4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi ... · Alamat : Jalan Mastrip Kebraon no. 213...
Transcript of 4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi ... · Alamat : Jalan Mastrip Kebraon no. 213...
32 Universitas Kristen Petra
4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Identitas Perusahaan
Penelitian ini dilakukan di salah satu industri minyak goreng yang berada
di Surabaya, yaitu PT. Djatim Super Cooking Oil. Perusahaan ini berdiri sejak
tahun 1964. Adapun perusahaan ini terletak di Jalan Mastrip Kebraon no.213-215,
Surabaya, Jawa Timur.
4.1.2. Sejarah Perusahaan
PT. Djatim Super Cooking Oil didirikan sejak tahun 1964 oleh Anthony
Sasongko di Surabaya. Perusahaan ini pada awalnya terletak di daerah Tanjung
Perak, Surabaya namun karena krisis ekonomi pusat operasional dialihkan ke
daerah Kebraon, Surabaya. Industri ini memproduksi berbagai macam merk
minyak goreng, antara lain: Bawang Berlian, Ikan Layar, Ikan Terbang, dan
Super. Minyak goreng yang digunakan berbahan baku kelapa/ kopra.
Pemasarannya langsung kepada rumah makan atau restoran maupun pasar-pasar
tradisional di kawasan Jawa Timur. Hingga saat ini, jumlah tenaga kerja yang
mendukung jalannya perusahaan adalah 80 sumber daya manusia yang terbagi
dalam beberapa divisi, yaitu:
1. Divisi Produksi
2. Divisi Teknologi dan Informasi
3. Divisi Pemasaran dan Keuangan
4. Divisi HRD
PT. Djatim Super Cooking Oil menerapkan sistem mass production dalam
proses produksinya, yaitu perusahaan akan terus melakukan proses produksi tanpa
dipengaruhi order. Namun, apabila terdapat order yang melebihi kapasitas
produksi, maka diberlakukan jam lembur untuk memenuhi permintaan.
33 Universitas Kristen Petra
4.1.3. Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PT.Djatim Super Cooking Oil
Bergerak di bidang : Industri minyak goreng
Alamat : Jalan Mastrip Kebraon no. 213 – 215, Surabaya, Jawa
Timur
Telepon : 031 – 7661120
Fax : 031 – 7674021
Jumlah karyawan : 80 orang
4.1.4. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT. Djatim Super Cooking Oil:
Menjadikan penjualan minyak goreng menempati posisi pertama dalam
kompetisi industry minyak goreng di pasar konsumen bisnis dalam jangka waktu
5 tahun kedepan
Misi PT. Djatim Super Cooking Oil:
1. PT. Djatim Super Cooking Oil ingin menghasilkan minyak goreng yang
hemat dalam pemakaian dan sangat baik bagi kesehatan pemakainya.
2. Memperluas distribusi di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya.
3. Mengedukasi masyarakat bahwa minyak kelapa sangat baik bagi
kesehatan.
4.1.5. Struktur Organisasi
Bagan 4.1. Struktur Organisasi PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
Direktur
Manager
Produksi
Manager Teknologi dan
Informasi
Manager Pemasaran
dan Keuangan
Manager
HRD
Research
and Quality
Control
Pabrik
Listrik
Mesin
34 Universitas Kristen Petra
4.1.6. Job Description
A. Direktur
1. Memimpin dan mengurus perusahaan
2. Bertanggungjawab penuh dalam menjalankan tugas untuk kepentingan
perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku
3. Bertanggungjawab secara pribadi jika bersalah atau lalai dalam
pelaksanaan tugasnya
4. Memeriksa laporan setiap divisi setiap bulannya
5. Melakukan transaksi sesuai anggaran dasar
B. Manager Produksi
1. Menetapkan sistem kerja di bidang produksi untuk mewujudkan produksi
yang optimal
2. Mengendalikan biaya produksi pada tingkat yang lebih efisien
3. Menetapkan dan mewujudkan produk yang berkualitas sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan.
4. Membuat laporan bulanan yang akan diserahkan kepada direktur
C. Manager Teknologi dan Informasi
1. Menetapkan sistem sarana dan prasarana perusahaan melalui teknik
informasi (TI) yang terintegrasikan dan berbasis data base, serta
memberdayagunakan secara maksimal
2. Memantau dan memelihara sarana dan prasarana perusahaan sesuai
prosedur yang telah ditetapkan.
3. Membuat laporan bulanan yang akan diserahkan kepada direktur
D. Manager Pemasaran dan Keuangan
1. Mengendalikan biaya penjualan dan biaya pengadaan pada tingkat yang
efisien
35 Universitas Kristen Petra
2. Menetapkan kebijakan dalam menyiasati perkembangan pasar dan
perilaku pesaing.
3. Mencari dan membina hubungan dengan mitra bisnis serta mitra aliansi
4. Menginformasikan kebutuhan pasar secara berkesinambungan kepada
manager produksi
5. Memasarkan produk dengan biaya penjualan yang efisien, nilai penjualan
optimal sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
6. Membuat laporan keuangan setiap bulan yang akan diserahkan kepada
direktur.
E. Manager HRD
1. Menetapkan kebutuhan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan
perusahaan.
2. Menetapkan sistem kerja sumber daya umum untuk mewujudkan
operational excellent.
3. Menetapkan sistem rekrutmen karyawan
4. Membuat laporan bulanan yang akan diserahkan kepada direktur.
4.1.7. Motto Perusahaan
PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya memiliki motto perusahaan:
“Hematnya Sampai ke Akhir”
Motto ini memberikan perbedaan dengan merk minyak goreng lainnya. Pada
umumnya minyak goreng yang beredar di pasaran hanya menonjolkan bahwa
minyak goreng yang mereka buat adalah minyak yang sehat, rendah kolestrol,
jernih, dan sebagainya. Namun perusahaan ini mencitrakan produk mereka
sebagai minyak goreng yang hemat karena bisa dipakai berulang kali dan tidak
mudah menghitam.
36 Universitas Kristen Petra
4.2. Deskripsi Data
4.2.1. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
1. Hasil Pengujian Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu
(kuesioner) mengukur apa yang diinginkan. Valid atau tidaknya alat ukur tersebut
dilihat dari nilai rhasil pada kolom corrected item total correlation apabila rhitung
positif dan lebih besar dari rtabel, maka alat ukur dapat dikatakan valid. Begitu juga
sebaliknya apabila rhitung bernilai tidak positif dan lebih kecil dari rtable, maka alat
ukur dikatakan tidak valid. Dalam hal ini karena jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah 80 maka df=78 dan rtable bernilai 0,220.
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Variabel Iklim Komunikasi Organisasi (X)
Item Pertanyaan Corrected item-total correlation rtabel Keterangan
1 0,446 0,220 Valid
2 0,600 0,220 Valid
3 0,402 0,220 Valid
4 0,581 0,220 Valid
5 0,472 0,220 Valid
6 0,545 0,220 Valid
7 0,535 0,220 Valid
8 0,524 0,220 Valid
9 0,298 0,220 Valid
10 0,297 0,220 Valid
11 0,358 0,220 Valid
12 0,467 0,220 Valid
13 0,642 0,220 Valid
14 0,526 0,220 Valid
15 0,528 0,220 Valid
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk 15 item pernyataan
iklim komunikasi organisasi memiliki nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel
37 Universitas Kristen Petra
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan iklim komunikasi
organisasi telah valid.
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan (Y)
Item Pertanyaan Corrected item-total correlation rtabel Keterangan
Y1 0,447 0,220 Valid
Y2 0,569 0,220 Valid
Y3 0,473 0,220 Valid
Y4 0,458 0,220 Valid
Y5 0,493 0,220 Valid
Y6 0,358 0,220 Valid
Y7 0,323 0,220 Valid
Y8 0,394 0,220 Valid
Y9 0,276 0,220 Valid
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk 9 item pernyataan
kinerja karyawan memiliki nilai rhitung lebih besar daripada nilai rtabel 0,2220
sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh item pernyataan kinerja karyawan
telah valid.
2. Hasil Pengujian Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian yang dimaksudkan untuk menunjukkan
sifat suatu alat ukur dalam pengertian apakah alat ukur yang digunakan cukup
akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa yang ingin diukur. Pengukuran
reliabilitas menggunakan nilai cronbach Alpha, suatu kuesioner dikatakan reliabel
bila memiliki nilai cronbach Alpha lebih besar dari 0,60.
Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Item pertanyaan Cronbach Alpha Keterangan
Iklim Komunikasi Organisasi (X) 0,852 Reliabel
Kinerja Karyawan (Y) 0,745 Reliabel
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
38 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui untuk item pernyataan
variabel iklim komunikasi organisasi dan kinerja karyawan masing-masing
memiliki nilai Cronbach Alpha sebesar 0,852 dan 0,745 sehingga dapat dinyatakan
bahwa item pernyataan variabel iklim komunikasi organisasi dan kinerja karyawan
telah reliabel (cronbach alpha > 0,6)
4.2.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik responden adalah data-data yang didapatkan dari responden
baik itu bisa berupa jenis kelamin dan pendidikan terakhir. Untuk lebih jelas lagi
bisa dilihat dari tabel di bawah :
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin responden adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah %
1 Pria 48 60
2 Wanita 32 40
Jumlah 80 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 80 karyawan PT. Djatim
Super Cooking Oil Surabaya banyak karyawan pria sebanyak 48 orang atau 60%
dan karyawan wanita sebanyak 32 orang atau 40%. Dari wawancara yang peneliti
lakukan bersama dengan Ibu Putri Oktavia selaku Human Resources
Development PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya pada tanggal 01 Mei 2013
hal ini dikarenakan secara fisik pria mempunyai kekuatan dan kecekatan yang
lebih dibandingkan karyawan wanita. Kecekatan dan kekuatan karyawan pria
sangat diperlukan untuk mengelola operasional perusahaan seperti halnya bagian
produksi, teknologi dan informasi serta pemasaran
Banyaknya karyawan laki-laki mendukung kinerja perusahaan apalagi
melakukan pekerjaan diluar perusahaan yang membutuhkan karyawan yang lebih
tahan fisik. Suwarto (1999, p.46) menyatakan bahwa “terdapat perbedaan dalam
hal memecahkan masalah, ketrampilan menganalisis, motivasi, keramahan,
39 Universitas Kristen Petra
dorongan berkompetisi dan kemauan belajar antara laki-laki dan perempuan.
Laki-laki sendiri cenderung lebih bertindak praktis dalam menyelesaikan sebuah
masalah sedangkan perempuan lebih bersikap menganalisis dalam memecahkan
sebauh masalah”.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir responden adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah %
1 SMA 39 48,8
2 Diploma 18 22,5
3 S1 23 28,8
Jumlah 80 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih banyak responden atau
karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya berpendidikan terakhir SMA
sebanyak 39 orang atau 48,8%, karyawan yang berpendidikan terakhir S1
sebanyak 23 orang atau 28,8% dan yang berpendidikan terakhir Diploma
sebanyak 18 orang atau 22,5%.
Dari wawancara singkat yang peneliti lakukan Ibu Putri Oktavia selaku
Human Resources Development PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya dapat
diketahui sebenarnya pihak PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
mensyaratkan minimal berpendidikan terakhir SMA untuk bagian operasional
seperti halnya produksi dan pemasaran dan minimal D3 atau D1 untuk jabatan
posisi staff seperti halnya bagian HRD, keuangan dan teknologi dan informasi.
Pendidikan ini terkait dengan pengetahuan. Pengetahuan sendiri merupakan
keinginan seseorang untuk mengetahui ketrampilan pekerjaan, sehingga semakin
tinggi pendidikan seseorang , pengetahuan akan keterampilannya pun semakin
tinggi (Spector, p56)
40 Universitas Kristen Petra
4.2.3. Deskripsi Variabel Penelitian Iklim Komunikasi Organisasi
Iklim organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam
organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi
tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil
resiko. Dalam variabel iklim komunikasi organisasi ini terdapat 15 pernyataan dan
masing-masing pertanyaan diberikan skor dari yang tertinggi hingga yang
terendah secara berurutan.
1. Kepercayaan Terhadap Atasan
Tabel 4.6. Kepercayaan Terhadap Atasan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 6 7,5
2 Tidak Setuju 11 13,8
3 Setuju 61 76,3
4 Sangat Setuju 2 2,5
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa bahwa adanya
kepercayaan karyawan terhadap atasan pada PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya , hal ini dapat diketahui dari paling banyak responden yang menjawab
setuju yaitu 61 orang atau 76,3%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 2 orang
atau 2,5% , yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 6 orang atau 7,5% dan
yang menjawab tidak setuju sebanyak 11 orang atau 13,8%.
Berdasarkan tabel didapatkan data bahwa 61 orang atau 76,3% karyawan
PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya menjawab setuju dengan adanya
kepercayaan yang tinggi terhadapat atasan. Hal ini merupakan suatu hal yang
positif dimana karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya mempunyai
kepercayaan dengan atasan. Kepercayaan yang ada pada atasan hal tersebut
dikarenakan atasan selalu memberikan masukan saat karyawan sedang dalam
kesulitan sehingga karyawan merasa percaya terhadap atasan pada PT. Djatim
Super Cooking Oil Surabaya hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
41 Universitas Kristen Petra
sebelumnya oleh Pace & Faules (2006, p. 159-160) bahwa personel di semua
tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan
hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas
yang didukung oleh pernyataan dan tindakan, pendapat lain juga dikemukakan
oleh Muhammad (2005, p.112) yang menyatakan bahwa adanya kepercayaan ini
akan mengarahkan pada hubungan yang terbuka yang akan mempermudah adanya
persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan atasan”.
2. Keyakinan Karyawan Terhadap Atasan
Tabel 4.7. Keyakinan Karyawan Terhadap Atasan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 2 2,5
2 Tidak Setuju 12 15
3 Setuju 55 68,8
4 Sangat Setuju 11 13,8
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden atau karyawan PT.
Djatim Super Cooking Oil Surabaya memiliki keyakinan terhadap atasan, hal ini
dapat diketahui dari paling banyak responden yang menjawab setuju yaitu 55
orang atau 68,8% , yang menjawab tidak setuju sebanyak sebanyak 12 orang atau
15%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 11 orang atau 13,8% dan yang
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 2,5%.
Berdasarkan tabel diatas 55 orang atau 68,8% karyawan PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya memiliki keyakinan terhadap atasan. Hal ini terlihat dari
data yang diperoleh terdapat 55 orang yang memilih setuju atas keyakinan
terhadap atasan. Hal tersebut dikarenakan berdasarkan hasil wawancara Ibu Putri
Oktavia selaku Human Resources Development PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya pada tanggal 01 Mei 2013, pihak PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya memilih pimpinan dengan seleksi yang ketat mulai dari test kemampuan
hingga test wawancara dan juga dari tingkat pendidikan yang tinggi minimal S1.
42 Universitas Kristen Petra
Dengan adanya bekal kemampuan tersebut, para karyawan PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya merasa yakin akan kemampuan atasan untuk memimpin
karyawan dan menjalankan tugasnya dengan baik.
Keyakinan yang harus dimiliki oleh masing-masing karyawan sesuai
dengan pendapat Pace dan Faules (2006, p.159) yang menyatakan bahwa
“personel pada semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan yang didalamnya kepercayaan, keyakinan, dan
kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan”. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Redding (1972) yang menyatakan bahwa “dalan setiap diri karyawan
harus memiliki kepercayaaan terhadap atasan, kepercayaan diri dan kredibilitas”
(Jablin , 1987, p.201).
3. Kepercayaan Terhadap Atasan Mampu Menjalankan Tanggung Jawab
Sesuai Job Description Divisinya Masing-Masing
Tabel 4.8. Kepercayaan Terhadap Atasan Mampu Menjalankan Tanggung Jawab
Sesuai Job Description Divisinya Masing-Masing
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa memiliki
kepercayaan terhadap kemampuan atasan untuk menjalankan tanggung jawab
sesuai Job Description. Hal ini dapat diketahui dari paling banyak responden yang
menjawab setuju yaitu 52 orang atau 65%, yang menjawab tidak setuju sebanyak
17 orang atau 21,3% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 11 orang atau
13,8%.
Berdasarkan tabel diatas 52 orang atau 65% karyawan PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya menyatakan setuju terhadap kemampuan atasan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 17 21,3
3 Setuju 52 65
4 Sangat Setuju 11 13,8
Jumlah 80 100%
43 Universitas Kristen Petra
menjalankan tugasnya masing-masing juga dapat dilihat dari hasil wawancara
yang peneliti lakukan dengan salah satu karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya divisi produksi yang berinisial AK bahwa di divisi produksi atasan
mampu menjalankan tugasnya dengan baik, AK menilai atasan mampu mengatur
manajemen waktu produksi dengan baik selain itu dalam proses pembagian tugas
juga dilakukan dengan baik sehingga proses produksi dapat berjalan dengan
maksimal. Kepercayaan dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Hasil wawancara
tersebut menjelaskan bahwa bawahan merasa percaya bahwa atasan mampu
menjalankan tanggung jawab sesuai job description divisinya masing-masing
karena memang atasan pada setiap divisi masing masing memiliki kemampuan
dalam mengatur bawahannya dengan baik sehingga kinerja tiap divisi. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Pace dan Paules (2006, p.163) yang menyatakan bahwa
kepercayaan terhadap atasan mampu menciptakan iklim komunikasi organisasi
yang kondusif bagi perusahaan.
4. Kepercayaan Atasan Terhadap Bawahan
Tabel 4.9. Kepercayaan Terhadap Bawahan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 5 6,3
2 Tidak Setuju 17 21,3
3 Setuju 49 61,3
4 Sangat Setuju 9 11,3
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa bahwa adanya
kepercayaan atasan terhadap bawahan pada PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya , hal ini dapat diketahui dari paling banyak responden yang menjawab
setuju yaitu 49 orang atau 61,3%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 9 orang
atau 11,3% , yang menjawab tidak setuju sebanyak 17 orang atau 21,3% dan yang
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 5 orang atau 6,3%.
44 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan tabel didapatkan data bahwa 49 orang atau 61,3% PT. Djatim
Super Cooking Oil Surabaya menjawab setuju dengan adanya kepercayaan yang
tinggi terhadapat perusahaan. Hal ini merupakan suatu hal yang positif dimana
pimpinan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya mempunyai kepercayaan
dengan bawahan. Pimpinan setiap divisi PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
harus percaya terhadap bawahan karena pimpinan juga membutuhkan informasi di
lapangan dari bawahan untuk pengambilan keputusan perusahaan kedepannya, hal
ini sesuai dengan pendapat Pace & Faules (2006, p. 159-160) yang menyatakan
bahwa personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan
dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan, pendapat lain
dikemukakan oleh Muhammad (2005, p.112) juga mengungkapkan bahwa
adanya kepercayaan ini akan mengarahkan pada hubungan yang terbuka yang
akan mempermudah adanya persetujuan yang diperlukan antara bawahan dan
atasan.
5. Keyakinan Atasan Terhadap Bawahan
Tabel 4.10. Keyakinan Atasan Terhadap Bawahan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 1 1,3
2 Tidak Setuju 20 25
3 Setuju 47 58,8
4 Sangat Setuju 12 15
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pimpinan PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya memiliki keyakinan terhadap bawahan, hal ini dapat
diketahui dari paling banyak responden yang menjawab setuju yaitu 47 orang
atau 58,8% , yang menjawab tidak setuju sebanyak sebanyak 20 orang atau 25%,
yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 orang atau 15% dan yang menjawab
sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 1,3%.
45 Universitas Kristen Petra
Sebagaian besar dari pimpinan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
memiliki keyakinan terhadap bawahan. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh
terdapat 47 orang atau 58,8% yang memilih setuju atas keyakinan terhadap atasan.
Adanya keyakinan terhadap bawahan hal tersebut berdasarkan wawancara dengan
Ibu Putri Oktavia selaku Human Resources Development PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya pihak PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya dikarenakan
dalam menyeleksi karyawan baru dengan seleksi yang ketat dan harus
berpengalaman di bidangnya misalnya untuk bagian marketing harus lulusan dari
Sarjana Ekonomi, selain itu sebelum bekerja karyawan baru juga mendapatkan
training terhadap tugas yang diberikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Pace dan Faules (2006, p.159) menyatakan bahwa personel
pada semua tingkatan baik atasan maupun pimpinan harus berusaha keras untuk
mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya kepercayaan,
keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan. Hal ini juga
didukung oleh pernyataan Redding (1972) yang menyatakan bahwa “dalan setiap
diri karyawan harus memiliki kepercayaaan terhadap atasan, kepercayaan diri dan
kredibilitas” (Jablin , 1987, p.201).
6. Kepercayaan Terhadap Bawahan Mampu Menjalankan Tanggung
Jawab Sesuai Job Description Divisinya Masing-Masing
Tabel 4.11. Kepercayaan Terhadap Bawahan Mampu Menjalankan Tanggung
Jawab Sesuai Job Description Divisinya Masing-Masing
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 3 3,8
2 Tidak Setuju 29 36,3
3 Setuju 37 46,3
4 Sangat Setuju 11 13,8
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pimpinan merasa memiliki
kepercayaan terhadap kemampuan bawahan untuk menjalankan tanggung jawab
sesuai Job Description. Hal ini dapat diketahui dari paling banyak responden yang
46 Universitas Kristen Petra
menjawab setuju yaitu 37 orang atau 46,3%, yang menjawab tidak setuju
sebanyak 29 orang atau 36,3% dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 11
orang atau 13,8% dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 orang atau
3,8%.
Banyaknya responden yang menyatakan setuju yakni sebanyak 37 orang
atau 46,3% terhadap kemampuan bawahan menjalankan tugasnya masing-masing
juga dapat dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu
pimpinan divisi pemasaran dan keuangan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
yang berinisial MT bahwa di divisi pemasaran dan keuangan bawahan mampu
menjalankan tugasnya dengan baik, MT menilai bawahan mampu mencapai target
untuk bagian pemasaran dan memasarkan produk perusahaan dengan baik, selain
itu untuk bagian keuangan bawahan mampu mencatat laporan keuangan dengan
sistematis dan teroganisir. Hasil wawancara tersebut menjelaskan bahwa atasan
percaya terhadap bawahan mampu menjalankan tanggung jawab sesuai job
description divisinya masing-masing karena pada perusahaan PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya sudah ada standard operasional procedure (SOP) di tiap
tiap perusahaan sehingga karyawan dapat bekerja sesuai dengan SOP masing-
masing divisi Kepercayaan antara atasan dan bawahan baik untuk perusahaan, hal
ini sesuai dengan pernyataan Pace dan Faules (2006, p.163) yang menyatakan
bahwa kepercayaan atasan dan bawahan mampu menciptakan iklim komunikasi
organisasi yang kondusif bagi perusahaan.
7. Kepercayaan Terhadap Rekan Sejawat
Tabel 4.12. Kepercayaan Terhadap Rekan Sejawat
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 6 7,5
2 Tidak Setuju 11 13,8
3 Setuju 52 65
4 Sangat Setuju 11 13,8
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
47 Universitas Kristen Petra
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa bahwa adanya
kepercayaan karyawan terhadap rekan sejawat pada PT. Djatim Super Cooking
Oil Surabaya, hal ini dapat diketahui dari paling banyak responden yang
menjawab setuju yaitu 52 orang atau 65%, yang menjawab sangat setuju
sebanyak 11 orang atau 13,8% , yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 6
orang atau 7,5% dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 11 orang atau 13,8%.
Berdasarkan tabel 4.12 didapatkan data bahwa 52 orang atau 65%
karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya menjawab setuju dengan
adanya kepercayaan yang tinggi terhadapat rekan sejawat. Hal ini merupakan
suatu hal yang positif dimana karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
mempunyai hubungan yang baik dengan rekan sejawat. Adanya kepercayaan
antar rekan sejawat dalam perusahaan karena pada PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya setiap sebelum melakukan aktivitas pekerjaan selalu dilakukan briefing
terhadap target pencapaian tiap-tiap divisi sehingga antara karyawan satu dengan
karyawan lainnya walaupun beda divisi dapat tercipta kepercayaan. Kepercayaan
terhadap rekan sejawat juga dapat meminimalisir konflik dengan rekan sejawat
seperti yang diungkapkan Muhammad (2005, p.120) bahwa dengan adanya
kepercayaan diantara karyawan dapat meminimalisir konflik perusahaan dan hal
ini dapat menumbuhkan iklim organisasi yang kondusif bagi karyawan.
8. Keyakinan Karyawan Terhadap Rekan Sejawat
Tabel 4.13. Keyakinan Karyawan Terhadap Rekan Sejawat
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 1 1,3
2 Tidak Setuju 16 20
3 Setuju 53 66,3
4 Sangat Setuju 10 12,5
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden atau karyawan PT.
Djatim Super Cooking Oil Surabaya memiliki keyakinan terhadap rekan sejawat,
48 Universitas Kristen Petra
hal ini dapat diketahui dari paling banyak responden yang menjawab setuju yaitu
53 orang atau 66,3%, yang menjawab tidak setuju sebanyak sebanyak 16 orang
atau 20%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 10 orang atau 12,5% dan yang
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 1,3%.
Berdasarkan tabel 4.13 diketahui 53 orang atau 66,3% karyawan PT.
Djatim Super Cooking Oil Surabaya memiliki keyakinan terhadap rekan sejawat.
Hal ini terlihat dari data yang diperoleh terdapat 53 orang yang memilih setuju
atas keyakinan terhadap rekan sejawat. Adanya keyakinan terjadap rekan sejahwat
hal tersebut dikarenakan berdasarkan wawancara dengan Ibu Putri Oktavia selaku
Human Resources Development PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya, pihak
PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya dalam menyeleksi karyawan baru dengan
seleksi yang ketat dan juga diberikan trainig sebelum bekerja karyawan sudah
merasa bahwa rekan kerja di PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya merupakan
rekan kerja yang handal dan dapat dipercaya.
Keyakinan yang harus dimiliki oleh masing-masing karyawan sesuai
dengan pendapat Pace & Faules (2006, p.159) yang menyatakan bahwa “personel
pada semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan
mempertahankan hubungan yang didalamnya kepercayaan, keyakinan, dan
kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan”. Hal ini juga didukung oleh
pernyataan Redding (1972) yang menyatakan bahwa “dalam setiap diri karyawan
harus memiliki kepercayaaan terhadap atasan, kepercayaan diri dan kredibilitas”
(Jablin , 1987, p.201).
49 Universitas Kristen Petra
9. Kepercayaan Terhadap Rekan Sejawat Mampu Menjalankan Tanggung
Jawab Sesuai Job Description Divisinya Masing-Masing
Tabel 4.14. Kepercayaan Terhadap Rekan Sejawat Mampu Menjalankan
Tanggung Jawab Sesuai Job Description Divisinya Masing-Masing
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 26 32,5
3 Setuju 42 52,5
4 Sangat Setuju 12 15
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa memiliki
kepercayaan terhadap kemampuan rekan sejawat untuk menjalankan tanggung
jawab sesuai Job Description. Hal ini dapat diketahui dari paling banyak
responden yang menjawab setuju yaitu 42 orang atau 52,5%, yang menjawab
tidak setuju sebanyak 26 orang atau 32,5% dan yang menjawab sangat setuju
sebanyak 12 orang atau 15%.
Banyaknya responden yang menyatakan setuju yakni sebanyak 42 orang
atau 52,5% terhadap kemampuan atasan menjalankan tugasnya masing-masing
juga dapat dilihat dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan salah satu
karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya divisi IT yang berinisial TO
bahwa di divisi IT rekan sejahwat mampu menjalankan tugasnya dengan baik, TO
menilai rekan sejawat dapat mengetahui tugas yang harus diselesaikan oleh
masing-masing karyawan dan sejauh ini belum ada masalah dengan rekan
sejawat. Hasil dari wawancara tersebut menjelaskan bahwa kepercayaan terhadap
rekan sejahwat mampu menjalankan tanggung jawab sesuai job description
divisinya masing-masing ada karena pada setiap divisi masing-masing sudah ada
Standard operasional procedure (SOP) sehingga karyawan dan rekan sejahwat
akan bekerja sesuai dengan Standard operasional procedure (SOP) yang ada.
Kepercayaan dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan menurut Pace & Faules (2006, p. 159-160) yang menyatakan bahwa
personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan
50 Universitas Kristen Petra
mempertahankan hubungan yang di dalamnya terdapat kepercayaan, keyakinan
dan kredibilitas yang didukung oleh pernyataan dan tindakan.
10. Kemauan Atasan Untuk Dapat Diajak Berkomunikasi Mengenai
Permasalahan Di Perusahaan
Tabel 4.15. Kemauan Atasan Untuk Dapat Diajak Berkomunikasi Mengenai
Permasalahan Di Perusahaan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 0 0
2 Tidak Setuju 12 15
3 Setuju 55 68,8
4 Sangat Setuju 13 16,3
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa bahwa atasan
mau untuk diajak berkomunikasi mengenai permasalahan di perusahaan . Hal ini
dapat diketahui dari paling banyak responden yang menjawab setuju yaitu 55
orang atau 68,8%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 13 orang atau 68,8%
dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 12 orang atau 15%.
Banyaknya responden yang menjawab setuju yakni sebanyak 55 orang
atau 68,8% karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya menunjukan
bahwa atasan mau untuk diajak berkomunikasi mengenai permasalahan di
perusahaan. Adanya kemauan atasan untuk diajak berkomunikasi mengenai
permasalahan di perusahaan dikarenakan atasan juga perlu mendapatkan
informasi mengenai permasalahan yang ada diperusahaan dari bawahan sehingga
atasan juga perlu berkomunikasi dengan bawahan mengenai permasalahan di
perusahaan.
Keterbukaan yang terjadi di suatu organisasi salah satunya dengan cara
kesempatan untuk berkomunikasi dijelaskan oleh Pace dan Faules (2006, p.160),
kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah
memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas karyawan saat
itu, yang mempengaruhi kemampuan karyawan untuk mengkoordinasikan
51 Universitas Kristen Petra
pekerjaan dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya dan yang berhubungan
luas dengan perusahaan oragnisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana.
11. Kemauan Atasan Berterusterang Ketika Melakukan Kesalahan
Tabel 4.16. Kemauan Atasan Berterusterang Ketika Melakukan Kesalahan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 2 2,5
2 Tidak Setuju 27 33,8
3 Setuju 39 48,8
4 Sangat Setuju 12 15
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa terdapat 39 orang
responden atau 48,8% menjawab setuju bahwa atasan memiliki kemauan untuk
berterusterang terhadap bawahannya ketika melakukan kesalahan, yang menjawab
sangat setuju sebanyak 12 orang atau 15%, yang menjawab tidak setuju sebanyak
27 orang atau 33,8% dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang
atau 2,5%.
Berdasarkan tabel 4.16 diketahui 39 orang responden atau 48,8%
karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya setuju dengan atasan yang mau
berterus terang ketika melakukan kesalahan. Atasan yang mau berterus terang
terhadap bawahan dikarenakan atasan merasa dalam sebuah organisasi kesalahan
yang semakin ditutupi akan menimbulkan masalah-masalah baru kedepannya. Hal
ini sependapat dengan Pace & Faules (2006, p. 159-160): yang menyatakan
bahwa “Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus
mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu
mengatakan ”apa yang ada dalam pikiran mereka“ tanpa mengindahkan apakah
mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.. Redding (1972)
berpendapat “bahwa iklim komunikasi yang baik diwujudkan pada keterbukaan
dan keterusterangan dalam suatu organisasi”. Demikian juga Dennis (1975) yang
52 Universitas Kristen Petra
beranggapan bahwa “iklim komunikasi yang baik dapat dilihat dari dirasakannya
keterbukaan hubungan atasan dan bawahan” (Jablin, 1987, p.201).
12. Kemauan Atasan Dapat Diajak Berkomunikasi dan Berkonsultasi
Mengenai Semua Permasalahan Di Perusahaan
Tabel 4.17. Kemauan Atasan Dapat Diajak Berkomunikasi dan Berkonsultasi
Mengenai Semua Permasalahan Di Perusahaan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 2 2,5
2 Tidak Setuju 16 20
3 Setuju 49 61,3
4 Sangat Setuju 13 16,3
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa bahwa atasan
dapat diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua permasalahan di
perusahaan, hal ini dapat diketahui dari paling banyak responden yang menjawab
setuju yaitu 49 orang atau 61,3%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 13
orang atau 16,3%, yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 2,5
dan yang menjawab tidak setuju 16 orang atau 20%.
Banyaknya responden yang menjawab setuju yakni sebanyak 49 orang
atau 61,3%. Hal tersebut dikarenakan memang pada kenyataannya karyawan
sering mengutarakan bahkan berkonsultasi mengenai perkerjaaan mereka baik
kepada atasan. Tidak jarang dari karyawan dan atasan saling bertukar pengalaman
tentang dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Pace & Faules (2006, p.154) juga menambahkan bahwa para karyawan di
semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi
mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang
relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi
kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen di atas mereka
agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.
Kemudian Miller (2009, p.29) juga mengatakan bahwa “karyawan seharusnya
53 Universitas Kristen Petra
dapat membuka komunikasi dengan rekan kerja dan atasan untuk membahas
mengenai masalah yang ada dalam pekerjaan”. Dengan demikian, komunikasi
dapat bermacam-macam dan berubah menurut cara-cara pengaruh komunikasi ini
ditentukan dan diteguhkan melalui interaksi antara para anggota organisasi.
13. Kemauan Bawahan Berterusterang Ketika Melakukan Kesalahan
Tabel 4.18. Kemauan Bawahan Berterusterang Ketika Melakukan Kesalahan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 2 2,5
2 Tidak Setuju 38 47,5
3 Setuju 26 32,5
4 Sangat Setuju 14 17,5
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa terdapat 38 orang
responden atau 47,5% menjawab tidak setuju bahwa bawahan memiliki kemauan
untuk berterusterang ketika melakukan kesalahan, yang menjawab setuju
sebanyak 26 orang atau 32,5%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 14 orang
atau 17,5% dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 2 orang atau 2,5%.
Bawahan banyak yang tidak setuju yakni sebanyak 38 orang responden atau
47,5% disini karena responden merasa takut jika akan mendapatkan teguran atau
dipecat bila berterus terang mengenai kesalahan yang dilakukan. Pace & Faules
(2006, p. 159-160) mengungkapkan Suasana umum yang diliputi kejujuran dan
keterusterangan harus mewarnai hubungan-hubungan dalam organisasi, dan para
pegawai mampu mengatakan ”apa yang ada dalam pikiran mereka“ tanpa
mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau
atasan
Redding (1972) berpendapat “bahwa iklim komunikasi yang baik
diwujudkan pada keterbukaan dan keterusterangan dalam suatu organisasi”.
Demikian juga Dennis (1975) yang beranggapan bahwa “iklim komunikasi yang
54 Universitas Kristen Petra
baik dapat dilihat dari dirasakannya keterbukaan hubungan atasan dan bawahan”
(Jablin, 1987, p.201).
14. Kesempatan Bawahan Untuk Berkomunikasi dan Berknsultasi dengan
Atasan
Tabel 4.19. Kesempatan Bawahan Untuk Berkomunikasi dan Berkonsultasi
dengan Atasan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 5 6,3
2 Tidak Setuju 14 17,5
3 Setuju 50 62,5
4 Sangat Setuju 11 13,8
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa bahwa atasan
mau untuk diajak berkomunikasi mengenai permasalahan di perusahaan . Hal ini
dapat diketahui dari paling banyak responden yang menjawab setuju yaitu 50
orang atau 62,5%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 11 orang atau 13,8%
dan yang menjawab tidak setuju sebanyak 14 orang atau 17,5%.
Banyaknya responden yang menjawab setuju yaitu setuju yaitu 50 orang
atau 62,5% menjelaskan bahwa keterbukaan yang terjadi di suatu organisasi salah
satunya dengan cara kesempatan untuk berkomunikasi, adanya kesempatan
bawahan untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan atasan dikarenakan
atasan dapat membuat bawahan nyaman dalam berkomunikasi dan berkonsultasi
selain itu atasan juga mampu memberikan saran dan masukan bagi karyawan yang
mengalami kesulitan. Pace & Faules (2006, p. 159-160) mengungkapkan bahwa
Para karyawan di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi
dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan
organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua
tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan
manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan
55 Universitas Kristen Petra
dan penentuan tujuan. Pace & Faules (2006, p.160) juga menambahkan kecuali
untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah
memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas karyawan saat
itu, yang mempengaruhi kemampuan karyawan untuk mengkoordinasikan
pekerjaan dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya dan yang berhubungan
luas dengan perusahaan oragnisasinya, para pemimpin dan rencana-rencana.
15. Rekan Sejawat Dapat Diajak Berkomunikasi Dan Berkonsultasi
Mengenai Semua Masalah Di Perusahaan
Tabel 4.20. Kemauan Atasan Dapat Diajak Berkomunikasi dan Berkonsultasi
Mengenai Semua Permasalahan Di Perusahaan
No Kategori Jawaban Jumlah %
1 Sangat Tidak Setuju 1 1,3
2 Tidak Setuju 16 20
3 Setuju 50 62,5
4 Sangat Setuju 13 16,3
Jumlah 80 100%
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden merasa bahwa atasan
dapat diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua permasalahan di
perusahaan, hal ini dapat diketahui dari paling banyak responden yang menjawab
setuju yaitu 50 orang atau 62,5%, yang menjawab sangat setuju sebanyak 13
orang atau 16,3%, yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 1 orang atau 1,3
dan yang menjawab tidak setuju 16 orang atau 20%.
Banyaknya responden yang menjawab setuju yakni sebanyak 50 orang
atau 62,5%, hal tersebut dikarenakan memang pada kenyataannya karyawan
sering mengutarakan bahkan berkonsultasi mengenai perkerjaaan mereka baik
kepada sesama karyawan. Tidak jarang dari antar karyawan saling bertukar
pengalaman tentang dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh Pace & Faules (2006, p. 159-160) mengungkapkan bahwa Para
karyawan di semua tingkatan dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan
berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan
56 Universitas Kristen Petra
organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua
tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dan berkonsultasi dengan
manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan
dan penentuan tujuan, selain itu Pace dan Faules (2006, p.154) juga
menambahkan bahwa “para anggota organisasi menentukan dan meneguhkan
eksistensi melalui komunikasi yang salah satunya adalah berkonsultasi, jadi
melalui proses interaksi, para anggota memeriksa eksistensi kerpecayaan,
dukungan, keterbukaan, penyuluhan, perhatian, dan keterusterangan”. Dengan
demikian, komunikasi dapat bermacam-macam dan berubah menurut cara-cara
pengaruh komunikasi ini ditentukan dan diteguhkan melalui interaksi antara para
anggota organisasi. Miller (2009, p.29) juga menambahkan bahwa karyawan
seharusnya dapat membuka komunikasi dengan rekan kerja dan atasan untuk
membahas mengenai masalah yang ada dalam pekerjaan.
Untuk mengetahui nilai rata-rata setiap indikator iklim komunikasi
organisasi dilakukan dengan cara membagi total skor jawaban responden untuk
tiap indikator dibagi dengan jumlah responden yaitu 22 orang. Berikut adalah nilai
mean dari tiap indikator seperti tabel berikut ini:
Tabel 4.21. Mean Tiap Indikator Iklim Komunikasi Organisasi
No Pernyataan Mean
1 Saya mempunyai kepercayaan terhadap atasan 2,74
2 Saya mempunyai keyakinan terhadap atasan 2,94
3 Saya menganggap atasan mampu menjalankan tanggung
jawab sesuai job description divisinya masing-masing
2,93
4 Saya mempunyai kepercayaan terhadap bawahan 2,78
5 Saya mempunyai keyakinan terhadap bawahan 2,88
6 Saya menganggap bawahan mampu menjalankan
tanggung jawab sesuai job description divisinya masing-
masing
2,70
7 Saya mempunyai keyakinan terhadap rekan sejawat 2,85
8 Saya mempunyai kepercayaan terhadap rekan sejawat 2,90
9 Saya menganggap rekan sejawat mampu menjalankan
tanggung jawab sesuai job description divisinya masing-
masing
2,83
10 Atasan dapat diajak berkomunikasi dan berkonsultasi
mengenai semua masalah di perusahaan
3,01
11 Atasan berani berterus terang ketika melakukan
kesalahan
2,76
12 Atasan dapat diajak berkomunikasi dan berkonsultasi
mengenai semua masalah di perusahaan
2,91
57 Universitas Kristen Petra
13 Bawahan dapat berani berterus terang ketika melakukan
kesalahan
2,65
14 Bawahan diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan
berkonsultasi dengan atasan
2,84
15 Rekan sejawat dapat diajak berkomunikasi dan
berkonsultasi mengenai semua masalah di perusahaan
2,94
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa indikator yang memiliki nilai
mean tertinggi adalah pernyataan ke sepuluh yaitu “Atasan dapat diajak
berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah di perusahaan” dengan
nilai mean sebesar 3,01 dan indikator dengan nilai mean terendah yaitu
pernyataan ke 13 sebesar 2,65 yaitu “Bawahan dapat berani berterus terang ketika
melakukan kesalahan”
Indikator yang memiliki mean tertinggi adalah indikator ke sepuluh, yaitu
atasan dapat diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah di
perusahaan. Keterbukaan yang terjadi di suatu organisasi salah satunya dengan
cara kesempatan untuk berkomunikasi dijelaskan oleh Pace & Faules (2006,
p.160), kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif
mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas
karyawan saat itu, yang mempengaruhi kemampuan karyawan untuk
mengkoordinasikan pekerjaan dengan orang-orang atau bagian-bagian lainnya dan
yang berhubungan luas dengan perusahaan oragnisasinya, para pemimpin dan
rencana-rencana.
Kemudian indikator yang memiliki mean terendah yaitu indikator ke 13.
Inidikator ke 13 yaitu bawahan dapat berani berterus terang ketika melakukan
kesalahan. Bawahan takut mengungkapkan kesalahannya karena takut
mendapatkan hukuman dari perusahaan.
4.2.4. Pengkategorian Variabel Iklim Komunikasi Organisasi
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkategorian jawaban
responden diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari
pertanyaan yang akan dijawab yaitu baik, sedang, buruk dengan menggunakan
rumus (Kriyantono, 2007, p.177) :
58 Universitas Kristen Petra
diinginkan yang jenjang
ndahskor tereinggiskor tertinterval
Pada penelitian ini terdapat 15 pertanyaan. Dengan demikian
pengkategorian jawaban responden untuk keseluruhan pertanyaan adalah sebagai
berikut :
Skor tertinggi : 4 x 15 = 60
Skor terendah : 1 x 15 = 15
Jenjang yang diinginkan : 3 (baik, sedang, buruk)
Interval = 153
1560
3
)115()415(
xx
Jadi batasan skor dalam lebar interval baik, sedang, buruk yaitu :
Kategori penilaian buruk bila jumlah skor antara 15- 30
Kategori penilaian sedang bila jumlah skor antara 31 – 45
Kategori penilaian baik bila jumlah skor antara 46– 50
Pada penelitian ini pengkategorian iklim komunikasi organisasi dilakukan
berdasarkan total skor jawaban responden dari keseluruhan pertanyaan pada
variabel iklim komunikasi organisasi bukan mengacu kepada pernyataan dalam
kuesioner. Hal ini menunjukan bahwa ketika seseorang menjawab setuju bukan
berarti memberikan penilaian iklim komunikasi organisasi yang baik demikian
juga ketika seorang menjawab tidak setuju bukan berarti memberikan penilaian
iklim komunikasi organisasi yang buruk, namun berdasarkan pada total skor
jawaban dari keseluruhan pertanyaan.
Melalui cara diatas maka dapat diketahui pengkategorian penilaian
responden berdasarkan mean skor jawaban responden, apakah responden
memberikan penilaian buruk, sedang atau baik pada iklim komunikasi organisasi
yang ada di perusahaan. Selanjutnya peneliti akan menghitung berapa banyak
responden dari 80 orang karyawan yang diteliti, yang masuk dalam kategori
memberi penilaian buruk, sedang atau baik. Berdasarkan perhitungan di atas maka
hasil pengkategorian variabel iklim komunikasi organisasi adalah sebagai berikut:
59 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.22. Pengkategorian Variabel Iklim Komunikasi Organisasi Secara
Keseluruhan
No Iklim Komunikasi
Organisasi Frekuensi Persen
1 Buruk 1 1,3
2 Sedang 59 73,7
3 Baik 20 25
Total 80 100
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 80 orang responden
atau karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya, sebanyak 59 orang atau
73,7% beranggapan bahwa iklim komunikasi organisasi di PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya sedang, hal ini menunjukan bahwa iklim komunikasi
organisasi sudah cukup baik namun perlu ada beberapa pembenahan terutama
pada kemauan bawahan untuk terus terang saat melakukan kesalahan karena
banyak karyawan yang tidak mau berterusterang saat melakukan kesalahan, 20
orang karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya menganggap bahwa
iklim komunikasi organisasi telah baik hal tersebut menunjukan bahwa terdapat
kepercayaan dan keyakinan antara atasan, bawahan dan rekan sejawat selain itu
dan 1 orang mengatakan iklim organisasi di PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya buruk karena responden merasa tidak ada saling kepercayaan antara
karyawan dan sulitnya berkonsultasi dengan atasan
Dari perhitungan mean juga dapat dilihat bahwa indikator yang memiliki
mean tertinggi indikator ke 10 yaitu kemauan atasan untuk diajak berkonsultasi
mengenai permasalahan dikantor dengan nilai mean sebesar 4,3,01 dan indikator
dengan nilai mean terendah yaitu indikator ke 13 yaitu keberanian bawahan untuk
terus terang terhadap kesalahannya. Hal ini menjelaskan bahwa atasan sangat
terbuka untuk menerima bawahannya berkonsultasi namun bawahannya sendiri
masih segan untuk mengungkapkan jika melakukan kesalahan.
Seperti yang dikatakan oleh Redding (dalam Pace & Faules, 2000, p.154)
bahwa “iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat
60 Universitas Kristen Petra
dalam organisasi untuk menunjukan kepada anggota organisasi bahwa organisasi
tersebut mempercayai anggotanya dan memberi kebebasan dalam mengambil
resiko, mendorong dan memberi tanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas,
menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi,
mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang sangat
dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi, secara aktif memberi
penyuluhan kepada anggota organisasi sehingga dapat melihat bahwa keterlibatan
anggota penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi dan menaruh
perhatian pada pekerjaan yang bermutu tinggi dan memberi tantangan”.
4.2.5. Deskripsi Variabel Penelitian Kinerja Karyawan
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas
dalam suatu organisasi dalam upaya mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi
organisasi tersebut, dalam variabel kinerja ini terdapat 9 pernyataan. Karena
kinerja disini menggunakan pertanyaan yang berbeda untuk setiap divisinya maka
akan dibahas berdasarkan dimensinya dan nilai rata-ratanya
Tabel 4.23. Deskripsi Mean Variabel Kinerja Karyawan
NO DIMENSI MEAN
1 Responsivitas 3,10
2 Tanggung Jawab 3,01
3 Akuntabilitas 3,11
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai mean tertinggi adalah pada
dimensi akuntabilitas, akuntabilitas disini menunjukan bahwa karyawan mampu
melaksanakan tugas yang diberikan atasan dengan baik dan karyawan mempunyai
integritas (mutu) tinggi terhadap pekerjaannya. Akuntabilitas ini mengacu pada
kemampuan serta usaha seseorang untuk mempunyai sikap konsisten dan
berintegritas terhadap segala tindakan yang dilakukannya (Syarifudin &
Tangkilisan, 2004, p.14).
Sedangkan nilai mean terendah adalah pada dimensi tanggung jawab yakni
sebesar 3,01, tanggung jawab disini berbeda-beda menurut divisi masing-masing,
pada divisi produk tanggung jawab pada proses produksi dan quality control,
61 Universitas Kristen Petra
bagian IT bertanggung jawab pada pemeliharaan pemeliharaan ala dan system
operasional public, divisi HRD bertanggung jawab terhadap prosedur
penyeleksian karyawan baru dan pelaksanaan program kerja di masing-masing
divisi sedangkan bagian pemasaran bertanggung jawab pada identifikasi segmen
pasar, setiap transaksi sesuai anggaran perusahaan. Tanggungjawab atau
responsbilitas tentang sejauhmana proses dari pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
tersebut. Proses dari pelaksanaan pemenuhan kebutuhan tersebut (Syarifudin &
Tangkilisan, 2004, p.14)
4.2.6. Pengkategorian Variabel Kinerja Karyawan
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengkategorian jawaban
responden diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari
pertanyaan yang akan dijawab yaitu baik, sedang, buruk dengan menggunakan
rumus (Kriyantono, 2007, p.177) :
diinginkan yang jenjang
ndahskor tereinggiskor tertinterval
Pada penelitian ini terdapat 9 pertanyaan. Dengan demikian
pengkategorian jawaban responden untuk keseluruhan pertanyaan adalah sebagai
berikut :
Skor tertinggi : 4 x 9
Skor terendah : 1 x 9
Jenjang yang diinginkan : 3 (baik, sedang, buruk)
Interval = 93
936
3
)19()49(
xx
Jadi batasan skor dalam lebar interval tinggi, sedang rendah yaitu :
Kategori penilaian tinggi bila jumlah skor antara 9-17
Kategori penilaian sedang bila jumlah skor antara 18-27
Kategori penilaian rendah bila jumlah skor antara 28 – 36
Pada penelitian ini pengkategorian kinerja karyawan dilakukan
berdasarkan total skor jawaban responden dari keseluruhan pertanyaan pada
62 Universitas Kristen Petra
variabel kinerja karyawan, bukan mengacu kepada pernyataan dalam kuesioner
hal ini menunjukan bahwa ketika seseorang menjawab setuju bukan berarti
memberikan penilaian kinerja yang baik demikian juga ketika seorang menjawab
tidak setuju bukan berarti memberikan penilaian kinerja yang buruk, namun
berdasarkan pada total skor jawaban dari keseluruhan pertanyaan.
Melalui cara diatas maka dapat diketahui pengkategorian penilaian
responden berdasarkan mean skor jawaban responden, apakah responden
memberikan penilaian buruk, sedang atau baik pada kinerja karyawan yang ada di
perusahaan. Selanjutnya peneliti akan menghitung berapa banyak responden dari
22 orang karyawan yang diteliti, yang masuk dalam kategori memberi penilaian
buruk, sedang atau baik. Berdasarkan perhitungan di atas maka hasil
pengkategorian variabel kinerja karyawan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.24. Pengkategorian Variabel Kinerja Karyawan Secara Keseluruhan
No Iklim Komunikasi
Organisasi Frekuensi Persen
1 Rendah 0 0
2 Sedang 39 48,8
3 Tinggi 41 51,3
Total 80 100
Sumber: Olahan Peneliti
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 80 orang responden
atau karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya, 41 orang atau 51,3%
beranggapan memiliki kinerja yang tinggi di PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya, dan 39 orang memiliki kinerja yang sedang di PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya. Tidak ada karyawan yang masuk kategori buruk hal ini
menunjukan bahwa di kinerja karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
telah baik. Hal tersebut menunjukan bahwa karyawan PT. Djatim Super Cooking
Oil Surabaya telah mampu bekerja dengan baik bila dilihat dari pengukuran
menggunakan dimensi responsivitas, tanggung jawab dan akuntabilitas.
63 Universitas Kristen Petra
4.3. Hasil Crosstabs
Pada bagian ini akan disajikan tabulasi silang antara karakteristik responden
dengan variabel iklim komunikasi organisasi dan kinerja karyawan seperti
terangkum dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.25. Hasil Crosstab antara Jenis Kelamin dengan Iklim Komunikasi
Organisasi
Jenis Kelamin * Iklim Komunikasi Organisasi Crosstabulation
Count
0 36 12 48
1 23 8 32
1 59 20 80
Laki-Laki
Perempuan
Jenis Kelamin
Total
Buruk Sedang Baik
Iklim Komunikasi Organisasi
Total
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa responden laki-laki yang
beranggapan bahwa iklim komunikasi organisasi di PT. Djatim Super Cooking
Oil Surabaya sedang sejumlah 36 orang sedangkan 12 orang responden laki-laki
yang beranggapan bahwa iklim komunikasi organisasi di PT. Djatim Super
Cooking Oil Surabaya baik, sedangkan responden perempuan sebanyak 23 orang
beranggapan bahwa iklim komunikasi organisasi di PT. Djatim Super Cooking
Oil Surabaya sedang, 8 orang beranggapan ilim komunikasi organisasi PT. Djatim
Super Cooking Oil Surabaya baik dan 1 orang beranggapan iklim komunikasi
organisasi di PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya baik. Jenis kelamin perlu
dicrostabkan dengan iklim komunikasi organisasi karena peneliti ingin
mengetahui klasifikasi karyawan pria dan wanita yang berhubungan dengan iklim
komunikasi organisasi seperti yang disampaikan Hurlock (2004) terdapat
perbedaan cara menyesuaikan diri antara pria dan wanita dengan lingkungannya.
Hal ini menunjukan bahwa responden laki-laki atau perempuan telah
beranggapan bahwa iklim komunikasi organisasi di PT. Djatim Super Cooking
Oil Surabaya telah cukup baik. Seluruh perempuan beranggapan bahwa iklim
komunikasi organisasi telah baik hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (2004,
p.285) bahwa “perempuan lebih bisa menyesuaikan diri terhadap lingkungan
pekerjaannya dari pada laki-laki”. Kormal et. al., (1981) dalam Wahyudi (2009)
menyatakan bahwa “laki-laki mempunyai harapan lebih tinggi dalam keberhasilan
64 Universitas Kristen Petra
pekerjaan dari pada perempuan secara umum, faktor perbedaan obyektif dan
subyektif menentukan keberhasilan karir antara laki-laki dan perempuan”.
Tabel 4.26. Hasil Crosstab antara Jenis Kelamin dengan Kinerja Karyawan
Jenis Kelamin * Kinerja Pegawai Crosstabulation
Count
23 25 48
16 16 32
39 41 80
Laki-Laki
Perempuan
Jenis Kelamin
Total
Sedang Tinggi
Kinerja Pegawai
Total
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada responden laki-laki
lebih banyak responden yang memiliki kinerja tinggi sebanyak 25 orang dan yang
memiliki kinerja sedang sebanyak 23 orang sedangkan untuk responden
perempuan antara responden yang memiliki kinerja tinggi dengan sedang sama
yakni sebanyak 2 orang.
Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa responden laki-laki
lebih memiliki perbandingan kinerja yang baik dari pada perempuan. Suwarto
(1999, p.45) berpendapat “bahwa laki-laki lebih agresif dan ambisius dalam
mencapai kesuksesan”. Holmes (2006) juga berpendapat “laki-laki dan perempuan
memiliki beberapa perbedaan mendasar, contohnya perempuan lebih fokus pada
kegiatan yang berhubungan dangan kegiatan sosial, sedangkan laki-laki lebih
menyukai mengenai suatu aktifitas yang mengandalkan tantangan, sedangkan
kinerja sendiri merupakan suatu kegiatan melakukan aktifitas kerja”.
65 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.27. Hasil Crosstab antara Pendidikan Terakhir dengan Iklim
Komunikasi Organisasi
Tingkat Pendidikan * Iklim Komunikasi Organisasi Crosstabulation
Count
0 28 11 39
1 14 3 18
0 17 6 23
1 59 20 80
SMA
D3
S1
Tingkat
Pendidikan
Total
Buruk Sedang Baik
Iklim Komunikasi Organisasi
Total
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 80 orang responden
yang diteliti, pada umumnya keseluruhan tingkat pendidikan lebih dominan ada
pada kategori sedang yakni responden tingkat pendidikan akhir SMA sebanyak 28
orang, tingkat pendidikan akhir D3 sebanyak 14 orang dan tingkat pendidikan
akhir S1 sebanyak 17 orang. Pada kategori iklim komunikasi organisasi baik
tingkat pendidikan akhir D3 sebanyak 11 orang dan tingkat pendidikan akhir S1
sebanyak 17 orang.
Zainun dalam Soetjipto (2007) berpendapat “bahwa pendidikan pada
dasarnya dimaksudkan untuk mempersiapkan SDM sebelum memasuki pasar
kerja, dengan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan dalam proporsi tertentu
diharapkan sesuai dengan syarat-syarat yang dituntut oleh suatu pekerjaan”. Irmin
(2005, p.78) juga berpendapat bahwa “karyawan yang mahir dalam hal
menyampaikan pesan dan mampu berinteraksi dengan orang lain akan mudah
diterima dalam berbagai lini organisasi”.
Tabel 4.28. Hasil Crosstab antara Pendidikan Terakhir dengan Kinerja
Karyawan
Tingkat Pendidikan * Kinerja Pegawai Crosstabulation
Count
20 19 39
10 8 18
9 14 23
39 41 80
SMA
D3
S1
Tingkat
Pendidikan
Total
Sedang Tinggi
Kinerja Pegawai
Total
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
66 Universitas Kristen Petra
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 80 orang responden
yang diteliti, pada umumnya responden yang berpendidikan terakhir S1 memiliki
kinerja yang tinggi sebanyak 14 orang dan sisanya sebanyak 9 orang memiliki
kinerja yang sedang, responden berpendidikan terakhir Diploma yang memiliki
kinerja baik di PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya sedang yaitu sebanyak 10
orang dan sisanya sebanyak 8 orang memiliki kinerja yang tinggi, dan untuk
responden yang berpendidikan terakhir SMA memiliki kinerja yang sedang
sebanyak 20 orang dan tinggi sebanyak dan sedang sebanyak 2 orang.
Mangkunegara (2005, p.16) berpendapat bahwa ”faktor internal berupa
intelegensi mempengaruhi kinerja seseorang”. Tingkat pendidikan personel dalam
perusahaan disebut sebagai modal intelektual. Modal intelektual memiliki peranan
yang sangat penting dan strategis di dalam perusahaan ditinjau secara ekonomi,
dengan modal intelektual memungkinkan manusia untuk meningkatkan
produktivitasnya, memelihara dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki
serta membina motivasi yang tinggi dalam mencapai prestasi (Joesoef, 2003,
p.123).
4.4. Analisis Regresi
Uji regresi dalam penelitian ini dilakukan untu mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel X (iklim komunikasi organisasi) terhadap variabel Y (kinerja
karyawan). Sebelum melakukan uji regresi, diperlukan perumusan hipotesis
terlebih dahulu. Adapun hipotesis untuk penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada pengaruh antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja
karyawan di PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
H1 : Ada pengaruh antara iklim komunikasi organisasi dengan kinerja karyawan
di PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya
Dari hasil pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil uji
regresi sebagai berikut :
67 Universitas Kristen Petra
Tabel 4.29. Coefficients regresi iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja
Coefficientsa
17,081 2,102 8,124 ,000
,250 ,049 ,502 5,121 ,000
(Constant)
Iklim Komunikasi
Organisasi
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coeff icients
Beta
Standardized
Coeff icients
t Sig.
Dependent Variable: Kinerja Kary awana.
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Dari hasil tersebut diketahui persamaan regresi yang sederhana adalah
sebagai berikut :
Y = 17,081 + 0,250X
Pada temuan tersebut terlihat bahwa nilai konstantanya adalah sebesar
17,081 yang artinya apabila tidak ada iklim komunikasi organisasi (X=0), maka
kinerja pegawai adalah sebesar 17,081 poin. Sedangkan nilai koefisien regresinya
memiliki nilai positif yaitu sebesar 0,250 yang artinya setiap ada kenaikan iklim
komunikasi organisasi, maka kinerja juga akan mengalami kenaikan. Demikian
sebaliknya, bila iklim komunikasi organisasi mengalami penurunan maka kinerja
juga akan mengalami penurunan.
Dalam penelitian ini, untuk menguji signifikansi konstanta dan variabel
independen (iklim komunikasi organisasi), maka dilakukan uji t. Dari tabel 4.29
terlihat bahwa pada kolom signifikan variabel iklim komunikasi organisasi
mempunyai angka signifikan dibawah 0,05. Maka dalam penelitian ini Ho ditolak
dan H1 diterima dalam artian ada pengaruh antara iklim komunikasi organisasi
dengan kinerja karyawan di PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya. Ini
membuktikan bahwa hipotesis yang pernah diungkapkan oleh Kopelman, Brief
perubahan iklim komunikasi organisasi mungkin pada nantinya akan
mempengaruhi kinerja adalah benar (Pace & Faules, 2006, p.148).
Iklim komunikasi organisasi di dalam organisasi itu penting karena iklim
komunikasi sebuah organisasi mempengaruhi cara hidup yang meliputi: kepada
siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana
kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang ingin kita capai dan
bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi. Pace & Faules juga
68 Universitas Kristen Petra
mengatakan bahwa iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan
dan perilaku individu. Perubahan iklim ini mungkin pada gilirannya
mempengaruhi kinerja dan produktivitas pegawai, akan terlihat bahwa meskipun
semua konsekuensi praktik-praktik perbaikan produktivitas mencerminkan
perubahan dalam iklim, banyak yang demikian. Iklim secara umum dan iklim
komunikasi secara khusunya, berlaku sebagai faktor-faktor penengah antara
unsur-unsur sistem kerja dengan ukuran-ukuran yang berbeda keefektivan
organisasi seperti produktivitas, kualitas, kepuasan, dan vitalitas (Pace & Faules,
2006, p.148).
4.5. Pengaruh Iklim Organisasi Dengan Kinerja Karyawan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Iklim
Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Karyawan PT. Djatim Super Cooking Oil
Surabaya. Dari hasil pengujian korelasi dengan menggunakan metode Pearson
Correlation diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.30 Hasil regresi iklim komunikasi organisasi terhadap kinerja
Sumber: Olahan Peneliti, 2013
Pada tabel tersebut diketahui angkar R sebesar 0,502. Ini menunjukan bahwa
korelasi atau hubungan antara kinerja dan iklim komunikasi organisasi adalah
kuat karena angka R diatas 0,5. Besarnya pengaruh iklim komunikasi organisasi
PT. Djatim Super Cooking Oil Surabaya terhadap kinerja karyawan adalah 25,2%.
Hal ini dapat terjadi karena factor-faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi
organisasi seperti kepercayaan, pembuatan keputusan bersama, kejujuran,
keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, mendengarkan dalam komunikasi ke
atas, serta perhatian pada tujuan-tujuan kinerja yang tinggi benar benar
berpengaruh sehingga membuat iklim komunikasi organisasi mempengaruhi
kinerja sedangkan sisanya sebesar 74,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain
diluar iklim komunikasi organisasi. Ini membuktikan bahwa masih banyak
variabel-variabel lain yang mempengaruhi kinerja seperti halnya motivasi,
kompensasi atau komitmen yang dimiliki oleh karyawan itu sendiri.