43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

download 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

of 29

Transcript of 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    1/29

    PRESENTASI KASUS DEPARTEMEN BEDAH

    Batu Cetak Ginjal Kanan

    Boni Nurcahyo

    0606065283

    Narasumber

    dr. Ponco Birowo, SpU

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA

    JAKARTA 2010

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    2/29

    BAB I

    ILUSTRASI KASUS

    I. IDENTITAS

    Nama : Ny. S

    Jenis kelamin : Perempuan

    Usia : 62 tahun

    Alamat : Lampung

    Pendidikan : Sarjana Pendidikan

    Pekerjaan : guru

    Suku : Jawa

    Agama : Islam

    Status Perkawinan : Menikah

    II. ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien pada tanggal

    15 Oktober 2010.

    Keluhan Utama:

    Nyeri di pinggang kanan belakang yang semakin memberat sejak 1 bulan sebelum dirawat di RS

    (SMRS).

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    3/29

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Sejak 1 bulan sebelum dirawat di RS, pasien merasakan nyeri di pinggang kanan bagian

    belakang. Nyeri muncul mendadak, dirasakan seperti ditusuk, hilang timbul, dan dirasakan

    menjalar ke perut. Saat merasakan nyeri, pasien juga merasa mual dan sempat muntah sebanyak

    3 kali. Badan pasien juga berkeringat bila rasa nyeri muncul. Karena merasa nyeri bertambah

    berat pasien kemudian datang ke RS umum di Lampung, di RS tersebut dilakukan pemeriksaan

    laboratorium dan foto perut, dikatakan ada batu di ginjal kanan pasien dan kemudian dirujuk ke

    poli urologi RSCM. Di poli urologi RSCM dokter mengatakan pasien harus segera dilakukan

    operasi dengan sebelumnya menjalani beberapa pemeriksaan tambahan.

    Pasien menyangkal adanya rasa kesemutan dan rasa baal pada daerah yang nyeri. Adanya

    lenting-lenting berisi air yang teraasa nyeri bila disentuh juga disangkala oleh pasien. Hingga

    saat ini BAB dan buang angin pasien masih cukup baik dan lancar. Tidak ada keluhan seperti

    BAB berdarah, BAB berwarna pucat, kembung, dan kram perut. Pasien juga mengatakan selama

    ini tidak pernah merasakan adanya benjolan pada perutnya.

    Apabila pasien sedang buang air kecil pinggangnya terasa sakit. Tidak ada riwayat buang air

    kecil sedikit-sedikit dan tidak lampias. Pasien juga mengeluhkan adanya riwayat kencing

    berwarna merah sebanyak 3 kali sejak 1 bulan terakhir. Terdapat riwayat pernah keluar batu saat

    buang air kecil pada tahun 1998, namun pasien tidak memeriksakan dirinya ke dokter karena

    tidak ada keluhan yang dirasakan menggangu. Pasien saat ini merupakan pensiunan guru dengan

    kegiatan sehari-harinya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Pasien rata-rata mengkonsumsi 1

    liter air mineral perhari. Makanan dan minuman sehari-hari pasien adalah air putih, teh, susu, dan

    sayur-sayuran seperti bayam dan kangkung. Pasien terkadang mengkonsumsi daging ayam dan

    sapi. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obat tertentu. Tidak terdapat riwayat demam, gangguan

    buang air besar, maupun trauma pada punggung dan abdomen.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    4/29

    Operasi (-), Alergi (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), riwayat kuning (-), DM (-),

    hipertensi (-).

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Keluhan serupa pada keluarga (-), alergi (-), penyakit jantung (-), penyakit paru (-), riwayat

    kuning (-), DM (-), hipertensi (-).

    Riwayat Sosial:

    Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, da nsehari-hari melakukan pekerjaan rumah

    tangga..

    III. PEMERIKSAAN FISIK (15 oktober 2010)

    Kesadaran : Kompos mentis

    Keadaan umum : Tampak sakit ringan

    Gizi : Kesan gizi baik

    TB : 150 cm

    BB : 45 kg

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 92x/menit, regular, isi cukup

    Pernapasan : 28x/menit, teratur, kedalaman cukup, abdominotorakal

    Suhu : afebris

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    5/29

    Status Generalis:

    Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

    THT : liang telinga lapang, serumen -/-, deviasi septum nasal (-), sekret hidung -/-,

    uvula di tengah, arkus faring simetris, faring hiperemis (-), tonsil T1/T1

    Leher : KGB tidak teraba, JVP 5-2 cm H2O

    Jantung : BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)

    Paru : bentuk dan gerak simetris statis dinamis, vesikuler, ronki -/-, wheezing-/-

    Abdomen : datar, lemas, hati dan limpa tidak teraba, nyeri tekan (-), bunyi usus (+)

    normal., bruit (-).

    Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2, edema -/-

    Status Urologi

    CVA : nyeri tekan -/-, nyeri ketok -/-, tidak ditemukan massa

    SS : buli-buli tidak penuh, nyeri tekan (-)

    GE : Tidak diperiksa

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    6/29

    Hasil Lab

    Hematologi

    Darah Perifer Lengkap

    Hemoglobin 12 g/dL

    Hematokrit 37,2 %

    Eritrosit 4,49/L

    MCV/VER 82,9 fL

    MCH/HER 26,7 pg

    MCHC/KHER 32,3 g/dL

    Trombosit 310.000/L

    Leukosit 14810/L

    Hitung Jenis

    Basofil 0,4%

    Eosinofil 6,9%

    Neutrofil 60,6%

    Limfosit 23,7%

    Monosit 8,4%

    LED 20mm Hemostasis

    Masa Pendarahan IVY 2,30 menit

    Masa Pembekuan Lee & White 11 menit

    Urinalisa

    Warna Kuning

    Kejernihan Keruh

    Sedimen

    Leukosit 5-6/LPB

    Eritrosit Banyak/LPB

    Silinder Negatif

    Sel Epitel 1+

    Kristal Negatif

    Bakteria Negatif Berat Jenis 1.020

    pH 6,5

    Leukosit Esterase Trace

    Nitrit Negatif

    Protein 1+

    Glukosa Negatif

    Keton Negatif

    Urobilinogen 3,2 mol/L

    Bilirubin Negatif

    Darah/Hb 3+

    Kimia Klinik

    SGOT 18 U/L

    SGPT 17 U/L

    Trigliserida 106 mg/dL

    Kolesterol Total 221 mg/dL

    Kolesterol HDL 46 mg/dL

    Kolesterol LDL 154 mg/dL

    Glukosa Puasa 86 mg/dL

    Glukosa 2 jam pp 114 mg/dL

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    7/29

    PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Radiologi Thorax

    Jantung tidak membesar (CTR

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    8/29

    Ren dextra tampak, ukuran normal dengan ekoparenkim normoekoik. Tampak batu multiple

    dengan Acoustic shadow (+). Ukuran: 1,38 dan 1,63 cm. Kalises tampak melebar.

    Ren sinistra tampak, ukuran normal dengan ekoparenkim normoekoik. Tak tampak batu

    intrarenal. Pelviokalises tidak melebar.

    Vesica urinaria tampak, dinding licin, internal eko (-), batu (-).

    Kesan:

    Nephrolitiasis dextra (multiple) dengan hydronephrosis.

    Ren sinistra dan VU, dalam batas normal.

    Diagnosis:batu cetak ginjal kanan

    Planning terapi: PCNL

    Operasi PCNL dilaksanakan pada tanggal 4-10-2010

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    9/29

    Hasil foto BNO (post PNCL)

    - Preperitoneal fat line kanan kiri baik. Psoas line simetris. Kontur kedua ginjal baik. Tak

    tampak bayangan radioopak di proyeksi traktur urinarius. Distribusi udara usus mencapai

    pelvis minor. Tulang-tulang intak. Tampak spur formation pada korpus lateral vertebra

    L1-L5. Terpasang stent dengan ujung proksimal pada hemiabdomen kanan setinggi

    korpus vertebra L2, proyeksi ginjal kanan, ujung distal pada proyeksi uretra.

    - Kesimpulan : tidak tampak batu radioopak di sepanjang proyeksi traktus urinarius.

    Terpasang stent dengan ujung distal pada proyeksi ginjal kanan, ujung distal pada

    proyeksi uretra

    Diagnosis: batu cetak ginjal kanan Post PCNL. Planning Post op:

    - Awasi tanda vital

    - Awasi produksi urin

    - Cek DPL post op

    - Ceftriaxone 2x1 g

    - Ketorolac 3x30 mg IV

    - Transamin 3x1 amp

    - Vit K 3x1 amp

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    10/29

    - Vit C 1x400 mg

    - Diet biasa, bed rest sampai 6 jam

    - IVFD NaCl 0,9 : D5 = 1 : 1 /24jam

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anatomi Ginjal dan Ureter

    Organ sistem urinarius meliputi ginjal, ureter, kandung kemih dan terletak retroperitoneal. Ginjal

    adalah sepasang organ yang dikelilingi lemak perineal dan fascia Gerota. Aspek superior ginjal

    terdiri dari iga ke-10 dari rongga toraks bagian inferior. Aspek posterior ginjal bersandar pada

    kuadran lumborum dan hilus renalis bersandar pada otot psoas. Aspek anterior ginjal dekat

    dengan duodenum dan fleksura hepatika kolon. Ginjal mendapat pendarahan dari arteri renalis.

    Arteri renalis kanan dan kiri berasal dari percabangan arteri mesenterika superior yang

    merupakan cabang dari aorta. Pada ginjal, arteri yang ditemukan merupakan end-arteri

    sedangkan vena memiliki anastomosis.

    Proses pembentukan urin terjadi ginjal dan mengalir ke duktus kolektivus untuk dilanjutkan

    menuju pelvis renalis. Selanjutnya urin mengalir ke buli melalui ureter secara peristaltik. 2 Ureter

    memiliki tiga penyempitan yang normal yaitu: UPJ (Ureteropelvic Junction), persebrangan

    dengan pembuluh darah iliaka, dan ureterovesical junction. Ketiga tempat ini secara klinis

    memiliki nilai yang signifikan karena sering menjadi tempat batu saluran kemih tersumbat.

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    11/29

    Gambar 1. Anatomi Traktus Urinarius

    Gambar 2. Tiga daerah penyempitan ureter ; Gambar 3. Pembagian segmen ureter

    Batu Saluran Kemih

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    12/29

    Epidemiologi

    Prevalensi seumur hidup penyakit batu ginjal diperkirakan sebesar 1% sampai 15%, dengan

    probabilitas memiliki batu lokasi yang berbeda-beda menurut umur ras, gender, dan letak

    geografis.

    Jenis Kelamin

    Penyakit batu biasanya lebih sering dialami pria dewasa daripada wanita

    dewasa. Dengan berbagai indikator, termasuk penerimaan rawat inap, kunjungan

    rawat jalan, dan kunjungan gawat darurat, laki-laki yang terpengaruh dua sampai tiga

    kali lebih sering daripada wanita

    Ras

    Perbedaan ras/etnis pada insiden penyakit batu telah diamati. Di antara pria AS,

    Soucie dan rekan (1994) menemukan prevalensi tertinggi penyakit batu dalam orang

    kulit putih, diikuti oleh Hispanik, Asia, dan Afrika Amerika, yang prevalensi masing-

    masing sebesar 70%, 63%, dan 44% dari orang kulit putih.

    Di antara perempuan AS, prevalensi yang tertinggi pada orang kulit putih danterendah di antara wanita Asia (sekitar setengah dari kulit putih)

    Usia

    kejadian batu relatif jarang terjadi sebelum usia 20 tetapi puncak insiden terjadi pada

    dekade ke-empat hingga ke-enam kehidupan

    Geografi

    Distribusi geografis penyakit batu secara kasar mengikuti faktor risiko lingkungan;

    prevalensi tinggi penyakit batu ditemukan di daerah beriklim panas, atau kering

    seperti pegunungan, padang pasir, atau daerah tropis.

    Iklim

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    13/29

    Variasi musiman pada penyakit batu kemungkinan berkaitan dengan suhu dengan

    cara kehilangan cairan melalui keringat dan mungkin peningkatan vitamin D yang

    diinduksi oleh sinar matahari. Prince dan Scardino (1960) mencatat insiden tertinggi

    penyakit batu terjadi pada bulan-bulan musim panas

    Pekerjaan

    Paparan panas dan dehidrasi merupakan faktor risiko kerja bagi penyakit batu.

    Evaluasi metabolik dari kelompok pekerja di daerah panas menunjukkan insiden yang

    lebih tinggi dari volume urin rendah dan hypocitraturia disbanding pekerja di daerah

    lebih dingin. Para pekerja di pabrik baik yang kronis atau yang tidak terkena suhu

    yang tinggi mengalami perspirasi masif. Mereka yang terekspos suhu tinggi

    menghasilkan volume urin dan pH yang lebih rendah, kadar asam urat tinggi, dan

    berat jenis urin lebih tinggi, yang menyebabkan saturasi asam urat lebih tinggi. Oleh

    karena itu, para pekerja tersebut memiliki insiden pembentukan batu asam urat yang

    sangat tinggi (38%).

    Individu dengan pekerjaan sedenter, seperti yang posisi manajerial atau profesional,

    mengalami peningkatan risiko pembentukan batu untuk alasan yang tidak jelas.

    Indeks Masa Tubuh dan Berat Badan

    Dalam dua penelitian kohort prospektif yang besar terhadap pria dan wanita, risiko

    prevalensi dan insiden penyakit batu secara langsung berhubungan dengan berat

    badan dan indeks massa tubuh pada kedua jenis kelamin, walaupun besarnya asosiasi

    lebih besar pada wanita dibandingkan pria.

    Air

    Keuntungan dari asupan cairan yang tinggi pada pencegahan batu telah lama

    diakui. Dalam dua penelitian observasional besar, asupan cairan yang ditemukan

    berbanding terbalik dengan risiko insiden pembentukan batu ginjal.

    Teori Pembentukan Batu

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    14/29

    A. Teori inti (nukleus); kristal dan benda asing merupakan tempat pengendapan kristal pada

    urin yang sudah mengalami supersaturasi.

    B. Teori matriks; matriks organik yang berasal dari serum atau protein-protein urin

    memberikan kemungkinan pengendapan kristal.

    C. Teori inhibitor kristalisasi; beberapa substansi dalam urin menghambat terjadinya

    kristalisasi, konsentrasi yang rendah atau absennya substansi ini memungkinkan terjadi

    kristalisasi.

    Ketiga faktor ini mempengaruhi pembentukan batu disebabkan oleh lebih dari satu faktor pada

    urin yang mengalami supersaturasi.

    Hiperkalsiuria dapat disebabkan oleh:

    - Hiperkalsiuria absorbtif; gangguan metabolisme yang menyebabkan absorbsi usus yang

    berlebihan juga pengaruh dari vitamin D dan hiperparatiroid.

    - Hiperkalsiuria renal; kebocoran pada ginjal.

    Hiperoksalouria:

    - Primer.

    - Oral dan inhalasi, pemakaian vitamin C dosis tinggi dalam waktu lama, methoxyflurane

    (obat bius).

    - Hiperoksalouria enternik

    Hiperurikusuria:

    - Makanan yang banyak mengandung purin.

    - Pemberian sitostatika pada pengobatan neoplasma.

    - Dehidrasi kronik.

    - Obat-obatan; thiazide (diuretik), salisilat.

    Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan anamnesis yang teliti serta pemeriksaan radiologis dan

    pemeriksaan tambahan yang tepat. Karena pemeriksaan fisik umumnya tidak banyak membantu

    untuk menegakkan diagnosis. Saat anamnesis perlu ditanyakan secara teliti antara lain tentang

    intake cairan, diet (susu, keju, purin), obat-obatan (alkali, analgesik, vitamin D, kemoterapi),

    immobilisasi yang lama, gout, atau pernah mengeluarkan batu. Riwayat keluarga mengenaistone

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    15/29

    formation (yang disebabkan oleh hiperoksalouria, hiperkalsemia, hiperuricemia, dan lain-lain)

    juga perlu untuk ditanyakan.

    Nukleasi, Pembentukan Kristal, Agregasi dan Retensi

    Nukleasi homogen adalah proses nukleasi dalam larutan murni. Nucleus adalah struktur kristal

    paling awal yang tidak akan larut. Kecil inti tidak stabil, di bawah ambang batas ukuran kritis,

    pembubaran kristal lebih difavoritkan daripada pertumbuhan Kristal. Inhibitor, seperti sitrat,

    mendestabilisasi nukleus, sedangkan promotor menstabilkan inti dengan menyediakan suatu

    permukaan yang mengakomodasi struktur kristal inti. Dalam urin, nucleus kristal terbentuk

    melalui nukleasi heterogen dengan adsorpsi ke permukaan sel epitel yang ada, debris sel, atau

    kristal lainnya

    Inhibitor dan Promotor Pembentukan Kristal

    Meskipun inhibitor telah diidentifikasi untuk oksalat kalsium dan fosfat kalsium, tidak ada

    inhibitor spesifik diketahui yang mempengaruhi kristalisasi asam urat. Dengan menggunakan

    metodologi yang berbeda, sitrat, magnesium, dan pirofosfat bersama menunjukkan peranan

    sekitar 20% dari aktivitas penghambatan, dengan sitrat merupakan faktor yang paling penting.

    Sitrat bertindak sebagai inhibitor dari kalsium oksalat dan kalsium fosfat melalui berbagai

    aksi. Pertama, membentuk kompleks dengan kalsium, mengurangi ketersediaan ion kalsium

    untuk berinteraksi dengan oksalat atau fosfat. Kedua, secara langsung menghambat pengendapan

    spontan kalsium oksalat dan mencegah aglomerasi kristal kalsium oksalat. Meskipun memiliki

    efek penghambatan terbatas terhadap pertumbuhan kristal kalsium oksalat, ia memiliki aktivitas

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    16/29

    lebih poten dalam menghambat pembentukan kalsium fosfat. Terakhir, sitrat mencegah nukleasi

    heterogen oksalat kalsium oleh monosodium urat

    Aktivitas penghambatan magnesium berasal dari pembentukan kompleks dengan oksalat, yang

    mengurangi konsentrasi ion oksalat dan kalsium oksalat tersaturasi. Selain itu, magnesium

    mengurangi laju pertumbuhan kristal kalsium oksalat in vitro.

    Polyanions, termasuk glukosaminoglikan, asam mukopolisakarida, dan RNA telah dibuktikan

    menghambat nukleasi dan pertumbuhan kristal. Di antara glukosaminoglikan, heparin sulfat

    paling kuat berinteraksi dengan kristal kalsium oksalat monohidrat

    Dua glikoprotein urin, nephrocalcin dan Tamm -Horsfall glikoprotein, adalah inhibitor ampuh

    agregasi kristal kalsium oksalat monohidrat. Tamm-Horsfall adalah protein yang paling banyak

    ditemukan dalam urin dan inhibitor ampuh agregasi kristal kalsium oksalat monohidrat, tetapi

    bukan inhibitor pertumbuhan.

    Osteopontin telah dibuktikan menghambat nukleasi, pertumbuhan, dan agregasi kristal kalsium

    oksalat serta mengurangi pengikatan kristal dengan sel epitel ginjal in vitro. Osteopontin dapat

    menggantikan inhibitor kristalisasi kalsium oksalat yang bekerja sama dengan protein Tamm-

    Horsfall untuk mencegah kristalisasi.

    Terakhir, inter--tripsin adalah glikoprotein yang disintesis di hati yang terdiri dari tiga

    polipeptida (dua rantai berat dan satu rantai ringan), dengan bikunin pada rantai ringan. Bikunin

    adalah inhibitor kuat dari kristalisasi, agregasi, dan pertumbuhan kalsium oksalat in vitro.

    Pathogenesis Batu Saluran Kemih

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    17/29

    Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat yang

    sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin), yaitu pada system kalises ginjal atau buli-

    buli. Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises, divertikel, striktura, hyperplasia prostate

    benigna, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan leadaan yang memudahkan terjadinya

    pembentukan batu.

    Batu terdiri atas Kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organic maupun anorganik

    yang terlarut didalam urin. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable dalam

    urin jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi ginjal.

    Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (inti nukleasi) yang

    kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi Kristal

    yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregasi Kristal masih rapuh dan belum

    cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregasi Kristal menempel pada epitel

    saluran kemih dan membentuk retensi Kristal, dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada

    agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran kemih.

    Kondisi metastable dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid didalam urin,

    konsentrasi solute dalam urin, laju aliran urin dalam saluran kemih, atau adanya benda asing

    didalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu.

    Gejala

    Gejala yang dirasakan pasien dengan batu ginjal berupa sakit pada sudut CVA. Sakit berupa

    pegal (akibat distensi parenkim dan kapsul ginjal), kolik (hiperkristalik otot polos pada kaliks

    dan pelvis ginjal), rasa sakit tidak sebanding dengan bendungan yang terjadi tetapi tergantung

    dari bendungan yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan. Nausea, muntah-muntah

    disertai distensi abdomen juga dapat terjadi disebabkan oleh ileus paralitik. Selain itu, dapat pula

    ditemukan hematuria makroskopik (5-10%) dan/atau hematuria mikroskopik (90%). Bila terjadi

    infeksi makan penderita akan mengalami demam. Jika infeksi sudah membuat sepsis maka gejala

    lain yang dapat ditemukan pada pasien yaitu menggigil dan apatis. Pada pemeriksaan fisik

    biasanya tidak ditemukan kelainan. Terkadang ditemukan nyeri tekan, nyeri ketok pada sudut

    CVA. Bila terjadi hidronefrosis dapat teraba adanya massa.

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    18/29

    Laboratorium

    Urin:

    - pH > 7,6; biasanya ditemukan kuman urea splitting organism dapat terbentuk batu

    magnesium amonium prostat.

    - pH yang rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat (organik).

    - Sedimen; sel darah merah meningkat (90%) ditemukan pada penderita dengan batu, bila

    terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.

    - Biakan urin.

    - CCT untuk melihat fungsi ginjal.

    - Ekskresi Ca, fosfor, asam urat dalam urin 24 jam untuk melihat apakah terjadi

    hipersekresi.

    Darah:

    - Hemoglobin; akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.

    - Leukositosis terjadi karena infeksi.

    - Ureum kreatinin untuk melihat fungsi ginjal.

    - Ca, fosfor, dan asam urat.

    Radiologis

    - Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi bendungan atau

    tidak.

    - Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan; pada keadaan ini dapat

    dilakukan retrograd pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi, bila hasil

    retrograd pielografi tidak memberikan informasi yang memadai.

    - Pada foto BNO, batu yang dapat dilihat disebut batu radioopak sedangkan batu yang

    tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen. Berikut ini adalah urutan batu menurut

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    19/29

    densitasnya, dari yang paling opak hingga yang paling bersifat radiolusen; kalsium fosfat,

    kalsium oksalat, magnesium amonium fosfat, sistin, asam urat, xantin.

    - Ultrasonografi merupakan pemeriksaan non invasif yang sangat membantu, dapat dipakai

    untuk melakukan antegrad pielografi.

    DIAGNOSIS

    Anamnesis

    Pasien dengan batu saluran kemih memiliki keluhan yang bervariasi mulai dari tanpa keluhan,

    sakit pinggang ringan hingga kolik, disuria, hematuria, retensio urin, anuria. Keluhan ini dapat

    disertai dengan penyulit berupa demam, dan tanda-tanda gagal ginjal.

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik pasien dengan batu saluran kemih tergantung pada lokasi batu dan penyulit

    yang ditimbulkan

    Pemeriksaan fisik umum: hipertensi, febris, anemia, syok

    Pemeriksaan fisik khusus urologi:

    Sudut kostovertebra: nyeri tekan, nyeri ketok, pembesaran ginjal

    Supra simfisis: nyeri tekan, teraba batu, buli-buli penuh

    Genitalia eksterna: teraba batu di uretra

    Colok dubur: teraba batu pada buli-buli (palpasi bimanual)

    Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan urin rutin untuk melihat eritrosituria, lekosituria, bakteriuria (nitrit), pH urin dan

    kultur urin. Pemeriksaan darah berupa hemoglobin, lekosit, ureum dan kreatinin.

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    20/29

    Pencitraan

    Pemeriksaan rutin meliputi foto polos perut (KUB) dengan pemeriksaan ultrasonografi atau

    intravenous pyelography (IVP) atau spiral CT.

    Pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan:

    Pielografi retrograde atau anterograd

    Scintigrafi

    a. Intravena Pyelografi (IVP)

    IVP merupakan gold standar dalam merekam nefrolitiasis secara simultan dan anatomi

    uppertrack. Kalsifikasi ekstraosseus pada radiografi dapat dianggap kalkulus traktus

    urinarius. Jika dilihat secara obelik dengan mudahnya dapat membedakan gallstones dari

    renal kanalikulus kanan. Persiapan yang tidak baik seperti persiapan usus besar (bowel

    preparation), meminum air dan teknisian yang kurang trampil memberikan hasil yang kurang

    baik.

    Pemeriksaan IVP tidak boleh dilakukan pada pasien-pasien berikut :

    o Dengan alergi kontras media

    o Dengan level kreatinin serum > 200mol/L (>2mg/dl)

    o Dalam pengobatan metformin

    o Dengan myelomatosis

    Pada saat IVP, foto dilakukan pada menit ke-5, 15, 30 setelah pemberian kontras, setelah itu

    pasien diminta buang air (miksi) dan dilakukan foto sekali lagi

    Foto pada menit ke-5: berguna untuk menilai nefrogram, dan sistem pelvicocalices (PCS).

    Foto pada menit ke-15: menilai PCS sampai dengan kedua ureter, jika ada sumbatan pada

    saluran urinaria akan tampak ureter yang melebar (hidroureter)Foto pada menit ke-30 berguna untuk menilai vesica urinaria, bentuk, dinding reguler atau

    ireguler, dan adakahfilling defect.

    Foto post miksi : berguna untuk menilai Fungsi pengosongan vesika urinaria

    b. Tomografi

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    21/29

    Renal tomografi berguna untuk mengidentifikasi kalkulus di ginjal bila foto dengan

    pandangan oblique masih tidak dapat menggambarkan batu dengan baik. Terutama bila

    gambaran dengan IVP kurang jelas. Cara ini mungkin dapat membantu mengidentifikasi

    opasifikasi kanalikuli yang sedikit, terutama jika terganggu oleh gas yang terdapat dalam

    abdomen atau obesitas morbid yang pada konfensional ginjalureter-kandung kemih

    (Kidney-ureter-blader) film suboptimal

    c. KUB film dan Ultrasonografi langsung

    KUB film dan Ultrasonografi langsung mungkin dapat seefektif IVP dalam mendiagnosis.

    Tetapi sangat tergantung operator. Ureter distal sangatlah mudah untuk divisualisasikan

    melalui acoustic window dengan kandung kemih yang penuh. Edema dan batu ginjal yang

    kecil sehingga tidak terdeteksi dengan IVP mungkin terdeteksi dengan USG.

    d. Retrograde Pyelografi

    Retrograde Pyelografi biasanya digunakan untuk menggambarkan anatomi upper-tract dan

    lokalisasi kalkulus kecil atau radioulsen.

    e. CT-Scan

    Jika diperlihatkan dengan individual CT-slide maka semua kalkulus urinari dapat terlihat.

    Batu uretra yang kecil dapat terlewatkan dengan mudahnya antara image CT-scan. Oleh

    karenanya CT-scan jarang digunakan dalam mengidentifikasi kalkulus kecil. Dalam gambar

    pencitraan CT-scan kanaloikulus digambarkan sebagai warna putih terang seperti tulang.

    Batu asam urat dan batu kalsium oksalat sulit untuk dibedakan.

    f. Retrograde atau antegrade pyelography

    Pielografi retrograde adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas dengan cara memasukkan

    kontras radioopak langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan trans uretra. Sedangkan

    foto pielografi antegrade adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas dengan cara

    memasukkan kontras radioopak melalui system kaliks ginjal.

    g. Scintigraphy

    Marker bifosfat dapat mengidentifikasi kalkuli sekecil apa pun yang sulit untuk diperlihatkan

    dalam KUB film.

    Batu Ginjal

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    22/29

    Indikasi untuk melakukan tindakan aktif ditentukan berdasarkan ukuran, letak, dan bentuk batu.

    Batu berukuran kurang dari 5 mm mempunyai kemungkinan keluar spontan 80%. Tindakan aktif

    umumnya dianjurkan pada batu berukuran lebih dari 5 mm terutama bila disertai:

    Nyeri yang persisten meskipun dengan pemberian medikasi yang adekuat

    Obstruksi yang persisten dengan risiko kerusakan ginjal

    Infeksi traktus urinarius

    Risiko pionefrosis atau urosepsis

    Obstruksi bilateral

    Penatalaksanaan Konservatif

    Penelitian secara random telah membuktikan diet protein hewani moderat memberi hasil

    yang menguntungkan.

    Penelitian secara random menunjukkan manfaat pembatasan diet sodium baik pada

    orang normal dan dengan riwayat batu.

    Hindari obesitas. Obesitas merupakan faktor risiko independen untuk nefrolisiasis,

    khususnya bagi perempuan. Pasien obes memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk batu

    asam urat. Diet tinggi protein, dan rendah karbohidrat dapat meningkatkan risiko

    pembentukan batu.

    Penghindaran diet kalsium sebenarnya meningkatkan risiko rekurensi batu.

    Suplemen kalsium mungkin paling aman dikonsumsi dengan makanan.

    Suplemen kalsium sitrat tampaknya merupakan suplemen yang baik karena terdapat

    inhibitor sitrat. Menghindari diet oksalat berlebihan adalah wajar.

    Vitamin C dalam dosis besar dapat meningkatkan risiko rekurensi batu. Dosis mungkin

    harus dibatasi sampai 2g/hari.

    Rekomendasi Cairan

    Pasien harus diberi dorongan untuk mengkonsumsi cairan yang cukup untuk

    menghasilkan 2 liter urin per hari.

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    23/29

    Kekerasan air tidak memainkan peran penting dalam risiko rekurensi batu.

    Air berkarbonasi dapat memberikan beberapa manfaat perlindungan.

    Soda yang diberi perasa dengan asam fosfat dapat meningkatkan risiko batu,

    sedangkan soda dengan asam sitrat dapat menurunkan risiko.

    Jus jeruk (terutama jus lemon) dapat bermanfaat sebagai tambahan untuk pencegahan

    batu.

    Pedoman Penatalaksanaan Batu Cetak Ginjal/Staghorn

    Tata laksana yang umum dalam penanganan batu ginjal

    Di ruang emergensi meliputi:

    - Diagnosis renal kolik, lihat apakah ada tanda obstruksi ataupun infeksi

    - Obstruksi tanpa tanda-tanda infeksi dapat diterapi dengan analgesik dan bila terdapat

    tanda-tanda infeksi tanpa tanda obstruksi dapat diberikan antibiotik

    - Bila tidak terdapat tanda-tanda obstruksi maupun infeksi dapat diberikan analgesik dan

    obat lain untuk memfasilitasi keluarnya batu yang diharapakan dapat keluar sendiri bila

    diameternya kurang dari 5-6 mm.

    - Bila tanda obstruksi dan tanda infeksi menyertai pasien, dekompresi saluran kemih

    diperlukan dan konsultasikan dengan urologis.

    - Pemberian hidrasi supranormal pada kolik renal masih kontroversial. Namun bila

    terdapat tanda-tanda dehidrasi pada pasien maka rehidrasi adalah hal yang perlu untuk

    dilakukan

    - Hal terpenting bagi pasien adalah hilangnya nyeri yang dirasakan olehnya hal ini dapat

    dicapai dengan pemberian analgesia narkotik parenteral ataupun NSAID.

    o Morfin sulfat merupakan drug of choice untuk menghilangkan nyeri kolik renal

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    24/29

    o NSAID satu-satunya yang dianjurkan di Amerika adalah ketorolac tromethamine

    o Agen antiemetik seperti metoklopramida HCl dapat diberikan bila dibutuhkan

    o Bila pemberian analgesia oral dapat ditoleransi maka kombinasi oral narkotik

    bersama NSAID (acetaminofen) dan antiemetik merupakan managemen yang

    poten untuk pasien rawat jalan.

    - Perkembangan terkini dalam merawat pasien rawat jalan adalah dengan mengaplikasikan

    MET (medical ekspulsif therapy) aktif, beberapa regimen yang sering dipakai adalah

    prednisone (kortikosteroid), nifedipin (kalsium channel blocker), terazosin (alpha-

    blockers). Pengaplikasian MET diasosiasikan dengan berkurangnya nyeri, peningkatan

    insidensi keluarnya batu, pengurangan kebutuhan pembedahan, dan peningkatan hasilExtracorporeal shockwave Lipthotripsy (ESWL). Hasil ini terlihat lebih baik bila MET

    dikombinasikan dengan analgetik.

    Pengobatan jangka panjang dari batu ginjal yang mengandung kalsium

    - Batu ginjal yang mengadung kalsium pada sebagian besarnya tidak dapat diuraikan

    dengan obat yang ada sekarang, namun pemberian obat-obatan sangan berpengaruh

    dalam kemoprofilkasis terbenntuknya batu ginjal kembali

    - Terapi profilaksis meliputi limitasi komponen dalam diet, penambahan agen inhibitor

    pembentukan batu, pengikat kalsium di intestinal dan lebih penting lagi asupan cairan

    yang cukup

    - Tanpa pengobatan medis, kira-kira lebih dari setengah pasien dengan riwayat batu ginjal

    akan kambuh dalam waktu lima tahun. Pasien dengan batu ginjal, riwayat batu ginjal,

    riwayat keluarga dengan batu ginjal, infeksi saluran kemih kronis adalah pasien yang

    berisiko tinggi untuk mengalami kejadian kembali batu ginjal dan sebaiknya melakukan

    evaluasi metabolik dan melakukan perubahan gaya hidup seperti meminum cukup banyak

    air untuk memproduksi sedikitnya 2 L urin, membatasi asupan protein dan garam juga

    vitamin C. Namun dalam diet kita tidak harus mengurangi konsumsi kalsium karena

    beberapa studi riset menyatakan diet tinggi kalsium mengurangi risiko pembentukan batu

    ginjal.

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    25/29

    - Pemeriksaan metabolik yang diperlukan meliputi pemeriksaan radiologis, IVP atau CT

    Scan, pemeriksaan darah lengkap, kimia klinik, urinalisis dan kultur urin. Pasien dengan

    risiko tinggi batu ginjal sebaiknya dieksplorasi lebih jauh meliputi pemeriksaan urin 24

    jam untuk mencari koleksi kalsium, oksalat, magnesium, fosforus, asam uric dan

    kreatinin. Berdasarkan kelainan metabolik yang spesifik, terapi langsung dapat diberikan.

    Pasien dengan nilai kalsium urin yang normal dapat diberikan Potassium sitrat, yang

    bertindak sebagai inhibitor pembentukan batu di urin. Diuretik Thiazid diberikan untuk

    mengurangi konsentrasi kalsium di urin pada pasien dengan peningkatan nilai kalsium

    urin.

    Pengobatan melalui pembedahan

    Indikasi utama dilakukannya pembedahan adalah nyeri, infeksi dan obstruksi. Kontraindikasi

    pembedahan meliputi infeksi aktif yang belum ditangani, pendarahan yang belum diatasi dan

    kehamilan (bukan kontraindikasi absolut). Kontraindikasi spesifik bergantung pada modalitas

    pembedahan sepertinya hindari ESWL pada wanita hamil dan obstruksi yang terletak distal pada

    kalkulus. Pembedahan dapat dilakukan dengan melakukan operasi terbuka, operasi endoskopi

    atau ESWL (non invasif).

    - Operasi terbuka dapat dilakukan pada batu ginjal, batu ureter dan batu buli-buli.

    - Operasi endoskopik dapat dilakukan pada batu ginjal (PCN), batu ureter, batu buli-buli,

    dan batu uretra, dengan melakukan litotripsi.

    - ESWL (Extra Corporeal Shockwave Lithotripsy) adalah metode yang paling tidak invasif

    dengan prinsip penggunaan gelombang untuk menghancurkan batu menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dapat dapat keluar dengan sendirinya.

    Batu yang dikeluarkan perlu dianalisa untuk menentukan pengobatan dan pencegahan untuk

    menghindari pembentukan batu residif.

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    26/29

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Pasien perempuan 62 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kiri bagian belakang sejak 1

    bulan SMRS. Sejak 1 bulan sebelum dirawat di RS, pasien merasakan nyeri di pinggang kanan.

    Nyeri muncul mendadak, dirasakan seperti ditusuk, hilang timbul, dan menjalar ke perut. Saat

    kesakitan pasien merasa mual, dan muntah sebanyak 3 kali. Pasien juga sedikit berkeringat. Saat

    buang air kecil terasa nyeri terutama pada bagian perut, air seni tidak keruh, aliran air seni

    lancar, tidak bercabang, dan tidak pernah berhenti secara tiba-tiba. Pasien mengatakan pernah

    keluar batu saat buang air kecil pad atahun 1998. Pasien mengatakan sehari-hari hanya minum

    sekitar 1 liter air putih. Pasien tidak mengkonsumsi obat-obat tertentu. Tidak terdapat riwayat

    demam, gangguan buang air besar, maupun trauma pada punggung dan abdomen.

    Nyeri yang dialami oleh pasien dapat disebabkan adanya gangguan pada organ-organ antara lain

    kolon proksimal, ginjal, ureter, dan testis. Nyeri pada lokasi yang ditunjuk pasien dapat pula

    merupakan nyeri somatik yang disebabkan oleh rangsangan pada organ-organ seperti kolon,adneksa, ureter , aorta, maupun ginjal.

    Etiologi kelainan pada pasien ini dapat dipikirkan berasal dari sistem muskuloskeletal,

    gastrointestinal, urogenital, vaskular, neurologi, kulit dan psikogenik. Etiologi dari sistem

    gastrointestinal dapat disingkirkan dengan tidak ada demam, riwayat buang air besar yang

    normal, lokasi nyeri pada kuadran kanan bawah yang tidak menjalar, tidak terdapat riwayat

    kembung, dan kram perut.. Etiologi dari sistem vaskular seperti aneurisma dapat disingkirkan

    dengan tidak terdapat nyeri seperti tembus ke arah punggung, keadaan hemodinamik yang stabil,

    dan tidak terdapat bruit pada auskultasi abdomen.Etiologi dari sistem neurologi dan kulit dapat

    disingkirkan dengan tidak terdapat keluhan nyeri menjalar, rasa baal, kesemutan, ataupun nyeri

    pada satu dermatom disertai timbulnya tonjolan-tonjolan kecil berair.

    Kelainan pada sistem urogenital yang dapat menyebabkan keluhan seperti yang dirasakan pasien

    antara lain dapat disebabkan oleh adanya batu, keganasan, infeksi, atau trauma. Riwayat trauma

    pada abdomen dan punggung disangkal sehingga etiologi trauma dapat disingkirkan. Riwayat

    demam dan gangguan berkemih seperti disuria ataupun kencing berwarna keruh disangkal, yang

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    27/29

    sedikit menurunkan kecurigaan terhadap infeksi namun perlu dibuktikan lebih lanjut dengan

    pemeriksaan laboratorium. Etiologi keganasan dinilai dengan menanyakan trias klasik keganasan

    ginjal yaitu hematuria makroskopis, nyeri pinggang, dan massa. Pasien memiliki riwayat kencing

    berwarna kemerahan namun adanya benjolan disangkal oleh pasien. Hematuria yang terjadi juga

    masih bisa disebabkan oleh perlukaan dari batu saat terjadi kolik. Penurunan berat badan drastis

    disangkal oleh pasien, nafsu makan pasien baik, dan status gizi pasien juga baik. Karakteristik

    nyeri pinggang juga muncul tiba-tiba tidak seperti nyeri pada keganasan ginjal yang timbul

    secara gradual karena peregangan kapsul ginjal. Selain itu pasien memiliki riwayat keluar batu

    ketika berkemih pada tahun 1998 yang semakin mengarahkan diagnosis ke arah batu saluran

    kemih.

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan peninjang diagnosis kerja yang paling mungkin

    pada kasus ini adalah adanya batu ginjal kanan, dengan working diagnosis batu cetak ginjal

    dekstra dengan batu multipel kaliks ginjal dekstra

    Pasien direncanakan menjalani tatalaksana berupa PCNL. Pemilihan PCNL karena pada

    penatalaksanaan batu staghorn terapi yang terbaik adalah PCNL dengan free stone ratepaling

    tinggi bila dibandingkan ESWL maupun kombinasi PCNL dan ESWL.

    Faktor risiko yang dimiliki pasien adalah adanya riwayat kencing batu 12 tahun yang lalu dan

    konsumsi minum yang kurang sehingga untuk mencegah rekurensi pasien harus diedukasi agar

    masukan cairan sebaiknya adalah 2,5 liter per hari dengan target diuresis 2 liter per hari dan IWL

    kira-kira 0,5 liter. Selanjutnya juga perlu dilakukan pengaturan diet dengan tidak mengurangi

    konsumsi makanan yang mengandung kalsium, namun konsumsi sebaiknya dilakukan sambil

    mengkonsumsi makanan. Selain itu disarankan teratur minum atau makan buah-buahan yang

    banyak mengandung sitrat seperti lemon atau jeruk.

    Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena tidak ada hal yang mengancam nyawa.

    Secara ad functionam, prognosis pasien ini adalah dubia bonam. Dari pemeriksaan BNO IVP

    post PCNL didapatkan bahwa fungsi ekskresi ginjal kanan dan fungsi ekskresi ginjal kiri dan

    kanan masih baik. Sedangkan prognosis ad sanactionam pada pasien ini adalah dubia ad bonam.

    Pasien memiliki faktor risiko terhadap rekurensi pembentukan batu namun kekambuhan dapat

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    28/29

    dicegah jika pasien mampu melaksanakan edukasi yang diberikan seperti minum minimal 2,5

    liter per hari, rajin berolahraga dan mengatur dietnya.

  • 7/29/2019 43739274 Bedah Presentasi Kasus Urologi Boni

    29/29

    Sumber Pustaka

    1. Purnomo, B. Basuki. Dasar-dasar urologi ed 2. Jakarta: Penerbit CV. Segung Seto. 2003:

    halaman 57-65.

    2. Belldegrun A. Urology. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter

    JG, Pollock RE, editors. Schwartzs manual of surgery. 8th edition. USA: McGraw-Hill;

    2006.

    3. Campbell and Walsh. Urinalithiasis and Endourology. In : Alan J Wein LRK, Andrew C

    Novick, Alan W Partin, Craig W Peters, editor. Campbell Walsh Urology. Philadelphia:

    Elsevier Saunders; 2007.

    4. Ikatan Ahli Urologi Indonesia. Guidelines Penatalaksanaan Penyakit Batu Saluran Kemih

    2007. Jakarta; 2007.

    5. Sjamsuhidajat and Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2004. Jakarta. EGC