4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker...

13
merupakan teknik statistik multivariat yang berkaitan dengan struktur internal dari matriks. Menurut Rahayu (2005), langkah pertama dalam menggunakan metode AKU adalah memasukkan keseluruhan peubah bebas (komponen biotik dan komponen abiotik) yang diamati dalam analisis faktor. Kemudian dilakukan pemilihan peubah yang layak diproses lebih lanjut atau tidak. Kelayakan tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai K-M-O MSA (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy). K-M-O MSA tersebut menggambarkan ukuran ketepatan dari analisis faktor. Nilai K-M-O MSA 0.5 maka sampel tersebut dianggap mempunyai ketepatan. Selanjutnya setiap peubah bebas dianalisis untuk mengetahui mana yang dapat diproses lebih lanjut dan mana yang harus dikeluarkan. Rahayu (2005) menyatakan bahwa pedoman untuk mengeluarkan peubah dari analisis adalah dengan melihat nilai anti-image matrices < 0.5. Nilai ini dapat terlihat pada tabel anti image correlation dimana akan terlihat sejumlah angka yang membentuk diagonal yang bertanda ’a’. Setelah sejumlah peubah terpilih, maka dilakukan ekstraksi peubah tersebut hingga menjadi satu atau beberapa faktor. 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Luas dan Letak Kawasan IUPHHK-HTI PT. RAPP Estate Meranti merupakan perluasan areal IUPHHK-HTI PT. RAPP yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 327/MenhutII/2009 dengan luas 45261 hektar. IUPHHK- HTI PT. RAPP Estate Meranti dibagi menjadi lima areal peruntukan, yaitu areal tanaman pokok, areal tanaman unggulan, areal tanaman kehidupan, areal konservasi, serta areal sarana dan prasarana. Areal konservasi Estate Meranti mencakup sempadan sungai, kubah gambut dan kawasan penyangga (buffer zone). Secara administratif, Kawasan IUPHHK-HTI PT. RAPP Estate Meranti termasuk dalam Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Hidrologi Estate Meranti memiliki satu Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Kampar. Selain itu, Estate Meranti memiliki beberapa sub DAS, yaitu sub DAS Kutup, sub DAS Turip, sub DAS Serkap dan sub DAS Sangar. Seluruh sungai- sungai yang mengalir di Estate Meranti bermuara di Sungai Kampar. Air sungai yang mengalir di Estate Meranti berasal dari kubah gambut dan danau (tasik) yang terdapat di dalam kawasan hutan Semenanjung Kampar.

Transcript of 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker...

Page 1: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

18

merupakan teknik statistik multivariat yang berkaitan dengan struktur internal dari

matriks.

Menurut Rahayu (2005), langkah pertama dalam menggunakan metode

AKU adalah memasukkan keseluruhan peubah bebas (komponen biotik dan

komponen abiotik) yang diamati dalam analisis faktor. Kemudian dilakukan

pemilihan peubah yang layak diproses lebih lanjut atau tidak. Kelayakan tersebut

dapat dilihat dari besarnya nilai K-M-O MSA (Kaiser-Meyer-Olkin Measure of

Sampling Adequacy). K-M-O MSA tersebut menggambarkan ukuran ketepatan

dari analisis faktor. Nilai K-M-O MSA ≥ 0.5 maka sampel tersebut dianggap

mempunyai ketepatan. Selanjutnya setiap peubah bebas dianalisis untuk

mengetahui mana yang dapat diproses lebih lanjut dan mana yang harus

dikeluarkan. Rahayu (2005) menyatakan bahwa pedoman untuk mengeluarkan

peubah dari analisis adalah dengan melihat nilai anti-image matrices < 0.5. Nilai

ini dapat terlihat pada tabel anti image correlation dimana akan terlihat sejumlah

angka yang membentuk diagonal yang bertanda ’a’. Setelah sejumlah peubah

terpilih, maka dilakukan ekstraksi peubah tersebut hingga menjadi satu atau

beberapa faktor.

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Luas dan Letak

Kawasan IUPHHK-HTI PT. RAPP Estate Meranti merupakan perluasan

areal IUPHHK-HTI PT. RAPP yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Kehutanan No. 327/MenhutII/2009 dengan luas 45261 hektar. IUPHHK-

HTI PT. RAPP Estate Meranti dibagi menjadi lima areal peruntukan, yaitu areal

tanaman pokok, areal tanaman unggulan, areal tanaman kehidupan, areal

konservasi, serta areal sarana dan prasarana. Areal konservasi Estate Meranti

mencakup sempadan sungai, kubah gambut dan kawasan penyangga (buffer zone).

Secara administratif, Kawasan IUPHHK-HTI PT. RAPP Estate Meranti termasuk

dalam Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Hidrologi

Estate Meranti memiliki satu Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS

Kampar. Selain itu, Estate Meranti memiliki beberapa sub DAS, yaitu sub DAS

Kutup, sub DAS Turip, sub DAS Serkap dan sub DAS Sangar. Seluruh sungai-

sungai yang mengalir di Estate Meranti bermuara di Sungai Kampar. Air sungai

yang mengalir di Estate Meranti berasal dari kubah gambut dan danau (tasik) yang

terdapat di dalam kawasan hutan Semenanjung Kampar.

Page 2: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

19

Variasi Lokal Tipe Vegetasi Hutan Gambut

TIIP (2010a) menyatakan bahwa kawasan Estate Meranti memiliki empat

tipe variasi vegetasi, yaitu hutan tiang dengan tajuk tinggi (Tall Pole Forest),

hutan transisi rawa gambut campuran (Transition of Tall Pole Forest and Mixed

Peat Swamp Forest), hutan riparian (Riverine Forest) dan semak belukar. Tall

Pole Forest dicirikan dengan tajuk pohon yang tinggi dan relatif rata. Kanopi

hutannya hanya terdiri atas 2-3 lapis saja. Ukuran pohon-pohon penyusunnya

relatif kecil, yakni berdiameter berkisar antara 20-30 cm. Hutan transisi tiang

tinggi rawa gambut campuran dicirikan dengan jenis campuran yang didominasi

dengan tajuk tinggi dan tidak rata dengan diameter pohon umumnya > 30 cm.

Kanopi hutannya terdiri dari beberapa lapisan dengan lapisan utama terbentuk dari

tegakan pohon dengan ketinggian berkisar 30-40 m. Hutan riparian umumnya

berkembang di wilayah pinggir sungai yang kondisinya sangat dipengaruhi oleh

lingkungan sungai. Kanopi hutannya terdiri atas beberapa lapisan dengan

beberapa pohon mencuat. Pada pinggir sungai yang selalu tergenang air, vegetasi

ripariannya berkembang menjadi komunitas belukar dari marga Pandanus dan

rerumputan dari kelompok Cyperaceae atau Hanguana dari suku Flagelariaceae.

Variasi Lokal Ketebalan Gambut

Umumnya, gambut akan membentuk suatu kubah (dome). Semakin

mendekati kubah ketebalan gambut semakin meningkat, sedangkan semakin dekat

dengan sungai ketebalan gambut akan semakin menipis. Ketebalan gambut di

Estate Meranti berkisar antara 5 m hingga 10 m. Hardjowigeno (1996)

menyatakan bahwa gambut di bagian tepi kubah pada umumnya memiliki

kesuburan yang relatif baik (gambut topogen), sedangkan gambut yang terdapat di

tengah-tengah kubah memiliki kesuburan yang rendah (gambut ombrogen).

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman Jenis Pohon Pakan Beruang Madu

Hasil inventarisasi tumbuhan di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti

menunjukkan bahwa terdapat 70 jenis tumbuhan yang berasal dari 30 suku

(Lampiran 2). Berdasarkan hasil studi pustaka yang dibandingkan dengan jenis

tumbuhan yang telah diidentifikasi dapat diketahui bahwa di areal konservasi

terdapat 34 jenis pohon yang potensial sebagai sumber pakan beruang madu

(Tabel 4).

Page 3: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

20

Tabel 4 Jenis pohon yang potensial sebagai sumber pakan beruang madu di

areal konservasi

No. Nama lokal Nama latin Suku

1 Ara Ficus stricta Miq Moraceae

2 Arang-arang Diospyros maingayi (Hiern.) Bakh. Ebenaceae

3 Balang-balang Syzygium rostratum DC. Myrtaceae

4 Bengku Madhuca motleyana (de Vriese) J. F. Macbr. Sapotaceae

5 Cemetik Garcinia sp. Clusiaceae

6 Darah-darah Knema cinerea Warb. Myristicaceae

7 Durian hutan Durio carinatus Mast. Bombacaceae

8 Idan Xerospermum noronhianum Blume Sapindaceae

9 Jambu-jambu Syzygium claviflorum Roxb. Myrtaceae

10 Kandis Garcinia parvifolia Clusiaceae

11 Kedondong hutan Dacryodes rostrata (Blume) H. J. Lam Burseraceae

12 Kelat kelam Syzygium sp.1 Myrtaceae

13 Kelat merah Acmena acuminatissima (Blume) Merr. & L. M. Perry Myrtaceae

14 Kelat putih Syzygium inophyllum DC. Myrtaceae

15 Kelumpang Magnolia elegans (Blume) Keng Magnoliaceae

16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae

17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae

18 Medang keladi Litsea lanceolata (Blume) Koesterm. Lauraceae

19 Medang lundu Litsea oppositifolia Gibbs. Lauraceae

20 Mempening Quercus sp. Fagaceae

21 Mesio Ilex cymosa Blume Aquifoliaceae

22 Nangka hutan Artocarpus rigidus Blume Moraceae

23 Nasi-nasi Syzygium zeylanicum (L.) DC. Myrtaceae

24 Parak Aglaia rubiginosa (Hiern) Pannell Meliaceae

25 Punak Tetramerista glabra Miq. Theaceae

26 Salakeo Mangifera griffithii Hook. f. Anacardiaceae

27 Samak Syzygium sp.2 Myrtaceae

28 Semaram Palaquium sumatranum Burck Sapotaceae

29 Seminai Palaquium ridleyi K. & G. Sapotaceae

30 Simpoh Dillenia reticulata King Dilleniaceae

31 Suntai Palaquium burckii H. J. Lam Sapotaceae

32 Terap Artocarpus elasticus Reinw Moraceae

33 Terentang Campnosperma coriaceum (Jack.) Hall. F. Ex Steen Anacardiaceae

34 Terpis Polyalthia hypoleuca Hook. f. & Thomson Annonaceae

Keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu yang ditemukan di areal

konservasi lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian Fredriksson et al.

(2006a) di Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW) yang menemukan 72 jenis

pohon pakan. Hal ini disebabkan karena perbedaan jenis tanah di kedua lokasi

tersebut. Tanah di areal konservasi tergolong tanah gambut, sedangkan tanah di

HLSW tergolong tanah mineral. Tingkat keasaman di tanah gambut lebih rendah

Page 4: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

21

dibandingkan dengan tingkat keasaman di tanah mineral. Tanah di areal

konservasi memiliki kisaran pH tanah 3.0-4.5, sedangkan tanah di HLSW

memiliki kisaran pH tanah 5.3-6.6 (Triono et al. 2010). Menurut Irwan (2010),

salah satu penyebab jumlah jenis tumbuhan yang ada di hutan rawa gambut tidak

banyak adalah tanahnya tergolong tanah yang asam (pH tanah ± 3.2). Hanya

tumbuhan yang adaptif terhadap kondisi lebih asam yang dapat tetap hidup

(Andriesse 2003). Adimihardja et al. (2006) menyatakan bahwa tanah gambut

pada umumnya sangat asam ( pH 3.0-4.5) dan kandungan bahan organik < 5%.

Fraksi organik tanah gambut mengandung lignin, selulosa, hemiselulosa, protein,

tannin dan resin dalam jumlah yang sedikit. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan

dan perkembangan akar tumbuhan akan terhambat, sehingga jenis tumbuhan yang

dapat tumbuh dan berkembang sangat terbatas. Selain itu, miskinnya unsur hara

yang tersedia di tanah gambut mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan.

Hasil perhitungan indeks nilai penting (INP) menunjukkan bahwa jenis

bengku (Madhuca motleyana), kelat putih (Syzygium inophyllum), kelat merah

(Acmena acuminatissima), arang-arang (Diospyros maingayi) dan punak

(Tetramerista glabra) termasuk dalam urutan lima jenis pohon pakan beruang

madu dengan INP tertinggi (Tabel 5). Jenis Madhuca motleyana merupakan jenis

pohon pakan beruang madu yang memiliki INP paling tinggi, sehingga jenis

tersebut dapat juga dikatakan sebagai jenis pohon pakan beruang madu yang

paling dominan di areal konservasi. Smith (1977) menyatakan bahwa jenis

dominan merupakan jenis yang dapat memanfaatkan lingkungan yang

ditempatinya secara efisien daripada jenis yang lain dalam tempat yang sama.

Jenis tersebut dapat memanfaatkan komponen habitat yang tersedia di areal

konservasi, seperti keasaman tanah (pH tanah) 3.0-4.5, ketebalan gambut 5-8 m

dan intensitas cahaya matahari mulai 200 lx hingga 49200 lx.

Tabel 5 Indeks nilai penting pohon pakan beruang madu di areal konservasi

No. Nama Lokal Nama Latin KR (%) FR (%) DR (%) INP (%)

1. Bengku Madhuca motleyana 10.97 8.46 9.22 28.65

2. Kelat putih Syzigium inophyllum 9.14 8.89 7.35 25.38

3. Kelat merah Acmena acuminatissima 5.32 5.03 4.03 14.38

4. Arang-arang Diospyros maingayi 2.99 3.43 2.79 9.20

5. Punak Tetramerista glabra 2.08 2.68 3.66 8.41

Waktu pengambilan data yang bertepatan dengan waktu yang masih

termasuk dalam musim kemarau menyebabkan tidak semua jenis pohon pakan

beruang madu sedang musim berbuah. Hanya jenis ara (Ficus stricta), nangka

hutan (Artocarpus rigidus), punak (Tetramerista glabra), salakeo (Mangifera

griffithii), terap (Artocarpus elasticus) dan terentang (Campnosperma coriaceum)

saja yang dijumpai sedang berbuah. Sunarjono (2008) menyatakan bahwa musim

berbuah pohon tropis di Indonesia umumnya terjadi ketika musim hujan.

Page 5: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

22

Ara (Ficus stricta)

Pohon ara memiliki tinggi yang bervariasi, mulai dari 16 m hingga 26 m.

Daun berbentuk oblong dan simetris. Panjang daunnya berkisar 8-14 cm dan lebar

berkisar 3.5-6.0.cm. Buah jenis ini berbentuk bulat agak lonjong dan ketika

matang berwarna jingga.

Menurut Berg & Corner (2005), Ficus stricta mampu tumbuh mulai dari

dataran rendah hingga pada ketinggian 2000 m di atas permukaan laut. Jenis ini

dapat ditemukan di Cina Selatan, Myanmar, Filipina, Semenanjung Malaya,

Sumatera dan Jawa.

Gambar 7 Buah Ficus stricta

Hasil beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa banyak anggota

marga Ficus yang termasuk dalam daftar buah pakan beruang madu, salah satu

jenisnya adalah Ficus stricta. Hal ini dikarenakan jenis tersebut merupakan jenis

yang berbuah sepanjang tahun (Leighton & Leighton 1983, Lambert & Marshall

1991). Selain itu, buah Ficus stricta dipilih beruang madu sebagai pakan karena

buahnya memiliki kandungan kalsium yang termasuk salah satu kandungan nutrisi

makanan yang diperlukan tubuhnya (Wee et al. 2008).

Nangka hutan (Artocarpus rigidus)

Jenis pohon yang dikenal dengan nama lokal nangka hutan dapat ditemukan

di areal konservasi Estate Meranti dengan tinggi yang bervariasi, mulai dari 12 m

hingga 24 m. Daun nangka hutan berbentuk bulat telur terbalik dengan ujungnya

tumpul, serta memiliki panjang berkisar 15-26 cm dan lebar berkisar 3.5-6.5.cm.

Buah jenis ini berbentuk bulat, berwarna kuning kehijauan ketika matang

berwarna jingga dan memiliki rasa yang manis. Daging buah tertutup oleh duri

yang pendek. Ukuran diameter buahnya berkisar 7-15 cm.

Chong et al. (2009) menyatakan bahwa Artocarpus rigidus mampu tumbuh

di hutan dataran rendah dan hutan pegunungan. Jenis ini dapat ditemukan di India,

Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatera, Kalimantan dan

Jawa.

Page 6: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

23

Menurut Broto (2003), jenis ini merupakan jenis yang dapat berbuah

sepanjang tahun, sehingga dapat berpotensi sebagai pakan beruang madu. Selain

itu, beruang madu memilih jenis ini sebagai pakannya diduga karena bermanfaat

dalam menjaga kebugaran (fitness) tubuhnya. Hasil penelitian Namdaung et al.

(2006) yang diacu dalam Hakim (2011) menyatakan bahwa jenis Artocarpus

rigidus memiliki kandungan senyawa santonolid yang bersifat sitotoksik, yaitu

dapat bersifat toksik untuk menghambat dan menghentikan pertumbuhan sel

kanker.

Gambar 8 Buah Artocarpus rigidus

Punak (Tetramerista glabra)

Pohon jenis ini dapat ditemukan dengan tinggi yang bervariasi, mulai dari

13 m sampai 25 m. Diameter batang pohonnya mampu mencapai 150 cm dbh.

Tangkai daunnya memiliki susunan alternate, yaitu berselang-seling. Lebar

daunnya berkisar 3.5-6.5 cm dan panjangnya berkisar 7-16 cm. Buah berbentuk

bulat dan berwarna hijau. Buah matang berwarna kuning jingga. Buah dilapisi

exocarp yang tipis seperti kulit. Ukuran diameter buah berkisar 2-4 cm.

Gambar 9 Buah Tetramerista glabra

Page 7: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

24

Jenis Tetramerista glabra umumnya dijumpai di hutan gambut dan kadang-

kadang dapat dijumpai di hutan campuran dipterocarpaceae pada ketinggian 500

m di atas permukaan laut. Jenis ini dapat ditemukan di Semenanjung Malaya,

Sumatera dan Kalimantan (Gavin & Peart 1997).

Hasil penelitian Bernard (2009) menyatakan bahwa pohon Tetramerista

glabra dapat ditemukan sedang berbuah sepanjang tahun. Pertimbangan jenis ini

berpotensi sebagai sumber pakan beruang madu karena buah yang tersedia

sepanjang tahun dapat menjadi pilihan pakan beruang madu untuk mencukupi

kebutuhan energi beruang madu dalam melakukan aktivitas hariannya. Jenis ini

memiliki kandungan air (89.88%) dan karbohidrat (6.64%) yang lebih besar

dibandingkan kandungan lainnya (protein, lemak, kadar abu dan serat kasar).

Menurut Reksohadiprodjo (1988), karbohidrat mempunyai peranan yang sangat

penting di dalam tubuh satwa.

Salakeo (Mangifera griffithii)

Jenis ini memiliki perawakan pohon yang tingginya mampu mencapai 22 m.

Buahnya lebih kecil dibandingkan jenis Mangifera indica dan Mangifera foetida.

Buahnya berbentuk bulat panjang (oblong). Daging buahnya berserat, ketika

matang daging buah berwarna kuning kemerahan dan kulit buahnya berwarna

hijau kekuningan. Batang pohonnya tidak tahan terhadap serangan rayap,

sehingga mudah tumbang (Linatoc 1999).

Gambar 10 Mangifera griffithii: (a) buah dan (b) biji

Menurut Litz (2009), Mangifera griffithii banyak ditemukan di daerah rawa.

Jenis tersebut berasal dari Kepulauan Andaman, India dan saat ini tersebar di

Semenanjung Malaya, Thailand, Sumatera dan di sebelah Barat Kalimantan.

Umumnya, jenis ini termasuk evergreen species (jenis yang selalu hijau)

atau sedikit yang gugur ketika musim kemarau, sehingga ketersediaan buah jenis

tersebut ketika musim kemarau sangat berpotensi sebagai sumber pakan beruang

madu (Litz 2009). Jenis ini memiliki kandungan air (86.11%) dan karbohidrat

(11.8%) yang paling besar daripada kandungan lainnya. Karbohidrat daging

buahnya terdiri dari gula sederhana, tepung dan selulosa. Gula sederhana seperti

a b

Page 8: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

25

sukrosa, glukosa, dan fruktosa diduga bermanfaat bagi pemulihan tenaga pada

tubuh beruang madu.

Terap (Artocarpus elasticus)

Pohon terap yang ditemukan di areal konservasi memiliki tinggi yang

beraneka ragam, mulai dari 15 m sampai 20 m. Daun tunggal, berseling,

berbentuk lonjong dan tebal. Ujung dan pangkal daunnya runcing. Panjang daun

berkisar 20-40 cm dan lebarnya berkisar 15-25 cm. Tulang daun menyirip. Bentuk

buahnya bulat, kulit daging buah berduri halus dengan ukuran diameter buah

berkisar 10-15 cm. Ketika matang buah berwarna kuning kecoklatan dan

beraroma yang khas.

Latifah (2005) menyatakan bahwa Artocarpus elasticus dapat dijumpai pada

hutan dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 m di atas permukaan laut.

Spesies yang memiliki nama lokal terap ini tersebar di Semenanjung Malaya,

Indonesia dan Filipina.

Gambar 11 Buah Artocarpus elasticus

Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa buah terap ini mengandung

senyawa flavonoid, yaitu sekelompok senyawa polifenol dengan berat molekul

yang rendah. Flavonoid berperan dalam menghambat pembentukan radikal bebas

(Chong et al. 2009, Hakim 2011). Kandungan metabolit sekunder tersebut dapat

mempengaruhi fungsi fisiologis satwa yang memakannya, sehingga ketersediaan

buah jenis ini di areal konservasi selain bisa sebagai sumber pakan beruang madu

juga berpotensi sebagai asupan alami yang bisa menjaga kesehatan tubuh beruang

madu.

Terentang (Campnosperma coriaceum)

Spesies ini dapat dijumpai dengan tinggi pohon mulai 11 m sampai 24 m.

Daunnya berwarna hijau mengkilap gelap, kasar dan obovate atau lonjong

sungsang (20-50 cm). Tangkai daun memiliki sepasang lobus. Daun muda

berwarna coklat kemerahan. Buah tunggal berbentuk bulat telur dengan diameter

Page 9: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

26

berkisar 0.5-0.8 cm. Buah berwarna hijau dengan bintik-bintik putih. Ketika

matang buah berwarna ungu kehitaman.

Umumnya, Campnosperma coriaceum tumbuh di daerah rawa, termasuk

rawa gambut. Terentang menyebar di hutan rawa gambut halus, lempung berpasir

(kedalaman 3-5 m), ketinggian 10 m di atas permukaan laut dan tipe iklim A.

Tumbuhan yang dikenal dengan nama lokal terentang ini tersebar di Semananjung

Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Kalimantan. Pohon ini tumbuh

baik di hutan sekunder yang telah terbuka. Kondisi tegakan menyebar

berkelompok (Kochummen 1989, Danu & Bogidarmanti 2012).

Selama pengumpulan data dilakukan, sangat jarang ditemukan buah

terentang yang hampir matang. Penampakan buah terentang yang hampir matang

disajikan pada Gambar 12a. Akan tetapi, buah terentang yang ditemukan di areal

konservasi Estate Meranti lebih banyak yang berbuah muda atau masih berwarna

hijau (Gambar 12b). Hasil penelitian Danu & Bogidarmanti (2012) menyatakan

bahwa waktu yang diperlukan buah terentang sampai matang secara fisiologis

dalam satu malai saja bisa tidak serentak. Sebagian besar Campnosperma

coriaceum berbuah muda pada bulan Oktober, kemudian berkembang menjadi

buah tua yang sudah matang pada bulan November-Desember. Hal ini

mengindikasikan bahwa buah terentang berpotensi sebagai sumber pakan beruang

madu ketika bulan-bulan tertentu saja.

Gambar 12 Buah Campnosperma coriaceum: (a) buah tua dan (b) buah muda

Periode tidak musim berbuah sebagian besar jenis pohon pakan beruang

madu menyebabkan informasi terkait dengan cara beruang madu untuk

mendapatkan dan memakan buah yang ada di Areal Konservasi PT. RAPP Estate

Meranti sulit untuk diketahui. Akan tetapi, berdasarkan hasil penelitian Wong

(2002) dapat diketahui bahwa beruang madu memanjat pohon Ficus sp.

mengambil buah untuk dimakan. Buah yang diambil beruang madu terletak di

ranting pohon Ficus sp. yang masih terjangkau olehnya. Buah Ficus sp. tersebut

dimakan oleh beruang madu dalam bentuk buah yang lengkap dengan kulit dan

bijinya. Selain itu, Wong (2013) menyatakan bahwa beruang madu juga mencari

buah di lantai hutan. Beruang madu mengambil buah Durio sp. yang jatuh,

a b

Page 10: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

27

kemudian beruang madu tersebut membelah kulitnya lalu memakan daging

buahnya.

Gambar 13 Beruang madu sedang memakan buah durian (Durio sp.) di Hutan

Lindung Ulu Segama, Malaysia (Sumber: Wong 2013)

Periode tidak musim berbuah sebagian besar jenis pohon pakan beruang

madu menyebabkan tidak dijumpai aktivitas makan beruang madu, baik secara

langsung maupun tanda-tanda bekas aktivitas makannya. Hal tersebut juga yang

mengindikasikan beruang madu lebih memilih serangga dibandingkan buah

sebagai sumber pakannya. Fredriksson et al. (2006a) menyatakan bahwa hampir

100% pakan beruang madu terdiri atas buah selama periode musim berbuah,

sedangkan pada periode tidak musim berbuah pakan beruang madu didominasi

oleh serangga.

Gambar 14 Beruang madu sedang memakan rayap (Dicuspiditermes sp.)

ketika periode tidak musim berbuah di Hutan Lindung Ulu

Segama, Malaysia (Sumber: Wong 2002)

Page 11: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

28

Pola Sebaran Pohon Pakan Beruang Madu

Hasil analisis pola sebaran pohon pakan beruang madu dengan metode rasio

ragam menunjukkan bahwa seluruh jenis pohon pakan beruang madu menyebar

secara berkelompok (Lampiran 3). Hal ini mendukung pernyataan Krebs (1989)

bahwa populasi tumbuhan di alam memiliki kecenderungan tersebar secara

berkelompok. Pola sebaran berkelompok disebabkan jenis pohon pakan beruang

madu memilih tempat yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan hidupnya.

Ludwig & Reynolds (1988) menyatakan bahwa pola sebaran berkelompok

mengindikasikan adanya perilaku selektif terhadap faktor-faktor lingkungan

tempat tumbuh yang heterogen.

Masing-masing jenis pohon pakan beruang madu di areal konservasi

memiliki pemilihan kondisi lingkungan tempat tumbuh yang berbeda. Faktor

lingkungan yang disukai oleh masing-masing jenis pohon pakan beruang madu

dapat diketahui dari nilai korelasi antara jenis pohon pakan beruang madu dengan

komponen habitat (Lampiran 4).

Berdasarkan hasil uji korelasi dapat diketahui bahwa jenis Litsea lanceolata

berkorelasi positif dengan pH tanah pada selang kepercayaan 95%, sedangkan

jenis Syzygium claviflorum, Artocarpus elasticus dan Mangifera griffithii

berkorelasi positif dengan pH tanah pada selang kepercayaan 99%.

Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut memiliki daya kemampuan

beradaptasi yang rendah terhadap kondisi tanah yang asam, sehingga jenis-jenis

tersebut cenderung memilih tempat tumbuh yang memiliki pH tanah yang

mendekati netral.

Jenis Madhuca motleyana berkorelasi negatif dengan pH tanah pada selang

kepercayaan 95%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis tersebut memiliki

kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap kondisi tanah yang asam. Hal

tersebut diperkuat dengan diketahuinya bahwa jenis tersebut merupakan jenis

pohon pakan beruang madu yang paling dominan di Areal Konservasi PT. RAPP

Estate Meranti.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa jenis Diospyros maingayi, Durio

carinatus dan Syzygium rostratum berkorelasi negatif dengan ketebalan gambut

pada selang kepercayaan 95%, sedangkan Artocarpus rigidus, Dialium maingayi

dan Campnosperma coriaceum berkorelasi negatif dengan ketebalan gambut pada

selang kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut

memiliki kecenderungan memilih tempat tumbuh yang ketebalan gambutnya

dangkal, dikarenakan jenis-jenis tersebut memiliki daya kemampuan beradaptasi

yang rendah pada gambut tebal. Jenis-jenis tersebut diduga mempunyai akar yang

pendek, sehingga akar sangat sulit untuk menyerap unsur hara yang terdapat di

dasar gambut tebal (Istomo 2002).

Jenis Litsea oppositifolia berkorelasi positif dengan ketebalan gambut pada

selang kepercayaan 95%, sedangkan jenis Knema cinerea, Ilex cymosa dan

Palaquium burckii berkorelasi positif dengan ketebalan gambut pada selang

kepercayaan 99%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut memiliki daya

kemampuan beradaptasi yang tinggi pada gambut tebal. Jenis-jenis tersebut

diduga mempunyai akar yang mampu menyerap unsur hara yang terdapat di dasar

gambut tebal.

Page 12: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

29

Berdasarkan hasil uji korelasi dapat diketahui bahwa jenis Dacryodes

rostrata berkorelasi positif dengan intensitas cahaya matahari pada selang

kepercayaan 95%, sedangkan jenis Ficus stricta berkorelasi positif dengan

intensitas cahaya matahari pada selang kepercayaan 99%. Akan tetapi, beberapa

peneliti menyatakan bahwa kedua jenis tersebut lebih menyukai tumbuh dan

berkembang pada intensitas cahaya matahari rendah (Shanahan 2000; Rasnovi

2006). Hal ini berarti bahwa kedua jenis tersebut memiliki daya kemampuan

beradaptasi yang lebih besar dibandingkan jenis pohon pakan beruang madu

lainnya terhadap intensitas cahaya matahari yang tinggi.

Pola sebaran pohon pakan beruang madu di areal konservasi Estate Meranti

yang berkelompok mengindikasikan pola sebaran beruang madu di areal tersebut

juga berkelompok. Augeri (2005) menyatakan bahwa ketersediaan vegetasi pakan

mempengaruhi penggunaan habitat oleh beruang madu, terutama pola pencarian

pakan. Umumnya, pola sebaran pohon sebagai sumber pakan satwaliar

mencerminkan pola jelajahnya (Meijaard et al. 2006).

Faktor Lingkungan yang Menentukan Keberadaan

Pohon Pakan Beruang Madu

Berdasarkan hasil analisis faktor dengan metode analisis komponen utama

(AKU) yang telah dilakukan terhadap komponen habitat pohon pakan beruang

madu (pH tanah, ketebalan gambut dan intensitas cahaya matahari) terbentuk satu

komponen utama (KU1). Komponen utama (KU1) tersebut mewakili komponen

pH tanah dan ketebalan gambut. Kedua komponen habitat tersebut memiliki

pengaruh yang besar terhadap keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu

yang ditemukan di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti. Semakin besar pH

tanah, maka jumlah jenis pohon pakan beruang madu yang ditemukan semakin

banyak. Selain itu, semakin dangkal ketebalan gambut, maka jumlah jenis pohon

pakan beruang madu yang ditemukan semakin banyak.

Hasil perhitungan analisis faktor disajikan pada Lampiran 5. Nilai koefisien

determinasi (R2) yang diperoleh yaitu 0.500. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar

50% dari komponen utama yang terbentuk berdasarkan analisis faktor dapat

mewakili keseluruhan variabel yang diamati, sedangkan 50% lainnya dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak diamati.

Hampir seluruh komponen habitat yang berpengaruh terhadap

keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu berkaitan dengan sifat tanah

gambut. Hal ini menunjukkan bahwa sifat tanah gambut menjadi faktor pembatas

keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu. Hal tersebut juga

mengindikasikan bahwa areal konservasi termasuk areal yang miskin hara,

sehingga membutuhkan penambahan unsur hara yang dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan seluruh jenis pohon pakan beruang madu.

Selain itu, sifat tanah gambut juga berpengaruh terhadap proses penyerapan

unsur hara oleh pohon pakan beruang madu. Tanah gambut yang sangat asam

dapat mengganggu proses penyerapan unsur hara. Hal tersebut dikarenakan tanah

gambut merupakan tanah yang memiliki ion H+

yang tinggi, sehingga unsur hara

Page 13: 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN - repository.ipb.ac.id · 16 Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 17 Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae ... pada umumnya sangat

30

yang berupa ion negatif (anion) akan terikat dengan koloid tanah gambut (Endah

& Abidin 2002). Tingginya konsentrasi ion H+ mengakibatkan keanekaragaman

jenis pohon pakan beruang madu rendah. Hanya jenis tumbuhan yang adaptif

terhadap konsentrasi ion H+ yang tinggi saja yang dapat ditemukan pada kondisi

tanah tersebut. Dwijoseputro (1980) menyatakan bahwa indeks pH 3

menunjukkan bahwa konsentrasi ion H+

yang dimiliki tanah tersebut sebesar 10-3

.

Menurut Fitter & Hay (1991), tingginya konsentarasi ion H+ yang terdapat di

tanah sangat asam (pH 3) dapat bersifat toksik bagi spesies tumbuhan yang

mempunyai daya adaptif yang rendah.

Rekomendasi Pengelolaan

Pengalokasian areal konservasi PT. RAPP Estate Meranti sebagai salah satu

habitat beruang madu di Semenanjung Kampar perlu diapresiasi, namun perlu

juga diikuti dengan penerapan pengelolaan yang baik. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat membantu pihak PT. RAPP, khususnya Estate Meranti dalam

menentukan bentuk pengelolaan habitat beruang madu yang dapat dilakukan di

areal konservasi.

Rekomendasi pengelolaan habitat beruang madu yang dapat diberikan

kepada pihak pengelola sebagai pertimbangan dalam perencanaan bentuk

pengelolaan habitat beruang madu di areal konservasi PT. RAPP Estate Meranti

berdasarkan hasil penelitian ini antara lain:

1. Pemantauan ketersediaan pohon pakan beruang madu secara berkala

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terkini terkait dengan struktur

dan komposisi jenis pohon pakan beruang madu yang tersedia di areal

konservasi. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dijadwalkan setiap 6 bulan. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui perubahan kondisi habitat beruang madu dalam

waktu musim yang berbeda. Ketika musim kemarau mudah terjadi kebakaran

hutan, sehingga dikhawatirkan keberadaan pohon pakan beruang madu menjadi

berkurang. Dengan demikian, habitat beruang madu yang mengalami gangguan

akibat kebakaran hutan dapat segera dipulihkan dan ketersediaan pakannya

tetap terjamin.

2. Peningkatan pengamanan habitat beruang madu

Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah perambahan hutan serta kegiatan ilegal

lainnya yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas habitat beruang madu.

Meskipun kegiatan pengamanan areal konservasi telah dilakukan oleh pihak

pengelola, akan tetapi kegiatan ini perlu ditingkatkan. Pengamanan perlu

ditingkatkan pada lokasi-lokasi yang tidak selalu terpantau oleh staf

perusahaan. Hal ini dikarenakan pengamanan terlihat lebih terfokus pada lokasi

di sekitar jalan utama (access road). Selama penelitian dilakukan ditemukan

beberapa areal bekas perambahan, salah satunya di sekitar Sungai Kutup.

3. Pengayaan habitat beruang madu

Kegiatan ini dapat dilakukan di setiap lokasi yang terindikasi mengalami

perambahan. Selama penelitian dilakukan, dijumpai lokasi bekas perambahan

yang tidak produktif. Hal ini dikarenakan belum adanya upaya pengayaan