4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK...

33
4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI MODEL PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN PADA LAHAN KERING IKLIM KERING Gusti Putu Wigena, Linca Anggria, dan Joko Purnomo Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Pendahuluan Pembangunan pertanian di Indonesia selama ini terfokus pada peningkatan produksi pangan, terutama beras sehingga sebagian besar dana dan daya pemerintah telah dialokasikan untuk program-program seperti intensifikasi, jaringan-jaringan pengairan, dan pencetakan sawah. Dengan usaha yang dilakukan tersebut, lahan sawah memberikan sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian. Melalui berbagai program intensifikasi padi seperti bimbingan masal (Bimas), intensifikasi khusus (Insus), intensifikasi masal (Inmas), intensifikasi umum (Inmum), operasi khusus (Opsus), dan Supra Insus, produksi padi terus meningkat sampai 25 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 1985 (Setyorini et al. 2004). Sampai tahun 2012 produktivitas padi nasional mencapai 5,31 t GKG/ha dan sedikit meningkat pada tahun 2013 sampai 5,32 t GKG/ha (Badan Pusat Statistik 2014). Penurunan peningkatan produktivitas lahan sawah, alih fungsi lahan sawah, tingginya laju pertambahan penduduk dan konsumsi beras per kapita menyebabkan laju peningkatan produksi padi tidak bisa mengimbangi laju permintaan, sehingga pemerintah perlu melakukan import beras. Penurunan produktivitas lahan sawah di sentra produksi beras erat kaitannya dengan penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik yang tidak seimbang sehingga mengganggu ketersediaan unsur hara bahkan sampai menimbulkan gejala keracunan tanaman. Rendahnya kadar bahan organik tanah berkontribusi nyata terhadap penurunan produktivitas lahan sawah. Dilaporkan oleh Minardi (2009) bahwa kadar bahan organik pada 60% sawah di Jawa lebih rendah dari 1%, merupakan kadar bahan organik yang sangat rendah. Walaupun terdapat program pencetakan sawah baru, laju alih fungsi lahan masih belum bisa mengimbangi penurunan luas lahan sawah. Pada periode 1999-2002, dilaporkan terjadi alih fungsi lahan di seluruh Indonesia seluas 563. 156 hektar dan 30% terjadi di Jawa. Pada periode sebelumnya yaitu dari tahun 1978-1998, alih fungsi lahan sawah sekitar 1,07 juta hektar atau setara dengan kehilangan produksi padi sebanyak 4,7 juta ton (Minardi 2009). Pertambahan penduduk termasuk variabel yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan beras. Saat ini, laju

Transcript of 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK...

Page 1: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIKSEBAGAI MODEL PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN PADA

LAHAN KERING IKLIM KERING

Gusti Putu Wigena, Linca Anggria, dan Joko PurnomoPeneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

Pendahuluan

Pembangunan pertanian di Indonesia selama ini terfokus padapeningkatan produksi pangan, terutama beras sehingga sebagian besardana dan daya pemerintah telah dialokasikan untuk program-programseperti intensifikasi, jaringan-jaringan pengairan, dan pencetakan sawah.Dengan usaha yang dilakukan tersebut, lahan sawah memberikansumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanamanpangan sebagai bagian dari sektor pertanian. Melalui berbagai programintensifikasi padi seperti bimbingan masal (Bimas), intensifikasi khusus(Insus), intensifikasi masal (Inmas), intensifikasi umum (Inmum), operasikhusus (Opsus), dan Supra Insus, produksi padi terus meningkat sampai25 juta ton gabah kering giling (GKG) pada tahun 1985 (Setyorini et al.2004). Sampai tahun 2012 produktivitas padi nasional mencapai 5,31 tGKG/ha dan sedikit meningkat pada tahun 2013 sampai 5,32 t GKG/ha(Badan Pusat Statistik 2014).

Penurunan peningkatan produktivitas lahan sawah, alih fungsilahan sawah, tingginya laju pertambahan penduduk dan konsumsi berasper kapita menyebabkan laju peningkatan produksi padi tidak bisamengimbangi laju permintaan, sehingga pemerintah perlu melakukanimport beras. Penurunan produktivitas lahan sawah di sentra produksiberas erat kaitannya dengan penggunaan pupuk kimia dan pupuk organikyang tidak seimbang sehingga mengganggu ketersediaan unsur harabahkan sampai menimbulkan gejala keracunan tanaman. Rendahnyakadar bahan organik tanah berkontribusi nyata terhadap penurunanproduktivitas lahan sawah. Dilaporkan oleh Minardi (2009) bahwa kadarbahan organik pada 60% sawah di Jawa lebih rendah dari 1%,merupakan kadar bahan organik yang sangat rendah.

Walaupun terdapat program pencetakan sawah baru, laju alihfungsi lahan masih belum bisa mengimbangi penurunan luas lahansawah. Pada periode 1999-2002, dilaporkan terjadi alih fungsi lahan diseluruh Indonesia seluas 563. 156 hektar dan 30% terjadi di Jawa. Padaperiode sebelumnya yaitu dari tahun 1978-1998, alih fungsi lahan sawahsekitar 1,07 juta hektar atau setara dengan kehilangan produksi padisebanyak 4,7 juta ton (Minardi 2009). Pertambahan penduduk termasukvariabel yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan beras. Saat ini, laju

Page 2: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

62 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

pertambahan penduduk Indonesia sekitar 1,4%, melebihi peningkatanproduksi pada tahun 2012-2013, setinggi 0,38% (Badan Pusat Statistik2014). Selain pertumbuhan penduduk yang melebihi peningkatanproduksi beras, konsumsi beras per kapita juga masih tinggi yaitu sekitar139 kg/kapita/tahun (Badan Pusat Statistik 2009), yang masih melebihikonsumsi beras di beberapa Negara Asia Tenggara seperti Thailand,Singapura, dan Malaysia.

Berdasarkan kepada permasalahan dalam pemenuhan kebutuhanpangan (beras) nasional tersebut, diperlukan upaya untukmengoptimalkan lahan-lahan suboptimal, termasuk lahan kering iklimkering sebagai salah satu sumber penghasil pangan. Seperti dilaporkanoleh Lakitan dan Gofar (2013) bahwa untuk mewujudkan ketahananpangan secara berkelanjutan (ekologis) dengan biaya yang terjangkauoleh petani (ekonomis), maka Indonesia tidak punya pilihan lain kecualiharus mulai dengan sungguh-sungguh untuk mengelola lahan-lahansuboptimal yang dimiliki, terutama di luar Pulau Jawa. Argumenutamanya adalah: 1) walaupun secara teknis proses budi daya tanamandapat dilakukan tanpa tanah (hidroponik dan aeroponik), namun secaraekonomi sulit dapat dilakukan; 2) lahan yang subur semakin menyempitkarena dikonversi menjadi lahan untuk kepentingan non-pertanian.

Pemanfaatan lahan kering sebagai salah satu sumber produksipertanian didukung oleh berbagai hasil pengkajian lapangan yangdilakukan di berbagai daerah di Indonesia seperti di NTT, Lampung, danNTB yang menunjukkan bahwa lahan kering di Indonesia mempunyaipotensi pengembangan untuk pertanian yang berkelanjutan dan dapatmendukung program: 1) ketahanan pangan; 2) mendukung programpengentasan kemiskinan; 3) menciptakan peluang kerja bagi masyarakatlokal yang berarti mengatasi pengangguran; dan 4) memperbaiki kualitassumber daya lingkungan lokal, regional, dan global (Suwardji 2005).Dalam kaitannya dengan memposisikan lahan kering sebagai sumberdaya pertanian masa depan, maka pemanfaatan lahan kering perludiperluas, utamanya untuk pengembangan pertanian tanaman pangansebagai penopang kehidupan masyarakat, dengan tetap menjagaperanannya sebagai stabilisasi dan peningkatan fungsi ekosistem.

Untuk mencapai tujuan yang dimaksud tersebut maka kegiatanpertanian yang dikembangkan harus berorientasi pada sistem usaha taniyang mengutamakan kelestarian lingkungan dan mampu menghasilkanproduk yang berkualitas secara nutrisi dan berkelanjutan. Sistem usahatani yang dimaksud adalah pertanian ramah lingkungan yang didefinisikansebagai aktivitas pertanian yang secara ekologi sesuai, secara ekonomimenguntungkan, secara sosial bisa diterima oleh pelaku pertanian, danmampu menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan (Supriana2012). Beberapa komponen pertanian ramah lingkungan (Wihardjaka

Page 3: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 63

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

dan Setyanto 2014) adalah: 1) peningkatan produktivitas; 2) rendah emisigas rumah kaca; 3) adaptif terhadap perubahan iklim; 4) penerapanpengendalian hama terpadu; 5) rendah cemaran logam berat; 6) bebaslimbah; 7) pemanfaatan sumber daya lokal; 8) terpeliharanyakeanekaragaman hayati; dan 9) konservasi tanah dan air.

Implementasi pertanian ramah lingkungan pada kenyataannyatidak mudah ditingkat petani. Petani pada lahan kering iklim kering yangmemiliki kendala sosial, ekonomi, infrastruktur, biofisik lingkungan yanglebih berat dibandingkan dengan petani yang mengelola lahan pertanianlainnya. Namun demikian, dengan kemauan, pengetahuan, bimbinganteknis, dan fasilitas yang memadai realisasi pertanian ramah lingkunganberpeluang baik untuk berhasil. Agar pertanian ramah lingkunganmenjadi berhasil dan berdaya guna, aplikasinya seyogyanya mengikutikaidah: 1) menggunakan sedikit mungkin input bahan kimia; 2)melaksanakan konservasi tanah dan air; 3) memperhatikan keseimbanganekosistem; dan 4) menjaga stabilitas produksi berkelanjutan(Sumansangaji 2013).

Sebaran dan Permasalahan Lahan Kering Iklim Kering

Lahan kering iklim kering tergolong dalam salah satu jenis lahansuboptimal yang didefinisikan sebagai lahan yang kurang dapatmendukung produksi pangan karena kekurangan satu atau lebih unsuratau komponen pendukungnya. Di Indonesia, sebaran lahan suboptimaldidominasi oleh lahan kering masam dan lahan rawa (lahan pasang surutdan lahan rawa). Sementara itu, menurut Hidayat dan Mulyani (2002)mendefinisikan lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernahdigenangi air atau tergenang air pada sebagian waktu selama setahun.Selanjutnya, lahan kering dapat dibagi dalam dua golongan yaitu lahan

kering dataran rendah yang berada pada ketinggian antara 0 – 700 m diatas permukaan laut (dpl) dan lahan kering dataran tinggi yang beradapada ketinggian diatas 700 m dpl. Lahan kering beriklim kering dicirikandengan curah hujan rendah 1. 000-1. 500 mm/th selama 3-4 bulandengan distribusi tidak teratur. Fluktuasi curah hujan sangat tinggi, padasuatu saat bisa mencapai 100 mm/hari atau bisa berhenti sama sekaliselama 2-3 minggu (Nasiu 2012).

Ditinjau dari luasan, lahan kering memiliki potensi yangmenjanjikan karena tersebar sangat luas yaitu sekitar 140 juta hektar dansekitar 56 juta hektar (di luar Maluku dan Papua) sudah digunakan untukpertanian (Hidayat dan Mulyani 2002). Dari luasan tersebut, lahan keringiklim kering seluas 7,8 juta hektar dimana pada saat ini sebagian darilahan-lahan suboptimal ini sudah dimanfaatkan untuk budi daya tanamandan ternak dalam bentuk usaha tani integrasi tanaman-ternak (Lakitan

Page 4: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

64 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

dan Gofar 2013). Dari aspek penggunaannya, berturut-turut adalahhutan rakyat (16,5%), perkebunan (15,8%), tegalan (15,0%), ladang(5,7%), padang rumput (4,0%), lahan kering yang kosong danmerupakan tanah yang tidak diusahakan seluas (14,0%) dari total lahankering, merupakan potensi yang besar untuk dapat dimanfaatkan (Minardi2009). Secara geografis, lahan kering iklim kering tersebar luas di Prov.Nusa Tenggara Barat yaitu sekitar 1. 673. 476 hektar (Suwardji 2005).

Walaupun potensi lahan kering iklim kering cukup besar, lahankering yang ada memiliki ekosistem yang rapuh (fragile) dan mudahterdegradasi apabila pengelolaannya tidak dilakukan dengan perencanaanyang baik, topografi umumnya berbukit dan bergunung, ketersediaanlengas tanah yang terbatas, lapisan olah tanah dangkal, mudah tererosi,teknologi diadopsi dari teknologi lahan basah yang tidak sesuai,infrastruktur tidak memadai, sumber daya manusia masih relatif rendah,kelembagaan sosial ekonomi masih lemah, perhatian pemerintah sangatkurang dan partisipasi berbagai pihak dalam pengembangan lahan keringterutama pihak swasta sangat kurang.

Masalah yang utama dalam pengelolaan lahan kering iklim keringadalah faktor fisik yang telah rusak atau mempunyai potensi yang cukupbesar untuk menjadi rusak. Sehingga paket teknologi yang berorientasipada perlindungan lahan kering sangat diperlukan. Kekurangan air padasaat musim kemarau, kahat unsur hara serta keadaan tanah yang pekaterhadap erosi merupakan kendala lingkungan yang paling dominan dikawasan lahan kering. Masalah lain yang harus dihadapi didalampemanfaatan lahan kering ini adalah keadaan sosial ekonomi petani ataumasyarakat yang menggunakan lahan kering sebagai tempat usahanya.Pendapatan keluarga yang rendah serta kemiskinan dibanyak tempatberkolerasi positif dengan usaha tani di lahan kering. Rendahnyaproduktivitas lahan kering, selain disebabkan oleh tingkat kesuburantanah yang rendah, juga disebabkan oleh rendahnya intensitas indekspertanaman karena kebutuhan air tidak tersedia sepanjang tahun(Kuswanto 2013).

Secara rinci, beberapa kendala lahan kering iklim kering terkaitdengan pengembangan pertanian antara lain (Lakitan dan Gofar 2013):1. Sebagian besar tingkat kesuburannya rendah dan sumber pengairan

terbatas hanya dari curah hujan yang distribusinya tidak bisadikendalikan sesuai dengan kebutuhan.

2. Topografi umumnya tidak datar, berada di daerah lereng danperbukitan, memiliki tingkat erosi relatif tinggi yang berpotensi untukmenimbulkan degradasi kesuburan lahan.

3. Infrastruktur ekonomi tidak sebaik di lahan sawah.

Page 5: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 65

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

4. Keterbatasan biofisik lahan, penguasaan lahan petani, daninfrastruktur ekonomi menyebabkan teknologi usaha tani relatifmahal.

5. Kualitas lahan dan penerapan teknologi yang terbatas menyebabkanvariabilitas produksi relatif tinggi.

Sampai saat ini, kondisi lapangan menunjukkan bahwapermasalahan pengembangan lahan kering iklim kering yang dihadapibukan hanya karena masalah mutu sumber daya alamnya yang rendah,tetapi juga karena permasalahan sosial ekonomi yang sangat komplek.Untuk itu dalam pengembangan wilayah ini, memerlukan pendekatanyang terintegrasi dari berbagai aspek dengan memperhatikankemampuan agroekosistemnya. Upaya strategis dalam pengelolaan lahankering iklim kering agar dapat dimanfaatkan untuk pengembangantanaman pertanian secara optimal menjadi penting yang dapat dilakukandengan 2 pendekatan yaitu: 1) pendekatan dengan menggunakanvarietas/komoditas yang adaptif, dan 2) dengan mengubah kondisisuboptimal menjadi optimal (Menristek 2011).

Fakta lainnya yang juga menjadi penghambat adalah aplikasiteknologi pengelolaan lahan kering iklim kering akan meningkatkan biayaproduksi sehingga usaha tani yang dilakukan petani hanya memberikankeuntungan yang rendah atau malah tidak memberikan keuntungansecara ekonomi. Kondisi ini tidak memotivasi petani dan masyarakat lokaluntuk meningkatkan luasan lahan garapan dan produktivitas lahan yangdikelolanya. Petani lokal pada umumnya melakukan kegiatan budi dayatersebut lebih berfokus untuk memenuhi kebutuhan sendiri (subsisten).Untuk masa mendatang, pengelolaan lahan kering iklim kering perludilakukan secara berkelanjutan (dengan memperhatikan aspeklingkungan) dan bersifat inklusif agar petani dan masyarakat lokal dapatberpartisipasi aktif untuk meningkatkan kesejahteraannya (Anonimus2010).

Dinamika Hara dan Bahan Organik Pada Lahan Kering IklimKering

Karakteristik agroekosistem lahan kering iklim kering

Setiap agroekosistem mempunyai karakteristik yang berbeda. Salah satuperbedaan yang dapat langsung diamati adalah kegiatan pertanian sertajumlah dan jenis komoditas yang dihasilkan. Pada dasarnya suatuekosistem dibentuk oleh beberapa unsur (tanah, air, iklim, tumbuhan,manusia, dan makhluk hidup lainnya) yang saling berinteraksi, sehinggasemua karakteristik yang ada pada setiap unsur ekosistem tersebut jugaakan saling berpengaruh yang akhirnya berdampak pada outputkomoditas yang dihasilkan (Arsyad 2000). Karakteristik unsur-unsur yang

Page 6: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

66 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

membentuk agroekosistem perlu dikenali, baik jumlah, jenis, perilaku,maupun keterkaitannya satu sama lain agar keluaran yang diharapkandapat diarahkan sesuai keinginan. Setiap wilayah dapat digolongkandalam zone agroekologi tertentu berdasarkan kemiripan faktor-faktoralam dan kegiatan pertanian yang dilakukan pada wilayah tersebut. Polausaha tani dan perilaku petani yang ada dalam suatu zone agroekologitertentu memiliki kesamaan baik dalam permasalahan dan kebutuhanakan teknologi, dimana permasalahan dan kebutuhan akan teknologitersebut berbeda dengan petani yang tinggal pada zone agroekologilainnya (Yudhoyono 2013).

Lahan kering iklim kering merupakan salah satu jenis lahansuboptimal dengan kendala utama terbatasnya ketersediaan air untuktanaman. Kondisi iklim yang ada pada lahan kering iklim kering cukupberagam dari yang beriklim tropika basah (C3) sampai ke kondisi iklimtipe D3, D4, E3, dan E4 (Oldeman et al. 1980) dengan vegetasi hutaniklim kering sampai stepa dan savana serta padang rumput penciri khasuntuk iklim kering. Berdasarkan bentuk wilayah dan lereng, lahan keringiklim kering dapat dibedakan dalam 6 satuan yaitu datar, datar-berombak,berombak-bergelombang, dan bergelombang sampai berbukit dangunung. Kondisi geologi, fisiografi, dan iklim menghasilkan tanah-tanahyang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 6 ordo dan diturunkanmenjadi sekitar 10 sub-ordo dan 17 great-group yaitu Entisols(Ustifluvents, Ustipsamments, Tropopsamments, Ustorhents,Troporthents), Inceptisols (Ustropepts, Tropaquepts, Halaquepts),Mollisols (Haplustolls), Vertisols (Haplusterts), Andisols (Hapludands danHaplustands), dan Alfisols (Haplustalfs dan Rhodustlafs) (Suwardji2005).

Secara kuantitatif, jumlah curah hujan pada lahan kering iklimkering rata-rata< 2000 mm/th atau bahkan < 1000 mm/th dengan bulantanam <4-6 bulan. Singkatnya bulan ketersediaan air menyebabkanrendahnya produksi yang terkait dengan rendahnya produktivitas danindeks pertanaman komoditas pangan, demikian juga produktivitastanaman pakan. Kasus pada lahan sawah irigasi sederhana/irigasi desayang umumnya mendominasi penggunaan lahan pada lahan kering iklimkering di Prov. Nusa Tenggara Barat, menunjukkan produktivitas yangtergolong rendah yaitu sekitar 3,73 t/ha padi, jagung sekitar 2,31 t/ha,kacang tanah sekitar 0,62 t/ha, kedelai 0,55 t/ha, ubi kayu 7,53 t/ha, danubi jalar 5,52 t/ha (NTB dalam Angka 2010). Rendahnya produktivitas inidisebabkan oleh keterbatasan air terutama pada fase pertumbuhantanaman kritis yang menyebabkan rendahnya indeks pertanaman. Selainitu, faktor sumber daya manusia dalam mengelola usaha tani juga belumoptimal terutama terkait dengan pengadaan sarana produksi yang masihterkendala. Perpaduan antara karakteristik tersebut dan fakta di

Page 7: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 67

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

lapangan mengindikasikan bahwa lahan kering iklim kering mempunyaikeunggulan komparatif untuk pengembangan pertanian.

Luasnya lahan kering iklim kering dengan status irigasi tadah hujanmembuka peluang untuk menghasilkan hijauan pakan ternak ruminansiamelalui pengembangan padang penggembalaan. Padang penggembalaanditanami rumput pakan (pastura) alami yang diintegrasikan kedalam polatanaman pangan dengan indeks pertanaman 100-150. Dengan keragaanusaha tani seperti ini, Prov. Nusa Tenggara Barat menjadi salah satusentra ternak ruminansia besar (sapi dan kerbau). Tahun 2010, tercatatpopulasi ternak sapi sebanyak 592.875 ekor, kerbau 155.307 ekor, dankuda 77.837 ekor (Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2010).

Disisi lain kombinasi antara pengelolaan sacara manual, vegetasipastura alami, dan pengaruh iklim yang cenderung ekstrim keringmenyebabkan produktivitas lahan padang penggembalaan rendah danterjadi fluktuasi produksi pakan yang sangat tinggi antara musim hujandan musim kemarau. Produksi pakan pada musim hujan sekitar 2.700 kgrumput kering/ha, dan pada musim kemarau produksinya merosot tajamhanya sekitar 700 kg rumput kering/ha. Selain kuantitas, kualitas pakanpada musim kemarau juga menurun terkait dengan kandungan proteinkasar dari pakan lebih rendah dari 5% (kadar protein kasar pakan yangstandar 8-10%), diiringi dengan meningkatnya kadar serat kasar. Kondisiini menurunkan kapasitas pencernaan ternak sapi secara nyata (PusatPenelitian dan Pengembangan Ternak 1992).

Siklus bahan organik dan unsur hara pada lahan kering iklim kering

Siklus bahan organik dan unsur hara merupakan proses yang sangatpenting bagi dinamika dan keseimbangan hara yang diperlukan olehtanaman, lebih-lebih untuk pengelolaan usaha tani pada lahan keringiklim kering dibawah pengaruh iklim ekstrim kering dan suhu yang tinggi.Proses ini merupakan indikator dari berjalannya fungsi ekologi yang rumitdan kompleks (Ratsele 2013). Pada usaha tani sistem tumpang sari danwanatani, siklus bahan organik dan unsur hara melibatkan beberapa poolsyang meliputi atmosfer, tanah, tanaman pangan, tanaman pakan, danternak. Faktor-faktor kondisi iklim, jenis tanah, jenis tanaman pangan,jenis tanaman pakan, dan pengelolaannya berpengaruh nyata terhadapdinamika siklus bahan organik dan unsur hara tersebut (Silveira et al.2013).

Siklus bahan organik kurang menarik perhatian bagi pemangkukepentingan pengelola sumber daya lahan pertanian karena pada saat inihampir semua sumber daya lahan pertanian mempunyai status bahanorganik sangat rendah-rendah. Di lain pihak, bahan organik tanahberperan sangat penting bagi mekanisme penyerapan unsur hara olehtanaman melalui perbaikan sifat-sifat kimia, fisika, dan biologi tanah

Page 8: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

68 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

sehingga mengurangi masukkan unsur hara dari luar sistem pertanianterutama kebutuhan pupuk kimia yang harganya semakin tidakterjangkau oleh petani. Oleh karena itu, pengelolaan bahan organiktanah dengan pengembalian sisa panen ataupun penambahan pupukorganik berupa kotoran ternak, kompos tanaman perlu digalakan untukmeningkatkan dan mempertahankan produktivitas sumber daya lahanpertanian. Pengelolaan lahan kering iklim kering dengan aplikasi usahatani integrasi tanaman tahunan, tanaman pangan, dan tanaman pakandalam bentuk tumpang sari, wanatani, ataupun silvo-agropastura (SIAGA)memperlihatkan siklus bahan organik yang cenderung meningkat(Gambar 1).

*Sumber: Hidayat (2011)**Sumber: Wigena (2011), data diolah

Gambar 1. Siklus bahan organik tanah pada lahan kering iklim kering

Dalam kasus ini, diasumsikan bahwa pola tanam yangdikembangkan sudah diaplikasikan selama 5 tahun, menggunakantanaman tahunan jenis turi, intensitas tanaman pangan 2 kali per tahun,dan pakan berupa rumput tahan pangkas dan tahan kering dari jenisBrachiaria humidicola dan Pasphalum sp. Total kontribusi bahan organikgross dari komponen tanaman tahunan sekitar 1.900 kg/ha/th. Darijumlah bahan organik tersebut, yang hilang dari sistem usaha tani(bagian tanaman yang dipanen) sekitar 1.030 kg/ha/th, sehinggakontribusi bahan organik kedalam tanah sekitar 870 kg/ha/th. Analog

Page 9: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 69

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

dengan mekanisme tanaman tahunan, kontribusi bahan organik daritanaman pangan –860 kg/ha/th (tanda – berarti terjadi pengurasanbahan organik tanah sebanyak 860 kg/ha/th) (Hidayat 2011). Untukkomponen tanaman pakan, total kontribusi bahan organik dari dalamtanah sekitar 2.050 kg/ha/th, tetapi bahan organik yang hilang dari tanahsekitar 1.540 kg/ha/th sehingga kontribusi bahan organik yang masuk kedalam tanah sekitar 510 kg/ha/th (Wigena 2011).

Bersamaan dengan siklus bahan organik, siklus unsur hara jugaterjadi pada lahan kering iklim kering melalui pool yang lebih komplekmeliputi atmosfer, manusia, ternak, tanaman tahunan, tanaman pangan,tanaman pakan, dan tanah (Gambar 2). Pada pool atmosfer, unsurnitrogen masuk ke tanah melalui proses fiksasi simbiotik dan nonsimbiotik melibatkan aktivitas mikroba. Sebaliknya, nitrogen hilang daritanah dan partikel liat melalui proses penguapan (volatilisasi). Selainnitrogen, dalam jumlah lebih sedikit dari nitrogen, sulfur masuk ke dalamtanah melalui curah hujan dan debu. Pool manusia merupakan penyerapunsur hara melalui pemanenan hasil tanaman tahunan dan tanamanpangan serta produk ternak. Penyerapan pada pool ini yang perludipertimbangkan untuk menggantikan unsur yang diserap denganmasukkan dari luar sistem tanah-tanaman, karena jumlahnya paling besardibandingkan dengan pool lainnya. Sumbangan unsur hara dari poolternak terutama berasal dari kotoran dengan kapasitas rata-rata sebanyak4 kg/ha/ekor sapi dewasa. Dalam konteks usaha tani ramah lingkungan,kotoran ternak bisa menghasilkan gas bio melalui fermentasi anaerob dankomposnya sebagai pupuk organik.

Page 10: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

70 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Gambar 2. Siklus unsur hara pada lahan kering iklim keringSumber: Hidayat (2011)

Terdapat 3 komponen pada pool tanaman yaitu: tanamantahunan, tanaman pangan, dan tanaman pakan. Masukkan unsur haradari tanaman tahunan berupa serasah daun, batang, ranting, dan akaryang membusuk, sedangkan dari tanaman pangan berupa berangkasansisa panen dan akar yang membusuk. Sumbangan unsur hara daritanaman melalui humufikasi menjadi bahan organik atau bisa juga melaluimineralisasi menjadi unsur yang terikat dengan mineral. Kedua proses inimelibatkan aktivitas fauna tanah sehingga faktor lingkungan seperti suhudan kelembapan tanah sangat mempengaruhi berlangsungnya proseshumifikasi dan mineralisasi. Pool tanaman pakan penyumbang unsurterbanyak karena volume perakarannya yang rapat, demikian juga bagian

Page 11: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 71

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

di atas tanah berupa sisa pakan. Kehilangan unsur hara dari pooltanaman terbesar melalui penguapan karena pembakaran sisa panenmaupun sisa pakan ternak.

Pool tanah merupakan media siklus unsur hara yang paling dinamisdimana unsur hara diikat oleh bahan organik, hara mineral, dan partikelliat. Terdapat korelasi yang erat antara bahan organik tanah dengan haradalam bentuk mineral. Unsur hara dalam bahan organik tanah akan diikatoleh mineral melalui proses mineralisasi dan sebaliknya unsur hara dalammineral bisa diikat oleh bahan organik melalui proses imobilisasi. Keduaproses tersebut melibatkan aktivitas fauna tanah sehingga faktor-faktoryang mempengaruhi aktivitas mikroba tanah akan mempengaruhi lajuimobilisasi ataupun mineralisasi. Selanjutnya, unsur hara dalam bahanorganik tanah bisa hilang melalui proses erosi.

Unsur hara dalam mineral tanah mengalami keseimbangan antarapengikatan dan pelepasannya dengan partikel liat dan pelapukan bahaninduk tanah. Di daerah tropis dengan suhu dan kelembapan tinggimemacu pelapukan bahan induk tanah dan melepaskan unsur hara kedalam mineral dan selanjutnya tersedia untuk tanaman atau diikat olehpartikel liat kemudian melepas secara pelan-pelan untuk tanaman. Selainpelapukan bahan induk tanah, unsur hara di dalam mineral jugadiperkaya oleh proses hujan dan debu dari udara dan masukkan pupukkimia dari luar sistem tanah-tanaman. Namun demikian, unsur hara didalam mineral bisa hilang melalui penguapan (volatilisasi), erosi, danpencucian. Di daerah tropika, ketiga proses ini berlangsung intensifsehingga perlu masukkan unsur hara dari pupuk kimia dalam jumlahbanyak untuk mengimbangi laju kehilangan melalui ketiga prosestersebut.

Bentuk dan Keragaan Pertanian Ramah Lingkunganpada Lahan Kering Iklim Kering

Pola tanam pada lahan kering iklim kering

Mengelola lahan-lahan suboptimal termasuk lahan kering iklim keringmenghadapi kendala yang lebih beragam dibandingkan dengan lahansawah yang menyangkut aspek teknis, sosial, dan ekonomi, sehinggamemerlukan upaya pemberdayaan yang holistik, terpadu denganmelibatkan banyak stakeholders. Kendala teknis/agronomis yangdihadapi butuh teknologi yang berkesesuaian dengan karakteristik lahanlahan kering iklim kering yang beragam dengan intensitas tantangannyayang juga bervariasi. Walaupun teknologi pengelolaan lahan sudahtersedia dan relevan, namun persoalan lainnya adalah aplikasi teknologi-teknologi tersebut akan secara signifikan menambah beban biaya usahatani yang berarti secara langsung akan mengurangi keuntungan atau

Page 12: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

72 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

bahkan menyebabkan kerugian bagi petani. Dengan demikian, makatantangan bagi pengembang teknologi untuk pengelolaan lahan keringiklim kering di masa yang akan datang harus lebih fokus pada: 1) upayamenekan nilai investasi awal dan biaya operasional alat dan mesinpertanian; serta 2) mencari bahan baku domestik yang lebih murah danlebih tersedia untuk pembenah dan penyubur tanah, sehingga biayanyamurah dan lebih mungkin diaplikasikan secara masif. Dua pendekatanyang dapat secara paralel dan interaktif dilakukan adalah: 1) optimalisasisifat fisik, kimia, dan mikrobiologi tanah yang dibarengi denganoptimalisasi pengelolaan sumber daya air agar efektif dan lebih efisien;dan 2) seleksi jenis komoditas yang sesuai dan pengembangan varietasyang adaptif secara spesifik untuk lahan kering iklim kering (Lakitan danGofar 2013)

Dari aspek pengelolaan lahan, selain pembenahan dan penyuburantanah, perlu pula dilakukan pengembangan tata kelola sumber daya airyang lebih efisien, sesuai dengan kebutuhan tanaman, ternak, dan/atauikan yang dibudidayakan. Jenis teknologi yang dibutuhkan untuk masing-masing karakteristik lahan suboptimal akan berbeda. Untuk lahan kering(upland), butuh teknologi yang efektif dan efisien dalam mengelolasumber daya air yang tersedia. Selain melalui upaya perbaikan sifat-sifattanah dan pengembangan sistem tata kelola sumber daya air, upayapengelolaan lahan kering iklim kering juga perlu secara paralel dilakukanmelalui seleksi jenis komoditas pangan yang sesuai untuk karakteristiklahan kering iklim kering (Lakitan dan Gofar 2013).

Senada dengan pendapat tersebut, Benu (2010) menyatakanbahwa terkait dengan karakteristik lahan kering iklim kering maka isuyang perlu digagas adalah soal keterbatasan suplai air. Oleh karena itudiperlukan teknik budi daya yang mampu memanfaatkan keterbatasansuplai air dimaksud untuk tujuan produksi, baik dengan jalan memilihteknik pola tanam, jenis pertanaman dan/atau teknik pengelolaan airsecara efektif dan efisien. Berikut ini adalah beberapa teknik dan praktekyang direkomendasikan untuk mencapai tujuan meningkatkan dansekaligus menjaga stabilitas produksi tanaman adalah:a. Perencanaan tanaman: gunakan varietas yang berumur pendek

dengan daya toleransi kekeringan cukup dan berpotensi hasil tinggi,serta mampu memanfaatkan sisa kelembapan tanah untuk kegiatanpertanaman periode pasca hujan (post-monsoon cropping).

b. Perencanaan cuaca: variasi output usaha tani lahan kering iklim keringsangat dipengaruhi oleh cuaca terutama curah hujan yang dapatdikatagorikan dalam 3 tipe yaitu datangnya musim hujan yangtertunda, gap panjang atau jeda curah hujan, dan berakhirnya musimhujan yang lebih awal dari kondisi normal. Dinamika cuaca ini dalambatas-batas tertentu bisa diantisipasi dengan penataan pola tanam.

Page 13: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 73

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

c. Sistem pertanaman (cropping system): menambah intensitaspertanaman melalui aplikasi inter-cropping dan multi-cropping akanmendorong efisensi penggunaan sumber daya (Gambar 3 dan 4).

d. Penggunaan pupuk berimbang: penggunaan pupuk tidak sajamembantu menyediakan unsur hara bagi tanaman, tapi jugamembantu dalam efisiensi pemanfaatan kelembapan tanah.Penggunaan pupuk berimbang disertai pupuk organik membantu tanahdalam mepertahankan kelembapan.

e. Pengelolaan air hujan: aplikasi pupuk organik meningkatkan kapasitastanah menyimpan air dan efisiensi penggunaan air yang dapatmeningkatkan intensitas pertanaman. Air yang berlebihan pada saatmusim hujan dapat ditampung dalam embung/kolam air hujan dandapat dipergunakan pada musim kemarau.

Berlandaskan pada kendala dan peluang yang ada pada lahankering iklim kering tersebut, aplikasi sistem pertanaman tumpang sarimerupakan alternatif yang berpotensi untuk meningkatkan intensitastanam dan meningkatkan pendapatan petani. Lebih jauh, Zairin (2006)menyatakan bahwa pola tanam tumpang sari pada lahan kering ikimkering berbasis pada konsep: a) pemanfaatan curah hujan dengankomoditas yang cocok sehingga lahan dapat ditanami dari 1 kali/tahunmenjadi 2 kali/tahun; b) pemilihan komoditas yang cocok secaraagronomis, sosial, dan ekonomis; dan c) penggunaan paket teknologiusaha tani yang cocok dengan iklim kering.

Keuntungan menerapkan pola tanam tumpang sari (intercropping)atau multi cropping menurut Bahar (1987) adalah:

a) mengurangi risiko kegagalan panen;b) peningkatan produksi secara keseluruhan, penggunaan tenaga

kerja lebih efisien dengan tersebar kegiatan sepanjang tahun;c) efisiensi penggunaan tanah, air, dan sinar matahari sebagai

sumber daya alam;d) pengawetan kesuburan tanah dapat dipertahankan karena

adanya tanaman sepanjang tahun;e) pengendalian gulma (dengan pola tanam tidak memberi

kesempatan tumbuhnya gulma);f) memperbaiki gizi keluarga petani yang diperoleh dari berbagai

tanaman.

Beberapa keragaan pola tanam tumpang sari yang banyakdiaplikasikan pada lahan kering iklim kering adalah: a) jagung/kacangtanah + ubi kayu; b) padi gogo/jagung + ubi kayu; c) padi gogo/kacangtanah + ubi kayu; d) padi gogo + ubi kayu; f) jagung + ubi kayu; g)jagung/kacang tanah + kacang tunggak; dan h) padi gogo/jagung +kacang tunggak (Zairin 2006).

Page 14: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

74 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

a. Tumpang sari ubi kayu + kacang tanah (Gambar 3)

Gambar 3. Pola tanam tumpang sari ubi kayu + kacang tanah (Foto:Anonimus)

b. Tumpang sari tanaman tahunan + jagung

Gambar 4. Pola tanam tumpang sari tanaman tahunan + jagung (Foto:Anonimus)

Dari aspek fisik, produksi tanaman pangan pada pola tanamtumpang sari selain lebih tinggi, juga lebih beragam jenisnyadibandingkan dengan pola tanam monokultur seperti disajikan pada Tabel1 meningkatnya produksi tanaman pangan pada sistem tumpang sari

Page 15: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 75

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

disebabkan oleh meningkatnya intensitas pertanaman dan pada beberapakasus juga diikuti oleh meningkatnya hasil tanaman pada musim tanamyang sama. Peneliti lain melaporkan bahwa produksi tanaman jagungdengan kedelai dalam sistem tumpang sari di lahan kering iklim keringmasing-masing sebanyak 1,63 t pipilan kering/ha dan 1,04 ha biji kering,sedangkan produksi jagung dalam sistem monokultur sekitar 1,53 t/hapipilan kering (Turmudi 2002).

Tabel 1. Hasil tanaman pangan pada pola tanam tumpang sari

Sistem pola tanamProduksi (t/ha)

Jagung Kacang hijauMT1

Kacang hijauMT2

Jagung+kc. hijau/kc. hijau 2,00 0,35 0,80Jagung/kacang hijau 2,73 0,95 -Jagung monokultur 3,70 - -

Sumber: Zairin (2006)

Pada kasus dimana masih memungkinkan dilakukan perpanjanganketersediaan air untuk tanaman melalui panen air hujan ataupenyimpanan air irigasi pada sistem bergilir, pola tanam tumpang saribisa dilakukan sampai 3 kali tanam dalam 1 tahunnya. Pada kasus ini,pola tanam tumpang sari yang terbukti paling berhasil adalah ubi kayu +jagung/kacang tanah – kedelai/kacang hijau – kacang tunggak. Dalamsistem ini, kacang tunggak merupakan alternatif pertanaman terakhiryang bisa menghemat air terkait daya toleransi kekeringan dibandingkandengan tanaman kacang-kacangan lainnya. Selain itu, dari aspekkonservasi tanah, pola tanam tumpang sari membuat penutupan tanaholeh daun lebih sempurna sehingga kerusakan tanah oleh hujanberkurang dan erosi tanah lebih terkendali (Suwardji 2005).

Dari aspek ekonomi, pola tanam tumpang sari mampu memberikankeuntungan yang lebih tinggi dibandingkan sistem monokultur (Tabel 2).Pola tanam tumpang sari memungkinkan penanaman 2 kali per tahunnyayaitu jagung – kacang hijau, sedangkan pada pola tanam petani hanya 1kali tanam dengan tanaman jagung. Secara parsial, keuntungan tanamanjagung pada sistem tumpang sari lebih tinggi dibandingkan sistem petanimonokultur sekitar Rp. 358.540. Keuntungan sistem tumpang sarisemakin tinggi setelah digabung dengan keuntungan yang diperoleh darikacang hijau sebesar Rp. 1.356.800, sehingga total keuntungan sistemtumpang sari sekitar Rp. 1.715.340.

Page 16: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

76 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Tabel 2. Analisis finansial pola tanam tumpang sari pada lahan keringiklim kering di Nusa Tenggara Barat.

ParameterProduksi

jagung kacang hijau jagungmonokultur

Produksi (t/ha) 2,04 0,58 1,55Total biaya (Rp) 821.036 394.000 761.376Penerimaan (Rp) 1.738.250 1.750.800 1.320.050Profit (Rp) 917.214 1.356.800 558.674

Sumber: Zairin (2006)

Pola tanam sistem wanatani (agroforestry) merupakan usaha tanilainnya yang banyak dilakukan oleh petani lahan kering iklim kering.Secara sederhana wanatani didefinisikan sebagai bentuk usaha tani yangmenggabungkan tanaman tahunan dengan 1 atau 2 jenis tanamansemusim dalam hamparan lahan yang sama (Anonimus 2012).Keuntungan yang diharapkan dari sistem wanatani adalah meningkatnyaproduksi tanaman dan pelayanan lingkungan. Dari aspek pelayananlingkungan, wanatani dapat menggantikan fungsi ekosistem hutansebagai pengatur siklus hara dan perbaikan kondisi iklim mikro. Umumnyapetani menanam tanaman pangan di sela-sela tanaman perkebunanseperti jambu mete, mahahoni, atau gaharu sebagai tanaman sela.Seperti dilaporkan oleh Sudarto dan Suriadi (2006) bahwa hasil tanamansela pada perkebunan jambu mete lebih tinggi baik fisik maupun aspekekonominya (Tabel 3). Secara fisik, produksi tanaman jagung dan kacangtanah lebih tinggi pada sistem wanatani dibandingkan non wanatani,kecuali produksi padi sedikit lebih rendah. Analisis finansial menunjukkankeuntungan pola tanam wanatani lebih tinggi pada semua model.

Tabel 3. Produksi dan analisis finansial pola tanam sistem wanatani dannon wana tani pada lahan kering iklim kering di Nusa TenggaraBarat

Pola tanamProduksi (kg/ha)

B/C rasioPadi Jagung Kc. tanah

Lahan dengan jambu metePadi + jagung + ubi kayu 759 2.804 0,67Jagung + kc. tanah + ubikayu

2.711 572 1,03

Lahan tanpa jambu metePadi + jagung + ubi kayu 833 1.583 0,27Jagung + kc. tanah + ubikayu

1.500 450 0,55

Sumber: Sudarto dan Suriadi (2006)

Page 17: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 77

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Pola tanam sistem wanatani bisa mempertahankan sifat-sifat kimiatanah dan memperbaiki kondisi iklim mikro (Gambar 5). Beberapaparameter sifat kimia tanah pada pola tanam sistem wanatani tercatattidak berbeda nyata dibandingkan dengan sistem perkebunan monokultur(Tabel 4). Secara umum, kesuburan tanah termasuk baik yang dicirikanoleh pH tanah tergolong netral pada semua sistem pola tanam, P-tersedia, K-tersedia, dan Mg-tersedia tergolong sedang, kecuali kadar C-organik tanah tergolong rendah. Terkait dengan kadar C-organik tanahyang rendah sudah merupakan salah satu penciri lahan kering iklim keringdimana suhu yang tinggi sepanjang tahun akan mempercepat prosespelapukan bahan organik maupun unsur hara yang terkandung dalammineral tanah sehingga degradasi tanah berlangsung lebih cepat danintensif.

Gambar 5. Pola tanam sistem wana tani (Foto: Anonimus, 2012)

Berbeda dengan sifat kimia tanah, kondisi iklim mikro pada polatanam sistem wanatani lebih baik dibandingkan dengan kebun monokulturyang diindikasikan oleh beberapa parameter iklim mikro yaitu suhu udara,suhu tanah, dan kelembapan udara relatif (relative humidity, RH) (Tabel5). Suhu udara dan suhu tanah pada pola tanam sistem wanatanimasing-masing dengan kisaran antara 25,6-28,90C, lebih rendahdibandingkan dengan pola tanam sistem kebun monokultur sekitar30,50C. Berlawanan dengan itu, kelembapan udara relatif (relativehumidity, RH) lebih tinggi pada pola tanam sistem wanatani dengankisaran 81-91% dibandingkan dengan sistem kebun monokultur sekitar72%. Perbaikan kondisi iklim mikro ini berpengaruh terhadap perbaikanpertumbuhan dan produksi tanaman (Balai Penelitian Kehutanan Kupang2011).

Page 18: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

78 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Tabel 4. Beberapa parameter sifat kimia tanah pola tanam sistemperkebunan monokultur dan wanatani

Pola tanam

Parameter sifat kimia tanah

pH C-organik(%)

P tersedia(ppm)

K tersedia(me/100g)

Mgtersedia

(me/100g)

Kebunmonokultur

6,7 1,13 22,76 0,87 2,18

Kebun+jagung 6,95 0,93 17,76 0,68 2,14

Kebun+ubi kayu 6,50 1,19 20,61 0,77 2,19

Kebun+coklat 6,20 1,25 24,67 0,98 2,21

Sumber: Balai Penelitian Kehutanan Kupang (2011)

Tabel 5. Perbaikan kondisi iklim mikro tanah pola tanam sistemperkebunan monokultur dan wanatani

Pola tanam Parameter iklim mikro

Suhu udara(0C)

Suhu tanah(0C) RH (%)

Kebun monokultur 30,5 26,6 72Kebun+jagung 25,6 23,7 91Kebun+ubi kayu 27,4 24,4 82Kebun+coklat 28,9 24,2 81

Sumber: Balai Penelitian Kehutanan Kupang 2011

Usaha Tani Silvo-agropastura (SIAGA)

Keragaan usaha tani SIAGA

Mengacu kepada definisi dan konsep pertanian ramah lingkungan, sistemusaha tani Silvo-agropastura (SIAGA) dapat dikatagorikan sebagaipertanian ramah lingkungan sistem pertanian terpadu (Sumansangadji2013). Usaha tani SIAGA merupakan modifikasi dari sistem silvo pasturayang dapat didefinisikan sebagai usaha tani yang memadukan komoditastanaman hutan (leguminosa berpohon) dengan pangan serta pakan(semak atau rumput) di dalam satu hamparan lahan (Anonymous 2004;Nowak et al. 2009). Model SIAGA merupakan model replikasikemampuan vegetasi hutan yaitu merupakan suatu sistem tertutup yangterbukti sangat efisien dalam menjaga siklus hidrologi dan unsur hara,sehingga bisa berkelanjutan dan ramah lingkungan. Penataan ketigakomoditas ini dibuat sedemikian rupa sehingga bisa meminimalkanpersaingan sinar matahari dan unsur hara untuk mengoptimalkanproduksi (Gambar 6).

Page 19: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 79

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣ *************************************************************** ♣♣♣♣ *************************************************************** ♣♣♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣ **♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**

**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣**♣♣

♣♣ ****************************************************** ********** ♣♣♣♣ ******************************************************** ******** ♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣ ♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣♣

Tanaman pangan

Tanaman pangan

Tanaman pangan Embung

Kandang Tanaman pangan

Tanaman pangan

♣ = Tanaman hutan,leguminosa pohon(Turi, lamtoro gung,

mahahoni, angsana,dll.)

• = Tanaman leguminosamenyemak (gamal,rumput gajah, rumputraja, dll)

Keterangan:

= pematang, diperkuatdengan rumputpakan (BH, BD,Setaria, Phaspalum,dll.)

Tatabotani SIAGA

Gambar 6. Keragaan tatabotani usaha tani SIAGA

Penataan usaha tani model SIAGA mempunyai beberapakeunggulan dibandingkan dengan tanaman monokultur antara lain: 1)hubungan yang sinergis antara ketiga komoditas dan memerlukanmasukkan pupuk lebih rendah; 2) produksi beraneka ragam sehinggatotal produksi lebih tinggi; 3) memperbaiki siklus hidrologi danmengurangi kerusakan dari kondisi iklim ekstrim dari curah hujan danangin; dan 4) terkait dengan kesuburan tanah, sistem ini dapatmeningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki sifat fisika tanahserta mengurangi pencucian unsur hara ke lapisan tanah bagian bawah(Irwanto 2008). Penelitian Silvo-pastura di Nusa Tenggara Baratmenunjukkan bahwa sistem silvo-pastura meningkatkan daya dukunglahan kering beriklim kering (carrying capacity) terhadap ternak dimanadengan sistem penggembalaan daya dukung lahan padangpenggembalaan meningkat dari 0,7 ekor/ha menjadi 4 ekor ternak/ha(Sukristyonubowo et al. 1998; Wigena 2011).

Sebagai areal peternakan, di areal pertanian perlu dilengkapidengan tempat minum sapi yang dapat berupa embung, long storage,sumur dangkal, dan lain-lain. Jika memungkinkan, air minum sapisewaktu-waktu diambil contoh airnya, dianalisis kimia di laboratoriumuntuk memastikan bahwa air minum tersebut memenuhi standar bakumutu dan juga mengetahui kekurangan/keracunan mineral. Kasus

Page 20: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

80 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

timbulnya penyakit grass tetany di Prov. Jambi diduga kuat oleh adanyakekurangan mineral pada air minum serta kualitas rumput yangkekurangan kalsium dan magnesium. Sarana lainnya yang tidak kalahpenting adalah kandang sebagai tempat sapi melahirkan anak, berteduhwaktu hujan. Selain itu, untuk merekam perubahan iklim mikro, dipasangalat pengukur sederhana suhu udara, alat pengukur suhu tanah, alatpengukur defisit tekanan uap jenuh, dan penangkar curah hujan yaituOmbrometer.

Tanaman hutan (Silvo)

Tanaman hutan pada usaha tani model SIAGA dapat dipilih darileguminosa berbentuk pohon, kanopi tinggi (5-8 m), berdaun lebat agarmenghasilkan pakan yang banyak antara lain: turi, mahagoni, danangsana. Tanaman ini ditanam pada barisan terluar, terdiri atas 2-3barisan, dengan jarak tanam 2 m x 2 m. Dengan pengaturan tersebutmaka fungsi dari tanaman hutan adalah (Olea and Miquel-Ayans 2006):

1. Menstabilkan struktur tanah dan bentukan permukaan tanah.2. Penangkal/pemecah angin sehingga kerusakan tanaman oleh angin

ekstrim kering, dingin, dan kencang bisa dikurangi.3. Memperbaiki kondisi iklim mikro seperti menjaga kelembapan tanah

dan udara, menjaga suhu udara (memperkecil fluktuasi suhu udaraantara siang dan malam).

4. Mencegah erosi tanah.5. Memperbaiki siklus air dan unsur hara tanah dengan menyerap unsur

hara yang berada pada lapisan tanah dalam, kemudian dikembalikanke tanah permukaan berupa busukan daun, ranting, dan cabang.

6. Sebagai peneduh ternak disiang hari dari kepanasan matahari padamusim kemarau.

7. Sebagai komponen keanekaragaman hayati dalam ekosistem sawahlahan kering.

8. Dapat mengikat nitrogen dan karbon udara bebas, kemudian disimpandi dalam akar (bintil akar) atau dalam tanah, kemudian bisa diserapoleh tanaman lainnya.

9. Penghasil kayu bakar, kayu bahan bangunan.

Hasil penelitian Olea and Miquel-Ayans (2006) melaporkan bahwatanaman hutan jenis leguminosa berpohon dengan kepadatan sekitar 200pohon/ha, bisa menaungi lahan sekitar 10-40%, memproduksi kayu bakar800-5000 kg/ha, dan menghasilkan serasah sebagai bahan organiksebanyak 400-1500 kg/ha. Selain itu, tanaman penambat N memilikibeberapa keunggulan jika diintegrasikan dalam usaha tani SIAGA antaralain: a) memiliki tajuk kecil dan tipis sehingga tahan sinar matahari; b)mampu bertunas kembali dengan cepat setelah pemangkasan; c) memilikisistem perakaran yang dalam dengan sedikit percabangan akar lateral

Page 21: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 81

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

dekat permukaan tanah agar tidak bersaing dengan akar tanamanpertanian; d) guguran daun dapat terdekomposisi dalam jumlah tertentuyang dapat menghasilkan unsur hara pada saat unsur hara tersebutdiperlukan dalam daur tanaman pertanian; e) mampu mengikat N dariudara dan juga dapat menghasilkan kayu, pakan ternak, obat-obatan danhasil-hasil lainnya; dan f) dapat tumbuh pada lahan dengan keterbatasantertentu seperti kemasaman, kekeringan, angin kencang, serangan hama,dan penggenangan (Nasiu 2012).

Untuk memperoleh fungsi tersebut, pohon hutan pada usaha tanimodel SIAGA harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut (Nowak et al.2009):

1. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap kondisi yang intensif (padat,keras, becek/berlumpur, angin kencang, dll).

2. Mempunyai daya tahan terhadap gangguan hama/penyakit.3. Berpotensi memiliki nilai nutrisi/nilai gizi yang tinggi bagi ternak.4. Mempunyai nilai ekonomis tinggi seperti sebagai bahan bangunan

berharga mahal, sebagai kayu bakar juga mahal.5. Memiliki percabangan yang banyak, tanah patah, dan kanopi lebar

sehingga dapat mencegah angin dan melindungi ternak dengan baik.6. Memiliki perakaran yang dalam sehingga tidak mudah rebah, mampu

menyerap unsur hara sampai lapisan tanah yang dalam.7. Tidak bersaing unsur hara dengan tanaman lainnya.8. Tidak menghasilkan alelopati yang membunuh tanaman lainnya di

sekitar perakaran.

Tanaman Pakan

Tanaman pakan pada usaha tani model SIAGA, terdiri atas 2 jenis yaitujenis semak dan rumput. Jenis semak (rumput raja, rumput gajah,Flemingia congesta, dan Glyresidea) ditanam di sebelah dalam barisantanaman hutan. Untuk tanaman rumput raja, rumput gajah, danglyresidea, ditanam dengan jarak tanam 0,5 m x 0,5 m, disusun dalam 2-4 barisan. Sedangkan jika memakai Flemingia congesta, ditanam dalambentuk tanaman pagar, 2-4 larikan dengan jarak antara larikan 0,5 meter.Hasil penelitian pemanfaatan Flemingia congesta dan Glyresidea sebagaitanaman pagar pada lahan kering di Sumatera memberikan kontribusinyata terhadap ketersediaan pakan (Soepandi et al. 1994). Selainpenghasil pakan, tanaman semak ini berfungsi sebagai:

1. Penangkal/pemecah angin yang merusak tanaman pangan.2. Jika dipakai Flamengia congesta, pangkasannya bisa sebagai pupuk

organik.3. Pada lahan berlereng, dapat mencegah erosi tanah.

Page 22: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

82 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Untuk memperoleh tanaman semak yang baik maka diperlukanbeberapa pertimbangan dalam memilihnya antara lain:1. Harus tahan pangkasan, tahan kekeringan.2. Menghasilkan hijauan yang banyak dan bergizi tinggi untuk ternak

ruminansia.3. Berperakaran dalam tapi tidak bersaing unsur hara dengan tanaman

pangan.4. Tidak menjadi inang hama dan penyakit.5. Tidak menghasilkan alelopati bagi tanaman pangan.6. Tahan naungan dari tanaman hutan.

Selain tanaman semak, tanaman rumput-rumputan juga menjadisumber pakan, tanaman ini ditanam di sepanjang guludan/pematangsawah areal tanaman pangan. Jenis rumput yang bisa ditanam padapematang antara lain: rumput BH, BD, setaria, Phaspalum sp. , rumputlokal, leguminosa merumput seperti Arachis lambrata, kacang-kacangan,Stylosanthes sp. , dan lain-lain. Hasil penelitian di Nusa Tenggara Baratmenunjukkan bahwa introduksi rumput pakan Phaspalum sp. Kombinasidengan leguminosa Arachis lambrata pada sistem silvo pasturameningkatkan produksi rumput pakan sampai 50% dibandingkan denganrumput pakan alami (Sukristyonubowo et al. 1998; Wigena 2011). Hasilserupa juga diperoleh pada perbaikan tatabotani pastura alami denganmengkombinasikan rumput unggul produksi tinggi dengan leguminosamerumput mampu menghasilkan pakan pada kisaran 1.000-2.700 kg/ha.Selain itu, nilai gizi pakan juga meningkat yang terindikasi dari kadarprotein pakan setinggi 10,3% dan nilai organic material digestibility(OMD) setinggi 55,2% dibandingkan dengan pastura alami (Olea andMiquel-Ayans 2006).

Selain sebagai penghasil pakan, rumput ini mempunyai perananantara lain:1. Mencegah erosi tanah.2. Meningkatkan kesuburan tanah terutama jika mengintroduksi

leguminosa merumput.3. Meningkatkan kuantitas dan kualitas (nilai gizi) pakan.

Kondisi lahan pakan ternak pada padang penggembalaan umumnyadilakukan pangonan (penggembalaan terutama pada musim kemarausehingga terjadi tekanan yang berat terhadap pertumbuhan rumputpakan melalui penjenggutan, injakan yang memadatkan tanah. Hal inimenuntut beberapa pertimbangan dalam memilih rumput pakan antaralain:1. Cocok dengan kondisi agroekosistem setempat.2. Mampu tumbuh dan berkembang baik pada kondisi ternaung dan

fluktuasi kelembapan tanah yang tinggi (kondisi basah dan kekeringanbergantian).

Page 23: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 83

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

3. Respon terhadap pengelolaan lahan yang intesif (pemupukan,pengolahan tanah, dan penggembalaan).

4. Tahan terhadap jenggutan dan injakan ternak ruminansia besar.5. Memiliki daya tumbuh balik yang cepat akibat pembakaran, injakan,

dan jenggutan ternak ruminansia.6. Tidak menjadi inang hama/penyakit.7. Tidak bersaing unsur hara dengan tanaman pangan.

Tanaman Pangan

Tanaman pangan ditanam pada areal tanaman pangan, mengikuti polatanam yang sudah terbukti cocok dengan kondisi agroekosistem setempatantara lain: pola curah hujan, periode kekeringan dan kebanjiran,gangguan hama/penyakit, dan selera masyarakat terhadap rasa nasi(pera, pulen, dan harum). Selain itu, pengelolaan tanah-tanaman jugadipertimbangkan agar produksi tanaman optimum seperti benih,pemupukan, pengendalian hama/penyakit, pengelolaan pupuk organiksisa panen, dll.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, beberapa pola tanam yangmemungkinkan dikembangkan di areal tanaman pangan pada usaha tanisistem SIAGA antara lain:1. Padi – jagung – bera/tanaman penyubur tanah (kacang benguk,

kacang tunggak, dll. ). Kacang benguk/kacang tunggak dipanen saatpertumbuhan vegetatif maksimum, dibenamkan ke petakan sawah.

2. Padi – tanaman penyubur tanah (kacang benguk dan kacangtunggak). Kacang benguk/kacang tunggak dipanen saat pertumbuhanvegetatif maksimum, dibenamkan ke petakan sawah.

3. Padi/sayuran – jagung – rumput pakan campuran leguminosa danrumput lokal, ternak ruminansia diberi pakan dengan sistem kandang.

Peningkatan produktivitas lahan kering iklim kering pada usaha taniSIAGA

Aplikasi usaha tani sistem SIAGA dalam jangka panjang menunjukkanadanya tren peningkatan produktivitas lahan kering iklim kering.Peningkatan ini berkaitan dengan adanya perbaikan kondisi iklim mikro,sifat-sifat kimia, fisika, dan biologi tanah sehingga terjadi squestrasibahan organik dan unsur hara di dalam tanah yang sangat diperlukanoleh tanaman. Berkaitan dengan perbaikan iklim mikro, penelitian selama4 tahun di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa tanaman hutanmampu menurunkan fluktuasi suhu udara dari kisaran 27,9-40,0oCmenjadi 22,2-39,3oC; menaikkan kelembapan udara dari kisaran 62,6-83,6% menjadi 77,1-89,1%; serta menurunkan defisit tekanan uap jenuhdari kisaran 3,4-26,3 mb menjadi 0,5-14,8 mb (Sukristyonubowo et al.1998; Wigena 2011). Peneliti lain melaporkan bahwa dalam dekadeterakhir ini, aplikasi usaha tani sistem silvo-agropastura atau SIAGA

Page 24: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

84 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

semakin berkembang pesat di daerah Afrika sebagai langkah untukmengantisipasi pengaruh buruk dari perubahan iklim. Penguranganpengaruh buruk dari perubahan iklim ini disebabkan oleh adanyaperbaikan kualitas dan ketersediaan air untuk tanaman sertapengendalian erosi tanah yang secara langsung meningkatkan produksitanaman hutan, pangan, dan tanaman pakan (De Miquel et al. 2013).

Perbaikan sifat kimia tanah pada aplikasi usaha tani sistem SIAGAberlangsung secara lambat dan baru terlihat nyata pada aplikasi setelahtahun ke lima. Mekanisme perbaikan sifat kimia ini terutama disebabkanoleh penimbunan bahan organik dari serasah dan akar tanaman kayu,serta rumput selain oleh pengembalian kotoran ternak ke lahan (Silveiraet al. 2013). Hasil penelitian jangka panjang di lahan kering iklim keringProv. Nusa Tenggara Barat menunjukkan adanya peningkatan kadarbahan organik tanah yang lebih tinggi pada usaha tani sistem SIAGAdibandingkan dengan non SIAGA (Gambar 7).

Gambar 7. Peningkatan kadar bahan organik tanah usaha tani sistemSIAGA dan non SIAGA pada lahan kering iklim kering, NusaTenggara Barat (Sumber: Wigena 2011)

Dengan perlakuan yang sama, tanaman pakan dan tanamanpangan diberi pupuk N, P, dan K masing-masing sebanyak 250 kgurea/ha, 100 kg SP-36/ha, dan 100 kg KCl/ha setiap musim tanam sertapengembalian sisa panen. Dengan demikian terjadi peningkatan kadarbahan organik tanah yang lebih tinggi pada usaha tani sistem SIAGAsampai sekitar 1,45% pada tahun ke lima dan sekitar 1,15% pada sistemnon SIAGA.

Page 25: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 85

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Mirip dengan perilaku bahan organik tanah, nitrogen tanah jugameningkat dari tahun ke tahunnya, tetapi peningkatan lebih tinggi terjadipada usaha tani sistem SIAGA (Gambar 8). Pada awal penelitian, kadarnitrogen tanah tergolong sangat rendah (0,06%) sesuai dengan karakterlahan pada daerah tropika kering. Dengan perlakuan pemupukan N, P,dan K masing-masing sebanyak 250 kg urea/ha, 100 kg SP-36/ha, dan100 kg KCl/ha setiap musim tanam serta pengembalian sisa panen, kadarnitrogen tanah meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun ke lima,kadar nitrogen tanah pada sistem usaha tani SIAGA termasuk sedangsekitar 0,16%, dibandingkan dengan non SIAGA sekitar 0,14%. Padangpenggembalaan di daerah semi arid seperti di lokasi penelitian,pangkasan tanaman pakan leguminosa yang dikembalikan ke tanahberperan dominan terhadap laju peningkatan kadar nitrogen tanah sekitar70% (Silveira et al. 2013).

Gambar 8. Peningkatan kadar nitrogen tanah usaha tani sistem SIAGA

dan non SIAGA pada lahan kering iklim kering, Nusa

Tenggara Barat (Sumber: Wigena 2011)

Aplikasi usaha tani sistem SIAGA dapat memperbaiki sifat-sifatfisika tanah bersamaan dengan perbaikan sifat kimia tanah. Beberapaparameter sifat fisika yang berubah tersebut adalah meningkatnyaintersepsi curah hujan, meningkatnya infiltrasi air tanah, meningkatnyaketersediaan air untuk tanaman, menurunnya laju evavotranspirasi,menurunnya pencucian unsur hara, dan erosi tanah (Kessler and Breman1991). Lebih lanjut dilaporkan bahwa pada introduksi pohon jenisleguminosa, interaksi antara infiltrasi tanah, intersepsi curah hujan, danmenurunnya laju evavotranspirasi menyebabkan meningkatnyaketersediaan air untuk tanaman sekitar 20%, dan laju infiltrasi air hujan

Page 26: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

86 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

meningkat 5-10%. Secara kualitatif disampaikan bahwa interaksimeningkatnya laju infiltrasi air hujan dan perbaikan penutupanpermukaan tanah oleh serasah pohon leguminosa dapat menurunkan lajualiran permukaan dan erosi tanah.

Perbaikan sifat biologi tanah menjadi salah satu indikator perbaikankualitas lahan dan berlangsungnya fungsi hidrologi serta siklus bahanorganik bersama unsur hara tanah. Komponen tanaman hutan terutamajenis leguminosa bisa memperbaiki kondisi biologi tanah berupapeningkatan kemelimpahan dan aktivitas mikroorganisme tanah (Wick etal. 2000). Tanaman hutan jenis leguminosa dapat meningkatkan fiksasi Nudara melalui kerjasama dengan mikroba menambat N udara-bakterisymbiotic, dengan persyaratan kadar P tanah berada pada statusmencukupi kebutuhan tanaman (Kessler and Breman 1991). Hasilpenelitian jangka panjang pengembangan usaha tani sistem SIAGA diNusa Tenggara Barat menunjukkan adanya perbedaan keragaan IndeksDiversitas (Divercity Index) dan Indeks Dominansi (Dominancy Index)vegetasi flora antara sistem usaha tani sistem SIAGA dan petani (nonSIAGA). Indeks Diversitas flora pada usaha tani sistem SIAGA lebih tinggidibandingkan dengan sistem non SIAGA yang berarti menunjukkanadanya perbaikan kualitas lahan yang lebih baik pada usaha tani sistemSIAGA (Gambar 9).

Gambar 9. Keragaan Indeks Diversitas vegetasi flora usaha tani sistemSIAGA dan non SIAGA pada lahan kering iklim kering, NusaTenggara Barat Sumber: Wigena (2011)

Berlawanan dengan Indeks Diversitas, Indeks Dominansi flora lebihtinggi pada sistem non SIAGA dari pada sistem SIAGA kecuali untukrumput introduksi jenis Paspalum sp. (Gambar 10). Hal ini menunjukkanbahwa kualitas lahan pada usaha tani sistem SIAGA lebih baik dan lebih

Page 27: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 87

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

cocok untuk berbagai jenis rumput karena adanya perbaikan sifat kimiadan fisika tanah. Untuk rumput introduksi jenis Paspalum sp., dayaadaptasinya lebih baik dibandingkan rumput lainnya karena mamputumbuh baik pada tanah yang masih kurang subur maupun yang suburdengan nilai Indeks Dominansi yang sama. Dalam introduksi rumputpakan pada lahan kering iklim kering, kemampuan adaptasi ini yangdijadikan salah satu pertimbangan agar produksi pakan bisa tersediasepanjang tahun.

Gambar 10. Keragaan Indeks Dominansi vegetasi rumput usaha tanisistem SIAGA dan non SIAGA pada lahan kering iklim kering,Nusa Tenggara Barat (Sumber: Wigena 2011)

Persentase penutupan permukaan tanah oleh perkembanganvegetasi rumput merupakan indikator kualitas lahan lainnya. Dari hasilpenelitian diketahui bahwa secara totalnya, selain persentase penutupanlahan yang lebih tinggi, permukaan tanah pada usaha tani sistem SIAGAjuga ditutupi oleh jenis rumput yang lebih beragam (Tabel 6). Tanahpada usaha tani sistem SIAGA ditutupi oleh rumput yang lebih beragam(17 jenis rumput), sedangkan pada sistem non SIAGA sebanyak 8 jenisrumput. Keragaman fauna tanah menunjukkan trend yang sama dengankeragaman flora tanah (Tabel 7). Terdapat 6 jenis fauna tanah dalamluasan 1 m2 pada usaha tani sistem SIAGA dan hanya 2 jenis pada sistemnon SIAGA. Selain jenis, populasi fauna tanah lebih tinggi pada sistemSIAGA. Kedua hal ini memberikan gambaran bahwa kondisi tanah padausaha tani sistem SIAGA lebih baik sehingga ketersediaan makanan bagiflora dan fauna tanah lebih banyak.

Page 28: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

88 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Tabel 6. Persentase penutupan lahan oleh vegetasi flora usaha tanisistem SIAGA dan non SIAGA pada lahan kering iklim kering,Nusa Tenggara Barat

Jenis rumput Persentase penutupan lahan (%)

Sistem SIAGA Non SIAGA

Paspalum longifolium 4,0 10,0Dactyloctenumaegyptium

5,0 -

Digitaria ternata 8,0 9,0Digitaria nuda 5,0 -Digitaris setigeta 40,0 2,5Pueraria javanica 10,0 15,0Arachis gambrata 5,0 5,0Leersia hexandra 1,0 -Mimosa pudica 1,5 4,0Euphorbia hirta 3,0 -Crotalaria sp. 4,0 6,0Cyperus tenuiculmis 5,0 2,5Eragostis unioloides 5,0 -Cyperus compresus 2,0 -Digitaris longiflora 8,0 -Hedyotis diffusa 1,0 -Centella asiatica 1,5 -

Sumber: Wigena (2011)

Tabel 7. Populasi fauna tanah usaha tani sistem SIAGA dan non SIAGApada lahan kering iklim kering, Nusa Tenggara Barat

Janis fauna tanah Populasi (ekor/m2)

Sistem SIAGA Non SIAGA

Acarina 8,0 2,0Arachinda 1,0 -Coleopatra 1,0 -Collembola 7,0 2,0Diptera 2,0 -Hymenoptera 2,0 -

Sumber: Wigena (2011)

Page 29: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 89

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Penutup

Lahan kering iklim kering merupakan salah satu agroekosistem lahansuboptimal yang tersebar luas di Indonesia dan memiliki potensi yangcukup baik untuk dikembangkan sebagai daerah pertanian. Lahan ini bisadijadikan alternatif pengembangan pertanian pengganti lahan sawah yangluasannya terus menurun akibat dari persaingan penggunaan lahandengan persyaratan bahwa paket teknologi yang diintroduksi berbasispada antisipasi permasalahan yang ada. Permasalahan tersebut antaralain: 1) kurangnya ketersediaan air untuk tanaman terkait denganpendeknya musim hujan; 2) fluktuasi suhu udara dan tanah sertakelembapan udara yang tinggi antara musim hujan dan kemarau yangmerusak pertumbuhan tanaman; 3) adanya gangguan tanaman olehtiupan angin kencang antar benua; dan 4) menurunnya kuantitas dankualitas pakan pada musim kemarau yang menyebabkan tingginyakematian ternak. Selain itu, posisi geografis lahan kering iklim keringyang masih terisolir menyebabkan rendahnya perhatian pemerintah dalampemberdayaan lahan kering iklim kering sehingga kondisi infrastrukturumumnya masih kurang memadai.

Pada kondisi agroekosistem seperti itu, aplikasi pertanian ramahlingkungan dalam bentuk usaha tani terpadu yang mengintegrasikankomponen tanaman pohon (hutan) dan pangan, yang ditata dalam polatanam tumpang sari atau wanatani (agroforestry) merupakan alternatifyang berpeluang cukup baik untuk meningkatkan produksi pertanian.Kombinasi semua komponen tanaman akan mengurangi risiko kegagalanpanen tanaman pangan dan dapat menyediakan pakan untuk ternakterutama ruminansia. Dengan adanya kanopi tanaman yang terusmenerus sepanjang tahun, meningkatkan ketersediaan bahan organiktanah yang bersumber sebagai pangkasan tanaman tahunan dantanaman pakan, berangkasan sisa panen tanaman semusim, dan gulmahasil penyiangan yang dikembalikan ke dalam tanah untuk meningkatkankadar C-organik tanah. Peningkatan bahan organik tanah juga berkaitandengan peningkatan intensitas tanam. Peningkatan kadar C-organik tanahdiikuti dengan perbaikan kualitas tanah melalui perbaikan sifat fisika,kimia, dan biologi serta ketersediaan unsur hara yang mampumeningkatkan produksi tanaman pangan yang lebih tinggi dibandingkandengan produksi tanaman pangan pada sistem pertanaman monokultur.

Usaha tani sistem silvo-agropastura (SIAGA) adalah bentukpertanian ramah lingkungan lainnya yang berpotensi baik untukdikembangkan pada lahan kering iklim kering. Usaha tani ini mirip dengantumpang sari atau wanatani, mengintegrasikan komponen tanamanhutan, pangan, pakan, dan ternak dalam satu hamparan lahan. Adanyapermasalahan kekurangan air maka diterapkan pengelolaan air melalui

Page 30: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

90 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

pemanenan air hujan dengan membuat embung untuk meningkatkanintensitas pertanaman pangan dan sumber air minum ternak. Ternakyang diintroduksikan adalah ruminansia besar (sapi) yang dipeliharadengan sistem kandang. Dengan keragaan tersebut, sistem ini mampumeniru fungsi hutan dalam memelihara siklus air, bahan organik, danunsur hara. Selain itu, dengan penataan tanaman yang dikombinasikantersebut, tanaman tahunan juga dapat berfungsi sebagai tanamanpemecah angin (wind breaker) yang mencegah kerusakan tanaman olehangin kering dingin pada puncak musim kemarau. Hal lainnya yangsangat penting bagi pertumbuhan tanaman adalah adanya perbaikankondisi iklim mikro berupa perbaikan fluktuasi suhu udara dan tanah,peningkatan kelembapan udara dan tanah. Adanya perbaikan kondisi iklimmikro disertai perbaikan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah mendorongmeningkatnya produksi tanaman pangan lebih tinggi daripada tanamanpangan pada sistem pertanaman monokultur. Selain itu, peningkatanproduksi tanaman juga disebabkan oleh melalui peningkatan intensitastanam terkait dengan semakin panjangnya ketersediaan air untuktanaman.

Daftar Pustaka

Anonymous. 2004. Silvopasture: The Intentional Combination of Trees,Forage and Livestock Managed as a Single Integrated Practice.University of Missouri Center for Agorforestry Practice. www.centerforagroforestry. org. 13 August 2009.

Anonimus. 2006. Model Rancang Bangun dan Rekayasa PembangunanPertanian Lahan Kering. www.marno.lecture.ub.ac.id.

Anonimus. 2010. Tren Besar dan Tantangan Pembangunan Pangan MasaDepan. www.hakteknas.ristek.go.id

Anonimus. 2012. Definisi dan Pengertian Sistem Agroforestri Sederhana.

www. pengertian-definisi. blogspot. com.

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian BogorPress. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2009. Statistik Indonesia. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2014. Produktivitas Padi Nasional. www.pertanian.go.id.

Bahar F. 1987. Makalah Pelatihan Teknis Proyek Penelitian danPengembangan Pertanian Nusa Tenggara. Badan LitbangPertanian.Ntb.litbang.deptan.go.id/ind/2006/Sp/peningkatanintensitas.

Page 31: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 91

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Balai Penelitian Kehutanan. 2011. Penanaman gaharu dengan sistemtumpang sari di Rarung, Prov. Nusa Tenggara Barat. JurnalPenelitian Hutan dan Konservasi Alam 8 (4): 349-361. www.forda. mof. org.

Benu, F. L. 2010. Dialektika Pertanian Lahan Kering: Mengapa HarusDisebut Pertanian Lahan Kering Padahal Aktivitas Budi DayaSelalu Bersentuhan dengan Ketersediaan Air? www.drylandagriculture. blogspot. com.

De Miquel, J. M., B. Acosta-Gallo, and A. Gomez-Sal. 2013.Understanding mediterranean pasture dynamics: general treecover vs. specific effects of individual trees. Rangeland Ecology

and Management 66 (2): 216-223. www. bioone.org.

Hidayat, Y. 2011. Siklus Hara dan Bahan Organik dalam Agroforestry.

Hidayat, A. dan A. Mulyani. 2002. Lahan kering untuk pertanian. Hlm.1-34 dalam Teknologi Pengelolaan Lahan Kering MenujuPertanian Produktif dan Ramah Lingkungan. Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan LitbangPertanian

Irwanto. 2008. Peningkatan Produktivitas Lahan dengan Aplikasi Sistem

Agroforestri. http://irwanto. webs. com. 15 March 2011

Kessler, J. J., H. Breman. 1991. The influence of woody spesies on plant

production factors. Agroforestry System 13:41-62. www.library. wur. nl.

Kuswanto. 2013. Potensi dan Kendala Pengembangan Lahan Kering

Iklim Kering untuk Pertanian. www. jkuswanto. blogspot.com.

Lakitan, B. dan N. Gofar. 2013. Kebijakan inovasi teknologi untukpengelolaan lahan suboptimal berkelanjutan. Makalah disajikandalam Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Palembang, 21-22September 2013. (In press)

Menteri Ristek dan Teknologi. 2011. Lahan Subur di Indonesia Kian

Minim. www. ristek. go.id.

Minardi, S. 2009. Optimalisasi Pengelolaan Lahan Kering untukPengembangan Pertanian Tanaman Pangan. Orasi PengukuhanGuru Besar Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas SebelasMaret. Surakarta.

Page 32: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

92 Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Nasiu, F. 2012. Pemanfaatan Lahan Kering Marginal melalui IntegrasiTanaman Pangan, Tanaman Pakan, dan Ternak Ruminansia.Tugas Makalah Budi daya Hijauan Pakan dan Pastura. ProgramPascasarjana. Universitas Gajahmada Yogyakarta. (Tidakdipublikasikan).

Nowak, J., A. Blount and S. Workman. 2009. Integrated timber, forageand livestock production-benefit of silvopasture. University of

Florida, IFAS Extension. www. edis. ifas. edu. 13 August 2009.

Oldeman, L. R., I. Las, and Muladi. 1980. The Agroclimatic Maps ofKalimantan, Maluku, Irian Jaya and Bali, West and East NusaTenggara. Contributor No. 60, Central Research Institute forAgriculture. Bogor. 32p.

Olea, L. and A. S. Miquel-Ayanz. 2006. A Traditional MediterraneanSilvopasture System Linking Production and Nature Conservation.

www.doctorange.com. April 2006. 13 August 2009.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak. 1992. 5 Tahun PenelitianTernak. Kontribusi untuk Badan Penelitian dan PengembanganPertanian. Jakarta.

Ratsele, R. C. 2013. Long-Term Effects of Rangeland Burning, Grazingand Browsing on Vegetation and Organic Matter Dynamics. AThesis Sumitted for the Degree of Doctor of Philosophy in PastureScience. Department of Livestock and Pasture Science, Faculty ofScience and Agriculture, University of Fort Hare, South Africa.

Setyorini, D., L.R. Widowati, and S. Rochayati. 2004. Teknologipengelolaan hara lahan sawah intensifikasi. Hal. 137-168 dalamTanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Badan Peneltiandan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Silveira, M.L., J. M. B. Vendramini, H. M. Da Silva, and M. Azenha. 2013.

Nutrient Cycling in Grazed Pastures. www.edis.ifas.ufl.edu.

Soepandi, D., J. Purnomo, dan I.H. Utomo. 1994. Pengembangantanaman adaptif terhadap kekeringan. Hal. 141-152 dalamProsiding Diskusi Panel untuk Mengantisipasi Kekeringan danSolusi Penanganan Jangka Panjang. Sukamandi, Jawa Barat,Indonesia, 26-27 August 1994. PERAGI-PERHIMPI.

Sudarto dan A. Suriadi. 2006. Optimalisasi paket teknologi sistembudidaya ada perkebunan Jambu Mete di Desa Songgajah Kab.Dompu. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa TenggaraBarat. NTB.

Page 33: 4. TEKNOLOGI PENGELOLAAN HARA DAN BAHAN ORGANIK …balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/buku... · sumbangan yang paling besar terhadap peranan subsektor tanaman

Pengelolaan Lahan Pada Berbagai Ekosistem Mendukung Pertanian Ramah Lingkungan 93

Teknologi Pengelolaan Hara dan Bahan Organik Sebagai Model Pertanian Ramah Lingkungan Pada LahanKering Iklim Kering

Sukristyonobowo, I G. P Wigena, E. Santoso, dan D. Santoso. 1998.Sistem silvopastura untuk meningkatkan produktivitas lahanpadang penggembalaan di Nusa Tenggara Barat. Hal. 19-39dalam Prosiding Diskusi dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanahdan Agroklimat. Bogor, Jawa Barat, 10-12 February 1998.

Sumansangaji. 2013. Pertanian Ramah Lingkungan: MungkinkahPertanian Ramah Lingkungan Dapat Diimplementasikan?.

www.sumansangdji30.blogspot. com. 14 Oktober 2014.

Supriana, A. 2012. Pertanian Ramah Lingkungan dan Konsep Dasarnya.

www.agussupriana.blogspot.com. 14 Oktober 2014.

Suwardji. 2005. Menjadikan Pertanian Lahan Kering sebagai ProgramUnggulan Nasional. Universitas Mataram: Realitas atau Mitos.

www.prof-suwardji.

Turmudi, E. 2002. Kajian pertumbuhan dan hasil tanaman dalam sistemtumpang sari jagung dengan 4 kultivar kedelai pada berbagaiwaktu tanam. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 4 (2): 89-96.

www.repository.unib. ac.id.

Wick, B., H. Tiessen, and S.C. Romulo. 2000. Land quality changesfollowing the conversion of the natural vegetation into sylvo-pastural system in semi arid on North East Brazil. Plant and Soil222: 59-70.

Wigena, IG.P. 2011. Silvopasture and its impacts to microclimate, soilproperties, and carrying capacity on semi arid grass land of WestNusa Tenggara Province, Indonesia. Jurnal Sumber daya Lahan 5(1): 33-45.

Wihardjaka. A dan P. Setyanto. 2014. Pertanian Ramah Lingkungan pada

Tanaman Pangan. www.balingtan.litbang.deptan.go.id.

Oktober 2014.

Yudhoyono N. A. 2013. Zone Agroekologi. www.id.scribd.com.

Zairin. M. 2006. Peningkatan Intensitas Tanam pada Lahan Keringdengan Pola Tanam yang Tepat untuk Mengurangi ResikoKegagalan Panen di Nusa Tenggara Barat.www.bptpntb.litbang.deptan.go.id.