4. Sosok Kepemimpinan Spiritual

5

Click here to load reader

description

leadership

Transcript of 4. Sosok Kepemimpinan Spiritual

Page 1: 4. Sosok Kepemimpinan Spiritual

KEPEMIMPINAN SPIRITUAL dan SPIRITUALITAS PEMIMPIN

Pemimpin-pemimpin sejati menggerakkan kita. Mereka mencipta keadaan, suasana dan

semangat. Kita merasakan impian kita bertumbuh dan dipertajam. Pemimpin-pemimpin itu

membuat potensi atau hal-hal yang baik dari diri kita muncul ke permukaan. Dalam bahasa yang

lebih ilmiah, kita menyebutkan bahwa pemimpin merumuskan visi bersama, menggerakkan orang

bersamanya dan menghasilkan transformasi baik pada dirinya dan orang lain. Ketiga hal itulah

yang membedakan seorang pemimpin sejati dari pemimpin kebetulan atau seorang pengelola

serta birokrat saja

Dari para pemimpin sejati yang kini bekerja keras didapatkan bahwa mereka berhasil

menggerakkan orang bersamanya dan menghasilkan transformasi karena mereka menerima

kepercayaan dari banyak pihak, terutama dari mereka yang mengikutinya. Hal inilah yang dapat

kita garis bawahi. Pekerjaan besar utama seorang pemimpin sejati adalah mendapatkan

kepercayaan dari mereka yang ada disekitarnya.

Bagaimana dengan di gereja? Bagaimana kepercayaan diperoleh? Jawabnya, adalah

dengan menjadi pemimpin spiritual, karena gereja sendiri pada inti urusannya yang

terdalam adalah suatu komunitas spiritual. Jadi bila pemimpin diikuti orang karena

kepandaiannya,gelarnya, atau pesonanya serta bukan karena kulitas pengabdian dan

spiritualitasnya, maka ada sesuatu hal yang secara serius sudah salah.

Bagaimana sosok kepemimpinan spiritual.

Pertama, seorang pemimpin spiritual bukanlah seorang manajer atau pengelola saja. Dalam

pelayanan di gereja atau lembaga-lembaganya, kotbah, KKR, konseling, rapat dan pelawatan

serta pembinan dapat menjadi aktifitas yang memang penting dan bagus. Namun, hal tadi bisa

juga hanya menjadi “tugas atau kegiatan,” bagi seseorang karena ia sudah menjadi pengelola saja.

Seorang pemimpin spiritual tidak hanya mengelola aktifitas-aktifitas yang “semoga”

meningkatkan spiritualitas orang. Seorang pemimpin spiritual adalah seorang yang menjadi

teladan dalam perjalanan spiritual, yaitu dalam penggalian makna, dalam kebergantungan pada

Page 2: 4. Sosok Kepemimpinan Spiritual

Tuhan, dalam transformasi dirinya menuju gambaran Kristus (Roma 8:29), serta dalam

keberaniannya menempuh langkah-langkah yang beresiko. Hal tadi terlihat dalam pemeliharaan

hidup imannya melalui retreat pribadi, doa, perenungan dan sebagainya serta melalui perwujudan

keperdulian dan kasih pada sesamanya.

Jadi ia melakukan segala kegiatan pelayanan di atas dengan kualitas serupa itu, maka setiap

kegiatan benar-benar akan memiliki bobot spiritual. Ia melayani KerajaanNya bagaikan seorang

yang sedang menghitung berlian, yaitu dengan seksama, tidak kenal lelah, serta penuh entusiasme

karena penghayatan makna dan nilai hal itu. Ia tidak mengerjakan apapun sambil lalu, karena

baginya ada makna yang mendalam, sehingga melalui kegiatan rutinpun ia masih melihat hal-hal

yang lebih luas dan jauh serta dalam. Contoh yang tidak terlupakan tercermin dalam sosok

seorang pria. Konon ia pernah memasuki sekolah teologi tapi kandas di jalan. Seumur hidupnya

ia habiskan melayani di jemaat (dulu) jalan Kelinci, untuk menghitung jumlah hadirin dalam

kebaktian pagi. Ia tidak pernah bosan, lelah, dan terus bersenyum sambil mengerjakan hal yang

membosankan itu. Ia menciptakan ruang transenden ….

Kedua, seorang pemimpin spiritual bukan hanya memfasilitasi agar orang berubah dan bergerak.

Pemimpin lain memang dapat menimbulkan hal tadi dengan bermodalkan skill, sikap, system

thinking dan sensitivitasnya. Namun seorang pemimpin spiritual, melaksanakan perubahan dan

pergerakan justru berlandaskan hubungan dirinya dengan Tuhan, yaitu pengalamannya berjumpa,

dan bergaul denganNya, serta terutama berdasarkan pengalaman-pengalamannya ketika ia jatuh,

kesepian, dan berada di titik nadir. Mengapa? Menurut Philip Yancey, ia memimpin karena ia

telah mengalami dan terpesona dengan karunia Tuhan yang ia alami sendiri dalam kondisi

hidupnya yang pernah turun di titik nadir tadi. Dengan demikian kepemimpinan spiritual

terutama bukanlah masalah penalaran, kegiatan, organisasi, atau proses. Kepemimpinan spiritual

adalah masalah rasa yang bersyukur karena ia sendiri telah diberi karunia, diubahkan dan

digerakkan Tuhan, kemudian dipercayakan untuk mengemban suatu tugas, seperti Yunus.

Ketiga, kepemimpinan spiritual adalah masalah pemulihan hubungan antara diri sang pemimpin

dengan masa lalunya, dengan orang-orang di sekitarnya (termasuk tokoh ayah dan ibu) serta

dengan Tuhannya. Seorang pemimpin spiritual mencolok dalam kedamaian yang muncul dari

dirinya, bahkan dalam keadaan yang paling suram. Untuk mencapai titik ini ia perlu rela terus

menerus memeriksa diri untuk menemukan luka-luka yang mungkin masih diidapnya, seperti,

luka yang diakibatkan oleh kemarahan terpendam, kepahitan, ketakutan yang mendalam, rasa tak

Page 3: 4. Sosok Kepemimpinan Spiritual

berdaya, kebencian, atau kesepian. Luka-luka yang tidak pernah diselesaikannya dengan Tuhan

membuat dirinya sulit memiliki percaya diri, dan sulit juga mempercayakan diri pada orang lain,

karena pada dasarnya kepercayaan atau kebergantungannya pada Tuhan sangat rendah. Luka-

luka tadi menghalangi dirinya untuk memeluk Tuhan lebih erat. Bahkan tidak mustahil luka tadi

menampakkan diri kelak pada saat yang tidak tepat dalam wujud kemarukan kuasa, kemarukan

uang, penggunaan pengaruh seksualitas secara keliru, atau tindakan self-destruktif dalam

hubungan antar manusia. Pemulihan tercermin dalam kisah antara seorang anak wanita Vietnam

dengan seorang pilot Amerika di masa perang. Anak itu terbakar karena bom napalm yang

dijatuhkan dari kapal terbang sang pilot. Photonya sebagai anak berusia 9 tahun yang berlari dan

terbakar memenangkan hadiah terkenal. Bertahun-tahun sang pilot terus terganggu photo tadi

dan berupaya melacak sang anak yang kini tinggal di Amerika. Ketika dijumpai, anak yang kini

telah menjadi jururawat kepala, hanya memeluknya dan mengatakan “sudah lama aku menantikan

saat ini dan ingin mengatakan bahwa aku sudah mengampuni Anda.” Sang pilot hanya dapat

menangis …

Dengan paham demikian maka seorang pemimpin spiritual akan juga memiliki beberapa ciri lain:

1. ia harus terus belajar di dalam hidupnya, baik mengenai Tuhan yang memanggilnya,

orang lain, dan dirinya

2. ia selalu siap bekerja sebagai bagian dari kepemimpinan yang lebih besar, dan bukan

berjalan sendirian, karena ia telah menyadari batas daya dan ketidakberdayaan nya.

3. ia selalu menyediakan waktu untuk merenungkan makna atau kehendakNya dan

sementara itu ia mempercayakan diri dan komunitasnya ke dalam pemeliharaan Tuhan..

Penutup

Ketika Columbus mengatakan bahwa bumi itu bulat, orang menertawakan dan mengatakan

bahwa ia akan tersasar. Ketika profil pemimpin spiritual dipaparkan, mungkin Anda tertawa dan

mengatakan “pendeta saja belum tentu bisa, apalagi kami di komisi atau majelis jemaat.” Hal

yang terindah dalam kepemimpinan spiritual adalah bahwa hal itu merupakan masalah hati.

Selama Anda memiliki hati tadi, mustinya profil dan kualitas tersebut Tuhan mungkinkan hadir

dalam hidup Anda.

Robby I Chandra

Page 4: 4. Sosok Kepemimpinan Spiritual