Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

67
ANALISIS INFORMASI & LAPORAN KEUANGAN SUB-SEKTOR PERKEBUNAN (PT.BAKRIE SUMATERA PLANTATION,Tbk, PT SAMPOERNA AGRO,Tbk dan PT ASTRA AGRO LESTARI,Tbk untuk Periode 2009-2013) Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Analisis Informasi & Laporan Keuangan Angkatan III STAR BPKP Tahun 2014 Disusun oleh Kelompok I ABDI AZAZI (1420532029) APRIO PUTRA AS (1420532031) CHICHI BETA OCTESA (1420532033) MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2014

Transcript of Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Page 1: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

ANALISIS INFORMASI & LAPORAN KEUANGAN

SUB-SEKTOR PERKEBUNAN

(PT.BAKRIE SUMATERA PLANTATION,Tbk, PT SAMPOERNA AGRO,Tbk

dan PT ASTRA AGRO LESTARI,Tbk untuk Periode 2009-2013)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Seminar Analisis Informasi & Laporan Keuangan

Angkatan III STAR BPKP Tahun 2014

Disusun oleh Kelompok I

ABDI AZAZI (1420532029)

APRIO PUTRA AS (1420532031)

CHICHI BETA OCTESA (1420532033)

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2014

Page 2: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan

suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang

bersangkutan. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

yang lengkap biasanya meliputi : Laporan neraca, laporan laba/rugi, laporan Perubahan Ekuitas,

laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa laporan arus kas atau laporan arus

dana, dan catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari

laporan keuangan. Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang

mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi perusahaan

tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan kemungkinan bahaya

penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi

akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau

perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan

tertentu.

Haruslah dibedakan antara pengertian Pelaporan keuangan (Inggris: financial reporting) dan

laporan keuangan (Inggris: financial reports). Pelaporan Keuangan meliputi segala aspek yang

berkaitan dengan penyediaan dan peyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain

lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar

modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (prinsip

akuntansi berterima umum atau generally accepted accounting principles/GAAP). Laporan keuangan

hanyalah salah satu medium dalam penyampaian informasi. Bahkan seharusnya harus dibedakan

pula antara statemen (Inggris: statement) dan laporan (Inggris: report).

Laporan keuangan wajib (statutory financial report) merupakan bagian terpenting dalam

proses pelaporan akuntansi. Laporan keuangan wajib yang terutama adalah laporan keuangan

merupakan produk lingkungan pelaporan keuangan yang paling penting. Informasi dalam laporan

keuangan dinilai relatif berdasarkan kebutuhan informasi dari pengguna laporan keuangan dan

sumber informasi alternatif seperti data ekonomi dan industri, laporan analis, dan pengungkapan

sukarela manajer. Penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi sifat dan isi laporan

keuangan agar dapat menilai informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Faktor-faktor

Page 3: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

utama tersebut adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, motivasi manajer, mekanisme

pengawasan dan pelaksanaan, badan pengatur, sifat industri, dan sumber informasi lain.

Analisis keuangan merupakan penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis posisi dan

kinerja keuangan perusahaan dan untuk menilai kinerja keuangan dimasa depan. Analisis terhadap

laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengethaui tingkat profitabilitas

(keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang

mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat

membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang. Laporan

keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata

mengenai hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh suatuperusahaan selama kurun waktu tertentu,

keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan. Apalagi informasi mengenai kinerja

keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur,

pemerintah, bankers, pihak manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Analisis keuangan terdiri atas tiga bagian besar- analisis profitabilitas, analisis risiko, serta

analisis sumber dan penggunaan dana. Analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat

pengembalian investasi perusahaan. Analisis ini berfokus pada sumberdaya perusahaan dan tingkat

profitabilitasnya, dan melibatkan identifikasi dan pengukuran dampak berbagai pemicu

profitabilitas. Analisis ini juga mencakup evaluasi atas dua sumber utama profitabilitas.- margin

(bagian dari penjualan yang tidak tertutup oleh biaya) dan perputaran (penggunaan modal). Analisis

risiko merupakan evaluasi atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya. Analisis

risiko melibatkan penilaian atas solvabilitas dan likuiditas perusahaan sejalan dengan variasi laba.

Karena risiko menjadi perhatian utama kreditor, analisis risiko sering dibahas dalam konteks kredit.

Analisis resiko tetap penting untuk analisis ekuitas, baik untuk mengevaluasi keandalan dan daya

tahan kinerja perusahaan maupun untuk mengestimasi biaya modal perusahaan. Analisis sumber dan

penggunaan dana merupakan evaluasi bagaimana perusahaan memperoleh dan menggunakan

dananya. Analisis ini memberikan pandangan tentang implikasi pendanaan perusahaan dimasa

depan. Sebagai contoh, perusahaan yang mendanai proyek baru dengan kas (laba) yang dihasilkan

dari dalam perusahaan berpeluang mencapai kinerja keuangan yang lebih baik dimasa depan

dibandingkan dengan perusahaan

Dari berbagai uraian yang telah dikemukakan tersebut maka yang akan dibahas dalam

makalah ini adalah mengenai pelaporan dan analisis terhadap laporan keuangan. Dan dalam hal ini

yang menjadi sampel perusahaan untuk dianalisis adalah dari perusahaan dari sub sektor

Page 4: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

perkebunan. Mengapa penulis memilih subsektor perkebunan untuk dianalisis? Karena dengan

pertumbuhan yang cukup konsisten, subsektor perkebunan mempunyai peran strategis, baik dalam

pembangunan ekonomi secara nasional maupun dalam menjawab isu-isu global. Subsektor

perkebunan berperan dalam penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi, sumber devisa,

pengentasan kemiskinan, dan konservasi lingkungan. Usaha sektor perkebunan memegang peranan

strategis dalam mendukung perekonomian Indonesia melalui kegiatan ekspor hasil primer

perkebunan yang memberikan kontribusi kepada negara berupa pemasukan pajak dan dividen.

Perusahaan mempunyai andil yang besar dalam menciptakan stabilitas perekonomian nasional. Hal

tersebut dapat dilihat pula dalam peran perusahaan dalam menciptakan lapangan pekerjaan.

Hadirnya perusahaan ditengah-tengah masyarakat memberikan kontribusi riil akan salah satu

permasalahan nasional yaitu pengangguran. Perusahaan menggerakkan masyarakat yang berada

disekitar perusahaan untuk melakukan aktivitas yang bersifat produktif yaitu bekerja. Secara

langsung maka peran perusahaan adalah berhubungan erat dalam menciptakan stabilitas

perekonomian dan mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia.

Perusahaan sub sektor perkebunan yang menjadi sampel untuk dianalisis Informasi dan

Laporan Keuangannya adalah PT Sampoerna Agro,Tbk , PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk, dan

PT Astra Agro Lestari. Dimana yang menjadi sampel tahun adalah selama 5 tahun yaitu dari tahun

2009-2013.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, permasalahan yang akan

diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana melaksanakan pelaporan dan analisis serta

perbandingan atas laporan keuangan pada PT Sampoerna Agro,Tbk , PT Bakrie Sumatera

Plantations Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk pada Tahun 2009-2014

1.3 Tujuan

Bertolak dari perumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui,

gambaran hasil analisis dan perbandingan atas laporan keuangan PT Sampoerna Agro,Tbk , PT

Bakrie Sumatera Plantations Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk periode Tahun 2009-2014.

1.4 Manfaat

Beberapa Manfaat dilakukannya Analisis Informasi dan Laporan Keuangan ini adalah

Page 5: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

1. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan-

perusahaan yang dianalisis

2. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan untuk penilaian

kinerja manajemen.

3. Memberikan informasi yang lebih luas dan mendetail dibandingkan dengan hanya laporan

keuangan saja.

4. Dapat memberikan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan (decision maker) di

suatu perusahaan.

5. Menunjukkan peringkat perusahaan dalam kriteria tertentu di dunia bisnis.

6. Membandingkan analisis suatu perusahaan dengan perusahaan lain.

7. Memberikan informasi keadaan perusahaan pada saat ini.

8. Sebagai dasar untuk memprediksi keadaan perusahaan dimasa yang akan datang.

9. Sebagai dasar informasi perusahaan untuk mengambil tindakan investasi, merger atau

akuisisi perusahaan.

10. Untuk menilai prestasi manajemen,operasional dan efisiensi perusahaan

Page 6: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

2.1.1 PT Sampoerna Agro, Tbk

PT Sampoerna Agro,Tbk merupakan perseroan terbatas yang didirikan di Indonesia

berdasarkan Akta Notaris Tina Chandra Gerung, S.H., No. 8 tanggal 7 Juni 1993 dengan nama PT

Selapan Jaya. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam

Surat Keputusan No. C2-1840.HT.01.01.TH.94 tanggal 4 Februari 1994, serta diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia No. 60, Tambahan No. 4842 tanggal 29 Juli 1994. Anggaran

Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa perubahan, terakhir dengan Akta Notaris Sutjipto, S.H.,

M.Kn No. 265 tanggal 27 Juni 2008 mengenai penyesuaian Anggaran Dasar Perusahaan dengan

Undang- undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan penyusunan kembali seluruh

Anggaran Dasar Perusahaan. Perubahan Anggaran Dasar ini telah memperoleh persetujuan dari

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU-76222.AH.01.02.Tahun

2008 tanggal 21 Oktober 2008.

Berdasarkan beberapa surat dan izin lokasi usaha dari lembaga Pemerintah tingkat daerah,

regional dan nasional, Perusahaan dapat mengembangkan 25.700 hektar perkebunan kelapa sawit di

Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan yang terdiri dari 7.200 hektar tanaman Inti dan 18.500 hektar

tanaman Plasma dengan kapasitas operasi sampai 120 ton tandan buah segar per jam. Sertifikat Hak

Guna Usaha yang dimiliki oleh Perusahaan adalah 3.243 hektar tanaman Inti yang akan jatuh tempo

pada tahun 2037 dan dapat diperbaharui sampai tahun 2097. Pada tanggal 31 Desember 2008, luas

areal dalam bentuk izin lokasi dan hak guna usaha yang dimiliki oleh Perusahaan dan Anak

perusahaan adalah seluas 155.294 hektar. Pabrik pengolahan Perusahaan dan Anak berkapasitas

produksi 395 ton tandan buah segar per jam (tidak diaudit). No. 788, Palembang, Sumatera Selatan

Pada tanggal 7 Juni 2007, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Pasar Modal dan

Lembaga Keuangan (“BAPEPAM - LK”) untuk melakukan penawaran umum berdasarkan surat

BAPEPAM - LK No. S-2707/BL/2007.

Pada tanggal 18 Juni 2007, saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia

(dahulu Bursa Efek Jakarta). Pada tanggal 26 Januari 2007, Perusahaan mengakuisisi 100% saham

Page 7: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Palma Agro Ltd. (PAL) yang memiliki investasi sebesar 93,6% di PT Sungai Rangit. Pada tanggal

30 Maret 2007, Perusahaan mengakuisisi 99% saham PT Sawit Selatan, PT Tania Binatama, PT

Sungai Menang, PT Selatanjaya Permai, PT Usaha Agro Indonesia dan PT Pertiwi Lenggara

Agromas. Pada tanggal 31 Desember 2008, perusahaan-perusahaan tersebut masih dalam tahap

pengembangan.

2.1.2 PT Bakrie Sumatera Plantation, Tbk

PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk berdiri pada tahun 1911 dengan nama “NV Hollandsch

Amerikanse Plantage Maatschappij”. Nama Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan,

terakhir dengan nama PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Anggaran Dasar Perusahaan pertama

kali diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 14 tanggal 18 Februari

1941 Tambahan No. 101. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,

terakhir dengan Akta Notaris Aulia Taufani, S.H., No. 2 tanggal 31 Oktober 2007 mengenai

peningkatan modal dasar Perusahaan dari 4,144 miliar lembar saham menjadi 15 miliar lembar

saham. Perubahan tersebut masih dalam proses persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia.

Perusahaan bergerak dalam bidang perkebunan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman

dan produk industri. Pada tanggal 6 Januari 1990, Perusahaan melakukan penawaran umum kepada

masyarakat atas 11,1 juta saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (Rupiah penuh) per saham melalui

bursa saham di Indonesia dengan harga penawaran Rp 10.700 (Rupiah penuh) per saham. Pada

tahun 1997 Perusahaan melakukan pemecahan saham (stock split) 2-untuk-1 sehingga mengubah

nilai nominal saham biasa dari Rp 1.000 (Rupiah penuh) menjadi Rp 500 (Rupiah penuh) serta

mengumumkan sembilan saham bonus untuk lima saham lama dari tambahan modal disetor. Pada

bulan Juni 1999, Perusahaan mengumumkan satu dividen saham untuk lima saham lama dari saldo

laba (lihat Catatan 31, 32 dan 33). Pada tanggal 31 Desember 1999, Perusahaan telah mencatatkan

semua saham yang ditempatkan dan disetor penuh di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Pada tanggal

18 Oktober 2004, Perusahaan melakukan pemecahan saham 5-untuk-1 sehingga mengubah nilai

nominal saham biasa dari Rp 500 (Rupiah penuh) menjadi Rp 100 (Rupiah penuh), dan pada tanggal

10 Nopember 2004, Perusahaan melakukan penawaran umum terbatas I dengan Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu sebanyak 1.087.800.000 lembar saham, yang seluruh saham yang ditempatkan dan

disetor penuh telah dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya (lihat Catatan 31 dan 32). Harga

penawaran umum terbatas I tersebut di atas adalah sebesar Rp 200 (Rupiah penuh). Pada tanggal 29

Agustus 2007, Perusahaan melakukan penawaran umum terbatas II dengan Hak Memesan Efek

Page 8: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Terlebih Dahulu sebanyak 1.456.875.000 lembar saham, yang seluruh sahamnya telah ditempatkan

dan disetor penuh serta telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (lihat Catatan 31 dan 32). Harga

penawaran umum terbatas II tersebut diatas adalah sebesar Rp 1.100 (Rupiah penuh).

2.1.3 PT Astra Agro Lestari, Tbk

PT Astra Agro Lestari Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala

berdasarkan Akta Notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya, S.H., No. 12 tanggal 3 Oktober 1988, yang

kemudian berubah menjadi PT Astra Agro Niaga berdasarkan Akta perubahan No. 9 tanggal 4

Agustus 1989 dari notaris yang sama. Akta pendirian Perusahaan dan perubahannya disahkan oleh

Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-10099.HT.01.01.TH.89

tanggal 31 Oktober 1989 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No.

101 tanggal 19 Desember 1989, Tambahan No. 3626.

Perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera melalui perjanjian

penggabungan usaha yang diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 126 tanggal

19 Juni 1997 beserta perubahannya No. 176 tanggal 30 Juni 1997. Penggabungan usaha ini dicatat

dengan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest).

Setelah penggabungan usaha ini, nama Perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Lestari

dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250 miliar menjadi Rp 2 triliun yang terdiri dari 4 miliar

saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah penuh). Perubahan nama dan peningkatan modal dasar

Perusahaan ini diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 136 tanggal 23 Juni 1997

dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-

5992.HT.01.04.TH.97 tanggal 2 Juli 1997 dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik

Indonesia No. 95 tanggal 27 Nopember 1997, Tambahan No. 5616.

Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan guna memenuhi ketentuan hukum dan peraturan

yang berlaku di pasar modal, termasuk perubahan nama Perusahaan menjadi PT Astra Agro Lestari

Tbk, dan persetujuan para pemegang saham atas penawaran umum saham Perusahaan kepada

masyarakat sebanyak 125,8 juta saham, diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No.

65 tanggal 11 Agustus 1997. Perubahan Anggaran Dasar tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman

Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-8271.HT.01.04.TH.97 tanggal 21 Agustus 1997

dan diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 95 tanggal 27 Nopember

1997, Tambahan No. 5617.

2.2 Alat yang digunakan dalam Analisis

Page 9: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Beberapa alat yang digunakan dalam menganalisis Laporan Keuangan pada makalah ini antara

lain :

1.Analisis Laporan Keuangan Komparatif

2.Analisis Laporan Keuangan Common-size

3.Analisis Rasio

4.Analisis Arus Kas

5.Analisis Kebangkrutan

6.Penilaian

2.3 Analisis Informasi & Laporan Keuangan

2.3.1 Lingkungan Pelaporan Keuangan

a. Faktor yang mempengaruhi laporan keuangan wajib

1. Prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)

Laporan keuangan konsolidasian PT Bakrie Sumatra Plantations disusun sesuai dengan

Standar Akuntansi Keuangan (‘SAK’) yang mencakup Pernyataan dan interpretasi yang dikeluarkan

oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia termasuk standar baru atau

revisi yang berlaku efektif 1 Januari 2013 dan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (BAPEPAM-LK) Indonesia. Laporan Keuangan Konsolidasian, kecuali Laporan Arus

Kas telah disusun secara akrual dengan menggunakan konsep biaya perolehan (historical cost)

kecuali untuk akun-akun tertentu yang dicatat berdasarkan basis lain seperti yang diungkapkan pada

kebijakan masing-masing akun terkait. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode

langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Sementara Laporan keuangan konsolidasian PT.Sampoerna Agro,Tbk juga disusun sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan (‘SAK’) yang mencakup pernyataan dan interpretasi yang

dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia dan Peraturan No

VIII G.7 mengenai penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan public

yang diterbitkan oleh Bapepam-LK. Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan konsep

akrual dan menggunakan konsep biaya historis kecuali untuk laporan arus kas dan kecuali akun-

akun tertentu yang ditentukan basis dan pengukurannya seperti yang disebutkan dalam catatan atas

laporan keuangan konsolidasian yang relevan. Laporan arus kas konsolidasian yang disajikan

dengan menggunakan metode langsung menyajikan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas

yang diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Page 10: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Untuk Laporan Keuangan PT Astra Agro Lestari,Tbk juga disusun berdasarkan Standar

Akuntansi Keuangan di Indonesia. Laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan konsep

biaya perolehan dan atas dasar akrual, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasian. Laporan arus

kas konsolidasian disusun menggunakan metode langsung dengan mengklasifikasikan arus kas atas

dasar aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Dapat disimpulkan bahwa ketiga perusahaan mengikuti dan menggunakan standar akuntansi

yang sama dalam penyusunan laporan keuangannya. Dan menggunakan konsep pengakuan dan

pengukuran yang sama yaitu menggunakan konsep akrual dan historical cost. Untuk laporan arus

kas, ketiga perusahaan juga menyajikan menggunakan metode langsung.

2. Mekanisme Pengawasan dan Pelaksanaan

Auditor Eksternal

Auditor eksternal dapat membantu memastikan kualitas dan keandalan laporan keuangan.

Semua laporan keuangan perusahaan publik harus diaudit oleh auditor publik bersertifikat. Produk

dari proses audit adalah laporan audit yang merupakan bagian dari laporan keuangan. Pada

perusahaan Bakrie Sumatera Plantations yang menjadi audit eksternal atas perusahaan ini pada tahun

2013 adalah kantor auditor Mazars. Dimana dalam hal ini perusahaan auditor memberikan

pernyataan atas penyajian laporan keuangan PT Bakrie Sumatra Plantations yaitu wajar tanpa

pengecualian, dengan Paragraf Penjelas. Dimana Auditor menjelaskan bahwa Going Concern Bakrie

kedepannya mengalami keraguan dalam kelangsungan hidupnya karena mengalami Defisit 1,68

triliun. Dan liabilitas Jangka Pendek telah melampaui total asset lancer sebesar 2,90 triliun. Kondisi

tersebut mengindikasikan adanya ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan

signifikan atas kemampuan kelompok usaha untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

Untuk Perusahaan PT.Sampoerna Agro,Tbk yang mengaudit pada tahun 2013 adalah kantor

Auditor Ernest & Young (EY). Dimana Opini yang diberikan adalah wajar tanpa pengecualian.

Sedangkan PT.Astra Agro Lestari,Tbk pada tahun 2013 perusahaan yang mengaudit adalah

PriceWaterhouseCoopers (PWC) dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian.

Tata Kelola Perusahaan

Salah satu mekanisme pengawasan laporan keuangan penting adalah tata kelola dalam

perusahaan. Laporan keuangan memerlukan persetujuan dewan direksi perusahaan. Banyak

perusahaan yang memiliki komite audit (audit committee)-suatu subkomite dari dewan direksi untuk

mengawasi proses laporan keuangan. Pada PT Bakrie Sumatera Plantations terdapat Komite audit.

Page 11: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Pembentukan komite audit Perusahaan mengacu pada Peraturan Bapepam No. IX. I. 5, dimana

susunan anggota komite audit pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012 adalah sebagai berikut :

1. Ketua / Chairman

2. Anggota / Member

3. Anggota / Member

Pada tanggal 31 Desember 2013 dan 2012, Perusahaan dan Anak perusahaan memiliki

masing-masing lebih kurang 9.457 dan 10.205 orang pegawai tetap.

Untuk PT Sampoerna Agro,Tbk juga memiliki susunan anggota komite audit yang terdiri

atas seorang ketua dan dua orang anggota. Jumlah pegawai yang dimiliki Perusahaan ini pada tahun

2013 dan 2012 adalah 8860 dan 8010 orang. Sedangkan PT.Astra Agro Lestari,Tbk memiliki

susunan Anggota Komite Audit yang terdiri atas seorang ketua dan dua orang anggota. Perusahaan

dan entitas anak mempunyai karyawan tetap sebanyak 29.766 karyawan dan pada tahun 2012

sebanyak 28.109 karyawan.

b. Prinsip-prinsip akuntansi yang penting :

1. Jurnal Berpasangan

Prinsip jurnal berpasangan atau ganda (double entry) mendasari fungsi pencatatan akuntansi.

Memahami akuntansi berpasangan membantu analis laporan keuangan karena akan

membantu rekontruksi dunia usaha. Sistem jurnal berpasangan ini menggunakan dua catatan

atas setiap transaksi usaha. Pada penyusunan laporan keuangan PT.Bakrie Sumatra

Plantantion, PT Sampoerna Agro,Tbk dan PT.Astra Agro Lestari,Tbk sudah menerapkan

double entry dalam pencatatan secara akuntansinya

2. Biaya Historis

Sistem akuntansi bertujuan untuk melaporkan informasi yang wajar dan objektif. Karenanya

nilai aktiva yang diperoleh melalui transaksi tawar menawar yang wajar (arm’s length)

biasanya wajar dan objektif, biaya historis dari traksaksi aktual ini disajikan dalam laporan

keuangan. Pada PT Bakrie Sumatra Plantantions Laporan Keuangan Konsolidasian, kecuali

Laporan Arus Kas telah disusun dengan menggunakan konsep biaya perolehan (historical

cost) kecuali untuk akun-akun tertentu yang dicatat berdasarkan basis lain seperti yang

diungkapkan pada kebijakan masing-masing akun terkait. Pada PT Sampoerna Agro,Tbk

Laporan keuangan konsolidasian disusun menggunakan konsep biaya historis kecuali untuk

akun-akun tertentu yang ditentukan basis dan pengukurannya seperti yang disebutkan dalam

catatan atas laporan keuangan konsolidasian yang relevan. Demikian juga untuk PT Astra

Page 12: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Agro Lestari,Tbk laporan keuangan konsolidasian disusun berdasarkan konsep biaya

perolehan.

3. Akuntansi Akrual

Akuntansi modern menerapkan basis akrual sebagai pengganti basis arus kas yang lebih

tradisional. Beradasarkan akuntansi akrual (accrual accounting), pendapatan diakui saat

dihasilkan dan beban saat terjadi, tanpa memerhatikan penerimaan atau pembayaran kas.

Pada PT.Bakrie Sumatra Plantations Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat

ekonomi akan diperoleh kelompok usaha dan totalnya dapat diukur secara handal.

Pendapatan diukur pada nilai wajar imbalan yang diterima tidak termasuk diskon, rabat dan

pajak penjualan. Kelompok usaha menelaah pengaturan pendapatannya melalui criteria

tertentu untuk menentukan apakah bertindak sebagai principal atau agen. Kelompok usaha

berkesimpulan kelompok usaha sebagai principal dalam semua pengaturan pendapatan.

Begitu juga dengan PT.Sampoerna Agro,Tbk Pendapatan diakui bila besar kemungkinan

manfaat ekonomi akan diperoleh oleh grup dan jumlahnya dapat diukur secara handal.

Pendapatan diukur pada nilai wajar pembayaran yang diterima, tidak termasuk diskon,rabat

dan PPN. Grup menelaah pengaturan pendapatannya melalui kriteria tertentu untuk

menentukan apakah bertindak sebagai principal atau agen. Grup berkesimpulan bahwa grup

bertindak sebagai prinsipal dalam semua pengaturan pendapatan. PT.Astra Agro Lestari,Tbk

melaporkan Pendapatan bersih sebagai pendapatan Grup yang diperoleh dari penjualan

barang jadi setelah dikurangi diskon, retur, potongan penjualan, dan pajak

ekspor..Pendapatan dari penjualan barang jadi diakui pada saat risiko dan manfaat

kepemilikan barang secara signifikan telah berpindah kepada pelanggan. Beban diakui pada

saat terjadinya (basis akrual).

4. Pengungkapan Penuh

Prinsip pengungkapan penuh (full disclosure principle) mengharuskan informasi yang

disajikan pada laporan keuangan mencerminkan keseimbangan antara penyajian (1) cukup

rinci sehingga informasi dapat mengubah keputusan dan (2) cukup ringkas dan sederhana

sehingga infomasi dapat dipahami dan hemat biaya. Untuk dapat disajikan pada laporan

keuangan, suatu pos harus relevan, andal, dan diukur dengan tingkat kepastian tertentu.

Dalam laporan keuangan PT.Bakrie Sumatra Plantations, PT.Sampoerna Agro,Tbk dan

PT.Astra Agro Lestari,Tbk dirasa sudah dilakukan pengungkapan secara penuh sesuai

dengan prinsip akuntansi berlaku umum.

5. Materialitas

Page 13: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Merupakan sejauh mana kelalaian mencantumkan atau salah saji informasi akuntansi yang

dengan memperhatikan situasi, memungkinkan penilaian seseorang yang menggunakan

informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh dengan kelalaian atau salah saji tersebut.

Dalam laporan keuangan PT Bakrie Sumatra Plantations PT.Sampoerna Agro,Tbk dan

PT.Astra Agro Lestari,Tbk tidak ditemukan salah saji informasi akuntansi yang material.

6. Konservatisme

Konservatisme (conservatism) terkait dengan melaporkan pandangan yang paling tidak

optimis saat manghadapi pengukuran. Konservatisme mengurangi tingkat keandalan dan

relevansi informasi akuntansi melalui dua cara. Pertama, konservatisme menyajikan aktiva

dan laba terlalu rendah. Kedua konservatisme meyebabkan penundaan pengakuan kabar baik

pada laporan keuangan, namun secepat mengakui kabar buruk. Konsevatisme memiliki

implikasi penting bagi analisis. Jika tujuan analisis adalah penilaian ekuitas, penting untuk

mengestimasi bias konservatisme pada laporan keuangan dan membuat laporan penyesuaian

yang layak sehingga pengukuran aktiva bersih dan laba bersih menjadi lebih baik. Dalam

menganalisis kredit, konservatisme memberikan margin keamanan tambahan. Pada PT

Bakrie Sumatra Plantations, PT.Sampoerna Agro,Tbk dan PT.Astra Agro Lestari,Tbk

tersebut sudah menganut prinsip konservatisme dalam pelaporan keuangannya..

2.3.2 Analisis Laporan Keuangan Komparatif

Analisis komparatif adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat perbandingan

antar elemen (laporan keuangan) yang sama untuk beberapa periode yang berurutan.

Tujuan analisis komparatif adalah untuk mempe-roleh gambaran tentang arah dan

kecenderungan (tendensi) tentang perubahan yang mungkin akan terjadi pada setiap elemen laporan

keuangan di masa yang akan datang.

§Informasi hasil analisis komparatif bermanfaat untuk memperediksi tentang kemungkinan yang

akan terjadi pada setiap elemen laporan keuangan di masa yang akan datang.

Perbandingan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu Year-to-year Changes Analysis

dan Index-Number Trend Series Analysis.

Dalam pendekatan year-to-year changes analysis, per-bandingan dibuat dengan cara

menghitung perubahan absolut dan perubahan relatif (persentase) dari tahun ke tahun setiap elemen

laporan keuangan.

Perubahan absolut diperlukan untuk memperoleh perspektif yang tepat dan kesimpulan yang

valid tentang perubahan yang terjadi. Perubahan relatif (persentase) diperlukan untuk menentukan

Page 14: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

berarti tidaknya (signifikansi) dari setiap perubahan yang terjadi. Berikut disampaikan laporan

keuangan Komparatif dari beberapa Perusahan di atas :

PT ASTRA AGRO LESTARI TBKNERACA KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013

Neraca

Perubahan Tahun 2009/2010

Perubahan Tahun 2010/2011

Perubahan Tahun 2011/2012

Perubahan Tahun 2012/2013

Rupiah Persen

tase Rupiah

Persentase

Rupiah Persen

tase Rupiah persentase

ASET LANCAR

Kas 452.232,00 57%

(402.591,00) -32%

(610.421,00) -73%

481.321,00 211%

Piutang usaha - pihak ketiga,

(99.423,00) -66%

(45.294,00) -89%

34.843,00 648%

(36.294,00) -90%

Piutang lain-lain 41.531,00 626%

(37.180,00) -77%

(1.133,00) -10%

6.780,00 69%

Persediaan 14.663,00 2%

145.209,00 23%

479.147,00 62%

(446.072,00) -36%

Uang muka (57.718,00) -47%

141.991,00 220%

(31.688,00) -15%

(89.405,00) -51%

Pajak dibayar dimuka

(14.534,00) -39%

33.075,00 148%

23.260,00 42%

(5.031,00) -6%

Jumlah aset lancar

336.751,00 20%

(164.790,00) -8%

(105.992,00) -6%

(88.701,00) -5%

ASET TIDAK LANCAR Investasi pada pengendalian bersama

8.382,00

entitas 8,382 2b, 10 -

96.220,00 100%

(5.100,00) -5%

(472,00) -1%

15.126,00 17%

Aset pajak tangguhan, bersih

(34.202,00) -37%

41.322,00 71%

9.423,00 9%

64.855,00 59%

Tanaman perkebunan

351.419,00 48%

271.114,00 25%

1.033.789,00 76%

967.108,00 41%

Tanaman belum menghasilkan

218.441,00 12%

340.792,00 16%

(356.700,00) -15%

(466.116,00) -22%

Aset tetap 241.951,00 10%

737.284,00 27%

1.494.479,00 44%

1.575.039,00 32%

Goodwill (8.230,00) -13%

2.624,00 5%

- 0%

- 0%

Perkebunan plasma

48.892,00 27%

118.982,00 51%

151.376,00 43%

48.529,00 10%

Tagihan restitusi pajak

(53.186,00) -18%

(34.455,00) -14%

123.579,00 57%

147.841,00 44%

Aset lain-lain 22.344,00 14%

104.923,00 58%

(134.157,00) -47%

271.307,00 180%

Total aset tidak lancar

883.649,00 15%

1.577.486,00 23%

2.321.317,00 28%

2.632.071,00 25%

JUMLAH ASET 1.220.400,00 16%

2.506.844,00 29%

2.215.325,00 22%

2.543.370,00 20%

KEWAJIBAN LANCAR Jumlah kewajiban lancar

122.876,00 13%

378.499,00 36%

1.160.189,00 81%

1.158.725,00 45%

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

HAK MINORITAS 45.319,00 23%

40.973,00 17%

(286.543,00) -100%

-

EKUITAS Jumlah ekuitas 16% 13% 15% 10%

Page 15: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

985.322,00 927.928,00 1.225.796,00 902.448,00

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

1.220.400,00 16%

1.412.696,00 16%

2.215.325,00 22%

2.543.370,00 20%

PT ASTRA AGRO LESTARI TBKLABA RUGI KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013

Uraian

Perubahan Tahun 2009/2010

Perubahan Tahun 2010/2011

Perubahan Tahun 2011/2012

Perubahan Tahun 2012/2013

Rupiah persenta

se Rupiah

persentase

Rupiah persentase

Rupiah persent

ase

Penjualan bersih 1.419.438,00 19%

1.928.861,00 22%

6,00 0%

1.110.680,00 10%

Harga pokok penjualan 911.874,00 21%

1.603.302,00 31%

369.163,00 5%

1.386.227,00 19%

Laba kotor 507.564,00 16%

325.559,00 9%

422.574,00 11%

(275.547,00) -6%

Beban usaha 119.071,00 24%

(8.662,00) -1%

230.613,00 38%

644.275,00 77%

Laba usaha

(Beban)/penghasilan lain-lain

(75.121,00) -68%

610.638,00 1761%

(645.309,00) -100%

-

Laba sebelum pajak penghasilan

463.614,00 19%

368.892,00 12%

191.961,00 6%

(919.822,00) -26%

Beban pajak penghasilan 89.610,00 12%

(26.021,00) -3%

170.260,00 20%

(302.644,00) -30%

Laba sebelum hak minoritas

374.004,00 22%

394.913,00 19%

21.701,00 1%

(617.178,00) -24%

Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan

17.873,00 26%

6.129,00 7%

17.006,00 18%

(8.316,00) -8%

Laba bersih 356.131,00 21%

388.784,00 19%

48.090,00 2%

(517.404,00) -21%

Laba bersih per saham dasar/dilusian

226,15 21%

246,89 19%

2,98 0,2%

(386,64) -25%

PT SAMPURNA AGRO TBK

NERACA KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013

Neraca

Perubahan Tahun 2009/2010

Perubahan Tahun 2010/2011

Perubahan Tahun 2011/2012

Perubahan Tahun 2012/2013

Rupiah persen

tase Rupiah

persentase

Rupiah persen

tase Rupiah persentase

ASET LANCAR

Kas 142.233.593 37%

(180.861.825) -34%

(120.616.506) -35%

(65.312.653) -29%

Piutang usaha - pihak ketiga,

46.680.960 288%

(58.835.480) -94%

108.436.584 2679%

26.644.730 24%

Piutang lain-lain -

-

-

-

Pihak istimewa (606.692) -4%

114.218 1%

892.981 7%

3.736.573 26%

Pihak ketiga (33.837.618) -62%

14.818.082 73%

18.532.651 53%

11.797.625 22%

Persediaan 90.574.803 67%

107.476.441 47%

30.589.407 9%

(92.715.798) -25%

Pajak pertambahan nilai

5.184.209 130%

10.285.093

112%

(13.536.671) -70%

39.345.145 663%

biaya di bayar 60% 331 -93% 29%

Page 16: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

dimuka 2.439.447 21.422.579 % (25.824.597) 604.704

uang muka dan aset lancar lainnya

- 0%

Jumlah aset lancar

252.668.702 41%

(85.580.892) -10%

36.437.238 5%

(90.730.808) -11%

ASET TIDAK LANCAR Aset pajak tangguhan, bersih

2.995.313 32%

6.381.016 52%

(18.668.549) -100%

-

Uang Muka Proyek perkebunan

28.781.431 43%

51.249.277 54%

(50.915.771) -35%

53.394.848 56%

Tanaman perkebunan menghasilkan

27.986.418 6%

26.843.073 6%

266.452.140 53%

81.146.912 11%

Tanaman perkebunan belum menghasilkan

171.345.014 48%

137.262.552 26%

(28.792.096) -4%

107.084.521 17%

Hutan tanaman industri

70.548.506 100%

(3.103.686) -4%

(3.103.686) -5%

(3.103.686) -5%

Hutan tanaman insdustri dalam pengembangan

68.443.529 100%

22.261.822 33%

56.004.673 62%

121.859.344 83%

Aset tetap 62.342.832 11%

330.530.855 51%

354.898.141 36%

62.235.646 5%

Beban tangguhan hak atas tanah bersih

4.525.767 16%

1.809.586 6%

(34.543.061) -100%

-

aset tak berwujud neto

- 100%

-

103.256.627 100%

(1.151.890) -1%

Goodwill (877.075) -24%

- 0%

(2.830.165) -100%

-

Beban tangguhan bersih

(2.004.515) -72%

4.572.345

580%

(5.360.366) -100%

-

Bibitan (10.659.844) -56%

34.414.660

416%

(3.508.968) -8%

25.430.665 65%

aset pajak tangguhan neto

- 100%

-

43.430.366 100%

31.765.405 73%

Simpanan Jaminan

2.180.000 41%

1.100.000 15%

(8.565.000) -100%

-

Estimasi Tagihan pajak penghasilan

(15.445.112) -24%

(23.647.909) -49%

41.611.749 170%

(13.343.477) -20%

uang muka investasi

(48.731.583) -100%

27.822.048

(26.822.048) -96%

(1.000.000) -100%

Aset lain-lain (50.516) -3%

3.264.396

193%

7.692.913 155%

1.367.659 11%

-

-

-

Total aset tidak lancar

361.380.165 22%

620.760.035 31%

690.236.899 26%

465.685.947 14%

JUMLAH ASET 614.048.867 27% 535.179.143 19% 726.674.137 21% 374.955.139 9%

KEWAJIBAN LANCAR

223.220.276 95%

33.506.457 7%

246.497.905 50%

(45.671.227) -6%

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

18.394.159 8%

161.427.543 63%

312.777.839 75%

388.898.834 53%

JUMLAH KEWAJIBAN

241.614.435 51%

194.934.000 27%

559.275.744 61%

343.227.607 23%

HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN

5.767.621 27%

3.421.709 13%

3.194.304 10%

(551.445) -2%

EKUITAS 366.666.811 21%

367.263.327 17%

167.398.393 7%

(1.354.920) 0%

Page 17: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

614.048.867 27%

535.179.143 19%

726.674.137 21%

(1.439.063.432) -35%

PT SAMPURNA AGRO TBK

LABA RUGI KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013

Uraian

Perubahan Tahun 2009/2010

Perubahan Tahun 2010/2011

Perubahan Tahun 2011/2012

Perubahan Tahun 2012/2013

Rupiah persentas

e Rupiah

persentase

Rupiah persentase

Rupiah persen

tase

Penjualan bersih 496.191.624 27%

830.630.059 36% (156.141.876) -5%

(425.531.031) -14%

Beban Pokok Penjualan

252.987.318 21%

612.448.111 42% 111.705.431 5%

(130.673.230) -6%

Laba kotor 243.204.306 41%

218.181.948 26% (267.847.307) -25%

(294.857.801) -37%

Beban usaha 47.456.338 34%

125.215.120 67% 8.557.806 3%

(320.618.671) -100%

Laba usaha 195.747.968 43%

92.966.828 14% (262.154.206) -35%

(250.313.585) -51%

(Beban)/penghasilan lain-lain

-

-

-

Pendapatan bunga (10.936.641) -47%

7.257.551 58% (12.421.207) -63%

(7.376.164) -100%

laba rugi selisih kurs bersih

21.418.555 -106%

(1.141.069) -100% 36.730.765

(36.730.765) -100%

laba rugi penjualan aset tetap

1.514.254 -147%

(484.664) -100%

-

-

beban bunga dan keuangan lainnya

(394.704) 1%

28.293.970 -100% 36.730.765

(36.730.765) -100%

amortisasi goodwill (172.267) 9%

2.025.838 -100%

-

-

lain -lain bersih 13.942.568 -60%

9.152.780 -100%

-

-

beban lain lain 25.371.765 -50%

25.307.035 -100% 36.730.765

(36.730.765) -100%

Laba sebelum beban Pajak penghasilan

221.119.693 54%

111.997.376 18% (285.232.320) -38%

(283.427.649) -62%

Beban Pajak Penghasilan

(50.024.312) 41%

366.111.703 -211% (71.998.685) -37%

(67.519.157) -56%

Laba sebelum hak Minoritas atas laba bersih anak perusahaan

171.095.381 60%

92.203.407 20% (220.321.518) -40%

(208.820.609) -63%

Hak minoritas atas Laba anak perusahaan

(1.144.778) 26%

14.181.562 -253% (1.491.340) -17%

112.036.521 1581%

Laba bersih 169.950.603 60%

97.805.796 22% (213.233.635) -39%

(215.908.492) -64%

Laba bersih per saham dasar

88 58%

47 20%

(112) -39%

(111) -64%

PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TbkNERACA KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013

Page 18: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Neraca

Perubahan Tahun 2009/2010 Perubahan Tahun

2010/2011 Perubahan Tahun

2011/2012 Perubahan Tahun 2012/2013

Rupiah persentase Rupiah persentase

Rupiah persentase

Rupiah persenta

se

ASET LANCAR

Kas 162.464.841 97%

(128.200.768) -39% (80.802.014)

-40% (3.748.240) -3%

Investasi pada efek 578.731.211 2154%

(605.594.159) -100% - -

piutang usaha - 509.648.761 (54.614.186)

-11% (300.527.092) -66%

Pihak istimewa 61.416.130 43%

(156.346.285) -76% 69.731.149

145% 23.898.642 20%

Pihak ketiga 195.355.536 239%

(117.078.902) -42% 2.908.587 2% 15.298.171 9%

12.931.388 141%

(22.083.616) -100% - -

Persediaan 91.287.233 84% 16.447.685 8% 23.934.525 11% (76.948.756) -32%

Pajak di bayar dimuka

23.926.929 213% 34.546.573 98% (19.839.334)

-28% (13.738.648) -28%

biaya di bayar dimuka

23.135.180 724%

(15.326.881) -58% 11.890.033

108% (1.305.041) -6%

aset lancar lainnya (27.254.168) -24% 65.291.181 75% (67.267.998)

-44% 58.477.538 68%

aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual

- - 2.533.027.186 - 0%

Jumlah aset lancar 1.121.994.280 168%

(418.696.411) -23% 2.418.967.948

177% (298.593.426) -8%

ASET TIDAK LANCAR Piutang pihak Hubungan istemewa

1.348.316.102 506% 863.887.151 53% 560.404.111 23% (682.949.257) -22%

Piutang plasma 48.061.712 85% 26.547.112 25% 28.395.606 22% 8.870.060 6%

Aset pajak tangguhan - Bersih

300.005.175 1643%

(151.306.536) -48% 110.687.662 66% 665.573.978 240%

Insvestasi pada perusahaan asosiasi

(546.822.670) -100% 1.015.571 156% (1.668.642)

-100

% - Investasi pada efek ekuitas

193.455.855 172% - 0% (3.173.358) -1% - 0%

Tanaman perkebunan

548.342.797 54% 52.909.320 3% 74.500.874 5% (164.351.900) -10%

Tanaman belum menghasilkan

1.382.486.872 267% 186.617.708 10% (543.439.517)

-26% (451.935.672) -29%

Aset tetap 6.399.132.765 931%

(65.135.626) -1% (331.513.456) -5% 339.241.134 5%

Goodwill 2.446.441.677 534%

(58.972.605) -2% (1.979.302.911)

-70% (51.090.651) -6%

Dana dalam pembatasan

11.247.261 24%

(29.610.222) -50% (3.144.260)

-11% 380.481 1%

Proyek Pengembangan Usaha

45.273.107 7%

(178.414.687) -27% (69.015.011)

-14% (187.841.654) -45%

Beban tangguhan hak atas tanah

25.732.697 87% 23.282.714 42% (77.402.604)

-99% 3.489.282 327%

Taksiran tagihan kelebihan pajak

44.905.197 136%

(53.882.421) -69% 6.552.883 27% (16.406.229) -54%

Page 19: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Aset tidak lancar lainnya

61.886.999 18248% 1.796.996 3% 90.187.524

141% (102.380.966) -66%

Total aset tidak lancar

12.308.465.546 279% 618.734.475 4% (2.137.931.099)

-12% (639.401.394) -4%

JUMLAH ASET 13.430.459.826 265% 200.038.064 1% 281.036.849 2% (937.994.820) -5%

- - - KEWAJIBAN LANCAR

2.683.037.480 407% 101.219.103 3% (442.755.914)

-13% 3.358.391.417 112%

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

4.870.906.142 280%

(411.485.994) -6% 1.866.952.402 30% (1.279.182.873) -16%

JUMLAH KEWAJIBAN

7.553.943.622 315%

(310.266.891) -3% 1.424.196.488 15% 2.079.208.544 19%

- - - HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN

227.950.911 25381%

(165.225.237) -72% (2.636.973) -4% (6.675.655) -11%

EKUITAS 5.648.565.293 212% 675.530.192 8% (1.140.522.666)

-13% (3.040.527.709) -39%

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

13.430.459.826 265% 200.038.064 1% 281.036.849 2% (967.994.820) -5%

PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TbkLABA RUGI KOMPARATIF TH 2009 S/D TH 2013

Uraian

Perubahan Tahun 2009/2010

Perubahan Tahun 2010/2011

Perubahan Tahun 2011/2012

Perubahan Tahun 2012/2013

Rupiah persenta

se Rupiah

persentase

Rupiah persentase

Rupiah persenta

se

Penjualan bersih 679.171.535 29% 1.362.627.286 45%

(1.881.650.964) -43%

(408.943.818) -16%

Beban Pokok Penjualan

59.392.491 4% 859.603.286 50%

(835.017.065) -32%

(251.164.816) -14%

Laba kotor 619.779.044 92% 503.024.000 39%

(1.046.633.899) -58%

(157.779.002) -21%

Beban usaha 240.137.167 119% 608.099.200 137%

(1.050.409.991) -100%

-

Laba usaha 379.641.877 81%

(105.075.200) -12%

(744.889.699) -100% 590.886.789

(Beban)/penghasilan lain-lain

36.722.413 36% 233.503.274 168%

(151.209.191) -41%

(221.472.573) -100%

Laba sebelum beban Pajak penghasilan

621.276.444 169% 128.428.074 13%

(147.433.099) -13% 2.073.595.507 214%

Beban Pajak Penghasilan

153.223.678 133% 103.661.597 39%

(346.781.067) -93% 452.401.625 1789%

Laba sebelum hak Minoritas atas laba bersih anak perusahaan

468.052.766 185% 24.766.477 3% 322.098.124 43% 1.699.120.264 159%

Hak minoritas atas Laba anak perusahaan

2.961.826 2906%

(2.452.789) -80%

(610.954) -100%

-

Rugi anak perusahaan sebelum akusisi

87.960.015 -

(87.960.015) -100%

-

-

Laba bersih 552.847.121 219%

(137.999.183) -17%

(1.766.172.120) -265%

(1.668.178.186) 152%

Page 20: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Laba bersih per saham dasar

(1) -1%

(10) -15%

24 44%

124 159%

Dari ketiga Neraca Komparatif ketiga perusahaan tersebut dapat kita bandingkan dengan grafik

sebagai berikut :

Grafik Neraca Komparatif Pada 3 perusaahaan selama 5 Tahun

-2E+090

2E+094E+096E+098E+091E+10

1.2E+101.4E+10

2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013

ASTRA

Sampurna

Bakrie

Terlihat :

1. Astra tidak terdapat perubahan yang begitu signifikan dari 5 Tahun operasinya.

2. Sampurna juga memperlihatkan grafik yang relatif Stabil setiap tahunnya.

3. Sedangkan pada Bakrie terlihat perbedaan yang mencolok pada Tahun yang pertama

sedangkan pada Tahun 2013/2012 bakri mengalami penurunan aset tetap yang sangat

sidnifikan (minus) dari Tahun sebelumnnya sebesar 5 % dari Tahun 2012.

Page 21: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Grafik Laba Rugi Komparatif Pada 3 perusaahaan selama 5 Tahun

2.3.3 Analisis Laporan Keuangan Common-size

Laporan keuangan dalam persentase per komponen (common size statement) menyatakan masing-

masing posnya dalam satuan persen atas dasar total kelompoknya. Suatu neraca yang disusun per-

komponen (Common size statement) dapat memberikan informasi sebagai berikut :

1. Komposisi investasi (aktiva) suatu perusahaan dapat memberikan gambaran tentang posisi

relatif aktiva lancar terhadap aktiva tak lancar.

2. Struktur modal (komposisi pasiva), yang dapat memberikan gambaran mengenai posisi

relatif utang perusahaan terhadap modal sendiri

Page 22: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Jika neraca dalam persentase per komponen ini disusun secara komparatif, dapat

memberikan informasi mengenai perubahan komposisi, baik komposisi investasi maupun struktur

modal.

Laporan Laba rugi yang disusun dalam persentase per komponen dapat menggambarkan

distribusi/alokasi setiap Rp. 1,00 penjualan kepada masing-masing elemen biaya dan laba.

Sementara apabila disusun secara komparatif, dapat menggambarkan perubahan distribusi tersebut.

Page 23: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Berikut Analisis Common-size dari tiga perusahaan diatas :

PT ASTRA AGRO LESTARI TBKNERACA COMMON-SIZE

Neraca Tahun 2009

Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Common

Size 2009

Common Size 2010

Common Size 2011

Common Size 2012

Common Size 2013

ASET LANCAR

Kas 788.54

9,00 1.240.781,00 838.190,00 227.769,00 709.090,

00 46% 60% 44% 13% 42%

Piutang usaha - pihak ketiga, 150.09

1,00 50.668,00 5.374,0

0 40.217,00 3.923

,00 9% 2% 0% 2% 0%

Piutang lain-lain 6.63

3,00 48.164,00 10.984,00 9.851,0

0 16.631,

00 0% 2% 1% 1% 1%

Persediaan 610.03

1,00 624.694,00 769.903,00 1.249.050,00 802.978,

00 36% 30% 41% 70% 47%

Uang muka 122.27

3,00 64.555,00 206.546,00 174.858,00 85.453,

00 7% 3% 207% 10% 5%

Pajak dibayar dimuka 36.84

9,00 22.315,00 55.390,00 78.650,00 73.619,

00 2% 1% 3% 4% 4%

Jumlah aset lancar 1.714.42

6,00 2.051.177,00 1.886.387,00 1.780.395,00 1.691.694,

00 100% 100% 100% 100% 100%

ASET TIDAK LANCAR

Investasi pada pengendalian bersama

8.382,00 0%

entitas 8,382 2b, 10 -

- 96.220,00 91.120,00 90.648,00 105.774,

00 0% 1% 1% 1% 1%

Aset pajak tangguhan, bersih 92.49

3,00 58.291,00 99.613,00 109.036,00 173.891,

00 2% 1% 1% 1% 1%

Tanaman perkebunan 729.25

1,00 1.080.670,00 1.351.784,00 2.385.573,00 3.352.681,

00 12% 16% 16% 22% 25%

Tanaman belum menghasilkan

1.884.767,00 2.103.208,00 2.444.000,00 2.087.300,00

1.621.184,00 32% 31% 29% 20% 12%

Aset tetap 2.444.95

9,00 2.686.910,00 3.424.194,00 4.918.673,00 6.493.712,

00 42% 40% 41% 46% 49%

Goodwill 61.55

7,00 53.327,00 55.951,00 55.951,00 55.951,

00 1% 1% 1% 1% 0%

Perkebunan plasma 183.47

0,00 232.362,00 351.344,00 502.720,00 551.249,

00 3% 3% 4% 5% 4%Tagihan restitusi pajak 302.58 249.402,00 214.947,00 338.526,00 486.367, 5% 4% 3% 3% 4%

Page 24: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

8,00 00

Aset lain-lain 157.88

8,00 180.232,00 285.155,00 150.998,00 422.305,

00 3% 3% 3% 1% 3%

Total aset tidak lancar 5.856.97

3,00 6.740.622,00 8.318.108,00 10.639.425,00 13.271.496,

00 100% 100% 100% 100% 100%

JUMLAH ASET 7.571.39

9,00 8.791.799,00 10.204.495,00 12.419.820,00 14.963.190,

00

KEWAJIBAN LANCAR

Uang muka pelanggan 284.37

7,00 324.164,00 473.430,00 540.264,00 431.949,

00 30% 31% 33% 21% 11%

Hutang usaha

Pihak ketiga 231.69

3,00 337.136,00 496.783,00 548.841,00 678.786,

00 25% 32% 34% 21% 18%

Pihak hubungan istimewa 6.30

8,00 11.711,00 25.056,00 16.580,00 40.846,

00 1% 1% 2% 1% 1%

Hutang lain-lain 11.41

4,00 37.264,00 34.146,00 30.037,00 29.170,

00 1% 4% 2% 1% 1%

Beban masih harus dibayar 107.38

3,00 49.122,00 56.149,00 72.668,00 69.309,

00 11% 5% 4% 3% 2%

Hutang pajak 297.80

1,00 302.455,00 354.787,00 381.999,00 317.463,

00 32% 28% 25% 15% 8%

Pinjaman bank jangka pendek 971.950,00 1.808.765,

00 37% 48%

Kewajiban imbalan kerja 38.201,00 40.161,

00 1% 1%

Kewajiban jangka panjang jatuh tenpo satu tahun

-

342.816,00 0% 9%

Jumlah kewajiban lancar 938.97

6,00 1.061.852,00 1.440.351,00 2.600.540,00 3.759.265,

00 100% 100% 100% 100% 100%

KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

Pinjaman bank jangka panjang,dikurangi bagian yang jatuh tempo

571.359,00 61%

Kewajiban pajak tangguhan, bersih

32.022,00 36.945,00 33.321,00 29.114,00

36.138,00 16% 14% 10% 6% 4%

Kewajiban imbalan kerja 173.78

5,00 235.745,00 304.665,00 424.755,00 328.569,

00 84% 86% 90% 94% 35%

Jumlah kewajiban tidak lancar

205.807,00 272.690,00 337.986,00 453.869,00

936.066,00 100% 100% 100% 100% 100%

Page 25: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

HAK MINORITAS 200.25

1,00 245.570,00 286.543,00

EKUITAS

Modal saham biasa 787.37

3,00 787.373,00 787.373,00 787.373,00 787.373,

00 13% 13% 10% 8% 8%

Tambahan modal disetor 83.47

6,00 83.476,00 83.476,00 83.476,00 83.476,

00 1% 1% 1% 1% 1%

Selisih nilai transaksi restrukturisasi

(3,17)

(3,17)

(3,17)

(3,17)

(3,17) 0% 0% 0% 0% 0%

Selisih transaksi perubahan ekuitas

330,00 330,00

330,00

330,00

330,00 0% 0% 0% 0% 0%

Saldo laba 0% 0% 0% 0% 0%

Telah ditentukan penggunaannya

157.500,00 157.500,00 157.500,00 157.500,00

157,50 3% 3% 2% 2% 0%

Belum ditentukan penggunaannya

5.197.889,00 6.183.211,00 7.111.139,00 8.000.703,00

8.866.126,00 83% 86% 87% 85% 86%

Jumlah ekuitas 6.226.36

5,00 7.211.687,00 8.139.615,00 9.365.411,00 10.267.859,

00 100% 100% 100% 100% 100%

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

7.571.399,00 8.791.799,00 10.204.495,00 12.419.820,00

14.963.190,00

Page 26: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

PT ASTRA AGRO LESTARI TBKLABA RUGI COMMON-SIZE

Uraian Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Common Size 2009

Common Size 2010

Common Size 2011

Common Size 2012

Common Size 2013

Penjualan bersih 7.424.283,

00 8.843.721,

00 10.772.582,0

0 11.564.319,00 12.674.999,0

0 100% 100% 100% 100% 100%

Harga pokok penjualan 4.322.498,

00 5.234.372,

00 6.837.674,

00 7.206.837,00 8.593.064,

00 58% 59% 63% 62% 68%

Laba kotor 3.101.785,

00 3.609.349,

00 3.934.908,

00 4.357.482,00 4.081.935,

00 42% 41% 37% 38% 32%

Beban usaha 491.567,

00 610.638,

00 601.976,0

0 832.589,00 1.476.864,

00 7% 7% 6% 7% 12%

Laba usaha 0% 0% 0% 0% 0%

(Beban)/penghasilan lain-lain

109.792,00

34.671,00

645.309,00 1% 0% 6% 0% 0%

Laba sebelum pajak penghasilan

2.500.426,00

2.964.040,00

3.332.932,00 3.524.893,00

2.605.071,00 34% 34% 31% 30% 21%

Beban pajak penghasilan

770.778,00

860.388, 00

834.367,0 0 1.004.627,00

701.983,0 0 10% 10% 8% 9% 6%

Laba sebelum hak minoritas

1.729.648,00

2.103.652,00

2.498.565,00 2.520.266,00

1.903.088,00 23% 24% 23% 22% 15%

Hak minoritas atas laba bersih anak perusahaan

68.999,00

86.872,00

93.001,00 110.007,00

101.691,00 1% 1% 1% 1% 1%

Laba bersih 1.660.649,

00 2.016.780,

00 2.405.564,

00 2.453.654,00 1.936.250,

00 22% 23% 22% 21% 15%

Laba bersih per saham dasar/dilusian

1.054,55

1.280,70

1.527,59

1.530,57

1.143,93

Page 27: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

PT SAMPOERNA AGRO TBK

NERACA COMMON-SIZE TH 2009 S/D TH 2013

Neraca Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Common Size 2009

Common Size 2010

Common Size 2011

Common Size 2012

Common Size 2013

ASET LANCAR

Kas 387.316.2

22 529.549.81

5 348.687.9

90 228.071.4

84 162.758.8

31 63% 61% 45% 28% 22%

Piutang usaha - pihak ketiga,

16.202.785

62.883.745

4.048.265

112.484.849

139.129.579 3% 7% 14% 19%

Piutang lain-lain 0% 0% 0% 0% 0%

Pihak istimewa 13.943.5

46 13.336.85

4 13.451.0

72 14.344.0

53 18.080.6

26 2% 2% 2% 2% 2%

Pihak ketiga 54.184.155

20.346.537

35.164.619

53.697.270

65.494.895 9% 2% 4% 7% 9%

Persediaan 135.859.2

66 226.434.06

9 333.910.5

10 364.499.9

17 271.784.1

19 22% 26% 43% 45% 37%

Pajak pertambahan nilai 3.997.9

55 9.182.16

4 19.467.2

57 5.930.5

86 45.275.7

31 1% 1% 2% 1% 6%

biaya di bayar dimuka 4.037.8

10 6.477.25

7 27.899.8

36 2.075.2

39 2.679.9

43 1% 1% 4% 0% 0%

uang muka dan aset lancar lainnya

37.963.3 89

23.132.2 55

- 5% 3%

Jumlah aset lancar 615.541.

739 868.210.44

1 782.629.5

49 819.066.7

87 728.335.9

79 100% 100% 100% 100% 100%

ASET TIDAK LANCAR

Aset pajak tangguhan, bersih

9.292.220

12.287.533

18.668.549 1% 1% 1% 0% 0%

Uang Muka Proyek perkebunan

66.616.556

95.397.987

146.647.264

95.731.493

149.126.341 4% 5% 6% 3% 4%

Tanaman perkebunan menghasilkan

450.611.542

478.597.960

505.441.033

771.893.173

853.040.085 27% 24% 19% 23% 23%

Tanaman perkebunan belum menghasilkan

355.850.727

527.195.741

664.458.293

635.666.197

742.750.718 22% 26% 25% 19% 20%

Hutan tanaman industri 70.548.50

6 67.444.8

20 64.341.1

34 61.237.4

48 0% 4% 3% 2% 2%

Page 28: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Hutan tanaman insdustri dalam pengembangan

68.443.529

90.705.351

146.710.024

268.569.368 0% 3% 3% 4% 7%

Aset tetap 590.903.1

18 653.245.95

0 983.776.8

05 1.338.674.9

46 1.400.910.5

92 36% 33% 37% 40% 37%

Beban tangguhan hak atas tanah bersih

28.207.708

32.733.475

34.543.061 2% 2% 1% 0% 0%

aset tak berwujud neto 103.256.6

27 102.104.7

37 0% 0% 0% 3% 3%

Goodwill 3.707.2

40 2.830.16

5 2.830.1

65 0% 0% 0% 0% 0%

Beban tangguhan bersih 2.792.5

36 788.02

1 5.360.3

66 0% 0% 0% 0% 0%

Bibitan 18.934.8

80 8.275.03

6 42.689.6

96 39.180.7

28 64.611.3

93 1% 0% 2% 1% 2%

aset pajak tangguhan neto 43.430.3

66 75.195.7

71 0% 0% 0% 1% 2%

Simpanan Jaminan 5.285.0

00 7.465.00

0 8.565.0

00 0% 0% 0% 0% 0%

Estimasi Tagihan pajak penghasilan

63.584.641

48.139.529

24.491.620

66.103.369

52.759.892 4% 2% 1% 2% 1%

uang muka investasi 48.731.5

83 27.822.0

48 1.000.0

00 3% 0% 1% 0% 0%

Aset lain-lain 1.738.7

49 1.688.23

3 4.952.6

29 12.645.5

42 14.013.2

01 0% 0% 0% 0% 0%

0% 0% 0% 0% 0%

Total aset tidak lancar 1.646.256.5

00 2.007.636.66

5 2.628.396.7

00 3.318.633.5

99 3.784.319.5

46 100% 100% 100% 100%

JUMLAH ASET 2.261.798.2

39 2.875.847.10

6 3.411.026.2

49 4.137.700.3

86 4.512.655.5

25

KEWAJIBAN LANCAR 235.648.4

79 458.868.75

5 492.375.2

12 738.873.1

17 693.201.8

90 10% 16% 14% 18% 26% KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

239.318.606

257.712.765

419.140.308

731.918.147

1.120.816.981 11% 9% 12% 18% 42%

JUMLAH KEWAJIBAN 474.967.

085 716.581.52

0 911.515.5

20 1.470.791.264

1.814.018.871 21% 25% 27% 36% 67%

0% 0% 0% 0% 0% HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN

21.250.563

27.018.184

30.439.893

33.634.197

33.082.752 1% 1% 1% 1% 1%

EKUITAS 1.765.580.5

91 2.132.247.40

2 2.499.510.7

29 2.666.909.1

22 2.665.554.2

02 78% 74% 73% 64% 99%

Page 29: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

2.261.798.2 39

2.875.847.10 6

3.411.026.2 49

4.137.700.3 86

2.698.636.9 54 100% 100% 100% 100% 100%

PT SAMPOERNA AGRO TBK

LABA RUGI COMMON-SIZE

Uraian Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Commo

n Size 2009

Common Size 2010

Common Size 2011

Common Size 2012

Common Size 2013

Penjualan bersih 1.815.557.167 2.311.748.791 3.142.378.850 2.986.236.974 2.560.705.943 100% 100% 100% 100% 100%

Beban Pokok Penjualan 1.216.130.626 1.469.117.944 2.081.566.055 2.193.271.486 2.062.598.256 67% 64% 66% 73% 81%

Laba kotor 599.426.541 842.630.847 1.060.812.795 792.965.488

498.107.687 33% 36% 34% 27% 19%

Beban usaha 139.389.407 186.845.745 312.060.865

320.618.671 8% 8% 10% 11% 0%

Laba usaha 460.037.134 655.785.102 748.751.930

486.597.724

236.284.139 25% 28% 24% 16% 9%

(Beban)/penghasilan lain-lain 0% 0% 0%

Pendapatan bunga 23.476.461 12.539.820 19.797.371 7.376.164 1% 1% 1% 0% 0%

laba rugi selisih kurs bersih (20.277.486) 1.141.069 36.730.765 -1% 0% 0% 1% 0%

laba rugi penjualan aset tetap (1.029.590) 484.664 0% 0% 0% 0% 0%

beban bunga dan keuangan lainnya (27.899.266) (28.293.970) 36.730.765 -2% -1% 0% 1% 0%

amortisasi goodwill (1.853.571) (2.025.838) 0% 0% 0% 0% 0%

lain -lain bersih (23.095.348) (9.152.780) -1% 0% 0% 0% 0%

beban lain lain (50.678.800) (25.307.035) 36.730.765 -3% -1% 0% 1% 0%

Laba sebelum beban Pajak penghasilan 409.358.374 630.478.067

742.475.443

457.243.123

173.815.474 23% 27% 24% 15% 7%

Page 30: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Beban Pajak Penghasilan (123.134.555) (173.158.867) 192.952.836

120.954.151 53.434.994 -7% -7% 6% 4% 2%

Laba sebelum hak Minoritas atas laba bersih anak perusahaan 286.223.819 457.319.200

549.522.607

329.201.089

120.380.480 16% 20% 17% 11% 5%

Hak minoritas atas Laba anak perusahaan (4.457.611) (5.602.389) 8.579.173 7.087.833

119.124.354 0% 0% 0% 0% 5%

Laba bersih 281.766.208 451.716.811 549.522.607

336.288.972

120.380.480 16% 20% 17% 11% 5%

Laba bersih per saham dasar 151 239

286

174

63

Page 31: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TbkNERACA COMMON-SIZE TH 2009 S/D TH 2013

Neraca Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Commo

n Size 2009

Common Size 2010

Common Size 2011

Common Size 2012

Common Size 2013

ASET LANCAR

Kas 167.303.59

0 329.768.431 201.567.66

3 120.765.649 117.017.40

9 25% 18% 15% 3% 3%

Investasi pada efek 26.862.94

8 605.594.159 4% 34% 0% 0% 0%

piutang usaha 509.648.76

1 455.034.575 154.507.48

3 0% 0% 37% 12% 4%

Pihak istimewa 143.154.819 204.570.949

48.224.664 117.955.813

141.854.455 21% 11% 4% 3% 4%

Pihak ketiga 81.676.019 277.031.555

159.952.653 162.861.240

178.159.411 12% 15% 12% 4% 5%

9.152.228 22.083.616 1% 1% 0% 0% 0%

Persediaan 108.785.88

7 200.073.120 216.520.80

5 240.455.330 163.506.57

4 16% 11% 16% 6% 5%

Pajak di bayar dimuka 11.224.91

7 35.151.846 69.698.41

9 49.859.085 36.120.43

7 2% 2% 5% 1% 1%

biaya di bayar dimuka 3.193.87

7 26.329.057 11.002.17

6 22.892.209 21.587.16

8 0% 1% 1% 1% 1%

aset lancar lainnya 114.865.60

0 87.611.432 152.902.61

3 85.634.615 144.112.15

3 17% 5% 11% 2% 4%

aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual 2.533.027.186

2.533.027.1 86 0% 0% 0% 67% 73%

Jumlah aset lancar 666.219.88

5 1.788.214.165 1.369.517.75

4 3.788.485.702 3.489.892.2

76 100% 100% 100% 100% 100%

ASET TIDAK LANCAR

Piutang pihak Hubungan istemewa

266.472.346 1.614.788.448

2.478.675.599 3.039.079.710

2.356.130.453 6% 10% 14% 20% 16%

Piutang plasma 56.780.92

3 104.842.635 131.389.74

7 159.785.353 168.655.41

3 1% 1% 1% 1% 1%

Aset pajak tangguhan - Bersih

18.259.296 318.264.471

166.957.935 277.645.597

943.219.575 0% 2% 1% 2% 6%

Insvestasi pada perusahaan asosiasi

547.475.741 653.071

1.668.642 12% 0% 0% 0% 0%

Page 32: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Investasi pada efek ekuitas 112.252.84

2 305.708.697 305.708.69

7 302.535.339 302.535.33

9 3% 2% 2% 2% 2%

Tanaman perkebunan 1.014.197.33

7 1.562.540.134 1.615.449.45

4 1.689.950.328 1.525.598.4

28 400% 9% 9% 11% 10%

Tanaman belum menghasilkan

517.148.550 1.899.635.422

2.086.253.130 1.542.813.613

1.090.877.941 12% 11% 12% 10% 7%

Aset tetap 687.480.88

0 7.086.613.645 7.021.478.01

9 6.689.964.563 7.029.205.6

97 16% 42% 41% 44% 48%

Goodwill 458.510.10

3 2.904.951.780 2.845.979.17

5 866.676.264 815.585.61

3 10% 17% 16% 6% 6%

Dana dalam pembatasan 47.433.19

7 58.680.458 29.070.23

6 25.925.976 26.306.45

7 1% 0% 0% 0% 0%

Proyek Pengembangan Usaha

616.748.522 662.021.629

483.606.942 414.591.931

226.750.277 14% 4% 3% 3% 2%

Beban tangguhan hak atas tanah

29.454.995 55.187.692

78.470.406 1.067.802

4.557.084 1% 0% 0% 0% 0%

Taksiran tagihan kelebihan pajak

33.023.544 77.928.741

24.046.320 30.599.203

14.192.974 1% 0% 0% 0% 0%

Aset tidak lancar lainnya 339.15

2 62.226.151 64.023.14

7 154.210.671 51.829.70

5 0% 0% 0% 1% 0%

Total aset tidak lancar 4.405.577.42

8 16.714.042.974 17.332.777.44

9 15.194.846.350 14.555.444.95

6 100% 100% 100% 100% 100%

JUMLAH ASET 5.071.797.31

3 18.502.257.139 18.702.295.20

3 18.983.332.052 18.045.337.23

2

KEWAJIBAN LANCAR 659.502.23

6 3.342.539.716 3.443.758.81

9 3.001.002.905 6.359.394.3

22 13% 18% 18% 16% 35% KEWAJIBAN TIDAK LANCAR

1.741.553.78 9 6.612.459.931

6.200.973.93 7 8.067.926.339

6.788.743.4 66 34% 36% 300% 43% 38%

JUMLAH KEWAJIBAN 2.401.056.02

5 9.954.999.647 9.644.732.75

6 11.068.929.244 13.148.137.788 47% 54% 52% 58% 73%

0% 0% 0% 0% 0% HAK MINORITAS ATAS ASET BERSIH ANAK PERUSAHAAN

898.118 228.849.029

63.623.792 60.986.819

54.311.164 0% 1% 0% 0% 0%

EKUITAS 2.669.843.17

0 8.318.408.463 8.993.938.65

5 7.853.415.989 4.812.888.2

80 53% 45% 48% 41% 27%

JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS

5.071.797.31 3 18.502.257.139

18.702.295.20 3 18.983.332.052

18.015.337.23 2 100% 100% 100% 100% 100%

Page 33: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

PT BAKRIE SUMATERA PLANTATIONS TbkLABA RUGI COMMON-SIZE

Uraian Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Common Size 2009

Common Size 2010

Common Size 2011

Common Size 2012

Common Size 2013

Penjualan bersih 2.325.282.030 3.004.453.565 4.367.080.851 2.485.429.887 2.076.486.069 100% 100% 100% 100% 100%

Beban Pokok Penjualan 1.652.785.384 1.712.177.875 2.571.781.161 1.736.764.096 1.485.599.280 71% 57% 59% 70% 72%

Laba kotor 672.496.646 1.292.275.690 1.795.299.690 748.665.791

590.886.789 29% 43% 41% 30% 28%

Beban usaha 202.173.624 442.310.791 1.050.409.991 9% 15% 24% 0% 0%

Laba usaha 470.323.022 849.964.899

744.889.699

590.886.789 20% 28% 17% 0% 28%

(Beban)/penghasilan lain-lain

102.456.077 139.178.490

372.681.764 221.472.573 4% 5% 9% 9% 0%

Laba sebelum beban Pajak penghasilan

367.866.945 989.143.389 1.117.571.463 970.138.364

3.043.733.871 16% 33% 26% 39% 147%

Beban Pajak Penghasilan 115.185.535 268.409.213

372.070.810 25.289.743

477.691.368 5% 9% 9% 1% 23%

Laba sebelum hak Minoritas atas laba bersih anak perusahaan

252.681.410 720.734.176

745.500.653 1.067.598.777

2.766.719.041 11% 24% 17% 43% 133%

Hak minoritas atas Laba anak perusahaan

101.917 3.063.743

610.954 0% 0% 0% 0% 0%

Rugi anak perusahaan sebelum akusisi 87.960.015 0% 3% 0% 0% 0%

Laba bersih 252.783.327 805.630.448

667.631.265 (1.098.540.855)

(2.766.719.041) 11% 27% 15% -44% -133%

Laba bersih per saham dasar

65 64

54 78

201

Page 34: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

2.3.4 Analisis Rasio

1) Likuiditas Jangka Pendek

A. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio merupakan perbandingan antara aset lancar dan kewajiban lancar dan

merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu

perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana

aset lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan asset dan

kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka

pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah

dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean

menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi

kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).

Current ratio dapat dihitung dengan formula:

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas maka didapat hasil Current

Ratio dari ketiga perusahaan yang dianalisis pada tabel berikut :

Perbandingan Curent Ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 1.01 0.53 0.40 1.26 0.54 0.75Sampoerna 2.61 1.88 1.82 1.11 1.05 1.69Astra 1.83 1.93 1.31 0.68 0.45 1.24Rata-rata Industri 1.82 1.45 1.18 1.02 0.68 1.23

Dalam perspektif pemberi pinjaman, hasil dari perhitungan diharapkan lebih dari 1

atau semakian besar rasio ini semakin diminati oleh pihak kreditur. Rasio lebih besar dari 1

diartikan bahwa perusahaan dapat segera memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dari Hasil

Perhitungan Rasio tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut: Misalnya PT Sampoerna

Agro,Tbk pada tahun 2013 menghasilkan Current Ratio sebesar 1,05 itu artinya setiap Rp. 1

hutang dijamin oleh Rp. 1,05 aktiva lancar. Dalam hal ini, untuk current ratio yang paling

Page 35: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

baik diantara ketiga perusahaan tsb adalah PT.Sampoerna Agro,Tbk (Rata-rata = 1,69) karena

walaupun mengalami penurunan tiap tahunnya tetapi Rasio Aset lancer terhadap utang

lancarnya masih diatas 1. Sementara Bakrie berfluktuatif naik turun tiap tahunnya dan

memiliki rasio dibawah 1, begitu juga dengan Astra yang mengalami penurunan signifikan

ditahun 2012 dan 2013. Dan jika dilihat dari rata-rata industri pun, walau mengalami

penurunan tiap tahunnya tapi masih berada diatas rata-rata industri.

Gambar 2 Current Ratio

B. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur

kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Penghitungan

quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan serta biaya bayar dimuka.

Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan

sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi

rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid

mampu menutupi hutang lancar. Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya

dianggap baik dimana jika semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.

Quick ratio dapat dihitung dengan formula :

Page 36: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Perbandingan Quick Ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.82 0.46 0.31 1.16 0.51 0.65Sampoerna 2.00 1.36 0.93 0.55 0.56 1.08Astra 1.01 1.26 0.59 0.11 0.19 0.63Rata-rata Industri 1.28 1.03 0.61 0.61 0.42 0.79

Dari hasil rasio yang telah didapatkan, dapat diinterpretasikan sebagai berikut,

misalnya pada tahun 2009, quick ratio PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk adalah sebesar

0,82, hal ini berarti setiap Rp1, hutang lancar belum bisa dijamin oleh quick asset sebesar

Rp0.82. Quick ratio ketiga perusahaan secara keseluruhan mengalami penurunan dari tahun

ketahun dan pada tahun 2013 ini belum memperlihatkan kesanggupan perusahaan membayar

hutang lancarnya dengan Aktiva lancar yang likuid. Jika dibandingkan dengan rata-rata

Industri maka quick ratio PT.Sampoerna Agro masih berada diatas rata-rata.

Page 37: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

C. Cash ratio (Rasio Kas)

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang

lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas

yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.

Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:

Perbandingan Cash Ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.25 0.10 0.06 0.04 0.02 0.09Sampoerna 1.64 1.15 0.81 0.31 0.23 0.83Astra 0.84 1.17 0.58 0.09 0.19 0.57Rata-rata Industri 0.91 0.81 0.48 0.15 0.15 0.50

Aktiva perusahaan yang paling likuid adalah kas dan surat berharga. Cash ratio

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendek dengan

kas dan surat berharga yang dapat segera diuangkan. Tidak terdapat standar likuiditas

untuk cash ratio sehingga penilaiannya tergantung pada kebijakan manajemen. Pada

tahun 2009, cash ratio PT.Bakrie Sumatera Plantation Tbk sebesar 25% yang diperoleh dari

perbandingan kas dengan hutang lancar sebesar. Hal ini berarti setiap Rp1 hutang lancar

Page 38: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

dapat dijamin oleh cash asset sebesar Rp0.25. Jika dibandingkan dengan rata-rata industri

(0,50) maka perusahaan yang paling likuid dinilai dari Cash Ratio adalah PT.Sampoerna

Agro,Tbk (0,83). Sementara yang paling tidak likuid dan selalu berada dibawah rata-rata

adalah PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk (0,09).

2) Struktur Modal dan Solvabilitas

Rasio ini disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang

disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut.

Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai

oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman

(Bank). Suatu perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah

perusahaan yang insolvable belum tentu tidak likuid.

A.Total debt to equity ratio (Rasio hutang terhadap Ekuitas)

Merupakan Perbandingan antara hutang – hutang dan ekuitas dalam pendanaan

perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri, perusahaan untuk memenuhi

seluruh kewajibannya . Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi

hutang-hutang pada pihak luar dan digunakan untuk mengukur hingga sejuah mana

perusahaan dibiayai oleh hutang.

Perbandingan Debt to Equity Ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.90 1.17 1.06 1.40 2.70 1.45 Sampoerna 0.27 0.33 0.36 0.28 0.26 0.30 Astra 0.18 0.18 0.21 0.33 0.46 0.27 Rata-rata Industri 0.45 0.56 0.55 0.67 1.14 0.67

Page 39: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Debt to Equity Ratio yang terlalu tinggi menunjukkan tingginya ketergantungan

permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat.

DER akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi dan depresiasi

harga saham, DER yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja

perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga perusahaan akan

semakin besar dan akan mengurangi keuntungan (Hernendiastoro, 2005). Makin kecil

prosentase ratio ini berarti makin cepat perusahaan menjadi insolvabel. Tingkat

solvabilitas dapat dipertinggi hanya dengan jalan penambahan modal sendiri. Pada buku

The Investing Policy (TIP), penulis mengatakan bahwa batas kewajaran utang suatu

perusahaan adalah maksimal tiga kali dari modalnya, atau DER-nya 300% dan dengan

catatan utang-utang tersebut bukan merupakan utang ‘berbahaya’. Dari hasil perhitungan

rasio diatas dapat diinterpretasikan misalnya untuk tahun 2013 atas laporan keuangan

PT.Astra Agro Lestari bahwa untuk tiap-tiap Rp.1 pendanaan ekuitas, terdapat Rp.0,46 yang

pendanaannya terdapat dari kreditor. Dari perhitungan rasio tersebut tampak bahwa PT

Sampoerna Agro dan PT.Astra Agro masih cukup baik dari tingkat solvabilitasnya karena

Ekuitasnya masih lebih besar dari total Kewajibannya sementara untuk PT.Bakrie Sumatera

Plantation terbilang terdapat risiko solvabilitas karena total utangnya hampir mendekati 3x

lipat dari total Ekuitasnya.

B.Long term debt to equity ratio (Rasio hutang jangka panjang terhadap Ekuitas)

Page 40: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Rasio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan

jaminan untuk hutang jangka panjang.

Perbandingan Long term debt to equity ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.65 0.77 0.68 1.02 1.39 0.90 Sampoerna 0.13 0.12 0.17 0.27 0.42 0.22 Astra 0.03 0.04 0.04 0.05 0.09 0.05

Rata-rata Industri 0.27 0.31 0.30 0.45 0.63 0.39

Pembiayaan yang berasal dari hutang jangka panjang dari ketiga perusahaan jika

dibandingkan dengan ekuitas yang paling baik tingkat solvabilitasnya adalah PT.Astra Agro

Lestari. Dengan rasio didapat sebesar 0,09 pada tahun 2013 dapat diinterpretasikan bahwa

terdapat Rp 0,09 pendanaan jangka panjang dari kreditor untuk tiap Rp.1 pendanaan ekuitas.

Jika dibandingkan dengan rata-rata industri maka perusahaan Bakrie Sumatera Plantation

yang memiliki tingkat risiko solvabilitas yang paling tinggi dan PT.Astra Agro Lestari yang

memiliki rasio paling baik.

C.Rasio Total debt to asset ratio (Rasio Hutang terhadap Harta)

Page 41: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang

dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan

aktiva yang dibelanjai oleh hutang.

Perbandingan Total Debt to total Asset ratio Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.47 0.54 0.52 0.58 0.73 0.57 Sampoerna 0.21 0.25 0.27 0.18 0.15 0.21 Astra 0.15 0.15 0.17 0.25 0.31 0.21

Rata-rata Industri 0.28 0.31 0.32 0.34 0.40 0.33

Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak berubah maka

hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang semakin besar berarti rasio

financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.

Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki perusahaan juga

akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan mengembalikan pinjaman juga

semakin kecil. Pada tahun 2013, PT Sampoerna Agro menggunakan dana dari kreditur 15%

dari total dananya, yang berarti tidak begitu besar. Rasio ini juga menginterpretasikan setiap

Rp.0,15 hutang perusahaan dijamin oleh Rp.1 aset perusahaan. Berbeda dengan PT.Bakrie

yang rasio hutang terhadap total asetnya adalah 0,73 dimana berarti Rp 0,73 hutang

perusahaan dijamin oleh Rp.1 aset perusahaannya. Dari ketiga perusahaan maka yang paling

solvable adalah PT.Sampoerna Agro dan PT.Astra karena memiliki rasio yang lebih kecil dari

rata-rata industri.

Page 42: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

3) Analisis Profitabilitas

3.1 Pengembalian atas Investasi Modal

A.Tingkat Pengembalian atas Aktiva – (Return on Asset – ROA)

Return on Asset juga sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan.Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak atau

EBIT

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan

tingkat aset tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti

manajemen berjalan dengan efisien.

Perbandingan ROA Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.05 0.04 0.04 -0.06 -0.15 -0.02Sampoerna 0.13 0.16 0.16 0.08 0.03 0.11Astra 0.23 0.24 0.24 0.20 0.13 0.21

Rata-rata Industri 0.13 0.15 0.15 0.08 0.00 0.10

Page 43: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Return on Investment atau Return On Asset merupakan ratio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari sejumlah aktiva yang digunakan. Pada tahun

2013, PT.Astra Agro Lestari,Tbk ROA sebesar 13 % pada tahun 2013 berarti bahwa setiap

Rp 1 aktiva yang dimilikinya perusahaan mampu menghasilkan laba bersih setelah pajak

sebesar Rp 0,13. Dari persentase perubahan yang terjadi, tahun 2009 s/d 2010 mengalami

kenaikan kemudian mengalami penurunan dari 2012 - 2013. Dari ketiga perusahaan jika

dinilai dari analisis profitablitasnya, maka tingkat kinerja yang paling rendah adalah

PT.Bakrie bahkan tahun 2012 dan 2013 mengalami kerugian Sedangkan yang paling baik

adalah PT.Astra Agro Lestari,Tbk.

B.Tingkat Pengembalian atas Ekuitas – (Return on Equity - ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal sendiri

merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Untuk memperoleh rasio ROE kita

membadingkan pendapatan perusahaan setelah pajak dengan total ekuitasnya. Rasio ini

mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu. Rasio ini

merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

Page 44: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Perbandingan ROA Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.09 0.09 0.08 -0.13 -0.57 -0.09Sampoerna 0.16 0.21 0.22 0.13 0.04 0.15Astra 0.27 0.28 0.30 0.27 0.19 0.26

Rata-rata Industri 0.17 0.20 0.20 0.09 (0.11) 0.11

Return on equity merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba, atas sejumlah investasi yang dilakukan oleh pemegang saham.

Profitabilitas PT.Bakrie Sumatera Plantation mengalami penurunan tiap tahunnya jika dilihat

dari Return On Equitynya. Pada tahun 2013, Rasionya bahkan turun hingga -0,57, hal ini

disebabkan kerugian yang dialami PT.Bakrie yang cukup besar pada tahun 2013 yaitu

Rp.2.766.719.041 dibandingkan dengan ekuitasnya yang juga mengalami penurunan dari Rp

7.914.402.808 menjadi Rp 4.867.199.444 ditahun 2013. Jika dibandingkan rata-rata industri

maka PT.Astra Agro Lestari,Tbk dan PT.Sampoerna Agro masih berada diatas rata-rata.

3.2 Kinerja Operasi

A.Gross Profit Margin

Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui kemampuan manajemen perusahaan didalam

mengendalikan berbagai beban yang berhubungan dengan penjualan.

Page 45: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Perbandingan Gross Profit Margin Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.29 0.43 0.41 0.30 0.28 0.34Sampoerna 0.33 0.36 0.34 0.27 0.19 0.30Astra 0.42 0.41 0.37 0.38 0.32 0.38

Rata-rata Industri 0.35 0.40 0.37 0.31 0.27 0.34

Ratio Gross Profit Margin mencermnikan atau menggambarkan laba kotor yang dapat

dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka

akan menunjukkan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Ratio

dapat diinterpretasikan sebagai berikut, misalnya pada tahun 2013, PT Bakrie Sumatera

Plantation, Tbk memiliki Gross Profit Margin sebesar 0,28. Artinya pada setiap penjualan

Rp.1,- terdapat Rp 0,28- laba kotor yang dihasilkan

Setelah dilakukan pengujian rasio Gross Profit Margin terhadap ketiga perusahaan,

maka tampak bahwa ketiga perusahaan memiliki rasio yang cukup baik, dimana rasio ketiga

perusahaan hampir mendekati dari rata-rata industri. Dimana Ratio PT.Astra Agro

Lestari,Tbk memiliki rasio yang paling tinggi diantara ketiga perusahaan.

B.Operating Profit Margin

Page 46: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Ratio laba operasi menggambarkan beban-beban operasional perusahaan serta harga

pokok penjualannya. Dengan demikian ratio ini bermanfaat untuk mengukur secara umum

kemampuan efektifitas operasional dalam menghasilkan laba operasi.

Perbandingan Operating Profit Margin Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.20 0.29 0.28 0.15 0.10 0.20Sampoerna 0.25 0.28 0.24 0.16 0.09 0.21Astra 0.35 0.34 0.30 0.30 0.24 0.30Rata-rata Industri 0.27 0.30 0.27 0.20 0.14 0.24

Ratio Operating Profit margin dapat diinterpretasikan sebagai berikut, misalnya pada

tahun 2013, PT.Sampoerna Agro,Tbk memiliki Rasio 0,21 artinya setiap penjualan Rp.1

terdapat Rp 0,21 laba operasi. Dari ketiga perusahaan tampak bahwa ketiga perusahaan

memiliki rasio yang cukup baik, dimana rasio ketiga perusahaan hampir mendekati dari rata-

rata industri. Dimana Ratio PT.Astra Agro Lestari,Tbk memiliki rasio yang paling tinggi

diantara ketiga perusahaan.

Page 47: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

C.Net Profit Margin

Net Profit Margin atau margin laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang

digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah

dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih Rasio ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Perbandingan Net Profit Margin Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.11 0.28 0.17 -0.43 -1.33 -0.24Sampoerna 0.16 0.20 0.17 0.11 0.05 0.14Astra 0.23 0.24 0.23 0.22 0.15 0.21

Rata-rata Industri 0.17 0.24 0.19 (0.03) (0.38) 0.04

Angka 0,15 pada tahun 2013 pada PT.Astra Agro Lestari menunjukkan bahwa setiap

Rp 1 nilai penjualan, 0,15 diantaranya akan menghasilkan laba setelah pajak. Dapat

disimpulkan bahwa PT Astra Agro Lestari Tbk mampu menghasilkan net profit margin rata

rata terbesar selama lima tahun yaitu sebesar 0,21. PT Sampoerna Agro Tbk juga mampu

menghasilkan net profit margin lebih besar dari tingkat net profit margin rata-rata perusahaan

sampel. Sedangkan PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk mempunyai net profit margin rata-

rata dibawah rata rata perusahaan sampel. Ini berarti kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk dan

Page 48: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

PT Sampoerna Agro Tbk dapat dikatakan baik karena berada diatas rata-rata industri.

Sedangkan kinerja PT Bakrie Sumatera Plantation,Tbk dikatakan kurang baik karena jauh

berada dibawah rata-rata industri.

3.3 Perputaran Aktiva

A.Perputaran Kas (Cash Turnover)

Rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan kas perusahaan yang

dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.Artinya rasio ini digunakan

untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya

yang berkaitan dengan penjualan. Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti

ketidakmampuan perusahaan dalam membayar tagihan. Sebaliknya apabila rasio perputaran

kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu

singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.

Perbandingan Cash Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 19.04 20.97 10.88 10.28 15.29Sampoerna 12.76 11.22 8.55 8.05 10.14Astra 14.33 15.45 11.46 12.35 13.40

Rata-rata Industri 15.37 15.88 10.30 10.23 12.94

Dapat disimpulkan bahwa PT.Sampoerna Agro adalah yang memiliki Ratio

perputaran Kas yang lebih baik dari kedua perusahaan karena rasionya berada dibawah rata-

rata industri.

Page 49: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

B.Perputaran Piutang Usaha (Account Receivable Turnover)

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan

piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar

dalam satu periode. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan, bahwa modal kerja yang

ditanamkan dalam piutang semakin rendah (bandingkan dengan rasio tahun sebelumnya) dan

tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya semakin rendah rasio ini

maka perputaran piutang memberikan pemahaman tentang kualitas piutang dan kesuksesan

penagihan piutang.

Perbandingan Account Receivable Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 16.91 12.23 5.15 6.81 10.28Sampoerna 58.46 93.90 51.25 20.35 55.99Astra 88.10 384.45 507.31 574.31 388.54

Rata-rata Industri 54.49 163.52 187.90 200.49 151.60

Rasio Perputaran Piutang diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut, misalnya

perputaran piutang PT.Sampoerna pada tahun 2010 adalah 58 kali dibandingkan penjualan.

Jika rata-rata industri untuk perputaran piutang adalah 55 kali maka untuk tahun 2010 dapat

dianggap berhasil. Namun untuk tahun 2011 dianggap kurang berhasil karena lebih kecil dari

Page 50: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

rata-rata industri 94 < 164. Dari ketiga perusahaan sampel maka yang paling baik rasionya

adalah PT.Astra Agro Lestari,Tbk karena melebihi diatas rata-rata industri.

C.Perputaran Persediaan (Sales to Inventory)

Perputaran persediaan merupakan rasio Yang digunakan untuk mengukur berapa kali

dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam satu periode. Rasio ini

dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan (inventory turn over). Dapat diartikan pula

bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang

persediaan diganti dalam satu tahun. Semakin kecil rasio ini, semakin jelek demikian pula

sebaliknya. Setiap industry mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu dengan

lainnya, sehingga tidak ada rasio yang tepat berlaku bagi seluruh industri.

Perbandingan Sales to Inventory Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 19.04 20.97 10.88 10.28 15.29Sampoerna 12.76 11.22 8.55 8.05 10.14Astra 14.33 15.45 11.46 12.35 13.40Rata-rata Industri 15.37 15.88 10.30 10.23 12.94

Page 51: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Dari ketiga perusahaan maka yang memiliki rasio paling baik adalah PT.Bakrie

Sumatera Plantation karena memiliki ratio paling tinggi dan diatas rata-rata industri, berarti

disini Perusahaan tersebut cukup efisien dan efektif dalam mengelola persediaan barang

dagang.

D.Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan modal

kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurang utang lancar.

Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva

lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang

dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

Perbandingan Working Capital Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie -3.80 -2.41 -3.86 -1.97 -3.01Sampoerna 5.88 8.27 13.79 44.38 18.08Astra 10.02 15.01 -61.82 -8.78 -11.39Rata-rata Industri 4.03 6.96 -17.30 11.21 1.23

Perputaran modal kerja merupakan salah satu alat untuk mengukur dan menentukan

keberhasilan manajemen modal kerja dalam perusahaan. Dengan diketahuinya perputaran

modal kerja dalam suatu periode, maka akan diketahui seberapa efektif modal kerja

perusahaan. Pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi

perusahaan karena makin kecil atau rendah tingkat perputaran, maka kebutuhan modal kerja

makin tinggi demikian pula sebaliknya. Dengan demikian dibutuhkan perputaran persediaan

yang cukup tinggi agar memperkecil resiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu

menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan persediaan.

Page 52: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Rasio Perputaran Modal kerja PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk dan PT.Astra Agro Lestari

yang negative membuat rasio penjualan terhadap modal kerja menjadi tidak dapat

diinterpretasikan. Dengan demikian yang memiliki tingkat perputaran modal yang paling baik

diantara ketiga perusahaan adalah PT.Sampoerna Agro,Tbk.

E.Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover)

Perputaran Aktiva Tetap adalah rasio antara penjualan dengan aktiva tetap neto. Rasio

ini menunjukkan bagaimana penjualan perusahaan dikaitkan dengan penggunaan aktiva

tetapnya, seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, dan perlengkapan kantor.

Perbandingan Fixed Asset Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.76 0.62 0.36 0.30 0.51Sampoerna 3.72 3.84 2.57 1.87 3.00Astra 3.45 3.53 2.77 2.22 2.99

Rata-rata Industri 2.64 2.66 1.90 1.46 2.17

Page 53: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Dari formulanya dapat diketahui bahwa perputaran Aktiva tetap menunjukkan

seberapa besar nilai penjualan yang diperoleh perusahaan untuk setiap aktiva tetap yang

dimilikinya. Nilai Rasio 2,22 pada PT.Astra Agro Lestari,Tbk menunjukkan bahwa

perusahaan mendapatkan penjualan yang nilainya tiga kali nilai aktiva tetapnya. Dari ketiga

perusahaan, yang memiliki rasio paling tinggi adalah PT.Sampoerna Agro,Tbk

F.Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover)

Total Asset Turn Over merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran

semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang

diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Rasio total assets turn over diperoleh dengan cara

membandingkan penjualan dengan total aktiva.Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Perbandingan Total Asset Turnover Sub-Sektor Perkebunan tahun 2010-2013 2010 2011 2012 2013 Rata-rataBakrie 0.25 0.23 0.13 0.11 0.18Sampoerna 0.90 1.00 0.79 0.59 0.82Astra 0.65 0.95 1.22 1.55 1.09

Rata-rata Industri 0.60 0.73 0.71 0.75 0.70

Page 54: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Dari formulanya dapat diketahui bahwa perputaran aktiva total menunjukkan seberapa

besar perusahaan telah melakukan penjualan dengan menggunakan seluruh aktiva yang

dimilikinya. Rasio ini memberikan informasi seberapa besar kontribui setiap aktiva untuk

menciptakan penjualan. Nilai rasio 1.09 menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh

penjualan yang nilainya 1,09 kali dari keseluruhan aktiva yang dimilikinya. Dari rasio yang

didapatkan, maka perusahaan yang memiliki rasio paling tinggi adalah PT.Astra Agro

Lestari,Tbk.

2.3.5 Analisis Arus Kas

Semakin banyaknya perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas dalam laporan

keuangan tahunan, membuat pengguna informasi laporan arus kas sebagai analisis kinerja

perusahaan semakin meningkat. Salah satu analisis kinerja laporan keuangan dengan

menggunakan laporan arus kas adalah analisis rasio laporan arus kas. Analisis laporan arus

kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan laporan

laba-rugi sebagai alat analisis rasio.

Rasio laporan arus kas terdiri dari (Pradhono, 2004: 140):

1) Cash Flow to Sales

Page 55: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Rasio cash flow to sales mengukur pengembalian atas penjualan dalam bentuk kas,

rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan penjualan sebagai berikut:

Cash flow to sales =Arus kas operasi

PenjualanMakin tinggi rasio tersebut berarti makin besar pengembalian dari tiap rupiah

penjualan yang diperoleh dalam bentuk kas serta makin efisien kegiatan operasi atau

penjualan perusahaan.

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas maka didapat hasil

Cash flow to sales dari ketiga perusahaan yang dianalisis pada tabel berikut :

Perbandingan Rasio Cash Flow to Sale Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013

2013 2012 2011 2010 2009Bakrie 0,03 0,21 0,31 0,32 0,22Sampoerna 0,15 0,12 0,23 0,23 0,10

Astra 0,25 0,23 0,29 0,33 0,27

Dari Hasil Perhitungan Rasio tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

PT Astra Agro Lestari, Tbk merupakan perusahaan yang paling besar pengembalian

dari tiap rupiah penjualan yang diperoleh dalam bentuk kas dan paling efisien kegiatan operas

penjualan perusahaannya. Ini terlihat dari rasio Cash flow to sales dengan nilai 0,27 pada

tahun 2009, 0,33 tahun 2010, 0,29 tahun 2011, 0,23 tahun 2011 dan 0,25 pada tahun 2013.

Sementara PT.Bakrie Sumatera, Tbk mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun

2013 yaitu mencapai angka 0,03 artimya setiap Rp.1 penjualan hanya mampu menghasilkan

3% saja dalam bentuk kas. Penurunan in terjadi karena turunnya nilai penjualan pada tahun

2013.

Untuk lebih jelasnya perbandingan Cash Flow to Sale antar 3 perusahaan pada sektor

perkebunan dapat disajikan pada gambar dibawah ini:

Page 56: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

2) Cash Flow Return on Asset

Rasio ini mengukur tingkat pengembalian kas atas asset perusahaan, makin tinggi

nilai rasio ini berarti penggunaan asset sangat efisien, sebab tingkat pengembalian atas asset

perusahaan makin besar.

Cash flow retun on asset dapat diperoleh dengan membagi arus kas operasi sebelum

pajak dan pembayaran bunga dengan total asset perusahaan sebagai berikut:

Cash flow return on asset =Arus kas operasi + Pajak + Bunga

Total Aset

Setelah dilakukan penghitungan berdasarkan rumus diatas didapat hasil sebagai

berikut :

Perbandingan Rasio Cash Flow Return on Aset Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013

2013 2012 2011 2010 2009Bakrie 0,02 0,06 0,09 0,08 0,15Sampoerna 0,14 0,15 0,28 0,24 0,20Astra 0,28 0,30 0,39 0,43 0,40

Dari hasil penghitungan diatas dapat diinterpretasikan bahwa pengembalian kas atas

aset yang paling baik terdapat pada PT. Astra Agro, Tbk dengan tingkat pengembalian kas

atas aset sebesar 43% pada tahun 2010. Sedangkan penggunaan aset yang paling tidak efisien

diantara ketiga perusahaan yang dianalisis adalah PT. Bakrie Sumatera dengan tingkat

pengembalian kas atas aset hanya sebesar 0,2 % pada tahun 2013. Bila dilihat dari trend per

tahun PT. Bakrie Sumatera juga terus mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai pada

tahun 2013. Dengan keadaan seperti ini direkomendasikan kepada PT Bakrie agar lebih

meningkatkan efisiensi penggunaan asetnya sehingga dapat meningkatkan tingkat

pengembalian kasnya.

Page 57: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Untuk lebih jelas perbandingan Tingkat Pengembalian Kas atas Aset antara ketiga

perusahaan disajikan pada grafik dibawah ini :

3) Cash Flow Return on Debt and Equity

Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian (dalam bentuk kas) dari hasil operasi

perusahaan atas investasi permanent perusahaan yaitu hutang jangka panjang dan modal

pemegang saham. Rasio ini diukur dengan membagi arus kas operasi sebelum pembayaran

bunga dan deviden dengan total hutang dan modal pemilik sebagai beikut:

Cash flow return on debt and equity =

Arus kas operasi + Bunga + DevidenHutang + Modal

Menilai prestasi manajemen dalam mengelola perusahaan. Makin tinggi tingkat

pengembalian atas hutang dan modal, maka makin efisien perusahaan dalam memanfaatkan

dana yang diperoleh dari hutang dan modal.

Dengan menggunakan rumus diatas, didapatkan hasil seperti pada tabel berikut :

Perbandingan Rasio Cash Flow Return on Debt and Equity Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013

2013 2012 2011 2010 2009Bakrie Sumatera 0,02 0,05 0,09 0,07 0,14Sampoerna Agro 0,13 0,14 0,28 0,27 0,19

Astra Agro 0,92 1,06 1,23 1,07 1,10

Dari tabel diatas terlihat bahwa PT. Bakrie Sumatera mengalami penurunan dari tahun

ke tahun hingga pada tahun 2013 mencapai angka 0,02 atau tingkat pengembalian atas hutang

dan modal hanya 0,2% saja. PT Bakrie Sumatera tidak efisien dalam penggunaan dana yang

berasal dari hutang dan modal. Untuk PT. Sampoerna Agro, Tbk tingkat pengebalian atas

Page 58: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

hutang dan modal cenderung baik. Sedangkan pada PT. Astra Agro, Tbk sudah menunjukkan

nilai yang memuaskan mencapai nilai yang melebihi 100%. Artinya PT. Astra Agro, Tbk

sudah menggunakan dana dari hutang dan modal dengan sangat efisien.

Penjelasan diatas dapat juga dilihat pada grafik dibawah ini:

4) Cash Flow Return on Stock Holder Equity

Cash flow return on stock holder equity menunjukkan kemampuan perusahaan

menghasilkan return (tingkat pengembalian) atas modal yang ditanam pemegang saham.

Makin tinggi rasio ini menunjukkan pihak manajemen makin efisien dalam mengelola modal

pemilik. Rasio ini dapat diperoleh dengan membagi arus kas operasi sebelum pembayaran

deviden dengan total modal pemilik, sebagai berikut:

Cash flow return on stock holder equity

=Arus kas operasi + Deviden

Total Modal

Keseluruhan hasil analisa sebaiknya diinterpretasikan bersama ditambah dengan

memperhatikan informasi tambahan mengenai kondisi non keuangan perusahaan serta

kondisi perekonomian yang mempengaruhi perusahaan sehingga dapat ditarik kesimpulan

mengenai kelemahan dan kekuatan perusahaan secara keseluruhan.

Perbandingan Rasio Cash flow return on stock holder equity Sub-Sektor Perkebunan tahun 2009-2013

2013 2012 2011 2010 2009Bakrie Sumatera 0,01 0,07 0,13 0,12 0,20Sampoerna Agro 0,17 0,20 0,37 0,29 0,20Astra Agro 1,33 1,40 1,49 1,27 1,29

Page 59: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Dengan melihat hasil penghitungan pada tabel diatas, PT. Astra Agro, Tbk masih

menjadi perusahaan yang paling baik tingkat efisiensinya atas penggunaan dana yang berasal

dari modal yang ditanam oleh pemegang saham. Dengan tingkat pengembalian diatas 100%

dari tahun 2009 sampai 2013 yaitu 129%, 127%, 149%, 140% dan 133%. Sementara

perusahaan yang masih kurang efisien tingkat pengembalian atas modal pemegang saham

adalah PT. Bakrie Sumatera, Tbk dengan tingkat pengembalian dibawah 20%. Begitu juga

dengan PT. Sampoerna Agro, Tbk dibawah 40%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

grafik dibawah ini :

2.3.6 Analisis Kebangkrutan

Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan

yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Formula ZScore

untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang

digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan. Altman menemukan

lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara

perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Z-Score Altman ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5

Keterangan, Z = Overall index

X1 = Working Capital/Total Assets

X2 = Retained Earnings/Total Assets

X3 = Earnings Before Interest and Taxes/Total Assets

X4 = Market Value Equity/Book Value of Total Debt

X5 = Sales/Total Assets

Page 60: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Dengan Zone Diskriminan sbb:

• Bila Z > 2.9 = Zone “Aman”• Bila 1.22 < Z < 2.9 = Zone “Abu-abu”

• Bila Z < 1.22 = Zone “Distress”

x1 x2 x3 x4 x5 zPT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk -2,899,502,046 -1,677,811,070 -3,043,733,871 686,000,000 2,076,486,069

18,015,337,23218,015,337,23

2 18,015,337,232 13,148,137,788 18,015,337,232

-0.16 -0.09 -0.17 0.05 0.12 -0.73

PT.Sampoerna Agro,Tbk 35,134,089 1,607,714,598 236,284,139 3,402,000,000 2,560,705,943

4,512,655,525 4,512,655,525 4,512,655,525 693,201,890 4,512,655,525

0.01 0.36 0.05 4.91 0.57 4.19

PT.Astra Agro Lestari,Tbk -2,067,571 9,023,626 4,081,935 30,865,002 12,674,999

7,571,399 7,571,399 7,571,399 4,695,331 14,963,190

-0.27 1.19 0.54 6.57 0.85 7.91

Pengujian terhadap perusahaan-perusahaan sub sector perkebunan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan Z-Score Altman menunjukkan bahwa

PT.Sampoerna Agro,Tbk dan PT.Astra Agro Lestari,Tbk, going concernnya masih diprediksi

aman untuk kelangsungan hidup perusahaan kedepannya dikarenakan z-nya lebih besar dari

2.9 sementara PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk diprediksi akan mengalami kebangkrutan

atau berada dizona tidak aman dikarenakan Z-nya kecil dari 1,22. Hal ini sesuai dengan Opini

yang diberikan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan PT.Bakrie Sumatera

Plantation,Tbk atas laporan keuangannya dimana Auditor Eksternal memberikan Opini Wajar

Tanpa Pengecualian, namun memberikan penekanan pada keraguan atas kelangsungan hidup

perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dikarenakan Perusahaan

mengalami kerugian yang berulang kali dari kegiatan usahanya dengan mengalami defisit

sebesar Rp.1,68 triliun dan liabilitas jangka pendek telah melampaui total asset lancar sebesar

Rp.2,90 triliun.

3.4 Penilaian

2.3.5 Analisis Proyeksi dan Penilaian

Page 61: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Analisis prospektif merupakan langkah akhir dalam proses analisis laporan keuangan.

Analisis ini dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan historis disesuaikan untuk

mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara akurat.

Analisis prospektif meliputi peramalan neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas.

Analisis prospektif merupakan inti penilaian efek. Analisis prospektif juga berguna

untuk menguji ketepatan rencana strategis perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan

analisa apakah perusahaan mampu menghasilkan arus kas operasi yang cukup untuk

mendanai pertumbuhan yang diharapkan atau apakah perusahaan memerlukan

pendanaan utang atau ekuitas di masa depan. Perlu dianalisis juga apakah rencana

strategis kini akan menghasilkan manfaat seperti yang diramalkan oleh manajemen

perusahaan. Akhirnya, analisis prospektif berguna bagi kreditur untuk menilai

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.

2.3.5.1 Proyeksi Laporan Laba Rugi

Proses proyeksi di mulai dari pertumbuhan penjualan yang diharapkan. Analisis lebih

rinci melibatkan informasi eksternal, yaitu:

a. Tingkat Aktivitas ekonomi mikro yang diharapkan

Analisis mengikutsertakan estimasi yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi

pada umumnya dan pertumbuhan penjualan eceran pada khususnya.

b. Peta persaingan

Perubahan peta persaingan akan mempengaruhi proyeksi atas penjualan maupun

kemampuan target untuk menaikkan harga.

c. Bauran toko baru dan toko lama

Analisis harus mempertimbangkan rencana ekspansi yang diumumkan oleh

manajemen.

1. Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Astra Agro Lestari, Tbk

Setelah melakukan langkah-langkah proyeksi Laporan Laba Rugi, didapatkan hasil Proyeksi

Laporan Laba Rugi.

Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Astra Agro Lestari, Tbk

Estimasi Tahun

Page 62: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

2014 LAPORAN LABA RUGI

Penjualan Bersih 14.525.5

49

HPP 13.436.1

33

laba kotor 1.089.41

6

Beban Penjualan, umum, dan administratif (5.011.31

4)

Beban Penyusutan, Amortisasi (291.64

8)

Beban Bunga

-

Laba Sebelum Pajak (4.213.54

6)

Beban Pajak 10.5

34

Laba Bersih (4.224.080

)

Saham Beredar

Asumsi PeramalanPertumbuhan Penjualan 14,60%

Margin Laba Kotor 7,50%

Beban Penjualan, umum, dan administratif/Penjualan 34,50%Beban Penyusutan/Aktiva tetap tahun sebelumnya 17,24%Beban Bunga /Utang jangka panjang tahun sebelumnya 0%Pajak penghasilan/Laba sebelum pajak -0,25%

Penjualan PT. Astra tumbuh antara 19%, 22%, 7% dan 10% dari penjualan, kita proyeksikan

tahun 2014 tumbuh sebesar 14,60 %. Margin laba kotor PT. Astra Lestari Agro, Tbk untuk

tujuan proyeksi, di asumsikan sebesar 7,5%. Beban penjualan, umum dan administrasi di

proyeksikan jadi 34,50%.

Beban penyusutan merupakan pos material dan harus diproyeksikan secara terpisah.

Penyusutan merupakan beban tetap dan merupakan fungsi dari jumlah aktiva yang

disusutkan. Astra melaporkan beban penyusutan kira-kira 15%, proyeksi 17,24% dari saldo

aktiva tetap tahun 2013. Beban penyusutan Astra hanya terjadi pada tahun 2009 dan 2010,

dari tahun 2011 sampai dengan 2013, PT. Astra tidak melaporkan adanya bebann penyusutan.

Page 63: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Dari perhitungan diatas didapatkan hasil proyeksi laba bersih menjadi kerugian sebesar

Rp.4.224.080. dapat juga terlihat dari trend grafik dimana penjualan PT Astra cenderung

turun dari tahun ke tahun. Ini disebabkan oleh proyeksi beban penualan, umum, dan

administrasi mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

2. Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Sampoerna Agro, Tbk

Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Sampoerna Agro, Tbk

Estimasi Tahun 2014 LAPORAN LABA RUGI Penjualan Bersih 2.823.434.373

HPP 2.967.147.182

laba kotor (143.712.810)Beban Penjualan, umum, dan administratif (256.367.841)Beban Penyusutan, Amortisasi 640.916.596

Beban Bunga 552.562.624 Laba Sebelum Pajak 793.398.569

Beban Pajak (1.983.496)

Laba Bersih 795.382.065

Saham Beredar

Asumsi PeramalanPertumbuhan Penjualan 10,26%

Margin Laba Kotor -5,09%

Beban Penjualan, umum, dan administratif/Penjualan 9,08%Beban Penyusutan/Aktiva tetap tahun sebelumnya -45,75%Beban Bunga /Utang jangka panjang tahun sebelumnya 0%Pajak penghasilan/Laba sebelum pajak -0,25%

Penjualan PT. Sampoerna tahun 2014 diasumsikan tumbuh sebesar 10,26 %. Margin laba

kotor untuk tujuan proyeksi, di asumsikan turun sebesar 5,09%. Beban penjualan, umum dan

administrasi di proyeksikan jadi 9,08%.

Page 64: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Beban penyusutan diproyeksikan 9,08% dari saldo aktiva tetap tahun 2013. Beban

penyusutan dan beban bunga Astra hanya terjadi pada tahun 2009 dan 2010, dari tahun 2011

sampai dengan 2013, PT. Sampoerna tidak melaporkan adanya bebann penyusutan.

Dari perhitungan diatas didapatkan hasil perusahaan mendapatkan laba bersih Rp.

795.382.065, karena margin laba kotor mengalami penurunan seperti yang telah dijelaskan

diatas, dapat juga terlihat dari trend grafik dimana penjualan PT Sampoerna cenderung turun

dari tahun ke tahun.

3. Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Bakrie Sumatera, Tbk

Proyeksi Laporan Laba Rugi PT. Bakrie Sumatera, Tbk

Estimasi Tahun 2014

LAPORAN LABA RUGI Penjualan Bersih 2.088.322.040

HPP 1.909.770.505

laba kotor 178.551.534 Beban Penjualan, umum, dan administratif (143.885.389)Beban Penyusutan, Amortisasi (10.955.017.079)

Beban Bunga 1.994.532.830 Laba Sebelum Pajak (8.925.818.103)

Beban Pajak (41.257.809.016)

Laba Bersih (50.183.627.118)

Saham Beredar

Asumsi PeramalanPertumbuhan Penjualan 5,70%

Margin Laba Kotor 8,55%

Beban Penjualan, umum, dan administratif/Penjualan 6,89%Beban Penyusutan/Aktiva tetap tahun sebelumnya 155,85%Beban Bunga /Utang jangka panjang tahun sebelumnya 29,38%Pajak penghasilan/Laba sebelum pajak 462,23%

Penjualan PT. Bakrie tahun 2014 diasumsikan tumbuh sebesar 5,70% dengan nilai penjualan

naik dari Rp.2.076.486.069 menjadi Rp.2.088.322.040. Margin laba kotor untuk tujuan

Page 65: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

proyeksi, di asumsikan turun sebesar 8,55%. Beban penjualan, umum dan administrasi di

proyeksikan jadi 6,89%.

Beban penyusutan diproyeksikan 155,85% dari saldo aktiva tetap tahun 2013. Dari

perhitungan diatas didapatkan hasil proyeksi kerugian sebesar Rp. 50.183.627.118.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis laporan keuangan komparatif pada perusahaan PT.Astra

Agro Lestari,Tbk Kinerja Astra tidak terdapat perubahan yang begitu signifikan

dari 5 Tahun operasinya.PT.Sampoerna Agro,Tbk juga memperlihatkan grafik

yang relatif Stabil setiap tahunnya.Sedangkan pada PT.Bakrie Sumatera

Plantation,Tbk terlihat perbedaan yang mencolok pada Tahun yang pertama

sedangkan pada Tahun 2013/2012 Bakri mengalami penurunan aset tetap yang

sangat sidnifikan (minus) dari Tahun sebelumnnya sebesar 5 % dari Tahun 2012.

2. Berdasarkan analisis common size pada ketiga entitas di atas PT Astra Agro

Lestari TBK pada Laporan laba rugi dari atas penghasilan porsi terbanyak adalah

Harga Pokok Penjualan rata rata 62 % Pertahunnya, begitu juga pada Sampoerna

Page 66: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

Agro,Tbk sebesar rata-rata 70,2 % pertahunnya, dan PT.Bakrie Sumatera

Plantation,Tbk sebesar 65,8 %.

3. Berdasarkan analisis rasio-rasio yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Kinerja

Keuangan yang paling baik dari sisi likuiditas dan pemanfaatan aktiva adalah

PT.Sampoerna Agro,Tbk disusul PT.Astra Agro Lestari,Tbk dan terakhir adalah

PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk. Sementara dari Rasio Solvabilitas dan

Profitabilitas yang paling baik adalah PT.Astra Agro Lestari,Tbk disusul

PT.Sampoerna Agro,Tbk dan PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk. Secara

keseluruhan maka yang paling baik berdasarkan analisis rasio-rasio adalah

PT.Astra Agro Lestari,Tbk disusul PT.Sampoerna Agro,Tbk dan yang terakhir

adalah PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk.

4. Berdasarkan analisis Arus Kas yang dilakukan terhadap ketiga perusahaan, maka

yang memiliki rasio terbaik diantara ketiga perusahaan yaitu PT.Astra Agro

Lestari,Tbk, PT Sampoerna Agro,Tbk disusul PT.Bakrie Sumatera Plantation,Tbk.

5. Hasil uji Altman Z-Score menunjukkan bahwa PT.Astra Agro Lestari,Tbk dan

PT.Sampoerna Agro,Tbk aman dari prediksi kebangkrutan dengan skor Z masing-

masing sebesar 7,91 dan 4,19. Sementara Going Concern PT.Bakrie Sumatera

Plantation diragukan keberlangsungan hidupnya, karena memiliki skor Z dibawah

1,22 yaitu -0,73.

6. Berdasarkan analisis proyeksi diperoleh hasil bahwa PT Sampoerna merupakan

yang diproyeksikan memperoleh laba yang cukup baik, meskipun mengalami

penurunan. Dibanding dengan PT Bakrie yang mengalami kerugian paling besar,

PT Astra memperoleh perhitungan proyeksi yang lebih baik, meskipun juga

mengalami kerugian akibat kenaikan beban usaha yang cukup signifikan, tetapi

tidak sebanyak penrunan laba yang terjadi pada PT. Bakrie.

Page 67: Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunan

DAFTAR PUSTAKA

John J. Wild dan K. R. Subramanyam, (2009), Financial Statement Analysis, International Edition (S)