4.BAB-1

23
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memilki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia. Sayuran berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan nilai gizi bagi manusia yang mengkonsumsinya. Sayuran dapat meningkatkan nilai gizi karena sayuran merupakan sumber mineral, vitamin, protein nabati dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut hasil seminar Gizi tahun 1963 dan Workshop of Food tahun 1968, setiap orang Indonesia memerlukan sayuran sebanyak 150 g berat bersih/orang /hari dalam menu makanannya (Hendro sunarjono, 2003). Salah satu sayuran yang sudah digemari masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi adalah sawi. Sawi mempunyai nama ilmiah Brassica jencia L. merupakan sayuran yang mudah dibudi dayakan, harganya murah serta mudah didapatkan oleh masyarakat pada umumnya. Sawi sebagai makanan sayuran memiliki bermacam-macam manfaat dan kegunaan untuk pertumbuhan dan perkembangan bagi tubuh manusia karena sawi banyak mengandung nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sawi memiliki kandungan serat yang cukup tinggi serta mengandung unsur-unsur mineral diantaranya adalah kalium, natrium, kalsium, fosfor dan besi.

description

latar blakang

Transcript of 4.BAB-1

2

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSayuran merupakan salah satu jenis tumbuhan yang memilki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia. Sayuran berperan dalam pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan nilai gizi bagi manusia yang mengkonsumsinya. Sayuran dapat meningkatkan nilai gizi karena sayuran merupakan sumber mineral, vitamin, protein nabati dan serat yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut hasil seminar Gizi tahun 1963 dan Workshop of Food tahun 1968, setiap orang Indonesia memerlukan sayuran sebanyak 150 g berat bersih/orang /hari dalam menu makanannya (Hendro sunarjono, 2003). Salah satu sayuran yang sudah digemari masyarakat Indonesia untuk dikonsumsi adalah sawi.Sawi mempunyai nama ilmiah Brassica jencia L. merupakan sayuran yang mudah dibudi dayakan, harganya murah serta mudah didapatkan oleh masyarakat pada umumnya. Sawi sebagai makanan sayuran memiliki bermacam-macam manfaat dan kegunaan untuk pertumbuhan dan perkembangan bagi tubuh manusia karena sawi banyak mengandung nilai gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sawi memiliki kandungan serat yang cukup tinggi serta mengandung unsur-unsur mineral diantaranya adalah kalium, natrium, kalsium, fosfor dan besi.Unsur-unsur mineral yang berada dalam tubuh pada dasarnya berfungsi sebagai zat dan pengatur. Dua diantara beberapa unsur mineral yang terkandung dalam sawi akan ditentukan kadarnya dalam penelitian ini yaitu natrium dan kalium. Natrium dan kalium mempunyai peran yang penting dalam tubuh yaitu untuk mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Natrium dalam tubuh merupakan sumber kation utama yang terdapat dalam cairan ekstraselular, sedangkan kalium merupakan kation utama dalam cairan intraselular. Natrium berfungsi untuk menyerap glukosa di dalam ginjal dan usus serta mengangkut zat-zat gizi lain melewati membran sel. Natrium terlibat dalam pengaturan keseimbangan asam-basa melalui asosiasinya dengan ion klorida dan bikarbonat sehingga dapat mendukung metabolisme tubuh karena cairan tubuh berada pada kisaran pH netral. Sedangkan unsur kalium dalam tubuh selain berfungsi sebagai sumber kation dalam cairan intraselular juga berfungsi untuk kesehatan tulang, mengurangi resiko terken penyakit stroke, menjaga kesehatan ginjal serta bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan fungsi otak.http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/kegunaaan-kalium-bagi-kesehatan-tubuh-manusia.htmlKadar natrium dan kalium dalam sawi dapat diketahui dengan berbagai metode analisis, antara lain dengan menggunakan metode spektroskopi serapan atom. Metode spektroskopi serapan atom merupakan metode umum yang digunakan untuk analisis logam yang didasarkan pada absorbsi cahaya oleh atom-atom pada keadaan gas yang berada pada tingkat energi dasar. Atom-atom ini menyerap energi pada panjang gelombang tertentu (Skoog et al, 2000). Metode spektroskopi serapan atom digunakan dalam penentuan kadar natrium dan kalium dalam penelitian ini karena metode ini sangat tepat untuk analisis logam pada konsentrasi yang rendah dan dengan ketelitian yang cukup tinggi. Sampel yang akan dianalisis menggunakan metode ini sebelumnya harus dipreparasi terlebih dahulu. Preparasi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode destruksi.Destruksi merupakan suatu metode awal untuk preparasi sampel yang bertujuan untuk memutuskan ikatan unsur logam dengan komponen lain dalam matriks sehingga unsur logam tersebut berada dalam keadaan bebas. Destruksi yang digunakan dalam penentuan kadar mineral suatu sampel umunya terdapat dalam 2 macam yaitu kering dan basah. Destruksi kering merupakan destruksi yang dilakukan dengan cara mengabukan atau mengoksidasi sampel pada suhu yang relatif tinggi sedangkan destruksi basah merupakan destruksi yang dilakukan dengan menggunakan asam kuat kemudian dioksidasi menggunakan zat oksidator sehingga dihasilkan logam anorganik bebas. Pada umumnya pelaksanaan kerja destruksi basah dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldhal (Raimon, 1993). Menurut Sumardi (1981), metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena tidak banyak bahan yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi.Oleh karena itu pada penelitian ini menggunakan metode destruksi basah untuk mempreparasi sampel. Asam pekat yang ditambahkan pada proses destruksi basah merupakan asam pengoksidasi pekat dan panas seperti H2SO4, HNO3, H2O2, HClO4, atau campurannya. Pemilihan jenis asam untuk medestruksi suatu bahan akan mempengaruhi hasil analisis. Penelitian kali ini menggunakan beberapa asam pekat untuk proses destruksi basah yaitu H2SO4, H2O2 dan HNO3. Hal inilah yang menjadi latar belakang dalam penelitian untuk menganalisis kadar natrium dan kalium dalam sawi hijau dengan destruksi asam pekat menggunakan beberapa jenis asam pekat untuk mengetahui pengaruh jenis asam pekat terhadap hasil analisis kadar natrium dan kalium.

1.2 Rumusan MasalahRumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :a. Bagaimana kondisi optimum jenis asam pekat yang digunakan untuk destruksi basah pada sawi hijau (Brassica juncea L.)?b. Bagaimana kondisi optimum konsentrasi asam pekat pekat yang digunakan untuk destruksi basah pada sawi hijau (Brassica juncea L.)?c. Berapakah kadar natrium dan kalium pada sawi hijau (Brassica juncea L.)?

1.3 Batasan MasalahBatasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :a. Sampel alam yang digunakan adalah sawi hijau ((Brassica juncea L.).b. Sampel diambil secara acak dari pasar Tanjung Jember.c. Unsur mineral yang akan diukur kadarnya dalam sawi hijau adalah natrium dan kalium.d. Metode yang digunakan untuk menetapkan kadar unsur mineral adalah metode spektroskopi serapan atom.e. Persiapan analisis dilakukan dengan cara destruksi basah menggunakan H2SO4, H2O2, dan HNO3 pekat.

1.4 Tujuan PenelitianPenelitian ini diharapkan mencapai beberapa tujuan, yaitu :a. Mengetahui jenis asam pekat yang paling optimum dalam destruksi basah sampel sawi hijau.b. Mengetahui konsentrasi asam pekat yang paling optimum dalam destruksi basah sampel sawi.c. Menentukan kadar natrium dan kalium dalam sampel sawi hijau.

1.5 Manfaat PenelitianPenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :Untuk memberikan informasi ilmiah di bidang ilmu kimia pada khususnya dan masyarakat pada umumnya tentang upaya pemanfaatan sawi hijau sebagai makanan yang berguna untuk meningkatkan gizi dan kesehatan tubuh.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sawi Hijau (Brassica juncea L.)Sawi hijau (Brassica juncea L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang digemari oleh masyarakat. Tanaman ini memiliki sifat morfologi yang hampir sama dengan kubis-krop, kubis bunga, brokoli dan lobak. Hal ini dikarenakan tanaman-tanaman tersebut masih satu famili yaitu famili cruciferae. Klasifikasi dari tanaman sawi hijau tersebut menurut Haryanto, et al., adalah sebagai berikut:Kingdom: PlantaeDivisi: SpermatophytaKelas: DicotyledonaeOrdo: RhoeadalesFamili: CruciferaeGenus: BrassicaSpesies: Brassica juncea L.Sawi hijau merupakan jenis sayuran daun yang memiliki kandungan zat gizi yang cukup lengkap. Zat-zat gizi yang terkandung dalam sawi hijau ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia yang mengonsumsinya karena memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau dapat dikonsumsi oleh masyarakat dalam beberapa bentuk yaitu dalam bentuk masakan yang telah diolah maupun dalam bentuk mentah. Selain dimanfaatkan sebagai bahan pangan, sawi hijau juga dimanfaatkan untuk pengobatan berbagai macam penyakit (Cahyono, 2003).Tanaman sawi hijau memiliki sistem perakaran serabut. Akar serabut dari tanaman sawi ini berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah. Perakaran sawi hijau ini sangat dangkal yaitu kedalamannya sekitar 5 cm dimana perakarannya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, tanah yang mudah menyerap air dan tanah yang kedalamannya cukup dalam. Tanaman sawi hijau tidak memiliki akar tunggang (Cahyono, 2003).Sawi merupakan tanaman yang memiliki daun panjang, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Tanaman ini dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panasa maupun dingin, sehingga dapat dibudidayakan baik pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun, kondisi tanah yang paling umum untuk budidaya yaitu pada daerah ketinggian 100-500 m di atas permukaan laut, tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainasenya baik (Edi dan Yusri, 2010).

2.2 Natrium (Na)Natrium merupakan unsur yang termasuk ke dalam unsur logam alkali. Natrium merupakan anggota sistem periodik unsur dengan nomor atom dan memiliki konfigurasi [Ne] 3s1. Natrium merupakan senyawa terbanyak nomor empat di bumi yaitu sekitar 2,6% di kerak bumi dan juga merupakan unsur terbanyak dalam golongan logam alkali ().

Natrium meruoakan mineral yang banyak ditemukan dalam kebanyakan makanan. Natrium memiliki banyak fungsi dalam tubuh antara lain mempertahankan volume darah, menjadi pengatur keseimbangan air dalam sel dan menjaga fungsi saraf. Kebutuhan akan natrium setiap harinya adalah sekitar kali jumlah natrium yang terkandung pada satu sendok teh garam. Jumlah berlebih natrium yang diasup oleh tubuh akan memengaruhi tekanan darah tinggi, namun masing-masing orang tidak memiliki kerentanan yang sama (). Kebutuhan setiap orang akan jumlah natrium yang diasup sangat berbeda-beda dan biasanya meningkat seiring dengan meningkatnya usia ().

2.3 Kalium (K)Kalium merupakan unsur dengan nomor atom .. pada sistem periodik unsur dengan konfigurasi [Ar] 4s1. Kalium meiliki berat molekul sebesar 39,0983. Kalium merupakan logam anggota logam alkali yang merupakan unsur terbanyak ketujuh di bumi dengan kandungan sebanyak 2,4 % di kerak bumi. Bagi tubuh, kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler. Kalium dalam tubuh ada yang dapat berubah-ubah dan ada yang tetap. jumlah kalium yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein (Anonim, 2015)Kalium memiliki banyak manfaat untuk tubuh manusia yang mengonsumsinya. Manfaat kalium yang dapat dirasakan oleh manusia antara lain mengoptimalkan fungsi otak, mengendalikan kontraksi otot dan syaraf, membantu penyerapan zat gizi, dan mendukung metabolisme. Kalium banyak terkadung dalam buah-buahan tertentu seperti pisang, anggur, kentang dan juga biasa terdapat dalam sayuran seperti sawi (Anonim, 2015).2.4 DestruksiDestruksi atau disebut juga dengan perombakan merupakan suatu metode untuk preparasi sampel sebelum dianalisis atau diukur. Sampel yang telah didestruksi dapat dianalisis karena dalam proses destruksi tersebut sampel mendapatkan perlakuan pemecahan menjadi unsur-unsurnya. Sampel mengalami perombakan dari bentuk organik menjadi bentuk logam-logam anorganik. Metode ini sangat penting dilakukan untuk menganalisa suatu sampel, karena apabila apabila destruksi dilakukan dengan baik, maka kandunga-kandungan dalam sampel yang akan dianalisa dapat diukur sesuai atau mendekati kandungan-kandungan yang sebenarnya. Terdapat dua jenis destruksi yang sering digunakan untuk preparasi sampel yaitu destruksi kering dan destruksi basah. Perbedaan kedua jenis destruksi ini terletak pada teknik pengerjaan, lama pemanasan atau pendestruksian.2.4.1 Metode Destruksi BasahDestruksi basah merupakan metode perombakan sampel yang kana dianalisis dengan menggunakan asam-asam kuat baik tunggal maupun campuran, kemudian dioksidasi menggunakan oksidator. Pelarut-pelarut yang sering digunakan untuk destruksi basah antara lain HNO3, H2SO4, HCl dan HclO4. Proses destruksi dikatakan sempurna jika dihasilkan larutan jernih yang menunjukkan semua konstituen yang ada telah terlarut sempurna atau menunjukkan perombakan senyawa-senyawa organik telah berjalan dengan baik. Destruksi pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldhal. Namun untuk meningkatkan keefektifannya dilakukan modifikasi peralatan yang digunakan (Raimon, 1993).Terdapat beberapa sifat asam pendekstruksi yang sering dijadikan pertimbangan dalam penggunaannya. Asam sulfat pekat yang merupakan bahan pengoksidasi yang kuat digunakan untuk mempercepat terjadinya oksidasi saat ditambahkan ke dalam sampel. Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat dapat mempercepat dekomposisi sampel jikan ditambahkan dengan sampel, sedangkan campurannya denga asam nitrat dapat mempercepat proses destruksi. Untuk sampel yang sulit teroksidasi asam yang dapat digunakan untuk destruksi adalah asam perklorat. Gas-gas mulia dapat dilarutkan dengan menggunakan aqua regia yang merupakan campuran dari asam klorida pekat dan asam nitrat pekat (Smardi, 1981).2.4.2 Metode Destruksi KeringMetode destruksi kering sangat beberbeda dengan metode destruksi basah dimana dalam destrusi kering perombakan logam organik menjadi logam anorganik memerlukan pemanasan dengan suhu tertentu dan dilakukan dengan jalan pengabuan dalam muffle furnace. Suhu pemanasan yang dibutuhkan dalam destruksi kering tergantung dari sampel yang dianalisis, namun pada umumnya suhu yang dibutuhkan adalah sekitar 400-800C. Logam-logam yang oksidanya bersifat kurang stabi tidak memberikan hasil yang baik, sedangkan untuk oksida yang cukup stabil akan memberikan hasil yang baik. Oksida-oksida yang diabukan kemudian dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun campuran dan seteelah itu dianalisis dengan metode yang digunakan, misalkan metode Spektroskopi Serapan Atom (Raimon, 1993).Terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode destruksi utnuk preparasi sampel baik destruksi basah maupun destruksi kering antara lain:a. Jenis logam yang dianalisisb. Sifat matriks dan konstituen yang terkandung di dalamnyac. Metode yang digunakan untuk analisisSelain hal-hal di atas, terdapat beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam memilih prosedur yang tepat yaitu antara lain: waktu yang diperlukan untuk analisis, biaya yang diperlukan, ketersediaan bahan kimia dan sensitivitas metode yang digunakan (Raymon, 1993).Metode destruksi basah lebih menguntungkan daripada destruksi kering. Hal ini dikarenakan dalam destruksi basah tidak banyak bahan yang terbuang akibat pengabuan dengan suhu yang tinggi seperti yang terjadi pada destruksi kering. Hal ini merupakan salah satu alasan destrusksi basah lebih sering digunakan dalam penelitian daripada destruksi kering. Selain itu, waktu yang dubutuhkan untuk destruksi basah lebih singkat daripada pada destruksi kering (Sumardi, 1981).. 2.5 Spektroskopi Serapan AtomSpektrometri Serapan Atom (SSA) merupakan suatu alat yang digunakan penentuan unsur-unsur logam dan metalloid yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Metode spektroskopi serapan atom merupakan metode spektroskopi yang didasari oleh absorsi cahaya oleh atom-atom pada keadaan dasar untuk tereksitasi ke nergi yang lebih tinggi pada panjang gelombang tertentu. Teknik ini memanfaatkan besarnya absorbsi untuk menentukan konsentrasi analit dalam sampel. Peristiwa serapan atom ini pertama kali diamati oleh Fraunhofer saat menelaah garis-garis hitam pada spektrum matahari. Namun dalam hal pemanfaatan prinsipnya yang pertama kali menggunakan adalah alan Wlsh. Metode spektroskopi serapan atom ini menggantikan menggantikan metode-metode sebelumnya yang tergantung pada metode spektografik yang mana cara tersebut membutuhkan waktu yang lama dan sulit (Harris, )2.5.1 Prinsip Spektroskopi Serapan AtomPrinsip dasar dari spektroskopi serapan atom adalah mengukur energi yang diserap oleh atom-atom dalam keadaan dasar untuk terksitasi ke tingkat enenrgi yang lebih tinggi. Dalam spektroskopi serpan atom ini, sutau larutan yang mengandung suatu garam logam maupun senyawa logam diubah dalam bentuk atom-atom berwujud dulu dengan cara menghembuskannya ke dalam suatu nyala. Beberapa atom logam dalam wujud gas ini akan terksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Ketika terjadi eksitasi terjadilah pemancaran radiasi yang khas untuk-untuk tiap-tiap logam tergantung pada sifat-sifat unsurnya (Mulja,).2.5.2 DetektorMonokromatorSumber cahayaInstrumentasi Spektroskopi Serapan Atom

Penguat

Rekorder Wadah contoh

Gambar 2.1. Skema Instrumen Spektroskopi Serapan Atom(Al-anshori, 2005).a. Sumber CahayaSumber radiasi yang digunakan untuk spektroskopi serapan atom adalah lampu katoda berongga (Hollow-cathode Lamp). Lampu terdiri atas anoda tungsten dana katoda silindris yang tertselubung dalam tabung gelas berisi gas inert seperti argon. Lampu katoda berongga yang digunakan tergantung dari analit yang akan dianalisis. Lampu ini tersedia untuk 70 unsur dimana untuk unsur tertentu tersedia lampu untuk intensitas yang tinggi. Lampu ini menghasilkan intensitas yang lebih tinggi dari lampu biasa (Skoog, et. al, 2004). b. NyalaNyala dalam spektroskopi serapan atom berfungsi untuk mengatomkan analit. Nyala yang digunakan harus mampu meberikan suhu >2000K. Pencapaian suhu tertinggi ini dilakukan dengan menggunakan gas pembakar dalam suatu gas pengoksida seperti misalnya udara dan nitrogen oksida (N2O). Bberikut ini adalah tabel dari beberapa campuran gas pembakar beserta suhu tertinggi yang dicapainya:

Gas pembakarGas OksidanSuhu (K)

Asetilena Udara2400-2700

AsetilenaDinitrogen Oksida2900-3100

AsetilenaOksigen 3300-3400

HidrogenUdara 2300-2400

HidrogenOksigen2800-3000

Sianoen Oksigen4800

Tabel 2.1: Jenis-jenis Gas Pembakar dalam SSA

c. MonokromatorFungsi monokromator dalam spektrokopi adalah untuk menyeleksi garis resonansi dari semua garis yang yang tak diserap yang dipamcarkan oleh sumber radiasi. Monokromator yang sering digunakan dalam instrumen komersial adalah kisi difraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisis lebih seragam daripada yang dilakukan oleh prisma. Hal ini menyebabkan daya pisah dari instrumen kisis lebih tinggi sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih besar (Basset, et, al,)d. Detektore. Penguatf. RekorderRekorder berfungsi untuk mengubah sinyal menjadi bentuk digital yang dibaca oleh pengamat dimana yang keluar sebagai sinyal dalam SSA adalah absorbansi. Isyarat dari detektor dalam bentuk yang energi listrik akan diubah oelh rekorder dalam bentuk nilai bacaan serapan atom (Walsh,)

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia analitik jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Jember, mulai bulan September 2015 sampai Februari 2016.

3.2 Metode Penelitian3.2.1 Alat dan Bahan3.2.1.1 Alat-alat yang dibutuhkanErlenmeyer 250 mL, labu ukur 50 mL, labu ukur 25 mL, pipet tetes, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 600 mL, corong gelas, pipet ukur 1 mL, hot plate, kaca arloji, kertas saring, neraca digital, kertas saring, mesin grinder, Spektrofotometer Serapan atom.

3.2.1.2 Bahan-bahan yang dibutuhkana. Bahan sampelSawi hijau.b. Bahan kimiaAquades, HNO3 p.a, H2O2, H2SO4, larutan standar Na 1000 ppm, larutan standar K 1000 ppm.

3.2.2 Diagram Alir Penelitian

Tanaman sawi hijau

Dipotong kecil-kecilDigiling dengan mesin grinder

Ditimbang sebanyak 5 gramDitambah air deionisasi sebanyak 15 mLDilakukan sebanyak 4 kali Ditambah 12 mL HNO3 pekatDipanaskan di atas hot plate dengan suhu 130 C Ditambah pelarut sebanyak 3kaliDitambah 12 mL H2SO4 pekatDipanaskan di atas hot plate dengan suhu 130 C Ditambah pelarut selam 3kaliDitambah 12 mL H2O2 pekatDipanaskan di atas hot plate dengan suhu 130 C Ditambah pelarut sebanyak 3kaliDitambah 12 mL asam pekat terbaik dalam destruksiDipanaskan di atas hot plate dengan suhu 130 C Ditambah pelarut sebanyak 3kaliDiukur menggunakan SSA dengan panjang gelombang Na dan KDiukur menggunakan SSA dengan panjang gelombang Na dan KDiukur menggunakan SSA dengan panjang gelombang Na dan KDiukur menggunakan SSA dengan panjang gelombang Na dan KFiltrat diencerkan dengan akuades dalam labu ukur 50 mLDisaringFiltrat diencerkan dengan akuades dalam labu ukur 50 mLDisaringFiltrat diencerkan dengan akuades dalam labu ukur 50 mLDisaringFiltrat diencerkan dengan akuades dalam labu ukur 50 mLDisaringHasil Penggilingan

3.2.3 Prosedur Kerja3.2.3.1 Penentuan jenis asam pekat yang optimum untuk proses destruksi basaha. Persiapan Sampel LaboratoriumSampel sawi diambil sebanyak 4 batang kemudian dicuci dengan akuades dan dipotong-potong. Sampel kemudian digiling dengan mesin grinder yang menggunakan filter dengan kehalusan 0,5 mm. Sampel yang telah digiling dimasukkan kedalam botol ditutup rapat-rapat agar tidak terkontaminasi. b. Penetuan Kadar Na dan K dengan beberapa pelarutDitimbang hasil penggilingan seberat 5 gram ditimbang dengan menggunakan neraca digital, kemudian dilarutkan dengan air deionisasi sebanyak 15 mL menggunakan erlenmeyer 100 mL. Ditambahkan asam nitrat (HNO3) pekat sebanyak 12 mL. Sampel dan pereaksi kemudian di panaskan diatas hot plate dengan suhu 130C selama 30 menit, lalu tambahkan pelarut lagi lakukan sampai 3 kali pemberian pelarut. Angkat sampel dan didinginkan, kemudian disaring. Filtrat yang dihasilkan dencerkan menggunkan aquades dalam labu ukur 50 mL dan kemudian diukur dengan AAS. Diulangi langkah-langkah di atas untuk asam sulfat pekat dan asam peroksida pekat.

3.2.3.2 Pembuatan larutan standar Na dan Kurva kalibrasi NaDari larutan standar Na 1000 ppm dipipet sebanyak 200 ml lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL sehingga diperoleh larutan standar Na 200 ppm. Dari larutan 200 ppm ini dipipet masing-masing sebanyak sebanyak 0; 25; 50; 100; 150; 175 dan 200 mL lalu dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas kemudian dikocok. Diperoleh deret konsentrasi 0, 20, 40, 80, 120, 140 dan 160 ppm dari hasil pengenceran. Deret konsentrasi tersebut kemudian diukur nilai absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada 248,3 nm. Deret standar ini digunakan sebagai acuan untuk penetuan kadar kalium dari sampel. Sebagai blanko digunakan aquades. 3.2.3.3 Pembuatan larutan standar K dan Kurva kalibrasi KDari larutan standar K 1000 ppm dipipet sebanyak 200 ml lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL sehingga diperoleh larutan standar K 200 ppm. Dari larutan 200 ppm ini dipipet masing-masing sebanyak sebanyak 0; 25; 50; 100; 150; 175 dan 200 mL lalu dimasukkan kedalam labu ukur 250 mL kemudian ditambahkan akuades sampai tanda batas kemudian dikocok. Diperoleh deret konsentrasi 0, 20, 40, 80, 120, 140 dan 160 ppm dari hasil pengenceran. Deret konsentrasi tersebut kemudian diukur nilai absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada 248,3 nm. Deret standar ini digunakan sebagai acuan untuk penetuan kadar kalium dari sampel. Sebagai blanko digunakan aquades.

3.2.3.4 Penetuan Kadar Na dan K dari Sampel Sawia. Persiapan Sampel LaboratoriumSampel sawi diambil sebanyak 4 batang kemudian dicuci dengan akuades dan dipotong-potong. Sampel kemudian digiling dengan mesin grinder yang menggunakan filter dengan kehalusan 0,5 mm. Sampel yang telah digiling dimasukkan kedalam botol ditutup rapat-rapat agar tidak terkontaminasi. b. Penetuan Kadar Na dan K dengan beberapa pelarutDitimbang seberat 5 gram ditimbang dengan menggunakan neraca digital, kemudian dilarutkan dengan air deionisasi sebanyak 15 mL menggunakan erlenmeyer 100 mL. Ditambahkan asam nitrat (HNO3) pekat sebanyak 12 mL. Sampel dan pereaksi kemudian di panaskan diatas hot plate dengan suhu 130C selama 30 menit, lalu tambahkan pelarut lagi lakukan sampai 3 kali pemberian pelarut. Angkat sampel dan didinginkan, kemudian disaring. Filtrat yang dihasilkan dencerkan menggunkan aquades dalam labu ukur 50 mL Penentuan c. Kadar Na dan K dalam sampelHasil destruksi basah diukur absorbansi dengan SSA pada panjang gelombang Na dan panjang gelombang K sebanyak 3 kali. Kadar Na dan K dalam sampel dihitung masing-masing melalui melalui kurva standar Na dan kurva standar K.