41083062-Refer-At
-
Upload
rusmanshiddiq -
Category
Documents
-
view
24 -
download
5
Transcript of 41083062-Refer-At
![Page 1: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan
(sense of reaIity) terhadap gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi),
proses berpikir, psikomotorik dan kemauan. Gangguan jiwa yang serius, yang
timbul karena penyebab oranganik atau fungsional / emosional dan menunjukkan
gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat,
berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan.
Psikosa merupakan salah satu gangguan spektrum psikosa yang merupakan
gangguan yang kronis, disertai dengan memburuknya fungsi sosial dan kualitas
hidup. Sampai saat ini penyebab gangguan psikosa masih belum pasti, banyak
teori yang dikembangkan. Penyebab dan faktor resiko yang mungkin diantaranya
adalah faktor genetik, rasio pelebaran ventrikel otak, hipersensitivitas substansia
alba, volume thalamus yang lebih besar, hiperaktivitas dari striatum dopamine D2,
kepribadian premorbid paranoid atau schizoid, serta deficit sensorik, estrogen dan
human leucocyt antigen (HLA).1
Prevalensi penderita psikosa di Indonesia adalah 0,3-1 % dan biasanya timbul
pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun
sudah menderita psikosa. Dimana kurang lebih sekitar 99% pasien di RS Jiwa di
Indonesia adalah pasien psikosa. Prognosis untuk psikosa pada umumnya adalah
kurang baik. Sekitar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya
dapat kembali pada tingkat premorbid. Dan sekitar 25% tidak akan pernah pulih
dari perjalanan penyakitnya cenderung memburuk, sekitar 50% berada
diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan
berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. Angka mortalitas pada
pasien psikosa juga masih tinggi karena sering terjadi bunuh diri, gangguan fisik
ynag menyertai, masalah penglihatan dan gigi, tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus serta penyakit yang ditularkan melalui seksual.2
1
![Page 2: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/2.jpg)
Pada psikosa berbagai fungsi sosial dasar yang merupakan sarana
keberadaan dalam kehidupan sosial dan pekerjaannya menjadi terganggu dan
mengalami kemunduran, sehingga menimbulkan disabilitas yang cukup luas.
Umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar serta khas,
dan oleh afek yang tidak wajar (inappropriate atau tumpul atau blanded).
Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya normal walaupun
terdapat defisit kognitif tertentu dalam perkembangan kemudian. 3
Menurunnya fungsi sosial penderita schizofrenia seringkali membuat
masyarakat menjauhi dan mengasingkan penderita dari komunitas. Pada jaman
dahulu penderita dipasung atau di kunci dalam kamar untuk menghindari perilaku
yang membahayakan orang lain. Hal ini justru akan membuat penderita semakin
gaduh gelisah dan mengalami trauma psikologis berkepanjangan yang
berdampak semakin buruknya gejala schizofrenia.3
Keberhasilan terapi penderita skizofrenia sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan yang memahami keadaan penderita dan keteraturan dalam meminum
obat. Sehingga penulis tertarik untuk menggali lebih dalam tentang peran
keluarga dalam terapi penderita schizofrenia.
1.2Rumusan Masalah
- Bagaimana spektrum psikotik yang banyak terjadi pada masa dewasa
awal?
1.3Tujuan
- Mengetahui dan memahami spectrum psikosa yang banyak terjadi pada
masa dewasa.
BAB 2
2
![Page 3: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/3.jpg)
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Psikosa dan Psikotik
2.1.1 Psikosa
Psikosa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berikut: suatu gangguan
jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (‘sense of reality’) . Hal ini diketahui dengan
terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir,
psikomotorik dan kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan
kenyataan lagi. Penderita tidak dapat ‘dimengerti’ dan tidak dapat ‘dirasai’ lagi oleh orang
normal, karena itu seseorang awam pun dapat mengatakan bahwa orang itu ‘gila’, bila
psikosa itu sudah jelas. Penderita sendiri tidak memahami penyakitnya dan dia tidak
merasa bahwa dia sakit.
Keadaan ini dapat digambarkan dengan cara yang lain yaitu: psikosa ialah suatu
gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik ataupun emosional
(fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, mentafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai
dengan kenyataan, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan
hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hidup
perasaan yang tidak sesuai, berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta
waham dan halusinasi. Istilah psikosa dapat dipakai untuk keadaan seperti yang
disebutkan diatas dengan variasi yang luas mengenai berat dan lamanya.
Meninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar
pola psikotik, yaitu:
1. Perasaan sedih, bersalah, dan tidak mampu yang mendalam.
2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai
pembicaraan dan motorik yang berlebihan.
3. Regresi ke otisme (‘autism’)menerisme pembicaraan dan perilaku , isi pikiran yang
berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.
4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan , kecenderungan membela diri
atau rasa kebesaran.
5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.
2.1.2 Psikotik
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
3
![Page 4: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/4.jpg)
kacau/aneh. Dapat pula diartikan sebagai semua kondisi yang memberi indikasi
terdapatnya hendaya berat dalam kemampuan daya nilai realitas. Contohnya:
- salah menilai persepsi dan pikirannya
- salah dalam menyimpulkan dunia luar
sehingga berakibat munculnya halusinasi, waham dan perilaku yang kacau.
Literatur lain mendefinisikan psikotik sebagai gangguan berat dalam fungsi sosial
dan peribadi yang ditandai oleh penarikan sosial dan ketidakmampuan untuk melakukan
peranan rumahtangga dan pekerjaan yang biasanya.
2.2. Penilaian secara subyektif/obyektif terhadap Psikosa dan Psikotik
2.2.1 Penilaian secara subyektif/obyektif terhadap Psikosa
Gambaran utama pada pasien psikosa:
a) Halusinasi visual maupun auditori (paling sering ditemukan).
b) Delusi primer atau sekunder.
c) Gangguan pikiran berupa bicara terlalu cepat, pikiran melayang, benturan
kata-kata, permainan kata-kata.
d) Daya tilikan terganggu ~daya nilai realitas diri terganggu.
PSIKOSA
Perilaku umum Dekompensasi keperibadian berat,kontak dengan
kenyataan terganggu,tidak memiliki fungsi sosial
Gejala umum Gejala bervariasi luas, waham(+), halusinasi (+)
Orientasi Terganggu
Insight Pasien tidak memahami bahwa dirinya terganggu
Efek sosial Sering membahayakan orang lain
Perawatan Sering butuh MRS
2.2.2 Penilaian secara subyektif/obyektif terhadap Psikotik
Gambaran utama perilaku yang diperlihatkan oleh pasien:
a) Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya.
b) Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal.
c) Kebingungan atau disorientasi
d) Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,
bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.
4
![Page 5: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/5.jpg)
2.3 Etiologi Psikotik
Sebagian gangguan psikotik timbul tanpa stress, sedangkan sebagian lagi
disebabkan oleh stres. Stres akut yang terjadi dikaitkan dengan suatu kejadian atau lebih
yang dianggap menekan dalam situasi dan lingkungan budaya yang sama.
Kesulitan yang berkepanjangan tidak dimasukkan sebagai sumber stress, tidak
ada penyebab organik seperti trauma kapitis, delirium, demensia, serta intoksikasi obat
atau alkohol.
2.4 Spektrum Psikotik
Definisi spectrum adalah kisaran aktifitas yang dapat diukur atau kisaran
gambaran suatu penyakit yang komplit.3 Pengertian psikotik telah dijelaskan pada subbab
2.3.2 yang secara umum dapat dikatakan bahwa gangguan psikotik merupakan kelompok
penyakit yang mempengaruhi pikiran. Dikatakan sebagai kelompok penyakit, karena
gangguan psikotik ini tediri dari beberapa tipe. Berdasarkan referensi buku The Spectrum
of Psychotic Disorder, adapun spectrum dari gangguan psikotik adalah schizophrenia,
delusional disorders, schizoaffective disorder, schizophreniform disorder, dan brief
psychotic disorder. Psikosis yang disebabkan oleh kondisi medis seperti Dementia of the
Alzheimer's Type (DAT) atau traumatic brain injury (TBI), dan juga disebabkan bahan
psikoaktif tertentu.4
2.4.1 Schizophrenia (Skizofrenia)
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronik yang memiliki karakteristik gejala
positif seperti waham dan halusinasi, juga gejala negatif seperti afek tumpul dan apatis.
Penyakit ini juga sering berhubungan dengan ganggguan kognitif dan depresi. Penyakit
ini biasanya mulai muncul pada usia dewasa muda dan ditandai dengan terjadinya relaps
dengan periode remisi sempurna atau parsial. Pada kebanyakan kasus, penyakit ini
menyebabkan disabilitas, mengenai seluruh aspek dalam kehidupan dan membutuhkan
terapi anti psikotik jangka panjang. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang
menghancurkan dan dapat menimbulkan disabilitas.5
2.4.1.1 Definisi Skizofrenia
Beberapa pengertian skizofrenia :6
1. Skizofrenia adalah gabungan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitias
(Reality Testing Ability/RAT) dengan baik dan pemahaman diri (self inside )yang
buruk.
5
![Page 6: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/6.jpg)
2. Skizofrenia merupakan suatu prikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu
kala. Meskipun demikian pengetahuan kita sebab musabab dan patogenesanya
sangat kurang.
3. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area
fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan
menginterpretasikan relitas, merasakan dan menunjukan emosi, dan perilaku dengan
sikap yang dapat diterima secara social.
4. Skizofrenia adalah sekelompok gabungan psikotes dengan gangguan dasar pada
kepribadian, distorsi khas pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya
sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirnya, waham yang kadang-kadang
aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau
sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas
intelektual biayanya tidak tergantung.
5. Skizofernia adalah penyakit otak yang menetap dan serius yang menimbulkan
perilaku psikotik, berpikir konkret, edan kesulitan pada proses pengolahan informasi,
interpretasi hubungan dan pemecahan masalah.
6. Skizofrenia menurut Eugen Bleuler adalah suatu keadaan yang menandakan adanya
perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilakkku pada pasien yang
terkena.4
Dari pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa
seseorang yang menandakan adanya perpecahan pikiran, emosi dan perilaku yang
menimbulka perilaku psikotik, berfkir konkret, kesulitan berkomunikasi, pemecahan
masalah dan tidak mampu menilai realitas.6
2.4.1.2 Etiologi
Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon
neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :
a. Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada
dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar
identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot peluangnya sebesar 15%. Seorang anak
6
![Page 7: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/7.jpg)
yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya
skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.6
Estimasi heritabilitas skizofrenia cenderung bervariasi karena sulitnya
memisahkan efek genetika dan lingkungan meskipun studi kembar dan adopsi penelitian
menunjukkan tingkat tinggi heritabilitas. Diduga bahwa skizofrenia adalah suatu kondisi
yang kompleks warisan, dengan berbagai besar atau kecil gen meningkatkan risiko.
Beberapa berpendapat bahwa faktor-faktor risiko untuk beberapa genetik dan faktor-
faktor risiko lain perlu ada sebelum seseorang menjadi terpengaruh tetapi hal ini masih
belum pasti. Gen untuk skizofrenia dan gangguan bipolar sebagaimana ditemukan dalam
genom baru-baru ini studi asosiasi lebar sebagian besar terpisah tetapi beberapa
melakukan tumpang tindih antara kedua kelainan. Metaanalisa dari hubungan genetik
studi telah menghasilkan bukti yang konsisten dari daerah kromosom meningkatkan
kerentanan, yang berinteraksi langsung dengan Skizofrenia dalam 1 (DISC1) gen protein,
baru-baru ini protein 804A telah terlibat serta daerah HLA 6 kromosom. Skizofrenia juga
telah dikaitkan dengan penghapusan atau duplikasi jumlah kecil sekuens DNA (dikenal
sebagai nomor salinan varian) yang tidak proporsional yang terjadi di dalam gen yang
terlibat dalam sinyal saraf dan perkembangan otak.6
b. Faktor neurologis
Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak
pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan
volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal
khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.6
c. Studi Neurotransmiter
Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmiter
dopamine yang berlebihan.6
d. Teori Virus
Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi factor
predispossisi skizofrenia.6
e. Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara
lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak
berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.6
f. Faktor prenatal
Faktor kausal diperkirakan awalnya datang bersama-sama pada awal
neurodevelopment untuk meningkatkan risiko kemudian berkembang skizofrenia. Saat ini
7
![Page 8: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/8.jpg)
sudah ada bukti bahwa jika sebelum lahir janin terkena infeksi maka dapat meningkatkan
risiko untuk mengembangkan skizofrenia kemudian di kehidupan, memberikan bukti
tambahan untuk hubungan antara perkembangan dalam rahim patologi dan resiko
mengembangkan kondisi.7
Faktor Presipitasi
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:6
a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.
Gejala-gejala pencetus respon biologis : 6
a. Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian,
kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan
hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.
b. Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan
kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,
kesukaran berhubungan dengan oran lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasidan
ketidakmampian mendapatkan pekerjaan.
c. Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan
kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala
tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku
kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan
gejala.6
2.4.2 Epidemiologi
Prevalensi terjadinya skizofrenia adalah 0,4 – 1,4 % dan biasanya dimulai pada
usia dewasa atau dewasa muda. Kurang dari 20 % pasien yang dapat mengalami
recovery sempurna setelah episode pertama.1 Angka kejadian di seluruh dunia
diperkirakan 0,2-0,8 % setahun.8
2.4.3 Gambaran Klinis
Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan
seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.
Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang
menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita
8
![Page 9: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/9.jpg)
tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan
perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa
senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.7
Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:
1. Gejala-gejala Positif
Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini
disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh
orang lain.
2. Gejala-gejala Negatif
Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan
dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak
mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku,
kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-
kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).6
2.4.2 Schizoaffective disorder
Individu dengan gejala schizophrenia dan gangguan mood. Indiviu didiagnosa
sebagai schizoaffective jika salah satu memiliki enam gejala berikut: 9
1. Pasien dengan schizophrenia dengan gangguan mood.
2. Pasien dengan gangguan mood yang memiliki gejala schizophrenia.
3. Pasien dengan gangguan mood dan schizophrenia.
4. Pasien dengan psikosis yang tidak berhubungan dengan schizophrenia
maupun gangguan mood.
5. Pasien yang memiliki gangguan secara berkelanjutan antara schizophrenia
dan gangguan mood.
6. Pasien dengan beberapa kombinasi dari gejala diatas.
Epidemiologi: 9
Prevalensi dari schizoaffective kurang dari 1 % atau sekitar 0,5%—0,8%. Lebih sering
terjadi pada usia tua dibandingkan usia muda. Angka kejadian pada wanita lebih sering
dibandingkan pria.
2.4.3 Gangguan Mood dengan Gambaran Psikotik
Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan
psikologis. Sedangkan gangguan mood adalah gangguan terhadap kondisi perasaan
tersebut. Orang dengan gangguan mood akan mengalami perubahan suasana hati
(perasaan) dengan sangat cepat, mereka bisa cepat merasa gembira tapi juga bisa cepat
menjadi sedih kemudian kecewa kemudian gembira lagi. Hal ini sangat mengganggu
9
![Page 10: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/10.jpg)
kemampuan mereka dalam memenuhi tanggung jawabnya secara normal
Jika tidak ditangani dengan cepat, maka mereka dapat menderita gangguan depresi. 16
2.4.3.1 Diagnostik Formal Gangguan Mood Menurut DSM IV-TR
Diagnosis Depresi (Depresi Mayor/ Unipolar)
- Minimal 2 minggu kehilangan minat dan kesenangan dan mood
depresif.
- Minimal muncul 4 diantara simptom additional berikut ini, yaitu: gangguan
tidur dan nafsu makan, hilang energi, worthlessness, suicidal thought, dan
sulit konsentrasi.
- Subclinical depression: individu yang simtomnya kurang dari 5, memiliki
kesulitan dalam fungsi psikologisi.
- Depresi 2-3x lebih sering pada wanita daripada pria; lebih sering terjadi
pada golongan ekonomi bawah; dewasa muda.
- Depresi cenderung muncul berulang pada 80 % penderita mengalami
episode lain. 17
Diagnosis Gangguan Bipolar
- Gangguan Bipolar I: episode mania/ campuran, terdapat simtom
mania dan depresi. Episode mania disini minimal muncul 3 simtom
additional (4 simptom jika mood hanya irrirable).
- Gangguan bipolar lebih jarang muncul daripada depresi mayor
- Rata-rata onset: umur 20an, seimbang antara pria dan wanita
Heterogenitas Kategori DSM-IV
- Banyak penderita dengan gejala heterogen, tapi dikelompokkan pada
diagnosis yang sama.
- Munculnya delusi dapat membedakan penderita depresi unipolar à tidak
reaktif terhadap terapi obat-obatan biasa, kecuali dikombinasikan dengan
terapi psikotik.
- Sejumlah pasien depresi mengalami fitur melankolis (tidak bahagia/
senang meski terjadi peristiwa menggembirakan, bangun tidur 2 jam lebih
cepat, cemas berlebihan) à reaktif terhadap terapi biologis.
- Episode manik dan depresif mungkin ditandai fitur katatonik (gangguan
motorik, aktifitas tidak bertujuan).
- Gangguan bipolar dan unipolar mungkin sifatnya musiman bila pasien
secara teratur mengalaminya. 17
10
![Page 11: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/11.jpg)
2.4.3.2 Gangguan waham
Gangguan waham menggambarkan salah satu gejala psikosis yang sering
mengikuti gangguan mood pada dewasa awal. Kelompok gangguan ini ditandai secara
khas oleh berkembangnya waham yang umumnya menetap dan kadang bertahan
seumur hidup waham beraneka ragam isinya, sering berupa waham kejaran, hipokondrik,
kebesaran kecemburuan, curiga, atau adanya keyakinan bentuk tubuhnya abnormal/ada
yang salah. Awitan (onset) biasanya muncul pada usia pertengahan, tetapi kadang-
kadang pada kasus yang berkaitan dengan keyakinan tentang bentuk tubuh yang salah,
dijumpai pada usia dewasamuda/remaja akhir. Waham tersebut harus sudah ada
sedikitnya 3 bulan lamanya dan harus bersifat pribadi (personal), bukan subkultural. 17
2.4.4 Schizotypal disorder
Gangguan kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan serius dimana
individu hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan orang-orang sekitarnya. Individu
tersebut cenderung menutup diri untuk berinteraksi dengan orang lain, kecemasan luar
biasa yang muncul ketika berhadapan dengan situasi sosial. Individu dengan gangguan
kepribadian skizotipal hampir selalu bermasalah dengan orang lain dan bersikap tidak
ramah kepada siapapun. Kebanyakan dari individu dengan gangguan kepribadian ini
hidup dalam kesendirian, hal ini disebabkan lingkungan sekitar yang mengisolasinya.
Akibatnya, penyimpangan persepsi mengenai bentuk hubungan interpersonal akan terus
berkembang dalam diri individu itu. Selanjutnya, ia akan menunjukkan perilaku yang
aneh, respon yang tidak tepat dalam bersosialisasi dan sifat-sifat yang tidak lazim. 10
2.4.4.3 Epidemiologi
Scizotypal lebih sering terjadi pada pria dengan angka kejadian 3% dari populasi
umum. Kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal memasuki masa
dewasa dan terus berkembang sepanjang masa hidupnya. 11
2.4.4.2 Gejala dan tanda
Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu berbicara tidak
teratur dan memandang sekelilingnya secara ekstrim. Mereka mempercayai bahwa
mereka mempunyai kekuatan supranatural, indera ke enam atau kekuatan magis lainnya
yang dapat mempengaruh pikiran, perilaku dan emosi orang lain.
Kemunculan kepribadian skizotipal di masa dewasa dapat diakibatkan masa-masa
sebelumnya (anak-anak) dimana individu hidup dalam kesendirian tanpa orangtua atau
anggota keluarga yang mendampingi, kehidupan sosial yang penuh kecemasan juga
dapat menimbulkan gangguan ini. Beberapa simtom gangguan kepribadian skizotipal:
11
![Page 12: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/12.jpg)
- Pemahaman yang tidak tepat terhadap kejadian-kejadian dimana individu
beranggapan bahwa kejadian tersebut mempunyai makna tersendiri bagi dirinya atau
orang lain.
- Mempunyai pikiran, kepercayaan dan perilaku yang aneh, eksentrik dan bertentangan
dengan norma-norma yang ada.
- Mempercayai bahwa dirinya mempunyai kekuatan spesial seperti telepati, indra
keenam, dan sebagainya yan berhubungan dengan paranormal
- Pengalaman imajinasi seperti adanya ilusi terhadap tubuhnya
- Kesulitan dalam mengikuti pembicaraan atau berbicara aneh-aneh
- Adanya kecemasan dalam situasi sosial dan pikiran-pikiran paranoid, serta penilaian
negatif terhadap dirinya sendiri
- Minim respon emosi dan perasaan-perasaan (afektif) dalam dirinya
- Sedikit mempunyai teman akrab. 10
2.4.4.3 Faktor Penyebab
Gangguan kepribadian skizotipal disebabkan perilaku dan pengalaman yang tidak
tepat pada masa kanak-kanak, sebagian besar dari gangguan tersebut disebabkan oleh
kesulitan dalam beradaptasi dan pengalaman terhadap penanganan distres. 10
2.4.5 Gangguan Mental Organik dengan Gejala Psikotik
Diagnosa di bawah kategori diagnostik gangguan mental organik menjadi tiga
kategori: delirium, demensia, amnestic dan lain-lain gangguan kognitif; gangguan mental
akibat kondisi medis umum dan gangguan yang berhubungan dengan substansi.
Perubahan ini dibuat karena kata deskriptif organik memberi kesan palsu bahwa kondisi
yang tidak organik tidak memiliki penjelasan biologis. Contoh gangguan mental akibat
kondisi medis umum adalah depresi besar disebabkan oleh hipotiroidisme. Contoh yang
terkait dengan substansi disorder adalah psikosis sekunder untuk penyalahgunaan
narkoba.
Risiko: Laki-laki lebih beresiko untuk delirium. Anak-anak lebih rentan, dan juga orang
tua.
Insiden dan Prevalensi: Delirium memiliki prevalensi sebesar 0,4% pada mereka yang
berusia 18 dan di atas; pada usia 55 dan lebih tua, prevalensi meningkat menjadi 1,1%
(DSM-IV-TR 138). 12
2.4.6 Gangguan psychotic berkaitan dengan ketergantungan zat
Kondisi ini terjadi karena adanya kondisi putus zat, seperti alcohol, cocain, dll
yang dapat menyebabkan halusinasi, delusi, atau bicara ngelantur. 13
Gejala dan Tanda:
12
![Page 13: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/13.jpg)
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III
(PPDGJ III) 1993, Gangguan yang berhubungan dengan zat termasuk gangguan :
Ketergantungan, Penyalahgunaan, Intoksikasi, dan keadaan putus zat. 13
2.5 Dewasa
2.5.1 Masa Dewasa
Masa dewasa yaitu suatu periode kehidupan dimana seseorang dianggap telah
berkembang dan matang secara utuh dan suatu waktu dimana kemungkinan untuk
pemenuhan personal berada pada puncaknya. Masa ini adalah bagian terpanjang dari
siklus kehidupan dan biasanya dibagi menjadi tiga periode utama, yaitu: masa dewasa
muda atau awal (mulai usia 20 sampai 40 tahun), masa dewasa pertengahan (dari usia
40 sampai 65 tahun), dan masa dewasa akhir atau usia lanjut. Onset masa dewasa
bervariasi dari orang ke orang. Saat ini merupakan waktu terjadinya perubahan yang
besar, kadangkala dramatik, kadang tidak kentara, tetapi selalu kontinu. Pada referat ini
hanya akan membahas lebih banyak mengenai masa dewasa awal. 14
2.5.2 Masa Dewasa Awal
Biasanya dianggap dimulai pada akhir masa remaja (kira-kira usia 20 tahun) dan
berakhir pada usia 40 tahun. Masa dewasa awal ditandai oleh memuncaknya
perkembangan biologis, penerimaan peran sosial yang besar, dan evolusi suatu diri dan
struktur hidup dewasa. Perjalanan yang berhasil menuju masa dewasa tergantung pada
pemecahan yang memuaskan dari krisis masa anak-anak dan masa remaja. 14
Selama masa remaja akhir, orang yang muda meninggalkan rumah dan mulai
berfungsi secara mandiri. Hubungan dengan jenis kelamin yang berlawanan menjadi
serius. Periode transisional memasuki masa dewasa awal melibatkan berbagai peristiwa
yang penting, misalnya lulus sekolah, mulai bekerja, memasuki perguruan tinggi dan
meninggalkan rumah. Orang-orang yang berusia sekitar 20-an menggunakan sebagian
besar waktunya untuk menyelidiki pilihan-pilihan mengenai pekerjaan, perkawinan, atau
hubungan alternatif dan mengambil komitmen dalam berbagai bidang. Tetapi, pilihan-
pilihan yang dibuat diakhir usia belasan tahun dan awal usia 20-an bersifat sementara;
dewasa muda mungkin melakukan beberapa awal yang salah sebelum mencapai
komitmen yang abadi. 14
2.5.3 Tugas-Tugas Perkembangan
Selama fase awal masa dewasa, pilihan untuk pekerjaan dan perkawinan (atau
hubungan intim lainnya diselidiki). Untuk sebagian besar orang dewasa muda, memilih
seorang teman dan memulai suatu keluarga adalah hal yang paling penting. 14
13
![Page 14: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/14.jpg)
Orang yang dalam usia 30 tahunan juga semakin memperhatikan pencapaian
kekuasaan yang besar, kemandirian, dan kecukupan diri sendiri. Tujuan utama dari masa
dewasa awal adalah untuk menjadi lebih swatantra dan kurang tergantung pada orang
dan institusi di dalam kehidupan seseorang. 14
2.5.4 Pekerjaan
Kelompok sosioekonomi, jenis kelamin, dan ras mempengaruhi pencarian dan
perkembangan pilihan pekerjaan tertentu. Adaptasi yang sehat pada pekerjaan
memungkinkan penyaluran kreativitas, hubungan dengan rekan sekerja yang
memuaskan, kebanggaan dalam pencapaian, dan peningkatan harga diri. Sebaliknya,
maladaptasi dapat menyebabkan kekecewaan pada seseorang dan pekerjaan, perasaan
tidak kokoh, penurunan harga diri, kemarahan, dan kebencian pada pekerjaan. Gejala
kekecewaan kerja adalah perpindahan kerja yang sangat sering, absen, kesalahan-
kesalahan dalam pekerjaan, kerentanan terhadap kecelakaan, dan bahkan sabotase. 14
2.5.5 Perkawinan
Sebagian besar orang Amerika menikah dalam pertengahan usia 20 tahunan,
tetapi angka perkawinan menurun dan terjadi peningkatan jumlah perkawinan yang
berakhir dengan perceraian. Dalam tahun 1990-an hampir duapertiga dari semua orang
yang berusia 20-an menikah, dan hampir tigaperempat dari semua orang yang berusia
30-an menikah. 14
Orang yang mencapai masa dewasa dalam kebingungan peran yang kontinu tidak
mampu menegakkan keintiman psikologis yang diperlukan untuk terjadinya perkawinan
dan untuk berhasilnya perkawinan. Menurut Freud, berada di dalam cinta adalah
irrasional dimana terdapat gangguan tes realitas mengenai orang yang dicintai. Dua
orang yang berada dalam cinta merencanakan seluruh dunia dan tidak dapat dimasuki
oleh pengaruh-pengaruh kelompok. 14
Sebagian besar penelitian setuju bahwa kebagiaan di dalam perkawinan berarti
kebahagiaan di dalam hubungan yang umum. Tetapi pernikahan yang tidak bahagia
cenderung untuk menjadi sumber stress eksternal. 14
Walaupun perkawinan cenderung diartikan sebagai ikatan yang permanen,
perkawinan yang tidak berhasil dapat berakhir seperti memang terjadi di sebagian besar
masyarakat. Namun demikian banyak juga perkawinan yang terganggu walaupun tidak
berakhir dengan perpisahan atau perceraian. 14
Dengan mengingat masalah perkawinan, klinisi bukan hanya perlu
mempertimbangkan orang yang terlibat saja tetapi juga dengan unit perkawinan itu
sendiri. Bagaimana suatu perkawinan berlangsung tergantung pada pasangan yang
14
![Page 15: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/15.jpg)
dipilih, organisasi atau disorganisasi kepribadian dari masing-masing pasangan, interaksi
antar pasangan, dan alasan awal untuk perkawinan. Orang menikah untuk berbagai
alasan, seperti emosional, sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Seseorang
mungkin mencari pasangan untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan orangtua yang baik
yang tidak terpenuhi selama masa anak-anak. Orang lain melihat pasangan sebagai
seseorang yang harus diselamatkan dari suatu kehidupan yang tidak berbahagia.
Harapan-harapan yang irasional di anatara pasangan meningkatkan resiko masalah
perkawinan. 14
2.5.6 Kedudukan Sebagai Orang Tua
Pada usia 30, sebagian besar orang membentuk keluarga dan harus berhadapan
dengan berbagai masalah orangtua-anak. Disamping beban ekonomi dalam
membesarkan anak terdapat pula beban emosional. Anak juga dapat menimbulkan
kembali konflik pada orangtua yang mereka miliki sendiri selama masa anak-anak, atau
anak mungkin menjadi penyakit kronis yang membebani sarana emosional keluarga.
Pada umumnya pria lebih mempermasalahkan pekerjaan dan pencapaian kedudukan
mereka daripada mengasuh anak. Sebaliknya, wanita lebih mempermasalahkan peran
mereka sebagai ibu; akan tetapi perhatian tersebut telah berubah secara dramatis karena
lebih banyak wanita yang memasuki pasaran tenaga kerja. 14
Pengasuhan orangtua pada usia 20-an dan 30-an telah digambarkan sebagai
proses membiarkan pergi (letting go) yang berkelaunjutan. Anak harus dibiarkan berpisah
dari orangtuanya dan dalam beberapa kasus didorong untuk melakukan hal tersebut. Jika
orangtua berada dalam usia 20-an, membiarkan pergi dapat berupa perpisahan dengan
anak yang mulai masuk ke sekolah. Fobia sekolah dan sindroma penolakan sekolah yang
disertai dengan kecemasan perpisahan yang berat harus diatasi pada saat itu. Beberapa
orangtua menginginkan anak-anaknya tetap terikat erat pada mereka secara emosional.
Terapi keluarga dimana dinamika tersebut digali mungkin diperlukan untuk memecahkan
masalah. 14
2.6 Terapi Psikotik
Bila timbul suatu penyakit pada manusia, maka yang terganggu bukan hanya
jiwanya atau badannya saja, akan tetapi seluruh manusia itulah yang menderita dan
memerlukan pertolongan. Sebab itu pengobatan dalam ilmu kedokteran pada umumnya
dapat dibagi menjadi: (1) Somatoterapi, (2) Psikoterapi, (3) Manipulasi lingkungan (4)
Spiritual. 15
2.6.1 Somato terapi
15
![Page 16: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/16.jpg)
Somato terapi adalah terapi dengan obat. Obat yang digunakan disebut
psikotropika yaitu Obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental
penderita karena kerjanya pada otak (SSP). Obat psikotropika dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu : (1) Tranquilizer (2) Anti psikosis (3) Anti depresant (4) Psikomimetika.
Dalam referat kali ini yang akan dibahas adalah obat anti psikosis. 15
2.6.1.1 Obat anti psikosis
Obat anti psikosis disebut juga neuroleptik. Yang termasuk dalam golongan anti
psikosis adalah : 15
Phonethiazine:
R. Aliphatic: Chlor Promazine (Largatil), Levomepromazine (Nozinan).
R. Piperazine: Perphenazine (Trilafon), Trifouperazine (Stelazine), Fluphenazine
(Anatensol)
R. Piperidine: Thioridazine (Malleril), Butyrophenone (Haloperidol (Haldol,
Serenace)), Diphenyl-Buty-piperlidine (Pimozide (Orap)), Benzamide (Sulpiride
(Dogmatil)), Dibenzodiazepine (Clozapine (leponex, Clozaril)), Benzisoxasole
(resperidone (Resperdal)).
Neuroleptika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 15
- Dosis efektif tinggi : dengan dosis/takaran tinggi baru bisa mencapai efek
terapeutik (contoh: Chorpromazine, Thioridazine).
- Dosis efektif rendah ; dengan dosis/takaran rendah baru bisa mencapai efek
terapeutik (contoh: Trifouperazine, Haloperidol).
Gejala sasaran (target syndrome) : syndrome psikosis : 15
- D.E.T. : Gejala Psikomotor
- D.E.R. : Gejala Psikotik lain
Bila terjadi shok karena neuroleptika, maka diberi infus, bila tidak menolong atau
shok semakin berat, berikan nor-adrenalin. Adrenalin tidak boleh diberikan karena
tekanan darahnya akan semakin turun.
2.6.1.2 Indikasi penggunaan neuroleptik
Indikasi penggunaan neuroleptik adalah : 15
1. Psikosa yang berhubungan dengan sindroma otak organik yang akut maupun
menahun
2. Psikosa fungsional, misalkan : schizofrenia, psikosa manik depresif jenis
mania, parafrenia involusi dan psikosa reaktif (kecuali psikosa depresi relatif)
3. Gangguan non psikiatrik : misalkan hiperemesis, alergi, dan untuk potensiasi
analgetikum. (Maramis)
16
![Page 17: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/17.jpg)
2.6.1.3 Efek Neuroleptika
Sindroma psikosis terjadi akibat meningkatnya aktivitas dopamin pada otak.
Neuroleptik bekerja dengan memblokade Dopamine pada pasca sinaptik neuron di otak
terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dop. D2 receptor antagonist)
sehingga gejala psikosis dapat berkurang. 15
Efek Primer neuroleptik dapat memperbaiki sindroma psikosisnya (target
Syndrome). Selain itu efek sekundernya dapat mengatasi gejala yang menyertainya
contoh : psikosis dengan gaduh-gelisah dan sulit tidur diterapi dengan
Chlorpromazine :efek sekundernya sedative sehingga pasien dapat tidur, sedangkan
efek primernya dapat memperbaiki gejala psikosis utamanya. 15
Akan tetapi neuroleptik juga mempunyai efek samping yang merugikan, yaitu: 15
Sedasi dan inhibisi psikomotor
Gangguan otonomik : hipotensi, mulut kering, dsb.
Gangguan ektrapiramidal : Sind. Parkinson, Akatisa
Gangguan endokrin : Amenorhea, Gynaecomastia
Metabolik : Jaundice
Hematologik : Agranulocytosis
Tardivedyskinesia : gerakan berulang involunter pada wajah, lidah mulut,
anggota gerak, waktu tidur (-). efek samping pemakaian jangka panjang
irreversibel.
Bila terjadi tardivedyskinesia,segera hentikan neuroleptik, berikan reserpin 2,5
mg/hari, kemudian ganti neuroleptiknya dengan clozapin 50-100mg/hari. Berikut ini
adalah tabel yang membandingkan beberapa obat neuroleptik. 15
Nama Obat Mg Eq Dosis (mg /
hari)
Sedasi Otonomik Ekstrapiramidal
Chlorpomazine 100 100 – 1600 +++ +++ ++
Thioridazine 100 100 – 900 +++ +++ +
Perphenazine 8 8 – 48 + + +++
Trifluoperazine 5 5 – 60 + + +++
Fuphenazine 5 5 – 60 ++ + +++
Haloperidol 2 2 – 100 + + ++++
Pimozide 2 2 – 6 + + ++
Clozapine 25 25 – 75 ++++ + -
17
![Page 18: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/18.jpg)
Levompromazine 25 50 – 300 ++++ ++ -
Sulpiride 200 200 – 1600 + + +
Respirodone 2 2 – 9 + + +
2.6.2 Psikoterapi
Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang
pasien, yang dilakukan oleh seorang yang terlatih, dalam hubungan profesional secara
sukarela dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-
gejala yang ada, mengoresiksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan
pertumbuhan kepribadian secara positif. 15
2.6.2.1 Macam Psikoterapi
Berdasarkan Prosesnya : 15
– Psikoterapi suportif
– Psikoterapi genetik-dinamik (wawasan)
Berdasarkan waktu/lama terapi :
– Psikoterapi singkat
– Psikoterapi jangka panjang
Berdasarkan jumlah pasien :
– Psikoterapi individual
– Psikoterapi kelompok
2.6.2.2 Psikoterapi Suportif
Tujuan : 15
1. Menguatkan daya tahan mental
2. mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik
3. mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat menyesuaikan diri)
Cara-cara : 15
1. Ventilasi/katarsis : membiarkan px mengeluarkan isi hati
2. Persuasi : Penerangan yang masuk akal tentang tibulnya gejala serta baik
buruknya atau fungsi gejala tersebut
3. Sugesti : Menanamkan pikiran atau membangkitkan kepercayaan pada pasien
bahwa gejala – gejala akan hilang
4. Penjamin kembali (reassurance) : Dilakukan melalui komentar halus bahwa
pasien mampu berfungsi secara adequat
5. Bimbingan dan penyuluhan : Memberi nasihat yang praktis dan khusus yang
berhubungan dengan kesehatan jiwa pasien
18
![Page 19: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/19.jpg)
6. Terapi kerja : Memberi kesibukan pada pasien
7. Hipnoterapi dan narkoterapi
a. Hipno terapi à dilakukan analisa konflik dan sintesa, sugesti
b. Narkoterapi àsecara bintravena disuntikkan hipnotikum efek pendek,
kmdn pasien diwawancara, konflik dianalisa lalu disintesa
8. Psikoterapi kelompok
9. Terapi perilaku : Dapat dilakukan berkelompok maupun individu. Indikasinya :
gangguan fobik, perilaku kompulsif, disfungsi seksual. Tidak berguna pada :
skizofrenia akut, depresi hebat, dan mania
2.6.3 Psikoterapi wawasan (Genetik-dinamik)
Dibagi menjai dua metode: 15
a. Reedukatif
b. Rekonstruktif
a. Psikoterapi reedukatif
– Untuk mencapai pengertian konflik dialam sadar
– Usaha untuk menyesuaikan diri kembali
– Memodifikasi tujuan
– Membangkitkan/mengembangkan potensi yang ada
Cara-cara:
1. Terapi sikap (Attitude therapy)
2. Terapi wawancara (interview therapy)
3. Konseling terapeutik dll.
b. Psikoterapi rekonstruktif
• Untuk mencapai konflik di alam tak sadar
• Mendapatkan perubahan yang luas dari struktur kepribadian
• Perluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan
potensi penyesuaian diri yang baru
Cara-cara :
1. Psikoanalisa freud
2. Psikoanalisa Non-freudian
3. psikoterapi yang berorientasi pada psikoanalaisa
19
![Page 20: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/20.jpg)
BAB 3
PEMBAHASAN
Ketika seorang manusia mengalami tahap perkembangan yang lebih tinggi, maka
masuk pada psikologi perkembangan. Yaitu suatu tahap yang berhubungan dengan
perkembangan manusia mulai dari kehidupan bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan
akhirnya kematian. Selama tahap perkembangan, kehidupan manusia diliputi oleh aspek-
aspek fisik, kognisi, personality dan sosial.
Dewasa awal merupakan satu tahap setelah masa remaja. Pada masa ini,
seorang manusia memutuskan untuk bekerja atau menjalin hubungan hingga ke jenjang
pernikahan. Karena itu, pada tahap dewasa awal, seseorang perlu membuat pilihan yang
tepat demi menjamin masa depannya.
Pada periode dewasa awal inilah individu akan dihadapi dengan dilema antara
kerja dan keluarga, tanggung tanggung jawab yang dipikul pun akan lebih berat. Selain
itu, selama masa remaja akhir, individu muda mulai meninggalkan rumah dan belajar
untuk berfungsi secara mandiri. Periode transisional memasuki masa dewasa awal
melibatkan berbagai peristiwa penting, Kehidupan psikososialnya pun makin kompleks
dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka juga akan memasuki
kehidupan pernikahan.
Berdasarakan Iyus Yosep adapun masalah masalah penting pada masa dewasa
muda adalah : 16
- Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan
Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasar bakat dan minat sendiri, pemilihan yang
semata-mata dipaksa/ disuruh / kompensasi atau karena “kesempatan dan
kemudahan” sering mempermudah gangguan penyesuaian dalam pekerjaan.
Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul bermacam keluhan jasmani
(sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan terlihat
ketegangan-ketegangan dalam keluarga karena jadi pemarah dan mudah
tersinggung.
- Hubungan dengan lawan jenis
Masa ini dimulai dari masa pacaran, menikah dan menjadi orang tua beberapa
faktor yang mungkin menyulitkan suatu perkawinan :
Perasaan takut dan bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan
Perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua ketidak sanggupan
mempunyaai anak
20
![Page 21: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/21.jpg)
Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada penyesuaian baru
dalam tingkah laku / berpikir)
Masalah-masalah keuangan
Gangguan-gangguan dari keluarga
Kondisi ini dapat menimbulkan konflik dalam diri individu, dan bila konflik tersebut
berlarut-larut dapat menimbulkan berbagai hal yang negatif, baik bagi inividu itu sendiri
maupun dalam hubungan antara dirinya dengan lingkungan yang nantinya dapat
menimbulkan berbagai permasalahan kompleks, baik fisik, psikologik maupun sosial
termasuk pendidikan. Antara lain dapat timbul berbagai keluhan fisik yang tidak jelas.
Keadaan ini, bila tidak segera diatasi dapat berlanjut dan dapat berkembang ke arah yang
lebih negatif. Antara lain dapat timbul masalah maupun gangguan kejiwaan dari yang
ringan sampai berat.
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga,
secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur
ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala
yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak
terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan
hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan
konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat,
kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan
kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia, dan
sebagainya.
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan,
tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), dilingkungan sosial
(sosiogenik) ataupun dipsike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,
akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling
mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan badan
ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya
tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau
seorang dengan mania mendapat kecelakaan.
Pada kenyataannya perhatian masyarakat lebih terfokus pada upaya
meningkatkan kesehatan fisik semata dan kurang memperhatikan faktor non fisik
(intelektual, mental emosional dan psikososial). Padahal faktor tersebut merupakan
penentu dalam keberhasilan seorang dikemudian hari. Faktor non–fisik yang berpengaruh
21
![Page 22: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/22.jpg)
adalah lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta
lingkungan masyarakat sekitarnya.
Gangguan kepribadian memiliki jumlah terbanyak sekitar 5% dari hitungan secara
kasar tafsiran jumlah penduduk gangguan jiwa. Gangguan kepribadian adalah salah satu
bentuk abnormal dan merupakan pola perilaku yang maladaptif yang berlangsung lama
dan menetap dalam pengalaman diri pribadi dan perilaku. Berasarkan penelitian yang
dilakukan adapun gangguan psikologi yang paling sering terjadi adalah berupa gangguan
psikotik, baik itu schizoid, maupun paranoid. 18
Gangguan psikotik yang sering terjadi pada remaja antara lain :
-Skizofrenia
-Gangguan mood / afektif yang disertai dengan gejala psikotik – gangguan waham
-Gangguan Psikotik akibat ketergantungan zat
Skizofrenia
Skizofrenia ditandai dengan adanya defisit pada fungsi adaptasi, waham,
halusinasi, asosiasi yang melonggar atau inkoherensi (isi pikir yang kacau), katatonia,
afek yang tumpul atau tidak dapat diraba-rabakan. Gejala ini harus ada selama paling
sedikit 1 bulan atau lebih. Defisit pada fungsi adaptasi yang terdapat pada skizofrenia
masa remaja akhir atau dewasa muda, muncul dalam bentuk kegagalan mencapai tingkat
perkembangan sosial yang diharapkan atau pun hilangnya beberapa keterampilan yang
telah dicapai.
Gangguan mood / afektif yang disertai dengan gejala psikotik
Harga diri yang membubung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran dan kegelisahan serta kecurigaan menjadi waham kejar. Aktivitas
yang terus menerus dapat menjurus kepada agresi dan kekerasan.
Pada depresi berat dengan gejala psikotik, gambaran klinisnya lebih berat
dibandingkan dengan depresi berat tanpa gejala psikotik. Biasanya disertai dengan
waham, halusinasi atau stupor depresif (mematung). Wahamnya melibatkan ide tentang
dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam. Halusinasi auditorik atau olfaktorik
biasanya berupa suara yang menghina / menuduh atau tercium bau kotoran atau daging
membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Gangguan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan zat
Adikiflainnya)
Penyalahgunaan Napza di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini semakin
meningkat . faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada penyalahgunaan NAPZA :
- Konflik keluarga yang berat
22
![Page 23: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/23.jpg)
- Kesulitan Akademik
- Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti gangguan tingkah
laku dan depresi.
- Penyalahgunaan NAPZA oleh orang –tua dan teman
- Impulsivitas
- Merokok pada usia terlalu muda.
Semakin banyak faktor risiko yang ada, semakin besar kemungkinan seorang
remaja akan menjadi pengguna NAPZA.
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III
(PPDGJ III) 1993, Gangguan yang berhubungan dengan zat termasuk gangguan :
Ketergantungan, Penyalahgunaan, Intoksikasi, dan keadaan putus zat. 13
Ketergantungan zat mengacu kepada satu kelompok gejala kognitif, perilaku dan
fisiologis yang mengindikasikan seseorang secara terus menerus menggunakan dengan
teratur dan dalam jangka waktu panjang. Gejala ketergantungan ini dapat berbentuk
ketagihan secara fisik atau psikilogis, toleransi, keadaan putus zat, pemakaian
yang lebih besar dari yang dibutuhkan, kegagalan untuk menghentikan atau mengontrol
penggunaan dan mengurangi aktivitas sosial/pekerjaan.13
Pengguna sebenarnya mengetahui bahwa zat tersebut mengakibatkan gangguan
yang nyata, tetapi tidak dapat menghentikannya. Intoksikasi zat mengacu kepada
perkembangan yang reversibel , sindrom zat yang spesifik , yang disebabkan oleh
penggunaan suatu zat. Harus ada perilaku maladaptif atau perubahan psikilogis yang
nyata secara klinis. 13
Keadaan putus zat mengacu kepada sindrom zat spesifik yang disebabkan oleh
penghentian atau pengurangan penggunaan zat tersebut jangka panjang. Sindrom ini
menyebabkan distres atau hambatan yang nyata secara klinis dalam fungsi social,
sekolah atau pekerjaan. 13
23
![Page 24: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/24.jpg)
BAB 4
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Psikosa didefinisikan sebagai berikut: suatu gangguan jiwa dengan kehilangan
rasa kenyataan (‘sense of reality’) . Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada
hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik dan kemauan,
sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Psikotik
mempunyai kisaran dan variasi gambaran yang komplit, karena pada dasarnya adalah
penyakit yang kompleks. Pada dewasa awal variasi yang banyak ditemukan adalah
skizofrenia, gangguan mood / afektif yang disertai gejala psikotik – gangguan waham,
dan gangguan psikotik akibat ketergantungan zat.
Psikotik secara epidemiologi banyak ditemukan pada masa dewasa awal,
karena pada periode dewasa awal inilah individu akan berhadapan dengan permasalahan
pekerjaan dan keluarga. Selain itu, selama masa remaja akhir, individu muda mulai
meninggalkan rumah dan belajar untuk berfungsi secara mandiri. Periode transisional
memasuki masa dewasa awal melibatkan berbagai peristiwa penting, Kehidupan
psikososialnya pun makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain
bekerja, mereka juga akan memasuki kehidupan pernikahan. Kehidupan yang semakin
kompleks dari hari ke hari yang dihadapi oleh seseorang pada masa dewasa inilah yang
diduga berperan dalam banyaknya psikotik pada mas usia tersebut.
4.2 SARAN
- Perlunya dilakukan penelitian secara lebih lanjut tentang psikotik guna mengetahui
secar lenih baik tentang penyakit tersebut, karena sebenarnya merupakan penyakit yang
kompleks yang dipengaruhi banyak sekali faktor
24
![Page 25: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/25.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, W. F. :Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, FK
UNAIR, Surabaya 1980.
2. Merrin EL, 2000. In (Foltin J, Lewitz H, Roche J, eds). Review of General
Psychiatry, 5th edition, USA: The McGraw-Hil Companies, hlm 259-261.
3. Dorland, W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, edisi: 29. Jakarta:EGC.
Halaman:2030—2031.
4. Stone, B. A. 2008. The Spectrum of Psychotic Disorders: Neurobiology, Etiology,
and Pathogenesis. Book review.
http://psychservices.psychiatryonline.org/cgi/content/full/59/1/118. Diakses hari
selasa, 29 Desember 2009. Pukul 01.00.
5. Kembaren, L 2009. Psikoedukasi Keluarga paa pasien Skizofrenia.
http:sehatjiwa.blogspot.com/2009/11/psikoeukasi-keluarga-pada-pasien.html .
Diakses pada tanggal 25 Disember 2009
6. Wito, 2009. Skizofrenia Hebefrenik
http://witobarmawi.blogspot.com/2009/10/skizofrenia-hebefrenik.html. Diakses
tanggal 27 Disember 2009
7. Wikipedia, 2009. Skizofrenia. http://en.wikipedia .org/wiki/Skizophrenia. Diakses
tanggal 27 Disember 2009
8. Ahman Afruz 2009. Antipsokosa.
http://lihatdarisini.blogspot.com/2009/12/antipsikosa.html Diakses tanggal 28
Disember 2009
9. Sadock, Benjamin. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: behavioural
science/clinical. Tenth edition. Lippincott Williams and Wilkins:USA. Page: 498—
514.
10. Adam. 2008. Scizotypal Personality Disorer. www.pikirdong.org/psikologi. Diakses
hari rabu, tanggal 30 Desember 2009. Pukul 23.00.
11. Lili. 2009. Scizotypal Personality Disorder. http://www.mentalhealth.com/dis/p20-
pe03.html. Diakses hari rabu, tanggal 30 Desember 2009. Pukul 22.00.
12. Ghaziuddin, N., S. P. Kutcher, and P. Knapp. "Summary of the Practice Parameter
for the Use of Electroconvulsive Therapy With Adolescents." Journal of the
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry 43 1 (2004): 119-122.
13. Wee, C. S. 2009. Psychotic Disorder. http://www.medicinenet.com. Diakses hari
kamis, tanggal 31 Desember 2009. Pukul 02.00.
25
![Page 26: 41083062-Refer-At](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022062422/55cf9def550346d033afebc3/html5/thumbnails/26.jpg)
14. Kaplan,I dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri edisi ketujuh. Jakarta:Binarupa Aksara. P:
86—92.
15. Maramis. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 1. Surabaya: Airlangga University
Press. Hal 499—500.
16. Yosep, I. 2007. Faktor Penyebab dan Proses Terjadinya Gangguan Jiwa.
http://www.depkes.go.id. Diakses hari kamis, 31 Desember 2009. Pukul 02.10.
17. Verdi. 2008. Mood Disorder. http://dokterinuwicaksana.wordpress.com. Diakses
hari Kamis, tanggal 31 Desember 2009. Pukul 03.00.
18. Rika. 2003. KECENDERUNGAN GANGGUAN KEPRIBADIAN PADA REMAJA
dan DEWASA AWAL. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-evikristiy-270. Diakses hari
Kamis, tanggal 31 Desember 2009. Pukul 04.00.
26