4.Bentuk-bentukKontrakKonstruksi
-
Upload
ari-nopriandi -
Category
Documents
-
view
42 -
download
0
description
Transcript of 4.Bentuk-bentukKontrakKonstruksi
-
BENTUK-BENTUK KONTRAK KONSTRUKSI Oleh : Deddy Purnomo R, MT
-
PENDAHULUAN
Uraian-uraian mengenai bentuk-bentuk kontrak konstruksi pada pokok bahasan ini
akan menggunakan sudut pandang tertentu, yakni :
Aspek perhitungan biaya
Aspek perhitungan jasa
Aspek pembayaran
Aspek pembagian tugas
-
ASPEK PERHITUNGAN BIAYA
Kontrak konstruksi dengan tipe ini menggunakan cara menghitung biaya
pekerjaan/harga borongan yang akan dicantumkan di dalam kontrak. Ada 2 macam
bentuk kontrak kontruksi yang sering digunakan di dalam aspek perhitungan biaya :
1. Fixed Lump Sum Price
2. Unit Price
FIXED LUMP SUM PRICE
Secara umum, kontrak fixed lump sum price adalah suatu kontrak dimana volume
pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang atau dalam
bahasa Inggris : a fixed lump sum price contract is a contract where the bill of
quantity is not subject to re measurement
PP No. 29/2000 : Kontrak kerja konstruksi dengan imbalan lump sump
sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (3) huruf (a) angka (1) merupakan
kontrak jasa atas penyelesaian pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan
jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua resiko yang mungkin terjadi dalam
proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Jasa
sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah.
Robert D. Gilbreath (Managing Construction Contract, page 43) : Lump Sum : A
definitive and fixed price is agreed upon prior to contract and is not subject tu
adjusment except for the canges in scope of work or performance conditions and
owners ordered extras. Under lump sump agreement, cost risk to the owner is
minimal-given adequate binding and performance control.
-
ASPEK PERHITUNGAN BIAYA (samb)
Ciri-ciri Fixed Lump Sum Price :
Gambar perencanaan sudah detail dan meriupakan dasar perhitungan RAB/HPS
untuk pelelangan
Volume dari panitia tidak mengikat
Bila ada perubahan konstruksi, kontraktor harus segera melapor kepada direksi
teknik/pimpro/pimbagro agar dapat segera diambil keputusan
Pada umumnya untuk APBD/pekerjaan kecil/sedang dengan rupiah murni
Cara pembayaran dengan cara angsuran, berdasarkan prestasi pekerjaan menurut
laporan harian/mingguan
Kontraktor yang melaksanakan tidak perlu membuat gambar pelaksanaan (shop
drawing) dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar detail
Harga penawaran sama dengan nilai kontrak (nilai tetap)
Pada kontrak jenis ini Penyedia Jasa memikul resiko cukup besar, misalnya : volume
sesungguhnya setelah diukur ulang ternyata lebih bsar daripada yang tercantum
dalam kontrak. Apa bila hal ini terjadi, maka yang dibayarkan kepada penyedia jasa
adalah berdasarkan volume kontrak.
-
ASPEK PERHITUNGAN BIAYA (samb)
Unit Price
Secara umum, kontrak Unit Price adalah kontrak dimana volume pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang
untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan, atau dalam
bahasa Inggris : Unit Price Contracts is a contract where the bill of wuantity is
subject to remeasurement
PP No. 29/2000 : Kontrak kerja konstruksi dengan bentuk imbalan Harga Satuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) huruf (a) angka (2) merupakan
kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu
berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur
pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu yang volume pekerjaan didasarkan
pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah
dilaksanakan Penyedia Jasa.
-
ASPEK PERHITUNGAN BIAYA (samb)
Ciri-ciri Kontrak Unit Price :
Gambar perencanaan masih bersifat garis besar (simplified design) namun sudah
jelas target, kegiatan pekerjaan dan lokasi proyek.
Kontraktor setelah menerima SPMK harus segera melakukan survei ke lapangan
untuk membuat gambar pelaksanaan (shop drawing) yang harus selesai dan
disetujui oleh konsultan pengawas dan pimro/pimbagpro/direksi teknik dalam
waktu mobilisasi.
Volume item pekerjaan yang ditentukan panitia lelang tidak boleh diubah dalam
penawaran.
Pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi pekerjaan yang dinyatakan dalam
laporan bulanan (MC/Monthly Certificate) yang disetujui oleh kunsultan
pengawas dan pimpro/pimbangpro.
Monthly Certificate harus didukung perhitungan volume yang dipakai untuk
pembuatan as built drawing pada saat penyerahan pertama STP I / Provicional
Hand Over (PHO)
Umumnya dipakai pada proyek-proyek besar/sedang APBN, APBN+BLN, atau
APBD + BLN
-
ASPEK PERHITUNGAN BIAYA (samb)
Dalam kontrak jenis ini Pengguna Jasa membayar lebih karena volume pekerjaan yang
tercantum dalam kontrak lebih besar dari pada kenyataan sesungguhnya sehingga
Penyedia Jasa bisa mendapat keuntungan yang tidak terduga.
Yang menjadi masalah dalam bentuk kontrak semacam ini adalah banyaknya
pekerjaan pengukuran ulang yang harus dilaksanakan bersama antara Pengguna Jasa
dan Penyedia Jasa untuk menetapkan volume pekerjaan yang benar-benar
dilaksanakan.
Adanya opname hasil pekerjaan secara bersama-sama ini dapat menimbulkan
peluang kolusi antara petugas Pengguna Jasa dan petugas Penyedia Jasa. Disamping
itu, hal ini akan merepotkan Pengguna Jasa karena harus menyediakan tenaga dan
biaya untuk melakukan pengukuran ulang (remeasurement).
-
ASPEK PERHITUNGAN JASA
Ada 3 macam bentuk untuk kontrak konstruksi tipe ini :
1. Biaya Tanpa Jasa (Cost Without Fee)
2. Biaya Ditambahkan Jasa (Cost Plus Fee)
3. Biaya Ditambah Jasa Pasti (Cost Plus Fixed Fee)
Dan di USA ada beberapa bentuk lain, diantaranya :
- Cost Sharing
- Cost Plus Incentive Fee
- Cost Plus Awarded Fee
-
ASPEK CARA PEMBAYARAN
Cara pembayaran prestasi pekerjaan penyedia jasa dibedakan menjadi :
Pembayaran bulanan (Monthly Payment)
Pembayaran atas prestasi kerja (Stage Payment)
Pembayaran atas seluruh hasil pekerjaan setelah selesai 100% (Pendanaan penuh
dari Penyedia jasa / Contractor Full Prefinanced)
-
ASPEK CARA PEMBAYARAN (samb)
PEMBAYARAN BULANAN (MONTHLY PAYMENT)
Kelemahan : Berapapun besar kecilnya prestasi pekerjaan Penyedia Jasa pada suatu
bulan tertentu dia tetap harus di bayar.
Oleh karena itu cara pembayaran ini sering di modifikasi dengan persyaratan
minimum pembayaran yang harus di capai untuki setiap bulan yang diselaraskan
dengan prestasi pekerjaan yang harus di capai sesuai jadwal.
PEMBAYARAN ATAS PRESTASI PEKERJAAN (STAGE PAYMENT)
Sistem ini dilakukan atas prestasi pekerjaan yang telah dicapai sesuai dengan
ketentuan dalam kontrak, sehingga tidak atas dasar prestasi yang dicapai dalam
satuan waktu (bulan). Biasanya prestasi dinyatakan dalam presentase, sering pula cara
pembayaran seperti ini disebut dengan pembayaran Termijn/angsuran.
PEMBAYARAN PENUH DARI PENYEDIA JASA (CONTRACTOR S FULL PREFINANCED)
Dalam bentuk kontrak dengan sistem ini Penyedia Jasa harus mendanai dulu seluruh
pekerjaan sesuai kontrak. Setelah pekerjaan selesai 100% dan diterima baik Pengguna
Jasa, barulah Penyedia Jasa mendapatkan pembayaran sekaligus.
Namun, dapat juga dilakukan dengan Pembayaran 95% dari nilai kontrak dan 5%
ditahan (retention maney) selama masa pertanggung jawaban.
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS
Kontrak kontruksi dapat pula dikelompokkan berdasarkan pembagian tugas dari
masing-masing pihak yang melakukan perikatan (kontrak) :
1. Kontrak konvensional
2. Kontrak spesialis
3. Kontrak rancang bangun
4. Kontrak EPC (Engineering, Procurement & Construction)
5. BOT/BLT
6. Swakelola
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
KONTRAK KONVENSIONAL
Kenapa disebut kontrak konvensional ? Hal ini sebabkan karena Kontrak ini
merupakan kontrak paling tua di Indonesia dan masih dipergunakan hingga saat
ini.
Sistem pembagian tugas dalam kontrak konvensional cukup sederhana, yakni
Pengguna Jasa menugaskan Penyedia Jasa untuk melaksanakan pekerjaan.
Perencanaan tersebut telah dibuat oleh pihak lain dan kontraktor tinggal
melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai kontrak
Beberapa bagian pekerjaan dapat diborongkan kepada Sub Penyedia Jasa
Sebagai pengawas biasanya Pengguna Jasa menunjuk Direksi Pekerjaan atau
Pimpinan pekerjaan (pimpro) yang di dunia barat dikenal dengan sebutan
architect atau engineer.
Hubungan kerja antara Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa biasanya melalui
Direksi/pimpro atau architect/engineer.
Instruksi-instruksi Pengguna Jasa di sampaikan melalui Direksi/Pimpro, termasuk
pemeriksaan prestasi pekerjaan, pengesahan Sertifikat Pembayaran, Serah Terima
Pekerjaan, hingga pengakhiran perjanjian (pemutusan kontrak)
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
Dari penjelasan sebelumnya dcapat disimpulkan bahwa untuk kontrak konstruksi
konvensional sedikitnya diperlukan 3 kontrak terpisah :
1. Kontrak antara Pengguna Jasa dan Konsultan Perencana
2. Kontrak antara Pengguna Jasa dan Konsultan Pengawas
3. Kontrak antara Pengguna Jasa dan Kontraktor
Catatan :
Dalam beberapa kasus, sering terjadi tugas perencanaan dan pengawasan diberikan
kepada satu Konsultan yang sama
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
KONTRAK SPESIALIS
Apabila dalam Kontrak Konvensional antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
hanya ada 1 kontrak kerja konstruksi dimana Penyedia jasa dikenal sebagai
Penyedia Jasa Utama, maka dalam bentuk Kontrak Spesialis, Pengguna Jasa
memperkerjakan beberapa Sub Penyedia Jasa sesuai dengan spesialiasinya
masing-masing, sehingga dalam kontrak ini terdapat lebih dari 1 kontrak
konstruksi sehingga pada kontrak ini tidak mengenal istilah Penyedia Jasa Utama.
Bentuk kontrak seperti ini di Indonesia belum banyak dipergunakan.
Contoh :
Untuk membangun proyek gedung bertingkat dengan teknologi yang cukup complex,
Pengguna Jasa membagi-bagi kontrak beberapa buah berdasarkan bidang pekerjaan
khusus/spesial seperti :
Pekerjaan pondasi (sub structure) kepada Penyedia Jasa A
Pekerjaan bangunan (super structure) kepada Penyedia Jasa B
Pekerjaan M&E kepada Penyedia Jasa C
Pekerjaan sewerage&sewage kepada Penyedia Jasa D
Pekerjaan Lift kepada Penyedia Jasa E
Pekerjaan Tanah & Lingkungan kepada Penyedia Jasa F
Seluruh Pekerjaan Penyelesaian diberikan kepada Penyedia Jasa G
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
Kelemahan dari kontrak ini adalah :
Kemungkinan terjadinya persinggungan antara masing-masing penyedia jasa yang
dimunculkan karena masalah schedulling sehingga dapat mengganggu
penghematan waktu
KONTRAK RANCANG BANGUN (DESIGN CONSTRUCT/BUILD, TURNKEY)
Bentuk kontrak ini dikenal dengan nama Turnkey, namun secara teknis dikenal
dengan nama Design Build/Design Construct. Dalam kontrak ini penyedia jasa
melaksanakan tugas perencanaan dan pelaksanaan sekaligus.
Namun, pada FIDIC membedakan pengertian antara Design Build dan Turnkey
untuk aspek pembayaran. Design Build melakukan pembayaran dilakukan
berdasarkan termijn sesuai dengan progress pekerjaan, sedangkan Turnkey
pembayaran dilakukan sekaligus setelah sesluruh pekerjaan selesai.
Dalam kontrak tipe ini, Konsultan Perencana tidak menerima tugas dari Pengguna
Jasa tetapi menerima tugas dari Penyedia Jasa, yang umum di dalam kontrak ini
dikenal dengan nama Design Build Contractor/Turnkey-Builder.
Pengguna Jasa umumnya tidak lagi menempatkan Pengawas di lapangan, tetapi
cukup menunjuk wakil (Owner Representative), yang tugas dan fungsinya
mengamati jalannya pekerjaan agar sesuai dengan spesifikasi teknis dan jadwal.
Berita Acara Prestasi Pekerjaan perbulan dan Sertifikat pembayaran tidak
diperlukan lagi
Perintah-perintah perubahan hampir tidak ada karena segala sesuatu telah
ditetapkan dari awal.
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Kontrak Rancang Bangun Turnkey :
Jaminan Pembayaran (Payment Guarantee) dari Pengguna Jasa minimal senilai
harga kontrak dengan masa berlaku selama masa pelaksanaan (construction
period), yang bisa dicairkan jika Pengguna Jasa Cidera janji.
Pengguna Jasa harus berhati-hati di dalam memilih TurnKey-Builder karena
seluruh aspek pembangunan dipercayakan kepada satu perusahaan, sehingga
profesionalisme dan bonafiditas perusahaan Penyedia Jasa benar-benar harus
dipertimbangkan.
Kontrak Engineering, Procurement & Construction (EPC)
Kontrak ini pada prinsipnya sama dengan Kontrak Rancang Banung (Design
Build/Turnkey) yang dimaksudkan untuk pekerjaan konstruksi sipil/bangunan gedung
sedangkan pada Kontrak EPC di maksudkan untk pekerjaan pembangunan dalam
industri minyak, gas bumi dan petrokimia.
Pada kontrak EPC yang dinilai bukan hanya waktu penyelesaian proyek saja, tetapi
performance dari pekerjaan tersebut juga turut di nilai.
Contoh :
Dalam Penyedia jasa hanya mendapat TOR dari pabri yang meminta, dan yang
menjadi tugas dan tanggun jawab dari Penyedia Jasa meliputi tahap design
(engineering) yang kemudian dilanjutkan dengan penentuan proses dan peralatan
(procurement )hingga pemasangan/pengerjaannya (construction).
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
Bentuk kontrak ini menurut UU NO. 18/1999 pasal 16 ayat 3 :
Layanan jasa perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan dapat dilakukan secara
integrasi dengan memperhatikan besaran pekerjaan, biaya, penggunaan teknologi
canggih, serta resiko besar bagi para pihak ataupun kepentingan umum dalam satu
pekerjaan konstruksi.
Kontrak BOT/BLT
Pada prinsipnya kontrak ini merupakan pola kerja sama antara Pemilik Tanah/Lahan
dan Invenstor yang akan menjadikan lahan tersebut menjadi suatu fasilitas untuk
perdagangan, hotel, resort, jalan tol, dan lain-lain.
Maksud dari kontrak BOT adalah :
Build (B) mengandung pengertian bahwa investor melakukan pembangunan
fasilitas sebagaimana yang dikehendaki oleh Pemilik Lahan
Operate (O) mengandung pengertian bahwa setelah pembangunan fasilitas
selesai, pihak investor diberi hak untk mengelola dan memungut hasil dari fasilitas
tersebut selama kurun waktu tertentu.
Transfer (T) mengandung pengertian bahwa setelah masa
pengoperasian/konsensi selesai maka fasilitas tersebut harus dikembalikan
kepada pemilik lahan/Pengguna Jasa.
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
Untuk kontrak BOT yang harus diperhatikan adalah pihak investor stelah masa
pengeoperasian/konsensi fasilitas yang dikembalikan kepda Pemilik, harus masih
dapat dioperasikan dan terawat baik.
Biasanya ada kontrak tersendiri mengenai hal ini, yang disebut dengan Operating &
Maintenance Contract Agreement antara Pemilik Fasilitas dan Investor.
Maksud dari kontrak BLT :
Build (B) mengandung pengertian bahwa investor melakukan pembangunan
fasilitas sebagaimana yang dikehendaki oleh Pemilik Lahan
Leasing (L) mengandung pengertian bahwa setelah pembangunan fasilitas selesai,
pemilik fasilitas berhak untuk mengoperasikan fasilitasnya namun harus
memberikan suatu kompensasi kepada pihak investor yang harus dibayarkan
secara reguler/angsuran atas investasi yang ditanamkan dalam kurun waktu
tertentu dan untuk ini diperlukan perjanjian sewa (leasing agreement) sehingga
seolah-olah Pemilik akan berkedudukan sebagai Penyewa Fasilitas.
Transfer (T) mengandung pengertian bahwa setelah masa
pengoperasian/konsensi selesai maka fasilitas tersebut harus di kembalikan
kepada Pemilik Lahan/Pengguna Jasa.
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
Swakelola (Force Account)
Pada prinsipnya Swakelola bukanlah suatu bentuk kontrak karena pekerjaan
dikerjakan sendiri tanpa memborongkannya kepada Penyedia Jasa. Bentuk ini
biasanya disebut juga dengan Eigen Beheer
Misal :
Suatu instansi pemerintah melaksanakan suatu pekerjaan dengan mempekerjakan
sekumpulan orang dalam instansi itu sendiri, dimana yang memberikan perintah,
mengawasi dan mengerjakan adalah orang-orang dari instansi yang sama.
Dengan swakelola, pemilik proyek akan memiliki angkatan kerja yang sebenarnya
(tukang kayu, tukang besi, dll) dalam daftar pembayarannya.
Pekerja-pekerja/tukang-tukang (tenaga/angkatan) masuk ke dalam pengeluaran
pemilik proyek.
Umumnya dengan sistem swakelola, pemilik proyek memberikan beberapa
pekerjaan khusus kepada pihak luar.
Variasi pekerjaan terjadi apabila pemilik proyek menyewa manduor pekerja untuk
menyediakan tenaga kerja (tukang) dan untuk jasa ini mandor pekerja dibayar
jasanya berdasarkan persentasi dari total upah yang dibayarkan kepada pekerja
yang disediakannya.
-
ASPEK PEMBAGIAN TUGAS (samb)
Alasan yang melatarbelakangi para Pembangun untuk tidak melakukan sistem
konstruksi Swakelola :
Kemungkinan ada reaksi dari pihak luar (organisasi penyedia jasa, pemegang
saham, dan lain-lain)
Keterbatasan sumberdaya manusia
Penghimpunan pegawai, pelatihan dan biaya retensi
Kesulitan-kesulitan dalam hubungan pekerjaan konstruksi
Kenaikan pertanggungjawaban untuk tugas-tugas sehubungan konstruksi, seperti
pengangkutan, logistik, keselamatan dan keamanan.