4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai...

103
52 Universitas Kristen Petra 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Hotel Midtown Surabaya Hotel Midtown yang berlokasi di Jl. Basuki Rachmat 76 Surabaya ini mulai didirikan pada bulan Maret 2012 dan dibangun oleh PT. Wahana Dian Kentjana. Asal mula hotel ini didirikan dipelopori oleh tiga orang yang sejak dulu bergerak di bidang hotel, yaitu Roy, Roni, dan Kenneth Wibisono. Hotel ini didirikan karena mereka melihat perkembangan hotel di Surabaya yang kian maju pesat. Sebelumnya tiga orang tersebut telah membangun sebuah hotel yang sudah lama dikenal di Surabaya, yaitu Java Paragon Hotel dan Somerset Hotel. Lalu melihat perkembangan hotel- hotel yang sangat maju di daerah tengah kota, akhirnya mereka merencanakan untuk mendirikan sebuah hotel dengan sebutan Midtown yang artinya middle town. Sesuai dengan letaknya yang strategis di pusat kota, hotel ini membidik kalangan pebisnis maupun sektor bisnis di area tengah kota. Hotel berbintang tiga setinggi 18 lantai yang baru saja melakukan soft opening pada bulan Maret 2012 memiliki 200 kamar dengan design yang modern, yaitu stylist minimalis. Pada awalnya hotel ini belum terlalu dikenal oleh sebagian masyarakat Surabaya, namun semakin berjalannya waktu, keberhasilan hotel ini terlihat dari banyaknya tamu-tamu yang menginap tidak hanya dari masyarakat Surabaya, tetapi berasal dari berbagai kota di Indonesia. Kemewahan arsitektur bergaya minimalis ditunjang dengan fasilitas hotel yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting, serta keramahan layanan staff akan menjadikan daya tarik bagi tamu-tamu yang datang. Visi dan misi Hotel Midtown disesuaikan dengan konsep interior design mereka yang bergaya modern, terjangkau, dan memiliki kualitas, serta pelayanan yang sangat tinggi.

Transcript of 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai...

Page 1: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

52

Universitas Kristen Petra

4. ANALISIS DATA

4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

4.1.1. Sejarah Singkat Hotel Midtown Surabaya

Hotel Midtown yang berlokasi di Jl. Basuki Rachmat 76 Surabaya

ini mulai didirikan pada bulan Maret 2012 dan dibangun oleh PT. Wahana

Dian Kentjana. Asal mula hotel ini didirikan dipelopori oleh tiga orang

yang sejak dulu bergerak di bidang hotel, yaitu Roy, Roni, dan Kenneth

Wibisono. Hotel ini didirikan karena mereka melihat perkembangan hotel

di Surabaya yang kian maju pesat. Sebelumnya tiga orang tersebut telah

membangun sebuah hotel yang sudah lama dikenal di Surabaya, yaitu Java

Paragon Hotel dan Somerset Hotel. Lalu melihat perkembangan hotel-

hotel yang sangat maju di daerah tengah kota, akhirnya mereka

merencanakan untuk mendirikan sebuah hotel dengan sebutan Midtown

yang artinya middle town. Sesuai dengan letaknya yang strategis di pusat

kota, hotel ini membidik kalangan pebisnis maupun sektor bisnis di area

tengah kota. Hotel berbintang tiga setinggi 18 lantai yang baru saja

melakukan soft opening pada bulan Maret 2012 memiliki 200 kamar

dengan design yang modern, yaitu stylist minimalis.

Pada awalnya hotel ini belum terlalu dikenal oleh sebagian

masyarakat Surabaya, namun semakin berjalannya waktu, keberhasilan

hotel ini terlihat dari banyaknya tamu-tamu yang menginap tidak hanya

dari masyarakat Surabaya, tetapi berasal dari berbagai kota di Indonesia.

Kemewahan arsitektur bergaya minimalis ditunjang dengan fasilitas hotel

yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant

yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting, serta keramahan

layanan staff akan menjadikan daya tarik bagi tamu-tamu yang datang.

Visi dan misi Hotel Midtown disesuaikan dengan konsep interior design

mereka yang bergaya modern, terjangkau, dan memiliki kualitas, serta

pelayanan yang sangat tinggi.

Page 2: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

53

Universitas Kristen Petra

4.1.2. Identitas Hotel Midtown Surabaya

4.1.2.1. Profil Hotel Midtown Surabaya

Nama hotel : Hotel Midtown Surabaya

Alamat : Jl. Basuki Rachmat 76, Surabaya 60262

Telepon : 031-531 5399

Fax : 031-531 5389

Provinsi : Jawa Timur

Email : [email protected]

Website : http://www.midtownindonesia.com/

Gambar 4.1. Foto Hotel Midtown Surabaya

Sumber : Company Profile Hotel Midtown, 2012

4.1.2.2. Logo Hotel Midtown Surabaya

Gambar 4.2. Logo Hotel Midtown Surabaya

Sumber : Data perusahaan, 2012

Logo diatas menggunakan background hitam yang dimaksudkan

dapat mencerminkan Hotel Midtown yang berkelas (classy). Tulisan

nama “Midtown” berwarna emas dimaksudkan melambangkan

kemewahan. Logo tersebut menunjukkan Hotel Midtown yang simple

Page 3: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

54

Universitas Kristen Petra

namun merupakan hotel yang berkelas dan mewah bagi setiap segmen

masyarakat.

4.1.3. Visi dan Misi Hotel Midtown Surabaya

4.1.3.1. Visi Hotel Midtown Surabaya

Visi Hotel Midtown adalah “Hotel berkelas namun terjangkau

dan bergaya modern dengan penekanan ketelitian, kualitas, kemewahan,

serta tingkat personalized service yang tinggi”.

“Classy yet affordable, modern and stylish hotel with great

emphasize to details, quality, luxury and high level personalized

service”.

4.1.3.2. Misi Hotel Midtown Surabaya

Berdasarkan visi yang ada di atas, misi yang harus dijalankan

oleh Hotel Midtown adalah “Menjadi salah satu the leading hotel brands

di Indonesia dan sekitarnya, dikenal dengan gaya kontemporer terunik

dan menetapkan untuk menjadi nama hotel yang paling diminati di setiap

segmen, dimana kepuasan tamu adalah tujuan utama kami”.

“To be one of the leading hotel brands in Indonesia and beyond;

recognized with its contemporary and stylish hotel, and striving to be the

preferred brand in each segment that we serve where guest’s satisfaction

is our ultimate goal”.

Page 4: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

55

Universitas Kristen Petra

4.1.4. Struktur Organisasi Hotel Midtown Surabaya

Bagan 4.1. Struktur Organisasi

Sumber : Public Relations Hotel Midtown Surabaya, 2012

Asst. General Manager

Secretary

FAM Sales &

Marketing

Manager

F&B

Marketing

Asst. HRM Room

Division

Manager

ME

Coordinator

Cost

Control

Account

Receiva

ble

IT

Income Audit

Night Audit

Account Payable

Purchasing

Store Keeper

Senior Sales

Executive

Public

Relations

Duty

Manager

FO Admin

FO Supervisor

Receptionist

Reservation

Telepon Operator

Bellboy

Driver

Valet (Outsource)

First Cook

FB Admin

FB Captain

Cashier

Bartender

Waiter/Waitress

Security

Coordinator

HR Admin Techni

cian

General Manager

Admin Sales Executive

Graphic Designer

Page 5: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

56

Universitas Kristen Petra

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan pengumpulan data dengan cara membagikan

kuesioner kepada 101 karyawan hotel Midtown Surabaya, peneliti terlebih

dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap item-item pertanyaan

kepada 30 karyawan hotel Midtown. Melalui jawaban-jawaban 30 orang

karyawan hotel Midtown tersebut nantinya akan diolah dengan menggunakan

program SPSS for windows 17.0. Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap

item-item pertanyaan yang ada di kuesioner dapat dilihat lebih jelas pada

tabel berikut ini.

4.2.1. Uji Validitas

Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas Hambatan Komunikasi

Dimensi Pertanyaan Korelasi Pearson

(r hitung)

r tabel Keterangan

Hambatan

Teknis

Hambatan 1 .678** 0.361 Valid

Hambatan 2 .650** 0.361 Valid

Hambatan 3 .692** 0.361 Valid

Hambatan

Semantik

Hambatan 4 .815** 0.361 Valid

Hambatan 5 .622** 0.361 Valid

Hambatan 6 .541** 0.361 Valid

Hambatan 7 .742** 0.361 Valid

Hambatan

Perilaku

Hambatan 8 .741** 0.361 Valid

Hambatan 9 .745** 0.361 Valid

Hambatan 10 .659** 0.361 Valid

Hambatan 11 .603** 0.361 Valid

Hambatan 12 .752** 0.361 Valid

Hambaran 13 .566** 0.361 Valid

Hambatan 14 .726** 0.361 Valid

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Uji validitas merupakan sebuah alat pengumpul data yang

digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya sebuah kuesioner

Page 6: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

57

Universitas Kristen Petra

(Singarimbum & Effendi, 1995, p.123). Metode uji validitas ini dilakukan

dengan metode korelasi Pearson (Priyatno, 2011, p.42). Cara menghitung

uji validitas ini, yaitu dengan mengkorelasikan masing-masing skor

pertanyaan dengan skor total item < 0,05 (Singarimbum & Effendi, 1995,

p.123). Uji validitas ini dilakukan pada 30 responden. Nilai r tabel pada

taraf signifikansi = 0,05 dengan N (jumlah responden) = 30 adalah 0,361.

Suatu kuesioner dikatakan valid, jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jika

nilai korelasi (r hitung) lebih besar dari r tabel, maka item kuesioner

tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya jika nilai korelasi (r hitung) lebih

kecil dari r tabel, maka item kuesioner tersebut dinyatakan tidak valid

(Singarimbum & Effendi, 1995, p. 124).

Berdasarkan tabel uji validitas di atas dapat dilihat bahwa semua

item kuesioner yang ada mulai dari dimensi hambatan teknis, hambatan

semantik, dan hambatan perilaku dinyatakan valid. Hal ini dikarenakan r

hitung > r tabel atau di atas 0,361. Dapat dikatakan bahwa item-item

kuesioner ini layak dan sah mengukur yang diukur peneliti, yaitu pengaruh

hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan hotel Midtown Surabaya.

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas Kinerja Karyawan

Dimensi Pertanyaan Korelasi Pearson

(r hitung)

r tabel Keterangan

Quantity of

work

Kinerja 1 .511** 0.361 Valid

Quality of

work

Kinerja 2 .658** 0.361 Valid

Kinerja 3 .653** 0.361 Valid

Job

Knowledge

Kinerja 4 .849** 0.361 Valid

Kinerja 5 .869** 0.361 Valid

Kinerja 6 .785** 0.361 Valid

Cooperation Kinerja 7 .708** 0.361 Valid

Dependability Kinerja 8 .746** 0.361 Valid

Page 7: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

58

Universitas Kristen Petra

Initiative

Kinerja 9 .812** 0.361 Valid

Kinerja 10 .569** 0.361 Valid

Kinerja 11 .605** 0.361 Valid

Kinerja 12 .729** 0.361 Valid

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Melalui tabel uji validitas kinerja karyawan di atas, diketahui

bahwa masing-masing item pertanyaan kuesioner dinyatakan valid.

Pengukuran uji validitas ini juga dilakukan pada 30 responden untuk

mengukur sah atau tidaknya sebuah kuesioner. Hal ini dapat dilihat dari

perhitungan r hitung > r tabel atau di atas 0,361. Dapat dikatakan setiap

pertanyaan dalam kuesioner kinerja karyawan mampu mengukur

penelitian ini. Mulai dari dimensi quantity of work, quality of work, job

knowledge, cooperation, dependability, dan initiative terlihat semua sah

atau valid.

4.2.2. Uji Reliabilitas

Tabel 4.3. Hasil Uji Reliabilitas Hambatan Komunikasi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.765 15

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Uji reliabilitas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel dan apakah data-

data yang telah terkumpul dapat diandalkan. Suatu kuesioner dikatakan

reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Nazir, 1998, p.89). Pengukuran

reliabilitas ini menggunakan cara one shot atau sekali saja dan kemudian

hasilnya akan dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur

korelasi antar jawaban pertanyaan. Metode uji reliabilitas yang digunakan

Page 8: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

59

Universitas Kristen Petra

dalam penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alpha. Instrumen atau alat

ukur dikatakan reliable jika koefisien Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6

(Nazir, 1998, p.89).

Berdasarkan tabel hasil uji reliabilitas di atas dapat diketahui

bahwa semua instrumen dalam dimensi hambatan komunikasi dikatakan

reliable karena memiliki koefisien Cronbach’s Alpha lebih dari 0,6 atau

diatas 0,6, yaitu 0,765. Jadi, alat ukur yang digunakan peneliti dalam

penelitian ini dapat diandalkan dan konsisten dari waktu ke waktu.

Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Karyawan

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.768 13

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas kinerja karyawan di atas dapat

dilihat bahwa nilai koefisien Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,6, yaitu

0,768, artinya reliable atau dapat diandalkan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa alat ukur yang digunakan dalam dimensi kinerja

karyawan dapat diandalkan dan konsisten jika dilakukan kembali pada

waktu yang akan datang.

4.3. Deskripsi Data

4.3.1. Deskripsi Identitas Responden

Pendeskripsian mengenai identitas responden dalam penelitian ini

akan dijelaskan berdasarkan faktor-faktor demografis, yaitu jenis kelamin

responden, usia responden, departemen kerja responden, lama menjadi

karyawan tetap, pentingnya kegiatan komunikasi, dan seberapa seringnya

melakukan komunikasi dengan karyawan yang lain. Penjelasannya dapat

dijabarkan dalam tabel-tabel berikut ini.

Page 9: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

60

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.5. Jenis Kelamin Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 63 62.4 62.4 62.4

Perempuan 38 37.6 37.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari hasil perhitungan data di atas dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan total

63 orang atau 62,4%. Sedangkan perempuan berjumlah 38 orang atau 37,6%.

Berdasarkan data jumlah karyawan yang diperoleh dari Human Resources

Department (HRD) Hotel Midtown Surabaya, 4 Juli 2013 diketahui bahwa

karyawan laki-laki jumlahnya lebih banyak daripada karyawan perempuan.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah karyawan laki-laki dengan prosentase 63%

atau 139 orang, sedangkan perempuan memiliki prosentase 37% atau 81

orang dari total seluruh karyawan Hotel Midtown sebanyak 220 orang

(Dokumen Human Resources Department, 2013).

Banyaknya responden laki-laki yang menjadi karyawan Hotel

Midtown Surabaya dikarenakan realitas yang ada di masyarakat Indonesia

menunjukkan bila dunia kerja banyak didominasi oleh laki-laki, sedangkan

perempuan lebih banyak beraktivitas di sektor domestik (kegiatan rumah

tangga) seperti memasak, mencuci, dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan

yang dikatakan Narwoko dan Suyanto (2004, p.322) bahwa masyarakat

Indonesia masih menganut budaya patriarkhi, dimana peran perempuan dalam

dunia kerja hanya sebagai second person. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa memasuki dunia kerja yang bertujuan untuk mencari penghasilan

merupakan tugas utama bagi laki-laki. Begitu pula yang terjadi di Hotel

Midtown Surabaya, mayoritas karyawannya berjenis kelamin laki-laki.

Page 10: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

61

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.6. Usia Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 20-29 tahun 51 50.5 50.5 50.5

30-39 tahun 37 36.6 36.6 87.1

40-49 tahun 11 10.9 10.9 98.0

50-59 tahun 2 2.0 2.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berusia 20-29 tahun dengan jumlah 51 orang atau 50,5%. Sebagian

lainnya berusia 30-39 tahun dengan total 37 orang atau 36,6%, responden

yang berusia 40-49 tahun ada 11 orang atau 10,9%, dan hanya 2 orang atau

2% yang berusia 50-59 tahun. Banyaknya responden yang berada pada

kisaran usia 20-29 tahun termasuk dalam usia produktif, dimana seseorang

telah memasuki dunia kerja. Seperti yang dikatakan Hurlock (2004, p.265)

bahwa umur 20-29 tahun termasuk dalam kategori masa dewasa dini dan usia

produktif, dimana individu mempunyai keinginan untuk memiliki status

sosial yang lebih baik dan memiliki harta banyak dengan memasuki dunia

kerja. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa pada usia tersebut

individu mulai meninggalkan kegiatan yang hanya mencari hiburan semata

dan lebih memikirkan masa depan.

Menurut hasil wawancara dengan Human Resources Department pada

tanggal 4 Juli 2013 (Sari, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun) mengatakan

bahwa kriteria karyawan Hotel Midtown Surabaya berada kisaran usia antara

20-60 tahun. Karyawan yang berada dalam umur tersebut adalah mereka yang

sudah siap memasuki dunia kerja yang nyata. Banyaknya karyawan yang

berada di usia 20-29 tahun dikarenakan karyawan tersebut mulai giat bekerja

untuk mencari pengalaman kerja dan siap mencari uang untuk kehidupan

mendatang. Mereka yang telah lulus SMA maupun SMK tidak lagi

Page 11: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

62

Universitas Kristen Petra

melanjutkan sekolahnya, tetapi ada yang langsung bekerja. Namun, ada pula

karyawan yang setelah lulus S1 baru bekerja.

Selain itu, banyaknya responden yang berumur 20-29 tahun

merupakan usia transisi dari usia remaja menuju dewasa dini, dimana

individu sudah mempunyai kematangan berpikir untuk memasuki dunia kerja.

Usia karyawan lainnya berumur 30-39 tahun juga merupakan usia produktif

kerja, begitu pula umur 40-49 tahun, kemudian 50-59 tahun yang merupakan

kategori karyawan produktif. Dapat dikatakan seluruh karyawan dalam

penelitian ini memiliki kategori karyawan yang produktif dalam dunia kerja.

Tabel 4.7. Depertemen Kerja Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Divisi Sales & Marketing 7 6.9 6.9 6.9

Divisi Finance & Accounting 12 11.9 11.9 18.8

Divisi Rooms 40 39.6 39.6 58.4

Divisi Food & Beverage 42 41.6 41.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui responden yang berada

di divisi Food & Beverage Marketing memiliki jumlah yang paling banyak,

yaitu 42 responden atau 41,6%, diikuti oleh divisi Rooms sebanyak 40

responden atau 39,6%, divisi Finance & Accounting terdiri dari 12 responden

atau 11,9%, dan divisi Sales & Marketing sebanyak 7 responden atau 6,9%.

Pada tingkatan dasar, sistem organisasi adalah manusia dan departemen yang

membuat organisasi menjadi hidup dan tumbuh (Miller, 2009, p.59). Alasan

pemilihan empat divisi ini dikarenakan peneliti mensinyalir adanya hambatan

komunikasi yang tampak antar karyawan dalam divisi yang telah disebutkan

di atas. Selain itu pemilihan divisi tersebut karena dalam organisasi,

keseluruhan divisi merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan.

Page 12: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

63

Universitas Kristen Petra

Responden dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan dari tiap

divisi yang memiliki kedudukan yang setara. Karena peneliti mengamati

komunikasi yang terjadi secara horizontal. Responden dalam divisi di atas

saling melakukan komunikasi dan memberikan informasi dari satu karyawan

kepada rekan kerja yang lain. Sebuah organisasi akan mencapai tujuannya,

apabila komunikasi yang efektif dilakukan dengan baik dalam setiap

karyawannya. Keberadaan departemen yang ada sangat penting untuk

menyalurkan informasi maupun pesan yang ada untuk memperlancar jalannya

pekerjaan. Setiap departemen memiliki tugas dan tujuan yang berbeda,

dimana mereka saling bekerja sama untuk memajukan organisasi. Oleh

karena itu diperlukan komunikasi yang efektif dalam departemen yang

terkait.

Tabel 4.8. Lama Masa Kerja Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1-3 bulan 11 10.9 10.9 10.9

4-6 bulan 5 5.0 5.0 15.8

7-9 bulan 13 12.9 12.9 28.7

Lebih dari 10 bulan 19 18.8 18.8 47.5

Satu tahun 53 52.5 52.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat lama masa kerja responden

mulai berdirinya Hotel Midtown Surabaya yang sudah memasuki 1 tahun 5

bulan ini. Mayoritas responden yang bekerja di Hotel Midtown Surabaya

memiliki masa kerja 1 tahun dengan jumlah 53 karyawan atau 52,5%.

Responden yang telah bekerja selama lebih dari 10 bulan sebanyak 19 orang

atau 18,8%. Sedangkan responden yang bekerja selama 7-9 bulan sebanyak

13 orang atau 12,9%, responden yang bekerja selama 4-6 bulan sebanyak 5

Page 13: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

64

Universitas Kristen Petra

orang atau 5% saja, dan responden yang baru bekerja selama 1-3 bulan

terdapat 11 orang atau 10,9%.

Banyaknya responden yang telah bekerja selama 1 tahun menjadikan

responden melakukan komunikasi secara terus menerus kepada karyawan

yang satu dengan yang lainnya. Dimana responden saling mengenal antar

karyawan dan dapat menjalin hubungan yang baik dalam organisasi tersebut.

Selain itu terdapat pula responden yang baru bekerja selama 1-3 bulan, yaitu

11 responden. Menurut Head of Human Resources Department, 4 Juli 2013

(Sari, 32 tahun, lama kerja 1 tahun) menyatakan mereka yang baru bekerja 1-

3 bulan adalah karyawan yang baru mulai beradaptasi dengan lingkungan

kerjanya. Mereka mulai mengenal karyawan yang satu dengan yang lainnya

dan belajar melakukan komunikasi yang efektif dengan rekan sekerja.

Tabel 4.9. Pentingnya Kegiatan Komunikasi Organisasi Hotel Midtown

Surabaya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat penting 69 68.3 68.3 68.3

Penting 32 31.7 31.7 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden menjawab kegiatan komunikasi organisasi di Hotel Midtown

Surabaya sangat penting. Hal ini tampak dari jawaban responden dengan total

69 orang atau 68,3% dari 101 karyawan yang menyatakan sangat penting.

Sedangkan sebagian lainnya menjawab penting dengan jumlah 32 karyawan

atau 31,7%. Menurut Mc. Farland dalam Wursanto (2005, p.153) menyatakan

bahwa komunikasi merupakan interaksi atau proses hubungan saling

pengertian antar manusia. Ayatullah (2003, p.23) menyatakan bahwa

organisasi merupakan salah satu konteks penting dalam komunikasi. Suatu

organisasi tidak dapat dipungkiri selalu melakukan komunikasi dengan

Page 14: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

65

Universitas Kristen Petra

berbagai pihak untuk mencapai tujuannya. Tanpa adanya komunikasi, maka

sebuah lembaga akan mengalami kesulitan-kesulitan dalam pengelolaannya.

Pentingnya kegiatan komunikasi organisasi di Hotel Midtown karena

setiap karyawan dalam tiap divisi saling bergantung dan berkomunikasi

antara satu dengan yang lainnya untuk menyampaikan pesan. Menurut hasil

wawancara dengan salah satu responden yang menjawab sangat penting

kegiatan komunikasi organisasi, 4 Juli 2013 (Ani, usia 34 tahun, masa kerja 1

tahun, staff divisi Sales & Marketing) menyatakan bahwa komunikasi adalah

hal yang mendasari manusia untuk menyampaikan pesan atau informasi

dalam suatu organisasi karena dengan adanya komunikasi yang efektif dapat

memperlancar jalannya pekerjaan dalam organisasi.

Komunikasi organisasi memiliki kontribusi untuk menciptakan

hubungan, baik individu maupun organisasi untuk mencapai tujuan yang

beragam (Shockley, 2012, p.16). Komunikasi organisasi terjadi antara orang-

orang yang melakukan pekerjaannya dengan orang lain dan hubungan

interpersonal. Selain itu, pentingnya kegiatan komunikasi organisasi juga

terjadi diantara orang-orang yang memiliki bahasa yang berbeda dan

memiliki perspektif budaya yang berbeda. Organisasi merupakan wadah yang

mempekerjakan karyawan yang berasal dari berbagai latar belakang

pendidikan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, dan kebudayaan yang

berbeda (Liliweri, 2002, p.22). Dapat dikatakan bahwa komunikasi organisasi

terjadi di seluruh jaringan dari orang-orang yang mencari untuk mendapatkan

berbagai tujuan dalam interaksi sehari-hari. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa komunikasi dalam organisasi adalah hal yang sangat

penting untuk menyampaikan pesan maupun informasi dengan sesama rekan

kerja.

Page 15: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

66

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.10. Frekuensi Responden dalam Berkomunikasi dengan Karyawan

Lain Selama Satu Hari

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat sering 61 60.4 60.4 60.4

Sering 40 39.6 39.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel di atas, diketahui mayoritas responden sangat sering

melakukan komunikasi dengan karyawan yang lain selama satu hari dalam

masa kerja. Dapat dilihat dari jumlah responden yang menjawab sangat sering

dengan total 61 orang atau 60,4% dan responden yang menjawab sering

sebanyak 40 orang atau 39,6%. Melalui jawaban responden seringnya

melakukan komunikasi dapat diketahui betapa pentingnya komunikasi dalam

suatu organisasi. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa

komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi,

ide-ide, diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka

mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Wursanto, 2005, p.157).

Semakin sering individu melakukan komunikasi dalam dunia kerja

akan semakin lancar dalam melakukan setiap pekerjaan. Hal ini dikarenakan

dalam sebuah organisasi pasti melakukan komunikasi agar tidak terjadi

kesalahpahaman atau salah pengertian antar karyawan yang ada. Komunikasi

merupakan salah satu unsur penting yang menandai kehidupan di dalam suatu

organisasi (Suranto, 2005, p.55). Ketika sebuah organisasi itu berharap dapat

bekerja dalam sebuah manajemen yang efisien, maka di dalamnya harus

dilakukan langkah-langkah komunikasi internal secara terencana. Komunikasi

dapat digunakan untuk mengubah, mempertahankan, dan meningkatkan

kemajuan sebuah organisasi. Oleh karena itu, sebagian besar responden dalam

penelitian ini sangat sering melakukan komunikasi dengan sesama rekan kerja

lainnya dalam waktu kerja.

Page 16: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

67

Universitas Kristen Petra

4.3.2. Deskripsi Frekuensi Jawaban

4.3.2.1. Deskripsi Data Variabel Hambatan Komunikasi (X)

Komunikasi atau berkomunikasi itu kelihatannya mudah, tetapi

sebenarnya tidak lepas dari berbagai kendala atau hambatan dalam

pelaksanaannya (Rudy, 2005, p.22-23). Seringkali dijumpai dalam suatu

organisasi terjadi salah pengertian antara satu anggota dengan anggota

lainnya atau antara atasan dengan bawahannya mengenai pesan yang

mereka sampaikan dalam berkomunikasi (Masmuh, 2010, p.80).

Komunikasi yang terjadi dalam organisasi Hotel Midtown

Surabaya juga tidak berjalan dengan efektif. Ditemui beberapa hambatan

komunikasi yang terjadi di empat divisi, yaitu divisi Sales & Marketing,

divisi Finance & Accounting, divisi Rooms, dan divisi Food & Beverage

Marketing. Effendy (2003, p.45) menyatakan hambatan komunikasi

secara konseptual bisa didefinisikan sebagai “Hal-hal yang menjadi

penghambat dalam proses komunikasi”.

Hambatan komunikasi dapat dilihat melalui tiga dimensi, yaitu

hambatan teknis, hambatan semantik, dan hambatan perilaku. Berikut

penjelasan dari hasil kuesioner mengenai variabel hambatan komunikasi.

1. Hambatan Teknis

Tabel 4.11. Sarana dan Prasarana dalam Proses Komunikasi Lengkap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 34 33.7 33.7 33.7

Setuju 51 50.5 50.5 84.2

Tidak setuju 16 15.8 15.8 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan jawaban responden dari tabel 4.11 di atas dapat dilihat

bahwa sebagian besar responden menjawab setuju bahwa sarana dan

prasarana yang ada dalam proses komunikasi lengkap, yaitu sebanyak 51

Page 17: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

68

Universitas Kristen Petra

orang atau 50,5%. Sedangkan 34 orang atau 33,7% menjawab sangat setuju

mengenai kelengkapan peralatan yang ada di Hotel Midtown Surabaya.

Namun terdapat 16 responden atau 15,8% yang menjawab tidak setuju

mengenai kelengkapan sarana dan parasarana yang ada.

Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah adanya kelengkapan

telepon, facsimile, televisi, dan komputer yang dapat menguhubungkan

seluruh jaringan dalam organisasi. Kurangnya sarana dan prasarana yang ada

dapat menghambat komunikasi yang terjadi antar karyawan (Wursanto, 2005,

p.171). Sarana dan prasarana yang tidak mendukung dalam proses

komunikasi merupakan dimensi hambatan komunikasi yang pertama, yaitu

hambatan yang bersifat teknis.

Saat ini perkembangan teknologi telekomunikasi semakin maju dan

berkembang, seperti yang ada di dalam organisasi Hotel Midtown, fasilitas

yang digunakan dapat dikatakan lengkap. Sarana yang diperlukan dalam

proses komunikasi seperti telepon terdapat di setiap kantor divisi masing-

masing, yaitu divisi Sales & Marketing¸ Finance & Accounting, Rooms, dan

Food & Beverage Marketing. Begitu pula komputer yang digunakan untuk

menyampaikan pesan melalui email, penggunaan facsimile juga terdapat di

setiap kantor untuk menyampaikan pesan secara tertulis. Hal ini didukung

melalui hasil wawancara dengan Nila, usia 24 tahun, masa kerja 8 bulan, staff

divisi Rooms, 4 Juli 2013 yang menjawab setuju dengan alasan sebagai

berikut.

“Selama ini, saya merasa sarana dan prasarana yang ada di Hotel

Midtown dapat memenuhi karyawan dalam bekerja karena adanya

komputer, telepon, dan facsimile di tiap divisi cukup membantu kami

untuk melakukan komunikasi yang efektif. Tanpa adanya kelengkapan

sarana tersebut, maka kami akan kesulitan untuk menyampaikan pesan

dalam organisasi ini. Secara keseluruhan alat komunikasi yang ada

sudah lengkap”.

Namun, tidak menutup kemungkinan terdapat 16 responden yang

menjawab tidak setuju, artinya sarana dan prasarana yang ada belum lengkap.

Menurut salah satu jawaban responden yang menjawab tidak setuju (Andi,

Page 18: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

69

Universitas Kristen Petra

usia 26 tahun, masa kerja 10 bulan, staff divisi Rooms, 5 Juli 2013)

mengatakan demikian.

“Menurut saya sarana dan prasarana di sini masih kurang lengkap.

Sarana seperti handy talkie yang dapat dibawa ke mana-mana oleh

beberapa karyawan ketika berada di luar ruangan atau kantor belum

tersedia banyak. Padahal handy talkie merupakan salah satu alat

komunikasi yang penting untuk berkomunikasi di perusahaan yang

besar ini, sehingga jika terdapat sebuah event dapat tetap

berkomunikasi dengan baik. Di samping itu, sarana seperti telepon

dan komputer sudah dilengkapi di setiap kantor”.

Melalui jawaban responden di atas, secara keseluruhan fasilitas yang

ada sudah lengkap, hanya sebagian kecil dari mereka yang menjawab kurang

lengkap. Dalam hal ini tidak mengganggu komunikasi dalam organisasi

tersebut. Tidak terlihat hambatan komunikasi yang terjadi karena sarana dan

prasarana yang digunakan. Penggunaan fasilitas yang ada dapat membantu

kelancaran komunikasi antara karyawan yang satu dengan yang lainnya.

Jika kita melihat hakikat komunikasi sebagai suatu sistem, maka

gangguan komunikasi bisa terjadi pada semua elemen atau unsur-unsur yang

mendukungnya, termasuk faktor lingkungan dimana komunikasi itu terjadi

(Cangara, 2006, p.113). Liliweri (2006, p.96) mendefinisikan sebagai

demikian, hambatan atau gangguan berkomunikasi adalah pengaruh dari

dalam maupun luar individu atau lingkungan yang merusak aliran atau isi

pesan yang dikirimkan atau yang diterima. Dalam hal ini, keterbatasan

fasilitas dan peralatan komununikasi di masa lalu merupakan penyebab utama

timbulnya hambatan komunikasi (Wursanto, 2005, p.171). Namun, dari hasil

wawancara dengan responden, sarana dan prasarana yang ada tidak

menghambat proses komunikasi yang terjadi.

Page 19: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

70

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.12. Keahlian dan Kecakapan Responden dalam Menyampaikan

Pesan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 25 24.8 24.8 24.8

Setuju 35 34.7 34.7 59.4

Tidak setuju 41 40.6 40.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas

responden tidak memiliki keahlian dan kecakapan dalam menyampaikan

pesan kepada karyawan lain. Hal ini terlihat dari jawaban responden yang

menjawab tidak setuju sebanyak 41 orang atau 40,6%, responden yang

menjawab setuju sebanyak 35 orang atau 34,7%, dan responden yang

menjawab sangat setuju sebanyak 25 orang atau 24,8%. Dengan kata lain,

sebagian besar dari responden tidak dapat menyampaikan pesan dengan

cukup jelas. Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang ada tidak

dimiliki oleh sebagian responden dalam penelitian ini. Hal ini dapat

mengganggu komunikasi yang terjadi antara karyawan satu dengan yang lain.

Alasan responden yang menjawab tidak setuju dikarenakan mereka

tidak memiliki cara yang tepat untuk mengerjakan sesuatu dan tidak memiliki

kecakapan dalam menyampaikan pesan. Teknik berkomunikasi dalam

menyampaikan pesan kepada pihak lain juga tidak dapat berjalan dengan

baik, sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan cepat

dan tepat oleh penerima informasi. Melalui hasil wawancara dengan salah

satu responden yang menjawab tidak setuju (Anita, usia 28 tahun, masa kerja

10 bulan, staff divisi Rooms, 4 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Saya memang tidak yakin bahwa saya memiliki keahlian dan

kecakapan dalam berkomunikasi, tidak seperti karyawan lain yang

dapat berkomunikasi dengan jelas. Sering kali terjadi kesalahpahaman

karena menyampaikan pesan yang tidak sesuai atau tidak jelas.

Sebagai contoh yang pernah saya alami, pada saat saya

Page 20: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

71

Universitas Kristen Petra

menyampaikan pesan mengenai tagihan atau billing kepada staff divisi

Finance & Accounting, saya tidak dapat menjelaskan dengan benar,

sehingga penerima pesan bisa bingung atau terjadi salah pengertian.

Apa yang saya sampaikan tidak dimengerti dengan jelas, bahkan

terkadang ditanggapi berbeda dengan yang dimaksud. Tidak semua

individu memiliki kecakapan berbicara, sehingga apa yang ingin

disampaikan tidak bisa disampaikan dengan jelas dan baik. Hal ini

yang dapat menghambat proses komunikasi”.

Teknik berkomunikasi menjadi kelengkapan bagi setiap individu agar

lawan bicara dapat mengerti dengan jelas pesan apa yang dimaksud dan

diterima dengan benar. Dapat pula dikatakan secara singkat bahwa teknik

komunikasi adalah kecakapan dalam berkomunikasi (Wursanto, 2005, p.171).

Hambatan komunikasi ini juga terjadi karena responden tidak menggunakan

cara dengan tepat, sehingga proses komunikasi tidak akan mencapai sasaran

yang diharapkan, kemudian secara tidak langsung akan mengalami hambatan

komunikasi.

Di sisi lain, 35 responden lainnya menjawab setuju, artinya mereka

memiliki teknik berkomunikasi yang baik, sehingga pada saat menjelaskan

sesuatu atau informasi kepada rekan kerja lainnya dapat dipahami dengan

jelas. Salah satu responden yang menjawab setuju (Lani, usia 34 tahun, masa

kerja 1 tahun, staff divisi Sales & Marketing, 4 Juli 2013) menjelaskan

sebagai berikut.

“Saya sudah bekerja hampir 10 tahun di bidang perhotelan. Selama

saya bekerja, saya selalu dapat menyampaikan informasi maupun

pesan dengan baik ke sesama rekan kerja lainnya. Seperti pada saat

saya berbicara dengan front office, saya dapat menjelaskan pesan

dengan baik mengenai bookingan kamar tamu, sehingga karyawan

lain juga dapat menyerap pesan itu dengan benar. Cara berkomunikasi

yang tepat merupakan hal yang penting dalam dunia kerja”.

Dilihat dari jawaban responden di atas, selisih sedikit antara

responden yang menjawab tidak setuju dan setuju. Hal ini dikarenakan

beberapa dari mereka memang tidak memiliki cara yang tepat untuk

menyampaikan pesan. Namun karyawan lain yang sudah memiliki banyak

pengalaman di dunia kerja, memiliki keahlian dalam berkomunikasi. Secara

keseluruhan, responden dalam penelitian ini lebih banyak yang tidak

Page 21: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

72

Universitas Kristen Petra

menguasai teknik dan metode berkomunikasi, sehingga menyebabkan

komunikasi terhambat. Seperti yang dikatakan Wursanto (2005, p.171)

apabila komunikator kurang mempertahankan atau tidak mempergunakan

teknik yang tepat, maka komunikasi akan mengalami hambatan. Miller (2009,

p.183) mengatakan penyebab hambatan komunikasi dikarenakan komunikasi

yang sangat payah (poor communication). Tidak hanya dilihat melalui

fasilitas yang ada, tetapi teknik dan metode berkomunikasi yang tidak lancar

juga dapat menghambat komunikasi.

Tabel 4.13. Responden Melakukan Komunikasi dalam Kondisi yang Baik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 16 15.8 15.8 15.8

Setuju 37 36.6 36.6 52.5

Tidak setuju 39 38.6 38.6 91.1

Sangat tidak setuju 9 8.9 8.9 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil jawaban responden dari tabel 4.13 di atas, dapat

dilihat sebanyak 39 orang atau 38,6% responden tidak setuju dalam

melakukan komunikasi dengan kondisi yang baik. Responden yang

menjawab sangat tidak setuju berjumlah 9 orang atau 8,9% dan responden

yang menjawab setuju dengan jumlah yang cukup banyak, yaitu 37 orang

atau 36,6%, sebagian kecil responden menjawab sangat setuju dengan jumlah

16 orang atau 15,8%. Melalui hasil jawaban responden di atas terlihat bahwa

sebagian besar responden tidak dapat melakukan komunikasi dalam kondisi

yang baik. Kondisi fisik yang tidak memungkinkan terjadinya komunikasi

dapat menyebabkan hambatan komunikasi.

Dalam indikator ini, kondisi fisik dapat dilihat melalui tiga macam,

yaitu kondisi fisik manusia, kondisi fisik yang berhubungan dengan waktu

atau situasi/ keadaan, dan kondisi peralatan (Wursanto, 2005, p.173).

Page 22: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

73

Universitas Kristen Petra

Responden yang menjawab tidak setuju di sini, artinya mereka tidak dapat

melakukan komunikasi yang lancar dikarenakan kondisi fisik yang

mengganggu terjadinya proses komunikasi. Seperti dalam kondisi fisik

manusia, keadaan fisik komunikan maupun komunikator yang kurang sehat

dapat menyebabkan komunikasi tidak lancar, sehingga menghambat proses

komunikasi. Begitu pula kondisi fisik yang berhubungan dengan waktu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Mira, usia 36 tahun, masa kerja 6

bulan, staff divisi Food & Beverage Marketing, 4 Juli 2013 mengatakan :

“Saya beberapa kali terganggu ketika berbicara dalam situasi yang

ramai. Pada saat saya berbicara melalui telepon dengan Era dari divisi

Sales & Marketing dalam keadaan yang ramai, pesan itu tidak

tersampaikan dengan baik karena suasana yang gaduh dapat membuat

komunikasi menjadi tidak fokus. Saya berbicara harus mengulang-

ulang dan Era juga tidak mendengar dengan jelas”.

Selain itu, hasil wawancara dengan Mira, usia 36 tahun, staff divisi

Food & Beverage Marketing menambahkan bahwa kondisi fisik yang terlalu

lelah pada saat sore hari, ketika berbicara antar karyawan yang telah

menerima banyak pekerjaan, kemudian diajak berbicara pada sore hari dapat

menyebabkan komunikasi tidak dapat diterima dengan baik. Hal ini sering

terjadi pada responden dalam penelitian ini. Hal lain yang dapat menghambat

proses komunikasi adalah kondisi peralatan yang rusak, seperti telepon dan

komputer yang rusak dapat menghambat proses komunikasi ke seluruh

karyawan yang lain.

Kondisi fisik yang paling sering terjadi menurut hasil wawancara

dengan salah satu staff divisi Sales & Marketing (Bayu, usia 36 tahun, masa

kerja 10 bulan, 4 Juli 2013) dikarenakan kondisi waktu atau situasi yang ada.

Hal ini didiukung oleh jawaban responden sebagai berikut.

“Menurut saya, komunikasi yang paling sering terganggu dikarenakan

waktu berbicara pada saat pagi hari atau baru datang di kantor dengan

pada saat sore hari atau mau pulang kerja akan terasa berbeda. Karena

pada saat pagi hari pikiran masih baru dan belum terlalu banyak beban

pekerjaan, tetapi setelah siang menuju sore hari akan semakin banyak

pekerjaan yang harus dikerjakan, sehingga berbicara di sore hari akan

membuat komunikasi tidak tersalurkan dengan baik”.

Page 23: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

74

Universitas Kristen Petra

Dengan kata lain dari hasil jawaban responden di atas dapat dikatakan

bahwa pesan yang disampaikan juga tidak dapat diterima dengan baik karena

kondisi waktu yang tidak memungkinkan. Dalam mendukung sebuah

efektivitas pesan diperlukan suatu kondisi yang mendukung. Seperti yang

dikatakan Wilbur Schramm (Effendy, 2003, p.42), yaitu apa yang disebut

“the condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus

dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan dapat menghasilkan

tanggapan yang sesuai dan dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja.

Apabila kondisi fisik tidak memenuhi, maka komunikasi akan terhambat dan

secara tidak langsung pesan yang ada tidak bisa diterima dengan baik.

Namun tidak semua responden dalam penelitian ini menjawab tidak

setuju. Terdapat 37 responden yang menjawab setuju dan 16 responden

mengatakan sangat setuju, artinya mereka selalu berbicara dengan kondisi

fisik yang baik, suasana yang mendukung, dan tidak pernah terjadi kerusakan

pada fasilitas yang ada. Responden yang menjawab setuju pun bukan berarti

tidak pernah mengalami hambatan komunikasi karena kondisi fisik, tetapi hal

itu tidak terlalu berpengaruh terhadap komunikasi yang ada. Dengan

demikian proses komunikasi yang terjadi berjalan dengan lancar. Dapat

dilihat dari hasil wawancara dengan Irena, usia 32 tahun, masa kerja 1 tahun,

staff divisi Finance & Accounting, 4 Juli 2013 mengatakan demikian.

“Pengalaman saya selama ini selalu melakukan komunikasi dengan

baik. Apabila saya berbicara melalui telepon maupun tatap muka

secara langsung dengan rekan kerja selalu dalam situasi yang tenang

dan tidak mengganggu komunikasi di antara kami. Jadi pesan yang

disampaikan pun dapat diterima dengan jelas. Kadang-kadang juga

kondisi waktu atau situasi yang tidak tepat dapat menghambat proses

komunikasi, tetapi masih bisa ditangani”.

Melalui hasil jawaban responden di atas, sebagian besar dari mereka

sering terganggu komunikasinya dikarenakan kondisi fisik yang tidak tepat.

Hasil jawaban responden selisih sedikit antara yang menjawab tidak setuju

dan setuju. Hal ini dikarenakan beberapa responden yang menjawab setuju

masih dapat mengontrol komunikasi mereka ketika berada dalam suasana

yang ramai atau mengganggu, sedangkan sebagian besar lainnya tidak dapat

Page 24: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

75

Universitas Kristen Petra

melakukan komunikasi dengan fokus karena kondisi dan situasi yang

mengganggu tersebut. Sesuai dengan teori yang dikatakan Wursanto (2005, p.

172) bahwa kondisi fisik manusia, kondisi waktu, dan kondisi peralatan yang

tidak sesuai dapat menghambat proses komunikasi. Hal ini juga terjadi di

dalam organisasi Hotel Midtown, sehingga sebagian besar responden

melakukan kegiatan komunikasi dalam situasi yang tidak mendukung.

2. Hambatan Semantik

Tabel 4.14. Responden Tidak Terdapat Salah Ucap dalam Menyampaikan

Informasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 28 27.7 27.7 27.7

Setuju 29 28.7 28.7 56.4

Tidak setuju 44 43.6 43.6 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, sebagian besar responden pernah

terdapat salah ucap dalam menyampaikan informasi. Hal ini terlihat dari

jawaban responden yang paling banyak menjawab tidak setuju dengan total

44 orang atau 43,6%. Artinya sebagian besar responden pernah mengucapkan

kata-kata atau kalimat yang salah pada saat berbicara dengan rekan sekerja.

Hal ini seringkali terjadi karena setiap manusia dapat terjadi salah ucap dalam

menyampaikan informasi. Responden yang menjawab setuju sebanyak 29

orang atau 28,7% dan 28 orang atau 27,7% menjawab sangat setuju.

Menurut hasil analisis pada saat wawancara dengan salah satu staff

Rooms pada tanggal 5 Juli 2013 (Vica, usia 39 tahun, masa kerja 1 tahun)

mengungkapkan bahwa komunikasi antar staff sekerja sering terjadi salah

ucap dalam menyampaikan informasi. Seperti pada saat penyampaian

informasi mengenai program promo terbaru awal tahun 2013, divisi Sales &

Marketing memberitahukan kepada karyawan di reservation tentang promo

Page 25: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

76

Universitas Kristen Petra

tersebut dan terdapat salah ucap dari nama promo yang ada. Hasil wawancara

dapat dilihat sebagai berikut.

“Pada saat promo awal tahun baru, seharusnya promo di tipe kamar

Groovy, tetapi Sales & Marketing mengatakan di tipe kamar Splendid,

sehingga menyebabkan hambatan komunikasi karena terdapat salah

ucap dan menyebabkan salah pengertian”.

Selain itu, hambatan komunikasi horizontal antar staff juga sering

terjadi karena salah menyampaikan informasi mengenai menu makanan,

sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat dipahami jelas oleh

penerima pesan. Effendy (2002, p.13) mengatakan salah ucap atau salah tulis

dapat menimbulkan salah pengertian (misundestanding) atau salah tafsir

(misinterpretation) yang pada gilirannya dapat menimbulkan salah

komunikasi (miscommunication).

Beberapa responden lainnya menjawab setuju sebanyak 29 orang atau

28,7% dan sangat setuju sebanyak 28 orang atau 27,7%. Artinya sebagian

responden lainnya tidak terdapat salah ucap dalam menyampaikan informasi.

Dari hasil wawancara dengan salah satu responden yang tidak pernah

melakukan salah ucap (Santi, usia 29 tahun, masa kerja 6 bulan, staff divisi

Finance & Accounting, 5 Juli 2013) mengatakan sebagai berikut.

“Saya dalam melakukan pekerjaan selalu berhati-hati dalam

menyampaikan pesan agar tidak terjadi kesalahan mengucapkan kata-

kata. Saya tidak pernah memberikan informasi yang salah kepada

rekan kerja yang lainnya, pesan yang disampaikan diucapkan dengan

bahasa yang baik dan benar”.

Informasi adalah hasil dari proses intelektual seseorang. Proses

intelektual adalah mengolah/ memproses stimulus yang masuk ke dalam diri

individu melalui panca indera, kemudian diteruskan ke otak/pusat syaraf

untuk diolah/diproses dengan pengetahuan, pengalaman, selera, dan iman

yang dimiliki seseorang. Setelah mengalami pemrosesan, stimulus itu dapat

dimengerti sebagai informasi (Wiryanto, 2005, p.29). Beberapa dari

responden menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam menyampaikan

Page 26: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

77

Universitas Kristen Petra

pesan, sehingga pesan yang ada dapat dimengerti dengan baik oleh penerima

pesan.

Bahasa adalah alat komunikasi yang efektif, tetapi bahasa juga dapat

menjadi hambatan komunikasi apabila yang digunakan tidak dimengerti oleh

orang lain atau terjadi salah ucap (Wursanto, 2005, p.175). Kesalahan bahasa

dapat menyebabkan hambatan komunikasi, hal ini termasuk dalam dimensi

hambatan semantik. Semantik dapat diartikan sebagai suatu studi tentang

pengertian. Pengertian dapat diungkapkan melalui bahasa, baik bahasa lisan

(melalui ucapan, bahasa badan) maupun bahasa tertulis. Jadi yang dimaksud

hambatan semantik adalah hambatan yang disebabkan kesalahan dalam

menafsirkan, kesalahan dalam memberikan pengertian terhadap kata-kata,

bahasa, kalimat, dan kode-kode yang dipergunakan dalam proses komunikasi

(Wursanto, 2005, p.175). Weaver (1958, p.26) menekankan bahwa hambatan

semantik merupakan jarak informasi semantik (semantic information-

distance).

Sebagian besar responden dalam penelitian ini sering terjadi salah

ucap, sehingga banyak dari mereka yang menjawab tidak setuju dalam

kuesioner tersebut. Sesuai dengan yang dikatakan Wursanto (2005, p.173)

bahwa terdapat salah ucap dalam penyampaian informasi dengan karyawan

lain dapat menyebabkan hambatan komunikasi.

Tabel 4.15. Responden Menggunakan Bahasa yang Komunikatif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 46 45.5 45.5 45.5

Setuju 53 52.5 52.5 98.0

Tidak setuju 2 2.0 2.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari data tabel di atas, hampir semua responden menjawab setuju dan

sangat setuju dalam penggunaan bahasa sehari-hari yang komunikatif.

Page 27: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

78

Universitas Kristen Petra

Responden yang menjawab setuju terdapat 53 orang atau 52,5%, responden

yang menjawab sangat setuju berjumlah 46 orang atau 45,5%, namun hanya

terdapat 2 orang atau 2% yang menjawab tidak setuju. Sebagian besar

responden dalam penelitian ini menggunakan bahasa yang komunikatif,

sehingga mudah dimengerti oleh penerima pesan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Human Resources Department

pada tanggal 4 Juli 2013 (Sari, umur 29 tahun, masa kerja 1 tahun)

mengatakan bahwa bahasa yang digunakan sehari-hari sangat dianjurkan

dalam komunikasi. Hal ini dikarenakan bahasa merupakan alat bantu manusia

untuk berkomunikasi. Jika tidak menggunakan bahasa yang komunikatif,

maka akan mengganggu jalannya komunikasi itu sendiri. Pemaknaan dan

penafsiran pesan yang ada dapat disalah artikan oleh penerima pesan. Dengan

begitu juga dapat mengganggu pekerjaan yang ada.

Hasil jawaban responden yang menjawab setuju didukung oleh

wawancara dengan salah satu responden, Odi, usia 29 tahun, masa kerja 1

tahun, staff divisi Rooms, 4 Juli 2013 mengatakan sebagai berikut.

“Saya selalu menggunakan bahasa yang komunikatif saat berbicara

dengan teman kerja, atasan, bawahan, maupun dengan para tamu yang

ada. Pentingnya penggunaan bahasa yang komunikatif agar dapat

dimengerti dengan jelas oleh seluruh lawan bicara dan mengurangi

kesalahpahaman yang terjadi”.

Seluruh responden di sini selalu berusaha berbicara dengan bahasa

yang mudah dimengerti, meskipun ada 2 responden yang tidak setuju. Dari

hasil wawancara dengan salah satu responden yang menjawab tidak setuju

(Jordan, usia 24 tahun, masa kerja 4 bulan, staff divisi Food & Beverage

Marketing, 4 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Pada saat berbicara saya menggunakan bahasa yang baik dan benar,

tetapi kadang-kadang saya menggunakan bahasa slang atau bahasa

gaul yang mungkin hanya dimengerti oleh beberapa orang tertentu

saja. Bahkan saya juga menggunakan bahasa Jawa yang kadang tidak

dimengerti oleh orang-orang yang berasal dari budaya lain”.

Page 28: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

79

Universitas Kristen Petra

Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang penting digunakan

dalam komunikasi (Liliweri, 1997, p.145). Salah penggunaan bahasa bisa

menyebabkan hambatan komunikasi. Hambatan adalah faktor yang

menyebabkan di penerima merasakan suatu perubahan dalam informasi/

rangsangan yang tiba. Pengaruh bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan

tingkah laku seseorang. Pengaruh/ efek juga dapat diartikan perubahan/

penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang

sebagai akibat penerimaan pesan (Mulyana, 2003, p.155). Gangguan bahasa

merupakan salah satu hambatan komunikasi. Penggunaan kata-kata maupun

kalimat yang salah dapat menyebabkan arti yang berbeda bagi penerima

pesan (Wursanto, 2005, p.175).

Secara keseluruhan hampir 97% responden dalam penelitian ini

menggunakan bahasa sehari-hari yang komunikatif dalam berbicara.

Wursanto (2005, p.173) mengatakan jika bahasa yang digunakan tidak sesuai

dengan bahasa sehari-hari yang komunikatif, maka hambatan komunikasi

dapat terjadi. Namun, melalui jawaban seluruh responden, mereka selalu

menggunakan bahasa sehari-hari yang benar, sehingga tidak menyebabkan

hambatan komunikasi.

Tabel 4.16. Responden Menggunakan Pemilihan Kata yang Tepat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 42 41.6 41.6 41.6

Setuju 57 56.4 56.4 98.0

Tidak setuju 2 2.0 2.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari tabel 4.16 terlihat dari 101 responden, 57 responden atau 56,4%

menjawab setuju dalam penggunaan pemilihan kata yang tepat, 42 responden

atau 41,6% menjawab sangat setuju, dan terdapat 2 responden atau 2% yang

menjawab tidak setuju. Responden yang menjawab setuju dan sangat setuju

Page 29: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

80

Universitas Kristen Petra

adalah mereka yang menggunakan bahasa yang komunikatif dan pemilihan

kata yang tepat, sehingga dalam melakukan komunikasi, tidak terdapat salah

pengertian.

Melalui hasil wawancara dengan responden yang menjawab setuju

pada tanggal 4 Juli 2013 (Luna, usia 30 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi

Finance & Accounting) mengatakan seperti dibawah ini.

“Saya dalam berbicara selalu memperhatikan kata-kata yang

digunakan agar tidak terjadi salah pengertian dengan rekan kerja. Jadi,

bahasa yang digunakan selalu menggunakan kata-kata yang tepat dan

sesuai agar mudah dipahami”.

Kesalahan pemilihan kata dapat menyebabkan gangguan dalam

komunikasi. Dalam hambatan sering terjadi miscomunication. Hal ini

dikarenakan pemilihan kata yang tidak tepat atau karena kata tersebut

memiliki arti yang berbeda. Namun, hambatan seperti ini dapat

diminimalisasikan melalui pemilihan kata yang tepat, apabila melakukan

komunikasi dengan masyarakat dari budaya yang berbeda dan mengurangi

penggunaan kalimat slang (Chaney & Martin, 2004, p.49).

Responden yang menjawab tidak setuju adalah mereka yang seringkali

menggunakan bahasa slang, sehingga kata yang diucapkan berbeda dari

bahasa Indonesia yang formal. Berdasarkan analisis dari hasil wawancara

dengan responden yang menjawab tidak setuju pada tanggal 4 Juli 2013

(Jordan, usia 24 tahun, masa kerja 4 bulan, staff divisi Food & Beverage

Marketing) mengatakan alasan mereka yang menggunakan kata-kata tidak

tepat dikarenakan latar belakang lingkungan mereka yang menggunakan kata-

kata slang. Misalnya, pada saat berbicara dengan karyawan yang lain

menggunakan kata-kata “geje”, kata-kata yang dimaksud adalah tidak jelas

atau tidak dimengerti, tetapi bisa saja orang lain tidak mengerti arti dari kata-

kata yang diucapkan. Hal ini yang dapat membuat orang lain salah paham dan

komunikasi menjadi terhambat.

Namun, secara keseluruhan dapat dikatakan responden dalam

penelitian ini menggunakan pemilihan kata yang tepat. Tidak banyak dari

Page 30: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

81

Universitas Kristen Petra

responden yang menggunakan kata-kata slang, sehingga hambatan

komunikasi tidak terjadi dalam indikator ini.

Tabel 4.17. Responden Tidak Terjadi Kesalahpahaman Saat Berbicara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 30 29.7 29.7 29.7

Setuju 17 16.8 16.8 46.5

Tidak setuju 53 52.5 52.5 99.0

Sangat tidak setuju 1 1.0 1.0 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat mayoritas responden sering

melakukan kesalahpahaman pada saat berbicara dengan karyawan yang lain.

Terlihat dari hasil kuesioner yang menjawab tidak setuju sejumlah 53 orang

atau 52,5%, responden yang menjawab sangat tidak setuju jumlahnya hanya 1

orang atau 1%, dan responden yang menjawab setuju terdiri dari 17 orang

atau 16,8%, serta yang menjawab sangat setuju berjumlah 30 orang atau

29,7%.

Hasil analisis responden yang menjawab tidak setuju mengatakan

bahwa komunikasi seringkali tidak lancar. Terdapat kalimat yang bisa

dimaknai berbeda oleh tiap orang. Kesalahan dalam memberikan pengertian

terhadap bahasa sangat fatal membuat penerima pesan salah paham terhadap

makna yang diberikan. Bahasa tubuh yang sama belum tentu memiliki arti

yang sama, tergantung masalah yang dihadapi atau yang sedang terjadi.

Misalnya, menggelengkan kepala tidak selalu mempunyai arti tidak setuju,

tetapi dapat juga dipergunakan untuk menunjukkan rasa kagum, rasa heran,

rasa jengkel dan sebagainya. Sama halnya pada saat seseorang berbicara

dengan orang lain yang memiliki arti berbeda, penerima pesan juga dapat

menerima pesan dengan arti berbeda pula (Wursanto, 2005, p.175).

Page 31: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

82

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden

yang menjawab tidak setuju (Vica, usia 39 tahun, masa kerja 1 tahun, staff

divisi Rooms, 5 Juli 2013) mengatakan kesalahpahaman dapat terjadi karena

penerima pesan tidak paham terhadap isi pesan yang disampaikan. Pada saat

menyambut acara Tahun Baru 2013 yang diselenggarakan di Hotel Midtown

pada bulan Januari 2013, divisi Sales & Marketing membuat sebuah paket

Tahun Baru 2013 yang terdiri dari satu kamar dan paket makan siang. Ketika

informasi tersebut disampaikan kepada HOD divisi Rooms, HOD tersebut

mengatakan telah mengerti. Ternyata pada saat tamu Hotel ingin

menggunakan paket tersebut, HOD ini mengatakan kepada seluruh staff yang

lain bahwa diberikan paket makan malam. Seharusnya tidak ada paket makan

malam, sehingga terjadi kesalahpahaman antara karyawan satu dengan yang

lainnya dan membuat komunikasi terhambat. Kejadian seperti ini seringkali

terjadi dalam sebuah organisasi, adanya salah pengertian terhadap pesan yang

diberikan. Hal ini didukung dengan wawancara responden sebagai berikut.

“Saya seringkali melihat kesalahpahaman yang terjadi antar karyawan

dikarenakan pesan yang disampaikan salah dimengerti atau tidak

dipahami dengan benar. Seperti pada kejadian menyambut acara tahun

baru 2013 tersebut, dimana komunikan tidak menangkap dengan jelas

maksud pesan yang disampaikan, sehingga pemahaman yang diterima

tersebut berbeda dengan yang disampaikan. Hal ini lah yang membuat

komunikasi terhambat”.

Selain itu, kesalahpahaman juga terjadi karena latar belakang

pendidikan dan pengalaman sosial responden yang berbeda antara satu

dengan yang lainnya. Kesalahan dalam menangkap pengertian terhadap

bahasa dapat terjadi karena perbedaan latar belakang pendidikan (education

background) maupun latar belakang sosial (social background) (Wursanto,

2005, p.176).

Di sisi lain, hasil wawancara dengan responden yang juga menjawab

tidak setuju (Rusli, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales &

Marketing, 4 Juli 2013) menjelaskan pada saat staff divisi Sales & Marketing

meminta breakdown total tagihan salah satu kamar tamu kepada divisi

Finance & Accounting karena suatu hal, terkadang mereka memberikan total

Page 32: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

83

Universitas Kristen Petra

tagihan cashier yang menyebutkan totalnya saja, tetapi tidak diberikan

penjabaran selama tamu menginap. Hal seperti ini yang terkadang sering

terjadi karena mereka tidak mengerti pesan yang dimaksud dan pengalaman

sebelumnya tidak semua staff tersebut berpengalaman di bidang hotel. Oleh

karena itu sering terjadi kesalahpahaman yang memiliki arti berbeda pada

saat berbicara. Kesalahpahaman juga sering terjadi karena karyawan yang

satu dengan yang lainnya tidak melakukan over handle dari pekerjaan yang

diberikan. Bahkan pesan yang ada sering tidak disampaikan kepada teman

yang lainnya dikarenakan lalai karena banyaknya pekerjaan yang harus

diselesaikan.

Namun, terdapat 30 responden yang menjawab sangat setuju.

Alasannya dikarenakan mereka tidak sering terjadi kesalahpahaman, artinya

pesan yang disampaikan dapat dicerna dengan baik dan disalurkan dengan

baik ke karyawan yang lain agar tidak terjadi kesalahpahaman. Dari hasil

wawancara dengan salah satu responden yang menjawab setuju (Dita, usia 26

tahun, masa kerja 6 bulan, staff divisi Food & Beverage Marketing, 5 Juli

2013) mengatakan sebagai berikut.

“Saya selama ini melakukan komunikasi dengan efektif, tidak terjadi

kesalahpahaman yang fatal. Hal ini dikarenakan setiap pesan yang

saya terima selalu saya cerna dengan baik dan jika ada yang kurang

jelas, saya akan meminta untuk menjelaskannya kembali”.

Dalam suatu organisasi biasanya karyawan berasal dari latar belakang

yang beraneka ragam, memiliki pendidikan yang berbeda satu sama lain, dan

pengalaman mereka yang tidak bisa disamakan. Oleh karena itu salah

pengertian akan sering terjadi (Robbins, 1996, p.75). Gangguan merupakan

suatu faktor yang sangat kuat yang menyebabkan hilangnya atau

berkurangnya konstruksi pesan yang dibangun oleh pengirim, serta daya maju

suatu pesan dari pengirim kepada penerima dan kembali lagi kepada pengirim

(Liliweri, 1997, p.145). Gangguan bahasa sangat mengganggu komunikasi

menjadi tidak jelas yang pada akhirnya membuat kesalahpahaman terhadap

pesan yang disampaikan. Jika pesan yang disampaikan tidak dapat dimengerti

dengan baik, maka individu akan menerima makna pesan tersebut berbeda.

Page 33: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

84

Universitas Kristen Petra

Sebaliknya, jika individu dapat menangkap pesan yang diberikan dengan

jelas, maka kesalahpahaman dapat dihentikan.

Secara keseluruhan, hambatan semantik merupakan salah satu

hambatan komunikasi yang paling sering terjadi. Terdapat salah ucap dapat

membuat kesalahpahaman dalam komunikasi. Mayoritas responden dalam

penelitian ini sering terjadi kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Sesuai

dengan yang diungkapkan Wursanto (2005, p.175) bahwa kesalahan dalam

menangkap pengertian terhadap bahasa dapat membuat kesalahpahaman yang

menyebabkan hambatan komunikasi.

3. Hambatan Perilaku

Tabel 4.18. Responden Tidak Berprasangka Buruk Terhadap Rekan Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 9 8.9 8.9 8.9

Setuju 38 37.6 37.6 46.5

Tidak setuju 42 41.6 41.6 88.1

Sangat tidak setuju 12 11.9 11.9 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil kuesioner dari tabel 4.18 di atas dapat diketahui

bahwa mayoritas responden menjawab memiliki prasangka buruk terhadap

rekan kerja ketika berbicara. Dapat dilihat sebanyak 42 orang atau 41,6%

menjawab tidak setuju dengan pernyataan di atas, 12 orang atau 11,9%

menjawab sangat tidak setuju, sedangkan 38 responden atau 37,6% menjawab

setuju, dan 9 orang atau 8,9% menjawab sangat setuju. Responden yang

menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju adalah mereka yang memiliki

prasangka buruk pada saat melakukan komunikasi dengan rekan kerja.

Melalui wawancara dengan salah satu responden yang menjawab tidak

setuju (NN, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales & Marketing,

4 Juli 2013) mengatakan sebagai berikut.

Page 34: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

85

Universitas Kristen Petra

“Dalam setiap pekerjaan, pasti masing-masing individu memiliki

prasangka buruk dengan rekan sekerja, entah itu rasa kurang percaya

maupun curiga. Saya pun demikian, ketika berbicara dengan rekan

sekerja kadang-kadang memiliki prasangka buruk karena pernah

memiliki rasa kurang percaya sebelumnya. Hal ini juga dapat

menghambat komunikasi yang ada menjadi tidak lancar”.

Prasangka buruk yang dimiliki individu saat berbicara dapat

menghambat proses komunikasi yang disebut hambatan perilaku. Hambatan

perilaku disebut juga hambatan kemanusiaan, yaitu hambatan yang

disebabkan berbagai bentuk sikap atau perilaku, baik dari komunikator

maupun komunikan (Wursanto, 2005, p.176).

Tidak semua responden memiliki prasangka buruk, terdapat 38

responden lainnya yang tidak memiliki prasangka buruk. Dari hasil

wawancara dengan salah satu responden yang menjawab setuju (NN, usia 29

tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Finance & Accounting, 4 Juli 2013)

mengatakan sebagai berikut.

“Saya tidak memiliki prasangka buruk dengan teman sekerja karena

adanya saling percaya dalam melakukan setiap pekerjaan, sehingga

komunikasi yang saya lakukan akan berjalan dengan normal”.

Sebagian besar responden memiliki prasangka buruk yang

menyebabkan hambatan perilaku. Hambatan perilaku ini juga dapat disebut

faktor psikologis. Faktor psikologis ini sering kali menjadi hambatan dalam

komunikasi. Ini berkaitan dengan kondisi psikologis komunikan. Komunikasi

akan sulit berhasil, jika komunikan sedang bersedih, bingung, marah, kecewa,

juga berkaitan dengan prasangka. Prasangka merupakan salah satu hambatan

berat bagi kegiatan komunikasi karena orang yang berprasangka belum apa-

apa sudah menentang komunikator. Terlebih bagi mereka yang memiliki

prasangka yang sudah berakar, seseorang tidak akan dapat berpikir secara

objektif dan apa yang dilihat dan didengarnya selalu akan dinilai negatif

(Effendy, 2002, p.11).

Apabila dalam proses komunikasi masing-masing pihak (antara

komunikator dengan pihak komunikan) mempunyai pandangan yang negatif,

Page 35: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

86

Universitas Kristen Petra

buruk, curiga, maka komunikasi tidak akan berhasil. Dalam komunikasi

dituntut adanya pengertian bersama (common experience) antara kedua belah

pihak. Namun pada kenyataannya, melalui hasil wawancara dengan Human

Resources Department pada tanggal 4 Juli 2013 (NN, usia 29 tahun, masa

kerja 1 tahun) secara umum terdapat prasangka buruk yang dimiliki satu

karyawan dengan karyawan lain pada saat berbicara. Hal ini dikarenakan

pengalaman mereka sebelumnya yang memiliki pengalaman buruk dengan

lawan bicara, sehingga pada saat melakukan komunikasi terdapat perasaan

yang kurang baik. Selain itu juga disebabkan oleh aspek antropologis dan

sosiologis yang dapat terjadi dalam ras, bangsa, suku bangsa, agama, politik,

kelompok, dan apa saja yang bagi seseorang merupakan suatu perangsang

disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak enak.

Jadi, melalui hasil pembagian kuesioner dengan responden diketahui

bahwa sebagian besar responden memiliki prasangka buruk dengan karyawan

lain yang membuat terjadinya hambatan komunikasi.

Tabel 4.19. Responden Tidak Memiliki Rasa Kecurigaan Saat Berbicara

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 25 24.8 24.8 24.8

Setuju 23 22.8 22.8 47.5

Tidak setuju 37 36.6 36.6 84.2

Sangat tidak setuju 16 15.8 15.8 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Data dari tabel 4.19 di atas dapat dilihat bahwa responden sebanyak

37 orang atau 36,6% menjawab tidak setuju terhadap pernyataan “Tidak

Memiliki Rasa Kecurigaan Saat Berbicara”, responden yang menjawab sangat

tidak setuju sebanyak 16 orang atau 15,8%, sedangkan 25 responden atau

24,8% menjawab sangat setuju, dan 23 responden atau 22,8% menjawab

Page 36: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

87

Universitas Kristen Petra

setuju. Artinya, sebagian besar responden memiliki rasa curiga pada saat

berbicara dengan karyawan yang lain.

Seperti hasil wawancara dengan salah satu staff divisi Finance &

Accounting yang menjawab tidak setuju (Budi, usia 36 tahun, masa kerja 1

tahun, 4 Juli 2013) mengatakan bahwa dalam berkomunikasi pasti setiap

orang memiliki rasa curiga. Hal ini didukung oleh hasil wawancara sebagai

berikut.

“Saya tidak setuju bahwa setiap orang tidak memiliki rasa curiga.

Pada saat menyampaikan pesan kepada rekan kerja lainnya, kita dapat

memiliki rasa curiga apakah orang yang diajak berbicara tersebut

dapat mengerti isi pesan atau tidak, bisa menyampaikan pesan dengan

jelas atau tidak, bahkan kadang-kadang memiliki rasa curiga apakah

teman sekerja ini bisa diajak kerjasama dalam pekerjaan atau tidak”.

Selain itu terdapat beberapa responden yang menjawab sangat tidak

setuju. Didukung melalui hasil wawancara pada tanggal 4 Juli 2013 (Jessica,

usia 24 tahun, masa kerja 3 bulan, staff divisi Sales & Marketing)

mengatakan demikian.

“Rasa curiga dalam dunia kerja itu bisa dimiliki oleh setiap pribadi

individu. Saya pun memiliki rasa curiga dengan teman sekerja karena

kecurigaan itu dibangun dari beberapa pengalaman sebelumnya. Pada

saat berbicara dengan rekan kerja lainnya, saya bisa timbul rasa curiga

apakah mereka mengerti omongan yang saya maksud dan bisa

diandalkan dalam bekerja”.

Hal-hal semacam ini yang dapat menghambat proses komunikasi

karena seseorang telah memiliki rasa kecurigaan terlebih dahulu sebelum

melakukan komunikasi.

Di sisi lain, beberapa responden menyatakan tidak memiliki rasa

curiga kepada sesama rekan kerja. Hal ini dikarenakan dari hasil wawancara

yang mewakili jawaban responden setuju (Vica, usia 26 tahun, masa kerja 1

tahun, staff divisi Rooms, 5 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Saya memiliki kepercayaan terhadap karyawan yang lain, sehingga

dapat menyampaikan informasi tanpa ada perasaan yang kurang baik.

Setiap individu memiliki pemikiran yang berbeda. Terdapat individu

Page 37: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

88

Universitas Kristen Petra

yang sangat hati-hati dalam melakukan komunikasi, sehingga tidak

mau berbagi informasi dengan temannya karena ada rasa curiga

dengan teman tersebut. Namun, sejauh ini saya tidak memiliki rasa

curiga dengan rekan sekerja”.

Rasa curiga juga merupakan sebuah prasangka yang ada dalam diri

individu. Apabila seseorang berbicara dengan rasa curiga, maka komunikasi

juga bisa terhambat karena adanya prasangka yang kurang baik sebelumnya.

Prasangka yang didasarkan pada emosi adalah suatu pendapat atau anggapan

terhadap sesuatu yang tidak berdasarkan pada nalar (Wursanto, 2005, p.176).

Rasa curiga bisa dimiliki oleh setiap orang pada saat berbicara.

Adanya rasa curiga dalam komunikasi dapat menghambat komunikasi

yang ada karena tidak bisa menyampaikan pesan dengan nyaman. Mayoritas

responden dalam penelitian ini memiliki rasa kecurigaan dengan rekan

sekerja. Hambatan ini juga sering terjadi dalam sebuah organisasi. Jadi,

sesuai dengan teori yang dikatakan Wursanto (2005, p.176) bahwa rasa curiga

yang dimiliki seseorang dapat menjadi salah satu hambatan komunikasi.

Tabel 4.20. Responden Memiliki Kepercayaan Pada Karyawan Lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 27 26.7 26.7 26.7

Setuju 24 23.8 23.8 50.5

Tidak setuju 35 34.7 34.7 85.1

Sangat tidak setuju 15 14.9 14.9 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan data tabel 4.20 di atas, terlihat perbedaan tipis antara

responden yang menjawab setuju dan tidak setuju. Responden yang

menjawab sangat setuju berjumlah 27 orang atau 26,7% dan responden yang

menjawab setuju berjumlah 24 orang atau 23,8%. Responden yang paling

banyak tampak dari jawaban tidak setuju dengan total 35 orang atau 34,7%

Page 38: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

89

Universitas Kristen Petra

dan responden yang menjawab sangat tidak setuju, yaitu 15 orang atau

14,9%.

Dari hasil wawancara dengan responden yang menjawab tidak setuju

(Budi, usia 36 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Finance & Accounting, 4

Juli 2013) menyatakan bahwa responden tidak memiliki rasa kepercayaan

pada karyawan lain. Hal ini disebabkan sebagian dari mereka memiliki

prasangka yang kurang baik, seperti rasa curiga, negatif, dan kurang percaya.

Pernyataan ini didukung dari hasil wawancara sebagai berikut.

“Saya merasa hal yang wajar, jika seseorang memiliki rasa kurang

percaya terhadap orang lain. Pada saat saya berbicara dengan rekan

kerja untuk melakukan serah terima pekerjaan, kadang-kadang dari

dalam diri saya merasa kurang percaya, sehingga saya menjadi takut

untuk mempercayai orang tersebut dalam bekerja. Pada akhirnya

komunikasi yang ada sedikit terhambat”.

Melalui hasil wawancara dengan responden yang menjawab sangat

setuju (Vica, usia 26 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Rooms, 4 Juli

2013) mengatakan demikian.

“Selama saya bekerja, saya selalu memiliki rasa kepercayaan dengan

rekan kerja. Rasa percaya memang dibutuhkan dalam diri masing-

masing individu. Namun tidak semua orang dapat dengan mudah

mempercayai orang lain. Sejauh ini, saya tidak mendapati masalah

dengan rekan kerja yang lain, sehingga saya bisa mempercayai rekan

sekerja”.

Tidak jauh berbeda dengan analisis sebelumnya yang menyatakan

bahwa beberapa karyawan Hotel Midtown memiliki rasa curiga yang pada

akhirnya memiliki rasa kurang percaya terhadap karyawan lain. Penyebab

timbulnya perasaan seperti ini dikarenakan mereka memiliki pengalaman

yang kurang baik sebelumnya, sehingga muncul rasa kurang percaya. Lalu

sebelumnya juga mereka pernah melihat bagaimana karyawan lain bekerja

tidak sesuai dengan yang diharapkan, sehingga pada saat berbicara tanpa rasa

percaya sepenuhnya terhadap rekan sekerjanya. Hal ini dapat menghambat

proses komunikasi yang ada karena tidak dapat menjalin komunikasi dengan

Page 39: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

90

Universitas Kristen Petra

baik. Hambatan perilaku bisa terjadi karena adanya rasa ketidakpercayaan

antara komunikator dengan komunikan (Wursanto, 2005, p.177).

Tabel 4.21. Responden Memberikan Kesempatan Kepada Karyawan Lain

Untuk Menyampaikan Gagasan dan Ide

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 47 46.5 46.5 46.5

Setuju 54 53.5 53.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan data tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa seluruh

responden mau memberikan kesempatan kepada karyawan lain untuk

menyampaikan gagasan dan ide-ide yang ada pada saat rapat maupun

mengenai suatu hal dalam organisasi. Dari data di atas dapat dilihat total

responden yang menjawab sangat setuju berjumlah 47 orang atau 46,5% dan

responden yang menjawab setuju berjumlah 54 orang atau 53,5%. Dalam hal

ini seluruh responden mau berbagi dengan karyawan yang lain untuk

menyampaikan ide-ide dan gagasan yang perlu dibicarakan bersama.

Dari hasil wawancara dengan salah satu responden yang menjawab

setuju (Jodi, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Finance &

Accounting, 5 juli 2013) mengatakan demikian.

“Saya selalu ingin bekerja sama dengan karyawan lain dalam

melakukan setiap pekerjaan. Oleh karena itu, saya selalu memberikan

kesempatan kepada karyawan lain untuk menyampaikan gagasan atau

ide yang ada untuk kemajuan perusahaan”.

Hambatan komunikasi dapat terjadi apabila responden tidak mau

mengalah dan tidak mau memberikan kesempatan kepada rekan kerja lainnya

untuk mengkomunikasikan gagasan yang ada dengan sesama rekan kerja

maupun atasan. Hal ini dapat menyebabkan suasana menjadi tidak nyaman

dan terlalu formal, sehingga hubungan menjadi kaku. Secara tidak langsung

Page 40: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

91

Universitas Kristen Petra

komunikasi yang terjadi antara karyawan satu dengan yang lainnya juga tidak

berjalan dengan lancar (Wursanto, 2005, p.177).

Dari data responden dalam penelitian ini, hambatan komunikasi tidak

terjadi dalam hubungan yang kaku, sehingga responden mau memberikan

kesempatan yang sama dengan karyawan yang lain. Suasana yang ada

berjalan dengan baik, tidak ada suasana yang represif sama sekali.

Tabel 4.22. Responden Mau Menerima Perubahan Terhadap Lingkungan

Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 16 15.8 15.8 15.8

Setuju 29 28.7 28.7 44.6

Tidak setuju 44 43.6 43.6 88.1

Sangat tidak setuju 12 11.9 11.9 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.22 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas

responden tidak mau menerima perubahan terhadap lingkungan kerja yang

ada. Sebanyak 44 responden atau 43,6% menjawab tidak setuju, 12 responden

atau 11,9% lainnya menjawab sangat tidak setuju, sedangkan sebagian

responden lainnya menjawab setuju dengan total 29 responden atau 28,7%,

dan 16 responden atau 15,8% menjawab sangat setuju.

Dari hasil wawancara dengan Human Resources Department pada

tanggal 5 Juli 2013 (Sari, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun) mengatakan

bahwa ada beberapa staff dari divisi Rooms, Food & Beverage Marketing,

Sales & Marketing, dan Finance & Accounting yang tidak mau menggunakan

sistem dan tata kerja yang baru. Apa yang telah dilakukan dari pekerjaan

sebelumnya tetap digunakan hingga sekarang. Seperti yang dikatakan HRD

dalam wawancara tersebut sebagai berikut.

Page 41: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

92

Universitas Kristen Petra

“Secara umum yang saya lihat, masih ada beberapa karyawan yang

tidak mau merubah cara kerja mereka yang lama. Masih saja mereka

menggunakan cara mereka sendiri karena sudah terbiasa dan tidak

mau mencoba yang baru. Padahal metode kerja yang baru kadang

lebih mudah daripada yang lama”.

Hal ini yang dapat membuat komunikasi menjadi tidak berjalan

dengan efektif karena adanya perbedaan pikiran antara karyawan satu dengan

yang lain. Responden yang tidak mau menerima perubahan tata kerja yang

baru memiliki pemahaman yang berbeda dengan karyawan lain yang telah

menggunakan tata kerja baru. Hambatan komunikasi seperti ini sering terjadi

dalam sebuah organisasi. Dengan banyaknya karyawan yang beraneka ragam

pasti terdapat beberapa orang yang tetap menggunakan metode kerja lama.

Sebagai contoh dari hasil analisis responden, pada saat group SCTV

yang datang di Surabaya mengadakan pertemuan dengan para media massa di

ruang meeting Hotel Midtown Surabaya, seluruh divisi seharusnya membuat

sebuah memo yang dapat disebarkan melalui email internal karyawan.

Dengan begitu hal-hal yang perlu disiapkan dapat dimengerti dan dipahami

secara tertulis oleh karyawan yang lain. Namun kadang-kadang masih ada

beberapa orang yang mau menyampaikan informasi secara langsung atau face

to face dengan karyawan lain. Dari sini terlihat bahwa beberapa responden

dalam penelitian ini tidak mau menggunakan tata kerja yang baru, tetapi

masih menggunakan tata kerja yang lama karena dianggap lebih mudah. Hal

seperti ini yang dapat menghambat komunikasi karena belum tentu karyawan

yang diajak berbicara pun mengerti dengan jelas pesan-pesan yang

disampaikan.

Hal ini didukung oleh wawancara dengan salah satu responden yang

menjawab tidak setuju (Toni, usia 39 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi

Finance & Accounting, 5 Juli 2013) sebagai berikut.

“Metode kerja bagi saya merupakan cara kerja yang paling efektif

buat saya. Selama bekerja saya menyelesaikan pekerjaan dengan cara

saya sendiri yang saya anggap paling nyaman. Kadang saya tidak mau

mengikuti cara kerja yang baru karena saya merasa cara kerja yang

telah saya lakukan lebih efektif”.

Page 42: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

93

Universitas Kristen Petra

Sebagian responden yang menjawab setuju (Nila, usia 28 tahun, masa

kerja 1 tahun, staff divisi Rooms 5 Juli 2013) mengatakan sebagai berikut.

“Saya dalam bekerja mau mengikuti aturan dan sistem kerja yang ada.

Jika dalam lingkungan organisasi terdapat tata kerja yang baru, saya

mau mengubah cara kerja yang lama dan belajar dengan yang baru.

Hal ini juga dapat menambah pengalaman saya dalam bekerja”.

Secara keseluruhan masih banyak responden dalam penelitian ini yang

tidak mau menerima perubahan terhadap lingkungan kerja yang baru.

Hambatan lain yang sering timbul dalam organisasi adalah adanya sementara

karyawan/pegawai yang tidak mau menerima perubahan metode kerja karena

menganggap metode kerja yang lama adalah metode kerja yang sudah baik

dan mudah (Wursanto, 2005, p.177). Metode kerja yang baru adalah hal yang

asing baginya. Ketidakmauan untuk menerima metode kerja yang baru dari

sementara orang/pegawai/pejabat dapat dipandang sebagai kegagalan

pimpinan dalam melakukan komunikasi dengan para bawahan. Pimpinan

dianggap tidak berhasil memberikan pengertian kepada para bawahannya

terhadap pentingnya perubahan metode kerja.

Tabel 4.23. Responden Mau Menyebarkan Informasi Kepada Karyawan

Lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 39 38.6 38.6 38.6

Setuju 62 61.4 61.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari data di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden mau

menyebarkan informasi kepada karyawan lain apabila terdapat informasi

penting yang perlu diketahui seluruh staff organisasi. Terlihat dari total

responden sebanyak 39 responden atau 38,6% menjawab sangat setuju dan

Page 43: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

94

Universitas Kristen Petra

sebagian besar lainnya menjawab setuju dengan total 62 responden atau

61,4%.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu responden yang

menjawab setuju (Budi, usia usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi

Finance & Accounting, 5 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Saya mau menyampaikan informasi kepada karyawan lain yang perlu

untuk diketahui. Dalam bekerja, kita selalu membutuhkan orang lain

untuk bekerja sama melakukan pekerjaan. Setiap informasi yang ada

harus disebarkan kepada karyawan lainnya agar seluruhnya

mengetahui informasi terbaru dalam organisasi dan pekerjaan dapat

berjalan dengan normal”.

Hambatan komunikasi dapat terjadi juga apabila antar karyawan tidak

mau menyebarkan informasi kepada karyawan yang lain. Jika hal ini terjadi,

maka komunikasi tidak akan berjalan sesuai dengan yang diinginkan karena

informasi yang ada tidak disalurkan kepada rekan kerja yang lain, sehingga

dapat menyebabkan kesalahpahaman antar karyawan. Buchholz (2001)

menyatakan bahwa informasi adalah hal yang sangat penting dalam

komunikasi. Ketidaksuksesan dalam pengiriman informasi bisa merupakan

suatu hambatan. Hambatan ini bisa menyebabkan kegagalan dalam rapat,

kerjasama dengan rekan sekerja, dan penyelesaian tugas.

Namun secara keseluruhan hambatan komunikasi tidak terlihat dalam

hal ini karena dari hasil jawaban responden menyatakan bahwa seluruh

responden mau menyampaikan informasi kepada karyawan yang lain. Dapat

dikatakan informasi yang ada disalurkan dengan baik, sehingga komunikasi

antara satu dengan yang lainnya tetap terjaga.

Page 44: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

95

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.24. Responden Mau Mendengarkan Pendapat Orang Lain dan Tidak

Mementingkan Diri Sendiri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sangat setuju 50 49.5 49.5 49.5

Setuju 51 50.5 50.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan data tabel 4.24 di atas dapat dilihat bahwa mayoritas

responden menjawab setuju dan sangat setuju bahwa mereka mau

mendengarkan pendapat karyawan lain dan tidak mementingkan diri sendiri.

Responden yang menjawab setuju berjumlah 50 responden atau 49,5% dan

responden yang menjawab setuju berjumlah 51 responden atau 50,5% dari

101 karyawan.

Melalui hasil wawancara dengan responden yang menjawab setuju

(Erni, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales & Marketing, 4 Juli

2013) mengatakan sebagai berikut.

“Saya mau berbagi informasi dengan rekan kerja yang lain dan mau

mendengarkan pendapat mereka. Karena pendapat setiap orang dapat

membantu untuk memberikan masukan dalam pekerjaan saya. Apabila

ada yang salah, saya bisa diberi tahu bagaimana yang benar dan

banyak hal baru yang saya dapat”.

Hambatan komunikasi bisa terjadi pada individu apabila memiliki

sifat egosentris. Sifat yang egosentris adalah sifat yang mementingkan diri

sendiri, kurang memperhatikan kepentingan orang lain. Pegawai yang

mempunyai sifat egosentris biasanya kurang pandai menjalin kerjasama

dengan pegawai yang lain karena pegawai tersebut kurang berkomunikasi

(Wursanto, 2005, p.178). Segenap informasi yang diterima hanya untuk

kepentingan sendiri, tidak disebarkan atau tidak diteruskan kepada pihak lain,

walaupun pihak lain sangat membutuhkan. Sifat seperti ini sulit diatasi karena

pada dasarnya sifat seperti ini merupakan sifat bawaan sejak lahir.

Page 45: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

96

Universitas Kristen Petra

Melalui jawaban responden dalam penelitian ini, mereka tidak ada

yang bersifat egois, semua mau membagi informasi yang ada kepada

karyawan yang lain dan mau memberikan kesempatan kepada karyawan lain

untuk mengkomunikasikan gagasan maupun ide yang ada dalam organisasi.

Hambatan komunikasi yang terlihat dalam hambatan perilaku ini lebih kepada

prasangka buruk yang dimiliki responden, sehingga terdapat rasa saling

curiga dan rasa tidak percaya terhadap karyawan yang lain.

4.3.2.2. Deskripsi Data Variabel Kinerja Karyawan (Y)

Menurut Bernardin dan Russel (1993, p.379), kinerja

didefinisikan sebagai berikut: “Performance is defined as the record of

outcomes produces on a specified job function or activity during a

specified time period”. Ini berarti kinerja merupakan suatu keluaran yang

dihasilkan oleh karyawan yang merupakan hasil dari pekerjaan yang

ditugaskan dalam suatu waktu atau periode tertentu.

Kinerja karyawan dapat dilihat melalui delapan dimensi, yaitu

quantity of work, quality of work, job knowledge, creativeness,

cooperation, dependability, initiative, dan personel qualities. Penjabaran

hasil kuesioner mengenai variabel kinerja karyawan akan dijelaskan

sebagai berikut.

1. Quantity of Work

Tabel 4.25. Responden Dapat Menyelesaikan Jumlah Pekerjaan yang Telah

Ditentukan (Deadline)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 45 44.6 44.6 44.6

Setuju 37 36.6 36.6 81.2

Sangat setuju 19 18.8 18.8 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Page 46: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

97

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan data tabel 4.25 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas

responden tidak dapat menyelesaikan jumlah pekerjaan yang telah ditetapkan

sesuai deadline yang ada. Dapat dilihat dari jawaban responden yang

menjawab tidak setuju sebanyak 45 orang atau 44,6%, responden yang

menjawab setuju sebanyak 37 orang atau 36,6%, dan responden yang

menjawab sangat setuju sebanyak 19 orang atau 18,8%.

Dari hasil wawancara dengan salah satu responden yang menjawab

tidak setuju (Rusli, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales &

Marketing, 4 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Pekerjaan yang ada memang sering kali tidak dapat selesai sesuai

dengan waktu yang ditentukan karena banyak hal yang

mempengaruhinya. Pertama, kendala komunikasi yang tidak efektif,

sehingga pesan tidak sampai dengan jelas, akhirnya pekerjaan menjadi

tertunda. Selain itu juga banyak pekerjaan lain yang harus selesai

lebih dulu dengan batas waktu yang sama”.

Sebagian responden yang menjawab setuju (Budi, usia 36 tahun, masa

kerja 1 tahun, staff divisi Finance & Accounting, 4 Juli 2013) mengatakan

sebagai berikut.

“Selama ini saya dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu,

walaupun kadang bisa lebih dari batas waktu yang ditentukan, tetapi

hampir setiap pekerjaan yang penting saya selesaikan lebih dahulu”.

Secara umum, berdasarkan hasil analisis responden yang menjawab

tidak setuju dikarenakan beberapa faktor, yaitu banyaknya pekerjaan lain

yang harus diselesaikan lebih dahulu, kendala komunikasi yang tidak lancar,

sehingga menyebabkan pekerjaan harus terhenti, dan ketidaklancaran sistem

operasional yang ada dalam organisasi. Hal ini yang dapat menghambat

jumlah pekerjaan individu dalam organisasi tidak sesuai dengan deadline

yang diberikan. Dengan begitu kinerja individu akan terhambat pula.

Jassawalla and Sashittal (1999, p.53) mengatakan bahwa optimisme

untuk mencapai sukses memerlukan kolaborasi dalam tim (“Jassawalla &

Sashittal note with regard to collaborative temas, although they are formed

with great optimism, few are managed for success”). Pada kenyataannya,

Page 47: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

98

Universitas Kristen Petra

antar karyawan sering terjadi kesalahpahaman yang menghambat kinerja

individu, kolaborasi dalam tim belum berjalan dengan lancar.

Kinerja menurut Sutrisno (2009, p.164) adalah hasil upaya seseorang

yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya, serta persepsi

terhadap perannya dalam pekerjaan itu. Setiap individu dituntut untuk

memiliki kinerja yang baik dalam setiap pekerjaan. Namun kadang-kadang

terdapat beberapa hal yang membuat kinerja seseorang tidak berjalan dengan

baik.

Seperti hasil wawancara yang dijelaskan oleh Human Resources

Department pada tanggal 4 Juli 2013 (Sari, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun)

mengatakan bahwa kinerja setiap individu berbeda satu sama lain. Tidak

selamanya kinerja karyawan selalu tinggi dilihat dari hasil yang diperoleh,

namun kadang-kadang kinerja karyawan menurun dikarenakan hal-hal

tertentu, yaitu kesalahan teknis dalam mengerjakan pekerjaan yang diberikan,

sehingga harus melakukan revisi berulang kali agar mendapat approval dari

atasan. Seringnya terjadi hambatan komunikasi dikarenakan pesan yang

disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh karyawan lain, sehingga

menyebabkan pekerjaan terhambat.

Dari hasil jawaban kuesioner, terlihat bahwa mayoritas responden

seringkali tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan deadline. Hal

ini dikarenakan beberapa hambatan komunikasi tersebut. Jumlah pekerjaan

yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan disebut quantity

of work (Gomes, 1995, p.142). Jika individu dapat menjalankan perannya

dalam pekerjaan dengan baik, dapat dikatakan kinerja individu tersebut

tinggi. Sebaliknya, jika individu tidak dapat menjalankan perannya dengan

baik dalam suatu pekerjaan yang ditentukan, maka kinerja individu akan

menurun.

Page 48: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

99

Universitas Kristen Petra

2. Quality of Work

Tabel 4.26. Responden Memiliki Hasil Kerja Sesuai dengan Penugasan yang

Diberikan Atasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 44 43.6 43.6 43.6

Setuju 37 36.6 36.6 80.2

Sangat setuju 20 19.8 19.8 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner di atas dapat dilihat bahwa

mayoritas responden memiliki hasil kerja tidak sesuai dengan penugasan

yang diberikan atasannya. Responden yang menjawab tidak setuju sebanyak

44 orang atau 43,6% dari 101 responden, 37 responden atau 36,6% menjawab

setuju, dan hanya 20 responden atau 19,8% menjawab sangat setuju. Dalam

hal ini sebagian besar responden tidak dapat mengerjakan pekerjaannya

sesuai dengan penugasan yang diberikan atasannya.

Alasan responden menjawab tidak setuju didukung dari hasil

wawancara dengan responden (Erni, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun, divisi

Sales & Marketing, 4 Juli 2013) menyatakan demikian.

“Pada saat Manager Sales & Marketing menyuruh saya membuat

laporan bulanan mengenai occupancy kamar hotel Midtown selama

satu bulan, saya langsung membuatnya tanpa bertanya lagi, karena

saya berpikir hanya membuat seperti biasa. Ternyata apa yang saya

buat salah dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Atasan juga tidak

menjelaskan sebelumnya. Akibatnya pekerjaan tertunda, sehingga

tidak dapat diselesaikan tepat waktu”.

Dari hasil analisis responden yang menjawab tidak setuju dikarenakan

mereka tidak mengerti tugas yang diberikan oleh atasan. Kadang-kadang

responden tidak memahami maksud dan tujuan tugas yang diberikan,

sehingga tidak dapat diselesaikan dengan semestinya dan tepat waktu. Selain

Page 49: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

100

Universitas Kristen Petra

itu tingginya kesalahpahaman yang terjadi antara karyawan yang satu dengan

yang lainnya menyebabkan pekerjaan tidak terlaksana dengan baik.

Responden yang lain juga ada yang menjawab setuju dan sangat

setuju. Alasan responden menjawab setuju (Vica, usia 34 tahun, masa kerja 1

tahun, staff divisi Rooms, 5 Juli 2013) mengatakan bahwa mereka

mengerjakan pekerjaan sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dan

sesuai dengan tugas-tugas yang diberikan atasannya. Seluruh responden yang

ada mengerjakan pekerjaannya tidak asal-asalan, mereka harus mengikuti

SOP (Standard Operational Procedure) yang ada dan sesuai dengan job

description masing-masing divisi.

Namun kebanyakan dari responden dalam penelitian ini memiliki

kualitas kerja yang kurang baik. Kinerja responden yang kurang baik ini

dapat menurunkan prestasi kerja mereka sendiri. Penilaian kinerja karyawan

juga dilihat melalui kualitas kerja karyawan. Quality of work merupakan

kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan

kesiapannya (quality of work) (Gomes, 1995, p.142). Terlihat dalam

penelitian ini, mayoritas responden tidak mencapai kualitas kerja yang sesuai

dengan penugasannya.

Tabel 4.27. Responden Mencapai Hasil Kerja Sesuai dengan Target dan

Tanggung Jawab yang Diberikan Atasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 41 40.6 40.6 40.6

Setuju 38 37.6 37.6 78.2

Sangat setuju 22 21.8 21.8 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden

tidak dapat mencapai hasil kerja sesuai dengan target dan tanggung jawab

yang diberikan atasan. Sebanyak 41 responden atau 40,6% menyatakan tidak

Page 50: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

101

Universitas Kristen Petra

setuju dengan pernyataan di atas, 38 responden atau 37,6% menjawab setuju,

dan 22 responden atau 21,8% menjawab sangat setuju.

Menurut hasil wawancara dengan responden yang menjawab tidak

setuju (Rusli, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, divisi Sales & Marketing

Hotel Midtown Surabaya, 6 Juli 2013) mengatakan bahwa tidak selalu

pekerjaan yang mereka lakukan mencapai target. Hal utama yang harus

dilihat berkaitan dengan komunikasi yang ada dalam organisasi. Apabila

komunikasi selalu berjalan dengan lancar dan kerjasama antar organisasi

berjalan dengan baik, maka pekerjaan akan dapat mencapai target. Pada

kenyataannya, komunikasi antar karyawan yang satu dengan yang lain sering

terjadi kesalahpahaman, sehingga pekerjaan yang ada tidak sesuai dengan

target yang diharapkan. Selain itu kesalahan teknis juga dapat menjadi

penyebab tidak tercapainya target yang diharapkan. Pernyataan ini didukung

dari hasil wawancara sebagai berikut.

“Pekerjaan yang diberikan tidak selalu dapat mencapai target karena

kesalahpahaman yang terjadi antar karyawan masih tinggi dan

kerjasama yang ada masih belum kompak. Seperti yang kita lihat,

semua hotel di Surabaya saat ini bersaing untuk mendapatkan tamu

agar kamar hotel penuh 100%, tetapi karena adanya kesalahpahaman

dengan pihak reservasi membuat tamu hotel yang awalnya sudah pasti

menginap, dianggap cancel karena tidak adanya kerjasama atau over

handle dengan teman kerja yang lain. Kamar hotel yang harusnya bisa

100% pada akhirnya tidak bisa maksimal”.

Tanpa adanya komunikasi yang baik, maka dapat menghambat

seluruh pekerjaan yang ada. Secara tidak langsung kinerja masing-masing

individu menjadi menurun. Dalam melakukan setiap pekerjaan juga

dibutuhkan kerjasama antar karyawan. Kerjasama adalah hal yang sangat

penting dalam sebuah organisasi. Kerjasama adalah kemampuan seorang

tenaga kerja untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam

menyelesaikan suatu tugas dan pekerjaan yang telah ditetapkan, sehingga

mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya (Bernardin dan

Joyce, 1993, p.380). Sama halnya dengan pentingnya komunikasi. Davis dan

Newstorm (1985, p.151) menyatakan apabila komunikasi efektif, ia dapat

mendorong timbulnya prestasi kerja yang lebih baik dan kepuasan kerja.

Page 51: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

102

Universitas Kristen Petra

Hasil analisis responden terlihat bahwa komunikasi yang terhambat

menyebabkan responden tidak dapat mencapai kualitas kerja yang baik.

Alasan responden yang menjawab setuju (Budi, usia 36 tahun, masa

kerja 1 tahun, staff divisi Finance & Accounting, 6 Juli 2013) mengatakan

demikian.

“Saya selalu berusaha untuk mencapai hasil kerja sesuai dengan target

yang ditentukan. Karena itu merupakan tanggung jawab setiap

karyawan dalam perusahaan. Oleh karena itu, saya selalu melakukan

pekerjaan dengan baik agar mencapai target yang diharapkan”.

Seseorang yang dapat mencapai target dalam pekerjaannya memiliki

prestasi kerja yang baik. Prestasi kerja adalah kinerja yang dicapai oleh

seorang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan

kepadanya (Bernardin dan Joyce, 1993, p.379). Selain itu, karyawan juga

harus dapat bertanggung jawab dalam setiap pekerjaan yang diberikan oleh

atasannya. Rata-rata manusia belajar dalam suatu kondisi tidak hanya untuk

menerima, tetapi juga mencari tanggung jawab (Miller, 2009, p.41). Namun

dari jawaban responden yang ada mayoritas dari mereka tidak dapat mencapai

target yang maksimal. Perbedaan tipis antara responden yang menjawab tidak

setuju dan setuju. Hal ini dikarenakan responden yang tidak dapat mencapai

target sering mengalami kesalahpahaman karena komunikasi yang tidak

efektif, sehingga tidak dapat memberikan yang terbaik dalam setiap

pekerjaannya.

Page 52: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

103

Universitas Kristen Petra

3. Job Knowledge

Tabel 4.28. Responden Mampu Memahami Tugas yang Diberikan oleh

Atasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 40 39.6 39.6 39.6

Setuju 37 36.6 36.6 76.2

Sangat setuju 24 23.8 23.8 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil jawaban responden dari tabel 4.28 di atas dapat

dilihat sebagian besar responden menjawab tidak setuju bahwa mereka

mampu memahami tugas-tugas yang diberikan oleh atasan dan bersedia

melakukannya tepat waktu. Responden yang menjawab tidak setuju

berjumlah 40 orang atau 39,6%, responden yang menjawab setuju sebanyak

37 orang atau 36,6%, dan yang menjawab sangat setuju dengan total 24 orang

atau 23,8%. Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa mereka tidak

terlalu memahami tugas-tugas yang diberikan atasan dan tidak dapat

menyelesaikannya tepat waktu.

Dalam melakukan kinerja yang baik, seseorang harus dapat memiliki

pengetahuan yang luas dan dapat mengerti setiap pekerjaan yang diberikan.

Menurut Gomes (1995, p.142) penilaian kinerja karyawan dapat dilihat dari

luasnya pengetahuan (job knowledge) mengenai pekerjaan dan

keterampilannya.

Seperti hasil wawancara dengan salah satu responden pada tanggal 6

Juli 2013 (Rini, usia 37 tahun, masa kerja 10 bulan, staff divisi Rooms)

menyatakan bahwa beberapa karyawan tidak dapat menyelesaikan tugas tepat

waktu dikarenakan tidak mengerti tugas apa yang diberikan. Pernyataan ini

dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut.

“Penyebab utama hal ini karena komunikasi yang kurang lancar dan

tidak dimengerti oleh komunikan, sehingga tugas yang diberikan tidak

Page 53: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

104

Universitas Kristen Petra

dipahami dengan baik dan tidak dapat diselesaikan tepat waktu.

Kinerja karyawan dalam responden ini menjadi menurun karena tidak

mengerti penjelasan yang diberikan dan pekerjaan menjadi tidak

sesuai”.

Salah satu responden yang menjawab tidak setuju (Awan, usia 28

tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Rooms, 6 Juli 2013) mengatakan

demikian.

“Saya kadang juga tidak memahami dengan baik tugas yang

diberikan, sehingga terjadi kesalahan mengerjakan tugas itu. Hal ini

terjadi karena kadang saya tidak tahu informasi terbaru dalam

organisasi dan tidak paham dengan benar pesan yang disampaikan,

sehingga menyebabkan saya tidak mengerti dengan tugas yang ada”.

Namun, tidak seluruh responden menjawab tidak setuju, terdapat

responden yang menjawab setuju. Artinya mereka mengerti tugas yang

diberikan dan memiliki pengetahuan yang luas, sehingga dapat

menyelesaikannya tepat waktu. Seperti hasil wawancara dengan salah satu

responden yang menjawab setuju (Lucy, usia 30 tahun, masa kerja 1 tahun,

staff divisi Finance & Accounting, 6 Juli 2013) mengungkapkan sebagai

berikut.

“Saya mampu memahami tugas-tugas yang diberikan atasan dan

menyelesaikannya tepat waktu. Karena pesan yang disampaikan dapat

saya cerna dengan baik dan jika ada yang tidak jelas saya akan

tanyakan langsung. Saya juga berusaha mengetahui informasi terbaru

dalam organisasi agar pengetahuan saya lebih luas”.

Pada dasarnya, kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat

individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda-beda dalam mengerjakan tugas pekerjaannya. Kinerja karyawan

bergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha dan kesempatan/

peluang yang diperoleh (Bernardin dan Joyce, 1993, p.379). Melalui jawaban

responden ini terdapat 40 orang yang tidak mampu memahami tugas yang

diberikan. Hal ini dikarenakan mereka tidak mengerti apa yang disampaikan

oleh atasan maupun rekan kerjanya dan tidak dapat menguasai tugas yang

Page 54: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

105

Universitas Kristen Petra

diberikan. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki tidak terlalu

luas. Secara garis besar, kinerja responden dalam penelitian ini menjadi tidak

baik.

4. Creativeness

Tabel 4.29. Responden Bersedia Mengkomunikasikan Gagasan atau Ide

Kepada Rekan Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 41 40.6 40.6 40.6

Sangat setuju 60 59.4 59.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.29 di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden

bersedia mengkomunikasikan gagasan atau ide kepada rekan kerja lainnya.

Dari total 101 responden, sebanyak 60 orang atau 59,4% menjawab sangat

setuju dan 41 responden atau 40% lainnya menjawab setuju. Penilaian kinerja

karyawan tidak hanya dilihat dari quantity of work, quality of work, dan job

knowledge saja, tetapi juga dilihat dari creativeness. Dalam hal ini seluruh

responden mau mengkomunikasikan gagasan dan ide-ide yang ada kepada

atasan maupun rekan kerja lainnya.

Komunikasi merupakan keniscayaan dalam kehidupan organisasi.

Ketika sebuah organisasi berharap dapat bekerja dalam sebuah manajemen

yang efisien, maka di dalamnya harus dilakukan langkah-langkah komunikasi

internal secara terencana (Suranto, 2005, p.55). Komunikasi dapat digunakan

untuk mengubah, mempertahankan, dan meningkatkan kemajuan sebuah

perusahaan.

Menurut hasil wawancara dengan salah satu responden pada tanggal 5

Juli 2013 (Putu, usia 41 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Food &

Beverage Marketing) mengatakan bahwa pada saat melakukan briefing

bersama staff divisi yang lain, masing-masing responden yang memiliki ide

Page 55: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

106

Universitas Kristen Petra

atau gagasan mau mengkomunikasikannya bersama, sehingga mendapat suatu

keputusan bersama. Dengan demikian pekerjaan yang ada dapat dilakukan

sesuai target, sehingga kinerja individu dapat mencapai optimal. Pernyataan

hasil wawancara ini dapat dilihat sebagai berikut.

“Saya dalam melakukan pekerjaan selalu ingin melakukan yang

terbaik. Apabila saya memiliki ide yang baru maupun saran-saran

untuk kemajuan perusahaan, saya bersedia mengkomunikasikannya

kepada rekan kerja yang lain agar mendapat suatu keputusan yang

benar”.

Kreativitas yang ada dalam diri individu dapat meningkatkan kinerja

atau prestasi kerja masing-masing individu. Apabila responden tidak mau

atau tidak berani mengkomunikasikan gagasan atau ide yang ada, maka

suasana kerja menjadi kurang nyaman. Secara tidak langsung penilaian

terhadap kinerja karyawan kurang memadai.

Sebaliknya apabila seluruh responden mau mengkomunikasikan

gagasan, ide, kritik, dan saran kepada rekan kerja yang lain, maka kualitas

kerja akan membaik. Setiap orang memiliki gagasan atau pemikiran yang

berbeda antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu komunikasi dalam

sebuah organisasi sangat dibutuhkan agar mendapat keputusan yang baik dan

apa yang dibicarakan bisa terencana dengan baik. Kreativitas setiap

responden dalam bekerja sangat dibutuhkan. Creativeness adalah keaslian

gagasan-gagasan yang dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul (Gomes, 1995, p.142).

Sesuai dengan teori di atas, responden dalam penelitian ini bersedia

memberikan ide dan gagasannya kepada rekan kerja yang lain.

Page 56: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

107

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.30. Responden Mampu Mengkomunikasikan Persoalan yang Timbul

dan Bertindak Menyelesaikannya

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 56 55.4 55.4 55.4

Setuju 24 23.8 23.8 79.2

Sangat setuju 21 20.8 20.8 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dari tabel 4.30 di atas, diketahui

sebagian besar responden tidak mampu mengkomunikasikan persoalan yang

timbul dan tidak dapat bertindak untuk menyelesaikannya. Responden yang

menjawab tidak setuju sebanyak 56 orang atau 55,4%, responden yang

menjawab setuju sebanyak 24 orang atau 23,8%, dan responden yang

menjawab sangat setuju sejumlah 21 orang atau 20,8%.

Alasan responden yang menjawab tidak setuju dapat dilihat melalui

hasil wawancara dengan Santi, usia 27 tahun, masa kerja 8 bulan, staff divisi

Food & Beverage Marketing, 5 Juli 2013 sebagai berikut.

“Saya mau menyampaikan informasi penting kepada rekan kerja

lainnya, tetapi saya tidak yakin dapat mengkomunikasikan persoalan

yang muncul dalam organisasi. Saya juga tidak dapat bertindak untuk

menyelesaikannya. Karena belum tentu apa yang saya bicarakan itu

dapat diterima oleh orang lain. Bisa saja mereka memiliki pemikiran

yang berbeda, sehingga malah menjadi salah paham. Saya pun tidak

terlalu pandai untuk mengkomunikasikan sesuatu yang berkaitan

dengan masalah yang terjadi dalam organisasi”.

Beberapa responden yang menjawab setuju dapat dilihat dari hasil

wawancara dengan Lani, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales

& Marketing, 5 Juli 2013 sebagai berikut.

Page 57: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

108

Universitas Kristen Petra

“Jika dalam organisasi terdapat persoalan yang harus dibicarakan

bersama, saya dapat mengkomunikasikannya kepada karyawan yang

lain. Dengan tujuan persoalan yang muncul tersebut segera diatasi”.

Secara umum, alasan responden yang menjawab tidak setuju

dikarenakan mereka tidak memiliki keyakinan untuk mengkomunikasikan

persoalan yang timbul dalam organisasi. Misalnya, dalam pekerjaan yang

dilakukan terdapat kesalahpahaman yang ada, tetapi responden tersebut tidak

mau mengkomunikasikan masalah yang terjadi, sehingga menghambat

komunikasi dan kinerja yang ada. Kreativitas yang dimiliki setiap individu

dalam pekerjaannya sangat dibutuhkan. Menurut Gomes (1995, p.142),

kreativitas individu dalam mengkomunikasikan persoalan yang timbul dan

mau menyelesaikannya merupakan salah satu penilaian kinerja karyawan.

Dalam hal ini tidak semua responden memiliki kreativitas seperti itu.

Responden yang mau mengkomunikasikan persoalan adalah mereka yang

mau memberikan gagasan dan pemikirannya dengan benar dan berani

mengungkapkan persoalan yang ada. Responden yang menjawab tidak setuju

bukan berarti mereka tidak mau memberikan gagasan atau ide yang ada.

Mereka mau memberikan gagasan atau ide yang ada kepada karyawan lain,

tetapi tidak bersedia menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Hal seperti ini

dikarenakan faktor teknik berkomunikasi yang tidak dimiliki oleh tiap

responden. Penilaian kinerja karyawan akan tampak pada saat individu tidak

dapat mengkomunikasikan persoalan yang ada. Dengan demikian dapat

dikatakan responden dalam penelitian ini tidak mampu menyelesaikan setiap

persoalan yang ada.

Page 58: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

109

Universitas Kristen Petra

5. Cooperation

Tabel 4.31. Responden Bersedia Melakukan Komunikasi yang Baik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 7 6.9 6.9 6.9

Setuju 46 45.5 45.5 52.5

Sangat setuju 48 47.5 47.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan data tabel 4.31 di atas dapat dilihat mayoritas responden

bersedia melakukan komunikasi yang baik dengan karyawan lain dalam

organisasi. Terlihat dari jawaban responden yang menjawab sangat setuju

sejumlah 48 orang atau 47,5%, responden yang menjawab setuju sejumlah 46

orang atau 45,5%, dan sebagian kecil responden menjawab tidak setuju

dengan total 7 responden atau 6,9%.

Dari hasil wawancara dengan Human Resources Department pada

tanggal 6 Juli 2013 (Sari, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun) mengatakan

secara umum karyawan yang satu dengan yang lain mau menjalin kerja sama

yang baik melalui komunikasi yang baik. Hal ini tampak ketika ada event

yang dilakukan Hotel Midtown, seperti pada saat acara Valentine’s day,

seluruh staff bersedia melakukan komunikasi yang efektif demi kelancaran

event yang ada. Walaupun demikian ada hambatan komunikasi yang terjadi

karena kesalahpahaman yang terjadi dan pesan yang tidak dipahami antara

komunikator dan komunikan. Namun, dalam melakukan kerja sama, seluruh

karyawan bersedia melakukannya.

Dari hasil wawancara dengan salah satu responden yang menjawab

sangat setuju (Bayu, usia 36 tahun, masa kerja 10 bulan, staff divisi Sales &

Marketing, 6 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Saya bersedia untuk melakukan komunikasi yang efektif dengan

karyawan yang lain. Terlebih melakukan kerjasama yang baik antar

rekan sekerja. Pekerjaan yang dilakukan bersama-sama akan cepat

Page 59: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

110

Universitas Kristen Petra

selesai dan hasilnya memuaskan. Jika tidak mau melakukan kerjasama

yang baik, maka nantinya pekerjaan akan menjadi tidak maksimal”.

Alasan responden yang menjawab tidak setuju hanya sebagian kecil,

yaitu sebanyak 7 responden. Dari hasil wawancara dengan salah satu

responden yang menjawab tidak setuju (Indra, usia 28 tahun, masa kerja 8

bulan, staff divisi Rooms, 6 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Saya tidak setuju melakukan kerjasama dengan karyawan lain jika

saya memiliki rasa kurang percaya dengan rekan sekerja. Melalui

pengalaman saya sebelumnya, saya sudah mempercayai teman kerja

saya dalam melaksanakan acara perusahaan. Ternyata orang itu tidak

bisa dipercaya, pekerjaan yang ada tidak dikerjakan dan tidak mau

ikut berpartisipasi. Akhirnya, pekerjaan saya menjadi terhambat.

Namun, jika saya percaya dengan rekan sekerja itu, maka saya mau

menjalin komunikasi yang baik dengannya”.

Penilaian kinerja karyawan juga dilihat melalui kesediaan melakukan

komunikasi yang baik. Gomes (1995, p.142) menyatakan bahwa penilaian

kinerja karyawan dilihat dari cooperation, artinya kesediaan untuk bekerja

sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi). Kesediaan melakukan

komunikasi yang efektif di sini maksudnya adalah antar karyawan dalam

organisasi bersedia untuk bekerja sama melakukan pekerjaan yang terbaik

melalui komunikasi. Organisasi yang berfungsi dengan baik, ditandai oleh

adanya kerjasama secara sinergis dan harmonis dari berbagai komponen.

Senantiasa terjadi komunikasi, kerjasama, saling koreksi, dan terdapat sistem

pembagian tugas antar komponen tersebut (Suranto, 2005, p.56). Terlihat dari

jawaban responden, mayoritas responden mau melakukan komunikasi yang

baik dengan rekan sekerja.

Page 60: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

111

Universitas Kristen Petra

6. Dependability

Tabel 4.32. Responden Dapat Diandalkan dan Dipercaya dalam Melakukan

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 46 45.5 45.5 45.5

Sangat setuju 55 54.5 54.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan data dari tabel 4.32 di atas dapat dilihat mayoritas

responden dapat diandalkan dan dipercaya dalam melakukan pekerjaan yang

diberikan atasannya. Hal ini tampak dari jawaban responden yang

menyatakan sangat setuju sejumlah 55 orang atau 54,5% dan responden yang

menjawab setuju sejumlah 46 orang atau 45,5%.

Melalui hasil wawancara dengan responden yang menjawab sangat

setuju (Lani, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales &

Marketing, 6 Juli 2013) mengatakan seperti di bawah ini.

“Saya dalam melakukan pekerjaan selalu memiliki tanggung jawab

dalam menjalankannya. Saya tidak mau mengerjakan asal-asalan,

sehingga pekerjaan saya dapat diselesaikan dengan hasil yang baik.

Semaksimal mungkin saya akan menjadi yang terbaik”.

Salah satu penilaian kinerja karyawan menurut Gomes (1995, p.142)

adalah dependability, yaitu kesadaran dan dapat diandalkan dalam hal

kehadiran dan penyelesaian kerja. Pentingnya kesadaran individu dalam

menyelesaikan pekerjaan merupakan kewajiban setiap karyawan untuk

kemajuan perusahaan. Dalam hal ini seluruh karyawan Hotel Midtown yang

menjadi responden penelitian ini dapat diandalkan dan dipercaya untuk

menyelesaikan pekerjaan yang diberikan. Mereka diberi tanggung jawab

penuh untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan atasan.

Page 61: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

112

Universitas Kristen Petra

Tanggung jawab karyawan merupakan kesanggupan seorang tenaga

kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan kepadanya

dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu, serta berani memikul resiko atas

keputusan yang telah diambilnya atau tindakan yang dilakukannya (Bernardin

dan Joyce, 1993, p.381). Secara keseluruhan dari jawaban responden dalam

hal ini dapat diandalkan dan dipercaya, mereka memiliki tanggung jawab

dalam menyelesaikan pekerjaannya. Penilaian kinerja karyawan yang kurang

baik, apabila mereka tidak bisa diandalkan dalam setiap pekerjaannya.

Namun dalam hal ini seluruh responden memiliki kinerja yang baik, artinya

mereka bisa diandalkan dan dipercaya oleh atasan dalam menyelesaikan

pekerjaannya.

7. Initiative

Tabel 4.33. Responden Semangat Melaksanakan Tugas Baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 43 42.6 42.6 42.6

Sangat setuju 58 57.4 57.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa seluruh responden memiliki

semangat untuk melaksanakan tugas baru yang diberikan atasannya. Seluruh

responden menjawab setuju dengan total 43 orang atau 42,6% dan sangat

setuju dengan total 58 orang atau 57,4%. Artinya responden dalam penelitian

ini memiliki rasa initiative.

Melalui hasil wawancara dengan salah satu responden yang menjawab

sangat setuju (Budi, usia 36 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Finance &

Accounting, 5 Juli 2013) mengatakan sebagai berikut.

“Saya semangat melaksanakan tugas baru yang diberikan atasan.

Setiap tugas yang ada, saya kerjakan dengan baik agar cepat selesai.

Page 62: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

113

Universitas Kristen Petra

Selain itu tugas yang baru juga menambah pengalaman saya dalam

bekerja dan memberi semangat yang baru untuk ke depannya”.

Penilaian kinerja karyawan baik atau tidak juga dilihat melalui

dimensi initiative, yaitu semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan

dalam memperbesar tanggung jawabnya (Gomes, 1995, p.143). Dari hasil

analisis jawaban responden dapat diketahui bahwa mayoritas dari mereka

tetap semangat dalam melaksanakan tugas baru, meskipun banyak hambatan

atau gangguan yang sering terjadi dalam organisasi maupun pekerjaannya.

Mereka tetap bekerja sesuai dengan apa yang ditugaskan dan sebisa mungkin

menyelesaikan dengan baik.

Kinerja adalah bagaimana suatu organisasi mengambil seseorang

untuk bekerja dan melakukannya dengan baik. Kinerja bukan merupakan

hasil dari tindakan atau kegiatan, tetapi kegiatan itu sendiri (Campbell et al.,

1993, p.40). Kinerja karyawan sangat penting dilihat untuk memajukan

perusahaan dan karyawan itu sendiri. Dari penilaian kinerja ini, karyawan

dalam responden penelitian ini memiliki semangat untuk terus bekerja.

Tabel 4.34. Responden Mau Menyampaikan Saran Secara Terbuka Kepada

Atasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak setuju 4 4.0 4.0 4.0

Setuju 50 49.5 49.5 53.5

Sangat setuju 47 46.5 46.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Saran : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan jawaban responden dari tabel 4.34 di atas diketahui

bahwa mayoritas responden menjawab setuju dengan pernyataan di atas.

Responden mau menyampaikan saran secara terbuka kepada atasan tentang

suatu hal dalam organisasi yang perlu dibenahi atau dirundingkan. Sebanyak

Page 63: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

114

Universitas Kristen Petra

50 orang atau 49,5% menjawab setuju, 47 responden atau 46,5% menjawab

sangat setuju, dan hanya 4 orang atau 4% yang menjawab tidak setuju.

Dari hasil wawancara dengan responden yang menjawab setuju

(Budiarto, usia 39 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Food & Beverage

Marketing, 4 Juli 2013) mengatakan sebagai berikut.

“Saya mau menyampaikan saran-saran yang perlu saya

komunikasikan kepada atasan maupun rekan kerja pada saat rapat atau

briefing. Saran dari setiap orang dapat membangun organisasi agar

menjadi lebih baik. Saran-saran yang disampaikan secara terbuka

dapat saling melengkapi agar tujuan perusahaan dapat tercapai”.

Alasan responden menjawab setuju karena seluruh responden mau

menyampaikan saran maupun gagasan atau ide yang ada kepada atasan dan

sesama karyawan. Karena hal ini dapat mempermudah mereka dalam

melaksanakan pekerjaannya. Selain itu suasana dalam pekerjaan juga dapat

berjalan dengan baik. Apabila ada saran yang perlu dibicarakan, seluruh

karyawan mau bekerja sama untuk mengkomunikasikannya.

Namun terdapat 4 responden yang menjawab tidak setuju. Hasil

wawancara dengan responden yang menjawab tidak setuju (Iwan, usia 26

tahun, masa kerja 4 bulan, staff divisi Rooms, 4 Juli 2013) mengatakan

demikian.

“Saya jarang menyampaikan saran kepada atasan mengenai

pembenahan yang ada dalam organisasi. Hal ini dikarenakan saya

tidak memiliki keberanian untuk mengkomunikasikannya. Secara

pribadi, saya tidak terlalu pandai melakukan komunikasi dengan

atasan maupun rekan kerja”.

Penilaian kinerja dalam hal ini dinilai dari sisi initiative, yaitu

karyawan memiliki semangat baru dan mau menyampaikan saran-saran

secara terbuka mengenai hal-hal dalam organisasi yang perlu dibenahi

(Gomes, 1995, p.143). Inisiatif sangat dibutuhkan dalam upaya

menyelesaikan suatu pekerjaan. Tanpa inisiatif dan kreativitas suatu

pekerjaan tidak akan tercapai atau terselesaikan tujuannya secara efektif dan

efisien (Suranto, 2005, p.59). Pada saat rapat maupun briefing bersama

Page 64: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

115

Universitas Kristen Petra

seluruh staff dan atasan, responden mau menyampaikan saran secara terbuka

tentang keperluan dalam organisasi. Dengan kemauan untuk

mengkomunikasikan sesuatu, maka kinerja seseorang akan meningkat.

Sebaliknya jika karyawan tidak mau mengkomunikasikan sesuatu, maka

pekerjaan akan tidak efektif dan kinerja mereka akan menurun.

Secara keseluruhan, responden dalam penelitian ini mau

menyampaikan saran secara terbuka mengenai pembenahan dalam organisasi

kepada atasan. Penilaian kinerja karyawan dari sisi initiative tiap individu

dapat dikatakan baik.

8. Personel Qualities

Tabel 4.35. Responden Bersikap Ramah Kepada Sesama Rekan Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 51 50.5 50.5 50.5

Sangat setuju 50 49.5 49.5 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan data tabel 4.35 di atas dapat diketahui bahwa seluruh

responden memiliki sikap ramah kepada sesama rekan kerja. Hal ini dapat

dilihat dari jawaban responden yang menjawab setuju sebanyak 51 orang atau

50,5% dan responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 50 orang atau

49,5%.

Melalui hasil wawancara dengan salah satu responden yang menjawab

setuju (Erni, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales &

Marketing, 4 Juli 2013) mengungkapkan sebagai berikut.

“Dalam lingkungan kerja, setiap individu seharusnya memiliki sikap

yang ramah kepada sesama rekan kerja. Hal ini dikarenakan dalam

organisasi bertemu dengan banyak orang dan kita membutuhkan rekan

kerja untuk bekerja sama. Saya selalu menghormati dan menghargai

rekan kerja yang lain agar suasana kerja menjadi lebih baik serta

menumbuhkan persaudaraan yang tinggi”.

Page 65: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

116

Universitas Kristen Petra

Penilaian kinerja juga dilihat berdasarkan personel qualities. Gomes

(1995, p.143) menjelaskan personel qualities menyangkut kepribadian,

kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi. Dalam hal ini

terlihat bahwa seluruh responden memiliki personel qualities yang baik,

sehingga dapat meningkatkan kinerja yang ada. Jika karyawan tidak memiliki

personel qualities yang baik, maka dapat menurunkan kinerja karyawan.

Dikarenakan individu yang tidak memiliki keramah tamahan dengan sesama

karyawan dan memiliki kepribadian yang buruk, tidak dapat bekerja sama

dengan rekan kerja lainnya. Secara tidak langsung tidak dapat menjalin

komunikasi yang baik. Apabila komunikasi dalam perusahaan tidak berjalan

dengan lancar, maka akan menurunkan kinerja karyawan yang nantinya akan

berdampak pada perusahaan.

Sebaliknya, bila hubungan antar personal itu baik sebagai suatu tim,

maka secara tidak langsung akan menjadi sebuah kekuatan atau sinergi.

Orang-orang yang memiliki relasi yang baik akan menjadi kuat dan

terpercaya daripada yang lain (Putnam, 1986, p.255).

Komunikasi dan keberhasilan dalam organisasi memiliki hubungan

yang signifikan. Memiliki komunikasi yang baik berarti meningkatkan

kinerja karyawan (Suranto, 2005, p.55). Secara umum, jawaban responden

dalam penelitian ini memiliki sikap kepribadian yang baik, sehingga memiliki

kinerja yang baik pula.

Tabel 4.36. Responden Memiliki Jiwa Kepemimpinan di Tempat Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Setuju 44 43.6 43.6 43.6

Sangat setuju 57 56.4 56.4 100.0

Total 101 100.0 100.0

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner di atas dapat dilihat mayoritas

responden memiliki jiwa kepemimpinan di tempat kerja, seperti memberikan

Page 66: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

117

Universitas Kristen Petra

petunjuk kerja kepada karyawan lain yang tidak mengerti. Responden yang

menjawab setuju sebanyak 44 orang atau 43,6% dan responden yang

menjawab sangat setuju sebanyak 57 orang atau 57%. Artinya seluruh

responden memiliki kinerja yang baik karena memiliki personel qualities

yang tinggi.

Dari hasil wawancara dengan responden yang menjawab sangat setuju

(Budi, usia 36 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Finance & Accounting, 6

Juli 2013) mengatakan sebagai berikut.

“Saya mau berbagi informasi dengan rekan sekerja. Jika ada teman

yang kurang mengerti, saya mau memberi petunjuk yang benar.

Dengan begitu kita dapat saling bertukar pikiran dan belajar bersama

dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada. Saya juga bersedia untuk

menyampaikan masukan-masukan yang dibutuhkan kepada rekan

kerja. Saling membantu dalam bekerja akan membuahkan hasil yang

optimal”.

Dilihat dari jawaban responden, seluruhnya mau membantu karyawan

yang lain dan bekerja sama dalam menyelesaikan pekerjaan yang ada. Dapat

dikatakan seluruh responden memiliki kesadaran yang tinggi sebagai

karyawan yang baik. Acuan perasaan karyawan (emotional labor) dalam

pekerjaan yang dikehendaki menunjukkan perasaan/ jiwa yang sungguh-

sungguh dalam menjalankan perannya untuk mencapai tujuan yang

diharapkan (Hochschild, 1983, p.199). Dengan demikian responden dapat

melakukan pekerjaan dengan baik dan benar karena antara karyawan yang

satu dengan yang lain dapat saling bekerja sama. Kinerja karyawan akan

menurun apabila individu tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi di

tempat kerja. Hal ini dikarenakan masing-masing individu tidak mau saling

membantu dan melakukan komunikasi yang baik. Secara umum, seluruh

responden memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi dengan mau membantu

rekan kerja dan bekerja bersama untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Page 67: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

118

Universitas Kristen Petra

4.4. Tingkat Hambatan Komunikasi dan Kinerja Karyawan Hotel Midtown

Surabaya

Hambatan komunikasi terjadi jika terdapat sesuatu yang menganggu

salah satu unsur komunikasi, sehingga proses komunikasi tidak dapat

berlangsung secara efektif (Effendy, 2003, p.45). Untuk dapat mengetahui

hambatan komunikasi dilihat melalui 3 indikator dan 14 pertanyaan. Sama

halnya dalam organisasi, dibutuhkan penilaian terhadap kinerja karyawan.

Mangkunegara (2010, p.9) mendefinisikan kinerja karyawan adalah hasil

kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan

dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan dilihat melalui 8

indikator dan 12 pertanyaan.

Dalam penelitian ini untuk dapat menggolongkan apakah hambatan

komunikasi dan kinerja karyawan bernilai tinggi atau rendah, maka

digunakan interval kelas yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut.

Penilaian skor interval di bawah ini dilihat melalui tingkat tinggi dan

rendah. Skor 1 sebagai nilai terendah dan skor 5 sebagai nilai tertinggi.

Dengan demikian interval setiap kategori ditetapkan sebagai berikut:

Interval = nilai tertinggi - nilai terendah

Jumlah interval

Interval = 5 – 1 = 4 = 2

2 2

Jadi, interval terhadap masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

Tabel 4.37. Kategori Mean Dari Skor Interval

Interval Kategori

1,00 – 3,00 Rendah

>3,00 Tinggi

Sumber: Olahan Peneliti, 2013

Page 68: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

119

Universitas Kristen Petra

Apabila nilai rata-rata (mean) terdapat dalam rentang 1,00 – 3,00,

maka nilainya adalah rendah. Apabila nilai rata-rata (mean) terdapat dalam

rentang >3,00, maka bernilai tinggi.

Tabel 4.38. Tingkat Hambatan Komunikasi Hotel Midtown Surabaya

Indikator Item Pertanyaan Mean Kategori

Hambatan

Teknis

Sarana dan prasarana dalam proses

komunikasi lengkap

2 Rendah

Keahlian dan kecakapan responden

dalam menyampaikan pesan

3 Tinggi

Responden melakukan komunikasi

dalam kondisi yang baik

3 Tinggi

Hambatan

Semantik

Responden tidak terdapat salah ucap

dalam menyampaikan informasi

3 Tinggi

Responden menggunakan bahasa yang

komunikatif

2 Rendah

Responden menggunakan pemilihan

kata yang tepat

2 Rendah

Responden tidak terjadi

kesalahpahaman saat berbicara

3 Tinggi

Hambatan

Perilaku

Responden tidak berprasangka buruk

terhadap rekan kerja

3 Tinggi

Responden tidak memiliki rasa

kecurigaan saat berbicara

3 Tinggi

Responden memiliki kepercayaan

pada karyawan lain

3 Tinggi

Responden memberikan kesempatan

kepada karyawan lain untuk

menyampaikan gagasan dan ide

2 Rendah

Responden mau menerima perubahan

terhadap lingkungan kerja

3 Tinggi

Responden mau menyebarkan

informasi kepada karyawan lain

2 Rendah

Page 69: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

120

Universitas Kristen Petra

Responden mau mendengarkan

pendapat orang lain dan tidak

mementingkan diri sendiri

2 Rendah

Sumber : Olahan Peneliti, 2013

Tabel 4.38 menunjukkan tingkat hambatan komunikasi dalam

organisasi Hotel Midtown Surabaya. Dapat dilihat dari 14 komponen

pernyataan yang ada, 8 diantaranya bernilai tinggi dan 6 yang bernilai rendah.

Ke-8 pernyataan yang bernilai tinggi itu karena nilai rata-rata setiap

pertanyaan berada dalam nilai 3 (interval >3,00). Pernyataan yang bernilai

rendah berada dalam nilai 2 (interval 1,00 – 3,00).

Tabel 4.39. Tingkat Kinerja Karyawan Hotel Midtown Surabaya

Indikator Item Pertanyaan Mean Kategori

Quantity of

work

Responden dapat menyelesaikan

jumlah pekerjaan yang telah

ditentukan (deadline)

3 Rendah

Quality of

work

Responden memiliki hasil kerja sesuai

dengan penugasan yang diberikan

atasan

3 Rendah

Responden mencapai hasil kerja sesuai

dengan target dan tanggung jawab

yang diberikan atasan

3 Rendah

Job

Knowledge

Responden mampu memahami tugas

yang diberikan oleh atasan

3 Rendah

Creativeness

Responden bersedia

mengkomunikasikan gagasan atau ide

kepada rekan kerja

1 Tinggi

Responden mampu

mengkomunikasikan persoalan yang

timbul dan bertindak

menyelesaikannya

3 Rendah

Cooperation Responden bersedia melakukan 2 Tinggi

Page 70: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

121

Universitas Kristen Petra

komunikasi yang baik

Dependability Responden dapat diandalkan dan

dipercaya dalam melakukan pekerjaan

1 Tinggi

Initiative

Responden semangat melaksanakan

tugas baru

1 Tinggi

Responden mau menyampaikan saran

secara terbuka kepada atasan

2 Tinggi

Personel

Qualities

Responden bersikap ramah kepada

sesama rekan kerja

2 Tinggi

Responden memiliki jiwa

kepemimpinan di tempat kerja

1 Tinggi

Sumber : Olahan Peneliti, 2013

Tabel 4.39 menunjukkan tingkat kinerja karyawan dalam organisasi

Hotel Midtown Surabaya. Dapat dilihat dari 12 komponen pernyataan yang

ada, 5 item pernyataan bernilai rendah dan 8 pernyataan lainnya bernilai

tinggi. Ke-5 pernyataan yang bernilai rendah itu karena nilai rata-rata setiap

pertanyaan berada dalam nilai 3 dan 4 (interval >3,00). Sedangkan pernyataan

yang bernilai tinggi berada dalam nilai 1 dan 2 (interval 1,00 – 3,00). Dalam

perhitungan interval kinerja karyawan dilihat berkebalikan dengan interval

hambatan komunikasi. Hal ini dikarenakan kinerja karyawan bernilai positif,

sehingga interval 1,00 – 3,00 bernilai tinggi, sedangkan >3,00 bernilai

rendah.

Tabel 4.40. Tingkat Hambatan Komunikasi dan Kinerja Karyawan Hotel

Midtown Surabaya

Indikator Nilai rata-rata (mean) Kategori

Hambatan Teknis 3 Tinggi

Hambatan Semantik 3 Tinggi

Hambatan Perilaku 3 Tinggi

Quantity of Work 3 Rendah

Quality of Work 3 Rendah

Job Knowledge 3 Rendah

Page 71: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

122

Universitas Kristen Petra

Creativeness 2 Tinggi

Cooperation 2 Tinggi

Dependability 1 Tinggi

Initiative 2 Tinggi

Personel Qualities 2 Tinggi

Sumber : Olahan Peneliti, 2013

Tabel 4.40 menunjukkan nilai rata-rata keseluruhan setiap indikator

hambatan komunikasi dan kinerja karyawan. Dapat dilihat bahwa indikator

hambatan komunikasi, yaitu hambatan teknis, semantik, dan perilaku

mendapatkan nilai tinggi. Nilai rata-rata dari keseluruhan hambatan

komunikasi adalah angka 3 yang menunjukkan nilai tinggi. Hal ini berarti

hambatan komunikasi di Hotel Midtown Surabaya mempunyai tingkat yang

tinggi. Melalui hasil analisis jawaban kuesioner, sebagian besar responden

tidak memiliki keahlian berkomunikasi yang efektif, sering terjadinya salah

ucap dalam menyampaikan informasi, sering kali terjadi kesalahpahaman

antar karyawan, memiliki prasangka buruk dari tiap individu, dan tidak mau

menerima perubahan lingkungan kerja yang baru.

Nilai rata-rata kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya bernilai

tinggi dan rendah. Indikator kinerja karyawan yang rendah terlihat dari

quantity of work, quality of work, dan job knowledge dengan angka 3 (dilihat

berkebalikan dengan interval hambatan komunikasi). Sedangkan indikator

kinerja karyawan yang tinggi terlihat dalam creativeness, cooperation,

dependability, initiative, dan personel qualities dengan angka 1 dan 2 (dilihat

berkebalikan dengan interval hambatan komunikasi). Hal ini membuktikan

bahwa kinerja karyawan yang rendah dikarenakan responden tidak dapat

menyelesaikan jumlah pekerjaan sesuai dengan deadline, tidak dapat

menyelesaikan tugas sesuai dengan target dan tanggung jawab yang diberikan

atasan, dan tidak mampu memahami tugas yang diberikan atasan. Dengan

demikian dikatakan bahwa kinerja karyawan rendah.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa hambatan komunikasi yang terjadi

di Hotel Midtown Surabaya dikatakan tinggi dan kinerja karyawan menjadi

rendah. Namun demikian terdapat beberapa kinerja karyawan yang tinggi.

Page 72: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

123

Universitas Kristen Petra

4.5. Analisis Tabulasi Silang (Crosstab)

Analisis crosstab atau tabulasi silang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara baris dan kolom. Variabel baris dan kolom adalah variabel

independen dan data yang digunakan berskala nominal atau ordinal, tetapi

tidak diukur tingkatannya (Priyatno, 2011, p.141). Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan tabulasi silang terhadap karakteristik (identitas) responden

dengan hambatan komunikasi dan kinerja karyawan. Identitas responden yang

digunakan adalah jenis kelamin, usia responden, departemen kerja, lama masa

kerja, dan frekuensi berkomunikasi. Berikut adalah analisis mengenai hasil

tabulasi silang antara hambatan komunikasi dan kinerja karyawan dengan

identitas responden.

Tabel 4.41. Tabulasi Silang I

Jenis Kelamin * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Jenis Kelamin Laki-laki Count 18 45 63

% within Jenis Kelamin 28.6% 71.4% 100.0%

Perempuan Count 16 22 38

% within Jenis Kelamin 42.1% 57.9% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Jenis Kelamin 33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.41 di atas, terlihat bahwa mayoritas responden

karyawan laki-laki dan perempuan memiliki tingkat hambatan komunikasi

yang tinggi dalam melakukan interaksi dengan rekan kerja. Dapat dilihat

sebanyak 45 orang (71,4%) dari 63 karyawan laki-laki memiliki hambatan

komunikasi yang tinggi. Hanya 18 orang (28,6%) yang memiliki hambatan

komunikasi rendah. Begitu pula dengan karyawan perempuan sebanyak 22

orang (57,9%) dari 38 responden mempunyai hambatan komunikasi yang

tinggi. Sedangkan 16 orang (42,1%) lainnya memiliki hambatan komunikasi

Page 73: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

124

Universitas Kristen Petra

yang rendah. Namun, hambatan komunikasi yang paling besar sering terjadi

pada kaum laki-laki.

Pada dasarnya, terdapat perbedaan cara berkomunikasi antara laki-laki

dan perempuan. Kaum laki-laki lebih suka berbicara tentang topik yang tidak

berhubungan dengan orang (impersonal) dan jarang sekali mengakui jika

mereka memiliki masalah keuangan. Mereka cenderung menjunjung tinggi

kebebasan tanpa kekangan dan kadang membuat keputusan tanpa berdiskusi

dengan orang lain. Kaum laki-laki lebih suka langsung pada pokok

permasalahan atau melakukan satu kepentingan yang dituju (Liaw, 2005,

p.41). Berbeda dengan kaum perempuan. Gaya komunikasi kaum perempuan

lebih mementingkan perasaan dalam hal tutur kata. Mereka cenderung

mengutamakan kehangatan persahabatan daripada urusan bisnis yang kaku

dan dingin. Selain itu, perempuan lebih lambat melakukan tindakan daripada

laki-laki. Hal ini dikarenakan perempuan selalu ingin melihat berbagai sisi

terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan (Liaw, 2005, p.40).

Mengacu pada teori tersebut, perempuan lebih berhati-hati dalam

mengucapkan kata-kata, sehingga pada saat berbicara lebih mementingkan

perasaan agar tidak terjadi kesalahpahaman dengan orang lain. Sedangkan

laki-laki, lebih cepat bertindak pada saat berbicara, sehingga kadang mereka

langsung mengucapkan kalimat tanpa berpikir terlebih dahulu. Hal ini yang

dapat membuat komunikasi tidak efektif dan terjadi kesalahpahaman dengan

orang lain. Dengan begitu, hambatan komunikasi akan terjadi. Data di atas

menunjukkan bahwa laki-laki lebih sering terjadi hambatan komunikasi.

Seperti dari analisis sebelumnya, terlihat sering sekali karyawan laki-laki

terjadi salah paham maupun salah mengucapkan informasi dengan rekan kerja

yang lain.

Komunikasi memiliki arti yang jauh lebih besar bagi seorang

perempuan. Sedangkan, tindakan adalah lebih penting bagi kaum laki-laki

untuk menemukan kejernihan mental dan mengungkapkan perasaannya

(Gray, 2000, p.99-100).

Page 74: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

125

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.42. Tabulasi Silang II

Usia * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Usia 20-29 tahun Count 18 33 51

% within Usia 35.3% 64.7% 100.0%

30-39 tahun Count 13 24 37

% within Usia 35.1% 64.9% 100.0%

40-49 tahun Count 2 9 11

% within Usia 18.2% 81.8% 100.0%

50-59 tahun Count 1 1 2

% within Usia 50.0% 50.0% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Usia 33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Seperti yang sudah dijelaskan peneliti di analisis identitas responden

berdasarkan usia, responden yang memiliki umur 20-29 tahun adalah mereka

yang mulai memasuki dunia kerja dan meninggalkan dunia hiburan. Hurlock

(2004, p.265) mengatakan bahwa umur 20-29 tahun termasuk dalam kategori

masa dewasa dini dan usia produktif, dimana individu mempunyai keinginan

untuk memiliki status sosial yang lebih baik dan memiliki harta banyak

dengan memasuki dunia kerja. Dapat diketahui bahwa responden yang berada

di lingkungan kerja yang baru akan banyak melakukan komunikasi dengan

rekan kerja yang lainnya. Hambatan komunikasi dalam penelitian ini

memiliki kategori tinggi pada mayoritas responden yang berusia 20-29 tahun.

Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan salah satu responden yang

menjawab tidak memiliki keahlian dan kecakapan berkomunikasi (Anita, usia

28 tahun, masa kerja 10 bulan, staff divisi Rooms, 4 Juli 2013) mengatakan

demikian.

Page 75: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

126

Universitas Kristen Petra

“Saya memang tidak yakin bahwa saya memiliki keahlian dan

kecakapan dalam berkomunikasi, tidak seperti karyawan lain yang

dapat berkomunikasi dengan jelas. Sering kali terjadi kesalahpahaman

karena menyampaikan pesan yang tidak sesuai atau tidak jelas”.

Dari hasil wawancara di atas, dapat dilihat bahwa rentang umur 20-29

tahun akan sering mengalami komunikasi yang tidak efektif karena tidak

memiliki keyakinan dalam melakukan komunikasi yang jelas. Hal ini

dibuktikan dengan hasil tabel 4.42 di atas bahwa hampir seluruh responden

pada usia 20-29 tahun (33 orang) paling tinggi hambatan komunikasinya.

Hanya terdapat 18 orang (35,3%) yang hambatan komunikasinya rendah. Di

sisi lain, responden pada usia 30-39 tahun (24 orang) juga memiliki hambatan

komunikasi yang tinggi, terdapat 13 orang (35,1%) yang memiliki kategori

rendah. Responden pada usia 40-49 tahun (9 orang) juga memiliki hambatan

komunikasi yang tinggi, hanya 2 orang (18,2%) yang rendah. Begitu pula

pada responden yang berusia 50-59 tahun (1 orang) juga memiliki hambatan

komunikasi yang tinggi dan 1 orang (50%) lainnya dalam kategori rendah.

Namun, tidak menutup kemungkinan responden yang semakin dewasa

umurnya akan semakin mengerti dalam menyampaikan pesan dengan jelas.

Terlihat dari tabel di atas bahwa responden yang berusia 40-49 tahun dan 50-

59 tahun juga memiliki hambatan komunikasi yang tinggi. Meskipun mereka

juga memiliki hambatan komunikasi yang rendah dikarenakan lebih efektif

dalam menyampaikan pesan dan pengalaman kerja mereka lebih banyak,

sehingga komunikasi yang dilakukan sehari-hari lebih komunikatif. Secara

kesluruhan, baik umur 20-60 tahun tidak lepas dari hambatan komunikasi.

Page 76: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

127

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.43. Tabulasi Silang III

Departemen * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Departemen Sales & Marketing Count 3 4 7

% within Departemen 42.9% 57.1% 100.0%

Finance & Accounting Count 6 7 13

% within Departemen 46.2% 53.8% 100.0%

Rooms Count 13 26 39

% within Departemen 33.3% 66.7% 100.0%

Food & Beverage Count 12 30 42

% within Departemen 28.6% 71.4% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Departemen 33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.43 di atas, maka dapat diketahui bahwa seluruh

karyawan yang berasal dari Departemen Sales & Marketing, Finance &

Accounting, Rooms, dan Food & Beverage Marketing memiliki tingkat

hambatan komunikasi yang tinggi dalam organisasi Hotel Midtown Surabaya.

Namun hambatan komunikasi yang paling tinggi terdapat dalam departemen

Food & Beverage Marketing sebesar 71,4% (30 orang), sedangkan sisanya

28,6% (12 orang) dalam hambatan komunikasi yang rendah.

Pada dasarnya, fungsi Internal Communications dilakukan untuk

setiap karyawan saling berbagi informasi, menyalurkan pengetahuan, dan

mengembangkan hubungan. Selain itu juga berfungsi meningkatkan

komitmen karyawan, rasa memiliki perusahaan, kesatuan identitas, dan

dukungan untuk tercapainya tujuan perusahaan (Verghese, 2012, p.7).

Seluruh karyawan dalam Hotel Midtown Surabaya harus melakukan

komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan maupun informasi ke

seluruh departemen agar seluruhnya dapat mengetahui informasi yang baru.

Dengan begitu, pekerjaan mereka juga akan berjalan dengan lancar.

Page 77: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

128

Universitas Kristen Petra

Seringnya komunikasi yang tidak efektif pada departemen Food &

Beverage Marketing dikarenakan pertama, jumlah karyawan di departemen

ini paling banyak. Selain itu menurut hasil wawancara dengan salah satu

responden dari staff divisi Food & Beverage Marketing pada tanggal 5 Juli

2013 (Putu, usia 41 tahun, masa kerja 1 tahun) mengatakan bahwa hambatan

komunikasi sering terjadi dikarenakan pesan yang disampaikan tidak sampai

ke seluruh karyawan lainnya, sehingga terjadi miscommunication atau salah

paham yang menyebabkan komunikasi terhambat. Hal seperti ini harus

diminimalisir dengan cara saling bekerja sama mengingatkan penyampaian

pesan satu sama lain dan melakukan rapat kecil agar seluruh karyawan

mengetahuinya.

Hambatan komunikasi juga banyak terjadi pada departemen Rooms

sebesar 66,7% (26 orang) dalam kategori tinggi, sedangkan 33,3% (13 orang)

dalam kategori rendah. Hal ini didukung dari hasil wawancara dengan

responden pada tanggal 5 Juli 2013 (Vica, usia 39 tahun, masa kerja 1 tahun,

staff divisi Rooms) menyatakan bahwa komunikasi yang tidak efektif

dikarenakan sebagian besar dari mereka tidak memahami pesan yang

dimaksud, sehingga kesalahan menafsirkan pesan yang ada membuat

komunikasi terhambat. Di sisi lain, setiap departemen lainnya juga terjadi

hambatan komunikasi dikarenakan hal tersebut.

Selain departemen yang telah disebutkan di atas, karyawan dalam

departemen Finance & Accounting juga memiliki hambatan komunikasi yang

tinggi sebesar 53,8% (7 orang) dan sebagian lainnya, yaitu 46,2% (6 orang)

dalam kategori rendah. Pada departemen Sales & Marketing, hambatan

komunikasi yang tinggi sebesar 57,1% (4 orang) dan sisanya sebesar 42,9%

(3 orang) memiliki hambatan komunikasi yang rendah. Secara keseluruhan

hampir seluruh departemen memiliki hambatan komunikasi yang tinggi.

Page 78: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

129

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.44. Tabulasi Silang IV

Lama Masa Kerja Responden * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Lama Masa Kerja

Responden

1-3 bulan Count 3 8 11

% within Lama Masa Kerja

Responden

27.3% 72.7% 100.0%

4-6 bulan Count 0 5 5

% within Lama Masa Kerja

Responden

.0% 100.0% 100.0%

7-9 bulan Count 2 11 13

% within Lama Masa Kerja

Responden

15.4% 84.6% 100.0%

Lebih dari 10 bulan Count 9 10 19

% within Lama Masa Kerja

Responden

47.4% 52.6% 100.0%

Satu tahun Count 20 33 53

% within Lama Masa Kerja

Responden

37.7% 62.3% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Lama Masa Kerja

Responden

33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.44 di atas dapat dilihat bahwa tingginya hambatan

komunikasi berada pada mayoritas responden yang memiliki masa kerja satu

tahun, yaitu sebanyak 33 orang (62,3%). Kemudian disusul dengan responden

yang memiliki masa kerja lebih dari 10 bulan, yaitu 10 orang (52,6%), lalu

responden yang memiliki masa kerja antara 7-9 bulan sebanyak 11 orang

(84,6%), responden yang memiliki masa kerja antara 4-6 bulan sebanyak 5

orang (100%), dan responden yang berada pada masa kerja antara 1-3 bulan

sejumlah 8 orang (72,7%).

Page 79: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

130

Universitas Kristen Petra

Responden yang memiliki masa kerja 1 tahun adalah karyawan tetap

yang telah bekerja dalam waktu yang lama dan sering melalukan komunikasi

antara karyawan yang satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil

wawancara dengan Human Resources Department pada tanggal 1 Oktober

2013 mengatakan bahwa karyawan yang telah bekerja selama 1 tahun akan

sering berkomunikasi daripada karyawan yang masih baru beradaptasi. Hal

ini dikarenakan antara karyawan satu dengan yang lainnya saling mengenal

lebih dekat, sehingga kegiatan komunikasi organisasi dalam Hotel Midtown

sering dilakukan. Dari sini dapat dilihat bahwa karyawan yang memiliki masa

kerja lama akan semakin sering melalukan komunikasi dan hambatan

komunikasi menjadi tinggi. Responden yang berada pada masa kerja antara 1-

3 bulan dan 4-6 bulan masih mulai mengenal lingkungan kerjanya, sehingga

hambatan komunikasi yang ada tidak terlalu tinggi. Secara keseluruhan,

responden yang semakin lama bekerja, hambatan komunikasi akan semakin

tinggi.

Tabel 4.45. Tabulasi Silang V

Frekuensi Berkomunikasi * Hambatan Komunikasi Crosstabulation

Hambatan Komunikasi

Total Rendah Tinggi

Frekuensi Berkomunikasi Sangat sering Count 23 38 61

% within Frekuensi

Berkomunikasi

37.7% 62.3% 100.0%

Sering Count 11 29 40

% within Frekuensi

Berkomunikasi

27.5% 72.5% 100.0%

Total Count 34 67 101

% within Frekuensi

Berkomunikasi

33.7% 66.3% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Page 80: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

131

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan tabel 4.45 di atas diketahui bahwa responden yang sangat

sering dan sering melakukan komunikasi, maka hambatan komunikasinya

semakin tinggi. Dapat dilihat melalui tabel di atas, responden yang sangat

sering melakukan komunikasi dengan karyawan lain selama satu hari

memiliki hambatan komunikasi yang tinggi sebanyak 38 orang (62,3%).

Sama halnya dengan responden yang sering melakukan komunikasi dengan

karyawan lain selama satu hari memiliki hambatan komunikasi yang tinggi

sebanyak 29 orang (72,5%).

Responden di sini adalah karyawan yang frekuensi berbicara atau

berinteraksi dengan karyawan lain selama satu hari sangat sering dan sering,

sehingga muncul kesalahpahaman yang terjadi antara satu dengan yang

lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Human Resources Department

pada tanggal 1 Oktober 2013 mengatakan bahwa semakin manusia sering

melakukan komunikasi, maka tidak dipungkiri muncul hambatan komunikasi.

Seperti yang terjadi antara staff Sales & Marketing dengan staff Finance &

Accounting, dimana setiap hari mereka saling berinteraksi untuk

membicarakan suatu hal karena dalam organisasi seluruh divisi saling

bergantung. Pada akhirnya kadang muncul rasa tidak kesepakatan antara staff

yang satu dengan yang lainnya dan menimbulkan hambatan komunikasi.

Tabel 4.46. Tabulasi Silang VI

Jenis Kelamin * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

Total Rendah Tinggi

Jenis Kelamin Laki-laki Count 55 8 63

% within Jenis Kelamin 87.3% 12.7% 100.0%

Perempuan Count 34 4 38

% within Jenis Kelamin 89.5% 10.5% 100.0%

Total Count 89 12 101

% within Jenis Kelamin 88.1% 11.9% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Page 81: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

132

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan data tabel 4.46 di atas diketahui bahwa mayoritas

responden laki-laki dan perempuan memiliki kinerja karyawan dalam

tingkatan rendah. Sebanyak 55 karyawan laki-laki memiliki kinerja dalam

kategori rendah, hanya 8 orang yang memiliki kinerja tinggi. Responden

perempuan sebanyak 34 orang memiliki kinerja yang rendah, hanya 4 orang

yang kinerjanya tinggi. Terlihat dari data yang ada bahwa kinerja karyawan

berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki kinerja yang rendah.

Meskipun demikian, responden laki-laki jumlahnya lebih banyak yang

memiliki kinerja rendah.

Hal ini tampak dari cara berkomunikasi kaum laki-laki yang lebih

suka langsung pada pokok permasalahan atau melakukan satu kepentingan

yang dituju (Liaw, 2005, p.41). Berbeda dengan kaum perempuan yang lebih

banyak memikirkan dan mencari tahu sesuatu terlebih dahulu daripada

bertindak dengan cepat. Dapat dikatakan bahwa perempuan dalam bertindak

lebih lama daripada laki-laki (Liaw, 2005, p.42). Namun, dari hasil analisis

tabel 4.41 di atas, dijelaskan bahwa kaum laki-laki paling besar hambatan

komunikasinya, sehingga kinerja karyawannya menjadi rendah.

Kinerja karyawan dalam penelitian ini dikatakan rendah, walaupun

ada juga yang tinggi, baik karyawan laki-laki dan perempuan. Namun, kinerja

karyawan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Bukan berarti

perempuan memiliki kinerja yang buruk, tetapi dalam realitas yang ada di

masyarakat Indonesia menunjukkan bila dunia kerja banyak didominasi oleh

laki-laki, sedangkan perempuan lebih banyak beraktivitas di sektor domestik

(kegiatan rumah tangga) (Narwoko dan Suyanto, 2004, p.322). Oleh karena

itu, karyawan laki-laki akan lebih bekerja keras daripada karyawan

perempuan. Kebanyakan responden dalam penelitian ini didominasi oleh laki-

laki, sehingga kinerja karyawan laki-laki hasilnya lebih tinggi daripada

perempuan. Secara keseluruhan, kinerja karyawan laki-laki maupun

perempuan dalam penelitian ini dikatakan rendah.

Page 82: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

133

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.47. Tabulasi Silang VII

Usia * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

Total Rendah Tinggi

Usia 20-29 tahun Count 41 10 51

% within Usia 80.4% 19.6% 100.0%

30-39 tahun Count 35 2 37

% within Usia 94.6% 5.4% 100.0%

40-49 tahun Count 11 0 11

% within Usia 100.0% .0% 100.0%

50-59 tahun Count 2 0 2

% within Usia 100.0% .0% 100.0%

Total Count 89 12 101

% within Usia 88.1% 11.9% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari data tabel di atas dapat dilihat bahwa kinerja karyawan yang

rendah berada dikisaran usia 20-29 tahun, yaitu sebanyak 41 orang, sebagian

lainnya 10 orang dalam kategori tinggi. Kinerja karyawan yang berada di usia

30-39 tahun sebanyak 35 orang dalam kategori rendah, sedangkan 2 orang

lainnya dalam kategori tinggi. Kinerja karyawan pada usia 40-49 tahun

dengan jumlah 11 orang dikatakan rendah. Begitu pula kinerja karyawan yang

berada pada usia 50-59 tahun berjumlah 2 orang dalam kategori rendah.

Seperti yang dijelaskan dalam analisis identitas usia responden bahwa

usia 20-29 tahun adalah masa produktif, dimana individu mulai melepaskan

masa mudanya dan menuju dunia kerja. Namun pada usia tersebut juga

ditemukan banyak hambatan komunikasi yang menyebabkan kinerja

karyawan menjadi tidak dapat mencapai target yang diharapkan. Hal ini

didukung dengan hasil wawancara oleh salah satu responden (Erni, usia 29

tahun, masa kerja 1 tahun, divisi Sales & Marketing, 4 Juli 2013) menyatakan

demikian.

Page 83: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

134

Universitas Kristen Petra

“Pada saat Manager Sales & Marketing menyuruh saya membuat

laporan bulanan mengenai occupancy kamar hotel Midtown selama

satu bulan, saya langsung membuatnya tanpa bertanya lagi, karena

saya berpikir hanya membuat seperti biasa. Ternyata apa yang saya

buat salah dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Atasan juga tidak

menjelaskan sebelumnya. Akibatnya pekerjaan tertunda, sehingga

tidak dapat diselesaikan tepat waktu”.

Melalui jawaban responden dapat dikatakan bahwa dalam dunia kerja

usia 20-29 tahun dapat terjadi kesalahpahaman atau salah pengertian dalam

menangkap pesan yang akhirnya menghambat pekerjaan individu. Individu

yang berada pada usia 30-39 tahun juga memiliki kinerja yang rendah. Seperti

hasil wawancara dengan salah satu responden (Rusli, usia 34 tahun, masa

kerja 1 tahun, staff divisi Sales & Marketing, 4 Juli 2013) mengatakan

demikian.

“Pekerjaan yang ada memang sering kali tidak dapat selesai sesuai

dengan waktu yang ditentukan karena banyak hal yang

mempengaruhinya. Pertama, kendala komunikasi yang tidak efektif,

sehingga pesan tidak sampai dengan jelas, akhirnya pekerjaan menjadi

tertunda. Selain itu juga banyak pekerjaan lain yang harus selesai

lebih dulu dengan batas waktu yang sama”.

Secara keseluruhan, kinerja karyawan dalam penelitian ini dikatakan

rendah, terutama responden yang berusia 20-29 tahun memiliki kinerja yang

rendah. Responden yang berada dalam usia 40-60 tahun juga memiliki kinerja

yang rendah.

Page 84: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

135

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.48. Tabulasi Silang VIII

Departemen * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

Total Rendah Tinggi

Departemen Sales & Marketing Count 5 2 7

% within Departemen 71.4% 28.6% 100.0%

Finance & Accounting Count 10 3 13

% within Departemen 76.9% 23.1% 100.0%

Rooms Count 33 6 39

% within Departemen 84.6% 15.4% 100.0%

Food & Beverage Count 41 1 42

% within Departemen 97.6% 2.4% 100.0%

Total Count 89 12 101

% within Departemen 88.1% 11.9% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Melalui data tabel 4.48 di atas, terlihat bahwa departemen Food &

Beverage Marketing, Rooms, Finance & Accounting, dan Sales & Marketing

memiliki kinerja karyawan yang rendah. Terlihat dari hasil prosentase yang

memiliki kinerja karyawan paling rendah terdapat di departemen Food &

Beverage Marketing sebesar 97,6% (41 orang), hanya 2,4% (1 orang) yang

kinerjanya tinggi. Diikuti dengan departemen Rooms dengan prosentase

84,6% (33 orang) yang memiliki kinerja rendah dan hanya 15,4% (6 orang)

dalam kategori tinggi. Departemen Finance & Accounting juga memiliki

ketegori rendah dengan total 76,9% (10 orang), hanya 23,1% (3 orang) yang

kinerjanya tinggi. Departemen Sales & Marketing dengan jumlah 71,4% (5

orang) dalam kategori rendah dan 28,6% (2 orang) dalam kategori tinggi.

Penilaian kinerja karyawan juga penting dilihat dari masing-masing

departemen dalam sebuah organisasi. Tujuan penilaian kinerja karyawan

adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja organisasi melalui

peningkatan kinerja sumber daya manusia organisasi (Mangkunegara, 2010,

p.10). Alasan kinerja karyawan yang paling rendah berada di departemen

Page 85: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

136

Universitas Kristen Petra

Food & Beverage Marketing dikarenakan jumlah karyawan dalam

departemen ini sebanyak 42 orang. Dimana komunikasi yang dilakukan

antara satu karyawan dengan karyawan yang lainnya kadang-kadang tidak

efektif, sehingga pesan yang disampaikan tidak dipahami oleh seluruh

karyawan yang menyebabkan pekerjaan mereka menjadi salah. Selain itu juga

tidak adanya over handle dengan karyawan yang lain, sehingga kinerja

mereka menjadi menurun.

Seperti hasil wawancara yang diungkapkan oleh salah satu responden

pada tanggal 5 Juli 2013 (Santi, usia 27 tahun, masa kerja 8 bulan, staff divisi

Food & Beverage Marketing) mengatakan sebagai berikut.

“Selama saya bekerja pasti adanya miscommunication antara

karyawan satu dengan yang lain. Apalagi dalam divisi ini jumlah

karyawannya tidak sedikit. Kadang yang menghambat pekerjaan

menjadi tidak selesai dikarenakan pesan yang disampaikan tidak

disalurkan dengan teman yang lain, sehingga tidak semua karyawan

mengerti informasi terbaru maupun pesanan tamu. Disamping itu juga

adanya pemahaman yang berbeda dalam melakukan pekerjaan yang

membuat pekerjaan itu tidak selesai tepat waktu.”

Melalui jawaban responden terlihat bahwa setiap karyawan dalam

departemen ini seringkali tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan tepat

dikarenakan komunikasi yang tidak sampai ke karyawan yang lain. Sama

halnya dengan departemen Rooms juga memiliki jumlah karyawan yang

cukup banyak, yaitu 40 orang. Seperti yang dikatakan salah satu responden

pada tanggal 6 Juli 2013 (Vica, usia 37 tahun, masa kerja 10 bulan, staff

divisi Rooms) menyatakan bahwa beberapa karyawan tidak dapat

menyelesaikan tugas tepat waktu dikarenakan tidak mengerti tugas apa yang

diberikan. Pernyataan ini dapat dilihat dari hasil wawancara sebagai berikut.

“Penyebab utama hal ini karena komunikasi yang kurang lancar dan

tidak dimengerti oleh komunikan, sehingga tugas yang diberikan tidak

dipahami dengan baik dan tidak dapat diselesaikan tepat waktu.

Kinerja karyawan dalam responden ini menjadi menurun karena tidak

mengerti penjelasan yang diberikan dan pekerjaan menjadi tidak

sesuai”.

Page 86: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

137

Universitas Kristen Petra

Begitu pula yang terjadi dalam departemen Sales & Marketing dan

Finance & Accounting. Seluruh responden sebagian besar berusaha

meningkatkan kinerja mereka menjadi lebih baik lagi agar tujuan perusahaan

juga mencapai hasil yang diharapkan. Namun dalam divisi yang telah

disebutkan di atas, terlihat adanya kinerja karyawan yang rendah dikarenakan

dengan banyaknya karyawan dalam divisi ini kadang membuat kerjasama

yang ada kurang baik.

Tabel 4.49. Tabulasi Silang IX

Lama Masa Kerja Responden * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

Total Rendah Tinggi

Lama Masa Kerja

Responden

1-3 bulan Count 11 0 11

% within Lama Masa Kerja

Responden

100.0% .0% 100.0%

4-6 bulan Count 5 0 5

% within Lama Masa Kerja

Responden

100.0% .0% 100.0%

7-9 bulan Count 13 0 13

% within Lama Masa Kerja

Responden

100.0% .0% 100.0%

Lebih dari 10 bulan Count 16 3 19

% within Lama Masa Kerja

Responden

84.2% 15.8% 100.0%

Satu tahun Count 44 9 53

% within Lama Masa Kerja

Responden

83.0% 17.0% 100.0%

Total Count 89 12 101

% within Lama Masa Kerja

Responden

88.1% 11.9% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Page 87: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

138

Universitas Kristen Petra

Melalui tabel 4.49 di atas diketahui bahwa mayoritas responden yang

memiliki masa kerja satu tahun memiliki kinerja karyawan yang rendah, yaitu

sebanyak 44 orang (83%). Kemudian responden yang memiliki masa kerja

lebih dari 10 bulan memiliki kinerja karyawan yang rendah sebanyak 16

orang (84,2%). Responden yang berada pada masa kerja 7-9 bulan sebanyak

13 orang (100%) memiliki kinerja karyawan yang rendah, responden yang

berada pada masa kerja 4-6 bulan sebanyak 5 orang (100%) juga memiliki

kinerja karyawan yang rendah. Begitu pula responden yang berada pada masa

kerja antara 1-3 bulan sebanyak 11 orang (100%) memiliki kinerja karyawan

yang rendah.

Hal ini sesuai dengan tabel 4.45 yang menyatakan semakin sering

komunikasi dilakukan akan semakin banyak hambatan komunikasinya. Dari

situ kinerja karyawan menjadi terganggu karena adanya hambatan

komunikasi. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan salah satu

responden (Rusli, usia 34 tahun, masa kerja 1 tahun, staff divisi Sales &

Marketing, 4 Juli 2013) mengatakan demikian.

“Pekerjaan yang ada memang sering kali tidak dapat selesai sesuai

dengan waktu yang ditentukan karena banyak hal yang

mempengaruhinya. Pertama, kendala komunikasi yang tidak efektif,

sehingga pesan tidak sampai dengan jelas, akhirnya pekerjaan menjadi

tertunda. Selain itu juga banyak pekerjaan lain yang harus selesai

lebih dulu dengan batas waktu yang sama”.

Melalui hasil wawancara di atas dapat dikatakan bahwa komunikasi

yang tidak lancar menyebabkan hambatan komunikasi, sehingga membuat

kinerja karyawan menjadi menurun. Responden yang memiliki masa kerja

satu tahun masih sering terjadinya hambatan komunikasi, sehingga

mempengaruhi kinerja karyawan yang ada. Begitu pula responden yang

berada pada masa kerja lebih dari 10 bulan, dimana komunikasi yang terjadi

antara satu karyawan dengan karyawan lainnya sering tidak lancar dan

menyebabkan rendahnya kinerja individu.

Page 88: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

139

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.50 Tabulasi Silang X

Frekuensi Berkomunikasi * Kinerja Karyawan Crosstabulation

Kinerja Karyawan

Total Rendah Tinggi

Frekuensi Berkomunikasi Sangat sering Count 54 7 61

% within Frekuensi

Berkomunikasi

88.5% 11.5% 100.0%

Sering Count 35 5 40

% within Frekuensi

Berkomunikasi

87.5% 12.5% 100.0%

Total Count 89 12 101

% within Frekuensi

Berkomunikasi

88.1% 11.9% 100.0%

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 4.50 di atas terlihat responden yang sangat sering

berkomunikasi dan sering berkomunikasi selama satu hari dengan karyawan

yang lain. Dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kinerja karyawan

rendah terdapat pada responden yang sangat sering melakukan komunikasi

dengan karyawan lain selama satu hari dengan jumlah 54 orang (88,5%).

Begitu pula dengan responden yang sering melakukan komunikasi selama

satu hari memiliki kinerja rendah dengan jumlah 35 orang (87,5%).

Komunikasi sangat penting dalam kehidupan organisasi. Setiap divisi

dalam organisasi saling beketergantungan, sehingga komunikasi yang

dilakukan akan semakin sering. Semakin seringnya komunikasi terjadi, maka

tidak dapat dihindarkan adanya hambatan komunikasi antar karyawan. Seperti

terjadinya kesalahpahaman atau kalimat yang tidak dimengerti antara

karyawan yang satu dengan yang lain menyebabkan perbedaan makna atau

arti yang dimaksudkan, sehingga pekerjaan akan terhambat dan kinerja

individu menjadi tidak maksimal. Dari data di atas, dilihat mayoritas

responden yang sering melakukan komunikasi, memiliki kinerja yang rendah.

Page 89: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

140

Universitas Kristen Petra

4.6. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear

sederhana karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya.

Regresi linear sederhana adalah alat yang digunakan untuk mengukur satu

variabel dependen dan satu variabel independen (Sujarweni & Endrayanto,

2012, p.83). Dari penelitian ini akan dicari indikator hambatan komunikasi

(X) yang paling mempengaruhi kinerja karyawan (Y).

Sebelumnya, peneliti melakukan analisis korelasi spearman terlebih

dahulu untuk melihat hubungan antara variabel hambatan komunikasi dengan

kinerja karyawan. Korelasi merupakan salah satu statistik inferensial yang

akan menguji apakah dua variabel atau lebih mempunyai hubungan atau tidak

(Sujarweni & Endrayanto, 2012, p.59). Seluruh perhitungan regresi linear

sederhana akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows

version 17.0. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh beberapa output yang

masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 4.51. Korelasi Antara Variabel Hambatan Komunikasi dan Variabel

Kinerja Karyawan

Hambatan

Komunikasi

Kinerja

Karyawan

Hambatan Komunikasi Pearson Correlation 1 -.483**

Sig. (2-tailed) .000

N 101 101

Kinerja Karyawan Pearson Correlation -.483** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 101 101

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari tabel korelasi di atas, ditemukan bahwa ada hubungan yang

terjadi antara dua variabel yang diteliti, yaitu sebesar 0,483. Angka ini dapat

Page 90: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

141

Universitas Kristen Petra

diinterpretasikan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel hambatan

komunikasi dengan variabel kinerja karyawan adalah sedang atau cukup. Hal

ini didasarkan pada pendapat Sugiyono (2002, p.216) bahwa kisaran angka

antara 0,40 – 0,599 mempunyai hubungan yang sedang atau cukup kuat.

Dengan mempunyai hubungan yang cukup kuat, maka hambatan komunikasi

mempunyai keterkaitan dengan kinerja karyawan yang terjadi di Hotel

Midtown Surabaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 4.52. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien

Interval koefisien Keterangan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang/ cukup

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Sumber : Sugiyono, 2002, p.216

Berdasarkan hasil korelasi di atas terlihat bahwa variabel hambatan

komunikasi memiliki hubungan yang cukup kuat dengan variabel kinerja

karyawan. Hal ini dikarenakan dari hasil jawaban kuesioner yang ada bahwa

hambatan komunikasi terjadi karena adanya hambatan teknis, semantik, dan

perilaku. Dimana responden mengalami beberapa hambatan komunikasi

karena kurangnya keahlian dan kecakapan dalam menyampaikan pesan,

melakukan komunikasi dalam kondisi yang tidak mendukung, sering terjadi

salah ucap dalam menyampaikan informasi, adanya kesalahpahaman yang

terjadi antar karyawan, memiliki prasangka buruk, saling curiga, kurang

percaya antar karyawan, dan tidak mau menerima perubahan terhadap metode

kerja yang baru. Dari sini membuat kinerja karyawan menjadi terganggu

karena komunikasi yang tidak lancar menghambat pekerjaan yang ada.

Melalui hasil wawancara dengan Human Resources Department pada

tanggal 4 Juli 2013 (Sari, usia 29 tahun, masa kerja 1 tahun) mengatakan

bahwa komunikasi yang tidak efektif dapat mengganggu jalannya pekerjaan

Page 91: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

142

Universitas Kristen Petra

individu. Misalnya, kesalahpahaman yang terjadi dikarenakan responden

salah memahami pesan yang disampaikan, sehingga kinerja karyawan

menjadi tidak sesuai dengan tugas yang diberikan atasan dan tidak dapat

mencapai target yang diharapkan.

Begitu pula dari hasil jawaban responden yang mengatakan bahwa

sebagian besar tidak dapat menyelesaikan jumlah pekerjaan sesuai dengan

deadline yang telah ditentukan. Hal ini dikarenakan pekerjaan mereka

terganggu karena komunikasi antara satu karyawan dengan lainnya tidak

lancar yang menyebabkan pekerjaan menjadi tertunda. Seperti hasil

wawancara dengan responden, pada saat Manager Sales & Marketing

menyuruh salah satu staff divisi Sales & Marketing membuat laporan bulanan

mengenai occupancy kamar hotel Midtown selama satu bulan, staff tersebut

tidak mengerti bagaimana membuat laporan itu dan pada akhirnya terjadi

kesalahan pembuatan laporan. Akibatnya pekerjaan tertunda dan tidak dapat

diselesaikan tepat waktu.

Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan

pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim.

Kenyataannya, sering kita gagal saling memahami. Sumber utama

kesalahpahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna

suatu pesan berbeda dari yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim

gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supratiknya, 1995,

p.34). Dengan adanya komunikasi yang tidak efektif dalam organisasi, maka

berhubungan dengan kinerja karyawan itu sendiri. Terlihat dari fenomena

yang terjadi bahwa komunikasi sangatlah penting demi kelancaran pekerjaan

tiap individu, ketidaklancaran komunikasi menyebabkan kinerja karyawan

menjadi terhambat. Sebaliknya kinerja individu yang tidak baik juga

disebabkan karena komunikasi yang tidak efektif dalam organisasi. Dari sini

dapat dikatakan antara variabel hambatan komunikasi dan variabel kinerja

karyawan memiliki hubungan yang cukup kuat.

Setelah mengetahui keterkaitan hubungan antara variabel hambatan

komunikasi dengan variabel kinerja karyawan yang cukup kuat. Selanjutnya

akan dilakukan analisis regresi linear sederhana untuk melihat ada pengaruh

atau tidak antara dua variabel tersebut.

Page 92: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

143

Universitas Kristen Petra

Tabel 4.53. Coefficient Variabel Hambatan Komunikasi (X) dengan Kinerja

Karyawan (Y)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 61.147 2.082 29.376 .000

Hambatan Komunikasi -.345 .063 -.483 -5.482 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari tabel di atas, didapat persamaan regresi linear sederhana yang digunakan

adalah :

Y = a + bX

Y = 61.147 - .483 X

Dimana : Y = Kinerja Karyawan

X = Hambatan Komunikasi

Sesuai dengan persamaan regresi linear yang diperoleh, maka model

regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Harga koefisien konstanta sebesar 61.147. Hal ini berarti apabila

ada nilai dari hambatan komunikasi (X), maka tingkat kinerja

karyawan Hotel Midtown Surabaya (Y) sebesar 61.147.

2. Harga koefisien b = -.483, berarti apabila nilai hambatan

komunikasi (X) mengalami kenaikan sebesar satu poin, maka

tingkat variabel kinerja karyawan (Y) akan menurun sebesar -

48,3%.

3. Regresi linear sederhana dalam penelitian ini disebut regresi linear

negatif karena jika variabel hambatan komunikasi (X) mengalami

kenaikan, maka variabel kinerja karyawan (Y) mengalami

penurunan. Sebaliknya, jika variabel hambatan komunikasi (X)

Page 93: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

144

Universitas Kristen Petra

mengalami penurunan, maka variabel kinerja karyawan (Y)

mengalami kenaikan (Y).

4. Berdasarkan interval koefisien korelasi pada tabel 4.37, ditemukan

bahwa variabel hambatan komunikasi (X) memiliki pengaruh yang

cukup kuat terhadap kinerja karyawan (Y) Hotel Midtown

Surabaya.

Tabel. 4.54. Output Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .483a .233 .225 3.318

a. Predictors: (Constant), Hambatan Komunikasi

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa harga koefisien korelasi R =

0,483, yang berarti lebih besar dari 0. Dengan demikian dapat dinyatakan ada

hubungan yang bersifat pengaruh antara variabel hambatan komunikasi (X)

terhadap variabel kinerja karyawan (Y). Hal demikian tidak cukup untuk

menjelaskan bahwa X benar-benar berpengaruh terhadap Y, sehingga perlu

pembuktian tentang signifikansi hubungan tersebut (Sudarmanto, 2005,

p.203). Hasil R Square yang terlihat dalam kolom di atas adalah 0,233. R

Square biasanya disebut dengan koefisien determinasi. Dalam penelitian ini,

berarti sebesar 23,3% kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya dipengaruhi

oleh hambatan komunikasi.

Hal ini tampak dari fenomena yang terjadi dalam organisasi Hotel

Midtown, dimana hambatan komunikasi dikarenakan hambatan teknis,

semantik, dan perilaku mempengaruhi quality of work, quantity of work, dan

job knowledge tiap individu dalam organisasi. Dilihat dari hasil jawaban dan

wawancara dengan responden, sebagian besar menjawab bahwa mereka yang

tidak memiliki keahlian dan kecakapan dalam menyampaikan pesan, tidak

dapat mengirim pesan dengan baik, hasilnya dapat terjadi salah ucap dan

muncul kesalahpahaman yang ada. Dari kesalahpahaman yang ada ini

Page 94: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

145

Universitas Kristen Petra

membuat kinerja individu menjadi terhambat karena pesan yang disampaikan

tidak sesuai dengan apa yang dimaksud, sehingga harus melakukan pekerjaan

ulang dengan benar. Tugas yang diberikan menjadi tidak sesuai dengan apa

yang ditugaskan atasannya dan tidak mencapai target dengan maksimal.

Berdasarkan hasil analisis wawancara dengan responden dalam

penelitian ini mengatakan bahwa hambatan teknis sering terjadi karena tidak

memiliki keahlian dan kecakapan dalam menyampaikan pesan kepada rekan

kerja lainnya dan tidak dapat melakukan komunikasi dalam kondisi yang

baik. Sebagai contoh, pada saat menyampaikan pesan dalam suasana ramai

atau kondisi yang lelah, maka komunikasi tidak akan berjalan efektif.

Responden yang tidak dapat menyampaikan pesan dengan baik kepada

karyawan lain juga mengganggu komunikasi yang ada, sehingga

mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan tiap individu. Pekerjaan menjadi

tidak efektif dan tidak dapat sesuai dengan deadline yang ditentukan. Rina,

usia 39 tahun, masa kerja 1 tahun, divisi Rooms pada tanggal 5 Juli 2013

mengatakan bahwa sering terjadi kesalahpahaman dalam menyampaikan

pesan dikarenakan suasana yang tidak mendukung, sehingga pesan yang

disampaikan tidak jelas. Hal ini menyebabkan pekerjaan menjadi salah dan

tidak sesuai dengan target yang diharapkan, sehingga mempengaruhi kinerja

karyawan menjadi menurun. Individu juga tidak dapat memahami tugas-tugas

yang diberikan atasannya.

Seringnya terjadi salah ucap dan kesalahpahaman dalam

berkomunikasi juga mempengaruhi kinerja karyawan menjadi menurun.

Seperti hasil wawancara dengan responden pada tanggal 5 Juli 2013, Rina,

usia 39 tahun, masa kerja 1 tahun, divisi Rooms memberi contoh pada saat

acara malam tahun baru 2013, Hotel Midtown menjual paket kamar dengan

makan siang. Pada saat divisi Sales & Marketing menyampaikan pesan

tersebut kepada kepala bagian Rooms ternyata kepala bagian itu salah

memahami pesan yang ada. Ia menyampaikan pesan kepada karyawan lain

bahwa para tamu mendapat makan malam bukan makan siang. Pada saat

malam tahun baru tiba, seluruh tamu menjadi salah paham, mereka tidak

menggunakan makan siang yang diberikan, tetapi menunggu makan malam.

Saat itu suasana menjadi kacau, banyak tamu yang complaint dan seluruh

Page 95: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

146

Universitas Kristen Petra

staff harus melakukan evaluasi untuk membenahinya. Pekerjaan mereka

menjadi tidak efektif dan tidak berjalan sesuai dengan target yang ditentukan.

Komunikasi yang terhambat mempengaruhi kinerja karyawan tersebut.

Selain itu, karyawan yang memiliki prasangka buruk, rasa curiga, dan

saling tidak percaya juga dapat menghambat komunikasi yang ada.

Responden menjadi tidak mau percaya untuk menyampaikan pesan kepada

karyawan lain, dengan begitu pekerjaan individu menjadi tidak seluruhnya

berjalan dengan baik. Karena adanya prasangka buruk sebelumnya yang

menyebabkan tidak ada rasa kepercayaan diantara rekan kerja. Pekerjaan

yang seharusnya dapat dilakukan bersama-sama dengan baik, tidak dapat

dilakukan dengan waktu yang tepat karena rasa curiga dan kurang percaya

yang ada antar karyawan.

Sebagian responden dalam penelitian ini juga tidak mau menerima

perubahan terhadap lingkungan kerja yang baru, sehingga dapat

mempengaruhi kinerja karyawan. Dari hasil wawancara dengan Human

Resources Department pada tanggal 5 Juli 2013 (Sari, usia 29 tahun, masa

kerja 1 tahun) mengatakan bahwa ada beberapa staff yang tidak mau

menggunakan sistem dan tata kerja yang baru. Mereka masih menggunakan

tata kerja yang lama, sehingga pekerjaan yang ada tidak dapat diselesaikan

dengan cepat. Sebagian dari mereka juga tidak mau mengkomunikasikan

persoalan yang ada dalam organisasi, sehingga komunikasi yang ada tidak

dapat disampaikan seluruhnya dengan efektif. Dengan demikian, kinerja

karyawan menjadi tidak tepat waktu, tidak berjalan dengan baik, dan pada

akhirnya mengalami penurunan.

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa hambatan komunikasi

mempengaruhi kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya. Apabila

hambatan komunikasi tinggi, maka kinerja karyawan menurun. Dilihat dari

fenomena yang terjadi dalam penelitian ini, hambatan komunikasi memiliki

pengaruh sebesar 23,3% terhadap kinerja karyawan. Sesuai dengan teori yang

diungkapkan Effendy (2003, p.45) ada banyak hambatan yang bisa merusak

komunikasi. Suranto (2005, p.57) mengatakan dengan adanya komunikasi

yang baik akan meningkatkan kinerja organisasi. Sebaliknya, apabila tidak

ada komunikasi, maka koordinasi akan terganggu.

Page 96: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

147

Universitas Kristen Petra

4.7. Pembuktian Hipotesis

Pengujian hipotesis digunakan untuk menentukan apakah suatu

hipotesis adalah pernyataan yang beralasan dan harus diterima, atau tidak

beralasan sehingga harus ditolak (Sujarweni & Endrayanto, 2012, p.104). Uji

hipotesis yang digunakan adalah Uji T secara parsial untuk mengetahui ada

tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel tidak bebas.

Dasar penerimaan dan penolakan hipotesis berdasarkan uji T dapat diketahui

dengan cara membandingkan signifikansi t hitung dengan 5% atau 0,05.

Pembuktian hipotesis dengan menggunakan t hitung dengan ketentuan

di bawah ini :

1. Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, H1 ditolak, artinya tidak ada

pengaruh variabel hambatan komunikasi terhadap variabel kinerja

karyawan.

2. Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, H1 diterima, artinya ada

pengaruh variabel hambatan komunikasi dengan variabel kinerja

karyawan.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

thitung = bi

se (bi)

thitung = 61.147

0,05 (61.147)

= 61.147

3,1

= 19.724

Keterangan :

thitung : t hasil perhitungan

bi : koefisien regresi variabel independen

se : standard error 0,05

Page 97: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

148

Universitas Kristen Petra

Berdasarkan hasil yang didapat dari thitung adalah 19.724, sedangkan

ttabel dengan tingkat signifikansi 5% dalam penelitian ini adalah 1.6487.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel, yaitu 19.724 > 1.6487.

Artinya, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara variabel hambatan komunikasi terhadap kinerja karyawan

Hotel Midtown Surabaya. Pengujian hipotesis ini menunjukkan bahwa H0

ditolak, H1 diterima kebenarannya.

Pengujian hipotesis juga dapat dilihat melalui hasil perhitungan

menggunakan SPSS for windows 17.0, yaitu :

Tabel 4.55 Perhitungan Uji T

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 61.147 2.082 29.376 .000

Hambatan Komunikasi -.345 .063 -.483 -5.482 .000

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Sumber : Olahan Peneliti (2013)

Dari tabel di atas dapat dilihat nilai t hitung sebesar 29.376 dengan

taraf signifikansi 0,000. Nilai signifikansi t hitung ini lebih kecil dari 0,05

(standard error), sehingga ada pengaruh antara variabel hambatan

komunikasi terhadap kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya. Kriteria

perhitungan uji T, yaitu jika thitung > ttabel, maka terdapat pengaruh yang

signifikan antara dua variabel tersebut. Dari hasil tersebut, maka hipotesis

awal (HO) ditolak keberadaannya dan hipotesis alternatif (H1) disimpulkan

terbukti (diterima kebenarannya).

4.8. Pengaruh Hambatan Komunikasi terhadap Kinerja Karyawan Hotel

Midtown Surabaya

Berdasarkan hasil analisis yang telah dijabarkan di atas, secara

keseluruhan dapat dikatakan bahwa hambatan komunikasi berpengaruh

Page 98: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

149

Universitas Kristen Petra

terhadap kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya, baik secara individu

maupun tim kerja. Komunikasi merupakan hal yang penting di dalam

organisasi, khususnya dalam industri perhotelan. Organisasi merupakan

wadah daripada sekelompok orang (group of people) yang mengadakan

kerjasama untuk mencapai tujuan (Wursanto, 2005, p.41). Pada penelitian ini,

organisasi dilihat sebagai sebuah sistem, dimana berfokus pada pengaturan

bagian-bagian, hubungan antar bagian, dan dinamika hubungan tersebut yang

menumbuhkan kesatuan atau keseluruhan. Dengan kata lain dapat dikatakan

bahwa di dalam organisasi, seluruh bagiannya saling beketergantungan

(Miller, 2009, p.57). Organisasi di Hotel Midtown terdiri dari beberapa divisi

yang diteliti, yaitu divisi Sales & Marketing, Finance & Accounting, Food &

Beverage Marketing, dan Rooms. Dimana seluruh divisi tersebut saling

bergantung dan berkaitan satu sama lain. Komunikasi yang terjadi antara satu

karyawan dengan karyawan yang lain dalam divisi tersebut dinamakan

komunikasi organisasi.

Pada kenyataannya, komunikasi yang terjadi antar staff divisi tersebut

tidak berjalan dengan lancar. Ditemukan beberapa hambatan komunikasi

yang terjadi dalam komunikasi horizontal di Hotel Midtown Surabaya.

Hambatan komunikasi merupakan pengaruh dari dalam maupun dari luar

individu atau lingkungan yang merusak aliran atau isi pesan yang dikirimkan

atau yang diterima (Liliweri, 2006, p.96). Berdasarkan hasil analisis dari

jawaban responden, ditemukan bahwa hambatan komunikasi yang sering

terjadi dikarenakan beberapa hal, yaitu hambatan teknis, hambatan semantik,

dan hambatan perilaku.

Dari sisi hambatan teknis, responden tidak memiliki penguasaan

teknik dan metode berkomunikasi dalam menyampaikan pesan kepada rekan

kerja lainnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan penyampaian pesan yang

seringkali terganggu karena mereka tidak memiliki cara yang tepat untuk

mengerjakan sesuatu dan tidak memiliki kecakapan dalam menyampaikan

pesan. Keahlian penyampaian pesan sangat penting dalam organisasi agar

informasi yang disampaikan dapat diterima dengan cepat dan mudah

(Wursanto, 2005, p.171). Tetapi tidak semua individu memiliki keahlian dan

kecakapan dalam berkomunikasi. Responden dalam penelitian ini juga

Page 99: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

150

Universitas Kristen Petra

seringkali melakukan komunikasi dalam kondisi yang kurang baik, seperti

pada tabel 4.13 dikatakan bahwa kondisi fisik yang kurang sehat dapat

menghambat proses komunikasi. Begitu pula kondisi fisik yang berhubungan

dengan waktu. Pada saat salah satu staff divisi Food & Beverage Marketing

berbicara melalui telepon dengan staff divisi Sales & Marketing dalam

keadaan yang ramai, pesan bisa tidak tersampaikan dengan baik karena

suasana yang gaduh dapat membuat komunikasi menjadi tidak fokus. Selain

itu juga karena kondisi fisik yang terlalu lelah pada saat sore hari, ketika

berbicara antar karyawan yang telah menerima banyak pekerjaan, kemudian

diajak berbicara pada sore hari dapat menyebabkan komunikasi tidak dapat

diterima dengan baik. Hambatan teknis tersebut sangat menghambat proses

komunikasi.

Dari sisi hambatan semantik juga sangat sering terjadi antar karyawan

satu dengan yang lainnya di Hotel Midtown Surabaya. Hambatan semantik

yang sering terjadi dikarenakan responden sering terjadi salah ucap dalam

menyampaikan informasi, sehingga terjadi kesalahpahaman. Hambatan ini

disebabkan kesalahan menafsirkan pesan, kesalahan dalam memberikan

pengertian terhadap bahasa (kata-kata, kalimat, dan kode) yang dipergunakan

dalam proses komunikasi (Wursanto, 2005, p.171). Kata-kata memiliki

makna yang berbeda antara seseorang dengan orang lain. Kadang-kadang arti

sebuah kata tidak berada pada kata itu sendiri, tetapi pada kita. Umur,

pendidikan, lingkungan kerja, dan budaya adalah hal-hal yang secara nyata

dapat mempengaruhi bahasa yang dipakai atau mendefinisikan sesuatu

(Masmuh, 2010, p.82). Terjadi salah ucap dalam menyampaikan pesan dan

kesalahpahaman yang terjadi menyebabkan pekerjaan terhambat karena pesan

yang disampaikan tidak tepat dan sesuai.

Selain itu, hambatan perilaku juga menyebabkan gangguan dalam

komunikasi. Melalui hasil jawaban responden, komunikasi terhambat karena

mereka memiliki prasangka buruk, rasa curiga, dan ketidakpercayaan pada

saat berkomunikasi dengan rekan sekerja. Hal ini disebabkan dari faktor

pengalaman individu yang sebelumnya memiliki kejadian kurang baik,

sehingga pada saat berbicara komunikator maupun komunikan akan memiliki

pemikiran yang kurang baik dahulu. Ini yang menyebabkan komunikasi tidak

Page 100: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

151

Universitas Kristen Petra

akan berhasil. Disamping itu, responden juga tidak mau menerima perubahan

terhadap lingkungan kerja yang baru. Artinya, responden sebagian besar

masih menggunakan metode lama dan tidak mau menggunakan metode baru.

Jika hal demikian terjadi, maka dapat terjadi kesalahpahaman dalam

melakukan komunikasi dan pekerjaan itu sendiri.

Dengan adanya komunikasi yang tidak efektif atau tidak lancar, maka

akan mengganggu sebuah pekerjaan yang dilakukan individu atau karyawan

dalam organisasi. Dengan kata lain kinerja karyawan dalam organisasi juga

akan menurun. Penilaian kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat

penting dalam organisasi untuk mencapai tujuannya, sehingga berbagai

kegiatan harus dilakukan organisasi untuk meningkatkannya (Hariandja,

2007, p.195) Menurut Handoko (1987, p.135) menyatakan bahwa kinerja

adalah ukuran terakhir keberhasilan seorang karyawan dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Berdasarkan jawaban kuesioner yang diisi responden, kinerja

karyawan Hotel Midtown juga mengalami penurunan dilihat dari 3 indikator

yang paling dominan dari 8 indikator, yaitu quality of work, quantity of work

dan, job knowledge. Hal ini dikarenakan adanya komunikasi yang terhambat,

sehingga mempengaruhi kinerja karyawan. Secara umum, responden

menyatakan dengan adanya kondisi atau suasana yang tidak mendukung

dalam berkomunikasi akan menyebabkan pesan yang disampaikan tidak dapat

dicerna dengan baik. Kemudian dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam

memaknai pesan yang ada. Secara tidak langsung akan dapat mengganggu

pekerjaan menjadi tidak efektif dan pada akhirnya tidak mencapai target yang

diinginkan. Kesalahan mengucapkan kalimat dapat membuat pekerjaan salah,

sehingga harus membenahi dan pekerjaan yang ada tidak dapat diselesaikan

tepat waktu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan staff divisi Rooms, Rina, usia 39

tahun, masa kerja 1 tahun mengatakan bahwa kesalahpahaman yang terjadi

karena pesan yang disampaikan tidak dimengerti dengan baik, dapat

menghambat pekerjaan yang ada menjadi tidak dapat mencapai target dan

deadline yang ditentukan. Selain itu hasil kerja yang telah ditugaskan tidak

dapat dilakukan dengan baik. Responden yang tidak mengerti atau menguasai

Page 101: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

152

Universitas Kristen Petra

pekerjaan yang diberikan juga dapat menurunkan kinerja karyawan. Sebagai

contoh pada saat karyawan yang satu menjelaskan event yang akan dilakukan

di Hotel Midtown kepada karyawan yang lain, ternyata karyawan tersebut

salah memaknai pesan yang ada, dan memberikan informasi yang salah

kepada rekan kerja lainnya. Pada akhirnya, seluruh pekerjaan menjadi salah,

harus melakukan revisi, dan tidak dapat selesai sesuai waktunya.

Responden juga tidak mampu memahami tugas-tugas yang diberikan.

Dengan kata lain tidak memiliki pengetahuan yang luas. Hal ini yang dapat

menurunkan kinerja karyawan. Gomes (1995, p.142) mengatakan bahwa

penilaian kinerja karyawan yang baik harus memiliki quality of work¸

quantity of work, dan job knowledge. Pada kenyataanya, responden dalam

penelitian ini tidak dapat melakukannya dengan baik dikarenakan komunikasi

yang terhambat. Komunikasi merupakan salah satu unsur penting yang

menandai kehidupan dalam suatu organisasi. Ketika organisasi itu berharap

dapat bekerja dalam sebuah manajemen yang efisien, maka di dalamnya mesti

dilakukan langkah-langkah komunikasi internal secara terencana (Suranto,

2005, p.55).

Hubungan antara komunikasi dengan kinerja karyawan secara

sederhana dapat dideskripsikan bahwa efektivitas komunikasi akan

meningkatkan kinerja organisasi. Karena semua pekerjaan dalam organisasi

pada kenyataannya saling berhubungan. Kurang baiknya kinerja sebuah divisi

akan berpengaruh negatif pada divisi lain, serta terhadap organisasi itu

sendiri. Komunikasi meningkatkan keharmonisan kerja dalam organisasi.

Sebaliknya, apabila tidak ada komunikasi, maka koordinasi akan terganggu.

Akibatnya disharmonis yang akan mengganggu proses pencapaian target dan

tujuan organisasi (Suranto, 2005, p.57).

Pada penelitian ini, tingkat hambatan komunikasi secara keseluruhan

melalui skala interval dinyatakan tinggi dilihat dari hambatan teknis,

semantik dan perilaku. Tingkat kinerja karyawan melalui skala interval

memiliki kategori rendah dan tinggi. Kinerja karyawan yang rendah terlihat

dari quality of work, quantity of work, dan job knowledge, sedangkan

indikator lainnya dalam kategori tinggi. Dari hasil uji regresi linear sederhana

terlihat bahwa hambatan komunikasi mempengaruhi kinerja karyawan Hotel

Page 102: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

153

Universitas Kristen Petra

Midtown sebesar 23,3%. Dengan demikian dikatakan bahwa hambatan

teknis, semantik dan perilaku mempengaruhi quality of work, quantity of

work, dan job knowledge karyawan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan HRD (Sari, usia 29 tahun, masa

kerja 1 tahun) menjelaskan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan

hambatan komunikasi terjadi secara keseluruhan dikarenakan latar belakang

pendidikan yang berbeda, latar belakang pengalaman kerja yang berbeda, dan

pimpinan yang kurang melakukan pengawasan secara ketat terhadap

bawahannya. Setiap orang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.

Perbedaan latar belakang yang merupakan suatu gap dapat menimbulkan

hambatan komunikasi (Masmuh, 2010, p.85). Hal ini tampak karena

seringnya terjadi kesalahpahaman karena pendidikan yang berbeda dan

pengalaman kerja yang tidak sama. Metode kerja yang digunakan tiap orang

juga tidak sama, ada yang tetap menggunakan metode kerja yang lama, ada

juga yang baru. Hal-hal seperti ini seringkali terjadi dalam organisasi.

Selain itu, sikap tidak peduli pemimpin organisasi juga merupakan

penghambat dalam proses komunikasi organisasi. Seperti adanya keragu-

raguan yang dimiliki oleh pimpinan, sehingga tidak mampu memberikan

ketegasan pada bawahannya. Akibatnya, saling menutup diri tidak ada

keterbukaan antara atasan dan bawahan (Masmuh, 2010, p.93). Fairhurst

(1993, p.334) berargumentasi bahwa kebijakan yang konvensional

menyarankan bahwa manajemen senior yang tidak nampak sebagai

pendukung dalam upaya perubahan atau ketika visi manajemen senior tidak

efektif menyumbangkan pemikiran kepada orang lain di dalam organisasi

yang sesungguhnya dapat mengubah upaya menuju keberhasilan.

Beberapa penyebab munculnya hambatan komunikasi dalam sebuah

organisasi juga dijelaskan oleh Miller (2009, p.183), yaitu kurangnya

dukungan manajemen (lack of management support), memaksakan perubahan

yang terjadi dalam lingkungan kerja (top manager forcing change), tindakan

yang tidak konsisten dari manajer kunci (inconsistent action by key

managers), memiliki ekspektasi yang tidak realistis (unrealistic expectation),

kurangnya partisipasi dalam semua anggota tim (lack of meaningful

participation), komunikasi yang sangat payah (poor communication), tujuan

Page 103: 4. ANALISIS DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian 4.1 ... · yang lengkap dan modern, mulai dari empat type kamar tamu, restaurant yang memiliki ciri khas Indonesia, ruang meeting,

154

Universitas Kristen Petra

program yang tidak jelas (purpose of program was not clear), dan tanggung

jawab yang tidak teridentifikasi seperti seharusnya (responsibility for change

not properly identified). Pada penelitian ini beberapa penyebab hambatan

komunikasi yang disebutkan di atas menyebabkan komunikasi antar

karyawan menjadi terhambat.

Hambatan komunikasi yang terjadi di atas sangat mempengaruhi

kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya. Namun, kinerja karyawan dapat

menjadi optimal jika terdapat komunikasi yang efektif antara atasan dengan

bawahan. Hal ini didukung dengan pernyataan Jablin

(1987, p.344) yang mengungkapkan bahwa komunikasi antara atasan-

bawahan menghabiskan waktu 1/3 hingga 2/3 waktu mereka untuk berbicara

(“Probably one of the most consistent findings in superior-subordinate

communication research is that supervisors spend from one-third to two-third

of their time communicationg with subordinates”). Dari hasil analisis regresi

linear sederhana dari tabel 4.53 di atas, dapat diketahui jika hambatan

komunikasi tinggi, maka kinerja karyawan rendah. Sebaliknya, jika hambatan

komunikasi menurun, maka kinerja karyawan akan meningkat menjadi lebih

baik. Jadi, hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara hambatan

komunikasi terhadap kinerja karyawan Hotel Midtown Surabaya.