41083062-Refer-At

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reaIity) terhadap gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik dan kemauan. Gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab oranganik atau fungsional / emosional dan menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan. Psikosa merupakan salah satu gangguan spektrum psikosa yang merupakan gangguan yang kronis, disertai dengan memburuknya fungsi sosial dan kualitas hidup. Sampai saat ini penyebab gangguan psikosa masih belum pasti, banyak teori yang dikembangkan. Penyebab dan faktor resiko yang mungkin diantaranya adalah faktor genetik, rasio pelebaran ventrikel otak, hipersensitivitas substansia alba, volume thalamus yang lebih besar, hiperaktivitas dari striatum dopamine D2, kepribadian premorbid paranoid atau schizoid, serta deficit sensorik, estrogen dan human leucocyt antigen (HLA) .1 Prevalensi penderita psikosa di Indonesia adalah 0,3-1 % dan biasanya timbul pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun sudah menderita psikosa. 1

Transcript of 41083062-Refer-At

Page 1: 41083062-Refer-At

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Psikosa adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan

(sense of reaIity) terhadap gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi),

proses berpikir, psikomotorik dan kemauan. Gangguan jiwa yang serius, yang

timbul karena penyebab oranganik atau fungsional / emosional dan menunjukkan

gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara emosional mengingat,

berkomunikasi, menafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai kenyataan.

Psikosa merupakan salah satu gangguan spektrum psikosa yang merupakan

gangguan yang kronis, disertai dengan memburuknya fungsi sosial dan kualitas

hidup. Sampai saat ini penyebab gangguan psikosa masih belum pasti, banyak

teori yang dikembangkan. Penyebab dan faktor resiko yang mungkin diantaranya

adalah faktor genetik, rasio pelebaran ventrikel otak, hipersensitivitas substansia

alba, volume thalamus yang lebih besar, hiperaktivitas dari striatum dopamine D2,

kepribadian premorbid paranoid atau schizoid, serta deficit sensorik, estrogen dan

human leucocyt antigen (HLA).1

Prevalensi penderita psikosa di Indonesia adalah 0,3-1 % dan biasanya timbul

pada usia sekitar 18-45 tahun, namun ada juga yang baru berusia 11-12 tahun

sudah menderita psikosa. Dimana kurang lebih sekitar 99% pasien di RS Jiwa di

Indonesia adalah pasien psikosa. Prognosis untuk psikosa pada umumnya adalah

kurang baik. Sekitar 25% pasien dapat pulih dari episode awal dan fungsinya

dapat kembali pada tingkat premorbid. Dan sekitar 25% tidak akan pernah pulih

dari perjalanan penyakitnya cenderung memburuk, sekitar 50% berada

diantaranya ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan

berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. Angka mortalitas pada

pasien psikosa juga masih tinggi karena sering terjadi bunuh diri, gangguan fisik

ynag menyertai, masalah penglihatan dan gigi, tekanan darah tinggi, diabetes

mellitus serta penyakit yang ditularkan melalui seksual.2

1

Page 2: 41083062-Refer-At

Pada psikosa berbagai fungsi sosial dasar yang merupakan sarana

keberadaan dalam kehidupan sosial dan pekerjaannya menjadi terganggu dan

mengalami kemunduran, sehingga menimbulkan disabilitas yang cukup luas.

Umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar serta khas,

dan oleh afek yang tidak wajar (inappropriate atau tumpul atau blanded).

Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya normal walaupun

terdapat defisit kognitif tertentu dalam perkembangan kemudian. 3

Menurunnya fungsi sosial penderita schizofrenia seringkali membuat

masyarakat menjauhi dan mengasingkan penderita dari komunitas. Pada jaman

dahulu penderita dipasung atau di kunci dalam kamar untuk menghindari perilaku

yang membahayakan orang lain. Hal ini justru akan membuat penderita semakin

gaduh gelisah dan mengalami trauma psikologis berkepanjangan yang

berdampak semakin buruknya gejala schizofrenia.3

Keberhasilan terapi penderita skizofrenia sangat dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan yang memahami keadaan penderita dan keteraturan dalam meminum

obat. Sehingga penulis tertarik untuk menggali lebih dalam tentang peran

keluarga dalam terapi penderita schizofrenia.

1.2Rumusan Masalah

- Bagaimana spektrum psikotik yang banyak terjadi pada masa dewasa

awal?

1.3Tujuan

- Mengetahui dan memahami spectrum psikosa yang banyak terjadi pada

masa dewasa.

BAB 2

2

Page 3: 41083062-Refer-At

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Psikosa dan Psikotik

2.1.1 Psikosa

Psikosa secara sederhana dapat didefinisikan sebagai berikut: suatu gangguan

jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (‘sense of reality’) . Hal ini diketahui dengan

terdapatnya gangguan pada hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir,

psikomotorik dan kemauan, sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan

kenyataan lagi. Penderita tidak dapat ‘dimengerti’ dan tidak dapat ‘dirasai’ lagi oleh orang

normal, karena itu seseorang awam pun dapat mengatakan bahwa orang itu ‘gila’, bila

psikosa itu sudah jelas. Penderita sendiri tidak memahami penyakitnya dan dia tidak

merasa bahwa dia sakit.

Keadaan ini dapat digambarkan dengan cara yang lain yaitu: psikosa ialah suatu

gangguan jiwa yang serius, yang timbul karena penyebab organik ataupun emosional

(fungsional) dan yang menunjukkan gangguan kemampuan berpikir, bereaksi secara

emosional, mengingat, berkomunikasi, mentafsirkan kenyataan, dan bertindak sesuai

dengan kenyataan, sedemikian rupa sehingga kemampuan untuk memenuhi tuntutan

hidup sehari-hari sangat terganggu. Psikosa ditandai oleh perilaku yang regresif, hidup

perasaan yang tidak sesuai, berkurangnya pengawasan terhadap impuls-impuls serta

waham dan halusinasi. Istilah psikosa dapat dipakai untuk keadaan seperti yang

disebutkan diatas dengan variasi yang luas mengenai berat dan lamanya.

Meninger telah menyebutkan lima sindroma klasik yang menyertai sebagian besar

pola psikotik, yaitu:

1. Perasaan sedih, bersalah, dan tidak mampu yang mendalam.

2. Keadaan terangsang yang tidak menentu dan tidak terorganisasi, disertai

pembicaraan dan motorik yang berlebihan.

3. Regresi ke otisme (‘autism’)menerisme pembicaraan dan perilaku , isi pikiran yang

berwaham, acuh tak acuh terhadap harapan sosial.

4. Preokupasi yang berwaham, disertai kecurigaan , kecenderungan membela diri

atau rasa kebesaran.

5. Keadaan bingung dan delirium dengan disorientasi dan halusinasi.

2.1.2 Psikotik

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu

menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku

3

Page 4: 41083062-Refer-At

kacau/aneh. Dapat pula diartikan sebagai semua kondisi yang memberi indikasi

terdapatnya hendaya berat dalam kemampuan daya nilai realitas. Contohnya:

- salah menilai persepsi dan pikirannya

- salah dalam menyimpulkan dunia luar

sehingga berakibat munculnya halusinasi, waham dan perilaku yang kacau.

Literatur lain mendefinisikan psikotik sebagai gangguan berat dalam fungsi sosial

dan peribadi yang ditandai oleh penarikan sosial dan ketidakmampuan untuk melakukan

peranan rumahtangga dan pekerjaan yang biasanya.

2.2. Penilaian secara subyektif/obyektif terhadap Psikosa dan Psikotik

2.2.1 Penilaian secara subyektif/obyektif terhadap Psikosa

Gambaran utama pada pasien psikosa:

a) Halusinasi visual maupun auditori (paling sering ditemukan).

b) Delusi primer atau sekunder.

c) Gangguan pikiran berupa bicara terlalu cepat, pikiran melayang, benturan

kata-kata, permainan kata-kata.

d) Daya tilikan terganggu ~daya nilai realitas diri terganggu.

PSIKOSA

Perilaku umum Dekompensasi keperibadian berat,kontak dengan

kenyataan terganggu,tidak memiliki fungsi sosial

Gejala umum Gejala bervariasi luas, waham(+), halusinasi (+)

Orientasi Terganggu

Insight Pasien tidak memahami bahwa dirinya terganggu

Efek sosial Sering membahayakan orang lain

Perawatan Sering butuh MRS

2.2.2 Penilaian secara subyektif/obyektif terhadap Psikotik

Gambaran utama perilaku yang diperlihatkan oleh pasien:

a) Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya.

b) Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal.

c) Kebingungan atau disorientasi

d) Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,

kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan,

bicara dan tertawa serta marah-marah atau memukul tanpa alasan.

4

Page 5: 41083062-Refer-At

2.3 Etiologi Psikotik

Sebagian gangguan psikotik timbul tanpa stress, sedangkan sebagian lagi

disebabkan oleh stres. Stres akut yang terjadi dikaitkan dengan suatu kejadian atau lebih

yang dianggap menekan dalam situasi dan lingkungan budaya yang sama.

Kesulitan yang berkepanjangan tidak dimasukkan sebagai sumber stress, tidak

ada penyebab organik seperti trauma kapitis, delirium, demensia, serta intoksikasi obat

atau alkohol.

2.4 Spektrum Psikotik

Definisi spectrum adalah kisaran aktifitas yang dapat diukur atau kisaran

gambaran suatu penyakit yang komplit.3 Pengertian psikotik telah dijelaskan pada subbab

2.3.2 yang secara umum dapat dikatakan bahwa gangguan psikotik merupakan kelompok

penyakit yang mempengaruhi pikiran. Dikatakan sebagai kelompok penyakit, karena

gangguan psikotik ini tediri dari beberapa tipe. Berdasarkan referensi buku The Spectrum

of Psychotic Disorder, adapun spectrum dari gangguan psikotik adalah schizophrenia,

delusional disorders, schizoaffective disorder, schizophreniform disorder, dan brief

psychotic disorder. Psikosis yang disebabkan oleh kondisi medis seperti Dementia of the

Alzheimer's Type (DAT) atau traumatic brain injury (TBI), dan juga disebabkan bahan

psikoaktif tertentu.4

2.4.1 Schizophrenia (Skizofrenia)

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronik yang memiliki karakteristik gejala

positif seperti waham dan halusinasi, juga gejala negatif seperti afek tumpul dan apatis.

Penyakit ini juga sering berhubungan dengan ganggguan kognitif dan depresi. Penyakit

ini biasanya mulai muncul pada usia dewasa muda dan ditandai dengan terjadinya relaps

dengan periode remisi sempurna atau parsial. Pada kebanyakan kasus, penyakit ini

menyebabkan disabilitas, mengenai seluruh aspek dalam kehidupan dan membutuhkan

terapi anti psikotik jangka panjang. Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang

menghancurkan dan dapat menimbulkan disabilitas.5

2.4.1.1 Definisi Skizofrenia

Beberapa pengertian skizofrenia :6

1. Skizofrenia adalah gabungan jiwa yang penderitanya tidak mampu menilai realitias

(Reality Testing Ability/RAT) dengan baik dan pemahaman diri (self inside )yang

buruk.

5

Page 6: 41083062-Refer-At

2. Skizofrenia merupakan suatu prikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu

kala. Meskipun demikian pengetahuan kita sebab musabab dan patogenesanya

sangat kurang.

3. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area

fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima, dan

menginterpretasikan relitas, merasakan dan menunjukan emosi, dan perilaku dengan

sikap yang dapat diterima secara social.

4. Skizofrenia adalah sekelompok gabungan psikotes dengan gangguan dasar pada

kepribadian, distorsi khas pikir, kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya

sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirnya, waham yang kadang-kadang

aneh, gangguan persepsi, afek abnormal yang terpadu dengan situasi nyata atau

sebenarnya, dan autisme. Meskipun demikian, kesadaran yang jernih dan kapasitas

intelektual biayanya tidak tergantung.

5. Skizofernia adalah penyakit otak yang menetap dan serius yang menimbulkan

perilaku psikotik, berpikir konkret, edan kesulitan pada proses pengolahan informasi,

interpretasi hubungan dan pemecahan masalah.

6. Skizofrenia menurut Eugen Bleuler adalah suatu keadaan yang menandakan adanya

perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilakkku pada pasien yang

terkena.4

Dari pengertian dapat ditarik kesimpulan bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa

seseorang yang menandakan adanya perpecahan pikiran, emosi dan perilaku yang

menimbulka perilaku psikotik, berfkir konkret, kesulitan berkomunikasi, pemecahan

masalah dan tidak mampu menilai realitas.6

2.4.1.2 Etiologi

Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon

neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :

a. Faktor Genetis

Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom-

kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi faktor penentu gangguan

ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada

dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar

identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya

mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot peluangnya sebesar 15%. Seorang anak

6

Page 7: 41083062-Refer-At

yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya

skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.6

Estimasi heritabilitas skizofrenia cenderung bervariasi karena sulitnya

memisahkan efek genetika dan lingkungan meskipun studi kembar dan adopsi penelitian

menunjukkan tingkat tinggi heritabilitas. Diduga bahwa skizofrenia adalah suatu kondisi

yang kompleks warisan, dengan berbagai besar atau kecil gen meningkatkan risiko.

Beberapa berpendapat bahwa faktor-faktor risiko untuk beberapa genetik dan faktor-

faktor risiko lain perlu ada sebelum seseorang menjadi terpengaruh tetapi hal ini masih

belum pasti. Gen untuk skizofrenia dan gangguan bipolar sebagaimana ditemukan dalam

genom baru-baru ini studi asosiasi lebar sebagian besar terpisah tetapi beberapa

melakukan tumpang tindih antara kedua kelainan. Metaanalisa dari hubungan genetik

studi telah menghasilkan bukti yang konsisten dari daerah kromosom meningkatkan

kerentanan, yang berinteraksi langsung dengan Skizofrenia dalam 1 (DISC1) gen protein,

baru-baru ini protein 804A telah terlibat serta daerah HLA 6 kromosom. Skizofrenia juga

telah dikaitkan dengan penghapusan atau duplikasi jumlah kecil sekuens DNA (dikenal

sebagai nomor salinan varian) yang tidak proporsional yang terjadi di dalam gen yang

terlibat dalam sinyal saraf dan perkembangan otak.6

b. Faktor neurologis

Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien skizofrenia tidak

pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien skizofrenia terjadi penurunan

volume dan fungsi otak yang abnormal. Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal

khususnya dopamine, serotonine, dan glutamat.6

c. Studi Neurotransmiter

Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmiter

dopamine yang berlebihan.6

d. Teori Virus

Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi factor

predispossisi skizofrenia.6

e. Psikologis

Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi skizofrenia antara

lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tidak

berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.6

f. Faktor prenatal

Faktor kausal diperkirakan awalnya datang bersama-sama pada awal

neurodevelopment untuk meningkatkan risiko kemudian berkembang skizofrenia. Saat ini

7

Page 8: 41083062-Refer-At

sudah ada bukti bahwa jika sebelum lahir janin terkena infeksi maka dapat meningkatkan

risiko untuk mengembangkan skizofrenia kemudian di kehidupan, memberikan bukti

tambahan untuk hubungan antara perkembangan dalam rahim patologi dan resiko

mengembangkan kondisi.7

Faktor Presipitasi

Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi:6

a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan

memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

b. Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.

Gejala-gejala pencetus respon biologis : 6

a. Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian,

kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan

hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.

b. Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan

kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,

kesukaran berhubungan dengan oran lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan

sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasidan

ketidakmampian mendapatkan pekerjaan.

c. Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan

kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala

tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun

kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku

kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan

gejala.6

2.4.2 Epidemiologi

Prevalensi terjadinya skizofrenia adalah 0,4 – 1,4 % dan biasanya dimulai pada

usia dewasa atau dewasa muda. Kurang dari 20 % pasien yang dapat mengalami

recovery sempurna setelah episode pertama.1 Angka kejadian di seluruh dunia

diperkirakan 0,2-0,8 % setahun.8

2.4.3 Gambaran Klinis

Indikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan

seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh.

Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang

menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita

8

Page 9: 41083062-Refer-At

tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan

perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa

senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.7

Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:

1. Gejala-gejala Positif

Termasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini

disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh

orang lain.

2. Gejala-gejala Negatif

Gejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan

dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak

mampu menampakkan/mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku,

kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-

kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).6

2.4.2 Schizoaffective disorder

Individu dengan gejala schizophrenia dan gangguan mood. Indiviu didiagnosa

sebagai schizoaffective jika salah satu memiliki enam gejala berikut: 9

1. Pasien dengan schizophrenia dengan gangguan mood.

2. Pasien dengan gangguan mood yang memiliki gejala schizophrenia.

3. Pasien dengan gangguan mood dan schizophrenia.

4. Pasien dengan psikosis yang tidak berhubungan dengan schizophrenia

maupun gangguan mood.

5. Pasien yang memiliki gangguan secara berkelanjutan antara schizophrenia

dan gangguan mood.

6. Pasien dengan beberapa kombinasi dari gejala diatas.

Epidemiologi: 9

Prevalensi dari schizoaffective kurang dari 1 % atau sekitar 0,5%—0,8%. Lebih sering

terjadi pada usia tua dibandingkan usia muda. Angka kejadian pada wanita lebih sering

dibandingkan pria.

2.4.3 Gangguan Mood dengan Gambaran Psikotik

Mood adalah kondisi perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan

psikologis. Sedangkan gangguan mood adalah gangguan terhadap kondisi perasaan

tersebut. Orang dengan gangguan mood akan mengalami perubahan suasana hati

(perasaan) dengan sangat cepat, mereka bisa cepat merasa gembira tapi juga bisa cepat

menjadi sedih kemudian kecewa kemudian gembira lagi. Hal ini sangat mengganggu

9

Page 10: 41083062-Refer-At

kemampuan mereka dalam memenuhi tanggung jawabnya secara normal

Jika tidak ditangani dengan cepat, maka mereka dapat menderita gangguan depresi. 16

2.4.3.1 Diagnostik Formal Gangguan Mood Menurut DSM IV-TR

Diagnosis Depresi (Depresi Mayor/ Unipolar)

- Minimal 2 minggu kehilangan minat dan kesenangan dan mood

depresif.

- Minimal muncul 4 diantara simptom additional berikut ini, yaitu: gangguan

tidur dan nafsu makan, hilang energi, worthlessness, suicidal thought, dan

sulit konsentrasi.

- Subclinical depression: individu yang simtomnya kurang dari 5, memiliki

kesulitan dalam fungsi psikologisi.

- Depresi 2-3x lebih sering pada wanita daripada pria; lebih sering terjadi

pada golongan ekonomi bawah; dewasa muda.

- Depresi cenderung muncul berulang pada 80 % penderita mengalami

episode lain. 17

Diagnosis Gangguan Bipolar

- Gangguan Bipolar I: episode mania/ campuran, terdapat simtom

mania dan depresi. Episode mania disini minimal muncul 3 simtom

additional (4 simptom jika mood hanya irrirable).

- Gangguan bipolar lebih jarang muncul daripada depresi mayor

- Rata-rata onset: umur 20an, seimbang antara pria dan wanita

Heterogenitas Kategori DSM-IV

- Banyak penderita dengan gejala heterogen, tapi dikelompokkan pada

diagnosis yang sama.

- Munculnya delusi dapat membedakan penderita depresi unipolar à tidak

reaktif terhadap terapi obat-obatan biasa, kecuali dikombinasikan dengan

terapi psikotik.

- Sejumlah pasien depresi mengalami fitur melankolis (tidak bahagia/

senang meski terjadi peristiwa menggembirakan, bangun tidur 2 jam lebih

cepat, cemas berlebihan) à reaktif terhadap terapi biologis.

- Episode manik dan depresif mungkin ditandai fitur katatonik (gangguan

motorik, aktifitas tidak bertujuan).

- Gangguan bipolar dan unipolar mungkin sifatnya musiman bila pasien

secara teratur mengalaminya. 17

10

Page 11: 41083062-Refer-At

2.4.3.2 Gangguan waham

Gangguan waham menggambarkan salah satu gejala psikosis yang sering

mengikuti gangguan mood pada dewasa awal. Kelompok gangguan ini ditandai secara

khas oleh berkembangnya waham yang umumnya menetap dan kadang bertahan

seumur hidup waham beraneka ragam isinya, sering berupa waham kejaran, hipokondrik,

kebesaran kecemburuan, curiga, atau adanya keyakinan bentuk tubuhnya abnormal/ada

yang salah. Awitan (onset) biasanya muncul pada usia pertengahan, tetapi kadang-

kadang pada kasus yang berkaitan dengan keyakinan tentang bentuk tubuh yang salah,

dijumpai pada usia dewasamuda/remaja akhir. Waham tersebut harus sudah ada

sedikitnya 3 bulan lamanya dan harus bersifat pribadi (personal), bukan subkultural. 17

2.4.4 Schizotypal disorder

Gangguan kepribadian skizotipal adalah suatu kondisi gangguan serius dimana

individu hampir tidak pernah berhubungan lagi dengan orang-orang sekitarnya. Individu

tersebut cenderung menutup diri untuk berinteraksi dengan orang lain, kecemasan luar

biasa yang muncul ketika berhadapan dengan situasi sosial. Individu dengan gangguan

kepribadian skizotipal hampir selalu bermasalah dengan orang lain dan bersikap tidak

ramah kepada siapapun. Kebanyakan dari individu dengan gangguan kepribadian ini

hidup dalam kesendirian, hal ini disebabkan lingkungan sekitar yang mengisolasinya.

Akibatnya, penyimpangan persepsi mengenai bentuk hubungan interpersonal akan terus

berkembang dalam diri individu itu. Selanjutnya, ia akan menunjukkan perilaku yang

aneh, respon yang tidak tepat dalam bersosialisasi dan sifat-sifat yang tidak lazim. 10

2.4.4.3 Epidemiologi

Scizotypal lebih sering terjadi pada pria dengan angka kejadian 3% dari populasi

umum. Kemunculan gangguan kepribadian skizotipal dimulai pada awal memasuki masa

dewasa dan terus berkembang sepanjang masa hidupnya. 11

2.4.4.2 Gejala dan tanda

Individu dengan gangguan kepribadian skizotipal hampir selalu berbicara tidak

teratur dan memandang sekelilingnya secara ekstrim. Mereka mempercayai bahwa

mereka mempunyai kekuatan supranatural, indera ke enam atau kekuatan magis lainnya

yang dapat mempengaruh pikiran, perilaku dan emosi orang lain.

Kemunculan kepribadian skizotipal di masa dewasa dapat diakibatkan masa-masa

sebelumnya (anak-anak) dimana individu hidup dalam kesendirian tanpa orangtua atau

anggota keluarga yang mendampingi, kehidupan sosial yang penuh kecemasan juga

dapat menimbulkan gangguan ini. Beberapa simtom gangguan kepribadian skizotipal:

11

Page 12: 41083062-Refer-At

- Pemahaman yang tidak tepat terhadap kejadian-kejadian dimana individu

beranggapan bahwa kejadian tersebut mempunyai makna tersendiri bagi dirinya atau

orang lain.

- Mempunyai pikiran, kepercayaan dan perilaku yang aneh, eksentrik dan bertentangan

dengan norma-norma yang ada.

- Mempercayai bahwa dirinya mempunyai kekuatan spesial seperti telepati, indra

keenam, dan sebagainya yan berhubungan dengan paranormal

- Pengalaman imajinasi seperti adanya ilusi terhadap tubuhnya

- Kesulitan dalam mengikuti pembicaraan atau berbicara aneh-aneh

- Adanya kecemasan dalam situasi sosial dan pikiran-pikiran paranoid, serta penilaian

negatif terhadap dirinya sendiri

- Minim respon emosi dan perasaan-perasaan (afektif) dalam dirinya

- Sedikit mempunyai teman akrab. 10

2.4.4.3 Faktor Penyebab

Gangguan kepribadian skizotipal disebabkan perilaku dan pengalaman yang tidak

tepat pada masa kanak-kanak, sebagian besar dari gangguan tersebut disebabkan oleh

kesulitan dalam beradaptasi dan pengalaman terhadap penanganan distres. 10

2.4.5 Gangguan Mental Organik dengan Gejala Psikotik

Diagnosa di bawah kategori diagnostik gangguan mental organik menjadi tiga

kategori: delirium, demensia, amnestic dan lain-lain gangguan kognitif; gangguan mental

akibat kondisi medis umum dan gangguan yang berhubungan dengan substansi.

Perubahan ini dibuat karena kata deskriptif organik memberi kesan palsu bahwa kondisi

yang tidak organik tidak memiliki penjelasan biologis. Contoh gangguan mental akibat

kondisi medis umum adalah depresi besar disebabkan oleh hipotiroidisme. Contoh yang

terkait dengan substansi disorder adalah psikosis sekunder untuk penyalahgunaan

narkoba.

Risiko: Laki-laki lebih beresiko untuk delirium. Anak-anak lebih rentan, dan juga orang

tua.

Insiden dan Prevalensi: Delirium memiliki prevalensi sebesar 0,4% pada mereka yang

berusia 18 dan di atas; pada usia 55 dan lebih tua, prevalensi meningkat menjadi 1,1%

(DSM-IV-TR 138). 12

2.4.6 Gangguan psychotic berkaitan dengan ketergantungan zat

Kondisi ini terjadi karena adanya kondisi putus zat, seperti alcohol, cocain, dll

yang dapat menyebabkan halusinasi, delusi, atau bicara ngelantur. 13

Gejala dan Tanda:

12

Page 13: 41083062-Refer-At

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

(PPDGJ III) 1993, Gangguan yang berhubungan dengan zat termasuk gangguan :

Ketergantungan, Penyalahgunaan, Intoksikasi, dan keadaan putus zat. 13

2.5 Dewasa

2.5.1 Masa Dewasa

Masa dewasa yaitu suatu periode kehidupan dimana seseorang dianggap telah

berkembang dan matang secara utuh dan suatu waktu dimana kemungkinan untuk

pemenuhan personal berada pada puncaknya. Masa ini adalah bagian terpanjang dari

siklus kehidupan dan biasanya dibagi menjadi tiga periode utama, yaitu: masa dewasa

muda atau awal (mulai usia 20 sampai 40 tahun), masa dewasa pertengahan (dari usia

40 sampai 65 tahun), dan masa dewasa akhir atau usia lanjut. Onset masa dewasa

bervariasi dari orang ke orang. Saat ini merupakan waktu terjadinya perubahan yang

besar, kadangkala dramatik, kadang tidak kentara, tetapi selalu kontinu. Pada referat ini

hanya akan membahas lebih banyak mengenai masa dewasa awal. 14

2.5.2 Masa Dewasa Awal

Biasanya dianggap dimulai pada akhir masa remaja (kira-kira usia 20 tahun) dan

berakhir pada usia 40 tahun. Masa dewasa awal ditandai oleh memuncaknya

perkembangan biologis, penerimaan peran sosial yang besar, dan evolusi suatu diri dan

struktur hidup dewasa. Perjalanan yang berhasil menuju masa dewasa tergantung pada

pemecahan yang memuaskan dari krisis masa anak-anak dan masa remaja. 14

Selama masa remaja akhir, orang yang muda meninggalkan rumah dan mulai

berfungsi secara mandiri. Hubungan dengan jenis kelamin yang berlawanan menjadi

serius. Periode transisional memasuki masa dewasa awal melibatkan berbagai peristiwa

yang penting, misalnya lulus sekolah, mulai bekerja, memasuki perguruan tinggi dan

meninggalkan rumah. Orang-orang yang berusia sekitar 20-an menggunakan sebagian

besar waktunya untuk menyelidiki pilihan-pilihan mengenai pekerjaan, perkawinan, atau

hubungan alternatif dan mengambil komitmen dalam berbagai bidang. Tetapi, pilihan-

pilihan yang dibuat diakhir usia belasan tahun dan awal usia 20-an bersifat sementara;

dewasa muda mungkin melakukan beberapa awal yang salah sebelum mencapai

komitmen yang abadi. 14

2.5.3 Tugas-Tugas Perkembangan

Selama fase awal masa dewasa, pilihan untuk pekerjaan dan perkawinan (atau

hubungan intim lainnya diselidiki). Untuk sebagian besar orang dewasa muda, memilih

seorang teman dan memulai suatu keluarga adalah hal yang paling penting. 14

13

Page 14: 41083062-Refer-At

Orang yang dalam usia 30 tahunan juga semakin memperhatikan pencapaian

kekuasaan yang besar, kemandirian, dan kecukupan diri sendiri. Tujuan utama dari masa

dewasa awal adalah untuk menjadi lebih swatantra dan kurang tergantung pada orang

dan institusi di dalam kehidupan seseorang. 14

2.5.4 Pekerjaan

Kelompok sosioekonomi, jenis kelamin, dan ras mempengaruhi pencarian dan

perkembangan pilihan pekerjaan tertentu. Adaptasi yang sehat pada pekerjaan

memungkinkan penyaluran kreativitas, hubungan dengan rekan sekerja yang

memuaskan, kebanggaan dalam pencapaian, dan peningkatan harga diri. Sebaliknya,

maladaptasi dapat menyebabkan kekecewaan pada seseorang dan pekerjaan, perasaan

tidak kokoh, penurunan harga diri, kemarahan, dan kebencian pada pekerjaan. Gejala

kekecewaan kerja adalah perpindahan kerja yang sangat sering, absen, kesalahan-

kesalahan dalam pekerjaan, kerentanan terhadap kecelakaan, dan bahkan sabotase. 14

2.5.5 Perkawinan

Sebagian besar orang Amerika menikah dalam pertengahan usia 20 tahunan,

tetapi angka perkawinan menurun dan terjadi peningkatan jumlah perkawinan yang

berakhir dengan perceraian. Dalam tahun 1990-an hampir duapertiga dari semua orang

yang berusia 20-an menikah, dan hampir tigaperempat dari semua orang yang berusia

30-an menikah. 14

Orang yang mencapai masa dewasa dalam kebingungan peran yang kontinu tidak

mampu menegakkan keintiman psikologis yang diperlukan untuk terjadinya perkawinan

dan untuk berhasilnya perkawinan. Menurut Freud, berada di dalam cinta adalah

irrasional dimana terdapat gangguan tes realitas mengenai orang yang dicintai. Dua

orang yang berada dalam cinta merencanakan seluruh dunia dan tidak dapat dimasuki

oleh pengaruh-pengaruh kelompok. 14

Sebagian besar penelitian setuju bahwa kebagiaan di dalam perkawinan berarti

kebahagiaan di dalam hubungan yang umum. Tetapi pernikahan yang tidak bahagia

cenderung untuk menjadi sumber stress eksternal. 14

Walaupun perkawinan cenderung diartikan sebagai ikatan yang permanen,

perkawinan yang tidak berhasil dapat berakhir seperti memang terjadi di sebagian besar

masyarakat. Namun demikian banyak juga perkawinan yang terganggu walaupun tidak

berakhir dengan perpisahan atau perceraian. 14

Dengan mengingat masalah perkawinan, klinisi bukan hanya perlu

mempertimbangkan orang yang terlibat saja tetapi juga dengan unit perkawinan itu

sendiri. Bagaimana suatu perkawinan berlangsung tergantung pada pasangan yang

14

Page 15: 41083062-Refer-At

dipilih, organisasi atau disorganisasi kepribadian dari masing-masing pasangan, interaksi

antar pasangan, dan alasan awal untuk perkawinan. Orang menikah untuk berbagai

alasan, seperti emosional, sosial, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Seseorang

mungkin mencari pasangan untuk memenuhi kebutuhan pengasuhan orangtua yang baik

yang tidak terpenuhi selama masa anak-anak. Orang lain melihat pasangan sebagai

seseorang yang harus diselamatkan dari suatu kehidupan yang tidak berbahagia.

Harapan-harapan yang irasional di anatara pasangan meningkatkan resiko masalah

perkawinan. 14

2.5.6 Kedudukan Sebagai Orang Tua

Pada usia 30, sebagian besar orang membentuk keluarga dan harus berhadapan

dengan berbagai masalah orangtua-anak. Disamping beban ekonomi dalam

membesarkan anak terdapat pula beban emosional. Anak juga dapat menimbulkan

kembali konflik pada orangtua yang mereka miliki sendiri selama masa anak-anak, atau

anak mungkin menjadi penyakit kronis yang membebani sarana emosional keluarga.

Pada umumnya pria lebih mempermasalahkan pekerjaan dan pencapaian kedudukan

mereka daripada mengasuh anak. Sebaliknya, wanita lebih mempermasalahkan peran

mereka sebagai ibu; akan tetapi perhatian tersebut telah berubah secara dramatis karena

lebih banyak wanita yang memasuki pasaran tenaga kerja. 14

Pengasuhan orangtua pada usia 20-an dan 30-an telah digambarkan sebagai

proses membiarkan pergi (letting go) yang berkelaunjutan. Anak harus dibiarkan berpisah

dari orangtuanya dan dalam beberapa kasus didorong untuk melakukan hal tersebut. Jika

orangtua berada dalam usia 20-an, membiarkan pergi dapat berupa perpisahan dengan

anak yang mulai masuk ke sekolah. Fobia sekolah dan sindroma penolakan sekolah yang

disertai dengan kecemasan perpisahan yang berat harus diatasi pada saat itu. Beberapa

orangtua menginginkan anak-anaknya tetap terikat erat pada mereka secara emosional.

Terapi keluarga dimana dinamika tersebut digali mungkin diperlukan untuk memecahkan

masalah. 14

2.6 Terapi Psikotik

Bila timbul suatu penyakit pada manusia, maka yang terganggu bukan hanya

jiwanya atau badannya saja, akan tetapi seluruh manusia itulah yang menderita dan

memerlukan pertolongan. Sebab itu pengobatan dalam ilmu kedokteran pada umumnya

dapat dibagi menjadi: (1) Somatoterapi, (2) Psikoterapi, (3) Manipulasi lingkungan (4)

Spiritual. 15

2.6.1 Somato terapi

15

Page 16: 41083062-Refer-At

Somato terapi adalah terapi dengan obat. Obat yang digunakan disebut

psikotropika yaitu Obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses mental

penderita karena kerjanya pada otak (SSP). Obat psikotropika dibagi menjadi empat

kelompok, yaitu : (1) Tranquilizer (2) Anti psikosis (3) Anti depresant (4) Psikomimetika.

Dalam referat kali ini yang akan dibahas adalah obat anti psikosis. 15

2.6.1.1 Obat anti psikosis

Obat anti psikosis disebut juga neuroleptik. Yang termasuk dalam golongan anti

psikosis adalah : 15

Phonethiazine:

R. Aliphatic: Chlor Promazine (Largatil), Levomepromazine (Nozinan).

R. Piperazine: Perphenazine (Trilafon), Trifouperazine (Stelazine), Fluphenazine

(Anatensol)

R. Piperidine: Thioridazine (Malleril), Butyrophenone (Haloperidol (Haldol,

Serenace)), Diphenyl-Buty-piperlidine (Pimozide (Orap)), Benzamide (Sulpiride

(Dogmatil)), Dibenzodiazepine (Clozapine (leponex, Clozaril)), Benzisoxasole

(resperidone (Resperdal)).

Neuroleptika dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 15

- Dosis efektif tinggi : dengan dosis/takaran tinggi baru bisa mencapai efek

terapeutik (contoh: Chorpromazine, Thioridazine).

- Dosis efektif rendah ; dengan dosis/takaran rendah baru bisa mencapai efek

terapeutik (contoh: Trifouperazine, Haloperidol).

Gejala sasaran (target syndrome) : syndrome psikosis : 15

- D.E.T. : Gejala Psikomotor

- D.E.R. : Gejala Psikotik lain

Bila terjadi shok karena neuroleptika, maka diberi infus, bila tidak menolong atau

shok semakin berat, berikan nor-adrenalin. Adrenalin tidak boleh diberikan karena

tekanan darahnya akan semakin turun.

2.6.1.2 Indikasi penggunaan neuroleptik

Indikasi penggunaan neuroleptik adalah : 15

1. Psikosa yang berhubungan dengan sindroma otak organik yang akut maupun

menahun

2. Psikosa fungsional, misalkan : schizofrenia, psikosa manik depresif jenis

mania, parafrenia involusi dan psikosa reaktif (kecuali psikosa depresi relatif)

3. Gangguan non psikiatrik : misalkan hiperemesis, alergi, dan untuk potensiasi

analgetikum. (Maramis)

16

Page 17: 41083062-Refer-At

2.6.1.3 Efek Neuroleptika

Sindroma psikosis terjadi akibat meningkatnya aktivitas dopamin pada otak.

Neuroleptik bekerja dengan memblokade Dopamine pada pasca sinaptik neuron di otak

terutama pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dop. D2 receptor antagonist)

sehingga gejala psikosis dapat berkurang. 15

Efek Primer neuroleptik dapat memperbaiki sindroma psikosisnya (target

Syndrome). Selain itu efek sekundernya dapat mengatasi gejala yang menyertainya

contoh : psikosis dengan gaduh-gelisah dan sulit tidur diterapi dengan

Chlorpromazine :efek sekundernya sedative sehingga pasien dapat tidur, sedangkan

efek primernya dapat memperbaiki gejala psikosis utamanya. 15

Akan tetapi neuroleptik juga mempunyai efek samping yang merugikan, yaitu: 15

Sedasi dan inhibisi psikomotor

Gangguan otonomik : hipotensi, mulut kering, dsb.

Gangguan ektrapiramidal : Sind. Parkinson, Akatisa

Gangguan endokrin : Amenorhea, Gynaecomastia

Metabolik : Jaundice

Hematologik : Agranulocytosis

Tardivedyskinesia : gerakan berulang involunter pada wajah, lidah mulut,

anggota gerak, waktu tidur (-). efek samping pemakaian jangka panjang

irreversibel.

Bila terjadi tardivedyskinesia,segera hentikan neuroleptik, berikan reserpin 2,5

mg/hari, kemudian ganti neuroleptiknya dengan clozapin 50-100mg/hari. Berikut ini

adalah tabel yang membandingkan beberapa obat neuroleptik. 15

Nama Obat Mg Eq Dosis (mg /

hari)

Sedasi Otonomik Ekstrapiramidal

Chlorpomazine 100 100 – 1600 +++ +++ ++

Thioridazine 100 100 – 900 +++ +++ +

Perphenazine 8 8 – 48 + + +++

Trifluoperazine 5 5 – 60 + + +++

Fuphenazine 5 5 – 60 ++ + +++

Haloperidol 2 2 – 100 + + ++++

Pimozide 2 2 – 6 + + ++

Clozapine 25 25 – 75 ++++ + -

17

Page 18: 41083062-Refer-At

Levompromazine 25 50 – 300 ++++ ++ -

Sulpiride 200 200 – 1600 + + +

Respirodone 2 2 – 9 + + +

2.6.2 Psikoterapi

Psikoterapi ialah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang

pasien, yang dilakukan oleh seorang yang terlatih, dalam hubungan profesional secara

sukarela dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-

gejala yang ada, mengoresiksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan

pertumbuhan kepribadian secara positif. 15

2.6.2.1 Macam Psikoterapi

Berdasarkan Prosesnya : 15

– Psikoterapi suportif

– Psikoterapi genetik-dinamik (wawasan)

Berdasarkan waktu/lama terapi :

– Psikoterapi singkat

– Psikoterapi jangka panjang

Berdasarkan jumlah pasien :

– Psikoterapi individual

– Psikoterapi kelompok

2.6.2.2 Psikoterapi Suportif

Tujuan : 15

1. Menguatkan daya tahan mental

2. mengembangkan mekanisme baru yang lebih baik

3. mengembalikan keseimbangan adaptif (dapat menyesuaikan diri)

Cara-cara : 15

1. Ventilasi/katarsis : membiarkan px mengeluarkan isi hati

2. Persuasi : Penerangan yang masuk akal tentang tibulnya gejala serta baik

buruknya atau fungsi gejala tersebut

3. Sugesti : Menanamkan pikiran atau membangkitkan kepercayaan pada pasien

bahwa gejala – gejala akan hilang

4. Penjamin kembali (reassurance) : Dilakukan melalui komentar halus bahwa

pasien mampu berfungsi secara adequat

5. Bimbingan dan penyuluhan : Memberi nasihat yang praktis dan khusus yang

berhubungan dengan kesehatan jiwa pasien

18

Page 19: 41083062-Refer-At

6. Terapi kerja : Memberi kesibukan pada pasien

7. Hipnoterapi dan narkoterapi

a. Hipno terapi à dilakukan analisa konflik dan sintesa, sugesti

b. Narkoterapi àsecara bintravena disuntikkan hipnotikum efek pendek,

kmdn pasien diwawancara, konflik dianalisa lalu disintesa

8. Psikoterapi kelompok

9. Terapi perilaku : Dapat dilakukan berkelompok maupun individu. Indikasinya :

gangguan fobik, perilaku kompulsif, disfungsi seksual. Tidak berguna pada :

skizofrenia akut, depresi hebat, dan mania

2.6.3 Psikoterapi wawasan (Genetik-dinamik)

Dibagi menjai dua metode: 15

a. Reedukatif

b. Rekonstruktif

a. Psikoterapi reedukatif

– Untuk mencapai pengertian konflik dialam sadar

– Usaha untuk menyesuaikan diri kembali

– Memodifikasi tujuan

– Membangkitkan/mengembangkan potensi yang ada

Cara-cara:

1. Terapi sikap (Attitude therapy)

2. Terapi wawancara (interview therapy)

3. Konseling terapeutik dll.

b. Psikoterapi rekonstruktif

• Untuk mencapai konflik di alam tak sadar

• Mendapatkan perubahan yang luas dari struktur kepribadian

• Perluasan pertumbuhan kepribadian dengan pengembangan

potensi penyesuaian diri yang baru

Cara-cara :

1. Psikoanalisa freud

2. Psikoanalisa Non-freudian

3. psikoterapi yang berorientasi pada psikoanalaisa

19

Page 20: 41083062-Refer-At

BAB 3

PEMBAHASAN

Ketika seorang manusia mengalami tahap perkembangan yang lebih tinggi, maka

masuk pada psikologi perkembangan. Yaitu suatu tahap yang berhubungan dengan

perkembangan manusia mulai dari kehidupan bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan

akhirnya kematian. Selama tahap perkembangan, kehidupan manusia diliputi oleh aspek-

aspek fisik, kognisi, personality dan sosial.

Dewasa awal merupakan satu tahap setelah masa remaja. Pada masa ini,

seorang manusia memutuskan untuk bekerja atau menjalin hubungan hingga ke jenjang

pernikahan. Karena itu, pada tahap dewasa awal, seseorang perlu membuat pilihan yang

tepat demi menjamin masa depannya.

Pada periode dewasa awal inilah individu akan dihadapi dengan dilema antara

kerja dan keluarga, tanggung tanggung jawab yang dipikul pun akan lebih berat. Selain

itu, selama masa remaja akhir, individu muda mulai meninggalkan rumah dan belajar

untuk berfungsi secara mandiri. Periode transisional memasuki masa dewasa awal

melibatkan berbagai peristiwa penting, Kehidupan psikososialnya pun makin kompleks

dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka juga akan memasuki

kehidupan pernikahan.

Berdasarakan Iyus Yosep adapun masalah masalah penting pada masa dewasa

muda adalah : 16

- Pemilihan dan penyesuaian pekerjaan

Pekerjaan sebaiknya dipilih berdasar bakat dan minat sendiri, pemilihan yang

semata-mata dipaksa/ disuruh / kompensasi atau karena “kesempatan dan

kemudahan” sering mempermudah gangguan penyesuaian dalam pekerjaan.

Gangguan berupa rasa malas, sering bolos, timbul bermacam keluhan jasmani

(sering sakit) sering mengalami kecelakaan dalam pekerjaan dan terlihat

ketegangan-ketegangan dalam keluarga karena jadi pemarah dan mudah

tersinggung.

- Hubungan dengan lawan jenis

Masa ini dimulai dari masa pacaran, menikah dan menjadi orang tua beberapa

faktor yang mungkin menyulitkan suatu perkawinan :

Perasaan takut dan bersalah mengenai perkawinan dan kehamilan

Perasaan takut untuk berperan sebagai orang tua ketidak sanggupan

mempunyaai anak

20

Page 21: 41083062-Refer-At

Perbedaan harapan akan berperan masing-masing (tak ada penyesuaian baru

dalam tingkah laku / berpikir)

Masalah-masalah keuangan

Gangguan-gangguan dari keluarga

Kondisi ini dapat menimbulkan konflik dalam diri individu, dan bila konflik tersebut

berlarut-larut dapat menimbulkan berbagai hal yang negatif, baik bagi inividu itu sendiri

maupun dalam hubungan antara dirinya dengan lingkungan yang nantinya dapat

menimbulkan berbagai permasalahan kompleks, baik fisik, psikologik maupun sosial

termasuk pendidikan. Antara lain dapat timbul berbagai keluhan fisik yang tidak jelas.

Keadaan ini, bila tidak segera diatasi dapat berlanjut dan dapat berkembang ke arah yang

lebih negatif. Antara lain dapat timbul masalah maupun gangguan kejiwaan dari yang

ringan sampai berat.

Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistik, atau dapat dikatakan juga,

secara somato-psiko-sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur

ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala

yang patologik dari unsur psike. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak

terganggu. Sekali lagi, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan

hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan

konstitusi, umur dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat,

kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan

kematian orang yang dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar manusia, dan

sebagainya.

Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan,

tetapi penyebab utamanya mungkin di badan (somatogenik), dilingkungan sosial

(sosiogenik) ataupun dipsike (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,

akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling

mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbullah gangguan badan

ataupun jiwa. Umpamanya seorang dengan depresi, karena kurang makan dan tidur daya

tahan badaniah seorang berkurang sehingga mengalami keradangan tenggorokan atau

seorang dengan mania mendapat kecelakaan.

Pada kenyataannya perhatian masyarakat lebih terfokus pada upaya

meningkatkan kesehatan fisik semata dan kurang memperhatikan faktor non fisik

(intelektual, mental emosional dan psikososial). Padahal faktor tersebut merupakan

penentu dalam keberhasilan seorang dikemudian hari. Faktor non–fisik yang berpengaruh

21

Page 22: 41083062-Refer-At

adalah lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah serta

lingkungan masyarakat sekitarnya.

Gangguan kepribadian memiliki jumlah terbanyak sekitar 5% dari hitungan secara

kasar tafsiran jumlah penduduk gangguan jiwa. Gangguan kepribadian adalah salah satu

bentuk abnormal dan merupakan pola perilaku yang maladaptif yang berlangsung lama

dan menetap dalam pengalaman diri pribadi dan perilaku. Berasarkan penelitian yang

dilakukan adapun gangguan psikologi yang paling sering terjadi adalah berupa gangguan

psikotik, baik itu schizoid, maupun paranoid. 18

Gangguan psikotik yang sering terjadi pada remaja antara lain :

-Skizofrenia

-Gangguan mood / afektif yang disertai dengan gejala psikotik – gangguan waham

-Gangguan Psikotik akibat ketergantungan zat

Skizofrenia

Skizofrenia ditandai dengan adanya defisit pada fungsi adaptasi, waham,

halusinasi, asosiasi yang melonggar atau inkoherensi (isi pikir yang kacau), katatonia,

afek yang tumpul atau tidak dapat diraba-rabakan. Gejala ini harus ada selama paling

sedikit 1 bulan atau lebih. Defisit pada fungsi adaptasi yang terdapat pada skizofrenia

masa remaja akhir atau dewasa muda, muncul dalam bentuk kegagalan mencapai tingkat

perkembangan sosial yang diharapkan atau pun hilangnya beberapa keterampilan yang

telah dicapai.

Gangguan mood / afektif yang disertai dengan gejala psikotik

Harga diri yang membubung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi

waham kebesaran dan kegelisahan serta kecurigaan menjadi waham kejar. Aktivitas

yang terus menerus dapat menjurus kepada agresi dan kekerasan.

Pada depresi berat dengan gejala psikotik, gambaran klinisnya lebih berat

dibandingkan dengan depresi berat tanpa gejala psikotik. Biasanya disertai dengan

waham, halusinasi atau stupor depresif (mematung). Wahamnya melibatkan ide tentang

dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam. Halusinasi auditorik atau olfaktorik

biasanya berupa suara yang menghina / menuduh atau tercium bau kotoran atau daging

membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Gangguan Penyalahgunaan NAPZA (Narkotik, Alkohol, Psikotropika, dan zat

Adikiflainnya)

Penyalahgunaan Napza di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini semakin

meningkat . faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada penyalahgunaan NAPZA :

- Konflik keluarga yang berat

22

Page 23: 41083062-Refer-At

- Kesulitan Akademik

- Adanya komorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain, seperti gangguan tingkah

laku dan depresi.

- Penyalahgunaan NAPZA oleh orang –tua dan teman

- Impulsivitas

- Merokok pada usia terlalu muda.

Semakin banyak faktor risiko yang ada, semakin besar kemungkinan seorang

remaja akan menjadi pengguna NAPZA.

Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III

(PPDGJ III) 1993, Gangguan yang berhubungan dengan zat termasuk gangguan :

Ketergantungan, Penyalahgunaan, Intoksikasi, dan keadaan putus zat. 13

Ketergantungan zat mengacu kepada satu kelompok gejala kognitif, perilaku dan

fisiologis yang mengindikasikan seseorang secara terus menerus menggunakan dengan

teratur dan dalam jangka waktu panjang. Gejala ketergantungan ini dapat berbentuk

ketagihan secara fisik atau psikilogis, toleransi, keadaan putus zat, pemakaian

yang lebih besar dari yang dibutuhkan, kegagalan untuk menghentikan atau mengontrol

penggunaan dan mengurangi aktivitas sosial/pekerjaan.13

Pengguna sebenarnya mengetahui bahwa zat tersebut mengakibatkan gangguan

yang nyata, tetapi tidak dapat menghentikannya. Intoksikasi zat mengacu kepada

perkembangan yang reversibel , sindrom zat yang spesifik , yang disebabkan oleh

penggunaan suatu zat. Harus ada perilaku maladaptif atau perubahan psikilogis yang

nyata secara klinis. 13

Keadaan putus zat mengacu kepada sindrom zat spesifik yang disebabkan oleh

penghentian atau pengurangan penggunaan zat tersebut jangka panjang. Sindrom ini

menyebabkan distres atau hambatan yang nyata secara klinis dalam fungsi social,

sekolah atau pekerjaan. 13

23

Page 24: 41083062-Refer-At

BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Psikosa didefinisikan sebagai berikut: suatu gangguan jiwa dengan kehilangan

rasa kenyataan (‘sense of reality’) . Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada

hidup perasaan (afek dan emosi), proses berpikir, psikomotorik dan kemauan,

sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Psikotik

mempunyai kisaran dan variasi gambaran yang komplit, karena pada dasarnya adalah

penyakit yang kompleks. Pada dewasa awal variasi yang banyak ditemukan adalah

skizofrenia, gangguan mood / afektif yang disertai gejala psikotik – gangguan waham,

dan gangguan psikotik akibat ketergantungan zat.

Psikotik secara epidemiologi banyak ditemukan pada masa dewasa awal,

karena pada periode dewasa awal inilah individu akan berhadapan dengan permasalahan

pekerjaan dan keluarga. Selain itu, selama masa remaja akhir, individu muda mulai

meninggalkan rumah dan belajar untuk berfungsi secara mandiri. Periode transisional

memasuki masa dewasa awal melibatkan berbagai peristiwa penting, Kehidupan

psikososialnya pun makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain

bekerja, mereka juga akan memasuki kehidupan pernikahan. Kehidupan yang semakin

kompleks dari hari ke hari yang dihadapi oleh seseorang pada masa dewasa inilah yang

diduga berperan dalam banyaknya psikotik pada mas usia tersebut.

4.2 SARAN

- Perlunya dilakukan penelitian secara lebih lanjut tentang psikotik guna mengetahui

secar lenih baik tentang penyakit tersebut, karena sebenarnya merupakan penyakit yang

kompleks yang dipengaruhi banyak sekali faktor

24

Page 25: 41083062-Refer-At

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W. F. :Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, FK

UNAIR, Surabaya 1980.

2. Merrin EL, 2000. In (Foltin J, Lewitz H, Roche J, eds). Review of General

Psychiatry, 5th edition, USA: The McGraw-Hil Companies, hlm 259-261.

3. Dorland, W.A. 2002. Kamus Kedokteran Dorland, edisi: 29. Jakarta:EGC.

Halaman:2030—2031.

4. Stone, B. A. 2008. The Spectrum of Psychotic Disorders: Neurobiology, Etiology,

and Pathogenesis. Book review.

http://psychservices.psychiatryonline.org/cgi/content/full/59/1/118. Diakses hari

selasa, 29 Desember 2009. Pukul 01.00.

5. Kembaren, L 2009. Psikoedukasi Keluarga paa pasien Skizofrenia.

http:sehatjiwa.blogspot.com/2009/11/psikoeukasi-keluarga-pada-pasien.html .

Diakses pada tanggal 25 Disember 2009

6. Wito, 2009. Skizofrenia Hebefrenik

http://witobarmawi.blogspot.com/2009/10/skizofrenia-hebefrenik.html. Diakses

tanggal 27 Disember 2009

7. Wikipedia, 2009. Skizofrenia. http://en.wikipedia .org/wiki/Skizophrenia. Diakses

tanggal 27 Disember 2009

8. Ahman Afruz 2009. Antipsokosa.

http://lihatdarisini.blogspot.com/2009/12/antipsikosa.html Diakses tanggal 28

Disember 2009

9. Sadock, Benjamin. 2007. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: behavioural

science/clinical. Tenth edition. Lippincott Williams and Wilkins:USA. Page: 498—

514.

10. Adam. 2008. Scizotypal Personality Disorer. www.pikirdong.org/psikologi. Diakses

hari rabu, tanggal 30 Desember 2009. Pukul 23.00.

11. Lili. 2009. Scizotypal Personality Disorder. http://www.mentalhealth.com/dis/p20-

pe03.html. Diakses hari rabu, tanggal 30 Desember 2009. Pukul 22.00.

12. Ghaziuddin, N., S. P. Kutcher, and P. Knapp. "Summary of the Practice Parameter

for the Use of Electroconvulsive Therapy With Adolescents." Journal of the

American Academy of Child and Adolescent Psychiatry 43 1 (2004): 119-122.

13. Wee, C. S. 2009. Psychotic Disorder. http://www.medicinenet.com. Diakses hari

kamis, tanggal 31 Desember 2009. Pukul 02.00.

25

Page 26: 41083062-Refer-At

14. Kaplan,I dkk. 1997. Sinopsis Psikiatri edisi ketujuh. Jakarta:Binarupa Aksara. P:

86—92.

15. Maramis. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 1. Surabaya: Airlangga University

Press. Hal 499—500.

16. Yosep, I. 2007. Faktor Penyebab dan Proses Terjadinya Gangguan Jiwa.

http://www.depkes.go.id. Diakses hari kamis, 31 Desember 2009. Pukul 02.10.

17. Verdi. 2008. Mood Disorder. http://dokterinuwicaksana.wordpress.com. Diakses

hari Kamis, tanggal 31 Desember 2009. Pukul 03.00.

18. Rika. 2003. KECENDERUNGAN GANGGUAN KEPRIBADIAN PADA REMAJA

dan DEWASA AWAL. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdl-s1-2003-evikristiy-270. Diakses hari

Kamis, tanggal 31 Desember 2009. Pukul 04.00.

26