BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, … · Web viewTinjauan Tentang Komunikasi a. Pengertian...

42
BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi a. Pengertian Komunikasi Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Masyarakat bisa berbentuk kecil, sekecil rumah tangga yang hanya terdiri dari dua orang suami istri, bisa berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten atau kota, propinsi, dan negara. (Effendy, 2003:27) Semakin besar suatu masyarakat yang berarti semakin banyak manusia yang dicakup, cenderung akan semakin banyak masalah yang timbul, akibat perbedaan-perbedaan di antara manusia yang banyak itu dalam pikirannya, perasaannya, kebutuhannya, keinginannya, sifatnya, tabiatnya, pandangan hidupnya, kepercayaannya, aspirasinya, dan lain 11

Transcript of BAB I - HENDRA PRIJATNA – PIKIR, DZIKIR, … · Web viewTinjauan Tentang Komunikasi a. Pengertian...

BAB IIKERANGKA TEORITIS

2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia secara tidak kodrati harus hidup bersama

manusia lain, baik demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi

keturunannya. Jelasnya, manusia harus hidup bermasyarakat. Masyarakat bisa

berbentuk kecil, sekecil rumah tangga yang hanya terdiri dari dua orang suami istri,

bisa berbentuk besar, sebesar kampung, desa, kecamatan, kabupaten atau kota, propinsi,

dan negara. (Effendy, 2003:27)

Semakin besar suatu masyarakat yang berarti semakin banyak manusia yang

dicakup, cenderung akan semakin banyak masalah yang timbul, akibat perbedaan-

perbedaan di antara manusia yang banyak itu dalam pikirannya, perasaannya,

kebutuhannya, keinginannya, sifatnya, tabiatnya, pandangan hidupnya,

kepercayaannya, aspirasinya, dan lain sebagainya, yang sungguh terlalu banyak untuk

disebut satu demi satu.

Dalam pergaulan hidup manusia dimana masing-masing individu satu sama lain

beraneka ragam itu terjadi interaksi, saling mempengaruhi demi kepentingan dan

keuntungan pribadi masing-masing. Terjadilah saling mengungkapkan pikiran dan

perasaan dalam bentuk percakapan.

11

Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia. Yang dinyatakan

itu adalah pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan

bahasa sebagai alat penyalurnya.

Dalam “bahasa” komunikasi pernyataan dinamakan pesan (massage), orang

yang menyampaikan pesan disebut komunikator (communicator) sedangkan orang

yang menerima pernyataan diberi nama komunikan (communicatee).

Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada

komunikan (Effendy, 2003:28). Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek,

pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi

pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa. Pikiran dan perasaan

sebagai isi pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan, selalu menyatu

secara terpadu. (Effendy, 2003:28)

Dewasa ini orang-orang semakin asyik mempelajari ilmu komunikasi oleh

karena jika seseorang salah komunikasinya (miscommunication), maka orang yang

dijadikan sasaran mengalami salah persepsi (misperception), yang pada gilirannya

salah interpretasi (misinterpretation), yang pada giliran berikutnya terjadi salah

pengertian (misunderstanding).

Dalam hal-hal tertentu salah pengertian ini menimbulkan salah perilaku

(misbehavior), dan apabila komunikasinya berlangsung berskala nasional, akibatnya

bisa fatal.

Schramm menyatakan bahwa field of experience atau bidang pengalaman

merupakan faktor yang amat penting untuk terjadinya komunikasi. Apabila bidang

12

pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi

akan berlangsung lancar.

Sebaliknya, jikalau pengalaman komunikan tidak sama dengan pengalaman

komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain; dengan lain

perkataan situasi menjadi tidak komunikatif; atau dengan rumusan lain terjadi

miscommunication (miskomunikasi). Dan banyak lagi faktor-faktor lain yang

menyebabkan terjadinya miskomunikasi atau komunikasi yang salah itu. (Schramm

dalam Effendy, 2003:30)

Wilbur Schramm menampilkan apa yang ia sebut “the condition of success in

communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu

pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.

Kondisi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik

perhatian komunikan.

2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang

sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan

beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang

layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia gerakkan

untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

b. Tujuan Komunikasi :

1. Mengubah sikap (to change the attitude)

13

2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion)

3. Mengubah perilaku (to change the behavior)

4. Mengubah masyarakat (to change the society). (Effendy, 2003:55)

c. Fungsi Komunikasi :

1. Menginformasikan (to inform)

2. Mendidik (to educate)

3. Menghibur (to entertain)

4. Mempengaruhi (to influence). (Effendy, 2003:55)

2.2. Tinjauan Tentang Persepsi-persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan pemberian makna terhadap stimuli indrawi yang berupa

informasi mengenai lingkungan yang diterima oleh panca indera yang kemudian

ditentukan oleh faktor personal dan situasional.

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dengan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna kepada stimuli indrawi. (Rakhmat, 1992:51)

Persepsi merupakan inti dari pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada

di dunia dan lingkungan sekelilingnya. Persepsi juga merupakan inti komunikasi karena

persepsilah yang akan menentukan untuk memilih sesuatu pesan dan mengabaikan

pesan yang lain. Semakin tinggi tingkat persamaan persepsi antar individu, maka

semakin efektif komunikasinya. (Mulyana, 2003:167)

14

Persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen

kognisi. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar

cakrawala dan pengetahuannya. (Mar’at, 1984:22).

Berdasarkan definisi ini maka persepsi dapat disebabkan oleh adanya

pengamatan seseorang akan dipengaruhi oleh sesuatu yang terjadi di sekelilingnya.

Bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, mengecap dan mencium dunia

di sekitar kita, dengan kata lain persepsi dapat pula didefinisikan sebagai segala sesuatu

yang dialami oleh manusia. (Morgan King & Robinson dalam Setiobawono, 2006:32).

Berdasarkan definisi ini maka persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita

peroleh dari lingkungan yang diserap oleh panca indera kita serta sebagian lainnya

diperoleh dari pengolahan ingatan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.

b. Terjadinya Persepsi

Pada umumnya interaksi masyarakat dapat ditandai dengan adanya komunikasi

diantara warga masyarakat baik itu antar individu, kelompok dan masyarakat pada

umumnya yang terjadi dalam suatu lingkungan tempat tinggal. Proses terbentuknya

persepsi ditandai dengan adanya komunikasi dalam setiap kehidupan masyarakat

sehingga akan memberikan suatu simbol-simbol tergantung penafsiran dan pikiran

tentang makna yang diterima oleh panca inderanya masing-masing. Proses

terbentuknya persepsi merupakan suatu proses dimana individu mendapatkan dan

menerima stimulus dari panca inderanya, kemudian diorganisir, ditafsirkan dan

diterjemahkannya, ini disebut dengan proses kognitif. (Rakhmat, 2007:59)

15

c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi sosial yang menggambarkan bagaiman suatu hasil kontak atau

hubungan interaksi mempengaruhi tingkah laku dan cara jalan pikiran seseorang, ada 3

faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

1. Faktor Perhatian

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli menjadi menonjol dalam

kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita

mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita dan mengesampingkan

masukan-masukan alat indera yang lain.

2. Faktor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lampau dan hal

lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal yang menentukan

persepsi. Berarti objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan

persepsi. Seperti kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar

belakang budaya terhadap persepsi.

3. Faktor Struktural

Faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek

syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. Artinya bila kita

mempersepsikan sesuatu, kita mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan.

(Rakhmat, 1992:62)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang

terhadap suatu objek terbatas, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Manusia

tidak mampu memproses seluruh stimulus yang diterimanya, sebab ada kecenderungan

ia hanya tertarik pada hal-hal tertentu yang berguna bagi dirinya. Akibat tingkat

16

penafsiran berbeda-beda, sehingga menimbulkan perbedaan pilihan, tindakan dan

tingkah laku terhadap objek yang sama.

Ada dua golongan variabel yang mempengaruhi persepsi, yaitu :

a. Variabel Struktural, yaitu faktor-faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik

dan proses neurofisiologik.

b. Variabel Fungsional, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat

seperti kebutuhan suasana hati, pengalaman masa lampau dan sifat-sifat individu

lainnya. (Krech & Crutchfield dalam Wirawan, 2005:88)

Dengan demikian, kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dan tidak dapat

dipisahkan serta dapat disimpulkan bahwa persepsi yang timbul dari diri anak

tergantung pada rangsang atau input yang diterima anak, orang tua merupakan pembina

pribadi yang pertama bagi anak dan tokoh yang diidentifikasi atau ditiru anak.

Kepribadian anak yang baik timbul dari teladan yang diberikan oleh orang tua, baik

yang menyangkut sikap, kebiasaan-kebiasaan berprilaku atau tata cara hidupnya

merupakan unsur-unsur pendidikan yang tak langsung memberikan pengaruh.

2. 3. Tinjauan Tentang Masalah Sosial

a. Pengertian Masalah Sosial

Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral, masalah tersebut

merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan imoral, berlawanan dengan

hukum dan bersifat merusak.

17

Sebab itu masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa

mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan

apa yang dianggap buruk.

Masalah sosial adalah :

1. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar atau memperkosa adat istiadat masyarakat dan adat istiadat tersebut diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidup masyarakat.

2. Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besar warga masyarakat sebagaian mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya dan merugikan orang banyak. (Kartono, 1992:2)

Jelaslah adat istiadat itu mempunyai nilai pengontrol dan nilai sanksional

terhadap tingkah laku anggota masyarakat. Maka tingkah laku yang dianggap cocok,

melanggar norma dan adat, atau berintegrasi dengan tingkah laku umum, dianggap

sebagai masalah sosial.

b. Karakteristik Masalah Sosial

Masalah sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau

kelompok sosial yang bersumber pada faktor-faktor ekonomis, biologis, biopsikologis

dan kebudayaan. Setiap masyarakat mempunyai norma yang bersangkut paut dengan

kesejahteraan, kebendaan, kesehatan fisik, kesehatan mental, serta penyesuaian diri

individu atau kelompok sosial.

Problema-problema yang berasal dari faktor ekonomis antara lain kemiskinan,

pengangguran dan sebagainya.

Penyakit misalnya bersumber pada faktor biologis, psikologis timbul persoalan

seperti penyakit syaraf, bunuh diri, disorganisasi jiwa dan seterusnya. Sedangkan

18

persoalan yang menyangkut perceraian, kejahatan, konflik sosial, keagamaan dan

kenakalan anak bersumber pada faktor kebudayaan.

Ada empat karakteristik masalah sosial, yaitu :

1. Kondisi yang dirasakan orang banyak

Suatu masalah baru dapat dikatakan sebagai masalah sosial apabila

kondisisnya dirasakan oleh banyak orang. Namun demikian tidak ada batasan

mengenai beberapa jumlah orang yang harus merasakan masalah tersebut. Jika

suatu masalah mendapat perhatian dan menjadi pembicaraan lebih dari satu orang,

masalah tersebut adalah masalah sosial. Peran media massa sangat menentukan

apakah masalah tertentu menjadi pembicaraan khalayak umum, jika sejumlah

artikel/berita yang membahas suatu masalah muncul di media massa masalah

tersebut segera menarik perhatian orang.

2. Kondisi yang dinilai tidak menyenangkan

Menurut faham hedonisme orang cenderung mengulang suatu yang

menyenangkan dan menghindari sesuatu yang tidak menyenangkan, orang

senantiasa menghindari masalah karena masalah selalu tidak menyenangkan.

Penilaian masyarakat sangat penting dalam menentukan suatu kondisi dapat

disebut sebagai masalah sosial oleh masyarakat tertentu tapi tidak oleh

masyarakat lainnya, ukuran “baik” atau “buruk” sangat tergantung pada nilai

suatu norma yang dianut masyarakat.

19

3. Kondisi yang menuntut pemecahannya

Suatu kondisi yang tidak menyenangkan senantiasa menuntut

pemecahannya, umumnya suatu kondisi dianggap perlu dipecahkan jika

masyarakat merasa bahwa kondisi tersebut memang dapat dipecahkan.

4. Pemecahan dilakukan melalui aksi sosial secara kolektif

Masalah sosial berbeda dengan masalah individual, masalah individual

dapat diatasi secara individual tetapi masalah sosial hanya dapat diatasi melalui

aksi sosial, kebijakan sosial atau perencanaan sosial karena penyebab dan

akibatnya menyangkut orang banyak. (Suharto dalam Setiobawono, 2006:20)

2. 4. Tinjauan Tentang Anak Asuh

a. Pengertian Tentang Anak Asuh

Anak asuh adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun, belum pernah

kawin dan dalam keadaan terlantar yang mendapat pelayanan sosial dengan ciri-ciri

sebagai berikut :

1. Anak yang tidak mempunyai salah satu atau kedua orang tua kandung

2. Anak yang tidak diakui oleh salah satu atau kedua orang tua kandung dan

terlantar.

3. Anak yang tidak mampu, yaitu anak yang karena sesuatu sebab tidak terpenuhi

kebutuhannya, baik secara rohani, jasmani maupun sosial.

Anak yang mendapatkan pengasuhan dari pihak lain (selain dari orang tua) pada

dasarnya disebabkan oleh karena fungsi-fungsi keluarga secara keseluruhan maupun

20

salah satu fungsi dari keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan anak baik secara

jasmani, rohani maupun sosialnya.

b. Faktor-faktor Keterlantaran Anak

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keterlantaran anak secara umum

menurut Wahyu, yang dikutip oleh Agus Sujanto adalah sebagai berikut :

1. Mereka yang orang tuanya tidak mampu atau sangat miskin

2. Mereka yang tidak mampu serta tidak mempunyai orang tua

3. Akibat bencana alam

4. Anak yang menderita penyakit fisik atau mental atau mempunyai tingkah laku

yang menyimpang

5. Mereka yang orang tuanya menderita penyakit fisik atau mental

6. Mereka yang sengaja diterlantarkan orang tuanya. (Sujanto dalam Setiobawono,

2006:40)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak asuh adalah

anak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan baik dan sangat

memerlukan bantuan pelayanan sosial guna meningkatkan fungsi sosialnya dengan

baik.

c. Kebutuhan Anak

Anak menjadi terlantar karena kebutuhannya tidak terpenuhi. Kebutuhan anak

terlantar pada dasarnya sama dengan kebutuhan manusia pada umumnya.

Kebutuhan manusia terbagi menjadi 5 bagian yaitu :

1. Kebutuhan fisik

2. Kebutuhan rasa aman

21

3. Kebutuhan untuk dicintai dan mencintai

4. Kebutuhan akan penghargaan

5. Kebutuhan aktualisasi diri. (Maslow dalam Soekoco, 1998)

Selain itu kebutuhan anak meliputi:

1. Kebutuhan fisik : Meliputi perawatan kesehatan, pengan, sandang dan

papan.

2. Kebutuhan emosional : Meliputi kasih sayang, perhatian yang mendukung,

kestabilan emosi dan perkembangan kepribadian.

3. Kebutuhan intelektual : Mencakup kebutuhan untuk mengembangkan

intelektualnya dan cara bergaul dengan lingkungan-

nya. (Hurlock, 1998:228)

Kebutuhan-kebutuhan anak yang perlu mendapat perhatian mengenai upaya

pemenuhan kebutuhannya, karena apabila tidak terpenuhi akan dapat mempengaruhi

perkembangan anak.

2. 5. Tinjauan Tentang Pelayanan Sosial

a. Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial merupakan pelayanan yang memberikan bantuan kepada

individu, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi masalah sosial baik dari luar

maupun dari dirinya. Pelayanan sosial bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

orang dalam memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia. Pelayanan sosial adalah :

Pelayanan sosial terdiri dari program-program yang diadakan tanpa mempertimbangkan kriteria pasar untuk menjamin suatu tingkatan dasar dalam penyediaan fasilitas pemenuhan kebutuhan akan fungsi-fungsinya untuk

22

memperlancar kemampuan menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan serta lembaga-lembaga yang telah ada dan membantu warga masyarakat yang mengalami kesulitan dan keterlantaran. (Kahn dalam Soetarso, 1993:26)

Pelayanan sosial dapat dicapai dengan cara yang bersifat informasi, bimbingan

dan pertolongan meallui berbagai bentuk kegiatan yang berkenaan dengan pemecahan

masalahnya.

Pelayanan sosial dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial yang mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya. (Muhidin, 1997:40)

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pelayanan sosial merupakan sistem

yang terorganisir untuk memberikan pelayanan dan bantuan kepada individu, keluarga

dan masyarakat agar dapat meningkatkan kesejahteraannya.

b. Fungsi Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial mungkin dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,

tergantung dari tujuan klasifikasi. Fungsi pelayanan sosial yang dapat dikaji dari

perspektif masyarakat adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan datang.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial (suatu program tenaga kerja).

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk melindungi masyarakat.

23

4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai program-program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial. (Titmuss dalam Muhidin, 1994:42).

Pendapat di atas dapat diketahui bahwa fungsi pelayanan sosial dapat

menciptakan atau meningkatkan kesejahteraan sosial bagi individu, kelompok dan

masyarakat, dimana sebagai investasi untuk mencapai tujuan dan pelayanan sosial.

c. Tujuan Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial merupakan suatu aktivitas yang mempunyai tujuan untuk

membantu atau menolong orang-orang yang mengalami kesulitan-kesulitan dan

keterlantaran agar terdapatnya suatu penyesuaian timbal balik antara individu dengan

lingkungan sosialnya.

Tujuan dari pelayanan sosial dapat dicapai melalui teknik dan metode-metode

yang diciptakan untuk memungkinkan individu, kelompok dan masyarakat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi masalah-masalah penyesuaian sebagai akibat dari

pola-pola perubahan masyarakat melalui tindakan-tindakan kooperatif untuk

meningkatkan kondisi-kondisi sosial dan ekonomi.

Tujuan penelaahan dan permasalahan pelayanan sosial Alfred J. Kahn yang

dikutip Soetarso, mengadakan klasifikasi pelayanan sosial yang didasarkan pada

fungsi-fungsi sebagai berikut :

1. Pelayanan sosial untuk membantu orang menjangkau dan menggunakan pelayanan yang sudah ada, pemberian informasi dan nasehat.

2. Pelayanan sosial untuk tujuan penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi dan perlindungan sosial.

3. Pelayanan sosial untuk tujuan sosialisasi dan pengembangan. (Kahn dalam Soetarso, 1993:45-45)

Pelayanan-pelayanan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

24

1. Pelayanan sosial untuk membantu orang menjangkau dan menggunakan

pelayanan yang sudah ada, pemberian informasi dan nasehat.

Pelayanan sosial ini diprioritaskan untuk meningkatkan kemampuan

memahami, menjangkau dan menggunakan pelayanan-pelayanan sosial ini

diberikan kepada golongan masyarakat yang miskin atau lemah ekonominya. Pelayanan

ini berupa pemberian informasi, nasehat, pengalihan wewenang (rujukan/referal),

penanganan keluhan.

2. Pelayanan sosial untuk tujuan penyembuhan, pemberian bantuan, rehabilitasi

dan perlindungan sosial.

Pelayanan sosial diadakan untuk melindungi, mengadakan perubahan atau

menyempurnakan kegiatan-kegiatan pendidikan, asuhan anak, peran nilai dan

pegembangan hubungan sosial yang di masa lampau menjadi fungsi keluarga,

lingkungan tetangga dan kerabat. Tujuan kegiatan ini adalah sosialisasi

menanamkan pemahaman akan tujuan dan motivasi serta meningkatkan mutu

kepribadian. Aspek-aspek kognitif dan emosional dari proses belajar juga terdapat

di dalamnya. Sarana pencapaian tujuan-tujuan ini dapat bersifat formal,

semiformal dan informal.

3. Pelayanan sosial untuk tujuan sosialisasi dan pengembangan.

Pelayanan sosial di sini dalam beberapa hal ditujukan untuk membantu

perorangan yang mengalami masalah-masalah dengan jalan menggunakan

kelompok primer untuk memperkuat atau menggantikan fungsi-fungsi yang tidak

ada lagi atau mengalami gangguan.

4. Faktor-faktor Timbulnya Pelayanan Sosial.

25

Timbulnya pelayanan sosial secara realitas dipengaruhi oleh aspek

kehidupan sosial yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat oleh karena itu

aspek-aspek sosial tersebut dapat merubah penampilan perilaku anak ke arah pola

pikir yang menguntungkan baik bagi dirinya, kelompok maupun masyarakat

untuk turut serta mengambil bagian dari suatu kegiatan dalam rangka mencapai

kehidupan yang lebih baik.

Faktor-faktor kehidupan sosial yang sangat berpengaruh terhadap

tumbuhnya pelayanan sosial antara lain :

Semakin berkembangnya fungsi-fungsi khusus dari lembaga-lembaga di

luar keluarga untuk memberikan pelayanan-pelayanan sosial yang tidak

dapat dipikul oleh keluarga.

Semakin berkurangnya atau berubahnya fungsi dari keluarga di dalam

produksi, distribusi, pendidikan, pengawasan serta sosialisasi.

Bertambahnya keluraga besar menjadi keluarga kecil sebagai unit

kehidupan.

Proses pelayanan sosial tidak semata-mata mengganti atau memperbaiki

fungsi keluarga tetapi juga sebagai jawaban terhadap tantangan-tantangan dan

perubahan-perubahan sosial, karena kemajuan-kemajuan dan perubahan dalam

kehidupannya.

Maka dari itu tugas pelayanan sosial adalah sebagai berikut :

Memperkuat dan meningkatkan fungsi individu dan keluarga sehubungan

dengan perubahan peranannya.

26

Menyiapkan lembaga-lembaga untuk sosialisasi, pengembangan dan

bantuan-bantuan fungsi yang tidak dapat dipikul oleh keluarga kecil dan

besar.

Mengembangkan lembaga-lembaga yang telah ada agar dapat menjalankan

kegiatan-kegiatan, kelompok dan keluarga dalam kehidupan masyarakat

yang kompleks.

Dalam kehidupan masyarakat peranan pelayanan sosial adalah

mengembangkan kehidupan bagi individu dan kelompok sebagai pengganti fungsi

dalam keluarga, sehingga pemenuhan kebutuhan bagi kesejahteraan para

anggotanya dipenuhi dalam keluarga dan mereka hanya berhubungan dengan

dunia luar untuk mengatur semua kehidupannya, untuk mempertahankan diri

sendiri dari ancaman-ancaman yang datangnya dari luar. Untuk itu

diberlakukannya lembaga-lembaga pendidik dan latihan secara khusus.

5. Pelayanan Kesejahteraan Anak

Pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak merupakan bentuk usaha yang

dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesejahteraan anak dengan

mengusahakan terjaminnya kebaikan fisik, rohani maupun sosialnya.

Pelayanan kesejahteraan bagi anak merupakan program yang komprehensif

yang diselenggarakan bagi kepentingan kesejahteraan anak.

Pengertian pelayanan kesejahteraan anak sebagai berikut :

Pelayanan Kesejahteraan Anak adalah program yang komprehensif untuk anak yang terdiri dari usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anak baik fisik, mental maupun sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial anak termasuk asuhan bagi anak di dalam keluarganya sendiri, di dalam keluarga pengganti atau lembaga-lembaga. (Muhidin, 1997:47).

27

Pendapat di atas menjelaskan bahwa pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak

merupakan usaha yang komprehensif dan terpadu yang menyangkut berbagai

aspek kebutuhan jasmani, rohani dan sosial.

Pelayanan sosial anak merupakan serangkaian kegiatan yang memfokuskan

pada kesejahteraan anak. Pemerintah memberikan usaha-usaha kesejahteraan

sosial bagi anak.

2. 6. Tinjauan Tentang Intervensi Pekerjaan Sosial

a. Pengertian Pekerjaan Sosial

Pada dasarnya sasaran utama kegiatan pekerjaan sosial adalah memberi bantuan

kepada individu, kelompok maupun masyarakat untuk melaksanakan berbagai upaya

guna meningkatkan atau mengembangkan keberfungsian sosial melalui proses

interaksi, agar dapat melakukan penyesuaian diri dengan situasi kehidupannya. Definisi

pekerjaan sosial sebagai berikut :

“Pekerjaan sosial merupakan proses-proses yang ditujukan untuk mengembangkan kepribadian melalui penyesuaian diri yang secara sadar mempengaruhi individu-individu dengan hubungan antara manusia dengan lingkungannya” (Richmond dalam Seiobawono,1992:18).

“Pekerjaan Sosial adalah suatu pelayanan profesional kepada orang-orang

dengan tujuan untuk membantu mereka baik secara individu maupun kelompok untuk

mencapai relasi-relasi dan standar hidup yang memuaskan sesuai dengan kebutuhan

mereka dan masyarakat” (Muhidin, 1997:9).

Berdasarkan pengertian di atas, maka pada prinsipnya pekerja sosial berusaha

membantu individu-individu, kelompok maupun masyarakat yang mengalami

28

ketidakberfungsian baik secara fisik maupun mental dengan menghubungkannya

kepada sumber-sumber untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi.

b. Tujuan dan Fungsi Pekerjaan Sosial

b.1. Tujuan Pekerja Sosial

Dari berbagai pengertian pekerja sosial yang telah diuraikan sebelumnya, maka

dapat dikemukakan secara umum bahwa pada dasarnya pekerja sosial itu bertujuan

untuk mencapai kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat secara umum. Lebih

jelasnya tujuan pekerja sosial adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan orang untuk menghadapi tugas-tugas kehidupan dan kemampuannya untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

2. Mengaitkan orang dengan sistem sumber yang dapat menyediakan sumber-sumber pelayanan dan kesempatan-kesempatan yang dibutuhkan.

3. Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem tersebut secara efektif dan berkemanusiaan.

4. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan kebijaksanaan dan perundang-undangan sosial (Soetarso, 1993:5).

Uraian tersebut menjelaskan bahwa tujuan pekerja sosial adalah membantu

individu yang mengalami hambatan fisik maupun mental untuk mengembangkan

mental yang ada pada dirinya dengan menggunakan sumber-sumber yang ada dalam

lingkungannya secara efektif.

b.2 Fungsi Pekerja Sosial

Di dalam melaksanakan tugas-tugas pekerja sosial mempunyai fungsi sebagai

berikut :

1. Membantu orang meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif kemampuan-kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan memecahkan masalah mereka.

29

2. Menciptakan jalur-jalur hubungan pendahuluan diantara orang-orang dengan sistem sumber.

3. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru diantara orang dengan sistem sumber ke masyarakat.

4. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan diantara orang-orang di lingkungan sistem sumber.

5. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan kebijaksanaan dan perundang-undangan sosial.

6. Meratakan sumber-sumber.7. Bertindak sebagai pelaksana kontrol sosial (Soetarso, 1993:6)

Pendapat di atas menunjukkan bahwa fungsi sosial akan membantu orang dalam

meningkatkan kemampuan dan melaksanakan pekerjaan yang dilakukannya sebagai

pelaksana kontrol serta menyokong dan memperbaiki ketertiban yang ada di

lingkungan masyarakat.

Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang pekerja adalah sebagai berikut :

1. Pekerja sosial menentukan dan mengadakan hubungan dengan orang yang membutuhkan bantuan guna menyelesaikan tugas kehidupan.

2. Pekerja sosial dapat memberikan pengertian, dukungan dan dorongan kepada orang-orang yang mengalami krisis.

3. Pekerja sosial dapat memberikan kesempatan kepada orang-orang untuk mengutarakan kesulitan-kesulitan mereka.

4. Pekerja sosial dapat membantu orang untuk meneliti berbagai pilihan tentang cara menanggulangi masalah serta memberikan keterangan-keterangan mengenai pilihan-pilihan dan membantunya mengambil keputusan.

5. Pekerja sosial dapat mengkonfrontasikan orang dengan realitas situasi yang mereka hadapi dengan jalan memberikan keterangan yang dapat mengganggu keseimbangan pribadi orang ini untuk kemudian diberikan motivasi guna terjadinya perubahan tertentu.

6. Pekerja sosial dapat mengajarkan keterampilan kepada orang-orang untuk mewujudkan aspirasi mereka. (Soetarso, 1993:7).

c. Peranan Pekerja Sosial dalam Pelayanan Sosial

Beberapa pelayanan pekerja sosial yang dapat dilaksanakan dalam membantu

mengatasi permasalahan anak dalam membantu mengatasi permasalahan anak dalam

mengembangkan kepribadiannya adalah :

30

1. Peranan sebagai pemungkin (enabler)

Pekerja sosial membantu anak-anak terlantar dalam menciptakan situasi

serta kesempatan-kesempatan yang memungkinkan mereka berusaha untuk

melakukan perbaikan-perbaikan kondisi kehidupannya, kebebasan bagi mereka

agar muncul sikap kemandirian berkelompok dengan kekuatan kerja sama

mereka. Dalam peranan ini pekerja sosial membantu anak asuh

mengaktualisasikan kebutuhan-kebutuhan mereka, menjelaskan dan

mengidentifikasi kemampuan mereka serta upaya yang mungkin dilakukan dalam

memecahkan masalah-masalah mereka secara efektif.

2. Membantu meningkatkan dan menggunakan kemampuannya secara lebih efektif

terhadap keberadaan pelayanan yang diberikan kepadanya, agar dapat menjamin

kelangsungan hidupnya.

3. Berperan untuk menghubungkan anak asuh yang belum memanfaatkan

pelayanan, kesempatan-kesempatan dengan sistem sumber yang memberi

informasi pelayanan sesuai dengan kebutuhannya. Menghubungkan juga peranan

dengan kelompok-kelompok sosial yang telah memperoleh informasi/pelayanan.

Ini bertujuan untuk menciptakan interaksi yang pada akhirnya ada peralihan

keterampilan kepada yang belum memperoleh pelayanan. Hal ini dimaksudkan

agar disiplin mereka dapat dijadikan contoh bagi individu lain dalam

pengembangan perilaku sosialnya.

4. Berperan sebagai pemberi nasehat-nasehat dan memberi informasi kepada anak

asuh tentang upaya-upaya yang masih mungkin dikembangkan di panti dan

berperan membantu menciptakan dan memelihara hubungan sesama anak asuh

yang bertujuan agar informasi yang mereka miliki bisa saling dipertukarkan

31

sehingga ketinggalan informasi yang berhubungan dengan kehidupan mereka bisa

dihindari.

5. Memberi sumbangan pemikiran bagi pengembangan usaha anak asuh, baik

mengenai mekanisme kerja maupun dalam mengembangkan usaha produktif

mereka dalam kehidupan bermasyarakat guna meningkatkan kesejahteraan

mereka.

d. Intervensi yang Mempengaruhi Pekerjaan Sosial dalam Masalah Pelayanan

Sosial Bagi Anak Asuh

Intervensi yang dapat dilakukan oleh pekerjaan sosial dalam masalah anak asuh

adalah serangkaian kegiatan dengan menekankan pada pentingnya keluarga di dalam

membentuk dan mempengaruhi tingkah laku anggotanya dalam hal ini adalah anak-

anak. Pelayanan tentang anak yang berkaitan erat dengan pelayanan kesejahteraan

anak. Pelayanan kesejahteraan anak ini adalah menjamin terwujudnya kesejahteraan

anak terutama terpenuhinya kebutuhan dasar anak.

Kesejahteraan anak merupakan bagian dari kesejahteraan sosial, yang

dititikberatkan kepada jaminan kesejahteraan setiap anak. Selain mencakup ruang

lingkup pengembangan kondisi-kondisi bermanfaat bagi perkembangan anak,

mencegah hal-hal yang mengganggu, melindungi dari marabahaya, memelihara hak-

hak mereka juga membantu mereka mengembangkan potensi-potensinya.

Salah satu peran pekerja sosial di panti asuhan ini adalah untuk meningkatkan

pelayanan sosial bagi anak asuh agar dapat mencapai kesejahteraannya.

Pekerja sosial menyadari sejak semula bahwa interaksi di dalam keluarga

penyebab dari timbulnya masalah-masalah dalam keluarga baik secara individual

32

maupun masalah-masalah keluarga secara keseluruhan. Usaha-usaha agar anak dapat

menyesuaikan diri dengan baik dapat dilakukan dengan memberikan arahan, bimbingan

dan pengasuhan yang baik agar anak dapat bergaul dan menyesuaikan diri dimanapun

ia berada.

2. 7. Tinjauan Tentang Kesejahteraan Sosial

a. Pengertian Kesejahteraan Sosial

Konsep kesejahteraan sosial merupakan suatu program yang terorganisir dan

sistematis yang dilengkapi dengan segala macam keterampilan ilmiah, merupakan suatu

konsep yang relatif baru berkembang terutama di negara-negara berkembang.

Masalah-masalah tersebut merupakan masalah sosial yang sudah lama ada

sepanjang sejarah kehidupan manusia.

Akan tetapi negara-negara maju atau negara industri sekarang ini, masalah-

masalah sosial tersebut dirasakan sangat berat dan mengganggu perkembangan

masyarakat, sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur.

Sejak saat itu tanggung jawab pemerintah semakin meningkat bagi

kesejahteraan masyarakat. Definisi kesejahteraan sosial sebagai berikut

Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan dengan relasi-relasi pribadi, dan sosial yang memungkinkan mereka menggambarkan kemampuannya, sepenuh mungkin dengan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya (Friedlander dalam Muhidin, 1997:1).

Dari definisi di atas, menunjukkan bahwa kesejahteraan sosial adalah :

33

1. Konsep kesejahteraan sosial merupakan suatu sistem atau “Organized System”

yang terorganisasi serta berintikan lembaga-lembaga pelayanan sosial.

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera

dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan

dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara “Kemampuan Individu”, baik dalam

memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Konsep kesejahteraan sosial dibagi 2, yaitu:

1. Konsep Residual

Lembagai kesejahteraan sosial lainnya memainkan peranannya apabila

struktur masyarakat yang normal yang biasanya memberikan pelayanan sosial

seperti keluarga dan pasar mengalami disfungsi, sedangkan menurut institusional

bahwa kesejahteraan sosial dan lembaga-lembaganya menurut fungsi pokok dari

masyarakat untuk memberikan pelayanan sosial.

2. Konsep Institusional

Didasarkan pada pandangan bahwa kehidupan masyarakat modern sangat

komplek, sehingga tidak mungkin setiap individu dapat memenuhi semua

kebutuhan baik keluarga maupun lingkungan kerjanya dan hal itu dianggap

sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan yang sangat diperlukan dalam

kehidupan masyarakat modern (Wilensky & Lebeck ddalam Muhidin, 1997:3).

b. Ciri-ciri Kesejahteraan Sosial

Semua kegiatan di bidang kesejahteraan sosial mempunyai ciri tertentu yang

membedakannya dengan kegiatan-kegiatan lain, sebagai berikut :

34

1. Organisasi Formal

Usaha tolong-menolong yang didorong oleh tradisi dan keagamaan tidak

termasuk dalam kategori sebagai kegiatan yang terorganisir.

Kegiatan gotong-royong yang diberikan secara spontan tanpa adanya

suatu organisasi yang teratur merupakan dasar bidang usaha kesejahteraan sosial

modern, tapi belum dapat dikatakan sebagai konsep kesejahteraan dalam

pengertian ini.

Pertolongan dan pelayanan sosial modern menurut konsep kesejahteraan

sosial modern merupakan bentuk pertolongan yang sifatnya berbeda dengan

kegiatan kesejahteraan sosial modern adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan

oleh organisasi atau lembaga sosial yang telah diakui oleh masyarakat,

memberikan pelayanan sosial secara teratur dan pelayanan sosial tersebut

merupakan fungsi utamanya.

2. Sumber Dana Sosial

Tanggung jawab sosial merupakan unsur pokok dari pelayanan

kesejahteraan sosial. Mobilisasi sumber-sumber merupakan tanggung jawab

masyarakat sebagai keseluruhan dalam arti dapat disediakan oleh pemerintah atau

oleh masyarakat atau secara bersama-sama.

3. Ditujukan Untuk Kebutuhan Manusia Secara Fungsional

Usaha kesejahteraan sosial harus memandang kebutuhan manusia secara

komprehensif dan tidak hanya memandang manusia dari satu aspek saja. Hal

itulah yang membedakan pelayanan kesejahteraan sosial dengan profesi lainnya.

Ciri-ciri usaha kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut :

35

1. Usaha kesejahteraan sosial adalah suatu respon terhadap kebutuhan-kebutuhan manusia. Dalam bidang usaha-usaha tertentu mungkin ditujukan kepada individu, kelompok masyarakat atau kelompok penduduk yang lebih besar.

2. Usaha-usaha kesejahteraan sosial selalu terorganisasi.3. Lembaga-lembaga kesejahteraan sosial umumnya sudah menjurus kepada

spesialisasi.4. Usaha-usaha kesejahteraan sosial sangat luas. Artinya para penerima

bantuan sangat banyak dan karenanya usaha kesejahteraan sosial membutuhkan biaya besar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya lembaga-lembaga yang bergerak dalam usaha kesejahteraan sosial, lembaga-lembaga pemerintah dan non pemerintah pada tingkat pusat, daerah dan lokal. (Durham dalam Muhidin, 1997:4-5).

2.8. Teori Pemrosesan Informasi (Information processing theory)

Teori ini telah menekankan pentingnya proses-proses kognitif seperti ; persepsi,

seleksi, perhatian, memori dan strategi kognitif.

Teori pemrosesan pesan didasarkan 3 (tiga) fungsi umum, pertama pikiran yang

dipandang sebagai suatu sistem penyimpanan dan pengembalian informasi, kedua

individu-individu memproses informasi dari lingkungan, ketiga terdapat keterbatasan

pada kapasitas untuk memproses informasi dan seorang individu (Zeckler dan

Stevenson dalam Mar’at, 2007:49).

Berdasarkan asumsi di atas dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi

lebih menekankan pada bagaimana individu memproses informasi tentang lingkungan

mereka, bagaimana informasi masuk ke pikiran, bagaimana informasi disimpan dan

disebarkan, bagaimana informasi diambil kembali untuk melaksanakan aktivitas-

aktivitas yang kompleks, seperti memecahkan masalah.

Teori ini mempunyai beberapa komponen utama yaitu stimulus lingkungan

(Input), Sensory Register (SR), Short Term Memmory (STM), Long Term Memmory

(LTM) dan respon (Output), ketika seseorang memecahkan masalah pertama ia

36

mendapat informasi dari lingkungan melalui inderanya kemudian disimpan sementara

melalui sensory register (SR) yang merupakan memori penyimpanan pertama, sensory

register merekam informasi secara seksama, seperti yang diterima semula tetapi

informasi ini akan menghilang dengan cepat kecuali seseorang memprosesnya

kemudian informasi yang mendapat perhatian khusus dari seseorang akan ditransfer ke

short term memmory (STM) yaitu memori penyimpan kedua, short term memmory

hanya dapat menyimpan informasi dengan jumlah terbatas, bila informasi diproses

lebih lanjut maka langsung diproses di long term memmory (LTM) yaitu memori

penyimpan ketiga, pada memori ini informasi dapat disimpan secara permanen dan

akhirnya muncul respon (output). (Mar’at, 2007:49)

Bagan 2.1 Proses Respon.

(Mar’at, 2007:49)

37

Environment Stimulus (input)

Sensory Register

(SR)

Short Term

Memmory(STM)

LongTerm

Memmory(LTM)

Respons (Output)

Attention

Recognition

Rehearsal

Organization

Meaning Fulness

Control Process