49293431 Teknik Korosi Rangkuman
-
Upload
ficry-ahmad -
Category
Documents
-
view
47 -
download
7
description
Transcript of 49293431 Teknik Korosi Rangkuman
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
1. Pengertian Korosi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, korosi adalah proses, perubahan, atau
perusakan yang disebabkan oleh reaksi kimia. Atau proses kimia atau elektrokimia
yang kompleks yang merusak logam melalui reaksi dengan lingkungannya. Secara
umum korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh
korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi. Pada peristiwa korosi, logam
mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam
umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah
Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
2. Laju Reaksi Korosi
Setelah proses korosi berjalan selama waktu tertentu, produk korosi diangkat
dari media korosi, dicuci dengan hati-hati dengan menggunakan sikat yang halus.
Selanjutnya dimasukan ke dalam oven pada suhu 400 C selama 5 menit, kemudian
ditimbang sebagai berat akhir. Berat awal dari baja adalah berat baja sebelum
direndam ke dalam larutan. Kecepatan korosi dihitung dengan rumus berikut :
Laju reaksi korosi = Berat Awal - Berat Akhir
Luas Baja x Waktu Perendaman
3. Reaksi Korosi
Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.x H2O, suatu zat padat yang berwarna
coklat-merah. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi berlaku sebagai anode,
dinama besi mengalami oksidasi.
Fe(s) → Fe2+(aq) + 2e E0 = + 0,44 V
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi yang
berlaku sebagai katode, dimana oksigen tereduksi.
O2(g) + 2 H2O(l) + 4e → 4 OH-(aq) E0 = + 0,40 V
Atau O2(g) + 4 H+(aq) + 4e → 2 H2O(l) E0 = + 1,23 V
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, Fe2O3.x H2O, yaitu
karat besi. Maka reaksi yang terjadi :
Anode : 2 Fe(s) → 2 Fe2+(aq) + 4e E0 = + 0,44 V
Katode : O2(g) + 2 H2O(l) + 4e → 4 OH-(aq) E0 = + 0,40 V
Reaksi Sel : 2 Fe(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 2 Fe2+(aq) + 4OH-
(aq) E0reaksi = + 0,84 V
Ion Fe2+ tersebut kemudian mengalami oksidasi lebih lanjut dengan reaksi :
4Fe2+(aq) + O2(g) + (4 + 2n) H2O → 2Fe2O3 . nH2O + 8H+
(aq)
Mengenai bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan dan
bagian mana yang bertindak sebagai katode bergantung pada berbagai faktor,
misalnya zat pengotor, atau perbedaan rapatan logam itu. Korosi besi memerlukan
oksigen dan air.
Reaksi-reaksi yang Terjadi pada Proses Korosi Logam
Mekanisme korosi tidak terlepas dari reaksi elektrokimia. Proses elektrokimia
melibatkan perpindahan elektron-elektron. Perpindahan elektron merupakan hasil
reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Mekanisme korosi melalui reaksi elektrokimia
melibatkan reaksi anodik dan reaksi katodik.
a) Reaksi Anodik ( Oksidasi )
Reaksi Anodik terjadi di daerah anode. Reaksi anodik (oksidasi) diindikasikan
melalui peningkatan valensi atau produk elektron-elektron. Reaksi anodik yang terjadi
pada proses korosi logam, yaitu : M → Mn+ + ne
Proses korosi dari logam M adalah proses oksidasi logam menjadi satu ion
(n+) dalam pelepasan n elektron. Harga dari n bergantung dari sifat logam sebagai
contoh besi :
Fe → Fe2+ + 2e
b) Reaksi Katodik (Reduksi)
Reaksi katodik terjadi di daerah katode. Reaksi katodik diindikasikan melalui
penurunan nilai valensi atau konsumsi elektron-elektron yang dihasilkan dari reaksi
anodik.
Beberapa reaksi katodik yang terjadi selama proses korosi logam, yaitu :
- Pelepasan gas hidrogen
2 H+ + 2e → H2
- Reduksi oksigen
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
O2 + 4 H+ + 4e → 2 H2O
O2 + 2 H2O + 4e → 4 OH-
- Reduksi ion logam
Fe3+ + e → Fe2+
- Pengendapan logam
3Na+ + 3e → 3Na
- Reduksi ion hidrogen
O2 + 4 H+ + 4e → 2 H2O
4. Jenis Korosi
Bentuk-bentuk korosi dapat berupa korosi merata, korosi galvanik, korosi
sumuran, korosi celah, korosi retak tegang (stress corrosion cracking), korosi retak
fatik (corrosion fatique cracking) dan korosi akibat pengaruh hidogen (corrosion
induced hydrogen), korosi intergranular, selective leaching, dan korosi erosi.
- Korosi merata adalah korosi yang terjadi secara serentak di seluruh permukaan
logam, oleh karena itu pada logam yang mengalami korosi merata akan terjadi
pengurangan dimensi yang relatif besar per satuan waktu. Kerugian langsung
akibat korosi merata berupa kehilangan material konstruksi, keselamatan kerja
dan pencemaran lingkungan akibat produk korosi dalam bentuk senyawa yang
mencemarkan lingkungan. Sedangkan kerugian tidak langsung, antara lain berupa
penurunan kapasitas dan peningkatan biaya perawatan (preventive maintenance).
- Korosi galvanik terjadi apabila dua logam yang tidak sama dihubungkan dan
berada di lingkungan korosif. Salah satu dari logam tersebut akan mengalami
korosi, sementara logam lainnya akan terlindung dari serangan korosi. Logam
yang mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial yang lebih rendah
dan logam yang tidak mengalami korosi adalah logam yang memiliki potensial
lebih tinggi.
- Korosi sumuran adalah korosi lokal yang terjadi pada permukaan yang terbuka
akibat pecahnya lapisan pasif. Terjadinya korosi sumuran ini diawali dengan
pembentukan lapisan pasif di permukaannya, pada antarmuka lapisan pasif dan
elektrolit terjadi penurunan pH, sehingga terjadi pelarutan lapisan pasif secara
perlahan-lahan dan menyebabkan lapisan pasif pecah sehingga terjadi korosi
sumuran. Korosi sumuran ini sangat berbahaya karena lokasi terjadinya sangat
Gambar 1. Korosi pada logam
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
kecil, tetapi dalam sehingga dapat menyebabkan peralatan atau struktur patah
mendadak.
- Korosi celah adalah korosi lokal yang terjadi pada celah di antara dua
komponen. Mekanisme terjadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi
merata di luar dan di dalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi
oksigen. Pada suatu saat oksigen (O2) di dalam celah habis, sedangkan oksigen
(O2) di luar celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan
dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam yang di dalam celah
menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi.
- Korosi retak tegang, korosi retak fatik, dan korosi akibat pengaruh hidogen
adalah bentuk korosi dimana material mengalami keretakan akibat pengaruh
lingkungannya. Korosi retak tegang terjadi pada paduan logam yang mengalami
tegangan tarik statis di lingkungan tertentu, seperti : baja tahan karat sangat
rentan terhadap lingkungan klorida panas, tembaga rentan di larutan amonia dan
baja karbon rentan terhadap nitrat. Korosi retak fatik terjadi akibat tegangan
berulang di lingkungan korosif. Sedangkan korosi akibat pengaruh hidogen
terjadi karena berlangsungnya difusi hidrogen ke dalam kisi paduan.
- Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam
akibat terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang
terjadi pada baja tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada
temperatur 425 – 815 oC karbida krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir.
Dengan kandungan krom di bawah 10%, di daerah pengendapan tersebut akan
mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan karat tersebut.
- Selective leaching adalah korosi yang terjadi pada paduan logam karena
pelarutan salah satu unsur paduan yang lebih aktif, seperti yang biasa terjadi pada
paduan tembaga-seng. Mekanisme terjadinya korosi selective leaching diawali
dengan terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu
yang potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang
potensialnya lebih rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada
logam paduan tersebut. Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang
kelabu yang digunakan sebagai pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam
paduan besi tuang akan menyebabkan paduan tersebut menjadi porous dan lemah,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya pecah pada pipa.
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
- Kombinasi antara fluida yang korosif dan kecepatan aliran yang tinggi
menyebabkan terjadinya korosi erosi, seperti yang terjadi pada pipa baja yang
digunakan untuk mengalirkan uap yang mengandung air. Pengukuran laju korosi
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengukuran yang paling sederhana
biasanya dilakukan dengan cara mengukur kehilangan logam (berdasarkan
perbedaan beratnya). Meskipun demikian beberapa metoda pegukuran laju korosi
yang dapat diterapkan antara lain adalah dengan mengukur ion logam yang
terdapat di lingkungan, mengukur konduktivitas lingkungan, mengukur berat
jenis lingkungan atau berdasarkan reaksi dengan metoda elektrokimia
5. Dampak atau Akibat Korosi
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai
jenis logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai
komponen logam seperti seng, tembaga, besi-baja, dan sebagainya. Seng untuk atap
dapat bocor karena termakan korosi. Demikian juga besi untuk pagar tidak dapat
terbebas dari masalah korosi. Jembatan dari baja maupun badan mobil dapat menjadi
rapuh karena peristiwa alamiah yang disebut korosi. Selain pada perkakas logam
ukuran besar, korosi ternyata juga mampu menyerang logam pada komponen-
komponen renik peralatan elektronik, mulai dari jam digital hingga komputer, serta
peralatan-peralatan canggih lainnya yang digunakan dalam berbagai aktivitas umat
manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam rumah tangga.
Korosi merupakan masalah teknis dan ilmiah yang serius. Di negara-negara
maju sekalipun, masalah ini secara ilmiah belum tuntas terjawab hingga saat ini.
Selain merupakan masalah ilmu permukaan yang merupakan kajian dan perlu
ditangani secara fisika, korosi juga menyangkut kinetika reaksi yang menjadi wilayah
kajian para ahli kimia. Korosi juga menjadi masalah ekonomi karena menyangkut
umur, penyusutan, dan efisiensi pemakaian suatu bahan maupun peralatan dalam
kegiatan industri. Milyaran Dolas AS telah dibelanjakan setiap tahunnya untuk
merawat jembatan, peralatan perkantoran, kendaraan bermotor, mesin-mesin industri
serta peralatan elektronik lainnya agar umur konstruksinya dapat bertahan lebih lama.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti
pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi
juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
Akibat dari korosi secara umum adalah sebagai berikut :
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
- Biaya pemeliharaan membengkak karena penggantian material, biaya
perbaikan, dll.
- Produktivitas/ kapasitas produksi menurun akibat produksi berhenti atau total
shut-down.
- Menimbulkan kontaminasi atau pencemaran pada produk, misalnya makanan
dan minuman.
- Gangguan kesehatan dan keselamatan kerja.
- Mengurangi umur berbagai barang atau bangunan sehingga menyebabkan
degradasi atau kerusakan lingkungan hidup.
6. Faktor-faktor Korosi
Faktor yang berpengaruh dan mempercepat korosi yaitu :
a. Air dan kelembapan udara
Air merupakan salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi.
Udara yang banyak mengandung uap air (lembap) akan mempercepat
berlangsungnya proses korosi.
b. Elektrolit
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah
untuk dapat diikat oleh oksigen di udara. Oleh karena itu, air hujan (asam) dan
air laut (garam) merupakan penyebab korosi yang utama.
c. Adanya oksigen
Pada peristiwa korosi adanya oksigen mutlak diperlukan.
d. Permukaan logam
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya kutub-kutub
muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode. Permukaan
logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi, sebab sukar
terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.
e. Letak logam dalam deret potensial reduksi
Korosi akan sangat cepat terjadi pada logam yang potensialnya rendah,
sedangkan logam yang potensialnya lebih tinggi justru lebih awet.
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
7. Pencegahan Korosi
- Dicat
Cat menghindarkan kontak besi dengan udara dan air.
- Melumuri dengan oli atau minyak
Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin, oli atau minyak
mencegah kontak besi dengan air.
- Dibalut dengan plastik
Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan kerancang sepeda dibalut
dengan plastik. Plastik mencegah kontak besi dengan udara dan air.
- Tin plating (pelapisan dengan timah)
Biasanya kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi dilapisi dengan timah.
Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebut electro plating. Timah
tergolong logam yang tahan karat. Besi yang dilapisi timah tidak mengalami
korosi karena tidak adanya kontak dengan oksigen (udara) dan air. Akan tetapi,
lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan utuh (tanpa cacat). Apabila
lapisan timah ada yang cacat, misalnya tergores, maka timah justru mendorong
atau mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih
negatif daripada timah :
Eº Fe = -0,44 V; Eº Sn = -0,44 V
Oleh karena itu, besi yang dilapisi timah akan membentuk suatu sel
elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian timah mendorong
korosi besi.
- Galvanisasi (pelapisan dengan zink)
Pipa besi, tiang telepon, badan mobil, dan berbagai barang lain dilapisi
dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi
sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal itu terjadi karena suatu mekanisme yang
disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif
daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel
elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian, besi terlindungi dan
zink yang mengalami oksidasi.
- Cromium plating (pelapisan dengan kromium)
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan
pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bemper mobil. Cromium plating
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
juga dilakukan dengan elekrolisis. Sama seperti zink, kromium juga dapat
memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
- Sacrificial protection (pengorbanan anode)
Magnesium adalah logam yang jauh labih aktif (berarti lebih mudah
berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka
magnesium itu akan berkarat, tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk
melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara
periodik, batang magnesium harus diganti.
Korosi Aluminium (Perlindungan Katodit)
Aluminium, juga zink dan kromium, merupakan logam yang lebih aktif
daripada besi. Sebenarnya, aluminium berkarat dengan cepat membentuk oksida
aluminium (Al2O3). Akan tetapi, perkaratan segera terhenti setelah lapisan tipis
oksida terbentuk. Lapisan itu melekat pada permukaan logam, sehingga
melindungi logam di bawahnya terhadap perkaratan berlanjut. Lapisan oksida
pada permukaan aluminium dapat dibuat lebih tebal melalui elektrolisis, yang
disebut anodizing. Aluminium yang telah mengalami anodizing digunakan
untuk membuat panci dan berbagai perkakas dapur, bingkai, kerangka bangunan
(panel dinding), serta kusen pintu dan jendela. Lapisan oksida aluminium lebih
mudah dicat dan memberi warna yang lebih terang.
8. Korosi di Industri
Pabrik gula merupakan suatu pabrik yang mengolah tebu menjadi gula kristal
atau biasa disebut sebagai gula pasir. Dalam proses produksinya digunakan bahan
utama berupa tebu dan bahan penunjang berupa susu kapur [Ca(OH)2], gas belerang
(SO2), Flokulant dan Asam Sulfat (H3PO4). Bahan pendukung dari pembuatan gula
tersebut merupakan bahan-bahan kimia yang mempunyai resiko tinggi untuk
mengakibatkan suatu bencana jika bereaksi dengan suatu senyawa yang lain. Selain
dari bahan yang bisa meningkatkan resiko bencana, bisa juga dilihat dari limbah yang
dihasilkan berupa nira, tetes tebu dan endapan kerak yang jika masuk ke sungai akan
mencemari sungai. Mesin juga mempunyai peranan dalam meningkatkan resiko
bencana dengan terjadinya korosi karena bahannya terbuat dari besi.
Korosi tidak dapat dihindari, tetapi dapat diperlambat lajunya. Korosi berpotensi
terjadi di Pabrik gula karena bahan konstruksinya banyak terbuat dari logam
khususnya besi.
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
Potensi Korosi di Pabrik Gula
Peralatan di pabrik gula yang terbuat dari logam sangat rentan terhadap
serangan korosi. Terlebih lagi nira sebagai bahan baku proses pembuatan gula
mempunyai kondisi asam, sehingga berpotensi untuk menimbulkan korosi di
peralatan. Proses produksi di pabrik gula secara garis besar dibagi menjadi empat
tahapan proses, yaitu :
Tahap 1 : Ekstraksi tebu menjadi nira mentah (Gilingan)
Tahap 2 : Nira mentah menjadi Nira Encer (Pemurnian)
Tahap 3 : Nira Encer menjadi Nira Kental (Penguapan)
Tahap 4 : Nira Kental menjadi Gula Kristal (Kristalisasi dan Pemisahan)
Pada tiap tahapan proses tersebut ada berbagai hal yang dapat menimbulkan serangan
korosi.
Stasiun Ketel (Boiler)
Boiler atau ketel merupakan jantung dari pabrik gula. Fungsi dari ketel adalah
untuk menyediakan uap yang digunakan untuk proses, yaitu di gilingan, pemanasan
nira, penguapan nira, pemasakan nira kental, dan pemutaran. Ketel terdiri pipa-pipa
dimana lingkungannya terus menerus kontak dengan air dan uap. Dengan adanya
kontak tersebut besar kemungkinan terjadinya erosi pada permukaan pipa.
Stasiun Gilingan
Gilingan berfungsi untuk memerah nira yang terdapat dalam tebu. Pada proses
ini tebu digiling menggunakan rol yang terbuat dari bahan Stainless Steel atau Carbon
Steel. Potensi terjadinya korosi di rol gilingan cukup besar. Hal itu disebabkan karena
keausan dari peralatan. Keausan terjadi karena adanya gesekan antara ampas dengan
rol gilingan. Dengan banyaknya gesekan yang terjadi, maka rol akan menjadi aus
sehingga menimbulkan korosi. Selain itu karakteristik dari nira yang dihasilkan
bersifat asam, sehingga menjadi media yang baik untuk terjadinya korosi.
Unit Pemurnian
Proses pemurnian nira bertujuan untuk menghilangkan bukan gula yang ada
dalam nira. Pada saat ini kebanyakan pabrik gula di Indonesia menggunakan proses
sulfitasi untuk memurnikan nira. Pada proses sulfitasi digunakan tobong belerang
untuk memproduksi gas SO2 sebagai bahan pembantu.
Unit Penguapan
Proses penguapan di Pabrik gula menggunakan evaporator. Pada evaporator
permasalahan korosi menelan biaya yang cukup besar dibandingkan dengan unit lain.
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
Pada proses penguapan ini permasalahan yang sering terjadi adalah timbulnya kerak
di dinding pipa evaporator (baik di sisi nira maupun di sisi uap). Korosi dan erosi
menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi oleh evaporator karena tingginya laju
dari zat cair dan uap yang ada dalam evaporator. Selain itu kemungkinan terjadinya
entrainment di evaporator juga bisa menyebabkan terjadinya korosi. Karena itu
berbagai upaya dilakukan untuk mencegah entraintment diantaranya dengan
penggunaan mist eliminator.
Perpipaan
Pada industri gula perpipaan yang digunakan sebagian besar pipa tertutup, yaitu
untuk mengalirkan nira, strop, air, uap, masakan. Pada sistem perpipaan rentan terjadi
korosi karena laju dari fluida yang besar dapat menyebabkan erosi pada pipa.
9. Senyawa-senyawa yang Bersifat Korosif
Suatu zat korosif adalah salah satu yang akan menghancurkan atau merusak
permukaan atau substansi lain dengan kontak ke dalamnya. Korosi biasa disebut
“karat” dalam kehidupan sehari-hari. Karat yang umum adalah asam kuat dan basa
kuat, atau larutan terkonsentrasi asam lemah dan basa lemah tertentu. Jenis-jenis
bahan korosif diklasifikasikan menjadi :
a. Asam
asam kuat yang paling umum adalah asam sulfat, asam nitrat, dan asam
klorida (H2 SO4, HNO3 dan HCl). Beberapa dengan konsentrasi asam lemah,
misalnya asam format dan asam asetat.
b. Basa
Kaustik atau alkali, seperti natrium hidroksida (NaOH) dan kalium hidroksida
(KOH). Logam alkali dalam bentuk logam (misalnya unsur natrium), dan
Hidrida alkali dan logam alkali tanah, seperti natrium hidrida, berfungsi
sebagai basa kuat dan hidrat yang dapat bersifat kaustik. Beberapa basa
dengan konsentrasi lemah, seperti ammonia dalam bentuk anhidrat atau dalam
larutan terkonsentrasi.
c. Agen terdehidrasi seperti fosfor pentoksida, kalsium oksida, seng klorida
anhidrat, juga unsur logam alkali.
d. Oksidator kuat seperti hidrogen peroksida terkonsentrasi.
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
e. Halogen elektrofilik : unsur fluor, klor, brom, dan yodium, serta garam
elektrofilik seperti sodium hipoklorit atau senyawa N-kloro seperti
chloramine-T; halida ion tidak korosif.
f. Halida halida organik dan asam organik seperti asetil klorida dan
chloroformate benzyl.
g. Asam anhidrida.
h. Agen Alkylating seperti dimetil sulfat.
i. Beberapa bahan organik seperti fenol ("asam karbol").
10. Korosi yang Disebabkan oleh Manusia
Kecelakaan kerja dan bencana merupakan suatu kejadian yang tidak dapat
diprediksi dan diduga sebelumnya, karena terjadinya secara tiba-tiba. Penyebab
bencana bisa bermacam-macam, bisa karena ulah manusia dan bisa juga karena
kesalahan teknis berupa kesalahan sistem. Pentingnya antisipasi bencana bisa dilihat
pada kejadian dari pabrik yang pipa-pipanya mengalami korosi. Aliran dari pipa
kemudian mengalir ke sungai sehingga dapat merugikan masyarakat yang
memanfaatkan air sungai tersebut. Selain dari bahan yang bisa meningkatkan resiko
bencana, bisa juga dilihat dari limbah yang dihasilkan berupa endapan kerak yang jika
masuk ke sungai akan mencemari sungai. Mesin juga mempunyai peranan dalam
meningkatkan resiko bencana. Umur mesin yang sudah lama dan maintenance yang
jelek bisa mengakibatkan terjadinya korosi pada mesin karena bahan dari mesin yang
terbuat dari besi. Sebagai contoh pada stasiun penguapan, jika pipa yang mengalirkan
nira pekat terjadi korosi maka akan menyebabkan terjadinya kebocoran pada pipa
tersebut. Hal ini terjadi dikarenaan ulah manusia yang kurang tepat dalam usaha
perawatan mesin-mesin pabrik sehingga berdampak pada lingkungan hidup.
Metodologi penanggulangan resiko bencana tersebut adalah dengan melakukan studi
pendahuluan, disaster identification, dan risk mitigation. Penanganan dari segi
struktural bisa dari layout pabrik atau saluran pembuangan yang lebig baik dan
berbahan anti korosi. Sedangkan untuk non-struktural bisa dengan perbaikan
kebijakan perusahaan mengenai resiko bencana atau bisa juga dengan pelatihan-
pelatihan karyawan.
11. Korosi yang Disebabkan oleh Alam
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
Salah satu gejala yang disebabkan oleh alam adalah hujan asam. Hujan
asam dapat mempercepat proses pengkaratan dari beberapa material, seperti
batu kapur, pasir besi, marmer, batu pada diding beton serta logam. Ancaman
serius juga dapat terjadi pada bagunan tua serta monumen termasuk candi dan
patung. Hujan asam dapat merusak batuan sebab akan melarutkan kalsium
karbonat, meninggalkan kristal pada batuan yang telah menguap. Seperti
halnya sifat kristal semakin banyak akan merusak batuan.
a. Korosi pada kendaraan bermotor
Hujan asam membuat sesuatu yang terbuat dari besi menjadi lebih mudah
berkarat. Asam merupakan salah satu larutan elektrolit dan larutan elektrolit
lebih cepat bereaksi daripada larutan non-elektrolit. Pada sebagian besar
industri sepeda motor, jelas hujan asam sangat merugikan. Rangka dan roda
yang terbuat bahan utama berupa besi. Selain itu komponen mesin motor
penggerak juga terbuat dari logam sehingga kemungkinan terjadi
pengkorosian. Pengguna sepeda terutama pada Negara-negara berkembang
dirugikan dengan pH asam yang disebabkan oleh hujan asam. Negara maju
seperti Jerman dengan industri mobilnya yang sangat maju telah
mengantisipasi terjadinya korosi pada mobil-mobil baru dengan material
penyusun yang sudah dikembangkan.
b. Korosi pada bangunan tua
Hujan asam juga menyebabkan mengeroposnya bangunan-bangunan yang
mengandung kalsium. Hal ini disebabkan karena asam dapat dengan mudah
bereaksi dengan kalsium (Ca). Deposisi asam baik basa maupun kering dapat
merusak bangunan yang terbuat dari batu, logam, atau material lain, bila
diletakkan di area terbuka dalam waktu yang lama. Kerusakan akibat korosi
ini bernilai mahal apalagi bila terjadi pada kota-kota bersejarah.
Usaha untuk mengendalikan hujan asam ialah (1) menggunakan bahan
bakar dengan kandungan belerang rendah, (2) mengurangi kandungan
belerang sebelum pembakaran dengan menggunakan teknologi tertentu, (3)
pengendalian pencemaran selama pembakaran untuk mengurangi emisi SO2
dan NOx menggunakan teknologi lime injection in multiple burners (LIMB)
sehingga emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NO x 50%, (4)
pengendalian setelah pembakaran dengan gas ilmiah hasil pembakaran
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
dengan fle gas desulfurization (FGD), (5) mengaplikasikan prinsip 3R
(Reuse, Recycle, Reduce).
12. Manfaat Korosi Untuk Penyimpanan Limbah
Sumber bekas radium memerlukan penanganan yang khusus dalam
penyimpanan limbah karena mempunyai waktu paruh yang panjang dan radium
selalu melepaskan gas radon yang berbahaya bagi lingkungan atau manusia.
Sumber bekas Radium kebanyakan berasal dari rumah sakit dapat berbentuk
jarum ataupun lempengan.
Kondisioning sumber bekas Radium adalah suatu rangkaian proses
pengunkungan limbah sumber bekas radium dalam tabung/kapsul yang terbuat
dari stainless steel atau bahan anti karat dan dilakukan penutupan dengan
pengelasan dan selanjutnya disimpan dalam Long Term Storage Shield (LTSS)
yaitu wadah limbah berbentuk selinder jejal berdiameter 275 mm dan tinggi 250
mm dengan sepuluh lubang untuk penyimpanan sumber bekas radium
terkapsulasi, terbuat dari logam timbal (Pb) dan lapisan luar berupa baja
Proses kondisioning sumber bekas radium dilakukan sebelum penyimpanan
sementara dalam jangka panjang untuk mencegah terlepasnya bahan radioaktif
dan membatasi. Stainless steel harus mampu menahan tekanan gas radon yang
terbentuk selama jangka waktu penyimpanan. Demikian dalam penutupan kapsul
dengan pengelasan harus dilakukan uji kebocoran. LTSS yang berisi kapsul
selanjutnya ditempatkan dalam shell drum, yaitu suatu tabung terbuat dari
matriks beton, dan disimpan dalam penyimpan sementara (interim storage).
Immobilisasi/kondisioning dan pengepakan limbah biasanya akan
meningkatkan suatu peningkatan volume limbah yang akan disimpan dan
dibuang. Dalam mengevaluasi teknik reduksi volume yang berbeda-beda,
limbah-limbah harus dicacah. Penyimpanan dari limbah yang telah
diimmobilisasi dan dipak dapat dibuang untuk periode waktu yang berbeda-beda
dengan bermacam-macam cara di daerah tempat penyimpanan yang berbeda-
beda tipenya (permukaan, di bawah permukaan, berventilasi, shielding variabel
dsb). Tipe penyimpanan akan mempengaruhi pemilihan kontainer dan bentuk,
juga lamanya daya tahan terhadap korosi, keburukan yang melebihi waktu
penyimpanan dan kemungkinan penyelamatan kembali. Keistimewaan umum
dari operasi penyimpanan yang berbeda-beda ialah bahwasanya limbah tersebut
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
dapat dipindahkan apabila diperlukan. Jadi kemasan limbah itu harus
diselamatkan kembali apabila periode waktu penyimpanannya telah habis dan
direncanakan untuk periode waktu penyimpanan berikutnya.
13. Penanganan Korosi
Gambar 2. Bagan proses pengendalian korosi
Metoda yang digunakan untuk menangani masalah korosi adalah Cladding.
Merupakan penyatuan dua jenis logam/metal yang berbeda. Contoh kecilnya adalah
pada setrikaan rumah, dimana indikator pemutus arus untuk memanaskan digunakan
dua jenis logam yang berbeda, tetapi disatukan. Ketika diatur untuk memanaskan,
salah satu logam akan lebih panas dari yang lainnya, sehingga logam yang memiliki
kapasitas panas lebih rendah akan menekuk. Namun dalam hal korosi, umumnya
cladding digunakan sebagai teknik pencegahan korosi yang tidak jauh berbeda dengan
sacrificial anodic protection. Pada cladding, logam yang ingin dilindungi dicladd
dengan logam yang memiliki elektronegatifan lebih kecil, atau lebih tepatnya lebih
elektropositif. Ini dimaksudkan agar elektron yang akan menyerang logam yang ingin
dilindungi akan mengalir ke logam yang lebih elektropositif ini sehingga korosi
terjadi pada logam yang lebih elektropositif (dalam kata lain lebih mudah terkorosi).
Namun terdapat kekurangan metode ini karena umumnya proteksi cladding ini tidak
sempurna melindungi logam karena berbagai faktor.
Desain dan Proses manufacturingyang sempurna
Kualitas peralatan
KeandalanPerawatan Penggunaan
Fungsi yang baik Umur yang panjang
Pengendalian oleh Top Management
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
Gambar 3. Diagram proses pengendalian korosi di industri
Keterangan :
- Bagian Produksi : mengerti kondisi operasi yang tidak menghasilkan resiko
timbulnya korosi.
- Bagian Engineering : membuat perencanaanoperasi dan design yang didasari
oleh pengetahuan kondisi yang memungkinkan terjadinya korosi.
- Bagian Maintenance dan Inspeksi : mengerti mekanisme korosi yang
mungkin terjadi pada peralatan, bagaimana menginspeksinya dan bagaimana
menanggulanginya.
- Bagian Logistik : melakukan pengadaan dengan pengetahuan mengenai
kesalahan dari pemilihan material atau resikodari pengadaan peralatan yang
tidak sesuai dengan spesifikasi.
14. Korosi yang Disebabkan oleh Mikroba
Pernah diketemukan produk korosi (karat-karat besi) cukup banyak bersama-
sama segerombolan bakteri di suatu tempat dalam sistem water treatment. Kumpulan
bakteri yang bersifat korosif adalah bakteri yang dalam metabolismenya menjadikan
sulfur dan atau senyawanya sebagai unsur yang penting, misalnya bakteri
pengoksidasi sulfur : Thiobacillus thio-oxidans, dan bakteri pereduksi sulfat : Genus
Desulfovibrio atau Desulfotomaculum. Salah satu kelompok dari berjuta-juta
kelompok makhluk hidup yang ada di alam semesta ini, ada bakteri yang dikenal
bernama SRB. SRB sesungguhnya adalah singkatan dari Sulphate Reduction Bacteria
atau Bakteri Pereduksi Sulfat.
Bakteri secara garis besar digolongkan menjadi dua golongan yaitu bakteri
aerob dan anerob. Bakteri Aerob artinya dia membutuhkan oksigen untuk hidup,
sedangkan Bakteri Anaerob sebaliknya : bila ada oksigen dia akan mati, namun akan
tumbuh subur dan gemuk bila kandungan oksigen di lingkungannya sangat kecil.
Usaha Pengendalian
Korosi Terpadu di Industri
Divisi Engineering
Divisi Maintenance dan Inspeksi
Divisi Logistik
Divisi Logistik
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
Sedangkan hubungannya dengan istilah pengoksidasi dan pereduksi di atas, maka
bakteri pengoksidasi sulfat adalah bakteri aerob, sedangkan bakteri pereduksi sulfat
adalah bakteri anaerob. SRB ini termasuk dalam golongan bakteri anaerob.
Besi dan baja karbon biasanya mempunyai laju korosi yang
rendah dalam air netral terdeaerasi (oksigennya telah
hilang) dan di dalam larutan garam karena hanya terjadi
reaksi reduksi katodik :
2 H2O + 2e- → H2 + 2 OH-
Bakteri anaerob pereduksi sulfat (sulphate reducing
bacteria atau SRB) akan menyebabkan korosi pada struktur
baja yang ditimbun dalam tanah, dengan pembentukan
lapisan tak protektif seperti FeS dan Fe2O3.H2O, bila SRB
pada awalnya tidak aktif. Bila SRB aktif sejak awal, maka
produk korosi yang terbentuk adalah FeS dan sedikit
FeCO3, pada pH 7.
Mikroba ini menyebabkan terjadinya proses korosi dengan bentuk serangan
korosi merata, sumuran, ataupun sel konsentrasi. Mekanisme korosi oleh bakteri dapat
dikelompokkan dalam proses-proses berikut :
1. Memproduksi sel aerasi diferensial.
2. Memproduksi metabolit korosif.
Pak Kuhr dan Vlught menyebutkan bahwa korosi oleh SRB dalam lingkungan
anaerob dan netral, reaksi katodiknya tidak mungkin berupa reduksi O2 ataupun
reduksi H+. Namun serangan korosi yang terjadi bisa sangat parah, berarti ada reaksi
katodik lain yang berlangsung, yang melibatkan SRB. Pak Kuhr dan Vlught
menyatakan bahwa SRB menggunakan hidrogen katodik untuk reduksi dissimilasi
sulfat menurut reaksi sebagai berikut :
- Reaksi anodik : 4 Fe → 4 Fe2+ + 8 e-
- Dissosiasi air : 8 H2O → 8 H+ + 8 OH-
- Reaksi katodik : 8 H+ + 8 e- → 8 H
- Depolarisasi Katodik oleh Bakteri Pereduksi Sulfat :
SO42- + 8 H → S2- + 4 H2O
- Produk Korosi :
Fe2+ + S2 → FeS dan 3 Fe2+ + 6 OH- → 3 Fe(OH)2
- Reaksi Keseluruhan :
Akademi teknologi industri padang[Type text] TEKNIK PENCEGAHAN KOROSI
4 Fe + SO42- + 4 H2O → 3 Fe(OH)2 + FeS + 2 OH-
Salah satu species pendukung korosivitas SRB adalah bakteri besi berfilamen.
Organisma ini mengoksidasi besi yang terlarut di dalam larutan menjadi ferric
hydrate yang tak larut yang membentuk sarung yang menutupi sel-sel dan
memproduksi semacam batang yang berbentuk filamen.
Beberapa varietas dapat mengoksidasi dan mengkonsentrasi mangan (Mn).
Namun pengaruh utamanya adalah membentuk dan menumbuhkan tubercles di dalam
air, seperti yang dikemukakan oleh Dexter. Varietas ini bersifat aerob dan akan
menghabiskan oksigen yang ada di bawah tubercles (tuberkel). Di dalam endapan
lendir terdapat bakteri berfilamen yang hidup bersama-sama dengan bakteri pereduksi
sulfat, dan bergabung dengan produk korosi dari stainless steel.
Pencegahan Korosi yang disebabkan oleh SRB ini hampir sama dengan
pencegahan korosi yang disebabkan oleh penyebab lain, yakni meniadakan salah satu
faktor dari 4 (empat) faktor penyebab korosi yaitu : anoda, katoda, elektrolit, dan
jembatan arus. Antara lain dengan pemilihan material, proteksi katodik, pemakaian
inhibitor, dan pemakaian cat. Namun karena SRB adalah makhluk hidup, maka perlu
dipakai inhibitor atau cat yang sekaligus bersifat dan berfungsi sebagai biosida
(pembunuh bakteri atau mikroorganisma).