43740617-stabilisasi
Transcript of 43740617-stabilisasi
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
1/18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. SKENARIO
KECELAKAAN LALU LINTAS
Anda adalah Dokter di sebuah Puskesmas. Sepuluh menit yang lalu anda diberitahu
melalui HP, bahwa ada kecelakaan sepeda motor di wilayah kerja anda. Bersama
dengan satu perawat terlatih dan seorang asistan perawat, segera dilakukan evakuasi
terhadap pasien dari tempat kejadian di rumah sakit. Di tempat kejadian dijumpai:
1. Seorang Pria berusia 32 tahun. Pada pemeriksaan dijumpai luka robek danfraktur terbuka pada lengan kiri atas, dan abrasi multipel pada permukaan
dada.
2. Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, pada saat kejadian ia sadar dan dapatberbicara. Cederanya antara lain abrasi multipel dan angulated deformity
pada tungkai kiri bawah. Terdapat bercak darah yang mengering pada
hidung dan mulutnya.
Sebelum dirujuk, tim terlebih dahulu melakukan stabilisasi terhadap pasien-pasien
tersebut.
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
2/18
2
B. LEARNING OBJECTIVE
Mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan:
Stabilisasi pasien Transportasi pasien
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
3/18
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Stabilisasi, transportasi dan Bidai
1. Definisi Stabilisasi dan Transportasi
Stabilisasi adalah proses untuk menjaga kondisi dan posisi penderita/ pasien
agar tetap stabil selama pertolongan pertama
Transportasi adalah proses usaha untuk memindahkan dari tempat satu ke
tempat lain tanpa atau mempergunakan alat. Tergantung situasi dan kondisi di
lapangan.
Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang
mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun
fleksibel sebagai fixator/imobilisator.
2. Jenis Pembidaian
a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara
- Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah
sakit
- Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya
- Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan
kerusakan yang lebih berat
- Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan
teknik dasar pembidaian
b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
4/18
4
- Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit)
- Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi
- Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan
(gips, dll)
- Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih
3.Beberapa macam jenis bidai :
a.Bidai keras
Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan
lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang
paling baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya
adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat di lapangan.
Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.
b.Bidai traksi.
Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya,
hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya
dipakai pada patah tulang paha.
Contoh : bidai traksi tulang paha
c.Bidai improvisasi.
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
5/18
5
Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk
penopang. Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia
dan kemampuan improvisasi si penolong.
Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.
d.Gendongan/Belat dan bebat.
Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai
mitela (kain segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai
sarana untuk menghentikan pergerakan daerah cedera.
Contoh : gendongan lengan.
4.Tujuan Pembidaian
a) Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut
b) Mempertahankan posisi yang nyaman
c) Mempermudah transportasi korban
d) Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
e) Mempercepat penyembuhan
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
6/18
6
5.Indikasi Pembidaian
Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan :
- Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
- Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
- Dislokasi persendian
Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian
tubuh ditemukan :
a) Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi
krek.
b) Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau
mengalami angulasi abnormal
c) Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera
d) Posisi ekstremitas yang abnormal
e) Memar
f) Bengkak
g) Perubahan bentuk
h) Nyeri gerak aktif dan pasif
i) Nyeri sumbu
j) Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan
ekstremitas yang mengalami cedera (Krepitasi)
k) Fungsiolesa
l) Perdarahan bisa ada atau tidak
m) Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera
n) Kram otot di sekitar lokasi cedera
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
7/18
7
Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka
perlakukanlah pasien seperti orang yang mengalami fraktur.
6.Kontra Indikasi Pembidaian
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan
sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau
gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko
memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak
perlu dilakukan.
7.Komplikasi Pembidaian
Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :
a. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh
ujung fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau
manipulasi lainnya pada bagian tubuh yang mengalami fraktur saat
memasang bidai.
b. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat
c. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita
menunggu terlalu lama selama proses pembidaian.
8.Prosedur Dasar Pembidaian
8.1.Mempersiapkan penderita
a. Penanganan kegawatan (Basic Life Support)
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
8/18
8
b. Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan
pertolongan kepada penderita.
c. Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.
d. Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang
prosedur tindakan yang akan dilakukan.
e. Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau
memindahkan korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan
kecuali jika keadaan mendesak (korban berada pada lokasi yang
berbahaya, bagi korban dan atau penolong)
f. Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika
diperlukan, kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.
g. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan.
Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan
dengan kasa steril. Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka
sebaiknya dianggap bahwa telah terjadi patah tulang terbuka.
Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang menyembul dengan
bahan yang se-steril mungkin
h. Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk
menopang leher jika dicurigai terjadi trauma servikal
i. Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang
berat sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan
denyut nadi atau sensasi raba sebelum dilakukannya pembidaian.
Proses pelurusan ini harus hati-hati agar tidak makin memperberat
cedera.
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
9/18
9
j. Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur
- Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah,
ataukah bahkan mungkin menghilang?
- Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada
ekstremitas yang cedera dan ekstremitas kontralateral secara
bersamaan. Lepaskan tekanan secara bersamaan. Periksalah
apakah pengembalian warna kemerahan terjadi bersamaan
ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami
fraktur.
- Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung
dibawa ke rumah sakit secepatnya.
k. Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka
sebaiknya perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah
anda menjelaskan pada penderita.
l. Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang
esensial. Jangan pernah menyentuh tulang yang tampak keluar,
jangan pernah pula mencoba untuk membersihkannya. Manipulasi
terhadap fraktur terbuka tanpa sterilitas hanya akan menambah
masalah.
8.2.Persiapan alat
- Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan,
namun juga bisa dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana,
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
10/18
10
misalnya ranting pohon, papan kayu, dll. Panjang bidai harus
melebihi panjang tulang dan sendi yang akan dibidai.
- Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya
dibungkus/dibalut terlebih dahulu dengan bahan yang lebih
lembut (kain, kassa, dll)
- Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk
pembidaian bisa berasal dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan
yang digunakan untuk membalut ini harus bisa membalut
dengan sempurna mengelilingi extremitas yang dibidai untuk
mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh terlalu
ketat yang bisa menghambat sirkulasi.
9.Evaluasi pasca pembidaian
Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lengan maka
periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik. Kuku
akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktu kurang dari 2 detik
setelah dilepaskan.
Pemeriksaan denyut nadi dan rasa raba seharusnya diperiksa di bagian bawah bidai
paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat, atau kesemutan,
maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali
dengan lebih longgar.
Dengan cara menekan sebagian kuku hingga putih, kemudian lepaskan. Kalo 1-2
detik berubah menjadi merah, berarti balutan bagus. Kalau lebih dari 1-2 detik tidak
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
11/18
11
berubah warna menjadi merah, maka longgarkan lagi balutan, itu artinya terlalu
keras )
Meraba denyut arteri dorsalis pedis pada kaki [ untuk kasus di kaki ]. Gambaran
tanda hitam itu adalah tempat kita meraba arteri dorsalis pedis. Bila tidak teraba,
maka balutan kita buka dan longgarkan )
Meraba denyut arteri radialis pada tangan [ untuk kasus di tangan ]. Gambaran
tanda hitam itu adalah tempat kita meraba arteri redialis. Bila tidak teraba, maka
balutan kita buka dan longgarkan ).
B. Mekanika tubuh pada saat pengangkatan
Tulang yang paling kuat ditubuh manusia adalah tulang panjang, dan yang
paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang yang
beraksi pada tulang tulang tersebut juga paling kuat.
Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama
pada paha, dan bukan dengan membungkuk.
Angkatlah dengan paha, bukan dengan punggung
Diantara kelompok otot, maka kelompok fleksor lebih kuat dibandingkan
kelompok ekstensor. Dengan demikian pada saat mengangkat tandu, tangan
harus menghadap ke depan, dan bukan kebelakang. Semakin dekat akan
kesumbu tubuh, semakin ringan pengangkatan. Dengan demikian maka
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
12/18
12
usahakan agar tubuh sedekat mungkin kebeban (tandu dan sebagainya) yang
akan diangkat. Kaki menjadi tumpuan utama saat mengangkat. Jarak antara
kedua kaki yang paling baik saat mengangkat adalah berjarak sebahu kita.
Kenali kemampuan diri sendiri bila merasa tidak mampu, mintalah pertolongan
petugas lain, dan jangan memaksakan mengangkat karena akan membahayakan
penderita, pasangan dan kita sendiri.
C. Panduan Dalam Pengangkatan Penderita
1. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. Nilailah beban yang
akan diangkat secara bersama, dan bila merasa tidak mampu, jangan
paksakan, selalu komunikasi secara teratur dengan pasangan kita
2. Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sebelahnya
3. Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat, punggung harus selalu
dijaga lurus
4. Tangan yang memegang menghadap kedepan. Jarak antara kedua tangan
yang memegang (misalnya tandu) minimal 30 cm
5. Tubuh sedekat mungkin kebeban yang harus diangkat. Bila terpaksa, jarak
maksimal tangan kita ketubuh kita adalah 50 cm
6. Tangan memutar tubuh saaat mengangkat
7. Panduan diatas juga berlaku saat menarik atau mendorong penderita
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
13/18
13
BAB III
PENUTUP
Panduan Untuk Memindahkan Penderita
Pemindahan penderita dapat secara :
a. Emergensi
b. Non emergensi
Pemindahan penderita dalam keadaan emergensi contohnya adalah :
1. Ada api, atau bahaya api atau ledakan
2. Ketidak mampuan menjaga penderita terhadap bahaya lain pada TKP (benda
jatuh dan sebagainya)
3. Usaha mencapai penderita lain yang urgen
4. Ingin RJP penderita, yang tidak mungkin dilakukan ditempat tersebut
Apapun cara pemindahan penderita, selalu ingat kemungkinan pada
patah tulang leher (vertikal) bila penderita trauma.
1.Pemindahan emergensi
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
14/18
14
a. Tarikan baju
Kedua tangan penderita harus diikat untuk mencegah naik kearah kepala
waktu baju ditarik. Bila tidak sempat, masukkan kedua tangan dalam
celananya sendiri.
b. Tarikan selimut
Penderita ditaruh dalam selimut, yang kemudian ditarik
c. Tarikan lengan
Dari belakang penderita, kedua lengan paramedik masuk dibawah ketiak
penderita, memegang
d. Ekstrikasi cepat
Dilakukan pada penderita dalam kendaraan yang harus dikeluarkan
secara cepat.
2.Pemindahan Non-emergensi
Dalam keadaan ini dapat dilakukan urutan pekerjaan normal, seperti kontrol
TKP, survai lingkungan, stabilisasi kendaraan dan sebagainya.
a. Pengangkatan dan pemindahan secara langsung
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
15/18
15
Oleh 2 atau 3 petugas, harus diingat bahwa cara ini tidak boleh
dilakukan bilaada kemungkinan fraktur servikal. Prinsip pengangkatan
tetap harus diindahkan.
b. Pemindahan dan pengangkatan memakai seperei
Sering dilakukan dirumah sakit. Juga tidak boleh dilakukan bila ada
dugaan fraktur vertikal.
Perlengkapan Untuk Pemindahan Penderitan
1.Brankar (Wheeled Stretcher)
Hal-hal yang harus diperhatikan :
a. Penderita selalu diselimuti
b. Kepada penderita/keluarga selalu diterangkan tujuan perjalanan
c. Penderita sedapat mungkin selalu dilakukan strapping (fiksasi)
sebelum pemindahan
d. Brankar berjalan dengan kaki penderita didepan kepala, kepala
dibelakang, supaya penderita dapat melihat arah perjalanan brankar.
Posisi ini dibalik bila akan naik tangga (jarang terjadi).
Sewaktu dalam ambulan menjadi terbalik, kepala didepan (dekat
pengemudi) supaya paramedik dapat bekerja (bila perlu intubasi dan
sebagainya)
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
16/18
16
Pada wanita inpartu, posisi dalam ambulan boleh dibalik, supaya
paramedik dapat membentu partus.
e. Jangan sekali-kali meninggalkan penderita sendirian diatas
brankar. Penderita mungkin berusaha membalik, yang berakibat
terbaliknya brankar
f. Selalu berjalan berhati-hati
2.Tandu sekop (scoop stretcher, orthopaedic strether)
Alat yang sangat bermanfaat untuk pemindahan penderita. bila ada
dugaanfraktur vertikal, maka alat yang dipilih adalah LSB (long spine
board). Harus diingat bahwa tandu sekop bukan alat transportasi dan hanya
alat pemindah. Waktu proses pengangkatan, sebaiknya 4 petugas, masing-
masing satu padasisi tandu sekop, karena kemungkinan akan melengkung
(alat ini mahal harganya, karena terbuat dari logam khusus).
3.Long spine board
Sebenarnya bukan alat pemindahan, tetapi alat fiksasi. Sekali penderita di
fiksasi atas LSB ini. Tidaka akan diturunkan lagi, sampai terbukti tidak ada
fraktur vertikal, karena itu harus terbuat dari bahan yang tidak akan
mengganggu pemeriksaan ronsen.
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
17/18
17
Pemindahan penderita ke atas LSB memerlukan tehnik khusus yaitu
memakai log roll setelah penderita diatas LSB selalu dilakukan
Strapping, lalu LSB diletakkan diatas stretcher.
4.Short spine board dan KED (Kendrick extrication device)
Lebih merupakan alat ekstrikasi. Setelah selesai ekstriksi, tetap penderita
harus diletakkan pada alat pemindah yang lain.
-
7/28/2019 43740617-stabilisasi
18/18
18
DAFTAR PUSTAKA
http://belajarkedokteran.blogspot.com/2009/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html
Perry, Petterson, Potter . 2005 . Keterampilan Prosedur Dasar . Indonesia : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
John A. Boswick, Ir., MD . Perawatan Gawat Darurat . Indonesia : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
http://belajarkedokteran.blogspot.com/2009/01/v-behaviorurldefaultvml-o.htmlhttp://belajarkedokteran.blogspot.com/2009/01/v-behaviorurldefaultvml-o.htmlhttp://belajarkedokteran.blogspot.com/2009/01/v-behaviorurldefaultvml-o.html