forum PBB, dan lain sebagainya. Ex-com terbagi menjadi dua kubu yaitu kubu Kennedy dan Kubu militer. Kubu militer percaya bahwa jalan terbaik adalah melalui serangan udara. Menurut mereka lebih baik bila AS menyerang terlebih dahulu dibanding apabila mereka diserang Uni Soviet terlebih dahulu. Sebaliknya, kubu Kennedy percaya bahwa jalan terbaik adalah melalui blokade. Hal ini memang terlihat lemah dan memerlukan waktu. Kennedy khawatir apabila Amerika menyerang maka Uni Soviet akan membalas dengan menyerang Berlin (Jerman Barat) yang merupakan anggota NATO yang merupakan aliansi militer dengan prinsip collective security.Individual LevelAktor yang berperan penting dalam krisis ini adalah Presiden JFK melawan Perdana Mentri Khrushchev. Presiden JFK mempertimbangkan cost & benefit hingga kemungkinan kerugian yang diakibatkan dari keputusan yang diambil. Terlihat jelas dalam rapat Kongres AS kemudian diklarifikasikan pilihan-pilihan atau opsi-opsi yang bersifat rasional (Clarify rational choices). Opsi-opsi tersebut antara lain ada tiga, yaitu: Pertama, dengan melakukan langkah serta pendekatan diplomatik (negosiasi). Kedua, langkah yang bisa dilakukan adalah dengan serangan udara terhadap Uni Soviet sampai mereka menyerah. Ketiga, serangan udara (air strike) ditambah dengan invasi ke Kuba. Upaya blokade yang dilakukan Amerika Serikat dianggap pilihan yang paling rasional yang dapat AS ambil. Hal ini dikarenakan pilihan tersebut dianggap pilihan yang paling aman.Permainan psikologi oleh PM Khrushchev terlihat pada saat mispersepsi atas keinginan Uni Soviet. Kennedy menanyakan permasalahan mengenai rudal tersebut. Khruschev kemudian menanggapi pertanyaan Kennedy dengan mengatakan bahwa tidak ada unsur offensif dari pemasangan rudal tersebut di wilayah Kuba namun hanya upaya defensif dari rudal nuklir AS di Turki. Dengan begitu, baik Khrushchev maupun JFK sama-sama berupaya untuk meminimalisir risiko (risk-propensity).

Universitas Indonesia