42. Jilbab Punuk Unta

5
1 Jilbab Punuk Unta Oleh Sendal Jepit pada 3 Februari 2014 pukul 9:49 Sudah Berjilbab Saja Masuk Neraka, Apalagi yang Enggan Memakai Jilbab ? Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ٌ تَ لا يِ مُ مٌ ات َ يِ ارَ عٌ اتَ يِ س اَ كٌ اءَ سِ نَ وَ اسَ ي ل ا ا َ هِ " بَ $ ونُ " بِ رْ ضَ يِ ر َ قَ " بْ ل اِ " ات َ يْ ذَ 1 اَ كٌ اطَ يِ سْ مُ هَ عَ مٌ مْ و َ ق ا َ مُ هَ رَ 1 اْ مَ لِ ارَ ي ل اِ لْ هَ 1 اْ $ نِ مِ $ انَ فْ بِ ص اَ ذَ كَ ا وَ ذَ كِ ةَ ر يِ سَ مْ $ نِ مُ ذَ " وجُ يَ ل اَ هَ ح يِ رَ $ نِ M اَ ا وَ هَ ح يِ رَ $ نْ ذِ " جَ يَ لاَ وَ ةَ نَ " جْ ل اَ $ نْ لُ جْ ذَ يَ لاِ ةَ لِ 1 ايَ مْ ل اِ تْ جُ " بْ ل اِ ةَ مِ نْ سَ 1 اَ كَ $ نُ هُ س وُ ءُ رٌ تَ لاِ 1 ي اَ مAda dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: 1. Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan, 2. Para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim no. 2128). Penjelasan: 1. Yang dimaksud dengan "kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk mencambuk manusia" adalah mereka para penguasa yang menghukum rakyatnya yang tidak bersalah, atau menghukum tanpa alasan (bi ghoiril haq). Dikatakan seperti ekor sapi, ibarat dari para penguasa yang mempunyai kekuasaan, sebab cambuk seperti ekor sapi itu sangat besar dan ditafsirkan sebagai kekuasaan. 2. "Berpakaian tapi telanjang" terdapat dua tafsir, pertama: perempuan itu berpakaian rapi, akan tetapi hatinya tidak ada iman dan tidak punya rasa malu. Kedua; Perempuan itu memakai pakaian, namun terlalu ketat sehingga terlihat lekuk-lekuk tubuhnya atau pakaian tipis yang memperlihatkan warna kulitnya.

description

1234567yuytrdcghjjuuytresddfffrewsdfr4456789

Transcript of 42. Jilbab Punuk Unta

4

Jilbab Punuk Unta

OlehSendal Jepitpada3 Februari 2014 pukul 9:49

Sudah Berjilbab Saja Masuk Neraka, Apalagi yang Enggan Memakai Jilbab ?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat:

1. Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan,

2. Para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring.

Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian. (HR. Muslim no. 2128).

Penjelasan:

1. Yang dimaksud dengan"kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang dipakai untuk mencambuk manusia"adalah mereka para penguasa yang menghukum rakyatnya yang tidak bersalah, atau menghukum tanpa alasan(bi ghoiril haq).Dikatakan seperti ekor sapi, ibarat dari para penguasa yang mempunyai kekuasaan, sebab cambuk seperti ekor sapi itu sangat besar dan ditafsirkan sebagai kekuasaan.

2. "Berpakaian tapi telanjang"terdapat dua tafsir,pertama: perempuan itu berpakaian rapi, akan tetapi hatinya tidak ada iman dan tidak punya rasa malu.Kedua;Perempuan itu memakai pakaian, namun terlalu ketat sehingga terlihat lekuk-lekuk tubuhnya atau pakaian tipis yang memperlihatkan warna kulitnya.

"Berjalan berlenggak-lenggok"adalah para wanita yang memamerkan hiasannya dan auratnya, berhias serta berwangi-wangian, serta berjalan di depan orang lain (laki-laki) yang bukan mahrom.

"Kepala mereka bagaikan punuk unta"adalah wanita yang membuat model rambutnya bergelung tinggi, sehingga dapat bergerak ke kanan dan ke kiri, atau wanita yang memakai sorban tinggi seperti laki-laki.(Lihat: Tafsir Ghorib ma fi ash-Shahihain al-Bukhari wa Muslim).

Mengenai Makna dari lafadz Kaasiyaat ada beberapa pendapat, yaitu:

1. Orang yang berpakaian dengan nikmat-nikmat Allah tapi telanjang dengan tidak mensyukurinya.

2. Orang yang menutupi sebagian anggota tubuhnya tetapi membuka sebagian yang lain dengan tujuan untuk menampakkannya.

3. Orang yang memakai pakaian tetapi masih menampakkan warna tubuhnya.

Makna dari lafadz Maailaat adalah wanita yang melenceng dari menaati Allah dan melenceng dari apa-apa yang diwajibkan baginya.

Makna dari lafadz Mumiilaat adalah wanita yang memberitahukan kepada selainnya tentang keburukan yang telah dilakukannya. Menurut pendapat yang lain maknanya adalah wanita yang berjalan melenggak-lenggok dan menggoyang-goyangkan pundaknya. Menurut pendapat yang lain maknanya adalah wanita yang menata rambutnya dengan penataan rambut yang miring, yang mana penataan tersebut adalah penataan rambut wanita pelacur.

Makna kalimat ru'usuhunna ka asnimatil buhti al mailah" adalah wanita yang memperbesar penataan rambutnya dengan cara menggulungnya dengan sorban atau yang lainnya.(Lihat: Syarh an-Nawawi ala Muslim).

Kerudung sanggul termasuk larangan yang ada pada hadits. Hal ini berdasarkan ibarat di bawah ini:

"(Maksudnya) memperbesar kepalanya dengan mengikatkan surban atau kain dan sejenisnya."

atau dalam ibarat lain mengatakan:

"Menaikkan rambut kepala dan meletakkan di atas kepalanya surban sehingga kerudungnya menjadi naik (menonjol).

Inti dari pada hadits tersebut, seorang wanita memamerkan perhiasannya dalam hal ini (rambut) di hadapan umum dan hal tersebut dapat mengundang fitnah. Meskipun rambut itu dikerudungi, namun karena ditonjolkan (diperlihatkan bentuknya), maka tetap masuk kategori larangan. Hal ini sama dengan menutup aurat dengan menggunakan pakaian ketat sehingga terlihat lekuk-lekuk tubuhnya.(Lihat : Syarh Riyadl Ash-Sholihin, bab Tahriimu Tasyabbuh Ar-rijaal bi an-Nisaa').

Dalam Fathul Bari, syaikh Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan:

" " : . " - - " . : ; . . : .

"Dalam riwayatnya Qatadah dari Sa'id menurut Imam Muslim "Rasulullah mencegah perbuatan Az-Zur dan dalam akhirnya perlu diingat yang dimaksud az-zuur menurut Qatadah adalah sesuatu yang digunakan para wanita untuk memperbanyak rambutnya, seperti kain. Hadits ini sebagi Hujjah bagi mayoritas ulama dalam hukum dilarangnya menyambung rambut dengan sesuatu baik berupa rambut atau tidak. Pendapat ini dikuatkan oleh hadits dari Jabir; "Rasulullah SAW melarang perempuan menyambung rambutnya dengan sesuatu". (HR. Muslim).

Sedangkan menurut Al-Laits yang dinuqil oleh Abu Ubaidah dari para ulama ahli fikih, sesungguhnya yang dilarang adalah menyambung rambut dengan rambut, sedangkan apa bila disambung dengan selain rambut, seperti kain dsb, maka tidak dilarang.

Abu Dawud meriwayatkan hadits shahih dari Sa'id bin Jabir, beliau berkata; "Tidak dilarang menyambung rambut dengan qaramil". Dan demikianlah Ahmad berkata. Yang dimaksud dengan Qaramil adalah rumput yang daunnya dan lentur. Yang dikehendaki adalah benang-benang sutra atau bulu yang disambungkan rambut kepala wanita.

Sebagian Ulama memperinci jika terlihat maka dilarang, dan jika tidak terlarang, maka tidak dilarang. Sebagian ulama ada yang memperbolehkan menyambung rambut, baik dengan rambut atau bukan, apabila dengan izin suami.

Dapat diambil kesimpulan dari tambahan hadits riwayat Qatadah, dilarang menyambung rambut dengan kain, sebagaimana jika ada wanita yang rontok rambutnya, kemudian diletakkan kain agar dikira rambut. Dan Imam Muslim telah meriwayatkan hadits setelah hadits Mu'awiyyah, yaitu hadits dari Abu hurairah:

Imam An-Nawawi barkata: Perempuan itu membesarkan dan menonjolkan rambutnya dgn membalut atau menyambungkan dengan surban atau kain, atau sejenisnya. Kemudian Imam An-nawawi berkata: Hadits ini melarang perbuatan itu."(Lihat : Fathul Bari).

Kesimpulan:

Kesimpulan ibarat di atas adalah, terjadi perbedaan pendapat tentang hukum menyambung rambut:

1. Jumhur Ulama: Dilarang secara mutlak baik dengan rambut atau dengan kain, dan sejenisnya.

2. Abu Laits (Al-laits): Dilarang hanya apa bila menyambung dengan rambut lain. Jika bukan rambut, maka boleh. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Dawud bahwa tidak dilarang menyambung rambut dengan Qaramil.

3. Sebagian Ulama; Boleh jika sambungan tersebut tidak terlihat, dan tidak boleh apa bila terlihat.

4. Sebagian ulama: Boleh menyambung rambut secara mutlak, baik memakai rambut atau tidak.

5. Syekh An-Nawawi: Haram secara mutlak baik dengan rambut atau dengan kain. dan itu yang dimaksud dengan "seperti punuk unta".

Sumber:

https://www.facebook.com/groups/piss.ktb/permalink/681843138505164/