3.Pmhsn Kadar Lemak
-
Upload
deulis-apipah -
Category
Documents
-
view
48 -
download
18
Transcript of 3.Pmhsn Kadar Lemak
Deulis Apipah240210100017
3A
V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Lemak dan minyak merupakan zat makann penting untuk menjaga
kesehata tubuh manusia. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber
energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Satu
gram minyak atau lemak dapat menghasilkan 9 kkal, sedangkan sedangkan
karbohidrat dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak atau lemak,
khususnya minyak nabati, mengandung lamak-lemak esensial seperti asam
linoleat, linolenat, dan arakidonat yang dapat mencegah penyempitan pembuluh
darah akibat penumpukan kolestrol. Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai
sumber dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K (Winarno, 1991).
Lemak dalam pangan juga berfungsi untuk menigkatkan palatibilatas (rasa
enak, lezat). Sebagian besar besar senyawa atau zat yang bertanggunga jawab
terhadar flavor pangan bersifat larut dalam dalam lemak. Juga diduga bahwa
lemak dalam pangan akan menstimulir mengalirnya cairan pencernaan (Muchtadi,
2008).
Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak atau lipida pada
umumnya tidak larut dalam pelarut organik. Pemilihan bahan pelarut yang paling
sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan derajat polaritasnya. Pada
dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya.
Karena polaritas lipida berbeda-bedamaka tidak ada bahan pelarut umum untuk
semua macam lipida. Salah satunya adalah senyawa trigliserida yang bersifat
nonpolar akan mudah dieksrtaksi dengan pelarut-pelarut nonpolar misalnya
heksan atau petroleum ether (Sudarmadji, 2010).
Selain itu mengekstraksi lemak secara murni sangat sulit dilakukan, sebab
pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat yang larut dalam
lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen karotenoid,
khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari air agar bahan-
bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan
keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang. Pelarut ini seperti dietil eter,
hexana, benzena, dan lain-lain.
Deulis Apipah240210100017
3A
Ada dua kelompok umum untuk mengekstraksi lemak yaitu metode
ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah. Metode yang digunakan pada
praktikum ini adalah metode kering pada ekstraksi lemak yang mempunyai
prinsip bahwa mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut
dari sampel yang telah kering benar dengan menggunakan pelarut anyhidrous.
Keuntungan dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana,
bersifat universal, dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini
membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar
dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai lemak.
Metode kering pada paktikum ini dilakukan dengan ekstraksi soxhlet.
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan
dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet ini dipilih karena pelarut yang
digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui
sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang
digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah pelarut yang digunakan harus
mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
(Anonim, 2008)
Deulis Apipah240210100017
3A
Pelarut yang digunakan pada praktikum ini adalah heksana yang
merupakan bahan kimia yang terbuat dari minyak mentah. Normal heksana tidak
berwarna dan memiliki bau yang tajam. Bahan ini mudah terbakar dan uapnya
bersifat eksplosif. Kebanyakan heksana digunakan pada industri sebagai pelarut.
Pelarut yang menggunakan n-heksana bisanya digunakan untuk mengestrak
minyak sayuran dari hasil pertanian, seperti kedelai. Pelarut ini juga digunakan
sebagai agen pembersih pada percetakan, tekstil, furniture, dan industri
pembuatan sepatu. Heksana larut hanya pada air. Kebanyakan heksana yang
tumpah di air akan mengapung ke permukaan dimana heksana akan menguap ke
udara. Selain itu, heksana merupakan salah satu pelarut yang sering digunakan
karena harganya relatif murah, kurang berbahaya terhadap risiko kebakaran dan
ledakan, dan lebih selektif untuk lipida nonpolar (Sudarmadji, 2010).
Sampel yang digunakan pada metode soxhlet ini adalah sampel yang
mengandung kadar air yang sedikit, yaitu kacang merah, kemiri, wijen, susu
bubuk full cream, dan tepung santan. Karena sampel kering, maka pelarut yang
dipilih harus bersifat tidak menyerap air. Apabila sampel masih mengandung
kadar air tinggi maka bahan pelarut akan sulit masuk ke dalam jaringan sel dan
pelarut menjadi jenuh dengan air selanjutnya ekstraksi lemak kurang efisien.
Selain itu adanya air akan menyebabkan zat-zat yang larut dalam pula
teresktraksi bersama lemak sehingga hasi lanalisa kurang mencerminkan yang
sebenarnya (Sudarmadji, 2010).
Langkah awal sebelum pengukuran, sampel yang belum halus seperti
kacang tanah, kemiri, dan wijen harus dihaluskan terlebih dahulu menggunakan
mortar dan pastel. Penghalusan dilakukan agar sampel dapat dimasukkan ke
dalam alat dan juga dapat diekstraksi dengan lebih mudah. Sampel yang telah
halus selanjutnya akan ditimbang pada timbangan analitik sebanyak kurang lebih
3 gram lalu dibungkus dengan kertas saring (hull) dan diikat untuk kemudian
dimasukkan ke dalam thimble. Thimble adalah selongsong tempat sampel yang
ada pada perangkat Soxhlet. Thimble yang sudah terisi sampel dimasukan ke
dalam Soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat
pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan Soxhlet.
Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan .
Deulis Apipah240210100017
3A
Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati Soxhlet menuju ke pipa
pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor
mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke
thimble. Pelarut melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul
dalam thimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat
sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai
refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 2 jam. Setelah proses
ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan
dikeringkan (Darmasih 1997). Kemudian kadar lemaknya dihitung dengan
menggunakan rumus:
% lemak = berat lemak (g)berat sampel ( g )
x100%
Tabel 5.1. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar Lemak Dengan Metode Soxhlet
Kelompok SampelBerat cawan (gram)
Berat Sampel (gram)
Berat Lemak + Cawan (gram)
Berat Lemak (gram)
% Lemak
1Kacang Tanah
103,46 3,0208 104,5316 1,0716 35,47%
2 Kemiri 107,12 3,0475 108,8272 1,7072 56,01%3 Wijen 100,22 3,001 101,3633 1,1433 38,09%
4Susu
Bubuk104,70 3,0132 105,0159 0,3159 10,48
5Tepung Santan
102,88 3,0007 104,6840 1,804 60,11%
6Tepung Santan
103,767 3 105,542 1, 775 59,17%
7Susu
Bubuk105,052 3 105,284 0,232 7,74%
8Kacang Tanah
105,052 3 107,783 1,434 47,79%
9 Wijen 105,984 3 106,988 1,69 56,33%10 Kemiri 104,886 3 106,662 1,776 59,22%
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2012)
Tabel 5.2. Rata-Rata Kadar Lemak Sampel:
No Sampel % kadar lemak1 Kacang tanah 41,63%
Deulis Apipah240210100017
3A
2 Kemiri 57,615%
3 Wijen 47,21%
4 Susu bubuk full cream 9,11%
5 Tepung santan 59,64 %
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2012)
Berdasarkan literatur kadar lemak sampel tersebut adalah:
No Sampel % kadar lemak
1 Kacang tanah 42,7%2 Kemiri 63%3 Wijen 51,1%
4 Susu bubuk full cream 10%
5 Tepung santan 34,3 %
Setelah perhitungan berdasarkan berat sampel, berat labu lemak awal, dan
labu lemak akhir menggunakan rumus yang ditentukan, setelah hasilnya dirata-
ratakan maka didapatkan kadar lemak yang berbeda-beda dari ke lima sampel
dengan kadar lemak masing-masing sampel yang terdapat pada literatur. Pada
sampel kacang tanah, kemiri, dan wijen kadar lemak yang didapatkan pada
praktikum lebih kecil dibandingkan dengan literatur. Hal ini dapat terjadi ketiga
sampel tersebut merupakan sampel yang harus dihaluskan terlebih dahulu dengan
mortar sebelum dilakukan ekstraksi. Penghancuran (pelembutan, penghalusan)
merupakan perlakuan pendahuluan yang sangat penting sebelum dilakukan
ekstraksi. Penghancuran dalam jumlah sedikit dapat dilakukan dengan mortar
dengan bantuan sejumlah tertentu pasir kering bebas lemak yang ditambahkan
pada sampel yang berfungsi untuk menjaga kehilangan minyak pada saat
penghalusan (Sudarmadji, 2010). Sedangkan pada praktikum tidak dilakukan
penghalusan dengan ditambahkan pasir tersebut sehingga besar kemungkinan
minyak yang terkandung dalam sampel hilang sebelum ekstraksi dan mengurangi
ketepatan pada saat perhitungan kadar lemak sampel tersebut.
Sedangkan untuk sampel susu bubuk dan tepung santan tidak diberi
perlakuan penghalusan, akan tetapi kadar lemak yang dihasilkan pada praktikum
hasilnya tidak sama juga. Sampel susu bubuk kadar lemaknya hampir sama
Deulis Apipah240210100017
3A
dengan literatur, sedangkan untuk tepung santan selisih dari hasil praktikum dan
literatur sangat jauh. Hal ini dapat kemungkinan terjadi karena proses soxhlet
yang kurang lama sehingga lemak yang terdapat dalam sampel belum teruapkan
semua.
Apabila sampel kering dapat dilakukan dengan metode kering yaitu
dengan metode soxhlet sesuai dengan percobaan diatas, maka sampel yang
berbentuk cair dapat ditentukan kadar lemaknya dengan menggunakan botol
Babcock (Sudarmadji, 2010).
(Anonim, 2008)
Penentuan lemak dengan botol Babcock sangatlah sederhana. Sampel yang
telah ditimbang dengan teliti dimasukkan ke dalama botol Babcock. Pada leher
botol Babcock ini dilengkapi dengan skala ukuran volume. Sampel yang dianalisa
asam sulfat pekat (95%) untuk merusak emulsi lemak sehingga lemak akan
terkumpul menjadi satu pada bagian atas cairan. Pemisahan lemak dari cairannya
akan lebih sempurna bila dilakukan sentrifugasi. Rusaknya emulsi lemak
dikarenakan asam sulfat dapat merusak lapisan film yang menyelimuti globula
lemak yang bisanya terdiri dari senyawa protein. Dengan rusaknya senyawa
protein (denaturasi atau koagulasi) maka memungkinkan globula lemak yang satu
akan akan bergabung dengan globula lemak yang lain dan akhirnya menjadi
kumpulan lemak yang lebih besar dan akan mengapung di atas cairan. Setelah
disentrifugasi lemak akan semakin jelas terpisah dengan cairannya dan agar
dibaca banyaknya lemak maka ke dalam botol ditambahkan aquades panas sampai
lemak atau minyak tepat pada tanda skala bagian atas, dengan demikian
banyaknya lemak atau minyak dapat secara langsung dibaca/diketahui. Asam
sulfat yang berfungsi untuk merusak emulsi minyak dapat diganti dengan senyawa
lain misalnya detergent yang bersifat anion yaitu Dioktil sodiumfosfat atau
Deulis Apipah240210100017
3A
memakai detergent yang mengion tetapi hidrofil yaitu polioxiethilen sorbitan
monolaurat (Sudarmadji, 2010).
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan praktikum ini adalah :
Penentuan kadar lemak sampel kering dapat dilakukan dengan metode kering
yaitu metode Soxhlet, sedangkan penentuan kadar lemak sampel cair dapat
dilakukan dengan metode Babcock.
Persen kadar lemak yang terkandung dalam suatu bahan dapat dilakukan
dengan cara menghitung berat lemak dibagi dengan berat sampel, kemudian
dikalikan 100%.
Bantuan sejumlah tertentu pasir kering bebas lemak yang ditambahkan pada
sampel yang berfungsi untuk menjaga kehilangan minyak pada saat
penghalusan.
Kadar lemak yang dihasilkan pada praktikum dengan yang terdapat pada
literatur berbeda.
Deulis Apipah240210100017
3A
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Dr.RH : Analisis Makanan_3. Analisis Lemak. Diakses 17 Maret 2012.
Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet. peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf. (diakses pada tanggal 2 Maret 2011)
Muchtadi, Deddy. 2008. Pengantar Ilmu Gizi. Penerbit : Alfabeta. Bandung.
Sudarmadji, Slamet 2010. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.