4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan...

85
SISTEM POLITIK 1. Pengertian Politik Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan , khususnya dalam negara . Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik . Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusiona l maupun nonkonstitusional . Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles) politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik . Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik , legitimasi , sistem politik , perilaku politik , partisipasi politik , proses politik , dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik . PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1

Transcript of 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan...

Page 1: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

SISTEM POLITIK

1. Pengertian Politik

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang

antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini

merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik

yang dikenal dalam ilmu politik.

Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusiona l maupun

nonkonstitusional.

Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama

(teori klasik Aristoteles)

politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara

politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan

kekuasaan di masyarakat

politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan

publik.

Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan

politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik, dan juga

tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.

2. Teori politik

Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana

mencapai tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain

adalah filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan,

legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.

Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia

antara lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme,

fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 1

Page 2: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi,

totaliterisme, oligarki dsb.

Lembaga politik

Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga merupakan suatu

kebiasaan atau perilaku yang terpola. Perkawinan adalah lembaga sosial, baik yang diakui oleh

negara lewat KUA atau Catatan Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja

tanpa pengakuan negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang

terpola dengan memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu

demi pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik

adalah perilaku politik yang terpola dalam bidang politik.

Pemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu

dan kemudian menjalankan fungsi tertentu (sering sebagai pemimpin dalam suatu

bidang/masyarakat tertentu) adalah lembaga demokrasi. Bukan lembaga pemilihan umumnya

(atau sekarang KPU-nya) melainkan seluruh perilaku yang terpola dalam kita mencari dan

menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin ataupun wakil kita untuk duduk di parlemen.

Persoalan utama dalam negara yang tengah melalui proses transisi menuju demokrasi

seperti indonesia saat ini adalah pelembagaan demokrasi. Yaitu bagaimana menjadikan perilaku

pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang banyak bisa berjalan sesuai dengan norma-

norma demokrasi, umumnya yang harus diatasi adalah merobah lembaga feodalistik (perilaku

yang terpola secara feodal, bahwa ada kedudukan pasti bagi orang-orang berdasarkan kelahiran

atau profesi sebagai bangsawan politik dan yang lain sebagai rakyat biasa) menjadi lembaga

yang terbuka dan mencerminkan keinginan orang banyak untuk mendapatkan kesejahteraan.

Untuk melembagakan demokrasi diperlukan hukum dan perundang-undangan dan

perangkat struktural yang akan terus mendorong terpolanya perilaku demokratis sampai bisa

menjadi pandangan hidup. Karena diyakini bahwa dengan demikian kesejahteraan yang

sesungguhnya baru bisa dicapai, saat tiap individu terlindungi hak-haknya bahkan dibantu oleh

negara untuk bisa teraktualisasikan, saat tiap individu berhubungan dengan individu lain sesuai

dengan norma dan hukum yang berlaku.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 2

Page 3: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Hubungan Internasional

Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional adalah hubungan antar negara, namun

dalam perkembangan konsep ini bergeser untuk mencakup semua interaksi yang berlangsung

lintas batas negara. Dalam bentuk klasiknya hubungan internasional diperankan hanya oleh para

diplomat (dan mata-mata) selain tentara dalam medan peperangan. Sedangkan dalam konsep

baru hubungan internasional, berbagai organisasi internasional, perusahaan, organisasi nirlaba,

bahkan perorangan bisa menjadi aktor yang berperan penting dalam politik internasional.

Peran perusahaan multinasional seperti Monsanto dalam WTO (World Trade

Organization/Organisasi Perdagangan Dunia) misalnya mungkin jauh lebih besar dari peran

Republik Indonesia. Transparancy International laporan indeks persepsi korupsi-nya di Indonesia

mempunyai pengaruh yang besar.

Persatuan Bangsa Bangsa atau PBB merupakan organisasi internasional terpenting,

karena hampir seluruh negara di dunia menjadi anggotanya. Dalam periode perang dingin PBB

harus mencerminkan realitas politik bipolar sehingga sering tidak bisa membuat keputusan

efektif, setelah berakhirnya perang dingin dan realitas politik cenderung menjadi unipolar dengan

Amerika Serikat sebagai kekuatan Hiper Power, PBB menjadi relatif lebih efektif untuk

melegitimasi suatu tindakan internasional sebagai tindakan multilateral dan bukan tindakan

unilateral atau sepihak. Upaya AS untuk mendapatkan dukungan atas inisiatifnya menyerbu Irak

dengan melibatkan PBB, merupakan bukti diperlukannya legitimasi multilateralisme yang

dilakukan lewat PBB.

Untuk mengatasi berbagai konflik bersenjata yang kerap meletus dengan cepat di

berbagai belahan dunia misalnya, saat ini sudah ada usulan untuk membuat pasukan perdamaian

dunia (peace keeping force) yang bersifat tetap dan berada di bawah komando PBB. Hal ini

diharapkan bisa mempercepat reaksi PBB dalam mengatasi berbagai konflik bersenjata. Saat

misalnya PBB telah memiliki semacam polisi tetap yang setiap saat bisa dikerahkan oleh

Sekertaris Jendral PBB untuk beroperasi di daerah operasi PBB. Polisi PBB ini yang menjadi

Civpol (Civilian Police/polisi sipil) pertama saat Timor Timur lepas dari Republik Indonesia.

Hubungan internasional telah bergeser jauh dari dunia eksklusif para diplomat dengan

segala protokol dan keteraturannya, ke arah kerumitan dengan kemungkinan setiap orang bisa

menjadi aktor dan mempengaruhi jalannya politik baik di tingkat global maupun lokal. Pada sisi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 3

Page 4: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

lain juga terlihat kemungkinan munculnya pemerintahan dunia dalam bentuk PBB, yang

mengarahkan pada keteraturan suatu negara (konfederasi?).

Masyarakat : adalah sekumpulan orang orang yang mendiami wilayah suatu negara.

Kekuasaan : Dalam teori politik menunjuk pada kemampuan untuk membuat orang lain

melakukan sesuatu yang tidak dikehendakinya. Max Weber menuliskan adanya tiga

sumber kekuasaan: pertama dari perundangundangan yakni kewenangan; kedua, dari

kekerasan seperti penguasaan senjata; ketiga, dari karisma.

Negara : negara merupakan suatu kawasan teritorial yang didalamnya terdapat sejumlah

penduduk yang mendiaminya, dan memiliki kedaulatan untuk menjalankan

pemerintahan, dan keberadaannya diakui oleh negara lain. ketentuan yang tersebut diatas

merupakan syarat berdirinya suatu negara menurut konferensi Montevideo pada tahun

1933

Tokoh dan pemikir ilmu politik, Pemikir-pemikir politik Mancanegara : Tokoh

tokoh pemikir Ilmu Politik dari kalangan teoris klasik, modern maupun kontempoter

antara lain adalah: Aristoteles, Adam Smith, Cicero, Friedrich Engels, Immanuel Kant,

John Locke, Karl Marx, Lenin, Martin Luther, Max Weber, Nicolo Machiavelli,

Rousseau, Samuel P Huntington, Thomas Hobbes, Antonio Gramsci, Harold Crouch,

Douglas E Ramage

Tokoh-tokoh politik Indonesia: Beberapa tokoh pemikir dan penulis materi Ilmu Politik

dan Hubungan Internasional dari Indonesia adalah: Miriam Budiharjo, Salim Said dan

Ramlan Surbakti.

Perilaku politik

Perilaku politik atau (Inggris:Politic Behaviour)adalah perilaku yang dilakukan oleh

insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan

politik.Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan

kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik

contohnya adalah:

Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 4

Page 5: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau

parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya

masyarakat

Ikut serta dalam pesta politik

Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas

Berhak untuk menjadi pimpinan politik

Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna

melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan

perundangan hukum yang berlaku

3. INDIKATOR SISTEM POLITIK DEMOKRATIS

Pada saat ini konon bangsa kita sedang menghadapi reformasi yang kebablasan, sehingga

banyak masyarakat yang mengeluh kapan masa transisi rejim lama kepada rejim yang lebih

demokratis berakhir.

Sambil menunggu berlalunya masa transisi tersebut, ada baiknya kita menengok sejenak

indikator-indikator mana yang dapat menuntun kita ke arah demokrasi.

Sistem demokrasi dapat diukur antara lain dari peranan partai politik dan standar

penampilan politiknya. Apa yang dimaksud dengan penampilan politik itu? Ada tiga standar

penampilan yakni partisipasi warga negara dalam pemilihan, stabilitas pemerintahan dan

terjaminnya tata tertib masyarakat.

Partisipasi warga dalam pemilihan

Partisipasi warga negara dalam pemilihan kompetitif adalah sifat khusus yang

membedakan politik demokratis dari politik nondemokratis. Partisipasi penuh dari warga negara

bukan hanya memperkuat legitimasi sistem politik demokratis tapi juga membantu mencegah

terjadinya kekerasan politik dan munyalurkannya ke dalam kompetisi regular. Beberapa faktor

partisipasi pemilihan antara lain:

Banyaknya partisipasi.

Banyaknya peserta pemilu hanya salah satu bentuk partisipasi dalam proses politik.

Partisipasi dalam sistem demokratis dapat pula dilakukan dalam format lain seperti

diskusi isu-isu yang sedang hangat, mobilisasi massa dalam kampanye, usaha kolektif

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 5

Page 6: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

untuk mempengaruhi kebijaksanaan pemerintah, serta komunikasi dengan pejabat

pemerintah. Aneka bentuk partisipasi manyebabkan jumlah partisipan dalam pemilihan

bukan satu-satunya indikator tinggi-rendahnya partisipasi politik. Itulah sababnya peserta

pemilu rendah di AS, Swiss, Turki dan Jamaica.

Makna Pemilihan.

Pemilihan menjadi berarti jika ia mengubah pemerintahan berdasarkan ketentuan bahwa

partai pemenang menggantikan partai yang dikalahkan dalam pemiliham seperti di Amerika.

Namun demikian bukan berarti bahwa tidak adanya perubahan pemerintahan adalah cermin dari

keadaan tidak demokratis. Bisa jadi partai tertentu seperti LDP di Jepang terus-menerus

memerintah. Hal ini bisa terjadi karena kepercayaan terhadap LDP sangat tinggi, sehingga

terpilihnya partai lain justru menumbuhkan keraguan di pihak massa pemilih.

Stabilitas dan Efektifitas Pemerintahan .

Stabilitas pemerintahan parlementer diukur dari apakah ada perubahan komposisi partai

politik di kabinet dan juga Perdana Menteri tidak berhenti secara paksa. Stabilitas pemerintahan

presidensiil diukur dari kelangsungan presiden sekalipun kabinet mengalami perubahan. Akhir

sebuah pemerintahan adalah bila terjadi pemilihan, atau masuk atau keluarnya sebuah partai dari

kabinet, intervensi militer.

Efektifitas sistem parlementer lebih mudah diukur daripada sistem presidensiil. Dalam

sistem parlementer, selama mayoritas parlemen tetap dikuasai kabinet maka pemerintahan

tersebut stabil. Ditinjau dari ukuran ini maka AS tidak tergolong ke dalam pemerintahan yang

efektif. Karena Konggres dikuasai partai lawan dalam jangka waktu lama.

Pemeliharaan Tatanan Politik:

Dalam rejim-rejim non demokratis sedikit sekali kesempatan untuk mengoreksi

pemerintahan. Kritik dibatasi dalam bentuk petisi atau hanya boleh dilakukan oleh kalangan elit

tertentu. Sementara itu konflik dan ketegangan politik cenderung ditekan semaksimal mungkin

hingga mencapai titik terendah. Jika perlu digunakan kekerasan untuk melancarkan penekanan

tersebut.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 6

Page 7: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Dalam sistem demokrasi koreksi, konflik dan perbedaan pendapat disalurkan melalui

lembaga pemilihan. Jadi melalui pemilihan koreksi terhadap pemerintah dapat dilakukan secara

resmi oleh setiap warga negara dewasa.

Ukuran kegagalan tatanan politik.

Kegagalan tatanan politik dapat diukur antara lain dari indikator kerusuhan (riots),

kematian (deaths) dan penundaaan peme-rintahan demokratis.

Kerusuhan adalah sejumlah besar warga negara beraksi di luar kontrol tanpa perencanaan

dan merusak barang-barang penduduk. Amerika dan India tergolong ke dalam ranking tertihggi

dalam hal kerusuhan. Kematian bisa terjadi akibat dari kerusuhan atau teroris berseniata. India

dan Philipina menduduki ranking teratas dalam hal kematian karena kekerasan politik.

Penundaan/penghapusan sistem demokrasi dapat terjadi karena intervensi militer atau

jika kegiatan politik dilarang oleh pemerintah atau pencabutan hak-hak sipil oleh rejim berkuasa.

Demokrasi berjalan dengan baik pada negara-negara yang penduduknya berukuran kecil,

dengan tingkat pembangunan ekonomi yang tinggi serta homogenitas etnis. Sebaliknya, negara-

negara besar lebih banyak diwarnai dengan kerusuhan dan kematian akibat dari kekerasan

politik. Negara dengan pertumbuhan ekonomi rendah serta miskin umumnya juga banyak terjadi

kekerasan dan kematian politik, tingkat partisipasinya rendah dan pemerintahannya tidak stabil.

Keterlibatan Warga Negara

Wajib memilih dan jumlah pencoblos negara-negara demokrasi yang menerapkan

kewajiban memilih bagi warganya disertai dengan sangsi hukuman antara lain adalah Australia,

Belgia, Belanda, Venezuela dan Costa Rica. Di negara-negara ini kewajiban mencoblos

mengakibatkan jumlah pencoblos jauh lebih tinggi dari negara-negara yang tidak mewajibkan

warga negaranya untuk mencoblos seperti Amerika misalnya. Sebaliknya Belanda yang berusaha

untuk menghapus ketentuan tersebut menderita penurunan jumlah pencoblos. Sementara

Uruguay dengan mengeluarkan ketentuan wajib memilih memperoleh hasil lebih banyak

pencoblos dari pada sebelumnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 7

Page 8: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Mobilisasi Partai

Di Eropa hubungan antara kelompok-kelompok di msyarakat dengan partai politik

mempengaruhi jumlah pencoblos dalam pemilihan. Misalnya, petani lebih percaya dengan

pemerintahan yang didominasi oleh partai "Rakyat". Sementara kalangan buruh lebih cenderung

memilih pemerintahan dari partai "sosialis". Sebaliknya di negara-negara lain partai tergantung

dari berbagai jenis dan lapisan masyarakat yang bersifat plural.

Konstitusi Dan Penampilan Politik.

Hubungan antara konstitusi dan penampilan politik terwujud dalam bentuk-bentuk sistem

pemerintahan seperti sistem prasidensial dan parlementer.

Sistem Presidensial

Ciri utamanya adalah presiden (top executive) dipilih untuk suatu periode tertentu dan

dilakukan melalui pemilihan langsung. Bentuk pemerintahan ini mumungkinkan stabilitas

eksekutif.

Jika eksekutif dipilih secara langsung maka ia memiliki basis pemilih sendiri sehingga

tidak tergantung pada badan legislatif. Dengan demikian presiden tidak mudah digulingkan oleh

parlemen yang mungkin saja menguasai mayoritas parlemen. Namun demikian pemisahan secara

tegas kekuasaan presiden (eksekutif) dengan kekuasaan legisistif sering menghalangi

pelaksanaan program pemerintah. Khususnya jika parlemen tidak setuju dengan program

pemerintah. Jika parlemen dikuasai oleh oposisi maka besar kemungkinan pemerintah akan

menjadi pamerintah minoritas. Situasi dimana partai menguasai hak eksekutif maupun legislatif

juga mungkin terjadi. Dalam keadaan seperti ini jelas bahwa eksekutif sangat dominan, dominasi

eksekutif bukan tanpa bahaya. Karena eksekutif dominan jika terancam kelangsungan

pemerintahannya dapat mengubah sistem demokrasi munjadi non demokrasi seperti di Philipina.

Sistem Parlementer

Sistem Parlementer cenderung lebih stabil dan efektif karena partai yang berkuasa di

cabang eksekutif dapat mengendalikan pemerintah serta kebijaksanaan Kabinet misalnya dapat

menggunakan kekuasaan pemerintah untuk memperkuat, posisi partai yang berkuasa.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 8

Page 9: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

4. Demokrasi

Semua negara mengakui bahwa Demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik.

Kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya system

politik demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini karena masih

memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. Negara yang tidak memegang demokrasi

disebut negara otoriter. Negara otoriterpun masih mengaku dirinya sebagai negara demokrasi. Ini

menunjukkan bahwa demokrasi itu penting dalam kehidupan bernegara dan pemerintahan.

Pengertian

Demokrasi dikenal dalam pengertian universal,. Konseptual dan kontekstual. Demokrasi

pengertian etimologis mengandung makna pengertian universal. Abraham Lincoln th 18673

memberikan pengertian demokrasi “ government of the people, by the people, and for the

people”.

Menurut etimologi/bahasa, demokrasi berasal dari bahasa yunani yaitu dari demos =

rakyat dan cratos atau cratein=pemerintahan atau kekuasaan. Demokrasi berarti pemerintahan

rakyat atau kekuasaan rakyat. Oleh karena itu dalam sistem demokrasi rakyat mendapat

kedudukan penting didasarkan adanya rakyat memegang kedaulatan.

Pelaksanaan demokrasi ini ada dua cara yaitu demokrasi langsung dan tidak langsung.

Demokrasi langsung, rakyat seluruhnya dikutsertakan dalam permusyawaratan untuk

menentukan kebijakan dan mengambil keputusan. Hal ini terjadi pada zaman yunani kuno (abad

ke 4 SM – abad ke 6 SM). Pada masa itu Yunani berupa negara kota (polis). Akan tetapi pada

masa itu ada pembatasan ikut dalam pemerintahan adalah anak, wanita dan budak. Akibat

perkembangan penduduk maka system demokrasi. Akibat perkembangan penduduk maka

demokrasi langsung sudah tidak memungkin lagi sehingga timbul cara kedua yaitu demokrasi

tidak langsung.

Demokrasai tidak langsung dilaksanakan melalui system perwakilan. Biasanya

dilaksanakan dengan cara pemilihan umum. Secara terminology . Demokrasi dari segi

terminology mengandung makna demokrasi konseptual. Demokrasi dilihat dari segi pemikiran

politik. Torres demokrasi dilihat dari tiga tradisi pemikiran politik. Clssical Aristotelian theory,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 9

Page 10: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

medieval theory dan contemporary doctrine. Torres melihat demokrasi dari segoi formal dan

substantive.

Formal menunjuk pada demokrasi dlm arti system pemerintahan. Substantive menunjuk

pada demokrasi dalam 4 bentuk.

(1) menitik beratkan pada perlindungan terhadap tirani.

(2) titik berat pada manusia mengembangkan kekuasaan dan kemampuan.

(3) melihat keseimbangan partisipasi masyarakat terhadap beban yang berat dan tuntutan

yang tidak dapat dipenuhi.

(4) bahwa tidak dapat mencapai partisipasi yang demokratis tanpa perubahan lebih dulu

dalam keseimbangan social dan kesadaran social. Perubahan social dan partisipasi

demokratis perlu dikembangkan secara bersamaan karena satu sama lain saling

ketergantungan.

Dari segi terminology dan konseptual ada beberapa pendapat : 1. Tradisi pemikiran

Aristotelian demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan; 2. Tradisi medieval theory

menerapkan roman law dan konsep popular souvregnty. 3. Contemporary doctrine dengan

konsep republik dipandang sebagai bentuk pemerintahan rakyat yang murni. 4. Harris Soche,

Demokrasi adalah pemerintahan rakyat karena itu kekuasaan melekat pada rakyat. 5..Henry B.

Mayo, system politik demokratis adalah menunjukkan kebijakan umum ditentukan atas dasar

mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat, dan didasarkan atas

kesamaan politik dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.

International Commision for Jurist, Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan untuk

membuat keputusan politik diseleng-garakan oleh wakil wakil yang dipilih dan

bertanggung jawab kepada mereka melalui pemilihan yang bebas.

C.F. Strong, Suatu system pemerintahan pada mayoritas anggota dewasa dari masyarakat

politik ikut serta atas dasar system perwakilan yang menjamin bahwa pemerin-tah akhirnya

mempertanggung jawabkan tindakan kepada mayoritas

Samuel Huntington, system politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan

kolektif yang paling kuat dalam system itu dipilih melalui pemilihan umum yang adil, jujur, dan

semua orang dewasa mempunyai hak yang sama memberikan suara.

Demokrasi secara kontekstual dilihat dari fakta kenyataan pemerintahan yang pernah dan

sedang terjadi. Indosnesia pada zaman pemerintahan Soekarno masa orde lama dengan konstitusi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 10

Page 11: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

RIS dan UUDS 50 dikenal demokrasi liberal, setelah kembali ke UUD 45 dikenal demokrasi

terpimpin. Era Soeharto dan orde baru diukenal demokrasi Pancasila, era reformasi sejak 1998

masih dikenal demokrasi Pancasila.

DEMOKRASI SEBAGAI BENTUK PEMERINTAHAN

Demokrasi pernah dipahami sebagai bentuk pemerintahan, akan tetapi perkembangannya

dipahami dalam pengertian luas, sebagai bentuk pemerintahan dan politik.

Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan.

Pada awalnya Plato mengemukakan 5 macam bentuk negara sesuai dengan sifat tertentu

dari jiwa manusia. Aristokrasi, pemerintahan dipegang oleh sekelompok kecil para cerdik pandai

berdasarkan keadilan. Kemerosotan dari aristokrasi ini menjadi Timokrasi. Timokrasi,.

Pemerintahan dijalankan untuk menda-patkan kekayaan untuk kepentingan sendiri. Oleh karena

kekayaan untuk kepentingan sendiri lalu jatuh dan dipegang olah kelopmpok hartawan. Sehingga

yang berhak memerintah adalah orang yang kaya saja timbullah oligarchi. Oligarchi,

pemerintahan dijalankan oleh sekelompok orang yang memegang kekayaan untuk kepentingan

pribadi.. Timbul kemelaratan umum. Banyak orang miskin. Tekanan penguasa semikin berat.

Rakyat semakin sengsara. Akhirnya rakyar sadar dan bersatu memegang pemerintahan.

Timbullah Demokrasi. Demokrasi. Pemerintahan secara demokrasi diutama-kan kemerdekaan

dan kebebasan. Oleh karena kebe-basan dan kemerdekaan ini terlalu diutamakan timbul

kesewenang-wenangan. Kemerdekaan dan kebebasan menjadi tidak terbatas. Lalu timbullah

prinsip Anarki. Anarchi, pemerintahan anarki seseorang dapat berbuat sesuka hatinya. Rakyat

tidak mau lagi diatur, karena ingin mengatur dan memerintah sendiri. Negara menjadi kacau.

Untuk itu perlu pemimpin yang keras dan kuat. Akhirnya timbullah Tirany. Tirany.

Pemerintahan dipegang oleh seorang saja dan tidak suka terdapat peresaingan. Semua orang

yang menjadi saingan disingkirkan dan diasingkan,. Pemerintahan ini tambah jauh dari keadilan.

Plato juga dalam perkembangan ajarannya tentang bentuk pemerintahan mengemukakan

lagi : Bentuk negara Ideal form (bentuk cita), yaitu negara dalam bentuk kesempurnaan.

1. Monarki. Bentuk pemerintahan dipegang oleh seorang sebagai pemimpin tertinggi

dijalankan untuk kepen-tingan orang banyak biasanya pada kerajaan.

2. Aristokrasi, Pemerintahan dipegang oleh orang yang pandai.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 11

Page 12: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

3. Demokrasi, Pemerintahan dipegang oleh rakyat.

The Corruption form (bentuk pemerosotan)

1. Bentuk Tirani, bentuk pemerosotan dari monarhci

2. Oligarchi, bentuk pemerosotan dari Aroistokrasi

3. Mobokrasi, pemerosotan dari demokrasi. Pemerintahan dipegang oleh rakyat yang tidak

tahu dan tidak menguasai pemerintahan, tidak terdidik. (the rule of the mob)

DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM POLITIK

Demokrasi dari system politik lebih luas dari bentuk pemerintahan.

Menurut Huntington, system politik dapat dibedakan dari system politik demokrasi dan non

demokrasi.

Sistem politik demokrasi, system pemerintahan dalam suatu negara yang menjalankan

prinsip demokrasi. Tidak sewenag-wenang. Kekuasaan tidak takterbatas. Mengutamakan

kepentingan umum dan keadilan. (contoh lihat penjelasan umum UUD 45 sebelum amandemen,

ada disebutkan 7 prinsip pemerintahan yang baik).

Sistem politik non demokrasi, politik otoriter, totaliter, dictator, rezim militer, rezim satu partai,

monarki absolut, dan system komunis.

DEMOKRASI SEBAGAI SIKAP HIDUP

Demokrasi ini dipahami sebagai sikap hidup dan pandang-an hidup yang demokratis.

Pemerintahan dan system politik tumbuh dan berkembang tidak datang dengan sendirinya.

Demokrasi membutuhkan usaha nyata dan perilaku demokratis untuk mendukung pemerintahan

dan system politik demokrasi. Perilaku didasarkan nilai-nilai demokrasi dan membentuk

budaya/kultur demokrasi baik dari warganegara maupun dari pejabat negara/pemerintah.

DEMOKRATISASI

Demokratisasi merupakan penerapan kaidah-kaidah atau prinsip demikrasi pada keguatan

sistem politik kenegaraan. Tujuasn untuk membentuk kehidupan politik bercirikan demokrasi.

Demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju system pemerintahan yang lebih

demokratis.

Tahapan demokrasi:

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 12

Page 13: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

1. pergantian dari penguasa non demokratis ke penguasa demokrasi

2. pembentikan lembaga dan tertib politik demokrasi;

3. konsolidasi demokrasi

4. praktik demokrasi sebagai budaya politik bernegara.

Ciri-ciri demokrasi.

1. berlangsung secara evolusioner;

2. perubahan secara persuasive bukan koersif; (musyawarah bukan paksaan atau kekerasan);

3. proses demokrasi tidak pernah selesai. Demokrasi suatu yang ideal tidak pernah tercapai.

Negara yang benar-benar demokrasi tidak ada. Bahkan negara yang menyatakan

negaranya demokrasi dapat jatuh menjadi otoriter.

Demokrasi di Indonesia

Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktikkan ide ten-tang demokrasi walau bukan

tingkat kenegaraan, masih tingkat desa. Disebut demokrasi desa.Contoh pelaksanaan demokrasi

desa pemilihan kepala desa dan rembug desa. Inilah demokrasi asli.

Demokrasi desa mempunyai 5 ciri. Rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan

protes bersama dan hak menyingkir dari kekuasaan raja absolute Mempergunakan pendekatan

kontekstual, demokrasi di Indonesia adalah demokrasi Pancasila.

Demokrasi Pancasila ini oleh karena Pancasila sebagai ideology negara, pandangan hidup

bangsa Indonesia, dasar negara Indonesia dan sebagai identitas nasional Indonesia. Sebagai

ideology nasional, Pancasila sebagai cita-cita ma-syarakat dan sebagai pedoman membuat

keputusan politik. Sebagai pemersatu masyarakat yang menjadi prosedur penyelesaian konflik.

Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila sbb:

1. Kedaulatan rakyat;

2. republik

3. Negara berdasar atas hukum

4. Pemerintahan yang konstitusional

5. Sistem perwakilan

6. Prinsip musyawarah

7. Prinsip ketuhanan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 13

Page 14: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara luas dan sempit. Secara luas, demokrasi

Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dalam bidang

politik, ekonomi dan social. Secara sempit, demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang

dilaksanakan menurut hikmat kebi-jaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan.

Sehubungan dengan demokrasi Pancasila, di Indonesia mengenal juga istilah “masyarakat

Madani” (civil society). Welzer dengan rumusan konseptual, civil society adalah jaringan yang

kompleks dari LSM diluar pemerintahan ne-gara (NGO) yang bekerja secara merdeka atau

bersama-sama pemerintah yang diatur oleh hukum. Ia merupakan ranah publik yang

beranggotakan perorangan.

Masyarakat madani Indonesia tidak sepenuhnya sama dengan civil society menurut

konsep liberalisme/komunita-rianisme Barat. Masyarakat madani Indonesia mempunyai ciri

khas, tetap agamis/religius dan adanya fasilitasi lebih nyata dari negara dalam hal memberikan

jaminan hukum dan dukungan politik bagi kehadiran masyarakat madani, suasana kulturtal dan

ideologis dan menyediakan infrastruktur social yang diperlukan.

Keterkaitan Demokrasi Pancasila dengan civil society/ masyarakat madani Indonesia, secara

kualitatif ditandai oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jaminan hak

asasi manusia, penegakan prinsip rule of law, partisipasi yang luas dari warganegara dalam

mengam bil keputusan publik diberbagai tingkatan, pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan

untuk mengembangkan warganegara Indonesia yang cerdas dan baik, berakhlak baik serta

berbudi luhur.

SISTEM POLITIK DEMOKRASI

1. Landasan System Politik Demokrasi di Indonesia

Menurut Samuel Huntington sistem politik demokrasi dapat dibedakan dari system

politik demokrasi dan non demokrasi. Sistem politik demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip,

prosedur dan kelembagaan yang demokratis. Sistem ini mampu menjamin hak kebebasan

warganegara, membatasi kekuasaan pemerintah dan mem-berikan keadilan. Indonesia sejak awal

berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politik.

Negara Indonesia sebagai negara demokrasi terdapat pada pembukaan UUD 45 alinea ke 4 dan

Ps 1 ayat (2) UUD 45 (sebelum di amandemen), kedaulatan adalah di tangan rakyat dan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 14

Page 15: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Ps 1 ayat (2) setelah

diamandemen berubah menjadi “kedaulatan berada dita-ngan rakyat dan dilaksanakan menurut

UUD”. Perubahan ini menghi-langkan kata “dilaksanakan sepenuhnya” menjadi dilaksanakan

menu-rut UUD. Apapun perubahannya ini membuktikan sejak berdirinya negara Indonesia telah

menganut demokrasi.

2. Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia Berdasarkan UUD 45

a. Berbentuk republik (Ps 1 ayat (1)

b. Ide kedaulatan rakyat (Ps 1 ayat (2))

c. Negara berdasar atas hukum (Ps 1 ayat (3))

d. Pemerintahan berdasarkan konstitusi (lihat BAB III)

e. Pemerintahan yang bertanggung jawab. Masalah pertanggung jawaban pemerintah dalam hal

ini Presiden kepada siapa dan bagaimana serta waktu penyampaian pertanggung jawaban

tidak diatur dalam UUD 45, baik sebelum dan sesudah di amandemen.

f. Sistem perwakilan. Sistem ini jelas dalam UUD 45 dengan adanya Pemilihan Umum, untuk

memilih wakil rakyat di DPR/D dan DPD.

g. Sistem pemerintahan Presidensiil. Hal ini jelas pada makna negara berbentuk republik, dan

Presiden memegang kekua-saan pemerintahan menurut UUD. Presiden dibantu oleh wakil

Presiden. Selain itu Presiden dibantu oleh menteri-menteri.

PENDIDIKAN DEMOKRASI

Perilaku dan kultur demokrasi menunjuk pada nilai-nilai demokrasi di masyarakat.

Masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi.

Menurut Henry B. Mayo nilai-nilai demokrasi meliputi damai, sejahtera, adil, jujur, menghargai

perbedaan, menghormati kebebasan. Membangun kultur demokrasi berarti tindakan

mensosialisasikan, mengenalkan dan menegakkan nilai demokrasi pada masyarakat. Membangun

kultur demokrasi lebih sulit dari membangun struktur demokrasi. Tidak tegaknya kultur

demokrasi menyebabkan masya rakat sulit diatur, terjadi kekerasan, terror, brutal, masyarakat

tidak aman. Contohnya : Sampai sekarang masih ada usaha RMS yang ditandai dengan ulang

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 15

Page 16: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

tahun RMS, Gerakan Papua Merdeka yang ditandai dengan ulang tahun setiap tahun. Perang

antar suku yang bermotifkan SARA.

Indonesia sudah ada institusi demokrasi, masyarakat belum menikmati demokrasi, baik

dikalangan pemerintahan, jasa usaha. Dari segi pemerintahan masyarakat banyak merasa

tertindas. Pada jasa usaha terjadi penindasan terhadap pekerja. Nampaknya demok rasi masih

merupakan usaha, dan masih terbatas pada kaum elit. Disini terlihat institusi tidak didukung oleh

perilaku demokratis. Tercapainya demokrasi sampai menyentuh kehidupan rakyat cukup lama

dan sulit, sehingga masih sangat mutlak diperlukan.

Ada 3 hal pengetahuan dan kesadaran demokrasi.

1. demokrasi adalah pola kehidupan menjamin hak warganegara;

2. demokrasi merupakan the long learning process

3. kelangsungan demokrasi tergantung kepada proses pendidikan demokrasi pada

masyarakat secara luas.

Pendidikan demokrasi ini dapat diterapkan pola pemasyara-katkan moral pancasila

dengan P4 yang berlaku seluruh lapisan masyarakat, mulai dari SD hingga Perguruan Tinggi,

pegawai rendah hingga Presiden, petani, pedagang, hingga pengusaha.

Pendidikan nilai-nilai demokrasi lebih baik dari sosialisasi. Pendidikan demokrasi dalam arti

melakukan pendidikan nilai-nilai demokrasi itu terhadap semua warganegara tanpa kecuali

rakyat atau birokrat. Pendidikan nilai-nilai demokrasi ini merupakan ba-gian dari pendidikan

politik terhadap warganegara. Selama ini sa-lahnya pada kegiatan sosialisasi nilai-nilai,

seharusnya pendidikan nilai-nilai demokrasi. Secara analogi pada waktu penataran P4 yang

diajarkan adalah nilai-nilai Pancasila, mengapa tidak diajar-kan nilai-nilai demokrasi dalam

pendidikan demokrasi.

Nilai-nilai demokrasi itu dapat digali dalam makna demok-rasi itu sendiri yang telah

dijabarkan dalam UUD dan kehidupan bernegara. Paling tidak nilai-nilai demokrasi itu

mencakup :

1. masalah kedaulatan

2. makna negara berbentuk republic

3. negara berdasar atas hukum

4. pemerintahan yang konstitusionil

5. sistem perwakilan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 16

Page 17: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

6. prinsip musyawarah

7. prinsip ketuhanan

Pola demokrasi dapat mengembangkan unsur demokrasi desa yang terdiri dari rapat,

mufakat, gotong royong, hak mengadakan protes bersama dan menyingkir dari kekuasaan

absolut.

Nilai-nilai demokrasi langsung dijabarkan dalam demokrasi dibi-dang politik, dibidang ekonomi

dan dibidang sosial.

Demokrasi memiliki dua komponen dasar: substantif dan prosedural. Komponen pertama

adalah landasan normatif yang bermuatan seperangkat nilai-nilai dasar bagi suatu tatanan

(sistem) kehidupan politik dan ketatanegaraan yang keberadaanya mutlak diperlukan serta

membedakannya dengan sistem yang lain. Komponen kedua adalah seperangkat tata cara yang

dipergunakan agar sistem tersebut dapat bekerja secara optimal dalam suatu konteks masyarakat

tertentu. Jika komponen yang pertama pada hakekatnya bersifat universal dan permanen, maka

komponen kedua bersifat kontekstual dan bentuknya terus menerus mengalami perkembangan

serta terbuka (open-ended). Kendati keduanya tak dapat dipisahkan, namun kedua elemen

tersebut dapat dibedakan satu dari yang lain.

Sebuah sistem politik dan ketatanegaraan dapat disebut demokratis apabila ia memenuhi

kedua komponen dasar tersebut. Pada kenyataannya tidak ada praktik demokrasi yang

“paripurna” dan telah selesai. Yang bisa dibuat adalah suatu spektrum praktik dari sebuah sistem

politik dan ketatanegaraan yang telah mapan (established) atau yang dalam tahap masih

berkembang (developing), atau yang belum berkembang (underdeveloped) karena masih adanya

kelemahan-kelemahan dalam komponen dasarnya. Pada sebuah sistem demokrasi yang mapan,

yang menjadi persoalan pada dasarnya adalah pada komponen prosedur yang mengalami

pengembangan karena terjadinya perubahan structural yang harus diakomodasi sehingga tidak

terjadi degenerasi sistem. Pada sistem demokrasi yang masih berkembang, dapat dikatakan

bahwa ancaman terhadap kedua komponan masih belum terselesaikan secara keseluruhan

sehingga masih ada kecenderungan degenerasi dan degradasi kualitas sistem demokrasi yang

berjalan. Pada sistem demokrasi yang masih belum berkembang, kecenderungan degenerasi dan

degradasi sangat dominan dan bahkan ancamanakan terjadinya proses pembalikan kea rah non

demokrasi sangat besar.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 17

Page 18: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Landasan utama demokrasi adalah norma-norma egalitarianism (persamaan) dan liberty

(kebebasan) yang dalam perkembangan modern dikukuhkan dalam Hak-hak Asasi Manusia

Universal. Khususnya, hak-hak dasar yang berkaitan dengan hak berbicara, menyatakan

pendapat, berserikat dan berkumpul adalah norma paling dasar. Seterusnya, kedaulatan rakyat,

rule of law, dan pertanggungjawaban penguasa kepada rakyat (baik langsung maupun tidak

langsung) juga merupakan norma-norma dasar dalam demokrasi.

Sementara itu, komponen prosedural demokrasi antara lain adalah sistem perwakilan,

pola-pola pemilihan dan rotasi yang berkala atas mereka yang diberi amanat/mandat oleh rakyat,

adanya pemisahan kekuasaan atas cabang-cabang pemerintahan, penerapan mekanisme checks

and balances antar lembaga negara, partisipasi yang tinggi oleh warganegara dalam urusan

publik, tata kelola yang baik (good governance) dalam pemerintahan, dsb.

Berdasarkan kedua komponan diatas, maka sejarah pemikiran dan praktik demokrasi bisa

digambarkan dalam tiga fase utama: Fase Klasik (Demokrasi Athena); Fase Pra-Pencerahan;

Fase Modern; dan Fase Kontemporer (Paska Perang Dingin). Praktik demokrasi pada fase-fase

tersebut tidak berarti selalu berjalan berkesinambungan, tetapi bisa terjadi overlapping dan

bahkan ruptures, sehingga perkembangan tersebut tidaklah berjalan linear. Demikian pula, harus

diingat bahwa selalu ada diskrepansi atau gap antara “pemikiran”,“gagasan (ideas)” dengan

praksis dan realitas yang sedang berkembang. Dengan demikian tidak berarti bahwa dalam fase

klasik realitas politik di Athena merupakan pengejawantahan total gagasan demokrasi yang ada.

Bisa jadi bahwa gagasan yang muncul pada suatu era ternyata masih merupakan gagasan yang

belum terealisasi sebelumnya, atau kalaupun terealisasi ternyata mengalami berbagai

penyimpangan atau perbedaan.

Fase Klasik ditandai dengan munculnya pemikiran-pemikiran filosofis dan praksis politik

dan ketatanegaraan sekitar abad ke 5 SM yang menjadi kebutuhan dari negara-negara kota (city

states) di Yunani, khususnya Athena. Munculnya pemikiran yang mengedepankan demokrasi

(democratia, dari demos + kratos) disebabkan gagalnya sistem politik yang dikusai para Tyrants

atau autocrats untuk memberikan jaminan keberlangsungan terhadap Polis dan perlindungan

terhadap warganya. Filsuf-filsuf seperti Thucydides (460-499 SM), Socrates (469-399 SM),

Plato (427-347SM), Aristoteles (384-322 SM) merupakan beberapa tokoh terkemuka yang

mengajukan pemikiran-pemikiran mengenai bagaimana sebuah Polis seharusnya dikelola sebagai

ganti dari model kekuasaan para autocrats dan tyrants.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 18

Page 19: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Dari buah pikiran merekalah prinsip-prinsip dasar sistem demokrasi, yaitu persamaan

(egalitarianism) dan kebebasan (liberty) individu diperkenalkan dan dianggap sebagai dasar

sistem politik yang lebih baik ketimbang yang sudah ada waktu itu. Tentu saja para filsuf Yunani

tersebut memiliki pandangan berbeda terhadap kekuatan dan kelemahan sistem demokrasi itu

sendiri. Plato, misalnya, dapat dikatakan sebagai pengritik sistem demokrasi.

Perbedaan Sistem Politik di Berbagai Negara

Pendekatan Sistem Politik Negara

Dalam hal ini terdapat 3 fungsi pokok yang tidak secara langsung terlibat dalam

pembuatan dan pelaksanaan pemerintahan (public policy), tetapi sangat penting dalam

menentukan cara bekerjanya system politik. Ketiga fungsi itu adalah :

Sosial Politik. Setiap system politik memiliki fungsi pengembangan dan memperkuat

sikap-sikap politik di kalangan penduduk umum, bagian-bagian dari penduduk, atau

melatih rakyat untuk mejalankan peranan-peranan politik. Fungsi ini melibatkan

keluarga, sekolah, media komunikasi, lembaga keagamaan, pekerjaan, dan berbagai

struktur politik.

Rekrutmen Politik (political recruitment). Rekrutmen merupakan fungsi penyeleksian

rakyat untuk kegiatan politik dan masa jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam

media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu,

pendidikan, dan ujian.

Komunikasi Politik. Merupakan jalan mengalirnya informasi melalui masyarakat dan

melalui berbagai struktur yang ada dalam system politik.

Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda-beda. Dalam mempelajari proses

politik suatu Negara diperlukan beberapa pendekatan , diantaranya sebagai berikut :

Pendekatan Sejarah, Sistem politik dipelajari dari sejarah bangsa. Pendekatan ini

memiliki tiga factor, yaitu masa silam, masa sekarang, dan masa yang akan datang.

Pendekatan sosiologis, untuk mempelajari system politik suatu Negara perlu

mempelajari system social/system kemasyarakatan yang ada di suatu Negara. Perbedaan

system social akan mempengaruhi system politik suatu Negara.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 19

Page 20: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Pendekatan cultural, pendekatan ini dilihat dari pendidikan dan budaya masyarakatnya.

Suatu masyarakat yang anggota-anggotanya telah terdidik dan mempunyai budaya yang

tinggi akan berpengaruh terhadap suatu system politik dari Negara tersebut.

Pendekatan psikologi social/Kejiwaan masyarakat, Suatu masyarakat yang tertutup

atau menolak, terhadap segala perubahan atau pengaruh luar, akan mempengaruhi system

politik, sehingga system politik itupun akan bersifat tertutup.

Pendekatan fisafat, Sistem politik suatu bangsa atau Negara akan sulit dipisahkan dari

way of life masyarakat atau bangsanya. Masyarakat dalam hidupnya selalu

mengutamakan kepentingan-kepentingan dan pola pikir yang menjunjung tinggi norma-

norma adapt dan agama maka system politiknya tidak akan lepas dari filsafat yang dianut

oleh masyarakat atau bangsanya.

Pendekatan Ideologi, Dalam pendekatan ini, suatu system politik dilihat dan dipelajari

dari ideology bangsa/Negara yang berlaku di dalam Negara itu.

Pendekatan Konstitusi dan Hukum, Suatu system politik tidak bisa dipisahkan dari

konstitusi Negara atau hukum yang berlaku dalam Negara itu. Segala kegiatan dari suatu

system politik akan selalu bersumber dan berpedoman kepada undang-undang dasar dan

undang-undang yang dapat mencerminkan apakh system politik yang berlaku di Negara

itu demokrasi atau kediktatoran.

Perbedaan Sistem Politik Negara

Berikut ini ada 3 contoh Negara yang diharapkan dapat mewakili komunitas Negara-

negara yang ada di dunia, yaitu : a. Sistem politik Negara Inggris (liberal), b. Sistem politik

Negara Republik Rakyat China (komunis), dan c. Sistem politik Negara Indonesia.

Sistem politik Negara Inggris

1. Latar belakang sejarah

Masyarakat Inggris sejak abad 19, mulai mengubah bentuk ekonominya dari ekonomi

pertanian dan kerajinan tangan menjadi masyarakat industri modern. Para politisi mulai

menyesuaikan system politik dan pemerintahannya dengan membuat undang-undang pembaruan

yang disahkan tahun 1918.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 20

Page 21: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

2. Kondisi Sosiologis

Kondisi masyarakat Inggris yang semula agraris feodal, dengan cepat menyesuaikan diri

menjadi masyarakat industri modern. Oleh sebab itu, masyarakat Inggris daloam waktu cepat

mampu bersaing dengan Negara-negara lain yang lebih dahulu merintis kea rah industrialisasi.

Masyarakat Inggris sampai saat ini tetap menghendaki system monarki satu raja dan banyak

bangsa.

3. Kondisi Kultural/ Budaya

Sebagian masyarakat Inggris memiliki tingkat pendidikan dan kesejahteraan yang baik

sehingga dikenal sebagai masyarakat yang disiplin dan taat pada aturan. Nilai-nilai, keyakinan-

keyakinan dan perasaan-perasaan dari kebudayaan politik diwariskan dari generasi ke generasi

melalui suatu rangkaian pengalaman yang merupakan pencerminan sikap yang mereka pelajari

semasa kanak-kanak dan sikap-sikap yang berkembang sesudah dewasa.

4. Kondisi Psiko-Sosial/ Kejiwaan Masyarakat

Mayoritas masyarakat Inggris sangat menghormati simbol-simbol kekuasaan Negara,

seperti raja/ratu, lembaga pemerintah, dan lain-lain. Mereka sangat setia kepada wewenang

kekuasaan politik dan senantiasa menunjukkan ketaatannya kepada undang-undang politik asasi.

5. Pedoman Filsafat

Masyarakat Inggris akan sangat mendukung rezim yang berkuasa, mana kala para

penguasa juga mentaati undang-undang politik asasi, dan jika dilanggar maka akan menghadapi

perlawanan.

6. Paham atau Ideologi yang Diterapkan

Penerapan ideology Negara Inggris yang umumnya dianut oleh Negara-negara Eropa

(Barat) adalah ideology liberal. Masyarakat Inggris dalam kehidupan sehari-hari sangat

menghormati kebebasan dan hak-hak asasi manusia. Kekuasaan pemerintah Inggris tergantung

pada raja/ratu, akan tetapi raja/ratu tersebut hanya berperan sebagai symbol kolektif bagi

lembaga-lembaga pemerintah dalam system Inggris.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 21

Page 22: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

7. Pedoman Konstitusi dan Hukum

Kekuasaan pemerintah Inggris lebih banyak dibatasi oleh konvensi (hukum tidak tertulis)

dari pada hukum formal. Rakyat hidup dalam ketenangan dan kepastian hukum karena

pemerintah memberikan perlindungan hokum yang baik dan penghormatan terhadap hak-hak

asasi warga negaranya.

Dalam struktur politik pemerintahan Inggris, pemegang peranan politik pusat

digolongkan dalam 3 bagian, yaitu : para menteri cabinet, para pegawai negeri senior, dan

para pegawai negeri tidak tetap lainnya. Penyelenggaraan pemerintah dilaksanakan oleh

cabinet (perdana menteri dan dewan menteri) serta parlemen yang terdiri dari Majelis Rendah

dan Majelis Tinggi. Peranan parlemen dalam merumuskan kebijakan pemerintah dibatasi, karena

cara bekerjanya diawasi oleh cabinet. Perdana Menteri dapat memastikan bahwa setiap usul yang

diajukan oleh pemerintahnya akan diputuskan dalam parlemen tepat pada waktu yang telah

ditetapkan, dan disetujui dalam bentuk yang dikehendaki oleh parlemen.

Sistem politik Negara Republik Rakyat Cina (RRC)

1. Latar belakang sejarah

Proses kehidupan system politik di Cina merupakan produk revolusi antara tahun 1911

s.d 1949. revolusi pertama (1911) menggantikan system kerajaan yang telah bertahan berabad-

abad. Revolusi kedua (1928) membentuk pemerintah pusat yang baru di bawah Kuomintang

dengan dominasi satu partai yang lebih bersemangat, terorganisir, dan terpusat. Revolusi ketiga

(1949) menjadikan PKC sebagai penguasa dan membentuk pemerintahan komunis sampai

sekarang.

2. Kondisi Sosiologis

Pada masyarakat Cina tradisional, lembaga-lembaga social yang dominant adalah

keluarga. Mereka mengakui wewenang kekuasaan para pemimpinnya atas tingkah laku social

mereka. Wewenang kekuasaan politik, pada tingkat apapun, adalah lebih tinggi daripada tuntutan

unsure-unsur dalam masyarakat.

3. Kondisi Kultural/ Budaya

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 22

Page 23: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Pemerintah Cina sejak tahun 1949 telah mengupayakan pendidikan sebagai salah satu

alat yang paling efektif untuk mengubah sikap politik orang-orang Cina karena dapat

mempermudah melakukan mekanisme control dalam mengendalikan warga Negara yang

mencapai usia sekolah. Melalui pendididkan, masyarakat ikut menanggung beban sosialisasi

sebagai syarat pendidikan politik dan keterlibatan politik.

4. Kondisi Psiko-Sosial/ Kejiwaan Masyarakat

Negara Cina yang memiliki wilayah dan penduduk terbesar di dunia, sebelum PKC

berkuasa selalu dilanda perang saudara. Dengan kepercayaan diri yang tinggi telah mampu

berada dalam suatu posisi menguasai pengaruh atas suatu wilayah yang sangat luas dan penting.

5. Pedoman Filsafat

Mayoritas masyarakat Cina memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Mereka

memiliki keyakinan bahwa mobilisasi dan perjuangan adalah inti dari politik.

6. Paham atau Ideologi yang Diterapkan

Sistem komunis timbul secara langsung dari periode revolusioner yang bukan diciptakan

oleh kaum komunis. Revolusi Cina telah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun sebelum

partai komunis menjadi kekuatan terbesar dalam politik Cina dan mulai menguasai

pemerintahannya.

7.   Pedoman Konstitusi dan Hukum

Berdasarkan Konstitusi tahun 1954, organ wewenang Negara tertinggi dan pemegang

wewenang legislatif satu-satunya dalam system politik Negara adalah Kongres Rakyat Nasional

(KRN). KRN merupakan forum proses politik untuk mempelajari, mendukung dan mengesahkan

tindakan-tindakan pimpinan pusat yang melambangkan dukungan rakyat. Selain KRN, organ

administrative utama dalam struktur politik Negara adalah Dewan Negara yang terdiri dari

Perdana Menteri, Wakil-wakil Perdana Menteri, dan kepala-kepala dari semua kementrian dan

komisi, karena mereka merupakan pusat kekuasaan Negara yang sesungguhnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 23

Page 24: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Sistem politik negara di Indonesia

1. Latar Belakang Sejarah

Terjadinya Negara Kesatuan Republik Indonesia telah melalui perjalanan politik yang

panjang. Proklamasi akhirnya terwujud pada tanggal 17 Agustus 1945. Pasca proklamasi, para

pemimpin Indonesia terlibat dalam proses politik dengan mencari format berdasarkan demokrasi

Pancasila. Indonesia juga pernah mengalami pasang surut politik kenegaraan  karena pernah

memakai beberapa sistem politik yang berlainan, diantaranya adalah demokrasi liberal dan

demokrasi terpimpin.

2. Kondisi Sosiologis

Kondisi bangsa Indonesia yang pernah mengalami penjajahan  sangat merasakan

penderitaan di berbagai bidang kehidupan. Masyarakat Indonesia yang multibangsa, agama, ras

dan antargolongan telah dipersatukan dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

3. Kondisi Kultural Dan Budaya

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun atas dasar sendi-sendi multikultural,

berbeda-beda suku, agama, ras dan antargolongan. Budaya musyawarah, toleransi,gotong

royong, dan saling menghormati telah dapat diwariskan kepada generasi mendatang baik sebagai

anggota masyarakat maupun calon pemimpin bangsa.

4. Kondisi Psiko-Sosial/Kejiwaan Masyarakat

Bangsa sebelum menjadikan Pancasila sebagai dasar negara selalu dapat dipecah belah

oleh bangsa lain. Hal ini menyebabkan negara pernah mengalami penjajahan oleh Bangsa

Belanda dan Jepang. Dengan semangat pantang menyerah bangsa Indonesia bisa dijajarkan

dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa Indonesia secara politik dan dinyatakan dalam

Pembukaan UUD 1945, bahwa Indonesia sangat menentang penjajahan karena tidak sesuai

dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 24

Page 25: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

5. Pedoman Filsafat

Pancasila dam sistem politik Indonesia telah dijadikan dasar dan motivasi dalam segala

sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk

mencapai tujuan nasionalnya sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

6. Paham atau Ideologi yang Diterapkan

Ideologi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, akan selalu dikaitkan dengan

proses politik dalam pengaturan penyelenggaraaan pemerintahan negara yang meliputi bidang

ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.

7. Pedoman Konstitusi dan Hukum

Berdasarkan Konstitusi UUD 1945, implementasi demokrasi Pancasila telah memberikan

kekuasaan yang besar kepada Presiden. Presiden sebagai kepala eksekutif mempunyai kekuasaan

memerintah dan melaksanakan undang-undang dengan pengawasan legislatif (DPR). DPR tidak

dapat dibubarkan oleh Presiden, maka dalam menjalankan kebijakan politiknya kepada eksekutif

perlu diperhatikan suara-suara wakil rakyat tersebut. Pengawasan terhadap pelaksanaan

penggunaan anggaran negara oleh lembaga-lembaga penyelenggaraan negara, dilakukan oleh

Badan Pengawas Keuangan (BPK). Sedangkan dalam hal pelaksanaan pelanggaran terhadap

undang-undang akan dilakukan oleh lembaga yudikatif (MA dan MK).

Negara Indonesia dalam sistem politik menerapkan sistem demokrasi Pancasila yang

merupakan suatu paham demokrasi yang bersumber pada pandangan hidup atau falsafah hidup

bangsa Indonesia yang digali dari kepribadian rakyat Indonesia itu sendiri.

Demokrasi menurut Pancasila atau disebut Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang

merupakan perwujudan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan yang mengandung semangat ke-Tuhanan YME, kemanusiaan yang

adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Adapun

isi pokok pelaksanaan Demokrasi Pancasila adalah sebagai berikut :

Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan Pancasila sebagaimana disebut di dalam

Pembukaan UUD 1945, serta penjabarannya dalam Batang Tubuh dan Penjelasan UUD

1945.

Demokrasi ini harus menghargai dan melindungi hak-hak manusia.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 25

Page 26: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan atas kelembagaan

(institusional).

Demokrasi ini harus bersendi atas hukum sebagaimana dijelaskan di dalam Penjelasan

UUD 1945.

Demokrasi Pancasila tidak hanya meliputi demokrasi di bidang pemerintahan atau politik

(demokrasi dalam arti sempit), tetapi juga telah berkembang menjadi demokrasi dalam arti yang

luas, yaitu meliputi berbagai sistem dalam arti yang luas, yaitu meliputi berbagai sistem dalam

masyarakat, seperti sistem politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya.

Sistem politik Demokrasi Pancasila menghargai nilai-nilai musyawarah. Oleh karena itu,

kita pun harus memahami bagaimana tata cara bermusyawarah sebagai berikut :

Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.

Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

Adapun tata cara bermusyawarah dalam berbagai kehidupan harus mengandung prinsip-

prinsip sebagai berikut :

Setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan mempunyai kesempatan yang sama

dalam mengeluarkan pendapat.

Hasil musyawarah atau setiap putusan, baik sebagai hasil mufakat maupun berdasarkan

suara terbanyak harus diterima dan dilaksanakan.

Apabila cara musyawarah tidak dapat mempertemukan pendapat yang berbeda maka

diambil cara dengan pengambilan suara terbanyak (voting).

Cara pengambilan suara terbanyak (voting) dalam demokrasi Pancasila dilakukan dengan

persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

Jika jalan musyawarah tidak berhasil mencapai mufakat.

Karena faktor waktu yang mendesak.

Pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak adalah sah jika diambil dalam rapat

yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota rapat (quorum) dan disetujui

oleh lebih dari separuh jumlah anggota yang hadir memenuhi quorum.

Adapun nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap pengambilan keputusan adalah

sebagai berikut :

Legawa atau belapang dada.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 26

Page 27: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Religius.

Tenggang rasa.

Keadilan Kemanusiaan.

Aspek-aspek yang terkandung dalam Demokrasi Pancasila adalah :

Aspek formal, yaitu aspek yang mempersoalkan proses dan cara rakyat dalam menunjuk

wakil-wakil dalam badan-badan perwakilan rakyat dan pemerintahan serta cara mengatur

permusyawaratan  wakil-wakil rakyat.

Aspek materiil, yaitu mengemukakan gambaran manusia dan mengakui harkat dan

martabatnya dan menjamin terwujudnya Indonesia sesuai dengan gambaran, harkat dan

martabat manusia

Aspek normatif, yaitu mengungkapkan seperangkat norma atau kaidah yang menjadi

pembimbing dan kriteria dalam mencapai tujuan kenegaraan.

Penerapan prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila. Demokrasi pancasila pada hakikatnya 

demokrasi yang bercorak khas indonesia, yang penerapannya  dijabarkan dalam :

1). Pemerintahan berdasarkan hukum. Segala tindakan atau kebijakan harus berdasarkan

pada hukum yang berlaku

2). Perlindungan terhadap hak asasi manusia, Konstitusi negara Republik Indonesia

memberikan jaminan atas pelaksanaan hak-hak manusia yang dituangka dalam

pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, ketetapan MPR RI no.XVII/MPR/1998

tentan Hak Asasi Manusia, Undang-Undang No.39 tahun 1999, dan Undang Undang

No.26  tentang peradilan HAM.

3). Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah Dalam setiap pengambilan

keputusan diusahakan melalui musyawarh untuk mencapai mufakat

4). Peradilan yang bebas dan merdeka. Badan peradilan kehakiman merupakan badan

yang merdeka, artinyaterlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan

lainnya. Berdasarkan pasal 24 dan 25.

5). Partai Politik (parpol) dan Organisasi Sosial Politik (orsospol). Keberadaan partai

politik atau orsospol di dalam Demokrasi Pancasila diperlukan guna menyalurkan

aspirasi atau kehendak rakyat, membina pendidikan politik para kader simpatisannya.

Hal ini terdapat dalam UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 27

Page 28: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

6). Pelaksanaan pemilihan umum. Pemilihan umum telah diatur dalam UU No.12 Tahun

2003 tentang Pemilihan Umum. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemilihan

umum merupakan perwujudan dari demokrasi pancasila.

Pelaksanaan demokrasi Pancasila dalam pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan sesuai dengan prinsip-prinsip Demokrasi Pancasila menekankan

empat prinsip penting sebagai berikut :

1. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu prinsipdalam melaksanakan musyawarah

ketiks setiap orang mengetahui apa yang menjadi hak pribadi, hak orang lain dan

kewajiban orang lain.

2. Persamaan, yakni prinsip yang menekankan bahwa setiap orang memiliki kedudukan hak

dan kewajiban yan sama

3. Kebebasan yang bertanggung jawab, artinya bahwa setiap orang bebas unruk

mengemukakan pendapat.

4. Mengutamakan persatuan dan kesatuan, artinya setiap pelaksanaan musyawarah harus

mengutamakan kepentingan umum.

Peran Serta dalam Sistem Politik di Indonesia

a. Partisipasi Politik Warga Negara

Partisipasi Politik dapat diartikan sebagai penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap

individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya mendorong individu

tersebut berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam setiap

pertanggungjawaban bersama.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 28

Page 29: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Bentuk – bentuk partisipasi politik, Menurut Almond kegiatan politik ada yang berbentuk

konvensional dan non-konvensional

Konvensional Non-Konvensional

Pemberian suara (vooting) Pengajuan petisiDiskusi politik BerdemonstrasiKegiatan kampanye KonfrontasiMembentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan

Mogok

Komunikasi individual dengan pejabat politik administratif

Tindak kekerasan politik terhadap harta benda ; Perusakan, Pemboman,PembakaranTindak kekerasan terhadap manusia ; penculikan, pembunuhan, peranggerilya revolusi.

Rousseau menyatakan bahwa hanya melalui partisipasi seluruh warga negara dalam

kehidupan politik secara langsung dan berkelanjutan, negara dapat terikat ke dalam tujuan

kebaikan sebagai kehendak bersama. Berbagai bentuk partisipasi adalah ;

1. Terbentuknya organisasi – organisasi politik maupun organisasi masyarakat

2. Lahirnya Lembaga Swadaya Masyarakat

3. Pelaksanaan PEMILU yang memberi kesempatan kepada warga negara untuk dipilih

ataupun memilih

4. Munculnya kelompok – kelompok kontemporer yang memberi warna pada sistem input

dan output kepada pemerintah

Ditingkat individu, secara lebih spesifik Milbrath M.L Goel mengidentifikasi tujuh bentuk

partisipasi politi individual ;

1. Aphatetic Inactives       : Tidak beraktifiyas dan partisipasif

2. Passive Supporters        : Memilih secara reguler atau teratur

3. Contact Specialist         : Pejabat penghubung lokal, profinsi dan nasional dalam

masalah-masalah tertentu

4. Communicators : Mengikuti informasi-informasi politik

5. Party and Campaign Workers : Bekerja untuk partai politik atau kandidat

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 29

Page 30: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

6. Community Activist      : Bekerja dengan orang-orang lain berkaitan dengan masalah-

masalah local

7. Protesters                      : Bergabung dengan demonstrasi-demonstrasi politi di jalanan

Tingkatan partisipasi politik

Menurut Hunington dan Nelson, ada dua kriteria tingkat-tingkat partisipasi politik :

1. Dilihat dari ruang lingkup atau proporsi dari suatu kategori warga negara yang

melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan pertisipasi politik

2. Intensitas atau ukuran, lamanya dan arti penting dari kegiatan khusus itu bagi sistem

politik.

Semakin luas ruang lingkup partisipasi politik, maka semakin rendah hasil intensitasnya. Dan

sebaliknya, semakin kecil ruang lingkup partisipasi politik, intensitasnya semakin tinggi.

Tingkat pengamat

Pada tingkat pengamat, seperti menghadiri rapat umum, memberikan suara dalam pemilu,

menjadi anggota kelompok kepentingan, mendiskusikan masalah politik, perhatian pada

perkembangan politik dan usaha meyakinkan orang lain, merupakan contoh-contoh yang banyak

dilakukan oleh warga Negara, artinya proporsi atau lingkup jumlah orang yang terlibat di

dalamnya tinggi.

Namun tidak demikian dengan intensitas partisipasi politiknya, terutama kalau dikaitkan

dengan arti pentingnya bagi system politik, praktik-praktik tersebut pengaruhnya rendah atau

tingkat efektivitasnya dalam mempengaruhi kebijakan yang dibuat pemerintah, membutuhkan

waktu dan sumber daya yang cukup banyak.

Tingkat Aktivis

Kategori aktivitis, pejabat umum, pejabat partai penuh waktu, pimpinan kelompok

kepentingan merupakan pelaku politik yang memiliki intensitas tinggi dalam berpartisipasi

politik. Dengan memiliki akses yang cukup kuat untuk melakukan contacting dengan pejabat

pemerintah, sehingga upaya untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan pemerintah menjadi

sangat efektif.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 30

Page 31: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Terutama bagi pejabat umum, secara politis memiliki peluang yang cukup kuat dalam

mempengaruhi kebijakan politik yang dibuat pemerintah, secara individual bisa mempengaruhi

secara langsung. Warga negara yang terlibat praktik partisipasi politik di tingkat aktivis

jumlahnya terbatas, hanya diperuntukkan sejumlah kecil orang (terutama elit politik), yang

memiliki kesempatan untk terlibat dalam proses politik dengan mekanisme dan kekuatan

pengaruh seperti ini.

Kegiatan partisipasi politik di tingkat aktivis ditempuh bukan saja dengan cara-cara yang

formal – prosedural atau mengikuti aturanyang ditetapkan, dapat dengan cara nonformal, tidak

mengikuti jalur yang ditetapkan secara hukum, bahkan tindakan kekerasan. Tindakan yang

dilakukan bisa pembunuhan, tindakan terorisme nasional dan internasional, dan pembajakan.

Tingkatan atau hirarki yang terdapat pada partisipasi politik tergantung dari akibat yang

disebabkannya terhadap sistem politik. Tingkatan partisipasi politik disampaikan sebagai berikut

1. Menduduki jabatan politik atau administratif.

2. Mencari jabatan politik atau administrative.

3. Keanggotaan aktif suatu organisasi politik.

4. Keanggotaan pasif suatu organisasi politik.

5. Keanggotaan aktif suatu organisasi semu politik (quasi-political).

6. Keanggotaan pasif suatu organisasi semu politik (quasi-political).

7. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya.

8. Partisipasi dalam diskusi politik informal minat dalam bidang politik.

9. Voting (pemberian suara)

Perluasan kegiatan pemerintah dalam berbagai bidang membawa konsekuensi adanya

tindakan-tindakan yang semakin menyusup ke segala segi kehidupan rakyat.Ruang lingkup

aktivitas atau tindakan pemerintah yang semakin luas mendorong timbulnya tuntutan-tuntutan

yang terorganisir untuk ikut serta dalam pembuatan keputusan politik.

Faktor-faktor Pendukung Partisipasi Politik

1. Pendidikan politik

Menurut Ramdlon Naning, pendidikan politik adalah usaha untuk memasyarakatkan

politik, dalam arti mencerdaskan kehidupan politik rakyat, meningkatkan kecerdasan setiap

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 31

Page 32: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

warga Negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; serta meningkatkan kepekaan dan

kesadaran rakyat terhadap hak, kewajiban, bangsa dan Negara.

Melalui pendidikan politik, diharapkan kader-kader anggota partai politik tersebut akan

memperoleh manfaat atau kegunaan:

1)  Dapat memperluas pemahaman, penghayatan, dan wawasan terhadap masalah-

masalah atau isu-isu yang bersifat politis.

2)  Mampu meningkatkan kualitas diri dalam berpolitik dan berbudaya politik sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3)  Lebih meningkatkan kualitas kesadaran politik rakyat menuju peran aktif dan

partisipasinya terhadap pembangunan politik bangsa secara keseluruhan.

2. Kesadaran politik

Menurut Drs. M. Taopan, kesadaran politik adalah suatu proses batin yang menampakan

keinsyafan dari setiap warga Negara akan urgensi urusan kenegaraan dalam kehidupan

bermasyarakan dan bernegara. Kesadaran politik atau keinsafan hidup bernegara menjadi penting

dalam kehidupan kenegaraan, meningat tugas-tugas Negara bersifat menyeluruh dan kompleks

sehingga tanpa dukungan positif dari seluruh warga masyarakat, tugas-tugas Negara banyak yang

terbengkalai.

Di Negara berkembang khususnya di Indonesia, masyarakat yang hidup dipedesaan (lk.70%) dan

yang diperkotaan (lk.30%) menurut penanganan sungguh dari aparat pemerintah atau penguasa

setempat. Masyarakat pedesaaan yang secara kuantitatif jauh lebih besar memiliki kesadaran politik

yang minim sehingga berdampak pada kehidupan politik nasional. Hal ini jelas akan berpengaruh

terhadap kemajuan pembangunan nasional di segala bidang. Dalam hal kesadaran politik masyarakat,

Drs. Arbi Sanit antara lain menyatakan.

Bila dihubungkan dengan hak dan kewajiban sebagai warga Negara, partisipasi politik

merupakan kewajiban yang harus dilasanakan sebagai wujud tanggung jawab Negara yang berkesadaran

politik tinggi dan baik. Secara teknis operasional, partisipasi politik anggota masyarakat dapat

dilaksanakan dengan cara-cara seperti tampak pada matriks di bawah ini.

1. Politik       Setiap warga Negara dapat ikut serta secara langsung ataupun tidak

Langsung dalam kegiatan-kegiatan antara lain:

1. Ikut memilih dalam pemilihan umum,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 32

Page 33: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

2. Menjadi anggota aktif dalam partai politik, kelompok penekan (pressure group),

maupun kelompok kepentingan tertentu.

3. Duduk dalam lembaga politik, seperti MPR, Presiden, DPR, Menteri, dan

sebagainya,

4. Mengadakan komunikasi (dialog) dengan wakil-wakil rakyat,

5. Berkampanye, menghindari kelompok diskusi, dan lain-lain.

6. Mempengaruhi para pembuat keputusan sehingga produk-produk yang

dihasilkan/dikeluarkan sesuai dengan aspirasi atau kepentingan masyarakat.

2. Ekonomi    Setiap warga Negara dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan

antara lain:

1. Menciptakan sektor-sektor ekonomi yang produktif dalam bentuk jasa, barang,

transportasi, komunikasi, dan sebagainya.

2. Melalui keahlian masing-masing, dapat menciptakan produk-produk unggulan

yang inovatif, kreatif dan kompetitif dari pada produk luar.

3. Kesadaran untuk membayar pajak secara teratur demi kesejahteraan dan

kemajuan bersama.

3. Sosial-Budaya  Setiap warga Negara dapat mengikuti kegiatan-kegiatan antara lain:

1. Sebagai pelajar atau mahasiswa, harus dapat menunjukan prestasi belajar yang

tinggi.

2. Menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum, seperti

misalnya tawuran, narkoba, merampok, berjudi, dan sebagainya.

3. Profesional dalam bidang pekerjaannya, disiplin, dan produktivitas tinggi untuk

menunjang keberhasilan pembangunan nasional.

4. Hankam          Setiap warga Negara dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan-kegiatan

antara lain:

1. Bela Negara dalam arti luas, sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-

masing.

2. Senantiasa memelihara ketertiban dan keamanan wilayah atau lingkungan tempat

tinggalnya.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 33

Page 34: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

3. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa demi tetap tegaknya Negara Republik

Indonesia.

4. Menjaga stabilitas dan keamanan nasional agar pelaksanaan pembangunan dapat

berjalan sesuai dengan rencana.

Kebalikan dari partisipasi politik adalah sikap apatis. Seseorang dinamakan apatis (secara

politis), jika dia tidak mau ikut serta dalam berbagai kegiatan politik kenegaraan di berbagai

bidang kehidupan seperti tersebut di atas. Dengan demikian sesungguhnya kegiatan-kegiatan

pendidikan politik, kesadaran politik, dan partisipasi politik masyarakat baik di pedesaan

maupun di perkotaan perlu terus didorong dan ditingkatkan demi keberhasilan penyelenggaraan

pemerintah dan pembangunan nasional.

Sosialisasi politik

Studi tentang sosialisasi politik telah menjadi bidang kajian yang sangat menarik akhir-

akhir ini. Ada dua alasan yang melatarbelakangi sehingga asosiasi politik menjadi kajian

tersendiri dalam politik kenegaraan.

Pertama:

Sosialisasi politik berfungsi untuk memelihara suatu system, yaitu agar stabilitas berjalan dengan

baik dan positif. Dengan demikian sosialisasi merupakan alat agar individu sadar dan merasa

cocok dengan sistem serta kultur (budaya) politik yang ada.

Kedua

Sosialisasi politik ingin menunjukan relevansinya dengan system politik dan data mengenai

orientasi anak-anak terhadap kultur politik orang dewasa, dan pelaksanaannya di masa

mendatang mengenai system politik.

Sosialisasi politik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan proses dengan jalan

mana orang belajar tentang politik dan mengembangkan orientasi pada politik. Alat yang dapat

dijadikan perantara atau sarana dalam sosialisasi politik :

1)   Keluarga (family), Wadah penanaman atau sosialisasi nailai-nilai politik yang

efisien dan efektif adalah keluarga.

2)   Sekolah, Melalui civics education (pendidikan kewarganegaraan), siswa dan guru

saling bertukar informasi dan berinteraksi dalam membahas topik-topik yang

mengandung nilai politik teoritis maupun praktis.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 34

Page 35: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

3)   Partai politik, Fungsi partai politik adalah dapat memainkan peran sebagai agen

sosialisasi politik. Ini berarti partai politik mampu menanamkan nilai-nilai dan

norma-norma dari satu generasi k generasi berikutnya.

Demokrasi di Indonesia

Bisa dikatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi menjadi kiblat demokrasi di kawasan

Asia, berkat keberhasilan mengembangkan dan melaksanakan sistem demokrasi. Menurut Ketua

Asosiasi Konsultan Politik Asia Pasifik (APAPC), Pri Sulisto, keberhasilan Indonesia dalam

bidang demokrasi bisa menjadi contoh bagi negara-negara di kawasan Asia yang hingga saat ini

beberapa di antaranya masih diperintah dengan ‘tangan besi’. Indonesia juga bisa menjadi

contoh, bahwa pembangunan sistem demokrasi dapat berjalan seiring dengan upaya

pembangunan ekonomi.

Ia menilai, keberhasilan Indonesia dalam bidang demokrasi yang tidak banyak disadari

itu, membuat pihak luar termasuk Asosiasi Internasional Konsultan Politik (IAPC), membuka

mata bangsa Indonesia, bahwa keberhasilan tersebut merupakan sebuah prestasi yang luar biasa.

Prestasi tersebut juga menjadikan Indonesia sangat berpotensi mengantar datangnya suatu era

baru di Asia yang demokratis dan makmur.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono yang

akrab disapa SBY menerima anugerah medali demokrasi. SBY pun memaparkan panjang lebar

perjalanan demokrasi Indonesia. Menurutnya, demokrasi Indonesia merupakan jawaban terhadap

skeptisme perjalanan demokrasi di negeri ini. Beliau pun mencontohkan beberapa nada skeptis

yang ditujukan kepada Indonesia. Pertama, demokrasi akan membawa situasi kacau dan

perpecahan. Demokrasi di Indonesia hanyalah perubahan rezim, demokrasi akan memicu

ekstrimisme dan radikalisme politik di Indonesia.

Beliau pun menambahkan bahwa demokrasi di Indonesia menunjukkan Islam dan

moderitas dapat berjalan bersama. Dan terlepas dari goncangan hebat akibat pergantian 4 kali

presiden selama periode 1998-2002, demokrasi Indonesia telah menciptakan stabilitas politik dan

pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Selain itu, Indonesia juga telah berhasil menjadi sebuah

negara demokrasi terbesar di dunia dan melaksanakan pemilu yang kompleks dengan sangat

sukses.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 35

Page 36: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Meski pada awalnya banyak yang meragukan pelaksanaan demokrasi di Indonesia,

kenyataannya demokrasi di Indonesia saat ini telah berusia 10 tahun dan akan terus berkembang.

Sebagian orang pernah berpendapat bahwa demokrasi tidak akan berlangsung lama di Indonesia,

karena masyarakatnya belum siap. Mereka juga pernah mengatakan bahwa negara Indonesia

terlalu besar dan memiliki persoalan yang kompleks. Keraguan tersebut bahkan menyerupai

kekhawatiran yang dapat membuat Indonesia chaos yang dapat mengakibatkan perpecahan.

Sementara itu, mantan wakil perdana menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang turut hadir

menyebutkan bahwa demokrasi telah berjalan baik di Indonesia dan hal itu telah menjadikan

Indonesia sebagai negara dengan populasi 4 besar dunia yang berhasil melaksanakan demokrasi.

Hal ini juga membuat Indonesia sebagai negara berpenduduk Islam terbesar di dunia yang telah

berhasil menerapkan demokrasi. Dia juga berharap agar perkembangan ekonomi juga makin

meyakinkan sehingga demokrasi bisa disandingkan dengan kesuksesan pembangunan. Hal

tersebut tentunya bisa terjadi bila demokrasi dapat mencegah korupsi dan penumpukan kekayaan

hanya pada elit tertentu.

Demokrasi, menurut Anwar Ibrahim, adalah pemberian kebebasan kepada warga negara,

sedangkan kegagalan atau keberhasilan ekonomi menyangkut sistem yang diterapkan.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 36

Page 37: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Negara dan Demokrasi

A. Gagasan Kedaulatan Rakyat

Diskursus ilmiah mengenai negara selalu diwarnai oleh pertanyaan mengenai legitimasi

kekuasaan negara yang besar atas rakyat. Pemikiran mengenai hal ini muncul sejak jaman

Yunani kuno. Pada waktu itu Plato dan Aristoteles menyatakan bahwa negara memerlukan

kekuasaan yang mutlak, untuk mendidik warganya dengan nilai-nilai moral yang rasional.

Sebenarnya pada jaman yang sama, gagasan bahwa rakyat dapat menentukan kebijakan-

kebijakan negara -yang kemudian dikenal dengan nama demokrasi- mulai lahir dengan bentuk

yang masih sangat sederhana. Sistem demokrasi yang terdapat di negara kota (city state)

Yunani Kuno (abad ke-6 sampai abad ke-3 SM) merupakan demokrasi langsung (direct

democracy) yaitu suatu bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-

keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara yang bertindak

berdasarkan prosedur mayoritas. Walaupun pengambilan keputusan secara kolektif telah mulai

diselenggarakan, pelembagaannya belumlah dikenali secara utuh. Pada saat itu, tahap

pemikiran mengenai teori negara baru muncul.

Bagi Plato dan Aristoteles, kekuasaan yang besar pada negara merupakan hal yang

sepatutnya. Individu akan menjadi liar dan tak terkendali bila negara tidak memiliki kekuasaan

yang besar. Latar belakang dari pemikiran mereka adalah bahwa pada dasarnya individu

memiliki kecenderungan yang keras untuk bertindak atas dasar kepentingannya sendiri. Oleh

karena itu, agar keadaan masyarakat tidak menjadi kacau, harus ada lembaga yang kuat untuk

mengarahkan individu-individu dalam masyarakat. Arah dan tujuan negara yang dimaksud oleh

Plato dan Aristoteles adalah penegakan moral dalam masyarakat.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Plato kemudian mengemukakan konsepnya tentang

siapa yang harus menyelenggarakan kekuasaan tersebut. Menurutnya negara harus dikuasai

oleh para filsuf karena hanya filsuf yang dapat melihat persoalan yang sebenarnya dalam

kehidupan dan membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan demikian para

filsuf memiliki kewenangan yang mutlak dalam negara atas dasar kapasitas pribadinya. Bentuk

pemerintahan ini dinamakan oleh Plato dengan "aristokrasi para cendekia".

Dasar pemikiran ini kemudian diadopsi oleh agama katolik pada masa abad

pertengahan dengan alasan pembenar yang berbeda yaitu bahwa pada dasarnya kekuasaan

adalah di tangan Tuhan dan wakil Tuhan di dunia adalah Gereja. Dengan demikian negara

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 37

Page 38: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

yang diberkati oleh gereja adalah negara yang diberkati oleh Tuhan. Kedudukan para filsuf

dalam negara digantikan oleh Gereja yang diwakili oleh Sri Paus, namun dalam pelaksanaan

sehari-hari kekuasaan negara yang mutlak tersebut diberikan kepada raja-raja katolik.

Kekuasaan para raja ini hanya dibatasi oleh hukum agama yang berada di bawah kekuasaan

Gereja.

Pada abad ke-16, dasar pemikiran kekuasaan raja-raja yang mutlak mengalami

pergeseran dari yang bersifat Illahiah menjadi bersifat duniawi kembali. Hal ini ini diawali oleh

perlawanan kaum monarchomacha terhadap raja dan gereja di masa abad pertengahan.

Pemikiran mereka didasarkan pada keraguan terhadap anggapan bahwa raja-raja dan gereja

tidak mungkin melakukan kesewenang-wenangan. Pada tahun 1579 terbit sebuah buku

berjudul Vindiciae Contra Tyrannos, yang kemudian dianggap sebagai buku utama yang

pertama dari kaum Monarchomacha. Buku ini menganut prinsip kedaulatan rakyat dan

menyatakan bahwa meskipun raja dipilih oleh Tuhan, tetapi dia diangkat berdasarkan

persetujuan rakyat. Tiada orang yang dilahirkan sebagai raja, tak mungkin seseorang menjadi

raja tanpa ada rakyat. Timbulnya pemikiran ini dikarenakan adanya kesewenang-wenangan

yang memang terjadi pada masa itu. Arief Budiman mencatat bahwa sejak buku ini terbit,

lahirlah konsep kedaulatan rakyat.

Dengan adanya pemikiran ini, konsep-konsep agamawi yang tadinya dipakai sebagai

dasar, kini bergeser menjadi konsep-konsep duniawi. Akibatnya kaum pembela kekuasaan

negara harus memakai prinsip-prinsip yang bersifat duniawi pula untuk membantah pikiran-

pikiran yang dikemukakan oleh kaum monarchomacha, di antara mereka adalah Grotius dan

Thomas Hobbes. Mereka tidak lagi menggunakan agama sebagai pembenaran bagi kekuasaan

negara yang besar, walaupun mereka mengatakan bahwa bila kekuasaan yang besar tidak

diberikan kepada negara maka masyarakat akan kacau. Mereka mengakui bahwa kekuasaan

negara memang berasal dari rakyat, tetapi kekuasaan itu diberikan justru untuk kepentingan

rakyat itu sendiri.

Pendapat ini kemudian ditentang oleh John Locke, yang juga bertolak dari argumen

masyarakat primitif sebelum adanya negara. Tetapi bagi Locke masyarakat tersebut tidaklah

kacau, bahkan masyarakat itulah yang ideal, karena hak-hak dasar dari manusia tidak

dilangggar. Pemikiran Locke ini diakui sebagai pemikiran yang paling berpengaruh pada pada

gagasan mengenai kedaulatan rakyat. Buku Locke yang berjudul Two Treaties of Government

menyatakan bahwa semua pemerintah yang sah bertumpu pada "persetujuan dari yang

diperintah". Dengan pernyataannya tentang hukum alam itu, Locke membantah pengakuan

bahwa pemerintah, yang pada jamannya ada di bawah kekuasaan gereja, adalah suatu aspek

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 38

Page 39: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

rangkaian takdir Ilahi. Hukum alam identik dengan hukum Tuhan dan menjamin hak-hak dasar

semua orang. Untuk mengamankan hak-hak ini, manusia dalam masyarakat sipil mengadakan

"kontrak sosial" dengan pemerintah.

Pemikiran Locke ini kemudian dikembangkan oleh Montesquieu, yang menyatakan

pentingnya pemisahan kekuasaan kepada tiga aspek, yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan

eksekutif, dan kekuasaan yudikatif. Ajaran ini kemudian dikenal luas dengan nama Trias

Politica. Dengan adanya pemisahan kekuasaan ini, akan terjamin kebebasan pembuatan

undang-undang oleh parlemen, pelaksanaan undang-undang oleh lembaga peradilan, dan

pelaksanaan pekerjaan negara sehari-hari oleh pemerintah.

Proses pemikiran mengenai sumber legitimasi negara, yaitu kedaulatan rakyat, serta

pelembagaannya inilah -setelah melalui proses panjang- yang kemudian melahirkan konsep

demokrasi yang dikenal sekarang. Terlihat bahwa kedaulatan rakyat merupakan argumentasi

yang paling dapat diterima dalam gagasan mengenai legitimasi negara. Konsep inilah yang

merupakan pemikiran awal mengenai demokrasi, yang kemudian berkembang hingga saat ini.

 

B. Perkembangan Gagasan Kedaulatan Rakyat dan Demokrasi

Robert A. Dahl menyatakan bahwa demokrasi yang kita kenal sekarang sebenarnya

merupakan hasil gabungan dari empat sumber, yakni paham demokrasi Yunani, tradisi

Republiken, paham pemerintahan perwakilan, dan logika kesamaan politik. Franz Magnis-

Suseno mengemukakan bahwa logika kesamaan politik barangkali merupakan unsur yang

paling universal. Yang dimaksudkan oleh Robert A. Dahl sebagai logika kesamaan politik

adalah sebuah gagasan yang muncul di banyak lingkungan budaya dan tradisi yang

menganggap bahwa semua anggota sebuah kelompok atau asosiasi sama saja berhak dan

mampu untuk berpartisipasi secara sama dengan rekan-rekannya dalam proses pemerintahan

kelompok atau asosiasi itu.

Sementara, paham demokrasi Yunani juga merupakan bagian yang penting dalam

mewujudkan demokrasi modern yang kita kenal sekarang karena, sebagaimana dikemukakan

di bagian awal bab ini, adanya tradisi untuk mengambil keputusan secara kolektif sebenarnya

sudah dimulai sejak jaman Yunani Kuno. Dalam sistem pemerintahan ini semua keputusan

penting diambil oleh sebuah majelis yang terdiri dari 500 orang yang dipilih untuk jangka waktu

tertentu satu atau dua tahun –oleh semua warga negara (tidak termasuk budak dan wanita)- di

mana orang tidak boleh dipilih lebih dari dua kali, sehingga jumlah warga negara yang secara

aktif terlibat sangat tinggi. Majelis itu mengangkat dan memberhentikan para pemimpin. Dalam

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 39

Page 40: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

pandangan Yunani mengenai demokrasi, suatu tatanan demokrasi sekurang-kurangnya harus

memenuhi enam persyaratan:

1. Warga negara harus cukup serasi dalam kepentingan mereka sehingga mereka sama-

sama memiliki suatu perasaan yang kuat tentang kepentingan umum dan bertindak atas

dasar itu, sehingga tidak nyata-nyata bertentangan dengan tujuan atau kepentingan

pribadi mereka.

2. Warga negara benar-benar harus amat padu dan homogen dalam hal ciri-ciri khas.

3. Jumlah warga negara harus sangat kecil.

4. Warga negara harus dapat berkumpul dan secara langsung memutuskan undang-

undang dan keputusan-keputusan mengenai kebijakan.

5. Namun demikian, partisipasi warga negara tidak hanya terbatas pada pertemuan-

pertemuan Majelis. Mereka juga berpartisipasi dengan aktif dalam memerintah kota.

Selanjutnya pola pemerintahan demokratis juga muncul pada akhir abad ke-11 di kota-kota

Italia Utara dan Tengah. Kota-kota itu tidak mengacu pada kota-kota demokratis Yunani

melainkan pada tradisi Republiken, yaitu tradisi Republik Roma Kuno. Lebih daripada

demokrasi, tradisi republiken sebenarnya merupakan sebuah aristokrasi (kekuasaan di tangan

para bangsawan dan golongan terpandang), tetapi di dalamnya rakyat (plebs) selalu

memainkan peranan amat penting.

Ada dua ciri khusus dari kedua budaya demokratis tersebut di atas, yaitu pertama,

pemerintahan demokratis hanya terwujud dalam kerangka negara yang luasnya tidak terlalu

besar; dan kedua, bahwa demokrasi bersifat cukup langsung di mana majelis rakyat dan badan-

badan perwakilan lain terus menerus berhubungan langsung dengan rakyat yang telah

menetapkan mereka. Akibatnya budaya ini tidak dapat diterapkan pada negara-negara bangsa

yang mulai tumbuh pada abad ke-16. Itulah sebabnya acuan terhadap cita-cita pemerintahan

rakyat secara langsung tidak dapat ditemukan dalam pustaka filsafat politik dan hukum abad

ke-17 dan ke-18. Demokrasi dalam arti modern baru menjadi suatu kemungkinan real sesudah

sebuah unsur baru masuk ke dalam wawasan para pemikir politik: prinsip perwakilan atau

pemerintahan representatif. Selanjutnya Suseno mencatat bahwa demokrasi representatif itu

baru menjadi cita-cita pemikiran politik berkat adanya dua peristiwa besar, yaitu revolusi anti

kerajaan Inggris di Amerika yang menghasikan United States of America pada tahun 1776 dan

revolusi Perancis tahun 1789.

Dengan adanya dua peristiwa tersebut, cita-cita kekuasaan di tangan rakyat yang diberi

dasar ideologis baru oleh paham kehendak umum Rousseau yang kelihatan begitu utopis,

sekarang dapat dikawinkan dengan paham John Locke tentang pemerintahan yang terbatas

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 40

Page 41: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

dan terkontrol. Seratus tahun kemudian, pada akhir abad ke-19, pola pemerintahan demokratis

modern sudah mulai terwujud dalam beberapa negara.

Setelah pola pemerintahan yang demokratis itu dikenali dalam berbagai sistem

pemerintahan di dunia, timbul pula keinginan untuk menyelenggarakan hak-hak politik itu

secara efektif. Untuk itu, timbul pula gagasan bahwa cara yang terbaik untuk membatasi

kekuasaan pemerintah ialah dengan suatu konstitusi, apakah ia berupa naskah (written

constitution) atau tidak berupa naskah (unwritten constitution). Konstitusi itu menjamin hak-hak

politik dan menjalankan pembagian kekuasaan negara sedemikian rupa, sehingga kekuasaan

eksekutif diimbangi oleh kekuasaan parlemen dan lembaga-lembaga hukum. Gagasan ini

dinamakan konstitusionalisme, sedangkan negara yang menganut gagasan ini dinamakan

Constitutional State atau Rechtsstaat, dan konsep demokrasi yang dituangkan ke dalam

konstitusi tersebut disebut sebagai demokrasi konstitusional. Istilah "negara hukum" yang kita

kenal sekarang, atau dikenal luas dengan Rechsstaat (Eropa Kontinental) dan Rule of Law

(Anglo Saxon), merupakan suatu penamaan yang diberikan oleh para ahli hukum pada

permulaan abad ke-20 terhadap gagasan konstitusionalisme.

 C. Pembagian Kekuasaan Dalam Negara Demokrasi Modern

Konstitusi lahir karena adanya semangat untuk membatasi kekuasaan, sehingga di

dalamnya dimuat pemisahan (atau pembagian) kekuasaan negara. Kemudian, untuk dapat

menyelenggarakan negara harus ditentukan pula sistem organisasi yang mengatur relasi antara

cabang-cabang kekuasaan negara. Dalam sistem yang demokratis, kedaulatan adalah di

tangan rakyat. Konsekuensinya, sistem organisasi ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga

kekuasaan yang dilahirkan akan tetap mengakomodasikan kedaulatan rakyat tersebut.

Kekuasaan dapat dibagi dengan dua cara, yaitu:

1. Secara vertikal, yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatnya. Dalam hal ini yang

dimaksud adalah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Carl. J.

Friedrich menggunakan istilah pembagian kekuasaan secara teritorial (territorial division

of power), sedangkan Hans Kelsen mengistilahkannya dengan forms of organization.

Secara umum pembagian ini biasa disebut dengan "bentuk negara", yaitu negara

kesatuan, konfederasi dan federasi.

2. Secara horisontal, yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Pembagian ini

menunjukkan pembedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat legislatif,

eksekutif, dan yudikatif, yang lebih dikenal dengan trias politica. Dalam bagian ini,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 41

Page 42: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

pembahasan untuk pembagian kekuasaan secara horisontal akan ditujukan pada sistem

relasi antara cabang-cabang kekuasaan horisontal, yaitu yang biasanya disebut dengan

"sistem pemerintahan".

Sebenarnya kadar demokrasi suatu negara tidak dapat serta merta diukur dari sistem

pembagian kekuasaan yang dipilihnya. Bahkan harus disadari bahwa tidak ada suatu konsep

yang pasti dan bersifat universal dalam sistem ketatanegaraan. Konsep-konsep yang pada saat

ini dikenal luas pun tidak boleh dipahami sebagai sistem yang harus diterapkan dan dikenali

secara langsung pelaksanaannya dalam berbagai negara, sebab sesuai dengan sifatnya,

sistem penyelenggaraan negara adalah suatu proses yang lahir dari berbagai kondisi dalam

masing-masing negara. Sehingga negara-negara demokrasi dapat dijalankan dengan berbagai

variasi pembagian kekuasaan, baik vertikal maupun horisontal, yang lahir dari sejarah praktek

ketatanegaraan yang ada di dunia. Masalah yang jauh lebih penting adalah apakah sistem yang

dipilih itu kemudian diselenggarakan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu antara lain

adanya partisipasi rakyat dan perlindungan HAM. Namun di lain pihak, uraian mengenai

konsep-konsep ini penting juga untuk dikemukakan mengingat bahwa pemahaman dan

diskursus seputar penyelenggaraan negara akan selalu diwarnai oleh konsep-konsep ini

sebagai landasan analisisnya.

Pada dasarnya, tiap variasi dari sistem pembagian kekuasaan negara cenderung

berintikan prinsip demokrasi. Permasalahannya kemudian, variasi-variasi inti tersebut sangat

terbuka untuk dilaksanakan sedemikian rupa oleh penguasa pada suatu negara sehingga justru

dapat mengurangi kadar demokrasi yang terkandung dalam variasi intinya. Pengurangan ini

bisa memiliki dua akibat, yaitu berakibat negatif terhadap demokrasi, dalam arti mengurangi

kadar demokrasinya, dan bersifat positif, dalam arti perubahan yang dibuat sama sekali tidak

mengurangi kandungan prinsip-prinsip demokrasi di dalamnya, bahkan dapat menggabungkan

kelebihan-kelebihan di antara keduanya yang justru membuatnya menjadi lebih

mengedepankan partisipasi rakyat.

1. Pembagian Kekuasaan Secara VertikalPembagian kekuasaan secara vertikal dapat juga dinamakan pembagian kekuasaan

secara teritorial, yaitu persoalan integrasi dari golongan-golongan yang berada di dalam suatu

wilayah. Hans Kelsen dalam studinya menyatakan bahwa negara adalah suatu tata hukum,

unsur-unsur negara yang mencakup wilayah dan rakyat adalah bidang validitas teritorial dan

personal dari tata hukum tersebut. Bentuk-bentuk organisasi negara yang berkaitan dengan

pembagian teritorial diistilahkan oleh Kelsen dengan sentralisasi dan desentralisasi. Konsep

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 42

Page 43: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

tentang suatu tata hukum yang sentralistis mengandung arti bahwa semua normanya berlaku

bagi seluruh teritorial yang dijangkaunya; ini berarti bahwa semua normanya memiliki bidang

validitas teritorial yang sama. Di lain pihak, suatu tata hukum yang desentralistis terdiri atas

norma-norma yang memiliki bidang validitas teritorial yang berbeda. Oleh karena itu, Kelsen

tidak membedakan secara tajam antara negara Konfederasi, Negara Kesatuan, dan Negara

Federal. Ia hanya membedakan ketiga bentuk negara tersebut dari "derajat desentralisasinya".

Menurut Kelsen, pada skala desentralisasi, negara federal berada di antara negara kesatuan

dan perserikatan negara-negara menurut hukum internasional.

1.1. Konsep Negara KonfederasiMenurut L. Oppenheim suatu "konfederasi terdiri dari beberapa negara yang berdaulat

penuh yang untuk mempertahankan kedaulatan ekstern dan intern, bersatu atas dasar

perjanjian internasional yang diakui dengan menyelenggarakan berapa alat perlengkapan

tersendiri yang mempunyai kekuasaan tertentu terhadap negar anggota konfederasi, tetapi

tidak terhadap warga negara-negara itu." Kekuasaan alat bersama itu sangat terbatas dan

hanya mencakup persoalan-persoalan yang telah ditentukan. Negara-negara yang tergabung

dalam konfederasi itu tetap merdeka dan berdaulat, sehingga konfederasi itu pada hakekatnya

bukan merupakan negara, baik ditinjau dari sudut ilmu politik maupun dari sudut hukum

internasional. Oleh karena itu, pembahasan mengenai bentuk negara dalam studi ini hanya

akan difokuskan pada dua bentuk lainnya, yaitu negara kesatuan dan federal.

1.2. Konsep Negara KesatuanMenurut C.F. Strong negara kesatuan ialah bentuk negara di mana wewenang legislatif

tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislatif nasional/pusat. Pemerintah pusat mempunyai

wewenang untuk menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada daerah berdasarkan hak

otonomi (negara kesatuan dengan sistem desentralisasi), tetapi pada tahap akhir kekuasaan

tertinggi tetap di tangan pemerintah pusat. Yang menjadi hakekat negara kesatuan adalah

bahwa kedaulatannya tidak terbagi, atau dengan perkataan lain kekuasaan pemerintah pusat

tidak dibatasi oleh karena konstitusi negara kesatuan tidak mengakui badan legislatif lain selain

dari badan legislatif pusat.

C.F. Strong selanjutnya menyatakan bahwa ada dua ciri mutlak yang melekat pada

negara kesatuan, yaitu: (1) adanya supremasi dari dewan perwakilan rakyat pusat; dan (2) tidak

adanya badan-badan lainnya yang berdaulat. Dengan demikian bagi para warga negaranya

dalam negara kesatuan itu hanya terasa adanya satu pemerintah.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 43

Page 44: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

1.3. Konsep Negara FederalMenurut K.C. Wheare dalam bukunya Federal Government, prinsip federal adalah ialah

bahwa kekuasaan dibagi sedemikian rupa sehingga pemerintah federal dan pemerintah negara

bagian dalam bidang-bidang tertentu adalah bebas satu sama lain. Misalnya dalam soal

hubungan luar negeri dan soal mencetak uang, pemerintah federal bebas sama sekali dari

campur tangan pemerintah negara bagiannya; sedangkan dalam soal kebudayaan, kesehatan,

dan sebagainya, pemerintah negara bagian biasanya bebas dengan tidak ada campur tangan

dari pemerintah federal. Tetapi dalam beberapa hal oleh warga negara terasa adanya dua

kekuasaan, oleh karena dalam beberapa hal ia harus mentaati dua pemerintahan. Misalnya

saja seorang Amerika yang tinggal di negara bagian California harus membayar pajak baik

kepada pemerintah negara-bagian California maupun kepada pemerintah federal Amerika

Serikat.

Untuk membentuk negara federal, menurut C.F. Strong diperlukan dua syarat, yaitu: (1)

adanya perasaan sebangsa di antara kesatuan-kesatuan politik yang hendak membentuk

federasi itu; dan (2) adanya keinginan pada kesatuan-kesatuan politik tersebut untuk

mengadakan ikatan terbatas, oleh karena apabila kesatuan-kesatuan politik itu menghendaki

persatuan sepenuhnya, maka bukan federasilah yang dibentuk, melainkan negara kesatuan.

Bentuk negara yang bersifat lebih menyentuh langsung kepada hukum nasional adalah

negara kesatuan dan negara federal. Sementara konsep konfederasi lebih cenderung kepada

pola hubungan antar negara dalam lingkup hubungan internasional. R. Kranenburg

mengemukakan adanya dua kriteria untuk membedakan antara negara kesatuan dan negara

federal berdasarkan hukum positif sebagai berikut:

a. Negara bagian suatu federasi memiliki "pouvoir constituant", yakni wewenang untuk

membentuk undang-undang dasar sendiri serta wewenang mengatur bentuk organisasi

sendiri dalam rangka dan batas-batas konstitusi federal, sedangkan dalam negara

kesatuan organisasi bagian-bagian negara (yaitu pemerintah daerah) secara garis

besarnya telah ditetapkan oleh pembentuk undang-undang pusat.

b. Dalam negara federal, wewenang membentuk undang-undang pusat untuk mengatur

hal-hal tertentu telah terperinci satu per satu dalam konstitusi federal, sedangkan dalam

negara kesatuan wewenang pembentukan undang-undang pusat ditetapkan dalam

suatu rumusan umum dan wewenang pembentukan undang-undang rendahan (lokal)

tergantung pada badan pembentuk undang-undang pusat itu.

Pendapat lainnya datang dari Kelsen, yang lebih memandang derajat desentralisasi sebagai

suatu pembagian kekuasaan secara vertikal daripada penamaannya. Kelsen menyatakan

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 44

Page 45: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

bahwa demokrasi dapat dideskripsikan sebagai suatu metode pembuatan norma-norma yang

desentralistis. Sebab dalam suatu negara demokrasi norma-norma hukum dibuat oleh berbagai

individu yang perbuatannya diatur oleh norma-norma hukum tersebut, dan organ-organ

pembuat hukum ini tersebar di seluruh teritorial berlakunya tata hukum ini. Berangkat dari

pemikiran ini, selanjutnya Kelsen berpendapat bahwa hanya derajat desentralisasi itulah yang

membedakan negara kesatuan dari negara federal. Bahkan dalam paparan selanjutnya, Kelsen

hanya menguraikan perbedaan-perbedaan antara negara federal dan konfederasi negara-

negara, karena menurutnya negara federal berbeda dari negara kesatuan dengan propinsi-

propinsi yang otonom hanya oleh fakta bahwa masalah yang menjadi bidang pengaturan

negara-negara bagian adalah lebih beraneka ragam (luas) dan penting daripada masalah yang

menjadi bidang pengaturan provinsi-provinsi yang otonom.

2. Relasi Antar Lembaga-Lembaga Negara dalam Pembagian Kekuasaan Secara Horisontal

Relasi yang paling penting dalam pembagian kekuasaan antar lembaga-lembaga

negara adalah relasi antar lembaga eksekutif dan legislatif. Sementara lembaga yudikatif justru

harus memiliki relasi yang bersifat tidak dapat saling mempengaruhi dengan lembaga-lembaga

negara lainnya. Fungsi lembaga yudikatif sebagai lembaga yang menegakkan hukum dan

keadilan dan menjaga hak-hak asasi manusia menyebabkan lembaga ini harus mandiri dan

terbebas dari intervensi lembaga-lembaga negara lainnya. Pada sisi lain, pola hubungan antara

kekuasaan eksekutif dan legislatif menjadi isu yang amat penting dalam negara demokratis

karena gagasan demokrasi konstitusional sendiri berpijak dari keinginan untuk membatasi

kekuasaan negara (yang dijalankan oleh lembaga eksekutif) dan melembagakan kedaulatan

rakyat (yang salah satunya dilakukan melalui adanya lembaga legislatif).

Pada dasarnya ada dua bentuk relasi antara lembaga eksekutif dan legislatif, yaitu sistem

pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensial.

2.1. Sistem Pemerintahan ParlementerAda sebelas ciri-ciri utama pemerintahan parlementer yang dikemukakan oleh Douglas

V. Verney, sebagai berikut.

a. Majelis menjadi parlemen.

Dalam teori sistem pemerintahan, terdapat tiga fase kekuasaan pemerintahan,

meskipun peralihan dari fase satu ke fase yang lain tidak selalu tampak jelas. Pada

awalnya, pemerintahan dipimpin oleh seorang raja yang bertanggung jawab atas

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 45

Page 46: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

seluruh sistem politik atau sistem kenegaraan. Kemudian muncul sebuah majelis

dengan anggota yang menentang hegemoni raja. Terakhir, majelis mengambil alih

tanggung jawab atas pemerintahan dengan bertindak sebagai parlemen sehingga raja

kehilangan sebagian besar kekuasaan tradisionalnya.

b. Eksekutif dibagi ke dalam dua bagian.

Salah satu konsekuensi penting dari perubahan majelis ke dalam parlemen adalah

bahwa sekarang eksekutif menjadi terbagi dua, perdana menteri atau kanselir menjadi

kepala pemerintahan dan raja atau presiden yang bertindak sebagai kepala negara.

Biasanya raja menduduki tahta karena keturunan (meskipun ada raja yang dipilih,

misalnya di Malaysia), sedangkan presiden dipilih oleh parlemen.

c. Kepala Negara mengangkat Kepala Pemerintahan

Dalam sistem parlementer yang membagi eksekutif menjadi dua bagian (kepala negara

dan kepala pemerintahan), kepala pemerintahan diangkat oleh kepala negara. Jika para

pemilih melakukan tugas ini, secara langsung atau melalui lembaga pemilihan seperti di

Amerika Serikat atau I Finlandia, maka sistem ini akan menjadi sistem presidensial.

d. Kepala pemerintahan mengangkat menteri

Salah satu ciri yang menarik dari parlementerisme adalah perbedaan antara perdana

menteri dan para menteri lain. Perdana Menteri diangkat oleh kepala negara, sedangkan

para menteri dipilih oleh Perdana Menteri setelah ia diangkat.

e. Kementerian (pemerintah) adalah badan kolektif

Peralihan dari pemerintahan monarki ke dewan menteri mengandung arti bahwa

seseorang (seorang penguasa) digantikan oleh sebuah badan kolektif. Di bawah rejim

lama, kekuasaan ini dipegang oleh raja (le roi le veult), di bawah parlementarisme,

perdana menteri merupakan orang pertama di antara pemegang jabatan yang setara

(primus inter pares), meskipun beberapa perdana menteri lebih berkuasa dari perdana

menteri lain.

f. Menteri biasanya merupakan anggota parlemen

Para anggota pemerintahan memainkan peranan ganda dalam sistem parlementer.

Mereka tidak saja menjadi menteri tetapi juga menjadi anggota parlemen, yang dipilih

(kecuali anggota Majelis Tinggi Inggris) seperti para anggota majelis dan juga

bergantung pada kehendak pemilih mereka. Karena parlemen terdiri dari pemerintah

dan majelis, maka seorang anggota pemerintahan adalah anggota parlemen secara ipso

facto, tetapi ia tidak dapat menjadi anggota majelis. Di negara-negara dengan sistem

parlementer penuh, seperti di Inggris di mana para menteri adalah anggota parlemen,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 46

Page 47: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

tampak sulit untuk membedakan antara pemerintah, parlemen, dan majelis dengan

jelas.

g. Pemerintah bertanggung jawab secara politik kepada majelis

Dalam sistem parlementer, pemerintah bertanggung jawab kepada majelis yang

mungkin menolak memberikan dukungan jika majelis berpendapat bahwa pemerintah

bertindak tidak bijaksana atau bertindak bukan atas dasar konstitusi. Melalui mosi tak

percaya atau dengan menolak usulan penting dari pemerintah, majelis dapat memaksa

pemerintah untuk mengundurkan diri dan mendorong kepala negara untuk menentukan

pemerintahan yang baru.

h. Kepala pemerintahan dapat memberikan pendapat kepada kepala negara untuk

membubarkan parlemen.

Dalam monarki pra-parlementer di Eropa, jika tidak puas dengan majelisnya, raja dapat

membubarkan salah satu atau kedua badan legislatif dalam maksud untuk

mengamankan pemilihan para wakil yang lebih bertanggung jawab setelah pemilihan

baru. Saat inipun, di mana pemerintahan dibagi dua, kepala negara tetap membubarkan

parlemen, tetapi ia melakukannya hanya atas permintaan kepala pemerintahan.

i. Parlemen sebagai suatu kesatuan memiliki supremasi atas kedudukan yang lebih tinggi

dari bagian-bagiannya pemerintah dan Majelis, tetapi mereka tidak saling menguasai.

Konsep supremasi parlemen sebagai suatu kesatuan atas bagian-bagiannya merupakan

satu ciri khas dari sistem parlementer. Pemerintah bergantung pada dukungan majelis

jika pemerintahan ingin terus berkuasa, tetapi majelis tidak memiliki supremasi karena

pemerintah dapat membubarkan parlemen dan mengadakan pemilihan umum. Banyak

sistem parlementer gagal karena satu atau beberapa unsurnya menyatakan supremasi,

dan parlemen sebagai suatu kesatuan tidak berkuasa atas pemerintah dan majelis.

Pada prakteknya, sifat supremasi parlemen ini berbeda-beda dari satu negara ke negara

lain. Di Inggris dan Skandinavia, tekanan diberikan pada peranan pemerintah di

parlemen, dan di Britania sistem ini disebut "pemerintahan kabinet". Di negara-negara

lain, terutama di Republik Ketiga dan Keempat Perancis, peranan dominan di parlemen

telah dimainkan oleh majelis.

j. Pemerintah sebagai suatu kesatuan hanya bertanggung jawab secara tak langsung

kepada para pemilih.

Meskipun bertanggung jawab langsung kepada majelis, pemerintah parlementer hanya

bertanggung jawab secara tak langsung kepada pemilih. Pemerintah secara

keseluruhan tidak dipilih secara langsung oleh para pemilih tetapi diangkat secara tak

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 47

Page 48: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

langsung dari para anggota majelis. Di masa lalu hubungan langsung antara raja dan

rakyat di mana individu-individu boleh mengajukan petisi kepada raja mereka telah

hilang ketika parlementarisme diperkenalkan.

Memang benar bahwa para anggota pemerintahan, seperti juga anggota parlemen

lainnya, harus mewakili para pemilih. Namun mereka bukan merupakan anggota

pemerintahan kecuali sebagai calon anggota majelis. Tanggung jawab untuk

menjadikan mereka (setelah dipilih) sebagai menteri terletak di tangan perdana menteri

saja (dan tentunya di tangan raja).

k. Parlemen adalah fokus kekuasaan dalam sistem politik.

Penyatuan kekuasaan eksekutif dan legislatif di parlemen menyebabkan penumpukan

kekuasaan parlemen dalam tatanan politik. Verney mengibaratkannya sebagai drama.

DI panggung parlemen ini drama politik dipentaskan; parlemen merupakan forum untuk

mengajukan berbagai gagasan bangsa dan merupakan sekolah tempat para calon

pemimpin politik dididik. Agar parlementarisme berhasil, maka pemerintah tidak boleh

banyak omong terhadap penolakan parlemen atas programnya, atau bergerenyit atas

kritik yang dilontarkan kepada penyelenggara pemerintahannya. Kemudian majelis

harus menahan diri untuk tidak menjalankan fungsi pemerintah. Di sini terdapat

keseimbangan kekuasaan tanpa mencari keuntungan bagi setiap institusi.

2.2. Sistem Pemerintahan PresidensialPemerintahan presidensial seringkali dihubungkan dengan teori pemisahan kekuasaan

yang populer pada abad ke-18 ketika UUD Amerika Serikat disusun.

Verney mengemukakan sebelas ciri-ciri pemerintahan presidensial, sebagai berikut.

a. Majelis tetap sebagai majelis saja.

Teori parlementer menyatakan bahwa fase kedua dan perkembangan konstitusi, di

mana majelis dan badan yudikatif menyatakan batas yurisdiksi masing-masing di

samping eksekutif, memberi jalan ke arah fase ketiga di mana majelis dan pemerintahan

dilebur ke dalam satu parlemen. Sedangkan teori presidensialis menuntut agar majelis

tetap terpisah seperti dalam fase kedua.

b. Eksekutif tidak dibagi, melainkan hanya ada seorang presiden yang dipilih oleh rakyat

untuk masa jabatan tertentu pada saat majelis dipilih.

Penetapan eksekutif yang terpisah dimungkinkan karena eksekutif tidak terbagi

sebagaimana yang terjadi dalam sistem parlementer. Presiden dipilih untuk masa

jabatan yang pasti, hal ini mencegah majelis memaksa pengunduran dirinya, kecuali

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 48

Page 49: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

dengan tuduhan pelanggaran yang serius, dan sekaligus menuntut presiden untuk

bersedia dipilih kembali melalui pemilihan umum jika ia ingin terus memegang

jabatannya, namun sebaiknya masa jabatan presiden ini dibatasi pada beberapa kali

masa jabatan. Hal yang juga penting adalah pemilihan presiden pada saat bersamaan

dengan pemilihan majelis, mekanisme ini akan menghubungkan dua cabang

pemerintahan, mendorong persatuan partai dan memperjelas berbagai masalah.

c. Kepala pemerintahan adalah kepala negara.

Jika dalam monarki praparlementer kepala negara juga merupakan kepala

pemerintahan, maka dalam sistem presidensial kepala pemerintahan menjabat sebagai

kepala negara. Ini merupakan satu perbedaan penting karena perbedaan ini menarik

perhatian ke arah kedudukan yang terbatas dan keadaan di seputar jabatan presiden.

Presiden mempunyai sedikit konsekuensi hingga ia dipilih sebagai pemimpin politik oleh

para pemilihnya dan ia tidak lagi memegang kekuasaan apapun setelah masa

jabatannya berakhir. Aspek seremonial dari kedudukannya sebagai kepala negara

hanya mencerminkan prestise politiknya.

d. Presiden mengangkat kepala departemen yang merupakan bawahannya.

Perdana menteri dalam sistem pemerintahan parlementer mengangkat menteri-menteri

yang merupakan rekan-rekannya di parlemen untuk bersama-sama membentuk

pemerintahan. Sedangkan dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden

mengangkat menteri-menteri untuk dijadikan kepala departemen eksekutif di bawahnya.

Dalam aturan formal yang berlaku di Amerika Serikat dan Filipina, pengangkatan

menteri oleh presiden harus mendapatkan persetujuan dari majelis atau salah satu

organnya (di Amerika Serikat adalah Senat dan di Filipina adalah Komisi

Pengangkatan), sehingga pemilihan oleh presiden terbatas pada orang-orang yang

disetujui oleh badan itu. Hal ini menghindarkan presiden untuk mengangkat orang-orang

yang diragukan kapabilitas pribadinya.

e. Presiden adalah eksekutif tunggal.

Dalam sistem pemerintah presidensial, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh satu

orang, yakni presiden. Berbeda dengan sistem pemerintahan parlementer yang bersifat

kolektif, perdana menteri berkedudukan setara dengan menteri-menteri lainnya.

f. Anggota majelis tidak boleh menduduki jabatan pemerintah dan sebaliknya.

Dalam konvensi atau aturan parlementer negara-negara yang menganut sistem

pemerintahan parlementer, kecuali Belanda dan Norwegia, seseorang dibolehkan untuk

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 49

Page 50: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

menduduki jabatan eksekutif dan legislatif sekaligus. Dalam sistem pemrintahan

presidensial, orang yang sama tidak boleh menduduki dua jabatan tersebut.

g. Eksekutif bertanggung jawab kepada konstistusi.

Sistem pemerintahan presidensial menuntut presiden untuk bertanggung jawab kepada

konstistusi, bukan kepada majelis sebagaimana dalam sistem parlementer. Biasanya

majelis meminta presiden bertanggung jawab kepada konstitusi melalui proses dakwaan

berat atau mosi tidak percaya, namun hal ini tidak berarti ia bertanggung jawab kepada

majelis seperti dalam pengertian parlementer. Dakwaan ini menuntut kepatuhan hukum

dan sangat berbeda dengan pelaksanaan kontrol politik atas tindakan presiden.

h. Presiden tidak dapat membubarkan atau memaksa majelis.

Majelis dalam sistem presidensial tidak dapat memberhentikan presiden, begitu pula

sebaliknya presiden tidak dapat membubarkan majelis dan oleh karena itu mereka juga

tidak dapat saling memaksa. Hal ini, menurut pendukung sistem presidensial,

merupakan keadaan yang mendukung mekanisme check and balance agar berjalan

secara optimal.

i. Majelis berkedudukan lebih tinggi dari bagian-bagian pemerintahan lain dan tidak ada

peleburan bagian eksekutif dan legislatif seperti dalam sebuah parlementer.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, dalam sistem presidensial terlihat seperti ada

kecenderungan tidak adanya lembaga yang dominan atas lembaga lain, karena

presiden dan majelis sama-sama independen. Namun dalam praktek ada hal-hal yang

justru memperlihatkan bahwa majelis berkedudukan lebih tinggi dari lembaga-lembaga

lain termasuk lembaga yudikatif. Salah satu contohnya adalah bahwa majelis dengan

dasar UUD dapat menjatuhkan hukuman kepada presiden dalam proses dakwaan berat.

Contoh lainnya adalah kekuasaan mejelis untuk mengubah UUD menempatkan majelis

sebagai lembaga yang dapat berbuat apa saja dalam mengatur kekuasaan lembaga-

lembaga lain dalam negara. Dalam sistem parlementer, konstitusi harus diubah dengan

persetujuan pemerintah dan parlemen, sedangkan dalam sistem presidensial majelis

dapat merubah UUD tanpa persetujuan presiden.

j. Eksekutif bertanggung jawab langsung kepada para pemilih.

Dalam sistem pemerintahan presidensial, presiden dipilih oleh rakyat, baik secara

langsung atau melalui badan pemilihan, sedangkan perdana menteri dalam sistem

parlementer dipilih oleh badan legislatif. Konsekuensi dari sistem ini adalah presiden

akan merasa lebih kuat kedudukannya dari pada para wakil rakyat, karena ia dipilih oleh

seluruh rakyat sedangkan para wakil rakyat dipilih oleh sebagian rakyat. Di beberapa

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 50

Page 51: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

negara Amerika Latin dan Perancis di masa de Gaulle, presiden dapat melangkah lebih

jauh dari batas kekuasaannya dengan menggunakan alasan ini.

k. Tidak ada fokus kekuasaan dalam sistem politik.

l. Apabila dalam sistem parlementer kegiatan politik bertumpu pada parlemen, maka

dalam sistem presidensial tidak ada lembaga yang menjadi konsentrasi kekuasaan,

karena pada kenyataannya kekuasaan menjadi terbagi dan masing-masing lembaga

memiliki kewenangan yang dikontrol oleh lembaga lainnya

Keberpihakan Indonesia Baru

Politik adalah Keberpihakan

Realitas politik adalah realitas keberpihakan. Seperti ditulis John Maccionis, politik berkaitan erat dengan distribusi kekuasaan dan pengambilan keputusan. Bahkan menurut Marx, "…politik memegang peranan tertinggi sementara negara hanyalah sebuah panitia yang mengelola kepentingan kaum berkuasa secara menyeluruh" (Budiman, 1997: 56).Dalam kehidupan riil, paradigma politik akan menentukan pada siapa, atau kelompok mana, realitas politik berpihak. Realitas politik negara-negara kapitalis misalnya, cenderung berpihak pada kaum borjuis, para pemilik modal; sebaliknya di negara sosialis, realitas politik merupakan representasi kepentingan kaum pekerja, atau di negara feodal cenderung mengadaptasi kepentingan kaum bangsawan.

Maka, jelas kiranya jika kemudian berbagai kebijakan bagi masyarakat juga diwarnai oleh realitas politik itu. Padahal, kebijakan (policy) seharusnya adalah keputusan-keputusan publik yang diambil negara dan dilaksanakan aparat birokrasinya. Maka, idealnya, kebijakan pemerintah ditujukan untuk rakyat keseluruhan, tidak pada kelompok tertentu. Namun sebagai manifestasi keberpihakan politik, kebijakan pun menjadi tidak bebas nilai dan sulit untuk tidak memihak, seperti halnya yang terjadi di Indonesia selama hampir 55 tahun keberadaannya ini.

Selama Orde Lama, kebijakan politik condong ke polarisasi partisan antar partai politik. Orde Baru justru sebaliknya, kekuasaan negara diperkuat dan partisipasi politik rakyat ditutup. Walau keduanya mengklaim Pancasila sebagai ideologi negara, di satu sisi Orde Lama condong ke ideologi sosialis dengan komitmen poros Jakarta-Peking-Moskow, sedangkan Orde Baru memberi ruang tumbuhnya ideologi kapitalis dengan mendukung sepenuhnya kebijakan kapitalisme internasional melalui WTO, pasar bebas dan IMF. Namun di sisi lain, baik Orde Lama maupun Orde Baru menggunakan pola-pola otoritarian. Juga sosok Soekarno dan Soeharto, dengan atribut kebesaran-militernya, telah melanggengkan pola otoriter yang mematikan diskursus demokrasi. Maka, tidak heran walau keduanya mengakui Pancasila sebagai ideologi, keberpihakan Orde Lama dinilai lebih condong pada sosialisme-otoritarian sementara

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 51

Page 52: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Orde Baru kapitalisme-otoritarian. Rakyat sebagai tujuan akhir perjuangan politik tetap ditinggalkan.

Keberpihakan yang dilandasi paradigma dan realitas politik demikianlah yang harus ditinjau kembali. Kehidupan rakyat secara holistik dan sistemiklah yang sepantasnya mendapat pemihakan politik. Di sinilah masalahnya. Paradigma dan realitas politik bersumber pada keyakinan dimana ideologi yang dianggap paling benar mengalir dan menentukan pola-laku seluruh masyarakat, termasuk yang tidak berideologi sama. Hal ini jelas menunjukkan tiadanya pemihakan pada manusia secara universal. Maka, politik harus mengubah orientasinya dari basis ideologis yang mereduksi partisipasi golongan masyarakat ‘yang berbeda’, ke basis humanisme universal yang memberi ruang bagi seluruh warga negara dengan semua keyakinannya untuk hidup bersama dalam tatanan sistemik yang lebih adil.

Wacana Baru Demokrasi Sosial

Demokrasi Sosial yang pernah dikenal sebagai ‘jalan tengah’ atau ‘jalan ketiga’ antara kapitalisme dan sosialisme, kini mendapat makna baru setelah runtuhnya Tembok Berlin dan Uni Soviet. Wacana Demokrasi Sosial saat ini, menurut Giddens dalam "Jalan Ketiga" adalah wacana pasca perdebatan kapitalisme-sosialisme klasik; wacana tentang jalannya dunia baru, yang selain memberikan kenyamanan dan keamanan hakiki (ontological security) namun sekaligus juga memiliki potensi resiko hidup yang tinggi (high consequence risk). Karenanya, diperlukan pula pergeseran-pergeseran dalam struktur dukungan dan pemihakan politik.

Ide Demokrasi Sosial lama, sebagaimana halnya Kapitalisme dan Sosialisme klasik, berdasar pada filsafat Cartesian dan Newtonian yang mereduksi sistem masyarakat-negara dalam kelas-kelas dan berpihak pada kelas penguasa. Demokrasi Sosial baru melihat tata masyarakat, termasuk peranan perempuan dan lingkungan yang lama diabaikan, sebagai sebuah kesatuan dan tujuan pemihakan politik, karena dunia secara fundamental sudah berubah.Dalam "Matinya Negara-Bangsa", Kenichi Omahe pun mengatakan, "…kita sekarang hidup dalam sebuah dunia tanpa batas, dimana negara-bangsa telah menjadi sebuah ‘rekaan’ dan di mana para politikus telah kehilangan semua kekuatan efektif mereka."

Pandangan yang ditentang para penganut sosialisme, kapitalisme, bahkan demokrasi sosial klasik ini secara obyektif sebenarnya menggagas fenomena dan perubahan dunia yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya, yang perlahan tapi pasti mengemuka sebagai masalah sistemik-saling-terkait (nested systemic problems) yang dihadapi seluruh penduduk dunia. Globalisasi yang sudah menjadi keniscayaan tidak mungkin dibicarakan tanpa membahas salah satu implikasinya yang penting yaitu individualisme. Lebih jauh, individualisme juga ditengarai sebagai dampak modernisasi masyarakat global yang sukar diklaim keberpihakannya; ke kanan (artinya kapitalistik) atau ke kiri (sosialistik), sebab keduanya makin kehilangan makna. Maka, para pelaku politik mengambil peran sentral dalam mendorong proses demokratisasi. Selain itu,

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 52

Page 53: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

timbul kesadaran lain dalam masyarakat global, yaitu penghargaan akan lingkungan hidup kita (ekologi).

Keberpihakan Indonesia Baru

Suka atau tidak, Indonesia sebagai sebuah entitas masyarakat, saat ini tengah bergerak, bergeser dan berayun. Ayunan tersebut, sebagian adalah hasil interaksi masyarakat, sebagian lain terdorong dunia yang juga tengah berayun. Dari sudut pandang Demokrasi Sosial, ‘ayunan’ inilah yang mengarah pada tujuan yang lebih mendasar, yaitu komitmen dan pemihakan politik pada kesejahteraan rakyat. Demokrasi Sosial melihat, proses pembangunan Indonesia Baru sebagai manifestasi praktis ide politik, harus bersifat menyeluruh dan sistemik dalam kerangka pikir holistik. Reduksi-reduksi terhadap rakyat maupun pembangunan harus dihentikan.

Indonesia Baru semestinya merupakan sebuah situasi sosial, yang ditandai peningkatan kualitas kehidupan serta tatanan masyarakat yang menghargai keragaman pilihan politik, ekonomi dan sosial. Tatanan masyarakat ini harus mengarah kepada upaya penegakan Hak Asasi Manusia, Keadilan dan Kesetaraan serta memiliki komitmen yang serius dalam Pelestarian Lingkungan. Dengan demikian, Indonesia Baru secara politik haruslah merupakan perwujudan nyata dari kemenangan dan kedaulatan rakyat atas negara.

Secara lebih konkrit, pemihakan pada rakyat harus dimulai dengan sikap berpihak pada mereka yang paling dipinggirkan selama ini, yang tidak punya akses baik pada sumber daya ekonomi sehingga miskin dan melarat, maupun pada keputusan-keputusan politik di tingkat basis masyarakat. Para petani penggarap, buruh, pekerja kasar, anak-anak jalanan, juga pegawai negeri golongan rendah dan tentara berpangkat rendah, adalah mereka yang harus menjadi perhatian pembangunan Indonesia Baru ini. Dari kacamata ini, lingkungan hidup juga termasuk ‘korban’ manifestasi politik lama yang membangun dengan merampas dan merusak alam.

Visi dan Prospek Pembaruan Politik

Apa yang disampaikan di atas membutuhkan pembaruan ‘niat politik’ untuk melakukannya. Namun pertanyaan kritisnya: seberapa besar prospek pembaruan politik Indonesia Baru ini sehingga mau mengarah ke sana? Menjawabnya tidak mudah, karena bersifat paradigmatis. Namun demikian, ada beberapa butir penting yang dapat diangkat:

Pertama, paradigma ideologi negara. Pancasila yang diselewengkan Orde Lama ataupun Orde Baru, harus dikembalikan ke tempatnya sebagi ideologi yang mendorong terciptanya demokrasi bagi rakyat. Pancasila tidak boleh diposisikan sebagai doktrin mati yang penafsirannya dimonopoli negara dan para pelaku politik untuk memasung kebebasan, dinamika dan kreativitas masyarakat. Dengan kata lain Pancasila tidak boleh menjadi sarana legitimasi politik penguasa dan instrumen pengontrol-penindas dinamika masyarakat.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 53

Page 54: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

Kedua, paradigma bentuk negara. Perdebatan mengenai negara kesatuan versus federal harus dilihat dalam konteks yang lebih luas, yaitu keberpihakan pada rakyat. Doktrin negara kesatuan, yang diilhami Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi 1945, bukanlah doktrin mati. Bentuk negara tidak cukup hanya didasari fakta sejarah, melainkan harus visioner-globalistik-bervisi ke depan-dan memihak kepentingan rakyat dalam konteks global. Almarhum Mangunwijaya pernah menulis, "Semakin terus desentralisasi dengan gaya "Serbia Raya", semakin disintegrasi separatis a la Yugoslavia merajalela. Maka, pasti RI tercinta kita lalu pecah berantakan." Karenanya, selama manusia yang tinggal di atas pulau-pulau itu tetap hidup, mendapat kesejahteraan dan perlakuan yang adil, bentuk negara apapun itu -federal, kesatuan, maupun administrasi kepulauan (archipelago administration) dengan 13.677 pulau- tidak menjadi masalah.

Terakhir, paradigma pembangunan ekonomi. Perkembangan ekonomi global menuntut paradigma baru dalam pengelolaan negara. Kesalahan selama ini adalah sentralisasi pengelolaan sumber daya lokal yang seharusnya menjadi wewenang pemerintah daerah dan masyarakat setempat. Akibatnya, masyarakat lokal tidak menikmati kekayaan alam daerahnya. Di sinilah Indonesia Baru harus membuat perubahan. Pembangunan harus diarahkan untuk menemukan daerah-daerah pertumbuhan ekonomi baru di luar Jawa. Kemudian, pemerintah daerah diberikan otonomi dan wewenang desentralisasi seoptimal mungkin untuk mengelolanya.

Dalam perspektif Demokrasi Sosial, pembangunan ekonomi macam inilah yang lebih holistik secara politis (perwujudan kemandirian daerah, masyarakat sipil dan kehidupan yang lebih demokratis), ekonomis (pengelolaan potensi dan sumber daya lokal secara adil bagi warganya), sosiologis (akomodasi kemajemukan daerah dan penduduk Indonesia), kultural (mempertahankan, mengapresiasi dan mempromosikan diversitas kultural dalam identitas sebagai bangsa bhineka) dan teknis administratif (efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan publik serta pengelolaan sumber daya). Konsekuensinya, kewenangan pemerintah pusat akan terbatas pada bidang-bidang hukum dan peradilan, pertahanan dan keamanan, hubungan luar negeri dan kebijakan fiskal serta moneter. Pembaruan politik ini akan benar-benar mendasar secara paradigmatis.

Epilog

Perubahan dan perbaikan besar memerlukan waktu untuk mengakar, mendalam, dan radikal. Tidak ada perubahan total yang berjalan mendadak dan lewat jalan pintas kecuali penghancuran. Indonesia Baru yang dibangun ini pun memerlukan waktu dan tentu, paradigma baru. Paradigma yang tegas menjelaskan bahwa sistem-manusia Indonesia hanyalah satu di antara sistem-manusia lainnya di dunia. Paradigma yang lugas menunjukkan bahwa tidak pernah ada pendekatan tunggal dalam pembangunan. Paradigma yang membantu masyarakat untuk memahami bahwa manusialah tujuan semua gerak-sosial-budaya, termasuk politik. Tidak ada pilihan lain bagi

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 54

Page 55: 4. Demokrasi - HENDRA PRIJATNA  Web viewPemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan kemudian menjalankan fungsi tertentu

politik Indonesia Baru, selain untuk berpihak pada manusia, pada rakyat - masyarakat secara sistemik dan menyeluruh.

Daftar Pustaka.

Affan Gaffar, Politik Indonesia, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002

G. Bingham Powell, Jr., Contemporary Democracies.

Ipong S. Azhar, Benarkah DPR Kita Mandul, Biograf Publishing, Yogyakarta, 1997

Leo Agustino, Perihal Ilmu Politik: Sebuah Bahasan Memahami Ilmu Politik, Graha Ilmu, 2007

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996

Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1992

Rusadi Kantaprawira, Sistem Politik Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1988

William R Thomson dan monte Palmer, The Comparative analysis of Politics, 1978.

PIKIR, DZIKIR, IKHTIAR 55