repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/4884/6/BAB 4.docx · Web viewSelain itu,...
Transcript of repository.radenfatah.ac.idrepository.radenfatah.ac.id/4884/6/BAB 4.docx · Web viewSelain itu,...
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
PENGELOLAAN OPINI PUBLIC DALAM MEMPERBAIKI CITRA
LEMBAGA KEPOLISISAN
A. Analisis Reputasi
Kegiatan ini berkaitan dengan mengidentifikasi isu, tantangan,
kelemahan, peluang dan ancaman di mata publik. Dari data dan wawancara yang
peneliti dapatkan selama proses penelitian pada divisi humas polda sumatera
selatan menyatakan bahwa pengelolaan Opini Public dalam Memperbaiki Citra
Lembaga Kepolisian, yaitu melalui beberapa kegiatan dan pernyataan–
pernyataan yang diungkapkan bagian humas tentang bagaimana terbentuknya
opini public. Suatu hal yang perlu dipahami sehubungan dengan terbentuknya
sebuah citra lembaga pemerintahan khususnya adalah adanya persepsi yang
berkembang dalam benak public terhadap realitas (yang muncul dalam media).
Citra lembaga pemerintahan di mata public dapat terlihat dari pendapat
atau pola pikir komunal saat mempersepsikan realitas yang terjadi. Realitas yang
bisa di dapatkan dari media massa atau media lain yang berhungan langsung
dengan public, bisa dianggap mewakili persepsi yang lebih besar atau pasif,
yakni seluruh masyarakat.
Dengan demikian, seberapa jauh citra akan terbentuk sepenuhnya
ditentukan oleh bagaimana PR mampu membangun persepsi yang didasarkan
oleh realitas yang terjadi. Untuk singkatnya, kita sebut saja PRC (Persepsi–
55
56
Realitas-Citra). Sekalipun persepsi belum tentu sama dengan realitas yang
muncul tetapi persepsi tidak bisa dibagun tanpa realitas yang mendasar. Apalagi
kalau realitas di selewengkan untuk mengelabui target audience sehingga
memunculkan persepsi sesuai dengan apa yang kita diinginkan.
PRC harus dibangun dengan fondasi kredibilitas. PRC yang tidak didasari
informasi realitas dengan kredibilitas tinggi hanya akan menghasilkan citra yang
lemah. Risiko yang diakibatkan oleh informasi yang tidak kredibel adalah
banyaknya celah yang bisa dilihat oleh public, termasuk pihak lain yang
memiliki kepentingan bersebrangan, untuk dengan mudah mengubah citra
menjadi negatif.
Apalagi, citra tidak bisa dipilah secara kaku pada area baik dan buruk.
Citra harus dikembangkan berdasarkan perkembangan bisnis yang dimilikiboleh
perusahaan. Perusahaan yang baru tumbuh membutuhkan pencitraan yang yang
berbeda dengan perusahaan yang sudah masuk dalam tingkat kematangan. Dalam
konteks humas citra diartikan sebagai "kesan, gambaran, atau impresi yang tepat
(sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan berbagai kebijakan personil
personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusaahaan.”
Divisi humas dalam mengelolah opini publik dalam memperbaiki citra
lembaga kepolisian sangatlah penting sekali dalam kemajuan Polda Sumatera
Selatan, diketahui tugas humas ialah melaksanakan publikasi, hubungan
masyarakat dan dokumentasi, menanggapi dan memecahkan masalah yang
muncul dibidang kehumasan.
57
Selain itu, unsur kejujuran, keterbukaan dan tangung jawab juga harus
dimiliki pihak yang ingin membangun reputasi. Proses membangun reputasi pada
akhirnya usaha mengenali diri sendiri, memaksimalkannya dan berusaha
menjadi yang terbaik untuk pihak lain secara jujur. Adapun pendekatan yang
digunakan dalam pembangunan sebuah reputasi untuk lebih jelasnya di paparkan,
yaitu sebagai berikut;
Menurut Saudari Yulia, yang mengatakan:
“Masih ada oknum polisi yang melakukan punggutan liar dan penilangan terhadap masyarakat, hal tersebut sebenarnya sangat disayangkan. Apalagi polisi seharusnya menjadi sosok yang dapat dijadikan panutan oleh masyarakat melakukan hal-hal yang dapat menurunkan image sektor kepolisian.”1
Menurut Saudari Syafira,yang juga menyampaikan pendapatnya yaitu:
“Tidak lah baik bagi oknum Polda Sumatera Selatan melakukan punggutan liar dan penilangan karena hal tersebut mencerminkan karakter yang buruk terhadap masyarakat tentang kepolisian khususnya Polda Sumatera Selatan, dan penilaian saya terhadap Polda Sumatera Selatan cukup baik menjalankan tugas dan fungsinya serta pelayanan masyarakatnya juga cukup baik”2
Dalam kaitannya dengan isu di lingkungan polda sumatera selatan, maka
divisi humas melaksanakan pengelolaan opini public dalam memperbaiki citra
lembaga kepolisian. Sebagai berikut;
1. Memperbaiki Citra1 Hasil wawancara dengan yulia selaku masyarakat sekitar polda sumatera selatan pada
tanggal 17 juli 20162 Hasil wawancara dengan Syafira selaku masyarakat sekitar polda sumatera selatan
pada tanggal 17 juli 2016
58
Membangun kembali kepercayaan masyarakat mengingat telah
terjadinya krisis kepercayaan terhadap kepolisian sebagai akibat kurang
efektifnya penyelengaraan fungsi kepolisian serta sikap dan perilaku negatif
anggota polda. Hal ini terjadi karena;
a. Kekurang mampuan dan kelambanan polisi dalam mengungkapkan
kasus kejahatan serta ketidakpuasan pencari keadilan terutama bagi
masyarakat lapis bawah terhadap objektifitas, kejujuran, dan
transparansi polisi;
b. Adanya kepercayaan yang kuat di kalangan masyarakat tentang adanya
kolusi antara oknum-oknum penegak hukum/keamanan dan pemerintah
dengan pengelola industry vice(penyakit masyarakat) dan kejahatan
tanpa korban (victimless crimes)
c. Tertutupnya peluang masyarakat lokal untuk ikut mengawasi
penyelengaraan fungsi kepolisian. Kepolisian masa depan harus dikelola
secara transparan dengan membuka peluang ke ikut sertaan masyarakat
sebagai Stakeholder baik dalam memberikan penilaian maupun dalam
proses manajemen polda;
d. Rendahnya kualitas penyajian layanan masyarakat;
e. Penyalahgunaan kekuasaan sebagai dosa-dosa kepolisian.
Proses yang memberikan pengawasan dalam semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Dengan adanya
pengelolaan yang baik untuk kegiatan yang dilakukan maka, hasil yang akan
59
dicapai akan semakin mudah untuk dicapai. Menurut Kasubbag Penmas Darul
S.Ag menanggapi isu-isu negatif yang timbul di masyarakat tentang polda
sumsel yaitu:
“Polda tetap berupaya memperbaiki dan membenahi strukturnya maupun anggotanya sebaik mungkin, baik melalui penyelidikan maupun kegiatan. Yaitu kegiatan revolusi mental yang di gadang-gadang oleh Presiden Jokowi , yang bekerja sama dengan media, karena itu di pantau terbuka /transparan secara akuntable dan humanis. Umpamanya anggota polri atau pns terlibat narkoba atau kejahatan yang lain, polda melakukan pembinaan kepada anggota yang bermasalah tersebut. Melalui revolusi mental, yaitu pembinaan mental dalam segi agama, pembinaan di lakukan kurang lebih selama 3 bulan.” 3
Dengan adanya strategi yang baik dan pengelolaan opini publik yang
baik, maka semua kegiatan yang telah direncanakan dapat dikerjakan dengan
baik, kemudian kerja sama tim yang solid akan menambah kesuksesan suatu
organisasi yang dijalankan. Pengelolaan perlu diperhatikan dan dilaksanakan
agar semua tujuan organisasi dapat dicapai dengan baik.
Tujuan pokok bagi suatu organisasi atau perusahaan. Pengertian citra
itu sendiri abstrak atau intangible, tetapi wujudnya dapat dirasakan dari
penilaian, baik semacam tanda respek dan rasa hormat dari publik
sekelilingnya atau masyarakat luas terhadap organisasi atau perusahaan
tersebut dilihat sebagai sebuah badan usaha yang dipercaya, professional, dan
dapat diandalkan dalam pembentukan pelayanan yang baik. Tugas PR itu
3 Hasil wawancara dengan Darul S.Ag Penata Tingkat 2 Humas Polda Sumatera Selatan pada tanggal 17 juli 2016
60
sendiri adalah menciptakan citra organisasi yang diwakilinya sehingga tidak
menimbulkan isu-isu yang merugikan.
2. Merubah Pendekatan Militeristik Ke Propesionalitas.
Membangun polisi yang professional bukan menganti baju, tetapi juga
harus merubah wajah polda. Bahwa badan-badan kepolisian harus disusun
dengan mengambil model para militer merupakan kenyataan universal tetapi
menjadikan anggota kepolisian seperti prajurit (militer) adalah suAtu
kebijakan yang keliru. Tanpa harus menghapuskan tradisi-tradisi militer yang
memang dibutuhkan bagi kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan tugas
anggota kepolisian, gaya militeristik yang mengancam upaya memajukan
profesionalisme harus terus menerus dihapuskan. Suatu pendekatan
professional lebih menekankan pada kemampuan individual yang diwarnai
oleh ciri rasionalitas. Polisi yang professional bukan saja harus mampu
melaksanakan pekerjaannya sesuai teknis profesinya, tetapi juga mampu
memahami kasus yang ditanganinya secara tepat.
3. Perbaikan Paradigma Kepolisian
Pengeseran paradigma kepolsian harus menyangkut perubahan
pendekatan dari yang berorientasi kekuasaan menjadi yang megedepankan
pelayanan. Pelayanan kepolisian pada dasarnya mencangkup pelayanan
penegakkan hukum dan pelayanan penegakkan keamanan termasuk ketertiban
umum dan hal-hal terkait.
61
4. Perubahan Tugas Kepolisian
Perubahan yang menyangkut pendekatan pelaksanaan tugas yang
berorientasi pada harapan masyarakat. Harapan masyarakat dapat dibedakan
dari segi produk dan segi proses. Dari segi produk berupa timbulnya rasa
aman dan kepastian hukum, dari segi proses, polisi Dituntut bersikap adil,
dalam arti perlakuan yang sama dan sesuai hukum bagi setiap orang yang
dilayaninya
5. Perubahan Sistem Cultural Pendidikan Kepolisian
Proses dalam pengelolaan opini public dalam memperbaikiki citra
lembaga kepoliusian diatas, tidak mungkin diaplikasikan hanya melalui
perubahan aspek instrumen dan/atau perubahan struktur saja. Reformasi
polda, sebagaimana pengalaman berbagai Negara menunjukan harus
menyangkut berubahan kultur secara menyeluruh. Ini berarti bahwa
pengelolaan opini public dalam memperbaikiki citra lembaga kepoliusian
harus diarahkan pada sistem pendidikan kepolisian. Perubahan sistem
pendidikan bukan hanya menyangkut perubahan kurikulum saja, tetapi juga
program-program pendidikan, baik dalam arti jenjang maupun kejujuran.
Kemauannya harus diarahkan untuk menjamin efisiensi, efektifitas, dan
profesionalitas. pengelolaan opini public dalam memperbaikiki citra lembaga
kepoliusian perlu ditinjau kembali dengan kemungkinan mengalihkan
sebagian proses pendidikan dari dari lembaga pendidikan ke satuan-satuan
pengguna.
62
Berdasarkan pada kenyataan diatas maka peneliti dapat memahami
bahwa dengan adanya sebuah kegiatan tersebut akan menjadi sebuah ancaman
di masyarakat.
B. Perencanaan Strategis
Program Kerja yang strategis disusun untuk diterapkan kepada publik.
Program kerja ini harus sesuai dengan visi dan misi organisasi. Menurut
Kasubbag Renmin Herwanto:
“Pandangan masyarakat sekarang bermacam-macam, ada pandangan negatif dan banyak pula pandangan positif. Karena polisi sekarang tidak sama dengan polisi jaman dulu, sekarang polisi melayani dan memberikan informasi selengkap-lengkapnya baik tentang kinerja polri itu sendiri maupun kejadian di masyarakat. Pelayanan polisi ini tidak semua dipandang negatif.”4
Berdasarkan perndapat diatas, maka dapat dipahami bahwa dalam
Implementasi pelaksanaan perencanaan yang strategis, maka program
perencanaan tersebut harus memuat hal-hal berikut ini, yaitu;
1. Credibility (Kredibilitas) Komunikasi dimulai dengan iklim rasa saling
percaya. Penerima harus percaya kepada pengirim informasi dan menghormati
kompetensi sumber informasi terhadap topik informasi.
2. Context (Konteks) Program komunikasi harus sesuai dengan kenyataan
lingkungan. Komunikasi yang efektif membutuhkan lingkungan sosial yang
mendukung, yang sebagian besar dipengaruhi media massa.
4 Hasil wawancara dengan Kasubbag Renmin Herwanto Penata Tingkat 1 Humas Polda Sumatera Selatan Pada Tanggal 17 Juli 2016
63
3. Content (isi) Pesan harus mengandung makna bagi penerimanya dan harus
sesuai dengan sistem nilai penerima. Pesan harus relevan dan dapat
bermanfaat bagi penerima.
4. Clarity (Kejelasan) Pesan harus diberikan dalam istilah sederhana dan kata-
katanya harus bermakna sama menurut pengirim dan penerima. Organisasi
harus berbicara dengan satu suara, tidak banyak suara.
5. Continuity and consistency (Kontinuitas dan konsistensi) Komunikasi adalah
proses tanpa akhir dan membutuhkan repetisi agar bisa masuk serta beritanya
harus konsisten.
6. Channel (Saluran) Saluran komunikasi yang sudah ada harus digunakan dan
pemilihannya harus sesuai dengan publik sasaran
7. Capability of the audience (Kemampuan khalayak)Komunikasi harus
mempertimbangkan kemampuan audien. Komunikasi akan efektif apabila
tidak banyak membebani penerima untuk memahaminya. Kemampuan ini
dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti waktu, kebiasaan, kemampuan
membaca dan pengetahuan khalayak.
Berdasarkan pada kenyataan diatas maka dapat di pahami bahwa dengan
adanya program kerja dan stategi tersebut akan bisa mengelola opini yang timbul
di masyarakat.
64
C. Stakeholder Relations
Menjalin hubungan dengan kontinu dengan Stakeholder sanggat penting
sebagai cara mudah menyampaikan informasi dalam membangun reputasi.
Menurut Kasubbag Renmin Herwanto:
“Polda memiliki sms pengaduan dari masyarakat, itu pun hampir tiap harinya. Sms tersebut ada yang kepolda sumsel langsung ada juga yang kekabid humas. Macam-macam pengaduan tingkah laku oknum di lapangan.”5
Dalam rangka menciptakan dan membina hubungan dengan media divisi
humas Polda Sumatera Selatan melaksanakan hal-hal berikut ini, yaitu:
1. Memahami dan melayani media Dengan berbekal pengetahuan tentang hal-hal
pokok mengenai media, seperti jangkauan pembaca, daerah sirkulasi,
frekuensi penerbitan, kebijakan editorial, metode distribusi dan lain-lain,
maka Public Relations akan mampu menjalin kerjasama dengan pihak media.
Public Relations akan dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang
saling menguntungkan.
2. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya Public Relations
harus senantiasa siap menyediakan atau memasok materi-materi yang akurat
di mana saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah
Public Relations akan dinilai sebagai suatu sumber informasi yang akurat dan
dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka
5 Hasil wawancara dengan Kasubbag Renmin Herwanto Penata Tingkat 1 Humas Polda Sumatera Selatan Pada Tanggal 17 Juli 2016
65
komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah
diciptakan dan dipelihara.
3. Menyediakan salinan yang baik Public Relations diharapkan dapat
menyediakan foto-foto yang baik, menarik dan jelas secara cepat, dan juga
menyediakan salinan naskah. Hal ini dikarenakan, dokumen tersebut setiap
saat bisa saja dibutuhkan ketika berhubungan dengan media, ataupun juga
pada saat krisis.
4. Bekerja sama dalam menyediaan materi Public Relations dan jurnalis dapat
bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers
dengan tokoh-tokoh tertentu. Dalam hal ini Public Relations berindak sebagai
fasilitator bagi jurnalis dan media dalam menyediakan narasumber yang
memiliki kredibilitas.
5. Menyediakan fasilitas verifikasi Public Relations juga perlu memberi
kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verfikasi (pembuktian
kebenaran) atas setiap materi yang mereka terima. Seperti, para jurnalis
diizinkan untuk langsung melihat fasilitas atau kondisi-kondisi perusahaan
yang hendak diberitakan.
6. Membangun hubungan personal yang kokoh Suatu hubungan personal yang
kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh
keterbukaan, kejujuran, kerja sama dan sikap saling menghormati profesi
masing-masing.
66
Menurut Andika Pranata Jaya, S.Sos:
“Polisi tidak ada artinya tanpa peran serta masyarakat, karena kamtibmas membutuhkan peran serta masyarakat dimanapun berada, untuk itu diharapkan masyarakat bisa menjadi Polisi bagi dirinya sendiri, keluarga dan lingkungan”6
Menurut saudari Oca yang memberikan pendapatnya:
“Sudah menjadi tugas seorang polisi melayani masyarakat dengan baik, namun kenyataannya ketika saya datang ke Polda Sumsel untuk menanyakan tentang pembuatan SKCK malah disepelehkan hal tersebut tidak mencerminkan polisi yang profesional dan mempunyai ahlak yang terpuji”7
Berdasarkan pada kenyataan diatas maka dapat di pahami bahwa
dengan masyarakat yang datang ke Polda Sumsel akan timbulnya hubungan
yang positif dan negatif pada anggota polisi.
D. Memantau Media
Secara aktif dan jeli memantau laporan terkait produk organisasi yang
tersebar di berbagai media. Berita yang dipantau dan dicatat dipisahkan antara
yang bernada positif dengan yang negatif, memecahkan berita yang memuat
pesan dari organisasi, mengidentifikasi pesan dan isu terkait organisasi serta
menilai respon Stakeholder.
Seluruh tahapan strategi Public Relations yang dilakukan oleh Polda
Sumatera Selatan dalam media relations memiliki tujuan utama yaitu untuk
menjalin hubungan baik dengan para wartawan. Dengan terjadinya hubungan 6 Hasil Wawancara tidak terstruktur dengan Andika Pranata Jaya, S.Sos Selaku masyarakat
Pada Tanggal 17 Juli 20167 Hasil Wawancara tidak terstruktur dengan Oca Selaku mahasiswa UIGM Pada Tanggal
17 Juli 2016
67
yang baik ini, maka diharapkan adanya penulisan pemberitaan yang positif oleh
media terhadap Polda Sumsel. Humas Polda Sumsel secara resmi menghubungi
wartawan ketika melakukan kegiatan konferensi pers, press tour, dan kunjungan
pers.
Sedangkan dalam bentuk yang tidak resmi perusahaan mengundang
wartawan dalam acara sesarehan. Menurut para wartawan, penting bagi Humas
Polda Sumsel supaya memilki pemahaman mengenai suatu media. Selain
memasok materi yang layak diterbitkan, semua prkatisi PR juga perlu memahami
bagaimana sebuah informasi di media itu diterbitkan. Sebagian pengetahuan
tersebut dapat dipelajari hanya dengan mengamati dan menganalisisnya saja
Dalam pelaksanaan kegiatan media relations di Polda Sumsel, wartawan
mempunyai anggapan bahwa selama ini perusahaandalam mengadakan kegiatan
media relations memiliki beberapa kelebihan antara lain :
1. Wartawan selalu dikonfirmasi terlebih dahulu jika Polda Sumsel akan
mengadakan kegiatan atau cara penting. Biasanya lewat undangan yang
bersifat resmi, atau yang tidak resmi seperti lewat telepon dan sms tentang
pemberitahuan tempat, waktu, tanggal pelaksanaan acara kepada wartawan.
2. Selama pelaksanaan kegiatan tersebut, pihak perusahaan telah memberikan
informasi yang jelas dan terbuka bagi wartawan. Jika dirasa masih kurang
lengkap, maka humas Polda Jateng siap menerima kedatangan atau
pertanyaan seputar informasi tersebut.
68
3. Bekerja sama dalam penyediaan materi, seperti membagikan press release
kepada media. Dengan tujuan agar informasi yang akan ditulis di media baik
dan jelas.
E. Pelatihan Media
Sumber: Majalah Tribrata News Sumsel (Majala Polda Sumsel)
Gambar: 3 Silaturahmi Para Jurnalis dan Wartawan dan Polda Sumsel, serta
Kodam II Sriwijaya.
Organisasi harus memberikan pelatihan terkait media massa kepada
praktisi PR. Pelatihan media yang dimaksud di sini adalah pelatihan dalam
bentuk pemberian materi-materi mengenai tentang tata cara menulis pada media,
media atau karya tulis ilmiah yang diadakan oleh Polda Sumsel melalui seminar-
seminar baik yang diadakannya sendiri maupun yang diadakan oleh instansi atau
lembaga lain dan Polda Sumsel di sini bertindak sebagai pengisi materi atau
narasumber pada saat pelaksanaan.
69
Menurut Kabid Humas Kombes Pol Drs. R.Djarod P.H.Madyoputro,MH
menegaskan:
“Tingkatkan kerjasama dengan fungsi kehumasan lainnya, tingkatkan kwalitas kinerja, kuasai media, berikan pelayanan terbaik kepada masyarakat maupun anggota”8
F. Materi Komunikasi
Organisasi merancang naskah untuk berbagai media terkait promosi,
kebijakan, program kerakyatan dan lain-lain yang berkaitan langsung dengan
reputasi. Dalam proses pengelolaan opini publik yang dilakukan oleh humas
Polda sumatera selatan tidak lepas dari sarana atau media komunikasi baik itu
menggunakan media elektronik dan media cetak ataupun berkomunikasi secara
langsung terhadap masyarakat adapun media elektronik dan media cetak yang di
gunakan Polda sumatera selatan sebagai berikut.
1. Televisi
Sumber: Doc Polda Sumatera Selatan
Gambar: 4. Berita Pasca Bom Jakarta
8 Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan Kombes Pol Drs. R.Djarod P.H.Madyoputro,MH Ketua Kabid Humas Polda Sumatera Selatan Pada Tanggal 17 Juli 2016
70
Televisi sebagai salah satu media elektronik yang digunakan banyak
orang sebagai media komunikasi, baik itu tentang pendidikan ataupun bisnis.
Melihat pengertian diatas dapat kita pahami bahwa televis merupakan
kebutuhan sekunder bagi masyarakat Indonesia bahkan masyarakat dunia,
sebab televisi dapat menjadi sumber pengetahuan dan hiburan bagi
masyarakat yang memilikinya. Televisi mempunyai daya tarik yang cukup
kuat untuk menghibur dan merubah tindakan masyarakat yang telah menjadi
teman setianya.
Dengan demikian, menurut peneliti dapat di pahami bahwa untuk
memperbaiki citranya kepolisian Polda Sumatera Selatan juga bekerja sama
dengan media elektronik seperti Televisi lokal untuk menyampaikan
informasinya.
2. Website
71
Sumber: Doc. Bidang humas Polda Sumatera Selatan
Gambar: 5. Website Resmi Polda Sumatera Selatan
Website sebagai kumpulan-kumpulan halaman yang menampilkan
berbagai macam informasi teks, data, dan gambar atau berbagai macam
halaman situs yang terangkum didalam sebuah domain atau juga subdomain,
yang lebih tepatnya berada di dalam world wide webe yang tentunya terdapat
di internet. Polda Sumatera Selatan juga mempunyai website resmi Polda,
yang mana website tersebut berisikan semua informasi mengenai Polda yang
boleh di publist ke masyarakat luas, sebagai sumber informasi yang akurat
yang di berikan oleh Polda.
Dengan demikian, menurut peneliti dapat di pahami bahwa untuk
memberikan informasi kepada masyarakat melalui media massa dan juga
memberikan kesan positif di masyarakat tentang Polda Sumatera Selatan.
3. Radio
Sumber: Doc Polda Sumatera Selatan
72
Gambar: 6. Ruang Siaran Langsung Di Radio Local
Media elektronik seperti radio sangat dikenal oleh masyrakat, sampai
sekarangpun radio masih eksis di gunakan, meskipun daya tarik masyrakat
untuk radio sudah semakin berkurang karena sudah adannya televisi. Akan
tetapi proses komunikasi yang menggunakan radio sudah cukup efektif
meskipun daya jangkau radio terbatas. Meskipun begitu Polda Sumatera
Selatan masih menggunakan strategi dalam mengelola opini di masyarakat
menggunakan radio untuk menyampaikan semua informasi kepada masyrakat.
Seperti yang disiarkan oleh Kabid Humas Kombes Pol. Drs. Cahyo
Budisiswanto,MH:
“Jangan menggunakan barang-barang mewah yg berlebihan,jangan melewati jalur yg rawan sendirian, mengaktifkan siskamling,jangan main hakim sendiri dan jika masyarakat membutuhkan bantuan atau ada keluhan dapat mengirimkan Sms Online ke Polda Sumsel 0811755551”.9
Menurut Darul S.Ag:
“Informasi yang disampaikan melalui radio dapat mempermudah praktisi humas Polda Sumatera Selatan dalam melakukan Tanya jawab tentang permasalahan dan informasi keluhan masyarakat tentang para petugas polda yang sedang disampaikan oleh praktisi humas maupun Kapolda ”10
Maka dari itu dapat kita ketahui bahwa praktisi humas telah melihat
peluang untuk lebih dekat dengan masyarakat dalam melakukan komunikasi
secara langsung seperti Tanya jawab yang dilakukan melalui media audio 9 Hasil wawancara tidak terstruktur kombes Pol. Drs. Cahyo Budisiswanto,MH kabid
Humas Polda Sumatera Selatan Pada Tanggal 17 Juli 201610 Hasil Wawancara Darul S.Ag Penata Tingkat 2 Bid Humas Polda Sumatera Selatan. Pada
Tanggal 17 Juli 2016
73
yakni radio. Seperti gambar dibawah ini yang mana deputi menejer humas
beserta staf humas melakukan siaran langsung di salah satu radio lokal.
4. Koran
Sumber: Doc Polda Sumatera Selatan
Gambar: 7. Koran Kliping dan Jurnal Polda Sumatera Selatan
Media lainnya yang digunakan Humas Polda Sumatera Selatan yang
dimaksud adalah media cetak, media cetak disini berupa koran. Koran adalah
sejenis surat kabar yang memberikan informasi tentang peristiwa-peristiwa
penting yang selalu ditunggu banyak orang untuk mengetahui apa yang terjadi
dan hal lainnya yang dibutuhkan orang-orang. Dalam hal surat kabar Polda
Sumatera Selatan juga mempunyai surat kabar sendiri yang berbentuk kliping
dan jurnal yang mana setiap hari itu selalu dibuat sebagai acuan kinerja Polda
Sumatera Selatan semakin baik lagi. Kliping dan jurnal ini dibuat dengan
mengumpulkan informasi atau pemberitaan mengenai Polda ataupun
kelistrikan dari berbagai media cetak lokal yang ada. Adapun contoh keliping
74
koran yang dilakukan oleh humas Polda Sumatera Selatan ialah sebagai
berikut:
Dengan adanya kliping koran yang dibuat setiap harinya oleh staf
humas Polda Sumatera Selatan akan mempermudah semua pegawai Polda
melihat kabar- kabar yang di buat oleh media cetak yang ada di SumSel
terutama mengenai berita kasus di Polda Sumatra Selatan.
5. Spanduk, baner, pamflet.
Sumber: Doc Polda Sumatera Selatan
Gambar: 8. Baner dan Spanduk
Selain surat kabar yang tersedia di Polda Sumatera Selatan. Ada juga
media cetak yang menyampaikan informasi-informasi mengenaiPolda
Sumatera Selatan Seperti halnya spanduk yang di pasang dijalan, baner yang
diletakkan di lobi Polda Sumatera Selatan.
Dapat kita lihat foto spanduk dan bener diatas menunjukkan
bahwasannya polda sumatera selatan juga menggunakan media cetak tersebut
sebagai alat untuk informasi kepada masyarakat yang datang ke Polda
Sumatera Selatandan karyawannya. bener diletakkan di kantor agar setiap
75
karyawan yang datang ke kantor Polda Sumatra Selatandapat melihat bener
tersebut. Selain komunikasi bermedia komunikasi yang tidak menggunakan
media juga digunakan oleh Polda Sumatera Selatan sebagai alat kerja praktisi
humas yang efektif. Menurut Kasubbag Renmin Herwanto polda sumsel
menyebutkan:
“Tentang tanggapan masyarakat di sekitar polda sumsel mengenai pemunggutan liar dan penilangan. Polda memiliki sms pengaduan dari masyarakat, itu pun hampir tiap harinya. Sms tersebut ada yang ke polda sumsel langsung ada juga yang ke kabid humas. Macam-macam pengaduan tingkah laku oknum di lapangan.” 11
Sumber: Doc Polda Sumatera Selatan
Gambar: 9. Rapat Diruang Rapat Bersama Staf
Menurut Kasubbag Penmas Darul S.Ag mengatakan:
“Mengenai pandangan masyarakat tentang polda sumsel12 “Pandangan masyarakat sekarang bermacam-macam, ada pandangan negatif dan banyak pula pandangan positif. Karena polisi sekarang tidak sama dengan polisi jaman dulu, sekarang polisi melayani dan memberikan informasi selengkap-lengkapnya baik tentang kinerja polri itu sendiri maupun kejadian di masyarakat.”
11 Hasil wawancara dengan Kasubbag Renmin Herwanto Penata Tingkat 1 Humas Polda Sumatera Selatan Pada Tanggal 17 Juli 2016
12Hasil wawancara dengan Kasubbag Penmas Darul S.Ag Penata Tingkat 2 Humas Polda Sumsel pada tanggal 17 juli 2016
76
Adapun kendala yang di hadapi untuk mengubah Opini Public dalam
memperbaiki citra lembaga Polda Sumatera Selatan Menurut Kasubbag
Penmas Darul S.Ag:
“Kendalanya adalah keterlambatan laporan dari persatuan, faktor pendukung seperti wartawan,personil humas, PNS, dan semua personil yang ada di polda. Tapi yang menyelenggarakannya adalah humas, karena setiap bagian itu ada perwakilan dari humas. Yang di bawahi oleh subid PID, yang mengembangkan informasi.”13
G. Media Relations
Organisasi harus senantiasa menjaga hubungan harmonis dengan media.
Adapun beberapa konsep mengelola media relations yang efektif ialah :
1. Memilih media yang tepat untuk memuat berita tentang organisasi Seringkali
yang menjadi ukuran keberhasilan media relations didasarkan pada berapa
banyak media massa yang memuat berita mengenai organisasi/institusi
mereka. Hal ini disebabkan bahwa semakin banyak berita tentang organisasi
dimuat media massa maka informasi akan cepat disebarluaskan kepada
publik. Hal yang terpenting dalam mengelola media relations yaitu memilih
media yang tepat sebagai media penyebraluasan informasi sesuai dengan
sasaran khalayak pemberitaan.
2. Menjalin Hubungan baik dengan institusi media massa dan Wartawan
Menjalin hubungan dengan institusi media massa diperlukan, karena pada
dasarnya media massa itulah yang diperlukan dalam kegiatan PR. Ada pun
wartawan secara individual adalah pekerja media masss yang bisa saja 13 Hasil wawancara dengan Kasubbag Penmas Darul S.Ag Penata Tingkat 2 Humas Polda
Sumsel pada tanggal 17 juli 2016
77
dialihtugaskan ke bidang liputan lain, atau dipromosikan menjadi redaktur di
media tersebut. Bila hubungan baik dijalin dengan wartawan secara
individual, maka bila wartawan tersebut dimutasikan atau dipromosikan maka
perlu upaya baru guna menjalin hubungan dengan wartawan baru. Bila
hubungan baik itu dijalin dengan media massa sebagai institusi maka siapa
pun wartawan yang bertugas tidak akan mengganggu hubungan yang sudah
terjalin antara organisasi dan institusi media.
3. Menyusun Daftar Media Salah satu yang harus dilakukan oleh koordinator
media relations adalah menyusun daftar media. Setiap organisasi tentunya
memiliki daftar media yang lengkap dengan alamat, nomor telephon, nomor
faks, alamat e-mail dan contact person. Tentu saja bukan daftar yang berisikan
semua media sehingga lebih menyerupai direktori media, melainkan daftar
media yang secara potensial bisa dijadikan media komunikasi dengan publik-
publik organisasi kita. Memang direktori media bisa dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi media massa yang hendak kita masuki.
H. Government Relations
78
Sumber: Majalah Tribrata News Sumsel (Majala Polda Sumsel)
Gambar: 10. Kerjasama PT. BNI dengan Polda Sumsel
Organisasi juga harus akrab dengan pemerintahan yang mempunyai
wewenang terkait regulasi dan kebijakan suatu wilayah. Polda Sumsel harus
memiliki hubungan baik dengan pemerintah/instansi lain sebagai salah satu cara
menjaga reputasinya dimata public. Seperti contohnya Polda Sumsel bekerja
sama dengan PT. BNI dalam pengelolaan keuangan Polda dan anggotanya.
I. Manajemen Isu
Menyiapi diri untuk menghadapi isu, terutama yang bernada negatif yang
dapat merusak reputasi organisasi. Proses Pelaksanaan manajemen isu terdiri dari
lima tahap, diantaranya adalah:
1. Identifikasi Issue
Tujuan utama identifikasi issue adalah untuk menempatkan prioritas
awal atas berbagai issue yang mulai muncul. Issue-issue tersebut dapat
diklasifikasikan berdasarkan:
a. Jenis: sosial, ekonomis, politis, teknologis.
b. Sumber Respon: sistem bisnis, industri, perusahaan, anak perusahaan,
departemen.
c. Geografi: internasional, nasional, regional, daerah, lokal.
d. Jarak terhadap kontrol: tak terkontrol, agak terkontrol, terkontrol.
e. Kepentingan: segera, penting.
79
f. Faktor seperti tingkat dampak serta kemungkinan bahwa issue akan
berkembang dalam periode waktu yang dapat diprediksi juga harus
dipertimbangkan.
2. Identifikasi isu terdiri dari tiga langkah utama
Pertimbangan tren di bidang sosial, politik, dan ekonom serta
teknologi Perbandingan tren tersebut dengan tujuan dasar organisasi atau
rencana bisnis organisasi Identifikasi isu utama.
3. Analisis Issue
Fokus utama dalam tahap ini adalah untuk memanfaatkan pengalaman
masa lalu dengan isu saat ini. Hal ini dapat dilakukan dengan
pengamatan/penelitian kuantitatif dan kualitatif mengenai bagaimana yang
orang rasakan berkaitan dengan isu tersebut, tindakan apa yang telah diambil,
bagaimana perusahaan melakukan sesuatu dengan hal tersebut. Secara umum,
harus dilihat bagaimana dampak isu tersebut terhadap organisasi dengan
melihat posisi perusahaan pada saat ini serta kekuatan dan kelemahannya
dalam memposisikan diri untuk berperan dalam pembentukan issue akan
membantu untuk memberikan fokus yang jelas bagi tahap perencanaan
tindakan.Riset aplikasi tentang hubungan issue terhadap perusahaan harus
ditargetkan pada para pembentuk opini dan penanggungjawab media. Tahap
riset dan analisa awal ini akan membantu mengidentifikasi apa yang dikatakan
oleh para individu dan kelompok berpengaruh tentang issue-issue dan
80
memberikan ide yang jelas pada manajemen tentang asal serta
perkembangan issue-issue tersebut.
4. Pilihan Strategi Perubahan Issue
Tahap ini melibatkan pembuatan keputusan-keputusan dasar tentang
respon organisasi. Pada dasarnya, setiap isu memerlukan “posisi/sikap.” Ada
beberapa alternatif sikap yang bisa diambil oleh organisasi, yang dapat
bersifat reaktif, adaptif atau dinamis :
a. Strategi Perubahan Reaktif:
Mengacu pada keengganan suatu organisasi untuk berubah dengan
penekanan pada melanjutkan sikap lama, contohnya dengan berusaha
untuk menunda keputusan kebijakan publik yang tidak bisa dihindari.
Keengganan untuk berubah ini jarang menyisakan ruang bagi kompromi
terhadap masalah legislatif.
b. Strategi Perubahan Adaptif:
Menyarankan pada keterbukaan terhadap perubahan serta
kesadaran bahwa hal ini tidak bisa dihindari. Pendekatan ini berlandaskan
pada perencanaan untuk mengantisipasi perubahan serta menawarkan
dialog konstruktif untuk menemukan sebuah bentuk kompromi atau
akomodasi.
c. Strategi Respon Dinamis:
81
Mengantisipasi dan mengusahakan untuk membentuk arah
keputusan kebijakan publik dengan menentukan bagaimana berkampanye
melawan issue akan dilakukan. Pendekatan ini menjadikan organisasi
sebagai pelopor pendukung perubahan.
5. Pemrograman Tindakan terhadap Issue
Dalam tahap ini Organisasi harus memutuskan kebijakan yang
mendukung perubahan yang diinginkan untuk masuk ke tahap keempat. Oleh
karena itu semua bagian organisasi harus dimanfaatkan dan disinkronisasikan
satu sama lain. dengan kata lain tahap ini membutuhkan koordinasi sumber-
sumber untuk menyediakan dukungan maksimal agar tujuan dan target dapat
tercapai.
6. Evaluasi Hasil
Tanap akhir adalah mengevaluasi hasil program yang didapat (actual)
dibandingkan dengan hasil program yang diinginkan.
Dengan demikian, berdasarkan pada penelitian yang telah peneliti
lakukan. Maka penelitian ini terdapat kesamaan dengan teori yang digunakan
oleh Syarifuddin S. Gassing dan Suryanto. Hal ini dapat di jelaskan dari
pelaksanaan pengelolaan opini public dalam memperbaiki citra lembaga
kepolisian melalui divisi humas yaitu dengan melakukan pengelolaan opini
public melalui beberapa pendekatan yaitu melalui; Analisis Reputasi,
Perencanaan Strategis, Stakeholder Relations, Memantau media, Pelatihan
82
media, Materi komunikasi, Media relation, Government Relations, dan
Manajemen isu.