49132676-diare

41
REFERAT EVALUASI ANGKA KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI PUSKESMAS GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO PERIODE JANUARI 2009 - DESEMBER 2009 Oleh : Mochamad Lutfi Budiantoro / J500050018 Syam Hakim Persada / J500050020 Desi Ristianawati / J500050024 Vita Fauziah N.R / J500050025 Rahmad Setia Budi / J500050043 Figur Puspitio Y.D / J500050047

Transcript of 49132676-diare

Page 1: 49132676-diare

REFERAT

EVALUASI ANGKA KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI PUSKESMAS

GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

PERIODE JANUARI 2009 - DESEMBER 2009

Oleh :

Mochamad Lutfi Budiantoro / J500050018

Syam Hakim Persada / J500050020

Desi Ristianawati / J500050024

Vita Fauziah N.R / J500050025

Rahmad Setia Budi / J500050043

Figur Puspitio Y.D / J500050047

Page 2: 49132676-diare

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2010

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT

Referat dengan judul “Evaluasi Angka Kejadian Penyakit Diare Di Puskesmas

Grogol Kabupaten Sukoharjo Periode Januari 2009 - Desember 2009” telah disetujui

oleh tim Penguji Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Profesi Dokter Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pada : Juli 2010

Penguji

Nama : dr. Nasrudin, M.Kes (…………………….)

NIP :

Penguji

Nama : dr. Guntur Subiyantoro, M.Kes (…………………….)

NIP : 19640205 198911 1003

Penguji

Nama : dr. M.Shoim Dasuki, M.Kes (…………………….)

NIK : 464

Disahkan

Page 3: 49132676-diare

Ketua Program Profesi Dokter FK UMS

dr. Sulistyani Kusumaningrum, M.Sc, Sp.Rad

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,

atas segala hidayah, rahmat, karunia-Nya, sehingga tugas referat ini akhirnya

terselesaikan dengan baik.

Referat dengan judul “Evaluasi Angka Kejadian Penyakit Diare Di Puskesmas

Grogol Kabupaten Sukoharjo Periode Januari 2009 - Desember 2009” ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian di stase Ilmu Kesehatan

Masyarakat.

Penulis menyadari bahwa tidak banyak yang dapat penulis lakukan tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. dr. H. B. Subagyo, Sp.A (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. dr. Agus Prihatmo, M.Kes selaku YMT Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Sukoharjo

3. dr. Guntur Subiyantoro, M.Kes selaku Kepala Puskesmas Grogol atas

bimbingan dan arahannya.

4. dr. M. Shoim Dasuki, M.Kes, dr Henny P. Utami, ibu Rustiningsih, SKM,

M.Kes atas bimbingan dan arahannya.

Page 4: 49132676-diare

5. Segenap karyawan dan karyawati Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo dan

Puskesmas Grogol.

6. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini, yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Referat ini dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.

Dan semoga Allah SWT senantiasa memberi perlindungan serta melimpahkan taufik

dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Sukoharjo, Juli 2010

Penulis

Page 5: 49132676-diare

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Halaman Persetujuan ......................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................. iv

Daftar Lampiran ..................................................................................................vi

Daftar Tabel.........................................................................................................vii

Kata Pengantar ....................................................................................................ix

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 3

Bab II Tinjauan Pustaka

A. Diare .......................................................................................................... 4

B. Profil Puskesmas ....................................................................................... 17

Bab III Analisis dan Pembahasan

A. Hasil ........................................................................................................... 19

B. Pembahasan .............................................................................................. 24

BAB VI Penutup

A. Kesimpulan ............................................................................................. 32

B. Saran ....................................................................................................... 32

Page 6: 49132676-diare

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 33

Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di negara yang sedang berkembang, penyebab kematian banyak diakibatkan

oleh penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi adalah diare. Indonesia sebagai

negara berkembang menghadapi banyak masalah kesehatan terutama peningkatan

penyakit berbasis lingkungan. Salah satu dari penyakit berbasis lingkungan adalah

penyakit diare. Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit

utama pada bayi dan anak di Indonesia (Satriya, 2008).

Hasil survei pada tahun 2006 menunjukkan bahwa kejadian diare pada semua

usia di Indonesia adalah 423 per 1.000 penduduk dan terjadi satu-dua kali per tahun

pada anak-anak berusia di bawah lima tahun. UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-

Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang

meninggal dunia karena diare (Dewayani, 2008).

Data dari Direktorat Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan

menyebutkan, pada tahun 2001 angka kematian rata-rata yang diakibatkan diare

adalah 23 per 100.000 penduduk, sedangkan angka tersebut lebih tinggi pada anak-

anak berusia di bawah lima tahun, yaitu 75 per 100.000 penduduk. Kematian anak

berusia di bawah tiga tahun adalah 19 per 100.000 anak meninggal karena diare

setiap tahunnya ( Wikipedia, 2010).

Page 7: 49132676-diare

Penyakit diare masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

terjadi peningkatan kesakitan atau kematian kasus 2 kali atau lebih dibandingkan

jumlah kesakitan atau kematian karena diare yang biasa terjadi pada kurun waktu

sebelumnya. Pada tahun 2006, sebanyak 41 kabupaten di 16 propinsi melaporkan

KLB diare di wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan

277 diantaranya menyebabkan kematian dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar

2,5% (Dewayani, 2008).

Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang

air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air

berlebihan. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga

menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan

baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua (Wikipedia,

2010).

Data terkini dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menunjukkan bahwa

berbagai intervensi perilaku melalui modifikasi lingkungan dapat mengurangi angka

kejadian diare sampai dengan 94 persen melalui pengolahan air yang aman dan

penyimpanan di tingkat rumah tangga dapat mengurangi angka kejadian diare sebesar

39 persen, melakukan praktik cuci tangan yang efektif dapat menurunkan angka

kejadian diare sebesar 45 persen, meningkatkan sanitasi dapat menurunkan angka

kejadian diare sebesar 32 persen, dan meningkatkan penyediaan air dapat

menurunkan kejadian diare sebesar 25 persen (Elok, 2008).

Penyebab utama dari diare secara mendunia adalah retrovirus, sehingga

pengembangan vaksin, dan pentingnya kesehatan tubuh bagi anak, akan mengurangi

insidensi ini pada masa yang akan datang. Banyak faktor yang secara langsung

maupun tidak langsung dapat mendorong terjadinya diare. Beberapa faktor risiko

terjadinya diare pada anak antara lain umur anak, imunitas anak, status gizi anak,

tingkat pendidikan ibu dan status pekerjaan ibu serta faktor lain seperti makanan

Page 8: 49132676-diare

(bentuk makanan). Faktor lain yang berhubungan dengan interaksi antara infeksi dan

malnutrisi adalah akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu

atau lebih zat gizi (Violita, 2009).

Di Jawa Tengah selama periode Januari – Desember 2007, balita yang

terserang diare sebanyak 323.931 penderita. Sedangkan di Kabupaten Sukoharjo

jumlah balita yang terserang diare di periode yang sama sebanyak 8.539 balita,

dimana yang terbanyak di Kecamatan Kartasura yaitu 1.182 balita. Dari hasil studi

pendahuluan pada tanggal 5 Juni 2008 di Puskesmas Kartasura, dari bulan Januari-

Desember 2007 atau sepanjang tahun 2007 diperoleh data 741 balita mengalami diare

di wilayah kerja Puskesmas Kartasura (Alfianto, 2009).

Berdasarkan data Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2PL)

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, selama periode Januari – Juli 2007 jumlah

penderita diare di Sukoharjo mencapai 13.929 orang. Dari keseluruhan jumlah

penderita diare sebanyak 5.146 di antaranya anak balita. Data Dinas Kesehatan

Kabupaten Sukoharjo tahun 2005 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare di

Puskesmas Mojolaban Kabupaten Sukoharjo menempati urutan ketiga dari 21

Puskesmas, dengan jumlah penderita 2.574 orang penderita, dengan 33,8% (870)

penderita diantaranya adalah balita (Heni, 2009).

Sedangkan berdasarkan rekapitulasi diagnosis diare di Puskesmas Grogol

selama tahun 2008 juga menunjukkan angka yang tinggi, yaitu terdapat sebanyak

1704 penderita, dengan insiden tertinggi pada desa Telukan yaitu dengan 263

penderita diare. Sebagian besar adalah pada usia balita yaitu antara umur 1 – 4 tahun

(Puskesmas Grogol, 2008)

Kejadian seperti diare diduga disebabkan oleh ketidakamanan pangan yang

lebih mengarah disebabkan oleh higien dan sanitasi ibu yang kurang baik,

ketersediaan air bersih, serta pengaruh dari tinggi rendahnya faktor pengetahuan gizi

ibu (Dewayani, 2008).

Page 9: 49132676-diare

Menurut hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun1991, 1994 dan 1997, bahwa prevalensi diare berbanding terbalik dengan

tingkat pengetahuan ibu. Makin tinggi tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, makin

rendah prevalensi diare balita (Alfianto, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang menunjukkan betapa tingginya angka

kejadian morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh diare di Negara Indonesia,

khususnya di Kabupaten Sukoharjo, maka Peneliti ingin mengetahui seberapa besar

angka kejadian diare pada Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo selama tahun

2009 dan ingin mengevaluasi program penanggulangan diare di Puskesmas tersebut

guna menurunkan insidensi diare.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengevaluasi program penanggulangan penyakit diare di

Puskesmas Kecamatan Grogol selama tahun 2009.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui seberapa besar Kecamatan Grogol memberikan

kontribusi terjadinya morbiditas diare pada Kabupaten Sukoharjo.

b. Untuk mengetahui program – program yang telah dilakukan oleh

Puskesmas Grogol guna menanggulangi diare pada daerah tersebut.

c. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan lingkungan di

masyarakat Kecamatan Grogol yang dapat menjadi faktor pencetus

meningkatnya morbiditas diare pada daerah tersebut.

Page 10: 49132676-diare

d. Dapat mengupayakan pencegahan dari morbiditas diare tersebut,

Sehingga dapat mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa Diare pada

Kecamatan Grogol.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi ilmu kedokteran

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dalam bidang kedokteran,

khususnya pada bidang yang berhubungan terhadap penyakit yang sering

terjadi di masyarakat dalam hal menurunkan morbiditas dan mortalitas diare.

2. Bagi petugas Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dan tambahan

pengetahuan dalam rangka upaya peningkatan kesehatan masayarakat.

3. Bagi responden penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi, wawasan, dan

gambaran, serta menjadi bahan kajian penelitian lebih lanjut.

4. Bagi komunitas umum

Menambah pengetahuan masyarakat tentang gambaran penyakit diare

serta pencegahannya.

Page 11: 49132676-diare

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Definisi

Suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan

konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya

frekwensi berak lebih dari biasanya (3 kali atau lebih dalam 1 hari) (Sophia,

2009).

2. Penyebab

a.Faktor infeksi

a) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang

merupakan penyebab utama diare pada anak.

Infeksi enternal ini meliputi :

Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie,

Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).

Page 12: 49132676-diare

b) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.

b.Faktor malabsorbsi

c) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa,

maltosa, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,

galaktosa).

d) Malabsorbsi lemak.

e) Malabsorbsi protein.

c.Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas (FKUI, 1985).

3. Patogenesis

Mekanisme dasar yang menimbulkan diare adalah :

a. Gangguan osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap

akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus

dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Page 13: 49132676-diare

c. Gangguan motilitas usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila

peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan

yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula (FKUI, 1985).

4. Klasifikasi diare

a. Diare akut : BAB dengan frekuensi > 3x/hari dengan konsistensi tinja cair,

bersifat mendadak berlangsung 3-5 hari.

b. Diare kronis : penyakit diare yang berlangsung > 14 hari (IDAI, 2004).

5. Langkah diagnostik

a. Anamnesis : sudah berapa lama berlangsung, berapa kali sehari,

jumlahnya kira-kira, konsistensinya, warna, bau, disertai lendir, darah,

demam, muntah, kesadaran menurun, rasa haus, rewel, kencing terakhir

kali kapan, berapa banyak, ASI bagaimana, riwayat makanan, apakah ada

yang menderita diare disekitarnya, dari mana sumber air minum.

b. Pemeriksaan fisik : dilihat tanda utama dehidrasi yaitu tingkat kesadaran,

rasa haus, turgor kulit abdomen. Tanda tambahan dehidrasi yaitu ubun-

ubun besar cekung, mata cekung, air mata, mukosa bibir.

Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :

1) Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)

a) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan.

b) Keadaan umum baik, sadar.

Page 14: 49132676-diare

c) Tanda vital dalam batas normal.

d) Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata

ada, mukosa mulut dan bibir basah.

e) Turgor abdomen baik, bising usus normal.

f) Akral hangat.

g) Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat

komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare

yang frekuen).

2) Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)

a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih

tanda tambahan.

b) Keadaan umum gelisah atau cengeng.

c) Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata

kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering.

d) Turgor kurang.

e) Akral hangat.

f) Pasien harus rawat inap.

3) Dehidrasi berat (kehilanga cairan > 10% berat badan)

a) Apabila didapatkan dua tanda utama ditambah dua atau lebih

tanda tambahan.

b) Keadaan umum lemah, letargi atau koma.

c) Ubun-ubun besar sangat cekung, mata sangat cekung, air mata

tidak ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering.

d) Turgor buruk.

e) Akral dingin.

f) Pasien harus rawat inap (IDAI, 2004).

c. Pemeriksaan penunjang :

Page 15: 49132676-diare

1) Tinja :

a) Makroskopis dan mikroskopis.

b) PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

clinites, bila diduga terdapat intoleransi gula.

c) Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah.

3) Pemeriksaan kadar ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan

fosfor dalam serum.

5) Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik

atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada

penderita diare kronik (FKUI, 1985).

6. Komplikasi

Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat

terjadi berbagai macam komplikasi seperti :

a. Dehidrasi (ringan sedang, berat).

b. Renjatan hipovolemik.

c. Hipokalemi (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,

bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram).

d. Hipoglikemia.

e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase

karena kerusakan vili mukosa usus halus.

f. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.

Page 16: 49132676-diare

g. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita

juga mengalami kelaparan (FKUI, 1985).

7. Terapi

a.Untuk penderita diare tanpa dehidrasi (mengobati penderita diare di

rumah)

1) Memberikan anak lebih banyak cairan dari pada biasanya

untuk mencegah dehidrasi.

a) Menggunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti

larutan oralit, makanan yang cair (seperti sup, air tajin) dan jika tidak

ada air matang gunakan larutan oralit untuk anak.

b) Memberikan larutan ini sebanyak anak mau.

c) Meneruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

d) Memberikan 6 bungkus oralit untuk dibawa pulang.

2) Memberikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi.

a) Meneruskan ASI.

b) Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa

diberikan. Untuk anak usia kurang dari 6 bulan dan belum mendapat

makanan padat, dapat diberikan susu.

c) Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan

padat :

Page 17: 49132676-diare

• Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-

kacangan, sayur, daging atau ikan.tambahkan 1 atau 2 sendok teh

minyak sayur tiap porsi.

• Berikan sari buah segar atau pisang halus.

• Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-

kacangan, sayur, daging atau ikan.

• Berikan makanan yang segar.

• Bujuklah anak untuk makan, berikan makanan sedikitnya 6

kali sehari.

• Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan

berikan porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu.

3) Memberikan tablet Zinc.

a) Dosis Zinc untuk anak-anak :

Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) perhari

Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) perhari

Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut, meskipun anak telah

sembuh dari diare.

b) Cara pemberian tablet Zinc :

Untuk bayi, tablet Zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI,

atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah

atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

Page 18: 49132676-diare

c) Tunjukan cara penggunaan tablet zinc kepada orang tua atau

pengasuh dan meyakinkan bahwa pemberian tablet zinc harus

diberikan selama 10 hari berturut-turut meskipun anak telah sembuh

dari diare.

4) Membawa anak kepada petugas kesehatan bila anak tidak

membaik dalam tiga hari atau menderita sebagai berikut :

a) Buang air besar cair lebih sering.

b) Muntah berulang-ulang.

c) Rasa haus yang nyata.

d) Makan atau minum sedikit.

e) Demam.

f) Tinja berdarah.

b. Untuk terapi dehidrasi ringan/sedang (pemberian oralit di sarana

kesehatan)

1) Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama :

a) Oralit yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan

penderita (kg) dengan 75 ml.

b) Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah.

c) Membujuk ibu untuk meneruskan ASI.

d) Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI dapat

juga diberikan 100-200 ml air masak.

Page 19: 49132676-diare

8. Upaya Kegiatan Pencegahan Diare

a. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu

sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah

membersihkan anak dari BAB, dan sebelum menyiapkan makanan.

b. Pemberian ASI. Pemberian ASI saja , tanpa cairan atau makanan lain dan

tanpa menggunakan botol yang kotor, menghindarkan anak dari bahaya

bakteri dan organism lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan ini disebut

dengan pemberian ASI eksklusif. Bayi – bayi harus disusui secara penuh

sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, pemberian ASI diteruskan

sambil ditambah dengan makanan lain.

c. Makanan pendamping ASI berupa makanan lunak, ketika berusia 6 bulan.

Tambahkan minyak, lemak, dan gula ke dalam nasi/bubur dan biji-bijian

untuk energy. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang –

kacangan, buah – buahan, dan sayur – sayuran.

d. Menggunakan air bersih yang cukup. Masyarakat dapat mengurangi resiko

terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan

melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai

penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

- Ambil air dari sumber yang bersih

- Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

gayung khusus untuk mengambil air

- Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak

– anak

- Minum air yang sudah matang

Page 20: 49132676-diare

- Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan

cukup

e. Makanan Sehat. Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada

tahap produksi dan persiapan, dan penyimpanan. Masaklah makanan dengan

benar, pisahkan makanan yang telah dimasak dan yang belum dimasak,

pisakan pula makanan yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan

jaga makanan dari serangga seperti lalat.

f. Menggunakan Jamban. Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa

uapaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

resiko terhadap penyakit diare. Yang harus diperhatikan oleh kelurga :

- Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh keluarga.

- Bersihkan jamban secara teratur.

- Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak – anak pergi ke tempat

buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,

jalan setapak, dan tidak di tempat anak – anak bermain serta lebih

kurang 10 meter dari sumber air.

- Gunakan alas kaki bila akan buang air besar

g. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga

(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain).

h. Buang air besar dan air kecil bayi pada tempatnya. Yang harus diperhatikan

oleh keluarga :

- Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban

Page 21: 49132676-diare

- Bantu anak – anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah

dijangkau olehnya

- Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak

seperti dalam lubang atau di kebun kemudia ditimbun.

- Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan

dengan sabun

i. Pemberian imunisasi campak

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi

campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu segera beri anak

imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan (Dinas Kesehatan Jawa

Tengah, 2008).

9. Penanggulangan KLB Diare

Untuk penanggulangan KLB diare dapat dibagi menurut phase terjadinya

KLB, yaitu masa pra-KLB, masa saat KLB, dan masa paska KLB.

a. Masa pra-KLB

- Meningkatkan kewaspadaan di puskesmas

- Intensifikasi surveilans

- Membentuk Tim Gerak Cepat

- Mengintensifikasi penyuluhan kesehatan masyarakat

- Meningkatkan kegiatan laboratorium

- Perbaikan dan evaluasi sanitasi

- Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektor

Page 22: 49132676-diare

b. Masa saat KLB, tatalaksana penanggulangan :

- Penyelidikan KLB yang kegiatannya terdiri atas 2 kegiatan pokok

yaitu pemutusan mata rantai penularan dan intensifikasi

pengamatan baik terhadap penderita maupun terhadap faktor resiko.

- Penanggulangan penderita diare, dengan ketentuan masa KLB perlu

dibentuk pusat rehidrasi, mengaktifkan Tim Gerak Cepat dengan

jumlah personilnya disesuaikan dengan besar kecilnya KLB serta

luas daerah operasionalnya.

- Pemutusan rantai penularan dengan ketentuan, perhatian utama

upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare pada saat KLB

diare meliputi, peningkatan kualitas kesehatan lingkungan yang

mencakup penyehatan dan perbaikan kualitas air bersih, penyehatan

dan perbaikan kualitas sarana pembuangan kotoran, dan penyehatan

dan perbaikan kualitas persampahan meliputi pengendalian vektor.

Selain itu juga meliputi penyuluhan kesehatan yang mencakup

pemanfaatan jamban, pemanfaatan air bersih dan memasak air

untuk minum, kebersihan perorangan dan lingkungan, dan

pengendalian serangga/ lalat.

- Pengamatan intensif terhadap penderita, pengamatan dilakukan

untuk memperoleh data tentang jumlah penderita dan kematian

serta penderita baru yang belum dilaporkan dengan melakukan

pengumpulan data secara harian pada daerah fokus dan daerah

sekitarnya yang diperkirakan mempunyai resiko tinggi terjangkit

diare.

c. Masa pasca- KLB

Page 23: 49132676-diare

- Pengamatan intensif masih dilakukan selama 2 minggu berturut –

turut, untuk melihat kemungkinan timbulnya letusan kecil yang

lain.

- Perbaikan sarana lingkungan yang diduga penyebab penularan.

- Penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku hidup sehat (Dinas

Kesehatan Jawa Tengah, 2008).

B. Profil Puskesmas

1. Gambaran Umum Puskesmas Grogol

Luas wilayah daerah kerja Puskesmas Grogol ± 19.567.000 m2. Jumlah

desa wilayah kerja Puskesmas Grogol sebanyak 14 desa berupa dataran rendah

dengan transportasi mudah. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Grogol

± 111.254 jiwa (Laki-laki ± 55.105 jiwa dan perempuan ± 56.149 jiwa).

Mata pencaharian penduduk meliputi: petani,buruh tani, pengusaha, pns,

ABRI, pensiunan, buruh industri, buruh bangunan, pedagang, dan lain-lain.

Sarana Pendidikan yang tersedia berupa: TK=56, SD=49, SMP=3,

SMA/SMK=3, Universitas=0.

Wilayah kerja puskesmas Grogol meliputi satu wilayah kecamatan.

Puskesmas mempunyai tanggung jawab terhadap wilayahnya dengan kata lain

puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan

kesehatan diwilayah kerjanya.

Puskesmas kecamatan Grogol berdiri tahun 1976, dan tanggal 9 Januari

2009 bergabung menjadi satu yang mempunyai 14 Desa dengan batas-batas

wilayah kerja sebagai berikut :

Page 24: 49132676-diare

1) Utara : Kota Surakarta

2) Timur : Kecamatan Polokarto

3) Selatan: Kecamatan Sukoharjo

4) Barat : Kecamatan Baki

Gambar 2. Peta wilayah kerja puskesmas Grogol

Puskesmas Kecamatan Grogol terdiri dari gedung puskesmas induk

bertempat di tanah desa Madegondo dengan luas tanah 1000m2 : jalan raya

Grogol No. 47 Desa Medegondo, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo,

telepon (0271) 622701.

Puskesmas di desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo

telepon (0271) 714052), Puskesmas pembantu di Desa Telukan, Desa

Pandeyan, Desa Kwarasan. Puskesmas keliling di Desa Pondok, Desa Kadokan,

Page 25: 49132676-diare

Desa Parangjoro, Desa Banaran, Desa Sanggrahan, Desa Gedangan, Desa

Manang.

Selain itu terdapat juga Poliklinik dan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD)

di Desa Pondok, Desa Langenharjo, Desa Telukan, Desa Pandeyan, Desa

Kadokan, Desa Parangjoro, Desa Madegondo, Desa Grogol, Desa Kwarasan,

Desa Banaran, Desa Sanggrahan, Desa Gedangan, Desa Manang, Desa Cemani.

Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Grogol tahun 2009

berjumah 132 pos untuk posyandu balita dan 86 pos untuk posyandu lansia.

2. Keadaan Umum Puskesmas Grogol

a. Sarana

1) Puskesmas Induk Grogol = 1 Unit

2) Puskesmas Cemani = 1 Unit

3) Puskesmas pembantu = 3 Unit

4) Puskesmas keliling = 9 Unit

5) PKD = 14 Unit

6) Rawat Inap = 1 Unit

7) Mobil pusling = 2 Unit

8) Sepeda Motor = 13 Unit

9) Posyadu lansia = 86 Pos

10) Posyandu pratama = 22 Pos

11) Posyandu Madya = 33 Pos

Page 26: 49132676-diare

12) Posyandu purnama = 68 Pos

13) Posyandu mandiri = 11 Pos

b. Tenaga dan sumber daya manusia (Total tenaga : 80 orang)

1) Dokter Umum = 6 orang

2) Dokter Gigi = 2 orang

3) Bidan Puskesmas = 17 orang

4) Bidan Desa = 17 orang

5) Perawat = 16 orang (2 Perawat magang)

6) Perawat Gigi = 1 orang

7) Pekarya = 4 orang

8) Ass Apoteker/ S.Farm= 3 orang

9) Ahli gizi = 1 orang

10) Staff/ TU = 6 orang

11) Tenaga lain = 2 orang

12) Fisioterapi = 2 orang

13) Analis kesehatan = 1 orang

14) Petugas sanitasi = 1 orang

c. Dana

1) APBD

Page 27: 49132676-diare

2) JPKMM

3) ASKES

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Data Umum Puskesmas Grogol di Kecamatan Grogol

NO Data Umum Cakupan Keterangan1. Jumlah Penduduk Kecamatan

Grogol Tahun 2009

105.957

jiwa

Page 28: 49132676-diare

2. Jumlah Kunjungan Pasien

Puskesmas Grogol Januari 2009-

Desember 2009

70.509

Jiwa

3. Sarana Jamban Keluarga 11.399 4. Jumlah MCK/WC umum 315 Jumlah SGL 6.4916 Jumlah SPT 8.7057 Jumlah TPS 668 Jumlah TPA -

B. Data penemuan penyakit diare di Puskesmas Grogol

No. Desa Jumlah Sarana kesehatan lingkungan

Jamban,mck,dll1 Telukan 354

2 Madegondo 2953 Cemani 2554 Grogol 1985 Pondok 1866 Solo 1837 Kadokan 1598 Lengnharjo 1269 Sanggrahan 12110 Kwarasan 10111 Banaran 6312 Parangjoro 5813 Sukoharjo 3714 Pandeyan 3515 Manang 3316 Gedangan 3317 Baki 2118 Polokarto 1519 Luar kabupaten 9

Page 29: 49132676-diare

sukoharjo20 Baron, laweyan 421 Mojolaban 122 Tipes 1

Jumlah 2.288

C. Kebijaksanaan Puskesmas dalam penanganan diare

Dalam hal ini puskesmas grogol melakukan kebijaksanaan yang berupa :

a. Kebijaksanaan Umum

Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit diare dengan pendekatan

“Paradigm Sehat”.

Secara kongkrit menjaga mesyarakat tetap sehat dan terhindar dari penyakit diare,

sedangkan yang terlanjur sakit diupayakan agar jangan sampai meninggal dan

mencegah terjadinya dehidrasi.

b. Kebijaksanaan Operasional

a. Memantapkan tatalaksanaan standart disarana kesehatan maupun masyarakat

b. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan petugas.

c. Mengembangkan dan menyebarluaskan bagan tatalaksana dan pencegahan

penyakit.

d. Penanggulangan KLB Diare.

e. Bimbingan teknis

f. Evaluasi hasil kegiatan

c. Kebijaksanaan Teknis

a. Tatalaksana diare di sarana kesehatan.

b. Tatalaksana diare di Rumah Tangga.

c. Penanggulangan KLB Diare.

d. Pencegahan

a. Pemberian ASI

b. Pemberian makanan pendamping ASI

Page 30: 49132676-diare

c. Perbaikan dan assessment sarana sanitasi

d. Cuci tangan

e. Pengelolaan sampah

f. Perbaikan dan assessment jamban keluarga.

d. Kegiatan Pokok P2M penyakit diare.

a. Perencanaan

b. Penemuan dan tatalaksanan penderita diare

Penemuan penderita diare sedini ungkin

c. Pencatatan dan pelaporan

a. Sensus harian

b. Laporan mingguan (form W2)

c. Laporan bulanan(form p4D)

d. Laporan tahunan

d. Menanggulangi KLB diare

a. Penemuan dan pengobatan secara aktif dan pasif

b. Melakukan rujukan dengan cepat dan tepat

c. Perbaikan lingkungan bersama dengan program terkait

d. Koordinasi dengan LS dan LP

e. Logistic dan pemantauan

a. Penyediaan bahan tatalaksana diare

i. Oralit

ii. RL

iii. Kaporit

b. Permintaan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah.

f. Forum koordinasi

a. Kerjasama dengan LP dan LS

i. Kerjasama dengan PKK dalam upaya pelayanan kesehatan oleh

kader di posyandu dan rumah tangga.

Page 31: 49132676-diare

ii. Kerjasama dengan PLPM dalam upaya perbaikan lingkungan

danpromosi kesehatan

g. Survailen epidemiologi diare

a. Pembuatan data pelengkap

i. Grafik mingguan KLB.

ii. Grafik bulanan.

iii. Grafik max-min

iv. Data curah hujan per bulan

h. Evaluasi

a. Data dievalusi menggunakan indicator program.

D. Indikator Program

a. Standar pelayanan Minimal (100%)

% Balita diare yang ditangani

Jumlah balita yag diare yang ditangani sesuai standart dalam satu

wilayah kerja dalam kurun waktu 1 tahun.

Tatalaksana Standar Diare :

a. Tanpa dehidrasi = terapi A

b. Dehidrasi ringan = terapi B

c. Dehidrasi berat = terapi C

Perkiraan penderita

Jumlah perkiraan penderita = jumlah penduduk x angka insiden

= 105.957 x 423/1000

= 44.501

Diare sumur = 15% x 25% x jumlah penduduk

= 15% x 25% x 105.957

= 26.489

Balita diare = 50% x diare sumur

Page 32: 49132676-diare

= 13.244

% Balita ditangani = jumlah balita diare yang ditangani/perkiraan balita diare x 100%

b. Cakupan Pelayanan Kesehatan (100%)

= jumlah penderita dilaporkan ke sarkes dan kader x 100%

target penemuan penderita

= 22.127 x100%

44.501

= 49%

c. Target Penemuan Penderita Diare

= 22% x jumlah penderita

= 22% x 22.127

= 4.867

d. Cakupan Oralit (100%)

= jumlah penderita diare diberikan Oralit x 100%

jumlah total penderita diare

= 17.951 x 100%

22127

= 81%

e. Kualitas tatalaksana

a. rasio pemberian oralit : ±6

jumlah bungkus oralit (200ml)

jumlah penderita diare diberi oralit

b. penderita dehidrasi berat : < 3%

= jumlah penderita diberi RL x 100%

jumlah penderita diare dilayani

= 704 x 100%

21.611

= 3.2%

Page 33: 49132676-diare

f. Angka Kematian penderita diare (CFR)

= Jumlah penderita yang mati

Jumlah penderita yang dilayani

= 4 x 100%

22127

= 0.01%

g. Peran serta Masyarakat

Cakupan pelayanan diare oleh kader ; 40-60 %

= Jumlah penderita dilayani kadeer x 100%

Total penderita dilayani di SARKES+KADER

= 516 x 100%

22.127

= 2,3%

E. Pembahasan

Berdasarkan paparan data diatas didapatkan beberapa hasil evaluasi yang

masih mengecawakan diantaranya Cakupan Pelayanan Kesehatan yang hanya 49%

Cakupan Oralit 81%, penderita dehidrasi berat : 3.2%, dan angka Peran serta

Masyarakat 2,3%. Berdasar pengamatan kami hal-hal tersebut dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal antara lain karena:

1. Dirasa kurangnya tenaga medis dan kesehatan di Kecamatan Grogol menjadi

salah satu penyebab minimnya angka cakupan kesehatan di kecamatan Grogol

2. Kurangnya sosialisasi, dan antusiasisme masyarakat dapat menjadi penyebab

minimnya cakupan pelayanan kesehatan, cakupan oralit dan angka peran serta

masyarakat.

Page 34: 49132676-diare

3. Kurangnya pengetahuan akan bahaya dari penyakit diare menyebabkan

masyarakat sering terlambat mendatangi sarana-sarana kesehatan saat

menderita diare, hal ini menyebabkan tinggi angka penderita diare yang

mengalami dehidrasi berat.

Berdasarkan data yang diperoleh tentang penyakit diare di puskesmas grogol

berdasarkn angka prevalensi 1 tahun yaitu

Data

Lingkup

Kunjungan pasien selama

1 tahun

Penyakit diare

Puskesmas grogol tahun

2008

49.616 1.704

Puskesmas grogol tahun

2009

78.347 2.288

Berdasarkan table diatas, dapat diketahui bahwa penyakit diare angka prevalensinya

cukup tinggi yaitu dari tahun 2008 dan tahun 2009 jumlahnya meningkat, hal ini

dapat disebabkan karena beberapa faktor yaitu:

a. Pelayanan Kesehatan

1. Dokter

Kurangnya tenaga dokter serta ketidakseterdiaan obat-obatan yang sesuai

dengan tatalaksana diare menyebabkan kurang maximalnya pelayanan

terhadap penderita penyakit diare.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Tidak dilakukannya pemeriksaan lab cholera pada seluruh penderita

diare di cakupan wilayah puskesmas grogol.

b. Tidak dilakukannya pemeriksaan tinja pada penderita penyakit diare.

3. Promkes dan P2M Puskesmas

a. Kurangnya tenaga kesehatan sehingga menjadi faktor peyulitkan dan

penghambat dalam penyuluhan tentang penyakit diare secara berkala.

Page 35: 49132676-diare

b. Kurangnya sarana kesehatan dan luasnya daerah cakupan puskesmas

Grogol menyebabkan tidak terjangkaunya masyarakat didaerah pinggiran.

c. Kurang intensifnya penetapan dan penyuluhan tentang PHBS

d. Kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi.

e. Belum adanya program pengelolaan, pengawasan dan penyediaan Air

Bersih oleh puskesmas Grogol.

b. Masyarakat

1. Kepadatan penduduk yang tidak merata

2. Sumber daya manusia

3. Belum adanya PHBS

4. Pengadaan air bersih yang kurang

5. Kebersihan lingkungan

6. Sosial dan budaya

D. Analisis Strategi

Berbagai Ancaman

(TREATHS)

Kesadaran masyarakat

Kepadatan penduduk

Sosial

Kebersihan lingkungan

penggunaan antidiare

yang tidak tepat

Kekuatan Internal

(STRENGH)

Tenaga Medis

Tenaga Kesehatan

Laboratorium

Obat-obatan

Sumber dana

Kelemahan internal

(WEAKNEES)

Kurangnya aktivitas

jejaring internal

Dokter sering tidak

melakukan pemeriksaan

laboratorium untuk

diagnosis diare.

Pengetahuan tentang

standart penatalaksanaan

diare.

Page 36: 49132676-diare

E. Rencana strategi

Dari hasil analisis dapat dirumuskan rencana strategi sebagai upaya pengembangan

dalam kegiatan di puskesmas grogol.

1) STRATEGI (STRENGH)

Mengoptimalkan KEKUATAN untuk memanfaatkan PELUANG dengan :

a. Memberikan pelatihan/TOT kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan.

b. Melakukan komunikasi dan koordinasi antara tenaga medis da tenaga

kesehatan.

c. Mengembangkan kualitas dan kuantitas yang ada

d. Memanfaatkan sarana secara optimal

e. Menerapkan standar pelayanan prima dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan

f. Membangun kerjasama dengan lintas sektoral dan pihak ketiga.

2) STRATEGI (OPORTUNITY)

Memanfaatkan KELEMAHAN untuk meningkatkan PELUANG dengan :

a. Adanya POKJA dan PKD di masyarakat dapat dioptimalkan

b. Konsultasi ke dinas untuk mendapatkan dukungan

c. Melakukan tindakan advokasi kepada pihak-pihak terkait termasuk industri

didaerah cakupan Puskesmas Grogol.

Berbagai Peluang

(OPORTUNITY)

Pokja Desa

Kebiasaan MCK

dengan benar

Pengadaan air bersih

Jamban yang benar

Page 37: 49132676-diare

d. Pengelolaan sampah.

e. Pengoptimalan penggunaan Mobile Dringking Water.

3) STRATEGI (TREATHS)

Memanfatkan KEKUATAN untuk mengatasi ANCAMAN dengan :

a. Perekrutan dan pelatihan Kader.

b. Mensosialisasikan dan mengoptimalkan program KB

c. Sosialisasi PHBS

d. Pemberian penyuluhan serta edukasi tentang penatalaksanaan diare yang

tepat.

4) STRATEGI (WEAKNES)

Meminimalkan KELEMAHAN untuk menghadapi ANCAMAN dengan peningkatan

komitmen yang baik untuk melayani masyarakat

a. Melakukan Rapat Koordinasi berkala

b. Memberikan pelatihan/TOT kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan.

Page 38: 49132676-diare

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan data diatas didapatkan beberapa hasil evaluasi yang

masih kurang diantaranya Cakupan Pelayanan Kesehatan yang hanya 49% Cakupan

Oralit 81%, penderita dehidrasi berat : 3.2%, dan angka Peran serta Masyarakat

2,3%. Berdasar pengamatan hal-hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain karena:

1. Dirasa kurangnya tenaga medis dan kesehatan di Kecamatan Grogol menjadi

salah satu penyebab minimnya angka cakupan kesehatan di kecamatan Grogol

2. Kurangnya sosialisasi, dan antusiasisme masyarakat dapat menjadi penyebab

minimnya cakupan pelayanan kesehatan, cakupan oralit dan angka peran serta

masyarakat.

3. Kurangnya pengetahuan akan bahaya dari penyakit diare menyebabkan

masyarakat sering terlambat mendatangi sarana-sarana kesehatan saat menderita

Page 39: 49132676-diare

diare, hal ini menyebabkan tinggi angka penderita diare yang mengalami dehidrasi

berat.

Penyakit diare angka prevalensinya cukup tinggi, hal ini dapat disebabkan

karena beberapa faktor yaitu:

a. Pelayanan Kesehatan

1. Dokter

Kurangnya tenaga dokter serta ketidakseterdiaan obat-obatan yang sesuai

dengan tatalaksana diare menyebabkan kurang maximalnya pelayanan

terhadap penderita penyakit diare.

2. Pemeriksaan Laboratorium

a. Tidak dilakukannya pemeriksaan lab cholera pada seluruh penderita diare di

cakupan wilayah puskesmas grogol.

b. Tidak dilakukannya pemeriksaan tinja pada penderita penyakit diare.

3. Promkes dan P2M Puskesmas

a. Kurangnya tenaga kesehatan sehingga menjadi faktor peyulitkan dan

penghambat dalam penyuluhan tentang penyakit diare secara berkala.

b. Kurangnya sarana kesehatan dan luasnya daerah cakupan puskesmas Grogol

menyebabkan tidak terjangkaunya masyarakat didaerah pinggiran.

c. Kurang intensifnya penetapan dan penyuluhan tentang PHBS

d. Kurangnya komunikasi, informasi dan edukasi.

e. Belum adanya program pengelolaan, pengawasan dan penyediaan Air Bersih

oleh puskesmas Grogol.

b. Masyarakat

1. Kepadatan penduduk yang tidak merata

2. Sumber daya manusia

3. Belum adanya PHB

4. Pengadaan air bersih yang kurang

5. Kebersihan lingkungan

Page 40: 49132676-diare

6. Sosial dan budaya

B. Saran

Agar masalah pencegahan penyakit Diare dapat diatasi dengan baik, maka

kami menyarankan ada beberapa hal yang perlu dilakukan, sebagai berikut:

1. Meningkatkan swadaya masyarakat untuk menjadi kader puskesmas.

2. peningkatan skill tenaga kesehatan salah satunya dengan mengadakan

pelatihan-pelatihan kepada tenaga kesehatan.

3. Program penyuluhan PHBS ke masyarakat lebih ditingkatkan frekuensinya

dengan menggunakan metode praktek langsung dan media komunikasi seperti

leaflet dan poster lebih diperbanyak jumlahnya.

4. Setiap penyuluhan agar dapat diukur pengetahuan warga dengan mengadakan

pretest dan posttest terbatas

5. Perlu diadakannya monitoring yang baik sehingga masyarakat melakukan

PHBS tersebut dengan benar baik didalam maupun diluar rumah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Elok, 2008. Lingkungan, Sanitasi Buruk, Ancam Kehidupan. Togar Arifin

Silaban.htm. Togar Arifin Silaban 2007. Powered by wordpress & enhanced.

2. Satriya, 2008. Diare Pada Anak. Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Arifin

Achmad / FK-UNRI, Diponegoro, Pekanbaru. www. Unri. com.

3. Wikipedia, 2010. Diare. www.Wikipedi.com.

4. Heni, 2008. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian Diare

Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Mojolaban Kabupaten Sukoharjo.

www.wordpress.com.

5. Violita, 2009. Hubungan Pemberian Susu Formula Dengan Kejadian Diare

Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngaklik. Program Studi III Kebidanan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Resepati Yogyakarta.pdf.

Page 41: 49132676-diare

6. Alfianto, 2009. Efektivitas Pendidikan Kesehatan Tentang Diare Pada Anak

Balita Di Desa Pucangan Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten

Sukoharjo. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi.

7. Dewayani, 2008. Pengetahuan Ibu Balita Mengenai Keamanan Pangan

Ditinjau Dari Faktor Pendidikan, Status Pekerjaan, Dan Pendapatan Keluarga Di

Kelurahan Banmati Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Sukoharjo. Skripsi.

8. FKUI, 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta : Bagian Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

9. Sophia, E., 2009. Diare Pada Bayi dan Anak. www.medicastore.com

10. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1. Badan

Penerbit IDAI