3.PROGRAM PENGENDALIAN PENDENGARAN.docx

20
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri, telah menimbulkan suatu lingkungan kerja, baik yang di inginkan maupun yang tidak diinginkan. Lingkungan kerja ini akan member pengaruh kepada pekerja, baik secara langsung maupun secara bertahap. Salah satu lingkungan kerja yang akan member pengaruh pada pekerja adalah lingkungan fisika seperti kebisingan. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Dan sebagai suatu factor lingkungan fisika, kebisingan diatur juga Nilai Ambang batas (NAB) nya. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Untuk kebisingan di tetapkan NAB nya sebesar 85 dB dan tidak boleh terpapar lebih dari 140 dB walaupun sesaat. 1 Selain itu, kelainan pendengaran yang diakibatkan kebisingan di tetapkan sebagai peyakit yang timbul karena hubungan kerja. Dan Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir. 2 1

Transcript of 3.PROGRAM PENGENDALIAN PENDENGARAN.docx

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri, telah menimbulkan suatu lingkungan kerja, baik yang di inginkan maupun yang tidak diinginkan. Lingkungan kerja ini akan member pengaruh kepada pekerja, baik secara langsung maupun secara bertahap. Salah satu lingkungan kerja yang akan member pengaruh pada pekerja adalah lingkungan fisika seperti kebisingan.Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat- alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Dan sebagai suatu factor lingkungan fisika, kebisingan diatur juga Nilai Ambang batas (NAB) nya. Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Untuk kebisingan di tetapkan NAB nya sebesar 85 dB dan tidak boleh terpapar lebih dari 140 dB walaupun sesaat.1 Selain itu, kelainan pendengaran yang diakibatkan kebisingan di tetapkan sebagai peyakit yang timbul karena hubungan kerja. Dan Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan Kecelakaan Kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.2 Di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan. Tekanan lingkungan tersebut dapat berasal dari faktor kimiawi, fisik, biologis dan psikis. Dari berbagai faktor yang ada, kebisingan merupakan salah satu tekanan lingkungan dari golongan faktor fisik. Efek yang ditimbulkan dari kebisingan berlangsung lama dan bersifat permanen. Untuk melindungi pekerja dari akibat kebisingan di tempat kerja, perusahaan perlu menerapkan sebuah program yang dapat melindungi pekerja. Program tersebut dapat berupa Program Konservasi Pendengaran (Hearing Conservation Program)

1.2 TujuanMembahas tahapan program dalam menjalankan suatu Program Konservasi Pendengaran (Hearing Conservation Program).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI KEBISINGANBising dalam kesehatan kerja, diartikan sebagai suara yang dapat menurunkan pendengaran baik secara kuantitatif (peningkatan ambang pendengaran) maupun secara kualitatif (penyempitan spektrum pendengaran) berkaitan dengan faktor intensitas, frekuensi, durasi, dan pola waktu.Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya, atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang terhalangi gaya hidup. Jika dapat disimpulkan bahwa kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan, kenyamanan, serta dapat menimbulkan ketulian.Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter sebagai berikut.Normal: tidak mengalami kesulitan dalam percakapan (6 m)Sedang: kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak > 1.5 meterMenengah: kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak > 1.5 meterBerat: kesulitan dalam percakapan keras atau berteriak pada jarak >1.5 meterSangat berat: kesulitan dalam percakapan keras atau berteriak pada jarak > 1.5 meterTuli total: kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikasiMenurut ISO derajat ketulian adalah sebagai berikut.Jika peningkatan ambang dengar antara 0-90 dB, disebut tuli sangat berat3

Telinga terdiri dari 3 bagian utama, yaitu sebagai berikut.1. Telinga bagian luarTelinga dari daun telinga dan liang telinga (auditory canal), dibatasi oleh membrane timpani. Telinga bagian luar berfungsi sebagai mikrofon yaitu menampung gelombang suara dan menyebabkan membrane timpani bergetar. Semakin tinggi frekuensi getaran semakin cepat pula membrane tersebut bergetar begitu juga pula sebaliknya.2. Telinga bawah tengahTerdiri atas os yaitu 3 tulang kecil (tulang pendengaran yang halus), Martil-Landasan-Sanggurdi yang berfungsi memperbesar getaran dari membrane timpani dan meneruskan getaran yang telah diperbesar ke oval window yang bersifat fleksibel. Oval window ini terdapat pada ujung dari cochlea.3. Telinga bagian dalamDisebut cochlea dan berbentuk rumah siput. Cochlea mengandung cairan, didalamnya terdapat membrane basiler dan organ cortu yang terdiri dari sel-sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Getaran dari oval window akan diteruskan oleh cairan dalam cochlea, mengantarkan membrane basiler. Getaran ini merupakan impuls bagi organ cortu yang selanjutnya diteruskan ke otak melalui syaraf pendengaran (nervus cochlearis).Untuk mengetahui intensitas bising di lingkungan kerja, digunakan Sound Level Meter. Untuk mengukur nilai ambang pendengaran digunakan Audiometer. Untuk menilai tingkat pajanan pekerja lebih tepat digunakan Noise Dose Meter karena pekerja umumnya tidak menetap pada suatu tempat kerja selama 8 jam ia bekerja. Nilai Ambang Batas intensitas bising adalah 85 dB dan waktu bekerja maksimum adalah 8 jam per hari. Sound Level Meter adalah alat pengukur suara. Mekanisme kerja SLM apabila ada benda bergetar, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang dapat ditangkap oleh alat ini, selanjutnya akan menggerakan meter penunjuk. Audiometer adalah alat untuk mengukur nilai ambang pendengaran. Audiogram adalah chart hasil pemeriksaan audiometri. Nilai ambang pendengaran adalah suara yang paling lemah yang masih ddapat didengar telinga.Nilai ambang batas kebisingan adalah angka dB yang dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. SE-01/MEN/1978, nilai ambang batas untuk kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktuu terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya. 3

Waktu maksimum bekerja adalah sebagai berikut. 382 dB: 16 jam per hari85 dB: 8 jam per hari88 dB: 4 jam per hari91 dB: 2 jam per hari97 dB: 1 jam per hari 100 dB: jam per hari

2.2 JENIS KEBISINGANBerdasarkan sifat dan spectrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas.1. Bising yang kontinyu dengan spektrum frekuensi yang luas. Bisingin telatif tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0.5 detik berturut-turut. Misalnya mesin, kipas angin.2. Bising yang kontinyu dengan spectrum frekuensi yang sempit. Bising ini juga relatif tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi 500, 1000, dan 4000 Hz). Misalnya gergaji sekuler, katup gas.3. Bising terputus-putus (intermitten). Bising di sini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan ada periode relative tenang. Misalnya suara lalu lintas, kebisingan di lapangan terbang.4. Bising impulsive. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan pendengarnya. Misalnya tembakan, suara ledakan mercon, meriam.5. Bising impulsive berulang. Sama dengan bising impulsif, hanya saja disini terjadi secara berulang-ulang. Misalnya mesin tempa. 3Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia bising dibagi atas sebagai berikut.1. Bising yang mengganggu (Irritating noise). Intensitas tidak terlalu keras. Misalnya mendengkur2. Bising yang menutupi (Masking noise). Merupakan bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas. Secara tidak langsung bunyi ni akan membahayakan kesehatan dan keselamatn tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda bahaya tenggelam dalam bising sumber lain.3. Bising yang merusak (Damaging/Infurious noise) adalah bunyi yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi jenis ini akan merusak atau menurunkan fungsi pendengaran.32.3 PENGARUH BISING TERHADAP TENAGA KERJABising menyebabkan berbagai gangguan teerhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi, dan ketulian atau ada yang menggolongkan gangguan berupa gangguan auditory, misalnya gangguan terhadap pendengaran dan gangguan non auditory seperti komunikasi terganggu, ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performance kerja, kelelahan dan stress.1. Gangguan fisiologisGangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi, basal metabolisme, konstruksi pembuluh darah kecil terutama pada bagian kaki, dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.2. Gangguan psikologisGangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, emosi, dan lain-lain. Pemaparan jangka waktu lama dapat menimbulkan penyakit, psikosomatik seperti gastritis, penyakit jantung coroner, dan lain-lain.3. Gangguan komunikasiGangguan komunikasi ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan mungkin terjadi kesalahan, terutama bagi pekerja baru yang belum berpengalaman. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung akan mengakibatkan bajaya terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja, karena tidak mendengar teriakan atau isyarat tanda bahaya dan tentunya akan dapat menurunkan mutu pekerjaan dan produktifitas kerja.4. Gangguan keseimbanganGangguan keseimbanagn in mengakibatkan fisiologis seperti kepala pusing, mual, dan lain-lain.5. Gangguan terhadap pendengaran (ketulian)Diantara sekian banyak gangguan yang ditimbulan oleh bising, gangguan terhadap pengenaran adalah gangguan paling serius karena dapat menyebabkan hilangnya pendengaran atau ketulian. Ketulian ini dapat bersifat progresif atau awalnya bersifat sementara tapi bila bekerja terus meneruss di tempat bising tersebut maka daya dengar akan menghilang secara menetap atau tuli. 3Tuli sementara (Temporary Treshold Shift) diakibatkan pemaparan terhadap bising dengan intensitas tinggi, tenaga kerja akan mengalami penurunan daya dengar yang sifatnya sementara. Biasanya waktu pemaparannya terlalu singkat. 3 Apabila kepada tenaga kerja diberikan waktu istirahat secara cukup, daya dengarnya akan pulih kembali kepada ambang dengar semula dengan sempurna.Tuli menetap (Permanent Treshold Shift) biasanya akibat waktu pemaparan yang lama (kronis). Besarnya PTS dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut. Tingginya level suara Lama pemaparan Spektrum suara Temporal pattern, bila kebisingan yang kontinyu maka kemungkinan terjadinya TTS akan lebih besar Kepekaan individu Obat-obatan, beberapa obat dapat memperberat (pengaruh sinergistik) ketulian apabila diberikan bersamaan dengankontak suara. Misalnya quinine, aspirin, streptomisin, kanamycin, dan beberapa obat lainnya. Keadaan keseharanAdapun faktor yang berpengaruh terhadap ketulian sebenarnya dapat disebabkan oelh pekerjaan (occupational hearing loss), misalkan akibat kebisingan, trauma akustik, dapat pula disebabkan oleh bukan karena kerja (non-occupational hearing loss). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketulian akibat kerja (occupational hearing loss) adalah sebagai berikut. Intensitas suara yang terlalu tinggi Usia karyawan Ketulian yang sudah ada sebelumnya (pre employment hearing impairment) Tekanan dan frekuensi bising Lamanya bekerja Jarak dari sumber suara Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja3

2.4 PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN2.4.1 Tujuan ProgramUmumMeningkatkan produktivitas kerja melalui pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dengan melaksanakan program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur dalam perusahaan3Khususa. Mengetahui tingkat kebisingan pada lokasi kerja sesuai karakteristik kegiatannyab. Meningkatkan upaya pencegahan ketulian akibat bising melalui upaya mengurangi paparan terhadap pekerja, baik secara teknis maupun administratifc. Deteksi dini adanya kasus Noise Induced Hearing Loss dan mencegah Temporary Threshold Shift (TTS) yang timbul menjadi permanend. Meningkatkan pengetahuan karyawan mengenai kebisingan dan pengaruh terhadap kesehatane. Meningkatkan disiplin dan keasdaran dalam penggunaan alat pelindung diri terhadap kebisinganf. Menumbuhkan perubahan perilkau karyawan dan semua unsur terkait kearah yang mendukung program di atas, melalui program promosi kesehatan di tempat kerja32.4.2 ManfaatBagi Perusahaan Sesuai dengan perundagan yang berlaku (taat hukum) Meningkatkan kinerja (produktifitas) dan efisiensi Meningkatkan moral dan kepuasan pekerja sehingga terbina hubungan baik Mengurangi angka kecelakaan, kesakitan, hilangnya hari kerja, menurunkan turn over rate serta absenteeism (loss time) Menekan biaya kesehatan akibat preventable diseases serta klaim kompensasi Menghindarai terjadinya kehilangan tenaga kerja yang terampil dan skilledBagi Karyawan Mencegah terjadinya ketulian akibat bising yang bersifat menetap dan irreversible. Bisa mengurangi stressManfaat Bersama Membangun komitmen untuk selalu bersama-sama memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja Meningkatkan Safety Awarness di kalangan karyawan Perubahan perilaku yang tumbuh nantinya akan menjadi gaya hidup positif yang tidak hanya mendukung program konservasi pendengaran saja, namun juga akan membawa perubahan perilaku yang positif dalam permasalahn kesehatan lainnya, seperti mengurangi kebiasan merookok serta gaya hidup sehat lainnya. 3

2.4.3 Aktifitas yang TercakupProgram ini mencakup aktifitas berikut:a. Survey paparan kebisinganIdentifikasi area dimana pekerja terekspose dengan level kebisingan yang berbahaya. Pada daerah kerja yang telah ditetapkan tadi, dilakukan penelitian tingkat kebisingan (analisis kebisingan). Untuk mengukur tingkat intensitas kebisingan digunakan Sound Level Meter, tetapi bila ingin pengukuran lebih detail, maka menggunakan Sound Level Meter yang dilengkapi Octave Band Analyzer atau enggan menggunakan Noise Dose Meterb. Test PendengaranTerhadap karyawan yang bekerja di area tersebut, dilakukan pemeriksaan pendengarannya secara berkala setahun sekali. Sebeleum diperiksa karyawan harus dibebaskan dari kebisingan di tempat kerjanya selama 16 jam.Dalam usaha memberikan perlindungan secara maksimum terhadap pekerja NIOSH menyarankan untuk melakukan pemeriksaan audimetri sebagai berikut. Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di daerag kerja yang bising Secara berkala (periodik/tahunan) Pekerja yang terpapar kebisingan > 85 dBA selama 8 jam sehari, pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas bising Secara khusus pada waktu tertentu Pada akhir masa kerjaAda beberapa macam audiogram untuk pemeliharaan pendengaran yaitu : Audiogram dasar (Baseline Audiogram), pada awal pekerja bekerja di kebisingan Monitor (Monitoring Audiogram), dilakukan kurang dari setahun setelah audiogram sebelumnya Test Ulangan (retest audiogram) Test Konfirmasi (Confirmation Audiogram), dilakukan bagi pekerja yang retest audiogramnya konsisten menunjukaan adanya perubahan tingkat pendengaran3 Test Akhir (Exit Audiogram), dilakukan bilamana pekerja berhenti bekerjac. Pengendalian KebisinganPada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap sebagaik berikut.Terhadap sumbernya dengan cara: Desain akustik, dengan mengurangi vibrasi, mengubah struktur dan lainnya. Substitusi alat Mengubah proses kerjaTerhadap perjalanannya dengan cara: Jarak diperjauh Akustik ruangan EnclosureTerhadap penerimanya dengan cara : Alat pelindung telinga Enclosure (mis. dalam control room) Administrasi dengan rotasi dan mengubah schedule kerjaSelain dari ketiga di atas, dapat juga dilakukan dengan melakukan sebagai berikut.Pengendalian secara teknis (Engineering Control) dengan cara : Pemilihan equipment / proses yang lebih sedikit menimbulkan bising Dengan melakukan perawatan (maintainance) Melakukan pemasangan penyerap bunyi Mengisolasi dengan melakukan peredaman (material akustik) Menghindari kebisinganPengendalian secara administratif (Administrative Control) dengan cara : Melakukan shift kerja Mengurangi waktu kerja Melakukan training Langkah terakhir dalam pengendalian kebisingan adalah dengan melakukan alat pelindung pendengaran (earplug, earmuff, dan helmet). Pengendalian kebisingan dapat dilakukan juga dengan pengendalian secara medis yaitu dengan cara pemeriksaan kesehatan secara teratur. 3

d. Alat pelindung pendengaranPemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang harus dilakukan. Alat pelindung diri yang dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga mencapai level TWA atau kurang dari itu, yaitu 85 dB. Ada 4 jenis alat pelindung pendengaran yaitu : 1. Sumbat telinga (earplug), dapat mengurangi kebisingan 8-30 dB. Biasanya digunakan untuk proteksi samapai dengan 100 dB. Beberapa tipe dari sumbat telinga antara lain : Formable type, Costum-molded type, Premolded type.2. Tutup telinga (earmuff), dapat menurunkan kebisingan 25-40 dB. Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 dB.3. Helm (helmet), mengurangi kebisingan 40-50 dBFaktor yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan alat pelindung telinga adalah : Alat pelindung telinga harus dapat melindungi pendengaran dari bising yang berlebihan Harus ringan, nyaman dipakai, sesuai dengan efisien (ergonomic) Harus menarik dan harga yang tidak terlalu mahal Tidak mudah rusake. Pendidikan dan MotivasiSemua pekerja yang berhak mengikuti program konservasi pendengaran, harus mendapatkan pendidikan dan training yang cukup setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak ada program pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan edukasi pada dasarnya sasarannya adalah perilaku pekerja. Mengingat program pendidikan ini sangat penting, maka harus direncanakan dengan baik dan mencakup hal-hal yang relevan, yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut. Standart penanganan dampak kebisingan akibat kerja yang rasional dan jelas Dampak kebisingan terhadap pendengaran Kebijakan perusahaan dengan pengontrolan yang baik yang telah dilaksanakan maupun rencana kedepan Audiometri yaitu menjelaskan bagaimana peranan audiometri dalam mencegah hilangnya pendengaran akibat kebisingan, bagaimana melakukan test itu sendiri, interpretasinya serta implikasi yang timbul dari hasil test. Tanggung jawab individual, dengan diskusi mengenai sumber kebisingan, bagaimana mengontrolnya serta usaha mencegahnya agar tidak mengganggu kesehatan dikemudian hari. 3f. Pencatatan dan LaporanInformasi yang harus tersimpan dalam pencatatan dan pelaporan yaitu sebagai berikut.Data hasil pengukuran kebisingan : Departemen dan lokasi yang disurvey beserta hasilnya Alat yang dipakai serta kalibrasi Daftar nama karyawan yang terpapar di atas 85 dBA Daftar area kerja dengan kebisingan di atas 85 dBAData control teknikal/administrative Data instalansi control teknik secara lengkap beserta evaluasinya Data perawatan mesin secara teratur Data karyawan yang mendapatkan perilakuan secara administrativeData hasil audiometri Data hasil pemeriksaan audiometri dari masing-masing karyawan lengkap dengan nama, umur, job description, tanggal pelaksanaan audimetri, dan sebagainya. Pre-employment atau pre-exposure audiogram Termination atau exit audiogram Hasil review dari audiogram Nama teknisi yang melaksanakan audiometri serta sertifikasi yang dimilikinyaData Alat Pelindung Diri Tanggal mulai pemberian APD pada karyawan Merk dan ukuran APD yang dipakai Data pendidikan penggunaan dan perawatan APD Data hasil inspeksi penggunaan APD Kalkulasi efek penurunan level kebisingan dari APD yang dipakai, untuk melihat efektivitas alat.Data Pendidikan dan Pelatihan Isi program pendidikan dan pelatihan tahunan Nama presenter serta metode pelatihan yang digunakan Nama-nama peserta pelatihan Hasil evaluasi pelatihan3

Data Evaluasi Program Dokumentasi tahunan berkenaan pengukuran kebisingan, performance dari APD, serta review hasil audiometri Data usulan perubahan atau tambahan dalam pedoman program konservasi pendengarang. Evaluasi program Penting dilakukan disini antara lain : Mereview apakah program pemeliharaan pendengaran di atas sudah dilakukan secara menyeluruh dan juga kualitas pelaksanaa masing-masing komponennya. Membandingkan baseline audiogram dengan audiogram lainnya untuk mengukur keberhasilan usaha pencegahan tersebut. Identifikasikan apakah ada daerah yang dikontrol lebih lanjut Buat check list yang spesifik untuk masing-masing daerah kerja untuk meyakinkan apakah semua komponen program telah ditindak lanjuti sesuai standard yang berlakuUntuk pengembangan kedepan perlu dilihat adanya faktor-faktor baik yang menghambat maupun yang mendukuang antara lain sebagai berikut.Faktor Pendukung Adanya visi dan misi perusahaan, jelas menggambarkan bahwa exspan ingin maju bersama dengan stakeholdernya Dukungan dana yang realatif longgarFaktor Penghambat Belum nampak adanya suatu komitmen bersama untuk mengatasi hal ini, menambah sebab kegagalannya program konservasi pendengaran ini Pihak karyawan yang terpapar, yaitu kurangnya pemahaman bahwa pajanan kebisingan untuk jangka waktu lama akan membawa dampak yang buruk terhadap kesehatan dan kurangnya kesadaran tentang penggunaan APD Pihak pimpinan dan pengawasan kerja, adanya pemahaman yang kurang atau keliru serta sikap dan perilaku yang tidak seimbang Kerja sama lintas departemen, semua pihak tidak bertanggung jawab serta kurang merasa terlibat dengan program ini. 3

BAB III. PENUTUP

3.1 KESIMPULAN Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang dapat merugikan kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran dan bila pemaparan dalam waktu lama akan menyebabkan ketulian Pada dasarnya pengendalian kebisingan dapat dilakukan terhadap sumbernya, perjalanannya, dan penerimanya. Selain itu dapat juga dengan melakukan pengendalian secara teknis (Engineering Control), pengendalian secara administratif (Administrative Control), dan langkah terakhir adalah penggunaan alat pelindung diri. Pencegahan ketulian akibat bising di tempat kerja dapat dilakukan dengan program konservasi pendengaran yang melibatkan seluruh unsur perusahaan dengan memberikan pengetahuan dan pendidikan kepada karyawan mengenai kebisingan dan pengaruhnya terhadap kesehatan dan melakukan promosi kesehatan di tempat kerja Menggunakan alat pelindung diri (APD) dalam melakukan pekerjaan yang terpapar langsung dengan kebisingan di tempat kerja dan APD yang digunakan harus memberikan perlindungan rasa aman dan nyaman terhadap pemakainya.

DAFTAR PUSTAKA1. KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : KEP51/MEN/I999 TENTANG NILAI AMBANG BATAS FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

2. Peraturan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:22 TAHUN 1993 (22/1993) Tentang:PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA

3. Buchari. Kebisingan industry dan Hearing Consevation Program. 2007. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.pdf

14