4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

download 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

of 7

Transcript of 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

  • 8/17/2019 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

    1/7

     

    UPJ 3 (2) (2014)

    Unnes Physics Journal

    http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj

    IDENTIFIKASI POTENSI LONGSOR MENGGUNAKAN METODE SEISMIK

    REFRAKSI DI KAWASAN WISATA NGLIMUT DESA GONOHARJO

    LIMBANGAN KENDAL

    Sri Utami , Supriyadi

    Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

    Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

    Info Artikel  Abstrak  

    Diterima Mei 2014

    Disetujui Oktober 2014Dipublikasikan November

    2014

    Potensi tanah longsor suatu daerah dapat diketahui dengan pengukuran suatu metode

    geofisika. Metode geofisika yang dapat digunakan salah satunya adalah metode seismikrefraksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur lapisan bawah permukaan dan

    mengidentifikasi potensi longsor di kawasan Nglimut desa Gonoharjo Kecamatan Limbangan

    Kabupaten Kendal. Penelitian dilakukan menggunakan alat Seismograph OYO  McSeis-SX 3

    channel. Pengolahan data menggunakan metode  plus-minus pada  Ms.excel. Model penampang

     bawah permukaan kecepatan rambat gelombang dibuat menggunakan  software Surfer dan 

    CorelDrawX3. Berdasarkan hasil interpretasi didapatkan struktur litologi bawah permukaan yang

    hampir sama antara ketiga lintasan dikarenakan terletak pada satu lokasi. Keadaan litologi

     bawah permukaan kawasan pemandian air panas Nglimut adalah berupa pasir dengan kecepatan

    rambat gelombang seismik pada lapisan pertama 254,7771 m/s - 704,2254 m/s pada kedalaman

    0,5m  –  3.5 m dan berupa batu lempung dengan kecepatan rambat gelombang seismik 945,6265

    m/s - 1886,7920 m/s dengan kedalaman 3,5 m-5,5m. Bidang gelincir daerah penelitian memiliki

    sudut kemiringgan 10,95° di barat laut-tenggara.

     Keywords:

    landslide; plus-minus; seismic

    refraction; slip surface

     Abstract   Landslide potential of an area can be determined by measuring a geophysical method. Geophysical method

    that can be used one of which is seismic refraction. The purpose of this study was to determine the sub surface

     structure and identify potential landslide in Nglimut Gonoharjo, Limbangan, Kendal. A research with

    Seismograph OYO McSeis SX-3 channel. Data processing used plus-minus method on Ms.Excel. Modeling

    the sub surface structure of wave velocity using Surfer and CorelDrawX3 software. Based the interpretation

    results obtained lithology sub surface structure is almost the same among three line because of lay in one

    location. Sub surface lithology of Nglimut consist of sand with seismic wave velocity in the first layer was

     254,7771 m/s –  704,2254 m/s in the deepness 0,5 m –  3,5 m and a clay stone with seismic wave velocity

    was 945,6265 m/s –  1886,7920 m/s in the deepness 3,5 m-5,5m. Landslide slip surface at the research area

    had slope angular 10,95° at northwest-southeast.

    © 2014 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi:

    E-mail: [email protected] ISSN 2252-6978

  • 8/17/2019 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

    2/7

     

    S Utami et al / Unnes Physics Journal 3 (2) (2014) 

    52

    PENDAHULUAN

    Bencana alam merupakan peristiwa alam yang dapat terjadi setiap saat dimana saja dan kapan

    saja, yang menimbulkan kerugian material dan immaterial bagi kehidupan masyarakat. Salah satunya

    adalah bencana tanah longsor.

    Bencana tanah longsor di Indonesia umumnya terjadi pada musim penghujan. Hujan memicu tanahlongsor melalui penambahan beban lereng dan penurunan kuat geser tanah (Soenarmo et al., 2008). Tanah

    longsor menjadi masalah yang umum di daerah yang memiliki kemiringan curam.

    Nglimut merupakan salah satu tempat wisata yang terletak di Kendal dan merupakan daerah

     berbukit. Pihak pengelola mengungkapkan dalam surat kabar Merdeka (17/02/2013), terdapat sejumlah

    titik rawan longsor berupa retakan tanah dari bukit yang mengelilingi lokasi pemandian air panas ini.

    Retakan terlihat dari mulai dari pintu masuk hingga ke kolam rendam pemandian air panas.

    Menurut Goenadi, sebagaimana dikutip oleh Effendi (2008), faktor penyebab tanah longsor secara

    alamiah meliputi morfologi permukaan bumi, penggunaan lahan, litologi, struktur geologi, dan

    kegempaan. Selain itu bentuk daerah yang berbukit-bukit juga memicu terjadinya longsor.

    Tanah longsor merupakan fenomena alam, namun beberapa aktivitas manusia dapat memicu

    terjadinya bencana tanah longsor. Ketika aktivitas ini beresonansi dengan kerentanan dan kondisi alam

    aktivitas manusia yang dapat memicu terjadinya tanah longsor. Aktivitas tersebut adalah penebangan

    pohon secara serampangan di daerah lereng, penambangan bebatuan, tanah atau barang tambang yang

    menimbulkan ketidakstabilan pada lereng, tingkat kebasahan tanah dan bebatuan (juga daya ikatnya)

    (Darsono et al., 2012).

    Menurut Darsono et al. (2012), salah satu faktor penyebab longsoran yang sangat berpengaruh

    adalah bidang gelincir ( slip surface ) atau bidang geser ( shear surface) . Bidang gelincir berada diantara

     bidang yang stabil (bedrock ) dan bidang yang bergerak (bidang yang tergelincir) (Priyantari & Suprianto,

    2009). Pada umumnya tanah yang mengalami longsoran akan bergerak di atas bidang gelincir

    tersebut.

    Mengingat besarnya dampak yang diakibatkan oleh bencana tanah longsor, maka identifikasi

    potensi tanah longsor perlu dilakukan untuk mengetahui berapa besar potensi suatu daerah terhadap

     bencana tanah longsor. Identifikasi longsoran ini dilakukan menggunakan metode geofisika, yakni metode

    seismik refraksi.  Metode seismik sendiri merupakan salah satu bagian dari seismologi eksplorasi yang

    dikelompokkan dalam metode geofisika aktif, di mana pengukuran dilakukan dengan menggunakan

    sumber getaran (palu/ledakan).

    Metode seismik refraksi dilakukan dengan memancarkan gelombang ke bawah permukaan

    perlapisan batuan. Respon tanah atau batuan direkam melalui geophone yang terpasang di atas

    permukaan tanah (Adnyawati et al., 2012). Metode seismik refraksi (seismik bias) merupakan salah satu

    metode yang banyak digunakan untuk menentukan struktur geologi bawah permukaan (Refrizon et al.,

    2009). Metode seismik refraksi inilah yang efektif digunakan guna mengetahui nilai kedalaman lapisan

    relatif kedap air (bedrock) sebagai parameter kelongsoran suatu daerah (Priyantari & Suprianto, 2009).Dikarenakan metode seismik mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam menentukan

    struktur geologi.

    Kedalaman lapisan pada metode ini dapat diperoleh dengan mengetahui waktu jalar gelombang

    pada data rekaman yang didapat dari persamaan:

      (2)

      (3)

    di mana:

    T = waktu jalar gelombang (s)

    D = kedalaman (m)

     = sudut kritis  = kecepatan gelombang rata-rata (m/s)

  • 8/17/2019 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

    3/7

     

    S Utami et al / Unnes Physics Journal 3 (2) (2014) 

    53

    Keterbatasan metode seismik refraksi adalah tidak dapat dipergunakan pada daerah dengan kondisi

    geologi yang terlalu kompleks. Metode ini telah dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal dan

    hasilnya cukup memuaskan. Menurut Sismanto, sebagaimana dikutip oleh Kartika et al.,  (2007), asumsi

    dasar yang harus dipenuhi untuk penelitian perlapisan dangkal adalah:

    1.  Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan

    kecepatan yang berbeda-beda.2.  Semakin dalam, batuan lapisan akan semakin kompak.

    3.  Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.

    4.  Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum – 

    hukum dasar lintasan sinar. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan

    kecepatan pada lapisan di bawahnya.

    5.  Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman

    Berikut dijelaskan tabel kecepatan gelombang berdasarkan material bawah permukaan pada Tabel 1:

    Tabel 1. Tabel kecepatan gelombang berdasarkan material bawah permukaan (Ali et al ., 2012)

    No MaterialKecepatan gelombang

    (m/s)

    1 Air 332

    2 Water 1400 –  1500

    3 Granite 5500 –  5900

    4 Sandstone 1400 –  4300

    5 Limestone 5900 –  6100

    6 Sand(Unsaturate) 200 –  1000

    7 Sand ( Saturated ) 800 –  2200

    8 Clay 1000 –  2500

    Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Mengetahui

    struktur lapisan bawah permukaan di kawasan Nglimut desa Gonoharjo Kecamatan Limbangan

    Kabupaten Kendal dan mengidentifikasi potensi longsor menggunakan metode seismik refraksi di kawasan

    Nglimut desa Gonoharjo Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal.

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian yang digunakan adalah metode seismik refraksi untuk menghitung kecepatan

    rambat gelombang dan kedalaman masing-masing lapisan setiap lintasan. Metode seismik refraksi

    memanfaatkan penjalaran gelombang bias yang merambat di bawah permukaan akibat adanya sumber

    getaran. Seismik refraksi dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk menjalarpada batuan dari posisi sumber seismik menuju penerima pada berbagai jarak tertentu. Alur penelitian

    dapat dilihat pada Gambar 1:

  • 8/17/2019 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

    4/7

     

    S Utami et al / Unnes Physics Journal 3 (2) (2014) 

    54

    Gambar 1. Diagram Alur penelitian

    Bentangan lintasan dilakukan secara inline , dengan pengambilan data dilakukan secara bolak-balik

    ( forward-reverse ). Desain survey penelitian dapat dilihat pada Gambar 2:

    Gambar 2. Desain akusisi data seismik refraksi

    Tahap akuisisi data seismik refraksi dilaksanakan dengan desain survei 3 bentangan lintasan didekat kawasan pemandian air panas, palu dan landasannya (lempeng besi) sebagai  source   atau sumber

    gelombang seismik, 3 geophone sebagai penerima gelombang seismik, panjang lintasan 45 meter, jarak spasi

    terdekat (offset  minimum) 1 meter dan jarak spasi terjauh (offset  maksimum) 45 meter.

    Data yang diperoleh dalam pengukuran lapangan adalah offset atau jarak antara  geophone  dan waktu

    rambat gelombang pada masing-masing geophone  (t ), sedangkan kecepatan rambat gelombang (v ) diperoleh

    dari perhitungan menggunakan metode  plus-minus . Model penampang bawah permukaan dibuat

    menggunakan software surfer  dan CorelDrawX3 .

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diperoleh kecepatan rambat gelombang pada masing-masing lapisan untuk setiap lintasan. Pemodelan penampang bawah permukaan untuk setiap lintasan

  • 8/17/2019 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

    5/7

     

    S Utami et al / Unnes Physics Journal 3 (2) (2014) 

    55

    menggunakan CorelDraw X3 . Adanya perbedaan kecepatan gelombang mengindikasi perbedaan material

    pada masing-masing lintasan. Berikut diperlihatkan kecepatan rambat gelombang untuk masing-masing

    lintasan pada Gambar 3, 4 dan 5:

    Gambar 3. Model Penampang bawah permukaan dan kecepatan gelombang pada lintasan pertama

    Dari hasil perhitungan dengan metode plus-minus akan didapatkan litologi batuan bawah permukaan

    pada lintasan pertama yang ditunjukkan pada Tabel 2:

    Tabel 2. Tabel litologi batuan bawah permukaan pada lintasan pertama

    Kecepatan (m/s) Jenis batuan perkiraan Kedalaman (m)

    254,7771-704,2254 Pasir 0,5-3

    735,2941-1886,7920 Lempung berpasir 3-3.5

    Gambar 4. Model Penampang bawah permukaan dan kecepatan gelombang pada lintasan kedua

    Pada lintasan kedua didapatkan litologi batuan bawah permukaan pada lintasan kedua yangditunjukkan pada Tabel 3:

    Tabel 3. Tabel litologi batuan bawah permukaan pada lintasan pertama

    Kecepatan (m/s) Jenis batuan perkiraan Kedalaman (m)

    310,3181-826,4463 Pasir 1-4,5

    1064,861-1724,138 Lempung >4,5

  • 8/17/2019 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

    6/7

     

    S Utami et al / Unnes Physics Journal 3 (2) (2014) 

    56

    Gambar 5. Model Penampang bawah permukaan dan kecepatan gelombang pada lintasan ketiga

    Dari hasil perhitungan dengan metode  plus-minus akan didapatkan litologi batuan bawah

    permukaan pada lintasan ketiga yang ditunjukkan pada Tabel 3:

    Tabel 4. Tabel litologi batuan bawah permukaan pada lintasan pertama

    Kecepatan (m/s) Jenis batuan perkiraan Kedalaman (m)

    490,1961-892,8571 Pasir 2-5

    945,6265-1562,5 Lempung berpasir >5

    Perbedaan jenis material pada daerah penelitian mengindikasikan adanya bidang gelincir (slip

     surface)  yang menyebabkan terjadinya tanah longsor. Pada umumnya tanah atau bidang yang mengalami

    longsoran akan bergerak di atas bidang gelincir tersebut. Bidang gelincir berada diantara bidang yang stabil

    dan bidang yang bergerak (bidang yang tergelincir). Bidang gelincir daerah pengukuran diperlihatkan padaGambar 6:

    Gambar 6. Letak bidang gelincir

  • 8/17/2019 4337 8919 1 PB Punya Baihaqi

    7/7

     

    S Utami et al / Unnes Physics Journal 3 (2) (2014) 

    57

    Bidang gelincir terletak di antara lapisan tidak kedap air (pasir) dan lapisan tidak kedap air

    (lempung). Material pasir (lapisan  permeable ) ini merupakan material yang dapat menyimpan kandungan

    dan mudah meloloskan air sehingga jika air hujan melalui retakan akan terakumulasi pada lapisan ini,

    sehingga akan menambah beban pada gaya penahan, ini akan berbahaya jika curah hujan tinggi dan akan

    masuk kedalam batuan akuifer tersebut sehingga membebani lereng yang akan memicu terjadinya tanah

    longsor. Di mana tempat pengambilan lintasan ini sebelumnya pernah mengalami longsoran.Material lempung (lapisan impermeable ) sendiri ketika musim kemarau akan kering dan mengeras

    menimbulkan retakan-retakan. Hal ini akan menyebabkan air permukaan meresap ke dalam lapisan tanah

    atau batuan melalui pori-pori antar butir tanah kemudian tertahan pada lapisan lempung di bawahnya,

    sehingga permukaan batu lempung akan menjadi lunak dan licin sehingga menjadikannya sebagai bidang

    gelincir. Dan pada saat terjadi hujan, air hujan akan meresap dan menembus tanah hingga ke

    lapisan kedap air yaitu lempung. Lapisan inilah yang akan berperan sebagai bidang gelincir dan

    menyebabkan gerakan tanah atau longsor.

    SIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa keadaan litologi

     bawah permukaan kawasan pemandian air panas Nglimut adalah berupa pasir dengan kecepatan rambat

    gelombng seismik pada lapisan pertama 254,7771 m/s - 704,2254 m/s pada kedalaman 0,5m –  3.5 m dan

     berupa tanah lempung dengan kecepatan rambat gelombang seismik 945,6265 m/s - 1886,7920 m/s

    dengan kedalaman 3,5 m-5,5m. Bidang geliNcir pada lintasan pertama dengan kemiringan sebesar 10,95°

    terhadap arah horizontal dengan kemiringan barat laut-tenggara. Sedangkan lintasan kedua dan ketiga

    tidak terdapat bidang gelincir.

    Saran yang diharapkan adalah menambah panjang lintasan untuk memperoleh kedalaman yang

    lebih dalam sehingga kondisi litologi bawah permukaan dapat terlihat lebih lengkap dan menambah

     banyak lintasan untuk memperoleh data yang lebih banyak.

    DAFTAR PUSTAKA 

    Adnyawati, N.K., R. Efendi, & Sabhan. 2012. Analisis Struktur Bawah Permukaan Dengan Menggunakan Metode

    Seismik Refraksi Di Universitas Tadulako. Jurnal Natural Science, Desember 2012 Vol. 1.(1) 17-26.

    Ali, N., R. Saad., M.M. Saidin, & M.M. Nordiana. 2012. Applying Seismic Refraction Method in Depicting

    Geological Contact at Bukit Bunuh, Lenggong, Perak, Malaysia.  International Conference on Geological and

     Environmental Sciences (IPCBEE), vol.36.

    Darsono., B. Nurlaksito, & B. Legowo. 2012. Identifikasi Bidang Gelincir Pemicu Bencana Tanah Longsor Dengan

    Metode Resistivitas 2 Dimensi Di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar .  Indonesian

    Journal of Applied Physics, Vol.2 No.1 halaman 51.

    Effendi, A. D. 2008.  Identifikasi Kejadian Longsor dan Penentuan Faktor-Faktor Utama Penyebabnya di Kecamatan Babakan

     Madang Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.Kartika, A.U., G. Yuliyanto, & U. Harmoko. 2007. Penentuan Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan Metode

    Seismik Refraksi di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul.   Laboratorium Geofisika Jurusan Fisika,

    Universitas Diponegoro, Semarang.

    Priyantari, N. & A. Suprianto. 2009. Penentuan Kedalaman Bedrock Menggunakan Metode Seismik Refraksi. Jurnal

     ILMU DASAR, Vol. 10 No. 1. 2009 : 6 –  12.

    Refrizon., Suwarsono, & K. Natalia. 2009. Visualisasi Struktur Bawah Permukaan Dengan Metode Hagiwara. Jurnal

    Gradien, Edisi Khusus- Januari 2009: 30-33.

    Soenarmo, S.H., I.A. Sadisun, & E. Saptohartono. 2008. Kajian Awal Pengaruh Intensitas Curah Hujan Terhadap

    Pendugaan Potensi Tanah Longsor Berbasis Spasial di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jurnal Geoaplika,

    Volume 3, No. 3, Hal 133-141.