41-45-1-SM

6
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009 102 PENDAHULUAN Autis dan gangguan lain dalam spektrum autis dianggap sebagai gangguan perilaku atau gangguan psikiatri yang disebabkan oleh kerusakan genetik yang tidak dapat disembuhkan dan banyak orang ber- anggapan bahwa autis merupakan ketidakmampuan ibu memberikan ikatan batin dan mencintai anak mereka dengan sepantasnya. Bentuk penanganan yang dilakukan pada anak-anak yang menderita autis berkisar pada terapi pendidikan atau modifikasi tingkah laku yang kadang-kadang ditambah dengan obat-obatan penenang (McCandless, 2003). Salah satu kelainan yang dijumpai pada anak autis, yang perlu menjadi perhatian para ibu, adalah gangguan sistem imun yang mendasari terjadinya alergi makanan pada individu tersebut. Sistem imun sebagian besar berlokasi di dalam saluran cerna untuk mencegah masuknya benda-benda asing ke dalam berbagai bagian tubuh yang lain. Defek pada sistem imun dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan mikroorganis- me tertentu, seperti jamur/ yeast Candida albicans, di dalam saluran cerna. Manifestasi penyakit alergi dapat berupa gangguan pencernaan, ruam kulit (urtikaria) dan gangguan perilaku seperti yang dijumpai pada Autism Spectrum Disorder (Jasaputra, 2003) Gangguan pencernaan kronis pada penderita autis tampaknya sebagai penyebab paling penting dalam kesulitan makan. Gangguan saluran cerna kronis yang terjadi adalah alergi makanan, intoleransi makanan dan reaksi simpang makanan lainnya. Berkaitan dengan hal ini tampaknya pendekatan diet merupakan penata- laksanaan yang cukup membantu dalam mengurangi gejala dan keluhan ini. Autisme dapat diderita oleh anak siapapun tan- pa melihat status sosial dan tingkat ekonomi keluarga, dan pada saat ini keluarga yang mengikutkan anaknya pada pusat terapi Yayasan Tali Kasih berasal dari kalangan yang mempunyai ekonomi sosial menengah ke atas. Anak autisme yang mengikuti terapi di Yayasan Tali Kasih ini sebanyak 32 orang. Peneliti melihat pada survei awal bahwa salah satu Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pola Makan Anak Penderita Autis di Yayasan Tali Kasih Knowledge, Attitude, and Practise in Dietary Pattern among Mothers of Autistic Children at Yayasan Tali Kasih Evawany Aritonang *) , Angela Pardede *) , Eka Ervika **) *) Fakultas Kesehatan Masyarakat USU **) Fakultas Psikologi USU ABSTRACT Background: One of the disorders found in autistic children is immune system aberration that affects gluten and casein metabolism, food intolerance, and vulnerability to infection e. Improved dietary pattern may help cure autism and reduce brain and digestion dysfunction. This study aimed to describe knowledge, attitude, and practice in dietary pattern among mothers with autistic children at Tali Kasih Foundation. Methods: This was a descriptive study. Population in this research is amount to 32 mothers then become total sampling. Data collected by using interview technique then analyzed descriptively in frequency distribution table. Results: The results showed that 31.3% of mothers with autistic children had good knowledge and 68.8% had fair knowledge. All of mothers had good attitude. 62.5% of mothers had good practice, and 37.5% had fair practice. Conclusion: Most of mothers of autistic children at Tali Kasih Foundation have either good or fair knowledge, attitude, and practice in feeding pattern. Jurnal Kedokteran Indonesia: 1 (1): 102-107 Key words: Knowledge, attitude, practice, mothers with autistic children, dietary pattern.

description

mn

Transcript of 41-45-1-SM

  • JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009

    102

    PENDAHULUAN

    Autis dan gangguan lain dalam spektrum autis

    dianggap sebagai gangguan perilaku atau gangguan

    psikiatri yang disebabkan oleh kerusakan genetik yang

    tidak dapat disembuhkan dan banyak orang ber-

    anggapan bahwa autis merupakan ketidakmampuan

    ibu memberikan ikatan batin dan mencintai anak

    mereka dengan sepantasnya. Bentuk penanganan yang

    dilakukan pada anak-anak yang menderita autis

    berkisar pada terapi pendidikan atau modifikasi

    tingkah laku yang kadang-kadang ditambah dengan

    obat-obatan penenang (McCandless, 2003).

    Salah satu kelainan yang dijumpai pada anak autis,

    yang perlu menjadi perhatian para ibu, adalah gangguan

    sistem imun yang mendasari terjadinya alergi makanan

    pada individu tersebut. Sistem imun sebagian besar

    berlokasi di dalam saluran cerna untuk mencegah

    masuknya benda-benda asing ke dalam berbagai bagian

    tubuh yang lain. Defek pada sistem imun dapat

    menyebabkan peningkatan pertumbuhan mikroorganis-

    me tertentu, seperti jamur/ yeast Candida albicans, di

    dalam saluran cerna. Manifestasi penyakit alergi dapat

    berupa gangguan pencernaan, ruam kulit (urtikaria) dan

    gangguan perilaku seperti yang dijumpai pada Autism

    Spectrum Disorder (Jasaputra, 2003)

    Gangguan pencernaan kronis pada penderita autis

    tampaknya sebagai penyebab paling penting dalam

    kesulitan makan. Gangguan saluran cerna kronis yang

    terjadi adalah alergi makanan, intoleransi makanan dan

    reaksi simpang makanan lainnya. Berkaitan dengan hal

    ini tampaknya pendekatan diet merupakan penata-

    laksanaan yang cukup membantu dalam mengurangi

    gejala dan keluhan ini.

    Autisme dapat diderita oleh anak siapapun tan-

    pa melihat status sosial dan tingkat ekonomi keluarga,

    dan pada saat ini keluarga yang mengikutkan anaknya

    pada pusat terapi Yayasan Tali Kasih berasal dari

    kalangan yang mempunyai ekonomi sosial menengah

    ke atas. Anak autisme yang mengikuti terapi di

    Yayasan Tali Kasih ini sebanyak 32 orang. Peneliti

    melihat pada survei awal bahwa salah satu

    Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu dalam Pola MakanAnak Penderita Autis di Yayasan Tali Kasih

    Knowledge, Attitude, and Practise in Dietary Pattern among Mothersof Autistic Children at Yayasan Tali Kasih

    Evawany Aritonang*), Angela Pardede*), Eka Ervika**)

    *) Fakultas Kesehatan Masyarakat USU**) Fakultas Psikologi USU

    ABSTRACT

    Background: One of the disorders found in autistic children is immune system aberration that affectsgluten and casein metabolism, food intolerance, and vulnerability to infection e. Improved dietarypattern may help cure autism and reduce brain and digestion dysfunction. This study aimed todescribe knowledge, attitude, and practice in dietary pattern among mothers with autistic children atTali Kasih Foundation.

    Methods: This was a descriptive study. Population in this research is amount to 32 mothers then becometotal sampling. Data collected by using interview technique then analyzed descriptively in frequencydistribution table.

    Results: The results showed that 31.3% of mothers with autistic children had good knowledge and68.8% had fair knowledge. All of mothers had good attitude. 62.5% of mothers had good practice, and37.5% had fair practice.

    Conclusion: Most of mothers of autistic children at Tali Kasih Foundation have either good or fairknowledge, attitude, and practice in feeding pattern. Jurnal Kedokteran Indonesia: 1 (1): 102-107

    Key words: Knowledge, attitude, practice, mothers with autistic children, dietary pattern.

  • ARITONANG, et al./ PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM POLA MAKAN ANAK

    103

    permasalahan yang memang dihadapi oleh para ibu

    adalah anak mereka mengalami kesulitan dalam

    menerima makanan dimana terjadi ketidakcocokan

    terhadap makanan yang dikonsumsi anak-anak mere-

    ka sehingga sering mengalami gangguan pencernaan,

    alergi dan bahkan berdampak pada perilaku anak

    autis yang lebih cenderung menunjukkan gejala dan

    keluhan autis yang meningkat, seperti anak menjadi

    lebih agresif, cengeng, dan lekas marah.

    Kesulitan anak menerima makanan dan sering-

    nya gangguan pencernaan yang dialami oleh anak

    autis di Yayasan Tali Kasih Medan membuat penulis

    tertarik ingin mengetahui bagaimana pengetahuan,

    sikap dan tindakan ibu dalam pola makan anak

    penderita autis di Yayasan Tali Kasih Medan pada

    tahun 2008.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam pola

    makan pada anak penderita autis di Yayasan Tali

    Kasih Medan Tahun 2008.

    SUBJEK DAN METODE

    Jenis penelitian adalah survey deskriptif dengan

    memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap

    dan tindakan ibu dalam pola makan anak penderita

    autis di Yayasan Tali Kasih Medan. Populasi pada

    penelitian ini adalah seluruh ibu anak penderita autis

    yang mengikuti program pendidikan khusus di

    Yayasan Tali Kasih Medan yang berjumlah 32 or-

    ang, selanjutnya seluruh populasi dijadikan sampel

    penelitian.

    HASIL-HASIL

    PENGETAHUAN RESPONDEN

    Responden di Yayasan Tali Kasih mempunyai tingkat

    pengetahuan baik sebanyak 10 orang (31.2%),

    sedangkan responden yang mempunyai tingkat

    pengetahuan sedang yaitu sebanyak 22 orang

    (68.7%). Dari seluruh responden yang diteliti, tidak

    ada responden yang berpengetahuan kurang. Aspek

    pengetahuan ibu tentang pola makan anak autis

    meliputi pengetahuan tentang gejala autisme,

    pendekatan diet anak dengan terapi diet anak autis,

    pengertian gluten dan kasein, efek makanan yang

    mengandung terigu dan susu, contoh makanan anti

    jamur, dan pengetahuan kaitan pemberian

    suplementasi dengan upaya penyembuhan autis.

    Tabel 1. Pengetahuan Responden tentang Pola Makan AnakAutis

    Dari Tabel 1 terlihat bahwa kebanyakan ibu

    tidak mengetahui dengan benar gejala autisme yaitu

    menyatakan bahwa gejala autisme adalah gangguan

    komunikasi dan fungsi intelektual dimana IQ kurang

    dari 70. Carpentieri dan Morgan dalam Davidson

    (2006) menyatakan meskipun secara umum anak

    autis lebih buruk dalam mengerjakan tugas yang

    memerlukan pemikiran abstrak, simbolisme, atau

    logika yang berhubungan dengan kelemahan bahasa

    mereka, namun mereka lebih baik dalam ketrampilan

    visual seperti mencocokkan rancangan balok dan

    merakit objek yang belum dirakit. Dengan kata lain

    anak autis mempunyai kemampuan kognitif rendah

    namun perkembangan sensori motorik lebih baik.

    SIKAP RESPONDEN

    Seluruh (100%) responden di Yayasan Tali Kasih

    memiliki sikap yang dikategorikan baik dalam pola

    makan anak penderita autis. Sepuluh respoden

    (3.2%) dengan pengetahuan baik di Yayasan Tali

    Kasih memiliki sikap yang baik pula dalam pola

    makan anak penderita autis dan 22 orang (68.7%)

    lainnya dengan pengetahuan yang dikategorikan

    sedang memiliki sikap yang baik dalam pola makan

    anak penderita autis.

  • JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009

    104

    TINDAKAN RESPONDEN

    Tindakan responden dalam pola makan anak

    penderita autis adalah kegiatan yang dilakukan

    responden dalam pemberian makan anaknya, baik

    dari mengkonsultasikan diet yang tepat untuk

    anaknya kepada para ahli, memperhatikan jenis

    makanan yang baik dikonsumsi anak, sampai dengan

    kepatuhan ibu dalam menerapkan diet pada anaknya.

    Responden di Yayasan Tali Kasih mempunyai

    tindakan dengan kategori baik yaitu sebanyak 20

    orang (62.5%), sedangkan responden yang

    Tabel 2. Sikap Responden tentang Pola Makan Anak Autis

    Tabel 3. Tindakan Responden dalam Menerapkan Diet padaAnak Autis

    mempunyai tingkat tindakan sedang yaitu sebanyak

    12 orang (37.5%), dari seluruh responden yang

    diteliti tidak ada responden yang memiliki tindakan

    kurang. Dari 20 responden (62.5%), di Yayasan Tali

    Kasih, yang mempunyai tindakan yang baik terdapat

    9 orang (90%) dengan kategori pengetahuan baik

    dan 11 orang (50%) dengan kategori pengetahuan

    sedang, sedangkan dari 12 responden (37.5%) yang

    mempunyai tindakan sedang terdapat 1 orang (10%)

    dengan kategori pengetahuan baik dan 11 orang

    (50%) dengan kategori pengetahuan sedang.

    Dari Tabel 3 terlihat bahwa sebagian besar

    responden menerapkan diet pada anaknya tanpa

    konsultasi terlebih dahulu dengan para ahli/profesi

    tetapi bersumber dari informasi yang diperoleh dari

    buku-buku, tabloid, dan pengalaman ibu lain yang

    memiliki anak autis. Berdasarkan wawancara

    diketahui karena menurut responden masalah

    pencernaan yang dialami anak tidak terlalu berat

    sehingga tidak perlu dikonsultasikan kepada para ahli.

    Dari 32 responden penelitian, hanya 1 orang (3.1%)

    yang melakukan konsultasi pada ahli/profesi terkait,

    yakni dengan anak mengikuti tes darah dan tes alergi,

    untuk kemudian diketahui jenis makanan apa saja

    yang tidak baik untuk anak tersebut.

    Seluruh responden menerapkan diet anti terigu

    (gluten) dan susu (kasein) pada anak mereka, sebagian

    besar responden tidak menyatakan melakukan diet

  • ARITONANG, et al./ PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM POLA MAKAN ANAK

    105

    anti jamur/ yeast karena sebelumnya para responden

    tidak mengetahui tentang istilah diet ini. Padahal

    dalam kegiatan nyata, para responden sudah melaku-

    kan diet anti jamur ini dengan tidak memberikan

    makanan yang mengandung gula dan mengganti

    konsumsi gula biasa dengan gula diet/ gula jagung.

    Begitu pun halnya dengan penerapan diet anti alergi

    jenis makanan tertentu hanya dilakukan oleh 12 or-

    ang (22.2%) untuk beberapa jenis makanan seperti

    telur dan kerang, dikarenakan anak akan mengalami

    alergi seperti gatal-gatal dan kemerahan pada kulit.

    Dua puluh dua (40.7%) responden menyatakan

    tidak selalu mematuhi aturan diet untuk anaknya.

    Hal ini dikarenakan ibu tidak melihat adanya

    gangguan yang berat bila sesekali anak diberikan

    makanan yang mengandung terigu, susu, dan gula.

    Dampak yang biasa timbul adalah anak hanya

    tampak lebih aktif dan suka memaksa, tetapi

    menurut responden hal tesebut bukan masalah yang

    harus dikhawatirkan karena sejauh ini responden bisa

    mengendalikan perilaku berlebihan anaknya tersebut.

    PEMBAHASAN

    Seluruh (100%) anak dari 32 responden mengkon-

    sumsi nasi sebagai makanan pokok dan kentang oleh

    25 anak responden (78.1%) dengan frekuensi makan

    sebanyak 1-3 kali/ minggu, sedangkan konsumsi

    bahan makanan pokok berupa roti tidak pernah

    dikonsumsi oleh 17 anak responden (53.1%).

    Anak dari 32 responden seluruhnya mengkon-

    sumsi lauk-pauk berupa daging dengan frekuensi

    makan 1-3 kali/minggu dan ikan yang paling sering

    dikonsumsi oleh 28 anak responden (87.5%) dengan

    frekuensi makan sebanyak 4-5 kali/ minggu,

    sedangkan konsumsi lauk-pauk yang paling jarang

    adalah cumi-cumi oleh 28 anak responden (87,5%)

    dengan frekuensi makan 1-3 kali/ bulan.

    Jenis sayur yang paling sering dikonsumsi oleh

    anak dari 32 responden adalah tomat (100%) dengan

    frekuensi makan 4-5 kali/minggu dan bayam oleh

    24 anak responden (75%) dengan frekuensi makan

    sebanyak 1-3 kali/ minggu, sedangkan sayur yang

    paling jarang dikonsumsi adalah brokoli oleh 26 anak

    responden (81.2%) dengan frekuensi makan 1-3 kali/

    bulan.

    Jenis buah yang paling sering dikonsumsi adalah

    apel oleh anak responden sebanyak 18 orang (56,2%)

    dengan frekuensi makan sebanyak 1-3 kali/ minggu,

    sedangkan buah yang paling jarang dikonsumsi

    adalah semangka oleh 30 anak responden (93,7%)

    dengan frekuensi makan 1-3 kali/ bulan.

    Seluruh anak responden (100%) mengkonsumsi

    susu kedelai sebagai pengganti susu sapi dengan

    frekuensi konsumsi 1-3 kali / hari, selain itu sirup

    juga paling sering dikonsumsi oleh 2 anak responden

    (6.2%) dengan frekuensi konsumsi 1-3 kali /minggu

    sedangkan yoghurt merupakan jenis minuman yang

    tidak pernah dikonsumsi oleh seluruh (100%) anak

    responden yang menderita autis.

    Penelitian ini menyimpulkan: Pengetahuan ibu

    di Yayasan Tali Kasih Medan mengenai pola makan

    anak penderita autis mayoritas dikategorikan sedang,

    yaitu 68.7%.

    Sikap ibu di Yayasan Tali Kasih Medan dalam

    pola makan anak penderita autis secara keseluruhan

    dikategorikan baik, yaitu 100%.

    Tindakan ibu di Yayasan Tali Kasih Medan dalam

    pola makan anak penderita autis sebagian besar

    dikategorikan baik, yaitu 62.5%. Hal ini menun-

    jukkan bahwa sebagian besar ibu sudah berupaya

    dengan baik dalam memperhatikan dan menjaga agar

    setiap jenis makanan yang dikonsumsi anak merupa-

    kan makanan yang aman dan baik bagi pemenuhan

    kebutuhan gizi anak.

    Makanan pokok selain nasi, yang paling sering

    dikonsumsi oleh anak autis di Yayasan Tali Kasih ada-

    lah kentang dengan frekuensi makan 1-3 kali / minggu

    dan jenis lauk pauk yang paling sering dikonsumsi

    adalah ikan dengan frekuensi makan 4-5 kali per

    minggu, sedangkan jenis sayuran yang paling sering

    dikonsumsi adalah tomat dan bayam oleh 75% anak.

    Jenis buah yang paling sering dikonsumsi adalah

    buah apel dengan frekuensi makan 1-3 kali / minggu

    dan seluruh anak responden mengkonsumsi susu

    kedelai dalam frekuensi 1-3 kali/ hari.

    Sebagian responden di Yayasan Tali Kasih yaitu

    37.5% responden menyatakan tidak selalu mematuhi

    aturan diet untuk anak autis dan sekali waktu pada

    saat acara makan keluarga atau akhir pekan atau dalam

    frekuensi 1-3 kali/ bulan mengizinkan anak mengkon-

    sumsi roti terigu, es krim, atau pizza. Pemberian jenis

  • JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 1/NO. 1/JANUARI/2009

    106

    atau pesan bergambar mengenai makanan yang tepat

    bagi anak dengan gangguan autis yang dipasang di

    dinding ruang tunggu.

    Melihat masih adanya ibu yang tidak selalu

    mematuhi aturan diet pada anak autis, diharapkan

    bagi pihak yayasan untuk mempertimbangkan

    tersedianya ahli gizi yang memberikan konsultasi

    tepat bagi ibu mengenai diet anak autis.

    Kiranya penelitian ini dapat dilanjutkan untuk

    melihat apakah penerapan diet anak autis

    memberikan dampak yang cukup jelas dalam

    perkembangan kesembuhan autis.

    DAFTAR PUSTAKA

    American Psychiatric, Association (2000). Diagnos-

    tic and Statistical Manual of Mental Disorders,

    Fourth Edition, Text Revision, DSM-IV-TR.

    American Psychiatric Association, Washington

    DC.

    Table 4 Distribusi Frekuensi Makan Anak Berdasarkan Jenis Makanan

    makanan yang sebenarnya dilarang dalam aturan diet

    anak autis, menurut pernyataan ibu tidak memberikan

    dampak yang berat bagi perilaku anak. Anak hanya

    akan sedikit lebih aktif dan agresif dalam meminta

    sesuatu, tetapi hal ini masih bisa diatasi oleh ibu.

    Seluruh responden menerapkan diet anti terigu

    (gluten) dan susu (kasein) karena pada anak autis,

    konsumsi makanan yang mengandung bahan-bahan

    ini berdampak tidak baik bagi perilaku anak, seperti

    hiperaktif, agresif, emosi, dan sulit berkonsentrasi.

    Diet anti jamur dan diet anti alergi jenis makanan

    tertentu diterapkan sesuai dengan keadaan atau

    masalah pencernaan yang di alami oleh anak.

    Penelitian ini memberi saran: Kepada pihak

    pusat terapi autisme diharapkan agar memberikan

    informasi yang lebih banyak mengenai aturan diet

    yang tepat dan seimbang untuk anak penderita autis,

    sehingga upaya penyembuhan autis tidak hanya

    terpusat pada terapi untuk perkembangan kognitif

    dan motorik anak autis. Informasi dapat berupa poster

  • ARITONANG, et al./ PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN IBU DALAM POLA MAKAN ANAK

    107

    Buie, Dr., (2002). Harvard Clinic Scientist Gut-Autism, Like Wakefield Findings. FEAT News-

    letter, http://www.feat.org. Tanggal Akses 14Desember 2007.

    Danuatmadja, B., (2004). Panduan Diet TepatUntuk Anak Autis. Cetakan Pertama, Jakarta :

    Puspa Swara

    Center for Disease Control (CDC), (2000). Preva-lence of Autis in Brick Township. New Jersey.

    http: / /www.cdc.gov/nceh/programs/dd/report.htm. Tanggal diakses 12 Januari 2008

    Davidson, GC. dkk., (2006). Psikologi Abnormal.Edisi ke-9, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

    Durand, Mark V. dkk., (2007). Psikologi Abnormal.

    Cetakan Pertama, Yogyakarta : Penerbit PustakaPelajar

    Hoang, Lie Goan,dkk., (1985). Pola Makan di In-donesia. Aspek Kesehatan Dan Gizi Balita,

    Yayasan Obor Indonesia

    Jasaputra, Diana K., (2003). Alergi Makanan PadaAnak Autis. Kongres Nasional Autisme Indone-

    sia Pertama, Pusat Informasi dan Penerbitan Ba-gian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia, Jakarta

    Judarwanto, dr. Widodo, Sp.A., (2004). Mangatasi

    Kesulitan Makan Pada Anak. Puspa Swara, Jakarta

    , (2007). Alergi Makanan Pada AnakMengganggu Otak dan Perilaku Anak. http://

    putera kembara.org/rm/Alergi3.shtml. Tanggaldiakses 20 November 2007

    , (2007). Kesulitan Makan Pada Pe-nyandang Autis. http://puterakembara.org/rm/

    Autisme. Tanggal diakses 20 November 2007

    Maulana, M., (2007). Anak Autis ; Mendidik AnakAutis dan Gangguan Mental Lain Menuju Anak

    Cerdas dan Sehat. Katahati, Jakarta

    McCandless, J., (2003). Children with Starving Brain.

    Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.www.autis.com/ari. Tanggal diakses 14 Januari 2008

    Munasir, Z., (2003). Alergi Makanan dan Autisme.

    Kongres Nasional Autisme Indonesia Pertama,Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu

    Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universi-tas Indonesia, Jakarta

    Notoatmodjo, S., (1993). Pengantar Pendidikan danIlmu Perilaku Kesehatan, Penerbit Andi Offset,

    Yogyakarta

    Pratomo, dan Sudarti, (1990). Usaha PenelitianBidang Kesehatan Masyarakat. Departemen

    Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

    Purba, Jan. S., (2003). Patogenesis Autisme: Menuju

    Tatalaksana Holistik. Kongres Nasional AutismeIndonesia Pertama, Pusat Informasi dan Penerbitan

    Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, Jakarta

    Rahayu, D., (2000). Pendekatan Nutrisi pada

    Penderita Autis dengan Mikronutrien. TesisPascasarjana IPB, Bogor. http://www.google.

    com/balita_autisme.html. Tanggal diakses 14Desember 2007

    Rimland, B., Baker, S., dan Brief. (1999). Alterna-tive Approaches to the Development of Effec-

    tive Treatment for Autis. Journal Autis DeficitDisorder. www.autis.com/Rimland. Tanggal

    diakses 14 Desember 2007

    Sarasvati, (2004). Meniti Pelangi. Penerbit PT. ElexMedia Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta

    Sarwono, S., (1993). Sosiologi Kesehatan. Cetakanpertama, Yogyakarta: Gadjah Mada University

    Press

    Siagian, Riama M., (1996). Pengetahuan, Sikap, danTindakan Ibu dalam Pemberian Anak Balita di

    Desa Tertinggal Lumban Dolok Desa SilaenKecamatan Silaen Kabupaten Tapanuli Utara

    Tahun 1995. Skripsi FKM-USU, Medan

    Sjambali, R., (2003). Intervensi Nutrisi Pada

    Autisme. Kongres Nasional Autisme IndonesiaPertama, Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian

    Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Uni-versitas Indonesia, Jakarta

    Soenardi, Tuti, dkk., (2007). Terapi Makanan Anak

    dengan Gangguan Autisme. PT.PenerbitanSarana Bobo Anggota IKAPI, Jakarta

    Yuliana, Esi E., (2007). Penanganan Anak AutisMelalui Terapi Gizi dan Pendidikan. http://

    www. depdiknas.go.id/jurnal/61/j61_02. pdf.Tanggal diakses 3 Februari 2008

    Wibudi, A., (2003). Naet-Bioresonans : Upaya

    Mengatasi Alergi Pada Autis. Kongres NasionalAutisme Indonesia Pertama, Pusat Informasi dan

    Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FakultasKedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

    Wijayakusuma, M. Hembing, (2004). PsikoterapiAnak Autisme. Pustaka Populer Obor, Jakarta

    Cover Jurnal JKI.pdfPage 1Page 2