3.Pediatric Makalah Diare 3

41
1 1. DATA / IDENTITAS Identitas Pasien Nama Pasien : By. SA Umur : 13 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki BB : 8,2 Kg Masuk RS : 9 Juni 2014, Jam 19.40 Tgl Pemeriksaan : 9 Juni 2014, Jam 19.45 Identitas Orang Tua AYAH IBU Nama Ayah : Tn. M Umur : 30 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pegawai Swasta Nama Ibu : Ny. E Umur : 26 tahun Pendidikan : SMA Alamat ayah ibu : Junti-Kedokan 2. ANAMNESIS Heteroanamnesis : Ibu os tanggal 9 Juni 2014, Jam 19.40 Keluhan Utama : Mencret Riwayat Keluhan Utama : Sejak 5 hari SMRS ibu mengeluhkan anaknya mengalami mencret. Mencret sekitar 3-5 kali sehari, sebanyak ½ gelas belimbing setiap kalinya. Mencret berupa feses cair berwarna kekuningan disertai sedikit ampas. Tidak disertai lendir dan darah. Bau feses seperti feses biasanya. Keluhan baru pertama kali. Belum pernah berobat. Muntah sejak 3 hari yang lalu,

description

makalah diare 3

Transcript of 3.Pediatric Makalah Diare 3

  • 1

    1. DATA / IDENTITAS

    Identitas Pasien Nama Pasien : By. SA

    Umur : 13 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki

    BB : 8,2 Kg Masuk RS : 9 Juni 2014, Jam 19.40 Tgl Pemeriksaan : 9 Juni 2014, Jam 19.45

    Identitas Orang Tua

    AYAH IBU

    Nama Ayah : Tn. M

    Umur : 30 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pegawai Swasta

    Nama Ibu : Ny. E Umur : 26 tahun Pendidikan : SMA Alamat ayah ibu : Junti-Kedokan

    2. ANAMNESIS

    Heteroanamnesis : Ibu os tanggal 9 Juni 2014, Jam 19.40 Keluhan Utama : Mencret

    Riwayat Keluhan Utama : Sejak 5 hari SMRS ibu mengeluhkan anaknya mengalami mencret.

    Mencret sekitar 3-5 kali sehari, sebanyak gelas belimbing setiap kalinya. Mencret berupa feses cair berwarna kekuningan disertai sedikit ampas. Tidak disertai lendir dan darah. Bau feses seperti feses biasanya. Keluhan baru pertama kali. Belum pernah berobat. Muntah sejak 3 hari yang lalu,

  • 2

    sebanyak 2-3x perhari, muntah yang keluar adalah susu, sebanyak 1 sdm. Sejak muntah anak jadi rewel, mata cekung, tidak mau makan dan minum susu, saat menangis tidak ada air mata yang keluar dan lama-kelamaan terlihat lemas. Demam tinggi dan mengigil sejak 2 hari SMRS. Riwayat asupan bubur susu sejak usia 4 bulan.

    Pola Hidup Ibu mengatakan, sehari-hari anaknya dirawat oleh neneknya. Ibu

    mengakui jarang mencuci tangan ketika akan memberikan ASI dan bubur susu. Sumber air menggunakan air sumur, khusus minum menggunakan air mineral. Jarak antara jamban dengan sumber air >10 meter. Pasien memiliki kebiasaan menggigit mainan dan memasukkan mainan dan tangannya ke dalam mulutnya.

    Riwayat Kehamilan dan Persalinan Selama hamil ibu rutin memeriksakan kandungan ke bidan. Tidak

    pernah mengonsumsi jamu ataupun obat-obatan selain yang diberikan oleh bidan. Pasien merupakan anak dari seorang ibu P1A0 lahir spontan ditolong oleh bidan dengan usia kehamilan 9 bulan, ketika lahir langsung menangis. Berat badan dan panjang badan ketika lahir ibu tidak ingat (menurut bidan normal)

    Riwayat Makanan 0 4 bulan : ASI 4bulan - sekarang : ASI + bubur susu

    Riwayat ASI Ibu mengatakan telah di imunisasi sesuai dengan yang dijadwalkan

    oleh posyandu.

  • 3

    3. PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan Umum Sakit berat Kesadaran Letargik

    Tanda Vital Nadi : 120 x/menit, reguler, dalam TD :

    Suhu : 38,0C

    Pernapasan : 36x/menit, abdominotorakal

    Antropometri

    BB : 8,2 kg PB : 69 cm LK : 41 cm

    Status Gizi

    BB/TB : 0 SD BB/U : -1SD

    TB/U : -3 SD

    Kepala

    Bentuk : bulat simetris Rambut : hitam, halus, tidak mudah rontok Ubun-ubun : ubun-ubun anterior sangat cekung Mata : letak normal, anemis (-), icteric (-), edema palpebra (-), air

    mata (-) Telinga : letak normal, sekret (-) Hidung : letak normal, deviasi septum (-), sekret (-), PCH (-) Mulut : mukosa kering, faring+tonsil tidak dapat dinilai

  • 4

    Leher

    Kelenjar Tiroid: tidak ada pembesaran KGB : tidak ada pembesaran

    Thoraks

    Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris, rtraksi intercostal (-) Palpasi : pergerakan dada normal Perkusi : Normal

    Auskultasi :

    Bunyi paru VBS kanan=kiri, ronki (-), wheezing (-) Bunyi jantung S1, S2 murni regular

    Abdomen Inspeksi : cembung, retraksi epigastrik (-) Palpasi : liver & lien tidak teraba, turgor melambat Perkusi : tympani, pekak samping & lateral (-) Auskultasi: bising usus (+) meningkat

    Genital : testis turun Anus : perianal rash (-) Ekstrimitas Atas : simetris ; akral dingin, CRT > 2 detik Bawah : simetris ; akral dingin, CRT > 2 detik

    Neurologis Refleks fisiologis +/+, Refleks patologis -/-

  • 5

    4. RESUME

    Anamnesis Seorang bayi 13 bulan dengan status gizi kurang dibawa ke rumah

    sakit dengan keluhan utama mencret. Mencret 5 hari, 3-5 x/hari, kuning; lendir & darah (-) Muntah 3 hari, 2-3x/hari, keluar susu Demam 2 hari

    Pasien letargik, mata cekung, tidak mau makan dan minum.

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan umum letargik, febris, nadi dalam dan lemah Status gizi kurang

    Ubun-ubun anterior sangat cekung, kelopak mata cekung, air mata (-) Mukosa mulut dan lidah kering Turgor kembali sangat lambat CRT > 2 detik (Sangat Lambat)

    Diagnosis Banding 1. Diare Akut Non Disentri e.c Viral Infection + Dehidrasi Berat 2. Diare Akut Non Disentri e.c Bacterial Infection + Dehidrasi Berat

    Usulan Pemeriksaan Hematologi (Hb, Leukosit, Eritrosit,Trombosit, Hct, Diff count) Elektrolit (Natrium, Kalium) Feces

    Makroskopis (warna, konsistensi, lendir, darah) Mikroskopis (leukosit, eritrosit, bakteri, amoeba, telur cacing)

  • 6

    5. TATA LAKSANA Stabilisasi Keadaan Umum Tangani Dehidrasi Terapi Simtomatik

    Terapi Supportif

    Tata Laksana Dehidrasi Infus Ringer Laktat

    Loading cepat 100 cc Berikan cairan secara cepat 100 cc/KgBB (TPM) 820 cc 850 cc Dibagi dalam 2 kali pemberian dengan perbandingan 30% (30 menit

    awal) : 70% (2,5jam berikutnya) 250 cc dalam 30 menit awal (125tpm makro) dilanjutkan 600 cc dalam

    2,5 jam berikutnya (60 tpm makro) Pemberian ASI tetap dilanjutkan

    Terapi Simtomatik Ibuprofen Sup : 1X125 mg Paracetamol Infus : 4X120 mg Cefotaxim : 3X500 mg Omeprazole : 2X10 mg Zinc : 1X20 mg

    Probiotik : 1X1

  • 7

    6. HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Hematologi rutin Hasil Nilai Rujukan

    Leukosit 12.000/mm3 4.000-10.000/mm3

    Eritrosit 4,7juta/l 4,4-5 Hemoglobin 11,3 g/dl 10,7-13,1

    Hematokrit 35% 35-43

    Trombosit 451.000/mm3 150.000-450.000

    Hitung jenis Hasil Nilai normal Basofil 0% 0-1

    Eosinofil 2% 1-6

    Neutrofil batang 5% 3-5

    Neutrofil segmen 45% 37-50

    Limfosit 21% 20-40

    Monosit 3% 2-8

    Kimia klinik

    Glukosa Darah Sewaktu

    109 mg/dl 100-200

    7. DIAGNOSIS KERJA Diare Akut Non Disentri e.c Bacterial infection + Dehidrasi Berat

  • 8

    8. Terapi Suportif (Edukasi) Pemberian ASI tetap dilanjutkan Minum air dari sumber air yang bersih dan dimasak Cuci tangan sebelum dan setelah merawat anak serta menyiapkan susu Lepaskan mainan atau tangan anak ketika dimasukan ke dalam mulut Tanda-tanda untuk segera dibawa ke petugas kesehatan, jika :

    BAB cair lebih sering, Muntah berulang, Mengalami rasa haus, Makan dan minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah, Tidak membaik dalam 3 hari

    9. Prognosis Quo Ad Vitam: Ad Bonam Quo Ad Functionam: Ad Bonam

  • 9

    DIARE

    DEFENISI

    Diare adalah buang air besar yang tidak normal dimana terjadi

    perubahan konsistensi tinja dengan frekuensi yang lebih dari 3 kali dalam 24

    jam atau tanpa darah.Diare akut adalah diare yang terjadi dalam waktu tidak

    lebih dari 14 hari.

    ETIOLOGI

    Sebelum dekade 70-an, hanya 20% penyebab diare akut yang bisa di

    ketahui. Saat ini dengan bertambah majunya ilmu kedokteran, telah lebih

    dari 90% penyebab diare akut yang telah diidentifikasi.(4) Adapun penyebab

    diare akut tersebut adalah:

    Infeksi

    1. Virus

    Beberapa jenis virus yang dapat menyebabkan diare aku, antara alain

    Rotavirus, Norwalk virus dan Adenovirus.

    Rotavirus adalah penyebab utama diare pada anak usia di bawah 5

    tahun, terutama usia di bawah 2 tahun. Rotavirus pertama kali di temukan

    oleh Bishop di Australia pada biopsi duodenum penderita diare dengan

    mneggunakan mikroskop elektron. Ternyata kemudian, Rotavirus di

    temukan di seluruh dunia sebagai penyebab diare akut yang paling sering.

    Di Indonesia, pada beberapa penelitian di kota-kota besar Jakarta, Bandung,

  • 10

    dan Yogyakarta angka kejadian yang disebabkan virus dan Adenovirus

    sering menyebabkan diare akut pada anak besar dan dewasa.

    2. Bakteri

    Bebarapa bakteri yang menyebabkan diare akut pada anak:

    a. E. coli spp.

    b. Shigella spp.

    c. Campylobacter spp.

    d. Yersinia spp.

    e. Salmonella spp; dan

    f. Vibrio spp.

    Berikut ini akan dibahas masing-masing bakteri diatas.

    a. E. coli spp.

    Ada 5 subtipe E. coli yang menimbulkan diare akut. E. coli

    merupakan penyebab kedua diare akut setelah Rotavirus dengan

    frekwensi 20-30%, dan E. coli tersebut adalah:

    Entero PathogenicE. Coli (EPEC)

    EPEC melekat pada mukosa usus dengan cara khusus.

    Perlekatan menyebabkan kenaikan kadar kalsium intraseluler

    dan polimerisasiaktin padat pada sisi perlekatan. Bagaimana

    perubahan sitoskeletal ini menyebabkan diare belum jelas.

  • 11

    Entero Toxigenic E. Coli (ETEC)

    Penyebab penting diare cair akut pada orang dewasa dan

    anak-anak dinegara berkembang. ETEC tidak masuk ke

    dalam mukosa usus namun diare yang terjadi disebabkan

    karena toksin. Ada dua jenis toksin ETEC yaitu toksin yang

    tidak tahan panas (heat labile toksin/LT) dan toksin yang

    tahan panas (heat stable/ST). Toksin LT sangat mirip dengan

    toksin kolera, akan terikat pada ganglioside GM1 pada

    dinding sel mukosa usus tapi ikatannya tidak sekuat toksin

    kolera. Kemudian setelah terikat akan mengaktifkan

    adenylate cyclase dengan cara mirip toksin kolera sehingga

    mengakibatkan peningkata sekresi cairan isotonik.

    Sedangkan toksin ST menimbulkan aksi yang sangat cepat

    dan tidak terikat pada ganglioside dari dinding sel

    mukosa,ST bekerja dengan mengaktifkan guanylate cyclase

    dan menghasilkan cGMP pada sel mukosa yang

    mengakibatkan peningkatan sekresi cairan isotonik.

    Entero Invasive E. Coli (EIEC)

    Ada lagi satu strain E. Coli yang menimbulkan diare

    berdarah, karena strain tersebut dapat menembus sel mukosa

    usus besar sehinga terjadi kerusakan dari mukosa usus.

  • 12

    Akibat kerusakan ini terjadi gangguan absorbsi cairan.

    Patogenesis EIEC ini hampir sama dengan Shigella.

    Entero Hemorrhagic E. Coli (EHEC)

    Dua toksin utama dihasilkan oleh EHEC. Satu identik

    dengan shigatoksin, exotoksin Shigella Dysentriae serotipe 1

    penghambat-sintesis protein (SLT-I/VT-I). Kedua lebih jauh

    terkaot dengan Shigatoksin (SLT-II/VT-II). Kedua toksin

    menghambat sintesis protein dan mengakibatkan kematian

    sel.

    Entero Adherent E. Coli (EAEC)

    b. Shigella spp.

    Di negara sedang berkembang, di perkirakan insidens

    Shigella sekitar 10% dari penyebab diare akut, tapi di Indonesia

    hanya 1-2% saja. Ada spesies yang sering menyebabkan diare

    akut, misalnya:

    Shigella flexneri

    Shigella sonnei

    Shigella dysentriae, dan

    shigella boydii : shigella spp menimbulkan diare berdarah

  • 13

    c. Campylobacter spp.

    Diare akut oleh Campylobacter pertama kali dilaporkan pada

    tahun 1972, akan tetapi isolasi kumannya baru dapat dilakukan

    oleh Skirrow pada tahun 1977. Di negara berkembang

    insidensinya berkisar antara 5-14%. Di RS Cipto, Suharyono

    menemukan 5% penyebab diare akut pada tahun 1881,kemudian

    di Bandung oleh Myrna, dkk. 8.39%. Campylobacter juga

    menyebabkan diare berdarah.

    d. Yersinia spp.

    Merupakan bakteri penyebab diare akut berdarah atau

    dysentriform, di Indonesia belum diketahui frekwensinya karena

    belum ada penelitian mengenai hal ini berhubung susahnya

    media untuk perbenihnya.

    e. Salmonella spp.

    Di klinik Salmonella yang menyebabkan diare akut disebut

    sebagai non typhodial Salmonellosis, dan paling sering

    disebabkan oleh Salmonella paratyphi. Lima persen golongan

    Salmonella ini menimbulkan diare berdarah.

  • 14

    f. Vibrio spp.

    Vibrio sering menimbulkan kejadian luar biasa diare akut.

    Ada 2 tipe, yaitu tipe EI Tor dan Klasik dengan dua subtipe

    Ogawa dan Inaba. Insidenya berkisar 1-2% dari diare akut.

    3. Parasit

    Entamoeba Histolytica, insidenya rendah sekali, kurang dari 1%

    Giardia Lamblia biasanya menyerang anak usia 1-5 tahun, terutama

    pada anak dengan KKP. Crytosporidium, di negara berkembang

    frekwensinya anatar 4-11%. Di Indonesia angkanya masih belum

    diketahui. Sering terjadi pada penderita AIDS

    4. Malabsorbsi

    a. Karbohidrat

    - Disakarida ( laktosa, maltosa, sukrosa )

    - Monosakarida ( glukosa, fruktosa, galaktosa )

    b. Lemak : terutama Long Chain Triglyceride

    c. Asam amino : - asam amino

    d. B laktoglobulin

    e. Vitamin dan mineral

    Biasanya terjadi karena malabsorbsi karbohidrat yang

    disebabkan oleh defisiensi enzim laktase sehingga terjadi

  • 15

    intoleransi laktosa. Malabsorbsi tersebut menyebabkan diare

    osmotik karena terjadi peningkatan tekanan osmotik lumen usus

    sehingga cairan tertarik dari intraseluler ke lumen usus. Jarang

    sekali diare akut disebabkan oleh malabsorbsi lemak atau

    protein. Malabsorbsi lemak bisa disebabkan karena lipolisis

    yang tidak memadai misalnya akibat insufisiensi pankreas, dan

    juga disebabkan penurunan garam-garam empedu terkonjugasi.

    5. Alergi

    Diantaranya adalah alergi susu, alergi makanan dan CMPSE (cows

    milk protein sensitive enteropathy)

    6. Keracunan Makanan

    Diare yang terjadi karena keracunan makan terjadi karena :

    Makanan tersebut mengandung zat kimia beracun.

    Makanan mengandung mikroorganisme yang mengeluarkan toksin,

    misalnya: Clostridium spp. dan Staphylococcus spp.

    7. Immunodefisiensi

    Misalnya pada penderita Aquired Immuno Deficiency Syndrome

    (AIDS)

  • 16

    8. Lain-lain

    Misalnya oleh karena defek anatomis, seperti malrotasi, hirschsprungs

    disease dan short bowel syndrome. (2-3)

    KLASIFIKASI DIARE SECARA KLINIS 1. Diare cair akut

    Diare yang terjadi secara akut dan berlangsung kurang dari 14 hari

    (bahkan kebanyakan kurang dari 7 hari), dengan pengeluaran tinja yang

    lunak atau cair yang sering dan tanpa darah. Mungkin disertai muntah dan

    panas. Penyebab yang terpenting diare cair akut pada anak-anak di negara

    berkembang adalah: Rotavirus, Escheria coli enterotoksigenik, shigella sp,

    Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium sp.

    2. Disentri

    Adalah diare yang disertai dengan darah dalam tinja. Akibat penting

    disentri antara lain ialah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat,

    dan kerusakan mukosa usus akibat bakteri invasive. Penyebab utama

    disentri akut adalah shigella. Penyebab lain adalah Campylobacter

    yeyuni, EIEC atau Salmonella sp.

    3. Diare persisten

    Diare yang awalnya bersifat akut namun kemudian berlangsung

    lebih dari 14 hari. Episode ini dapat dimulai sebagai diare cair atau

  • 17

    disentri. Kehilangan berat badan yang nyata sering terjadi. Penyebab

    diare persisten biasanya multipel: EAEC, Shigella, dan Cryptosporum.

    PATOMEKANISME DIARE AKUT

    1. Diare Sekretorik

    Diare Sekretorik adalah diare yang terjadi akibatnya aktifnya enzym

    Adenylat siklase. Enzim ini akan mengubah ATP menjadi cycli AMP.

    Akumulasi cAMP akan menyebabkan sekresi aktif air, ion CI, Na, K dan

    HCO3 ke dalam lumen usus

    Adenylcyclase ini diaktifkan atau dirangsang oleh toksin dari

    mkroorganisme sebagai berikut:

    - Vibrio

    - ETEC

    - Shigela

    - Clostridium

    - Salmonella, dan

    - Campylobacter

    Akan tetapi, toksin yang paling kuat aktifasinya mengaktifkan

    Adenylcyclase adalah toksin dari vibrio.

  • 18

    2. Diare Invasif

    Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme

    ke dalam mukosa usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa

    usus tersebut. Diare invasif disebabkan oleh ;

    Rotavirus (diarenya tidak berdarah)

    Bakteri : Shigella

    Salmonella

    Campylobacter diare berdarah

    EIEC

    Yersina

    Parasit : Amoeba

    Khususnya pada shigella, setelah kuman melewati barier

    asam lamung, kuman masuk ke dalam usus halus dan berkembang

    biak sambil mengeluarkan Etorotoksin ini akan merangsang enzim

    Adenylsiklase merubah ATP menjadi CAMP sehingga terjadi diare

    skretorik (tidak berdarah). Bakteri ini adanya peristaltik usus sampai

    di colon. Di colon, bakteri ini akan melakukan invasi, membentuk

    mikro-mikro ulkus yang disertai dengan serbuan sel-sel radang PMN

    dan menimbulkan gejala diare yang berlendir dan berdarah.

    Pada Rotavirus, setelah masuk ke dalam traktus digestivus,

    berkembang biak dan masuk ke dalam apikal usus halus, kemudian

    bagian apikal dari villu tersebut akan rusak dan diganti dengan

  • 19

    bagian kripta yag belum matang (immatus, berbentuk kuboid atau

    gepeng). Karena sel ini masih immatur, sel ini tidak dapat berfungsi

    normal sehingga menimbulkan diare dan tidak bisa menghasilkan

    enzim laktase atau disakardise panas yang tidak begitu tinggi, batuk

    pilek,dan muntah-muntah.

    9. Diare Osmotik

    Diare Osmotik adalah diare yang terjadi kerena tingginya tekanan

    osmotik di lumen usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke

    dalam lumen, sehingga menimbulkan watery diarhhea. Paling sering di

    sebabkan oleh malabsorpsi karbohidrat.

    KRITERIA DIAGNOSIS

    Anamnesa

    - BAB lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi 3x/hr

    - apakah BAB nya disertai darah (desentri)

    - muntah +/- nyeriperut, panas badan

    Pemeriksaan fisik

    - keadaan umum : tampak lemah

    - kesadaran : komposmentis/ alert

    - suhu tubuh tinggi

    - nadi cepat dan lemah

    - pernapasan agak cepat

  • 20

    - inspeksi : mata cekung , mulut dan bibir kering, berat badan

    menurun (tanda dan gejala dehidrasi)

    - perkusi : adanya distensi abdomen

    - palpasi : turgor kulit kurang elastic

    - auskultasi :terdengar bising normal

    Laboratorium

    - feses ; dapat disertai darah atau lendir, leukosit,

    - darah :gangguan elektrolit dan gangguan hati

    Pemeriksaan penunjang

    - feses rutin

    - lab darah

    MANIFESTASI KLINIS

    1. Diare Sekretorik

    Gejala berupa:

    o diare cair

    o disertai dengan muntah-muntah

    o tidak ada panas badan

    o cepat menyebabkan dehidrasi.

    2. Diare invasif

    Diare yang disebabkan oleh rotavirus menimbulkan gejala berupa:

    o diare cair tanpa berdarah

  • 21

    o panas badan yamg tidak begitu tinggi

    o disertai batuk pilek, muntah

    o biasanya pada usia < 2 tahun.

    Diare yang disebabkan oleh infeksi rotavirus biasanya berlangsung

    selama 4-5 hari, sedangkam morfologi usus dan kapasitas absorbsi biasanya

    kembali normal dalam waktu 2-3 minggu. Sedangkan diare yang bersifat

    dysentriform menimbulkan gejala berupa:

    Tinja berlendir, berdarah

    Diare sering namun sedikit

    Disertai panas badan

    Tenesmus ani

    Nyeri abdomen

    Prolapsus ani.

    3. Diare Osmotik

    Gejala gejala :

    Tinja cair

    Distensi abdomen (kembung): karena banyaknya gas Hidrogen yang

    dihasilkan dari fermentasi karbohidrat oleh mikroorganisme usus.

    Diaper rash : karena meningkatnya asam laktat

    pH asam, klinitest positif

    Breath Hidrogen test (+).

  • 22

    KOMPLIKASI DIARE

    Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :

    1. Kehilangan cairan (dehidrasi)

    Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak daripada input air.

    Untuk menentukan derajat dahidrasi maka dapat dilihat berdasarkan tabel 1.

    Penilaian Derajat Dehidrasi Pemeriksaan A B C Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel* Lesu, tidak sadar* Mata Normal Cekung Sangat cekung dan

    kering Air mata Ada Tidak ada Tidak ada Mulut dan lidah Basah Kering Kering Rasa Haus Minum biasa Haus, minum

    banyak* Malas minum/tidak bisa minum*

    Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat* Kembali sangat lambat*

    Derajat dehidrasi TANPA DEHIDRASI

    DEHIDRASI RINGAN-SEDANG Bila ada satu tanda* ditambah 1 tanda lain

    DEHIDRASI BERAT Bila ada satu tanda* ditambah 1 tanda lain

    Terapi Rencana terapi A

    Rencana terapi B Rencana terapi C

    2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)

    Metabolik asidosis terjadi karena :

    a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses

    b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak

    sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.

    c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.

    d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

    dapat dikeluarkan oleh ginjal.

  • 23

    e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan

    intraselular.

    Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan

    pernapasan, pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut

    pernapasan kuszmaull. Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik

    yaitu usaha dari tubuh untuk mempertahankan pH darah.

    3. Hipoglikemia

    Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi,

    lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal

    ini terjadi karena :

    a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu

    b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.

    Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun

    sampai 40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala

    hipoglikemia tersebut berupa : lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat,

    berkeringat, syok, kejang sampai koma.

    4. Gangguan gizi

    Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan

    akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini

    disebabkan karena :

  • 24

    a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare

    dan/atau muntahnya akan bertambah berat.

    b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.

    c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi

    dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

    5. Gangguan sirkulasi

    Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi

    gangguan sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya

    perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah

    berat. Kemudian dapat mengakibatkan perdarahan di otak yang

    menimbulkan turunnya kesadaran (soporokomatusa) dan bila tidak segera

    ditangani penderita dapat meninggal.

    PENATALAKSANAAN

    Berdasarkan hasil penilaian derajat dehidrasi gunakan bagan

    Rencana Pengobatan yang sesuai :

    - Rencana terapi A untuk penderita diare tanpa dehidrasi

    - Rencana tetapi B untuk penderita diare dengan dehidrasi ringan sedang

    - Rencana tetapi C untuk penderita diare dengan dehidrasi berat

  • 25

    RENCANA TERAPI A

    UNTUK MENGOBATI DIARE DI RUMAH

    (Penderita diare tanpa dehidrasi )

    GUNAKAN CARA INI UNTUK MENGAJARI IBU :

    - Teruskan mengobati anak diare dirumah

    - Berikan terapi awal bila terkena diare lagi

    MENERANGKAN TIGA CARA TERAPI DIARE DIRUMAH

    1. Berikan anak cairan lebih banyak dari biasanya untuk mencegah

    dehidrasi

    - Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan , seperti larutan

    oralit,makanan yang cair (seperti sup,air tajin ) dan kalau tidak ada

    air matang . Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan

    dalam kotak dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan

    dan belum makan makanan padat lebih baik diberi oralit dan air

    matang dari pada makanan yang cair ).

    - Berikan larutan ini sebanyak anak mau , berikan jumlah larutan

    oralit seperti dibawah.

    - Teruskan pemberian larutan ini hingga diare berhenti.

    2. Beri anak makan untuk mencegah kurang gizi

    - Teruskan ASI

  • 26

    - Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan,

    untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan padat

    , dapat diberikan susu,

    - Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat

    - Berikan bubur, bila mungkin dicampur dengan kacang-kacangan,

    sayur, daging atau ikan , tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak

    sayur tiap porsi

    - Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan

    kalium

    - Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk

    makanan dengan baik

    - Bujuk anak untuk makan , berikan makanan sedikitnya 6 kali sehari

    - Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti, dan diberikan

    porsi makanan tambahan setiap hari selama 2 minggu

    3. Bawa anak ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari

    atau menderita sebagai berikut :

    - Buang Air besar cair lebih sering

    - Muntah berulang-ulang

    - Rasa haus yang nyata

    - Makan atau minum sedikit

    - Demam

    - Tinja berdarah

  • 27

    ANAK HARUS DIBERI ORALIT DIRUMAH BILA :

    - Setelah mendapat Rencana Terapi B atau C

    - Tidak dapat kembali kepada petugas kesehatan bila diare memburuk

    - Memberikan oralit kepada semua anak dengan diare yang datang ke

    petugas kesehatan merupakan kebijakan pemerintah

    Jika akan diberikan larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah

    oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit yang

    cukup untuk 2 hari.

    Umur Jumlah Oralit yang diberikan

    Jumlah Oralit yang Disediakan

    < 1 Tahun 50 100 ml 400 ml /hari ( 2 bungkus)

    1-4 Tahun 100 200 ml 600 800 ml/ hari ( 3-4bungkus)

    >5 Tahun 200 300 ml 800 1000 ml/hari ( 4-5bungkus)

    Dewasa 300 400 ml 1200 2800 ml / hari

    - Tunjukkan kepada ibu cara memberikan oralit

    - Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak dibawah umur 2 tahun

    - Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua

    - Bila anak muntah, tunggulah 10 menit kemudian berikan cairan lebih

    lama ( misalnya sesendok tiap 2-3 menit

    - Bila diare berlanjut setelah oralit habis beritahu ibu untuk memberikan

    cairan lain seperti dijelaskan dalam cara pertama atau kembali kepada

    petugas kesehatan untuk mendapat tambahan oralit.

  • 28

    RENCANA TERAPI B

    UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

    JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA

    Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di

    lapangan berikan oralit sesuai tabel dibawah ini :

    Umur Jumlah Oralit 5 Tahun 1200 ml Dewasa 2400 ml

    - Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah

    - Bujuk ibu untuk meneruskan ASI

    - Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100-

    200 ml air masak selama masa ini

    - ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan

    penderita (kg) dengan 75 ml

    AMATI ANAK DENGAN SEKSAMA DAN BANTU IBU

    MEMBERIKAN ORALIT

    - Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan

    - Tunjukan cara memberikannya sesendok the tiap 1 2 menit untuk anak

    di bawah 2 tahun beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua

    - Periksa dari waktu bila ada masalah

    - Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian

    oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 2 3 menit

  • 29

    - Bila kelopak mata anak bengkak hentikan pemberian oralit dan air

    masak atau ASI beri oralit sesuai Rencana tetapi A bila pembengkakan

    telah hilang

    Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian,

    kemudian pilih rencana terapi A, B, atau C untuk melanjutkan terapi

    - Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah

    hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur

    - Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B

    , tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A

    - Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C

    BILA IBU HARUS PULANG SEBELUM SELESAI RENCANA

    TERAPI B

    - Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di

    rumah

    - Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam

    rencana terapi A

    - Tunjukkan cara melarutkan oralit

    - Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah

    - Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti

    - Memberi makan anak sebagaimana biasanya

    - Membawa anak ke petugas kesehatan.

  • 30

    RENCANA TERAPI C

    UNTUK TERAPI DEHIDRASI BERAT

    Ikuti arah anak panah. Jika jawaban dari pertanyaan YA, teruskan ke kanan.

    Mulai diberi cairan i.v. segera. Bila

    penderita bias minum, berikan

    cairan oralit, sewaktu cairan i.v.

    dimulai. Beri 100 mL/kg cairan

    Ringer Laktat atau cairan normal

    Salin bila RL tidak tersedia, dibagi

    sbb.

    Usia

    (th)

    Pemberian

    I 30

    mL/kgbb

    dalam jam

    Kemudian

    70

    mg/kgbb

    dalam jam

    Bayi = 1

    0,5 2,5

    Dapatkah Saudara memberikan cairan i.v. ?

    Tidak

    YA

  • 31

    Diulangi lagi bila denyut nadi lemah atau tidak teraba

    Nilai kembali penderita tiap 1-2

    jam. Bila rehidrasi belum tercapai

    percepat tetesan i.v.

    Juga berikan oralit (5 mL/kg/jam)

    bila penderita bisa minum:biasanya

    setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam

    (anak)

    Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam

    (anak) nilai lagi penderita

    menggunakan Tabel Penilaian.

    Kemudian pilihlah rencana terapi

    yang sesuai (A, B, C) untuk

    melanjutkan terapi

    Kirim penderita untuk terapi i.v.

    Bila penderita bias minum,

    sediakan oralit untuk ibu dan

    tunjukkan cara memberikannya

    selama di perjalanan

    Adakah terapi terdekat (dalam 30 mnt )

    YA

    Apakah saudara dapat menggunakan pipa nasogastrik

    YA

  • 32

    Mulai rehidrasi melalui mulut

    dengan oralit. Berikan 20

    mL/kgbb/jam selama 6 jam (total

    120mL/kgbb)

    Nilai penderita tiap 1-2 jam

    Bila muntah atau perut kembung

    berikan cairan perlahan-lahan

    Bila rehidrasi tidak tercapai setelah

    3 jam , rujuk penderita untuk terapi

    i.v.

    Setelah 6 jam nilai kembali

    penderita dan pilih rencana

    Mulai rehidrasi melalui mulut

    dengan oralit

    Berikan 20 mL/kgbb/jam selama 6

    jam (total 120 mL/kgbb)

    Nilai penderita tiap 1-2jam

    - bila muntah atau perut kembung berikan cairan perlahan-lahan

    - bila rehidrasi tidak tercapai setelah 3 jam , rujuk penderita terapi i.v.

    - setelah 6 jam nilai kembali penderita dan pilih rencana

    - Segera rujuk anak untuk rehidrasi melalui nasogastrik atau i.v.

    Apakah penderita dapat minum?

    YA

  • 33

    Catatan

    Bila mungkin amati penderita sedikitnya 6 jam setelah rehidrasi

    untuk memastikan bahwa ibi dapat menjaga mengembalika cairan

    yang hilang dengan memberikan oralit

    Bila usia anak diatas 2 tahun dan kolera baru saja terjankit didaerah

    tersebut pikirkan kemungkinan kolera dan beri anti biotic yang tepat

    secara oral

    Antidiare tidak diberikan, dan antibiotik digunakan hanya untuk :

    Diare disentri : Kotrimoksasol 50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 2

    dosis selama hari.

    Kolera : Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis selama

    2-3 hari.

    Amoeba, Giardia, Kriptosporodium : Metronidazol 30-50

    mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis selama 5 hari (10 hari untuk kasus

    berat)

    Tablet Zinc mampu menurunkan durasi dan frekuensi diare pada anak.

    Berikan zinc selama 10-14 hari berturut-turut, dengan dosis untuk anak

    dibawah usia 6 bulan adalah 10 mg (setengah tablet) per hari, anak diatas

    usia 6 bulan 20 mg ( 1 tablet ) per hari.

  • 34

    PEMBERIAN MAKAN

    Tidak dipuasakan

    ASI atau makanan diteruskan

    Makanan porsi kecil, sering dan rendah serat

    Pada diare osmotik, yang menggunakan susu formula maka susunya

    diganti dengan susu yang rendah atau bebas laktosa.

    MEDIKAMENTOSA

    Banyak macam obat-obatan dan kombinasi obat dijual untuk

    pengobatan diare akut. Obat-obat antidiare yang meliputi : antimotilitas

    misalnya (loperamid, diphenoxxylate, codein, opium; absorbent ( misal

    norit, kaolin, attapulgit, smectie ). Tidak satupun obat-obatan ini terbukti

    mempunyai efek yang nyata untuk diare dan beberapa malahan mempunyai

    efek yang membahayakan ( seperti ileus paralitik dan bakteri tumbuh

    lampau ). (3,4)

    Antibiotika digunakan secara selektif pada kasus:

    1. Diare berdarah, sebagai obat pilihan pertama adalah kotrimoksazole

    dengan dosis 50mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis, selama 5 hari.

    2. Kolera, dengan menggunakan tetrasiklin, dosis 50mg/kgbb/hari dibagi3-

    4 dosis, selama 3 hari

    3. Amuba/giardia, dengan menggunakan mentronidazole, dosis 30-

    50mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis, selama 5-7 hari.

  • 35

    PENCEGAHAN DIARE

    Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi

    oral dan pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang

    meliputi dehidrasi, kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga

    dibutuhkan, untuk mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain

    mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan

    resistensi anak terhadap infeksi kuman ini.

    Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada

    anak, kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian

    makanan kepada bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan,

    penyediaan air bersih, pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7

    cara diidentifikasi sebagai sasaran untuk promosi, yaitu:

    1. Pemberian ASI

    2. Perbaikan makanan pendamping ASI

    3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

    4. Cuci tangan

    5. Penggunaan jamban

    6. Pembuangan tinja bayi yang aman

    7. Imunisasi campak.

    Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan

    pencegahan enteric, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak

    dengan penderita, penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan

  • 36

    pencemaran dan sarung tangan bila menyentuh bahan yang terinfeksi.

    Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai cara penularan

    enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

    KONSELING

    Pencegahan diare :

    Pemberian ASI

    Perbaikan makanan pedamping ASI

    Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum

    Cuci tangan

    Pengunaan jamban

    Pembuangan tinja bayi yang aman

    Imunisasi campak

    Pencegahan dehidrasi :

    menyediakan oralit dirumah

    memberikan informasi bagaimana mencampur oralit

    memberikan informasi bagaimana memberikan oralit

    meneruskan pemberian ASI

    memberikan makanan sebelum dan sesudah diare

    kapan harus kembali

  • 37

    mengenali tanda-tanda dehidrasi (untk balita, ibu disarankan untuk

    meraba fontanelnya apakah sudah tertutup atau belum)

    PENCEGAHAN

    air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya

    dan dimasak

    pengolahan makanan yang dimasak dengan baik

    cuci tangan dengan sabun setelah BAB, sebelum makan dan sebelum

    menyiapkan makanan

  • 38

    Kenapa zinc harus tetap diberikan selama 10 hari walaupun

    diare sudah selesai?

    Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki

    mucosa usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh

    secara keseluruhan. Ketika memberikan konseling pada ibu, petugas

    kesehatan harus menekankan pentingnya pemberian dosis penuh

    selama 10 hari dengan menyampaikan pada ibu tentang manfaat

    jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi lamanya

    diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan

    episode diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama

    itu juga zinc dapat membantu pertumbuhan anak lebih baik dan

    meningkatkan nafsu makan

    Zinc merupakan nutrisi esensial yang penting terutama bagi

    pertumbuhan anak dan juga bagi anak-anak yang sering mengalami

    infeksi.

    Banyak anak di negara berkembang memiliki kadar zinc yang

    rendah sehingga mengganggu sistem imun mereka.

    Defisiensi zinc meningkatkan kecenderungan terjadinya diare dan

    pneumonia pada anak, dan pemberian zinc pada anak dapat

    mempercepat penyembuhan penyakit ini.

    Zinc merupakan mikronutrien esensial yang jumlahnya terbanyak

    kedua di dalam sel dan jaringan

  • 39

    Zinc diperlukan bagi pembelahan sel, diferensiasi, dan pertumbuhan

    sel.

    Organ-organ yang tergantung pada pembelahan sel secara terus-

    menerus untuk menunjang fungsinya, seperti sistem imun dan usus,

    sangat sensitif terhadap defisiensi zinc

    Zinc merupakan mikronutrien esensial yang jumlahnya terbanyak

    kedua di dalam sel dan jaringan

    Zinc diperlukan bagi pembelahan sel, diferensiasi, dan pertumbuhan

    sel.

    organ-organ yang tergantung pada pembelahan sel secara terus-

    menerus untuk menunjang fungsinya, seperti sistem imun dan usus,

    sangat sensitif terhadap defisiensi zinc

    Zinc merupakan mikronutrien esensial yang jumlahnya terbanyak

    kedua di dalam sel dan jaringan

    Zinc diperlukan bagi pembelahan sel, diferensiasi, dan pertumbuhan

    sel.

    Organ-organ yang tergantung pada pembelahan sel secara terus-

    menerus untuk menunjang fungsinya, seperti sistem imun dan usus,

    sangat sensitif terhadap defisiensi zinc

    Pada saat diare terjadi perubahan:

    1. Morfologi pada usus (atrofi vilus, penurunan aktivitas brush-

    border, dan perubahan permeabilitas usus)

  • 40

    2. Gangguan pada fungsi imun (seperti atrofi jaringan limfoid,

    pengurangan jumlah hitung limfosit dan proporsi sel T helper,

    penurunan aktifitas sitotoksik dari limfosit dan aktivitas sel

    natural killer).

    Mekanisme Kerja Zinc pada Diare:

    1. mempercepat regenerasi epitel usus

    2. memperbaiki absorpsi air dan elektrolit di usus

    3. meningkatkan kadar enzim pada enterosit brush-border

    4. menguatkan respon imun yang mengarah kepada peningkatan

    bersihan patogen dari usus

  • 41

    DAFTAR PUSTAKA

    DEPKES RI. Modul pelatihan pemberantasan penyakit diare bagi supervisor tatalaksana penderita diare. Jakarta; 1994.

    Harris F. Paediatric fluid theraphy. Oxford: Blackwell Scientific Publications; 1972

    WHO. Program for control of diarrhea disease supervisory skills-treatment of diarrhoeal; 1987.

    Winter RW. Principles of pediatric fluid therapy. Edisi ke 2. Boston;Little Brown & Co; 1982.