4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN - repository.ipb.ac.id 4... · Kualitas air di pemukiman penduduk...
Transcript of 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN - repository.ipb.ac.id 4... · Kualitas air di pemukiman penduduk...
31
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Ciamis
4.1.1 Geografi, Morfologi dan Klimatologi
Kabupaten Ciamis terletak di selatan Provinsi Jawa Barat. Secara geografis
Kabupaten ini terletak pada koordinat 108○20’ BT
sampai 108
○40’ BT dan
7○40’20”
LS sampai 7
○41’20” LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Ciamis adalah
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten
Kuningan, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, sebelah timur
berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Kota Banjar (Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011).
Selanjutnya Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis tersebut
diatas menyatakan bahwa luas wilayah Kabupaten Ciamis secara keseluruhan
mencapai 244.479 ha, 67.340 ha (27,54%) diantaranya merupakan wilayah laut
dengan garis pantai mencapai 91 km, dan 2.782,42 ha (1,14%) potensi lahan
dimanfaatkan untuk kegiatan di bidang perikanan budidaya yaitu kolam, empang
dan tambak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kegiatan perikanan telah
cukup berkembang di Kabupaten Ciamis.
Menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis (2011), kawasan
pesisir di Kabupaten Ciamis seperti Pangandaran, Kalipucang dan sekitarnya
merupakan suatu dataran rendah yang sangat luas dan didominasi oleh pantai
berpasir. Kawasan tersebut dapat dikembangkan sebagai aktivitas di wisata bahari
seperti menyelam, memancing, berperahu dan berselancar.
Bentuk dan tipe pantai di Kabupaten Ciamis dipengaruhi oleh angin, arus
dan gelombang. Kawasan Pangandaran relatif terlindung dari hempasan
gelombang (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). Kondisi ini
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap seperti tambat-labuh
kapal/perahu dan pendaratan hasil tangkapan.
Kabupaten Ciamis beriklim tropis yaitu matahari dapat menyinari wilayah
ini sepanjang tahun sehingga sangat mendukung aktivitas penduduk, salah satunya
adalah kegiatan perikanan tangkap. Sebagian besar wilayah Kabupaten Ciamis
32
menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, bertipe C (agak basah). Keadaan suhu
udara berkisar antara 200
C sampai dengan 300
C dan kelembaban udara berkisar
antara 80-90%. Keadaan curah hujan rata-rata sebesar 114 ml per bulan
sedangkan curah hujan tertinggi mencapai 227 ml per bulan dengan jumlah hari
hujan bervariasi antara 31 hari per tahun sampai 175 hari per tahun (Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011).
4.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis tercatat sebanyak 1.616.778 orang
dengan tingkat kepadatan rata-rata 619 orang/km2
tahun 2010 (Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Ciamis (2011) vide Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabuaten Ciamis (2011). Penduduk bergerak di bidang
usaha perikanan dan kelautan sebanyak 98.065 orang atau (6,40%) yang terdiri
atas pembudidaya ikan 91.154 orang (5,92%), nelayan di perikanan laut 4.860
orang (0,31%), nelayan di perairan umum 1.952 orang (0,12%), dan lainnya
(0,006%; bakul 62 orang dan pengolah ikan 37 orang) (Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011).
Tabel 10 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010
Tahun Jumlah penduduk (jiwa) Pertumbuhan (%)
2001 1.618.725,0 -
2002 1.604.132,0 -0,90
2003 1.448.445,0 -9,71
2004 1.454.365,0 0,41
2005 1.456.902,0 0,17
2006 1.457.146,0 0,02
2007 1.458.652,0 0,10
2008 1.539.165,0 5,52
2009 1.539.165,0 0,00
2010 1.616.778,0 5,04
Rata-rata 1.519.347,5 0,07
Kisaran pertumbuhan (%) -9,71 – 5,52 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011
Perkembangan penduduk di Kabupaten Ciamis cenderung mengalami
peningkatan selama periode tahun 2001-2010 (Tabel 10). Peningkatan jumlah
33
penduduk terjadi pada tahun 2004 dan berlanjut sampai tahun 2008 kemudian
stagnan di tahun 2009.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Ciamis mengalami peningkatan rata-
rata 0,07% per tahun dengan kisaran pertumbuhan antara -9,71% sampai 5,52%
selama periode 2001-2010. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun
2008, dengan nilai pertumbuhan 5,52%, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi
tahun 2003 dengan nilai pertumbuhan -9,71%.
Tingkat pendidikan penduduk merupakan salah satu indikator pembangunan
sumberdaya di suatu kawasan. Tingkat pendidikan di Kabupaten Ciamis telah
cukup lengkap mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. Persentase tingkat
pendidikan penduduk Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 Persentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut pendidikan
dan jenis kelamin di Kabupaten Ciamis tahun 2009
Pendidikan Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD 11,40 15,07
SD/Sederajat 52,50 52,04
SLTP/Sederajat 19,24 15,38
SMA/Sederajat 12,56 10,58
D1-PT 4,30 6,93
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Ciamis tahun 2010
Hasil indeks pembangunan manusia Kabupaten Ciamis pada Tabel 11
memperlihatkan bahwa tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk
Ciamis relatif rendah. Lebih 50% dari jumlah penduduk hanya menyelesaikan
Sekolah Dasar (SD). Penduduk yang melanjutkan ke perguruan tinggi memiliki
persentase terendah yaitu 4,30% untuk laki-laki dan 6,93% untuk perempuan.
Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Ciamis relatif beragam yaitu
pegawai pemerintah, TNI, Polri, pegawai swasta, nelayan, petani, tukang,
pedagang dan penyediaan layanan jasa (BPS, 2010). Keragaman mata pencaharian
penduduk ini menandakan bahwa lapangan pekerjaan di Kabupaten Ciamis cukup
luas.
34
4.1.3 Sarana dan prasarana umum
Keberadaan sarana dan prasarana umum sangat menunjang kelancaran
berbagai aktivitas di suatu kawasan. Sarana dan prasarana tidak hanya
mempermudah menjalankan berbagai aktivitas, tetapi juga mempercepat proses
dan menghemat waktu pelaksanaan. Sarana dan prasarana umum yang terdapat di
Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut :
1) Transportasi
Sarana transportasi yang terdapat di Kabupaten Ciamis adalah transportasi
darat, udara dan sungai. Salah satu prasarana transportasi darat adalah jalan.
Panjang jalan di seluruh wilayah Kabupaten Ciamis adalah 4.809,54 km dengan
rincian yaitu jalan nasional 106,58 km (2,2%), jalan provinsi 109,99 km (2,3%),
jalan kabupaten 772,30 km (16,1%), dan jalan desa 3.820,67 km (79,4%). Jalan-
jalan tersebut dalam kondisi baik dan telah di aspal kecuali di beberapa lokasi
tertentu. Jalan kondisi baik 4.324,11 km (89,9%), kondisi sedang 130,95 km
(2,7%), kondisi rusak 197,39 km (4,1%), dan kondisi rusak berat 157,09 km
(3,3%) (BPS, 2010).
Kawasan pesisir Kabupaten Ciamis seperti Kecamatan Pangandaran
aksesnya relatif mudah melewati jalan darat seperti dari Cirebon, Bandung, dan
Tasikmalaya. Jarak tempuh dari Cirebon ke Pangandaran adalah 291 km dengan
rute perjalanan adalah Cirebon-Kuningan-Panawangan-Kawali-Ciamis-Banjar-
Banjarsari-Pangandaran. Jarak tempuh dari Bandung ke Pangandaran adalah 223
km dengan rute perjalanan adalah Bandung-Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar-
Banjarsari-Pangandaran. Jarak tempuh dari Tasikmalaya adalah 108 km dengan
rute perjalanan yang ditempuh adalah Tasikmalaya-Cikatomas-Cipatujah-
Pangandaran (MyPangandaran.com, 2010). Kondisi jalan pada jalur-jalur
tesebut relatif baik dan sebagian besar permukaan jalan telah diaspal.
Sarana transportasi sungai yang digunakan adalah kapal/perahu.
Kapal/perahu tidak hanya digunakan sebagai armada penangkapan ikan, tetapi
juga untuk aktivitas wisata di laut/sungai. Pemilik perahu menyewakan
perahunya kepada wisatawan menyusuri aliran sungai Cijulang yang mempunyai
pemandangan yang indah. Nelayan-nelayan di Pangandaran juga melakukan hal
35
yang sama. Mereka menyewakan perahunya menuju Cagar Alam Pananjung dan
melakukan atraksi penangkapan ikan bersama wisatawan.
Untuk transportasi udara, telah dibangun Bandar udara khusus komersil
di Nusawiru, Cijulang 26 km dari Pangandaran yang dapat didarati pesawat jenis
CN 250 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011). Dengan
adanya Bandar udara ini memungkinkan bagi nelayan untuk mendistribusikan
hasil tangkapannya keluar daerah maupun untuk tujuan ekspor.
2) Telekomunikasi
Keberadaan telekomunikasi sangat penting dalam menunjang kegiatan
perekonomian di Kabupaten Ciamis dalam era globalisasi saat ini. Kabupaten
Ciamis merupakan suatu wilayah yang mempunyai potensi yang cukup besar
dalam bidang perikanan dan kelautan serta pariwisata. Keberadaan media
komunikasi memberikan peranan yang cukup besar dalam menerima dan
menyebarkan informasi dari dan ke wilayah Kabupaten Ciamis.
Hasil pengamatan penulis memperlihatkan bahwa sarana komunikasi yang
dapat diakses masyarakat adalah jasa pos untuk surat menyurat, telepon umum,
komunikasi seluler dan internet. Sarana komunikasi tersebut mudah diakses oleh
masyarakat dan merupakan media yang efektif dalam mempromosikan pariwisata.
3) Listrik dan Air
Hasil pengamatan di lapang memperlihatkan bahwa layanan listrik sudah
menjangkau hampir ke seluruh kawasan di Kabupaten Ciamis khususnya di
Pangandaran. Pelayanan listrik ini telah tersedia di lokasi PPI Pangandaran lama
maupun di lokasi baru, pemukiman penduduk, sarana ibadah, sarana pendidikan,
dan dunia usaha.
Menurut BPS (2010), kebutuhan listrik rumah tangga dan dunia usaha di
Kabupaten Ciamis sebesar 160.466.185 KWH, sedangkan suplai total listrik PT
PLN sebesar 300.000.000 KWH. Hal ini memperlihatkan bahwa pasokan listrik
yang disediakan oleh PT PLN belum termanfaatkan secara optimal di Kabupaten
Ciamis.
Kebutuhan air masyarakat berasal dari mata air, sumur dan PDAM Tirta
Galuh. Sumber air untuk kebutuhan MCK dan operasional PPI Pangandaran
36
berasal dari sumur yang terdapat di areal PPI (pengamatan penulis). Kualitas air di
pemukiman penduduk seperti kandungan mineral ataupun bakteri yang terdapat di
dalam air tersebut belum diketahui, tetapi umumnya sangat jernih. Masyarakat
menggunakan air tersebut untuk mencuci dan memasak.
4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Kabupaten Ciamis
Kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis secara umum berskala
kecil. Skala usaha penangkapan ikan yang masih sederhana, sehingga upaya
peningkatan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis terhambat oleh
pemanfaatan potensi sumberdaya ikan belum optimal.
Keterbatasan dalam pemanfaatan teknologi juga merupakan kendala dalam
peningkatan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Ciamis. Teknologi
penangkapan ikan yang digunakan relatif sederhana dan daya jelajah armada
penangkapan terbatas jangkauannya.
4.2.1 Unit penangkapan ikan
Keberhasilan operasional penangkapan ikan ditentukan oleh unit
penangkapan ikan terdiri atas nelayan, alat tangkap, dan armada penangkapan
ikan. Ketiga komponen dalam unit penangkapan ikan tersebut mempunyai
hubungan yang saling terkait satu sama lain.
1) Nelayan
Nelayan merupakan pelaku utama kegiatan penangkapan ikan. Berdasarkan
waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan penangkapan ikan, Direktorat
Jenderal Perikanan Tangkap (2011) mengklasifikasikan nelayan sebagai berikut:
(1) Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan
untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan atau binatang air
lainnya atau tanaman air.
(2) Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang selain sebagian besar waktu
kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan atau
binatang air lainnya atau tanaman air, juga mempunyai pekerjaan lain,
tetapi waktu kerja sebagai nelayan lebih banyak dibandingkan
pekerjaan lainnya.
37
(3) Nelayan sambilan yaitu nelayan yang sebagian besar waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan atau binatang air
lainnya atau tanaman air. Disamping melakukan pekerjaan
penangkapan ikan, nelayan kategori ini juga mempunyai pekerjaan lain.
Lama waktu bekerja sebagai nelayan lebih sedikit dibandingkan
pekerjaan yang lain.
Tabel 12 Jumlah nelayan menurut kecamatan dan desa di Kabupaten Ciamis
tahun 2010
Kecamatan Desa Jumlah Nelayan (orang)
1. Kalipucang Majingklak 202
Bagolo 166
Subjumlah 368
2. Pangandaran Babakan 383
Pangandaran 518
Pananjung 1.034
Subjumlah 1.935
3. Parigi Kr.Kaladri 690
Subjumlah 690
4. Cijulang Batukaras 427
Cijulang 127
Subjumlah 554
5. Cimerak Masawah 106
Legokjawa 96
Kertamukti 77
Subjumlah 279
Jumlah 3.826 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011
Nelayan Kabupaten Ciamis termasuk kedalam nelayan dengan skala usaha
kecil berdasarkan ciri-ciri yang dijelaskan oleh Smith (1983) vide Azzam (2009).
Nelayan tersebut melakukan aktivitas penangkapan ikan secara sederhana yaitu
menggunakan perahu motor tempel tanpa dilengkapi alat bantu yang akan
memudahkan aktivitas penangkapan ikan seperti fish finder atau Global
Positioning System (GPS). Keahlian dalam menangkap ikan diperoleh melalui
38
pengalaman melaut bersama nelayan lain. Penangkapan ikan biasanya dilakukan
dalam satu hari atau one day fishing.
Melalui Tabel 12 diketahui bahwa jumlah nelayan yang terdapat Kabupaten
Ciamis pada tahun 2010 adalah 3.826 orang. Kecamatan Pangandaran merupakan
kecamatan yang paling banyak nelayannya yaitu 1.935 orang (50,6%) tersebar di
tiga desa yaitu Babakan, Pangandaran dan Pananjung. Kecamatan Cimerak paling
sedikit terdapat nelayan yaitu 279 orang (7,3%). Perkembangan dan pertumbuhan
nelayan di Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 13 dan Gambar 2.
Tabel 13 Jumlah nelayan di Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010
Tahun Jumlah Nelayan Pertumbuhan (%)
2001 3.531 -
2002 3.876 9,77
2003 4.598 18,63
2004 4.709 2,41
2005 4.709 0,00
2006 4.619 -1,91
2007 4.619 0,00
2008 4.860 5,22
2009 4.860 0,00
2010 3.826 -21,28
Rata-rata pertumbuhan (%) 1,28
Kisaran pertumbuhan (%) -21,28 – 18, 63 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali)
Pertumbuhan nelayan di Kabupaten Ciamis selama periode 2001-2010
mengalami peningkatan sebesar rata-rata 1,28% per tahun, tetapi dengan kisaran
pertumbuhan yang besar yaitu antara -21,28% sampai 18,63%. Besarnya nilai
kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan nelayan selama periode tersebut
tidak stabil, walaupun secara rata-rata memperlihatkan peningkatan. Kurva
perkembangan nelayan Pangandaran selama periode 2001-2010 disajikan pada
Gambar 3.
39
Gambar 3 Kurva perkembangan jumlah nelayan Kabupaten Ciamis
tahun 2001-2010
Kurva perkembangan nelayan Kabupaten Ciamis cenderung mengalami
peningkatan selama periode 2001-2006, kemudian menurun pada periode 2007-
2010. Peningkatan jumlah nelayan diduga terjadi karena untuk menjadi nelayan
tidak membutuhkan persyaratan dan keahlian khusus, sedangkan penurunan
jumlah nelayan diduga terjadi karena adanya tsunami pada tahun 2006 yang
membuat sebagian nelayan tidak ingin melaut.
2) Alat Tangkap
Alat tangkap merupakan salah satu komponen dalam unit penangkapan
ikan, yang mementukan keberhasilan operasi penangkapan ikan. Dinas Kelautan
dan Perikanan Kabupaten Ciamis (2011), mencatat bahwa terdapat enam jenis alat
tangkap yang dioperasikan nelayan di Kabupaten Ciamis yaitu Dogol, Jaring
Arad, Gillnet, Tramell net, Bagan dan Pancing rawai.
Keenam jenis alat tangkap tersebut di atas tersebar secara tidak merata di
kecamata-kecamatan yang berada di kawasan pesisir yaitu Kecamatan
Kalipucang, Pangandaran, Cijulang, Parigi, dan Cimerak. Pangandaran
merupakan Kecamatan dengan jumlah alat tangkap terbanyak dibandingkan
kecamatan lainnya. Jumlah dan perkembangan alat tangkap yang dioperasikan
nelayan di Kabupaten Ciamis disajikan pada Tabel 14.
y = -49,773x2 + 199702x - 2E+08 R² = 0,7802
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jum
lah
(o
ran
g)
Tahun
40
Tabel 14 Jumlah alat tangkap menurut jenis dan kecamatan di Kabupaten
Ciamis tahun 2010
Kecamatan Jenis Alat Tangkap Jumlah
Pukat Kantong Jaring Insang Bagan Pancing
rawai Dogol Jaring
Arad
Gillnet Tramell
net
1. Kalipucang - - 202 - - 60 262
2. Pangandaran 193 15 1.221 147 20 201 1.797
3 . Parigi 8 1 374 121 - 9 513
4. Cijulang - 11 380 35 - 96 522
5. Cimerak - - 218 - - 103 321
Jumlah 201 27 2.395 303 20 469 3.415 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011
Terdapat sebanyak 3.415 unit alat tangkap di Kabupaten Ciamis pada tahun
2010. Alat tangkap yang paling banyak digunakan nelayan di Kabupaten Ciamis
adalah Gillnet sebanyak 2.395 unit (70%). Alat tangkap Gillnet terdapat di setiap
kecamatan di Kabupaten Ciamis dan paling banyak terdapat di Kecamatan
Pangandaran yaitu 1.221 unit (51%). Alat tangkap terbanyak kedua adalah
Pancing rawai yaitu 469 unit( 14%). Selanjutnya alat tangkap Trammel net
(8,9%), Jaring Arad (0,8%), Dogol (5,8%) dan Bagan (0,5%). Alat tangkap
Bagan hanya terdapat di Kecamatan Pangandaran.
Tabel 15 Jumlah dan perkembangan jenis alat tangkap Kabupaten Ciamis
tahun 2001-2010
Tahun Jenis alat tangkap Jumlah
(Unit)
Pertumbuhan
(%) Jaring
Arad
Gillnet Pancing
Rawai
Dogol Bagan Tramell
net
2001 31 1.686 551 195 - 661 3.124 -
2002 31 1.686 551 195 13 661 3.137 0,42
2003 53 1.309 253 141 36 203 1.995 -36,40
2004 22 1.359 242 158 36 219 2.036 2,06
2005 22 1.359 242 160 36 219 2.038 0,10
2006 32 926 153 97 16 144 1.368 -32,88
2007 43 2.806 205 110 20 276 3.460 152,92
2008 27 2.395 469 201 20 303 3.415 -1,30
2009 27 2.395 469 201 20 303 3.415 0,00
2010 27 2.395 469 201 20 303 3.415 0,00
Rata-rata pertumbuhan (%) 8.45
Kisaran pertumbuhan (%) -36,88 – 152,92 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali)
41
Pertumbuhan alat tangkap di Kabupaten Ciamis selama periode 2001-2010
mengalami peningkatan sebesar rata-rata 8,49%, tetapi dengan kisaran
pertumbuhan yang besar yaitu antara -36,88% sampai 152,92%. Besarnya nilai
kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan alat tangkap selama periode tersebut
tidak stabil, walaupun secara rata-rata memperlihatkan peningkatan. Kurva
perkembangan alat tangkap di Kabupaten Ciamis disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4 Kurva Perkembangan alat tangkap di Kabupaten Ciamis
tahun 2001- 2010
Kurva kecenderungan perkembangan alat tangkap di Kabupaten Ciamis di
atas mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah alat tangkap ini terjadi karena
Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis memberikan bantuan kepada nelayan
berupa alat tangkap Gillnet pada tahun 2007 kepada nelayan sebagai pengganti
alat tangkap nelayan yang hilang dan rusak tersapu bencana tsunami. Menurut
Fauzy (2009) pemberian bantuan ini dilakukan untuk menstabilkan kembali
kondisi perikanan tangkap di kabupaten Ciamis pasca bencana tsunami.
3) Armada Penangkapan Ikan
Armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis dikelompokkan menjadi
tiga yaitu kapal motor, perahu motor tempel, dan perahu tanpa motor. Kapal
motor adalah jenis armada yang paling sedikit dan hanya terdapat di Pangandaran.
y = 63,799x2 - 255806x + 3E+08 R² = 0,5095
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jum
lah
(u
nit
)
Tahun
42
Perahu motor tempel merupakan jenis armada yang paling dominan digunakan
oleh nelayan.
Perahu motor tempel yang digunakan nelayan pada umumnya terbuat dari
bahan fibreglass dengan dimensi panjang total (LOA) 7,0-11,5 meter, lebar (B)
0,8-1,2 meter, dan dalam (D) 0,7-1,5 meter serta kekuatan mesin 7 PK. Armada
penangkapan ikan yang beroperasi di Kabupaten Ciamis 1.897 unit.
Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis tahun
2001-2010 disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16 Perkembangan armada penangkapan ikan Kabupaten Ciamis
tahun 2001-2010
Tahun Jenis Armada Jumlah
(Unit)
Pertumbuhan
(%) Kapal
Motor
Perahu Motor
Tempel
Perahu Tanpa
Motor
2001 4 1.142 38 1.184 -
2002 4 1.244 38 1.286 8,61
2003 4 1.510 30 1.544 20,06
2004 4 1.548 122 1.674 8,42
2005 4 1.548 122 1.674 0,00
2006 4 962 114 1.080 -35,48
2007 4 2.071 114 2.189 102,69
2008 4 1.863 33 1.900 -13,20
2009 4 1.863 33 1.900 0,00
2010 1 1.863 33 1.897 -0,16
Rata-rata pertumbuhan (%) 9,09
Kisaran pertumbuhan (%) -35,48- 102,69 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011 (diolah kembali)
Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis mengalami
peningkatan sebesar 9,09% per tahun selama periode 2001-2010. Kisaran
pertumbuhan antara -35,48% sampai 102,69%. Pertumbuhan armada tertinggi
terjadi pada tahun 2007 dengan nilai pertumbuhan 102,69%. Pertumbuhan armada
terendah terjadi pada tahun 2006 dengan nilai pertumbuhan -35,48%.
Pertumbuhan armada yang rendah pada tahun 2006 disebabkan oleh bencana
tsunami yang melanda wilayah Pangandaran dan sekitarnya. Bencana tsunami
yang melanda Pangandaran dan sekitarnya merusak berbagai infrastruktur dan
43
menghanyutkan kapal/perahu nelayan. Perkembangan armada penangkapan ikan
disajikan pada Gambar 5.
Gambar 5 Kurva Perkembangan jumlah armada penangkapan ikan
Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010
Kurva perkembangan jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten
Ciamis cenderung mengalami peningkatan selama periode 2001-2010.
Peningkatan jumlah armada yang sangat signifikan terjadi tahun 2007. Hal ini
karena adanya bantuan perahu dari Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis sebagai
pengganti perahu nelayan yang hilang dan rusak akibat bencana tsunami.
4.2.2 Produksi dan nilai produksi hasil tsangkapan Kabupaten Ciamis
Wilayah Kabupaten Ciamis termasuk dalam Wilayah Pengelolaan Perikanan
(WPP) 573. Wilayah pengelolaan (WPP) 573 memiliki potensi perikanan sebesar
491.700 ton/tahun (KEP.45/MEN/2011). Potensi sumberdaya perikanan tersebut
tidak menyebar merata untuk setiap daerah selatan Jawa. Tingkat eksploitasi ini
juga berbeda-beda sesuai dengan jumlah nelayan yang ada serta peralatan yang
dimiliki.
Kabupaten Ciamis mempunyai potensi sumberdaya ikan sebesar 7.492,27
ton/tahun. Potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena alat
penangkapan ikan dan armada yang digunakan masih sederhana dan tidak
dilengkapi dengan alat bantu yang dapat mempermudah mendapatkan hasil
y = -4,5114x2 + 18177x - 2E+07 R² = 0,4813
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Jum
lah
(u
nit
)
Tahun
44
tangkapan. Produksi hasil tangkapan per jenis ikan di Kabupaten Ciamis disajikan
pada Tabel 17 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011).
Tabel 17 Produksi hasil tangkapan per jenis ikan di Kabupaten Ciamis
tahun 2010
Jenis Ikan Jumlah
(ton)
Jenis Ikan Jumlah
(ton)
1. Lobster/udang
karang 57,43 17. Manyung/Jahan
164,11
2. Udang jerbung 154,09 18. Jangilus/Layaran 119,40
3. Udang dogol 953,83 19. Tuna/Cakalang 117,18
4. Udang kerosok 434,90 20. Cucut 293,43
5. Udang jambu 120,15 21. Pari 200,06
6. Udang rebon 15,48 22. Cumi cumi 21,60
7. Udang lainya 31,31 23. Tiga waja 213,80
8. Kakap putih 464,07 24. Kembung 113,31
9. Kakap merah 565,28 25. Rajungan 196,96
10. Bawal putih 190,48 26. Kacangan 7,67
11. Bawal hitam 71,65 27. Petek 87,28
12. Tenggiri 265,22 28. Bloso 2,32
13. Tongkol 158,30 29. Remang/Songot 176,30
14. Kerapu 227,39 30. Golok golok 677,88
15. Ikan kuwe 524,89
31. Binatang lunak
lainnya 5.725,08
16. Layur 763,57 32. Ikan rucah -
Jumlah 13.114,42 ton Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2011
Jenis ikan yang dominan tertangkap di perairan Kabupaten Ciamis adalah
jenis udang yaitu udang dogol, udang jerbung, udang krosok, udang jambu, udang
rebon dan jenis udang lainya. Produksi hasil tangkapan terbesar adalah binatang
lunak, sedangkan beloso mempunyai jumlah produksi terendah di Kabupaten
Ciamis.
Sumberdaya ikan tidak tersebar merata di seluruh wilayah Kabupaten
Ciamis.Hal ini tentunya berpengaruh pada jumlah produksi masing-masing
kecamatan di Kabupaten Ciamis.Perkembangan produksi dan nilai produksi hasil
tangkapan di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Tabel 18.
45
Tabel 18 Produksi dan nilai produksi perikanan tangkap Kabupaten Ciamis
tahun 2001-2010
Tahun Produksi
(ton)
Nilai Produksi
(Rp x 106)
Pertumbuhan
Produksi
(%)
Pertumbuhan
Nilai Produksi
(%)
2001 2.529,80 20.814 - -
2002 2.168,20 17.858 -14,29 -14,20
2003 2.599,60 21.590 19,90 20,90
2004 1.871,00 16.707 -28,03 -22,62
2005 1.205,68 11.933 -35,56 -28,57
2006 1.605,62 16.664 33,17 39,65
2007 1.665,52 21.508 3,73 29,07
2008 1.997,11 29.455 19,91 36,95
2009 1.231,88 19.125 -38,32 -35,07
2010 441,77 7.415 -64,14 -61,23
Rata-rata pertumbuhan (%) -10,36 -3,51
Kisaran pertumbuhan (%) -64,14 - 33,17 -61,32 - 39,65
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis 2010
Pertumbuhan produksi di Kabupaten Ciamis tahun 2001-2010 mengalami
penurunan sebesar rata-rata -13,53% dengan kisaran pertumbuhan -64,14%
sampai 33,17% per tahun. Pertumbuhan produksi tertinggi terjadi pada tahun
2006, dimana nilai pertumbuhan produksi sebesar 33,17%. Pertumbuhan produksi
terendah terjadi pada tahun 2010, dengan persentase pertumbuhan produksi
sebesar -64,14% atau terjadi penurunan produksi lebih dari separuh dari produksi
tahun sebelumnya. Besarnya nilai kisaran memperlihatkan bahwa pertumbuhan
produksi selama periode tersebut tidak stabil, dan secara rata-rata memperlihatkan
penurunan.
Pertumbuhan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis dari tahun
ke tahun mengalami penurunan sebesar rata-rata -3,85%, tetapi dengan kisaran
pertumbuhan yang besar yaitu -61,32% sampai 39,65% per tahun. Pertumbuhan
nilai produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006 dengan pertumbuh-an nilai
produksi sebesar 39,65%. Pertumbuhan nilai produksi terendah terjadi pada tahun
2010 dengan pertumbuhan nilai produksi sebesar -61,32%. Besarnya nilai kisaran
memperlihatkan bahwa pertumbuhan nilai produksi selama periode tersebut tidak
stabil, dan secara rata-rata memperlihatkan penurunan. Kurva perkembangan
46
produksi dan nilai produksi di Kabupaten Ciamis dapat dilihat pada Gambar 6 dan
7.
Gambar 6 Kurva Perkembangan produksi hasil tangkapan Kabupaten Ciamis
tahun 2001-2010
Perkembangan produksi di Kabupaten Ciamis kecenderungannya
mengalami penurunan. Penurunan produksi yang cukup signifikan terjadi pada
tahun 2004-2005. Penurunan produksi di Kabupaten Ciamis diduga disebabkan
oleh ketidakakuratan dalam pendataan. Hal ini terjadi karena nelayan tidak
melakukan penjualan hasil tangkapan di TPI, namun dilakukan di atas perahu
nelayan. Penjualan hasil tangkapan di atas perahu nelayan tersebut tidak terdata
oleh petugas TPI.
Gambar 7 Kurva perkembangan nilai produksi Kabupaten Ciamis
tahun 2001-2010
y = -6,9011x2 + 27507x - 3E+07 R² = 0,644
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Pro
du
ksi (
ton
)
Tahun
y = 6E+36e-0,037x R² = 0,0897
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Nila
i Pro
du
ksi (
RP
x1.0
00
.00
0)
Tahun
47
Perkembangan nilai produksi hasil tangkapan di Kabupaten Ciamis
kecenderungannya mengalami penurunan. Penurunan nilai produksi ikan terjadi
tahun 2004-2005 dan 2009-2010, kemudian mengalami peningkatan tahun 2005-
2008. Penurunan niai produksi terjadi karena produksi ikan di Kabupaten Ciamis
mengalami penurunan. Nilai produksi ikan tahun 2010 merupakan nilai produksi
terendah selama periode tahun 2001-2010.
4.2.3 Musim dan daerah penangkapan ikan
Kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Ciamis terbagi dalam dua musim
yaitu musim puncak dan musim paceklik. Musim puncak terjadi pada musim
timur yaitu bulan Mei-Oktober, sedangkan musim paceklik terjadi pada musim
barat yaitu bulan November-April. Musim timur cirinya laut tidak berombak
besar, perairan dalam keadaan tenang, operasi penangkapan tidak terkendala
masalah cuaca. Musim barat cirinya berkebalikan dengan musim timur yaitu
ombak laut sedang besar operasi penangkapan sering mengalami kendala pada
musim barat (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ciamis, 2011).
Daerah penangkapan ikan berada di perairan Teluk Pananjung, Teluk Parigi,
Karapyak, Perairan Nusakambangan, dan Perairan Cilacap. Lokasi daerah
penangkapan ikan sekitar 1-5 mil dari pantai. Nelayan mengetahui daerah
penangkapan ikan karena pengalaman melaut, informasi dari nelayan lain dan
kondisi dari perairan itu sendiri seperti adanya tanda-tanda buih-buih di
permukaan atau adanya gerombolan burung yang menukik di permukaan laut.