3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

14
311 Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris Mutiara O. Panjaitan Pusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas Abstrak: Proses pembelajaran bahasa Inggris dikemas untuk mengembangkan kemampuan peserta didik menggunakan bahasa Inggri dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran dan penilaian merupakan proses terpadu, artinya penilaian dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan kajian pada dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa pada umumnya kegiatan penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris dirancang sebagai komponen lepas dari kegiatan pembelajaran dan terkesan formal. Di samping itu, kemampuan guru merancang tugas-tugas penilaian juga beragam yang berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik. Memperhatikan kondisi ini, dipandang perlu untuk mengembangkan model penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris yang dapat dijadikan acuan bagi guru untuk mengembangkan kurikulum sekolah. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Kompetensi berkomunikasi merupakan kemampuan seseorang untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dalam berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi diperlukan seperangkat kompetensi lainnya: tindak bahasa, kebahasaan, pembentuk wacana, sosio kulural, dan strategi. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mendukung yang diwujudkan dalam keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Kata kunci: penilaian, kompetensi, berwacana, komunikatif, bahasa kurikulum, pembelajaran, dan teks Abstract: The learning process of English subject is designed in line with the way English is used in society in everyday life. Teaching learning activity and assessment are integrated process. It means that assessment executed while learning activity is going on. Based on the investigation on school curriculum it is that learning activity and assessment were designed as separate components and in formal way. The task of assessment does not depict the real word. Besides, teachers’ ability in designing assessment is various that will influence quality of output. Based on this situation it is needed to develop a model of assessment on English subject that could be used as a reference for teacher and stakeholders when developing school curriculum. Language is a tool for communication orally and written. Communication competence or discourse competence is a competence to communicate orally and written as well in certain communication event. Communicative competence needs a set of competencies i.e. actional competence, linguistic competence, discourse competence, sociocultural competence, and strategic competence. These competencies could not be separated and support each other which are realized through four language skills, i.e. listening, speaking, reading, and writing.Teachers are encourage to teach language using the four language skills in an integrated manner. Key words: assessment, competence, discourse, coomunicative, language, curriculum, learning, and text

Transcript of 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

Page 1: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

311

Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Penilaian Mata Pelajaran Bahasa InggrisMutiara O. PanjaitanPusat Kurikulum, Balitbang Kemdiknas

Abstrak: Proses pembelajaran bahasa Inggris dikemas untuk mengembangkan kemampuan pesertadidik menggunakan bahasa Inggri dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pembelajaran dan penilaianmerupakan proses terpadu, artinya penilaian dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.Berdasarkan kajian pada dokumen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa pada umumnyakegiatan penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris dirancang sebagai komponen lepas dari kegiatanpembelajaran dan terkesan formal. Di samping itu, kemampuan guru merancang tugas-tugas penilaianjuga beragam yang berdampak pada kualitas hasil belajar peserta didik. Memperhatikan kondisi ini,dipandang perlu untuk mengembangkan model penilaian mata pelajaran Bahasa Inggris yang dapatdijadikan acuan bagi guru untuk mengembangkan kurikulum sekolah. Bahasa merupakan alat untukberkomunikasi secara lisan dan tulis. Kompetensi berkomunikasi merupakan kemampuan seseoranguntuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis dalam berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasidiperlukan seperangkat kompetensi lainnya: tindak bahasa, kebahasaan, pembentuk wacana, sosiokulural, dan strategi. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapatdipisahkan dan saling mendukung yang diwujudkan dalam keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan,berbicara, membaca, dan menulis.Kata kunci: penilaian, kompetensi, berwacana, komunikatif, bahasa kurikulum, pembelajaran, danteks

Abstract: The learning process of English subject is designed in line with the way English is used insociety in everyday life. Teaching learning activity and assessment are integrated process. It means thatassessment executed while learning activity is going on. Based on the investigation on school curriculumit is that learning activity and assessment were designed as separate components and in formal way. Thetask of assessment does not depict the real word. Besides, teachers’ ability in designing assessment isvarious that will influence quality of output. Based on this situation it is needed to develop a model ofassessment on English subject that could be used as a reference for teacher and stakeholders whendeveloping school curriculum. Language is a tool for communication orally and written. Communicationcompetence or discourse competence is a competence to communicate orally and written as well incertain communication event. Communicative competence needs a set of competencies i.e. actionalcompetence, linguistic competence, discourse competence, sociocultural competence, and strategiccompetence. These competencies could not be separated and support each other which are realizedthrough four language skills, i.e. listening, speaking, reading, and writing.Teachers are encourage toteach language using the four language skills in an integrated manner.Key words: assessment, competence, discourse, coomunicative, language, curriculum, learning, andtext

Page 2: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

312

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

PendahuluanPerubahan kurikulum yang terjadi sekarang inisejalan dengan tuntutan masyarakat danperkembangan global. Perubahan itu adalah darikurikulum yang memberikan penekanan padamateri ke kurikulum berbasis kompetensi yangmenekankan proses pembelajaran dalam rangkamencapai kompetensi yang ditargetkan. Dengandemikian, penyelenggaraan proses pembelajaranberorientasi pada penguasaan kompetensisasaran oleh peserta didik sesuai dengan kontekslingkungannya, sehingga guru didorong untukmenerapkan prinsip-prinsip pembelajaran tuntas(mastery learning).

Undang Undang Republik Indonesia Nomor20, Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional dan Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang StandarNasional Pendidikan mengamanatkan bahwapenyusunan kurikulum merupakan tanggungjawab setiap satuan pendidikan (sekolah danmadrasah). Oleh karena itu, tidak lagi dikenal apayang disebut dengan kurikulum nasional.Kurikulum yang dikembangkan oleh satuanpendidikan disebut dengan Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum pada semuajenjang dan jenis pendidikan dikembangkanmengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP)yang memuat kompetensi bahan kajian dankompetensi mata pelajaran yang harus dipenuhioleh peserta didik pada jenjang dan jenispendidikan tertentu. Pemerintah, dalam hal ini,Departemen Pendidikan Nasional hanya me-nentukan standar-standar minimal yang harusdipenuhi oleh satuan pendidikan. Standar minimalitu, di antaranya berupa Standar KompetensiLulusan, Standar Isi, Standar Proses, StandarPenilaian dan Standar Pengelolaan. Pengem-bangan lebih jauh terhadap standar-standartersebut diserahkan pada daerah/satuanpendidikan masing-masing sesuai peraturan yangberlaku. Bagaimana standar-standar tersebutditerjemahkan menjadi kurikulum, diserahkankepada satuan pendidikan bersangkutan. SesuaiSurat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No. 33tahun 2007 tentang Sosialisasi KTSP, makamasing-masing provinsi maupun kab/kota harusmemiliki Tim Pengembang Kurikulum yang bertugasmelakukan sosialisasi dan pelatihan sesuai

dengan tingkatan masing-masing, sehinggadaerah/satuan pendidikan terbantu dalammengembangkan kurikulum sekolah.

Dalam implementasi kebijakan tersebut , hasilpengalaman penulis dalam melakukan bantuanteknis professional bagi Tim PengembangKurikulum (TPK) kabupaten/kota pada tahun2008/2009 di beberapa provinsi menunjukkanbahwa belum semua satuan pendidikan mampumengembangkan dan menyusun KTSP secaramandiri, khususnya Silabus dan RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaranBahasa Inggris. Mencermati kedua dokumentersebut dapat diketahui bahwa masih banyakguru yang melakukan penilaian dengan cara lama,misalnya porsi penilaian unsur-unsur bahasa (lan-guage forms) masih lebih besar dari pada fungsibahasa (language functions) yang seharusnyasama, tugas-tugas penilaian yang diberikancenderung dalam konteks kelas yang seharusnyakonteks dunia sehari-hari di mana bahasa targetbanyak digunakan, kegiatan pembelajaran danpenilaian cenderung terpisah sehingga penilaiandilakukan terkesan formal, kegiatan pembelajarankurang menunjukkan keterpaduan keterampilan-keterampilan berbahasa yang berdampak pulapada penilaian keterampilan bahasa yang jugaberdiri sendiri. Kondisi lainnya, kemampuan gurusangat beragam di berbagai jenis dan jenjangsekolah, begitu juga di setiap daerah baik provinsimaupun kebupaten/kota. Keragaman kemam-puan ini tentunya akan berdampak padakeragaman kualitas penyelenggaraan prosespembelajaran sehingga akan berdampak pulaterhadap capaian belajar peserta didik.

Mengacu pada uraian di atas timbul per-tanyaan, bagaimana cara menilai proses dan hasilpembelajaran bahasa Inggris, sehingga pesertadidik terbantu mencapai kompetensi yang telahditentukan pada standar isi? Pertanyaan tersebutdapat dirumuskan dengan kata lain seperti berikutini, Bagaimanakah Model Penilaian Bahasa Inggrisdalam KTSP?

Atas dasar permasalahan ini tampak perludikembangkan model penilaian Bahasa Inggrisyang cocok dan sesuai dengan rambu-rambu yangada pada Standar Isi guna membangunpemahaman pendidik, tenaga kependidikan, danpihak-pihak yang terkait tentang makna penilaian

Page 3: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

313

Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

serta mengembangkan kemampuannya dalammembuat dan melaksanakan penilaian dalampembelajaran bahasa Inggris yang berorientasipada penguasaan kompetensi, sesuai KurikulumBerbasis Kompetensi. Tujuan dari pengembanganmodel penilaian ini adalah merupakan modelalternatif pembelajaran bahasa Inggris. yangdapat dimanfaatkan oleh guru dan peserta didikpada satuan pendidikan dalam

Kajian Literatur dan PembahasanModel KompetensiDalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional In-donesia Nomor 22, Tahun 2006 tentang StandarIsi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris adatiga. Pertama, kemampuan berwacana, yaknikemampuan memahami dan/atau menghasilkanteks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalamempat keterampilan berbahasa yaitu men-dengarkan, berbicara, membaca, dan menulissecara terpadu untuk mencapai tingkat literasitertentu. Keempat keterampilan tersebutdigunakan untuk menanggapi atau menciptakanwacana dalam kehidupan bermasyarakat. Olehkarena itu, mata pelajaran Bahasa Inggrisdiarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampuberkomunikasi dan berwacana dalam bahasaInggris pada t ingkat literasi tertentu. Kedua,kemampuan memahami dan menciptakanberbagai teks fungsional pendek dan monologserta esei berbentuk …(berbagai bentuk). Gradasibahan ajar tampak dalam penggunaan kosa kata,tata bahasa, dan langkah- langkah retorika.Ketiga, kompetensi pendukung, yakni kompetensilinguistik, kompetensi sosiokultural, kompetensistrategi dan kompetensi pembentuk wacana.

Pengajaran bahasa untuk kemampuanberkomunikasi seperti tersebut di atas sejalandengan model kompetensi komunikat if yangdigagas para ahli bahasa selama ini, misalnyaCelce-Murcia, Dornyei dan Thurrell. Menurut modelini, Kompetensi Wacana adalah kemampuanseseorang untuk berkomunikasi baik secara lisanmaupun tertul is dalam sebuah perist iwakomunikasi. Bahasa yang dipilih dipengaruhi olehtopik yang dikomunikasikan, hubungan antar-pribadi pihak yang terlibat dalam komunikasi , dan

jalur komunikasi yang digunakan (lisan atau tulis).Ketiga faktor ini menentukan pemilihan berbahasaformal/informal, akrab/tidak akrab. Dengandemikian, peserta didik mampu berkomunikasisesuai konteks yang dihadapinya (Celce-Murciaet al. 1995).

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwateks dapat berupa tindakan lisan maupun tertulis.Hal ini sejalan dengan Standar Isi bahwa SK matapelajaran Bahasa Inggris dirumuskan ber-dasarkan tindakan lisan (mendengarkan danberbicara) dan tindakan tertulis (membaca danmenulis). Agar peserta didik mampu memahamidan mengungkapkan makna lisan maupun tertulis,yang disebut dengan istilah kompetensi tindakbahasa, diperlukan seperangkat kompetensi lainyaitu kompetensi kebahasaan, kompetensipembentuk wacana, kompetensi sosio kulural, dankompetensi strategis. Kelima kompetensi tersebutmerupakan satu kesatuan yang utuh yang tidakterpisahkan dan saling mendukung yangdiwujudkan dalam keempat keterampilanberbahasa sebagaimana diungkapkan Celce-Murcia et al. (1995) sebagai berikut: 1) kompetensitindak bahasa, yaitu kemampuan mengambilperan dalam komunikasi, yang disebut tindak tuturuntuk lisan dan retorika untuk tulis. Ketika orangberbicara, ia berperan atau bertindak. Misalnya,bertindak “menyapa, meminta/memberi informasi,mengundang, menawarkan”. Agar orang lainmemahami maksud si pembicara, ia perlu memilihkosakata, tata bahasa, dll. untuk mere-alisasikannya. Kompetensi tindak bahasa meliputiketerampilan mendengarkan, berbicara, mem-baca, dan menulis; 2) kompetensi kebahasaan,yaitu kompetensi berkaitan dengan kemampuanmenggunakan bunyi, kosakata, tata bahasa,intonasi, kalimat, dan sebagainya. Kompetensi inimerealisasikan kompetensi tindak bahasa; 3)kompetensi pembentuk wacana, yaitu kompetensiyang diperlukan untuk menyusun atau menaf-sirkan serangkaian kalimat atau ungkapansehingga membentuk makna yang utuh, sepertipenggunaan kata sambung, pengulangan kata,penggunaan kata ganti; 4) kompetensi sosio-kultural, yaitu kompetensi terkait denganpemilihan berbahasa yang dipengaruhi olehpengetahuan sosial budaya si pembicara(pemilihan kata, gaya bahasa, sopan santun),

Page 4: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

314

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

hubungan interpersonal antara pengguna bahasadalam konteks budaya dimana komunikasiberlangsung, apakah berbahasa formal/informal,akrab/tidak akrab, dan sebagainya; dan 5)kompetensi strategis (Strategic Competence), yaitukompetensi yang diperlukan untuk mengatasimasalah-masalah yang timbul terutama dalamkomunikasi lisan, seperti: mengulangi ataumengatakan dengan cara lain.

Sementara itu Bachman (1991) memberi istilahkompetensi komunikatif dengan istilah kecakapanberbahasa (language ability), yaitu sebagai suatukonstruk yang seharusnya diukur dalam tesberbahasa. Dengan demikian, pembelajaranharus diarahkan untuk penguasaan kompetensikeempat keterampilan berbahasa tersebut agarlulusan mampu berkomunikasi. Sebagai contoh,untuk keterampilan berbicara, pembelajarandiarahkan untuk mengembangkan kompetensipeserta didik melakukan tindak tutur sepertimembuka percakapan, mempertahankannya,menutup percakapan, meminta tolong, menyapa,mengungkapkan kegembiraan, meminta maaf,mengundang dan sebagainya dalam kontekstertentu. Untuk keterampilan menulis, pem-belajaran diarahkan untuk mengembangkankemampuan peserta didik melakukan langkah-langkah komunikasi (retorika), seperti menge-laborasi, menambah, mempertajam gagasan, danmenyimpulkan.

Dengan pembelajaran berorientasi padapengembangan keterampilan berbahasa, sistempenilaian dalam pembelajaran bahasa Inggrisseharusnya juga menjadikan keterampilanberbahasa sebagai dasar berpijak untukpengembangan penilaiannya. Dalam penilaian,yang penting ialah guru menilai penggunaanbahasa untuk melihat apakah kompetensikomunikatif yaitu kompetensi berkomunikasisudah tercapai atau belum.

Makna dan Fungsi PenilaianPenilaian dalam mata pelajaran bahasa Inggrisadalah suatu kegiatan untuk mengukurpenguasaan bahasa Inggris peserta didik, agardiperoleh informasi sejauh mana indikator-indikator keberhasilan yang telah dirumuskantelah menampak pada perilaku berbahasa Inggrispeserta didik. Hasil penilaian dapat di-

komunikasikan kepada peserta didik secarakualitatif, dalam bentuk deskripsi tentang perilakuberbahasanya, ataupun secara kuantitatif, dalambentuk nilai, atau keduanya. Apapun bentuknya,penilaian merupakan bagian yang t idakterpisahkan dari kegiatan pembelajaran dan harusdapat memberikan dampak yang positif terhadappengembangan kompetensi sasaran. Dengandemikian, penilaian dilakukan sepanjang prosespembelajaran berlangsung.

Selama ini banyak guru menganggap bahwapenilaian adalah sama dengan atau merupakanpersamaan kat a dari t es atau uj ian, yangpelaksanaannya adalah setelah selesai prosespembelajaran. Tujuannya tidak lain untukmemberikan ‘nilai’. Mengacu pada uraian maknapenilaian tersebut di atas, tentunya pandanganini kurang tepat dan perlu diluruskan.

Ada beberapa alasan mengapa guru perlumenilai peserta didiknya. Popham (1995)mengajukan beberapa alasan, diantaranyaadalah (1) untuk mendiagnosis keberhasilan dankelemahan peserta didik, (2) memonitorperkembangan peserta didik dalam mempelajarisuatu kompetensi. Dalam hal belajar bahasaInggris, Informasi dapat diperoleh melalui hal-halyang dihasilkan atau dilakukan oleh peserta didik.Untuk itu, guru perlu secara terus menerusmelakukan observasi atau mengamati perilakupeserta didik, memberi penugasan baikperorangan, berpasangan, maupun kelompok,mempertimbangkan baik hasil penilaian diripeserta didik maupun hasil penilaian teman.Dengan begitu, guru dan peserta didik dapatmengetahui tingkat penguasaan bahasa Inggrisdan kekuatan serta permasalahan yang dihadapidalam belajar melalui hal-hal yang dihasilkan ataudilakukan peserta didik.

Dari cara pelaksanaannya, kegiatan penilaiandapat dilaksanakan secara informal ataupunsecara formal. Penilaian informal dilaksanakanselama proses pembelajaran, dari sekadarkomentar, pertanyaan atau jawaban spontan dantidak direncanakan, sampai dengan pemberianfeedback terhadap latihan dan portofolio pesertadidik. Penilaian ini dapat dilakukan guru, teman,atau diri sendiri. Penilaian informal menjadi bagianyang tidak terpisahkan dari kegiatan pem-belajaran, sehingga penilaian berjalan bersama-sama dengan proses pembelajaran.

Page 5: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

315

Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Penilaian formal biasanya dirancang secarakhusus untuk mengukur penguasaan unsur-unsurkompetensi tertentu yang telah ditetapkansebelumnya dan juga dilaksanakan dalam waktudan jangka waktu tertentu. Teknik yang palinglazim digunakan adalah tes dan ujian.

Dilihat dari fungsinya, penilaian dapatdikelompokkan ke dalam penilaian formatif danpenilaian sumatif. Sebagian besar kegiatanpenilaian yang dilaksanakan guru adalahpenilaian formatif, karena dilaksanakan selamaproses pembentukan (forming) kompetensisasaran, yang tujuannya adalah untuk membantupeserta didik mengembangkan kompetensitersebut. Penilaian formatif berorientasi padaproses dengan tujuan memberikan balikan secaraterus menerus agar kualitas proses dapatditingkatkan. Baik guru maupun peserta didikdapat memperbaiki kekurangannya selama prosesberlangsung. Oleh karena itu, semua bentukpenilaian informal dapat dianggap sebagaipenilaian formatif. Dalam konteks pengajaranbahasa Inggris penilaian formatif sangatlahpenting. Semakin dini kelemahan anak diketahuisemakin baik, karena dapat segera diatasi melaluiumpan balik yang diberikan guru. Shohamy dalamKern (2000:273) menyarankan agar guru banyakmenggunakan observasi, wawancara, portofoliountuk memperoleh gambaran yang lebih lengkaptentang kemampuan berbahasa peserta didik.

Adapun penilaian sumatif bertujuan terutamauntuk mengukur atau lebih tepatnya men-dapatkan informasi tentang pencapaian pesertadidik pada akhir periode program pengajaran.Quiz, ujian tengah semester, dan ujian akhir se-mester adalah beberapa contoh tes sumatif.

Prinsip-prinsip Penilaian BahasaPenilaian apa pun yang digunakan, Kern (2000:16-17) menyarankan 7 prinsip hendaknya gurupertimbangkan ketika merancang butir-butir soaldan tugas-tugas penilaian, yaitu: 1) Interpretasi,penulis dan pembaca menginterpretasi realitayang dihadapi, seperti peristiwa, pengalaman,gagasan, dan kemudian “menerjemahkan” realitatersebut ke dalam bahasa. Penulis meng-interpretasikan realita ke dalam tulisannya.Pembaca menginterpretasikan tulisan yangdibaca berdasarkan pemahamannya sendiri

tentang realita. Karena itu, berikan tugas-tugaspenilaian yang menuntut peserta didik melakukaninterpretasi terhadap apa yang dibaca maupunyang didengarnya. Misalnya, bagian akhir suatuteks dihilangkan, kemudian anak ditugaskanuntuk menyelesaikan teks tersebut sesuaiinterpretasinya. Atau, anak diminta menceritakankejadian dalam teks dari sudut pandang oranglain; 2) Kolaborasi, ketika seseorang berbicaraatau menulis, ia perlu mempertimbangkan siapayang diajak berkomunikasi. Sebagai pembaca, iaberusaha memahami maksud penulis denganmengerahkan segala pengetahuan danpengalaman yang dimilikinya, sehingga teks yangdibaca bermakna. Dalam penilaian formatif, prosesini sangat penting; 3) Konvensi, cara orangmembaca dan menulis dikendalikan oleh kaidahdan kebiasaan yang ada pada budayanya.Membaca teks dalam bahasa asing perlumenyesuaikan diri dengan konvensi yang tidakbiasa ditemukan dalam bahasa asli pembaca.Misalnya, struktur teks bahasa Indonesia tidaksama dengan struktur teks bahasa Inggris.Ketepatan tanda baca, tata bahasa, susunanteks, merupakan indikator penting dalamkemampuan menulis; 4) Pengetahuan budaya,keempat keterampilan berbahasa berfungsi dalamsatu sistem sikap, keyakinan, kebiasaan, cita-cita,dan nilai-nilai tertentu. Ketika anak mencobaberbahasa Inggris dengan masih menggunakansistem budaya Indonesia, ia beresiko mengalamikesalahfahaman atau disalahfahami oleh pihakyang tidak mengerti latar budaya anak. Dalampenilaian, tugas-tugas seharusnya menjangkauaspek ini; 5) Pemecahan masalah, pada dasarnyaorang berkomunikasi untuk memecahkanmasalah. Dalam membaca anak terlibat dalammenafsirkan makna kata berdasarkan konteksyang melingkupinya. Ia juga didorong untukmenemukan hubungan makna teks dengan duniayang dibayangkan. Dalam penilaian hendaknyapeserta didik dihadapkan pada tantangankomunikasi yang merupakan rangkaian penye-lesaian masalah. Misalnya, menulis undanganuntuk suatu acara kepada berbagai pihak. Tentuundangan yang ditulis berbeda, disesuaikandengan siapa yang diundang. Melakukanpercakapan yang sebenarnya, menjelaskan apayang dibaca anak; 6) Refleksi, kegiatan berbahasatidak hanya memahami atau mengungkapkan

Page 6: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

316

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

gagasan yang sedang dikomunikasikan, tetapijuga memberi kesempatan untuk refleksimengenai perilaku berbahasa. Misalnya, refleksibagaimana teks disusun, bagaimana gagasanditata dan dihubungkan. Dalam proses menulispeserta didik perlu menjelaskan langkah danalasan mengapa menulis seperti itu; dan 7)Penggunaan bahasa, Literasi memerlukanpengetahuan bahasa dalam konteks lisan dantulis untuk menciptakan wacana. Artinya, anakmampu membicarakan, menulis, memahami, ataumembaca hal-hal yang bersangkutan denganhidupnya. Dalam penilaian, guru memberikantugas-tugas untuk menilai penggunaan bahasa,apakah kompetensi berwacana atau ber-komunikasi sudah tercapai atau belum.

Kriteria PenilaianAda beberapa kriteria yang perlu digunakan ketikamerancang penilaian, sehingga hasilnya baik danefektif. Gronlund (1982: 47-81) dan Bachman(1991:160-161) menyatakan bahwa validitas danreliabilitas merupakan dua hal esensial yangmenentukan keefektifan suatu tes. Keduanyadiperlukan untuk memenuhi dua kondisi berikut,yaitu: 1) meminimalkan efek kesalahanpengukuran; dan 2) memaksimalkan efekkemampuan berbahasa yang ingin kita ukur.Sedangkan Brown (2004:19) menambahkan tigahal, di samping validitas dan reliabilitas, yaitupraktis, autentik, dan washback.

ValiditasValiditas berkaitan dengan sejauh mana hasilpenilaian dapat digunakan untuk tujuan yangdikehendaki. Validitas berkaitan dengankelayakan, kebermaknaan, dan kegunaan yangdisimpulkan dari hasil penilaian bagi tujuantertentu (Linn dan Gronlund,1995:47). Investigasivaliditas berkenaan dengan pertanyaan,’Sejauhmana hasil tes seseorang terkait dengankemampuan berbahasa yang akan diukur?’dengan cara memaksimalkan efek kemampuanberbahasa tersebut terhadap skor tes(Bachman,1991:161).

Penilaian dikatakan valid, misalnya jika inginmenilai kemampuan membaca pemahamanpeserta didik maka interpretasi harus berdasarkanbukti yang merefleksikan kemampuan membaca

pemahaman; jika ingin menilai kemampuanpeserta didik berbicara tentang hobinya dalambahasa Inggris maka dilakukan wawancara.

Validitas tidak berlaku secara umum tetapiberlaku bagi kelompok tertentu dan tujuantertentu. Suatu penilaian dikatakan valid untukmenilai kemampuan membaca pemahamanbahasa Inggris, tetapi tidak valid untuk menilaikemampuan mengeja. Atau, suatu penilaiandikatakan valid untuk mengukur kemampuanpeserta didik SMA membaca teks bahasa Inggris,tetapi tidak valid untuk menilai kemampuanmembaca bahasa Inggris untuk tingkat SMP.

Validitas isi (content validity) digunakan untukpenilaian hasil belajar (achievement test). Validitasisi sering juga disebut validitas kurikuler karenapenilaian disusun bersumber dari kurikulum matapelajaran yang hendak dinilai. Bentuk penilaiansemacam ini ingin menilai sejauhmana seseorangmenguasai suatu kemampuan sesuai tuntutankurikulum (Gay, 1987:129).

Untuk mengetahui validitas isi suatu tes hasilbelajar dapat dilakukan dengan cara mem-bandingkan butir-butir soal dengan kompetensiyang telah ditentukan untuk mata pelajaran yangbersangkutan. Apakah kompetensi yangdikehendaki telah tercermin dalam butir-butir tesitu dan terwakili secara nyata. Jika hasil analisismenunj ukkan bahwa but ir-but i r tes telahmenerjemahkan kompetensi yang dikehendakimaka penilaian tersebut telah memiliki validitasisi. Apabila pada kurikulum dituntut kompetensimembaca: menent ukan gagasan utama,mendapatkan informasi faktual, menentukangagasan pendukung, But ir-but ir soal yangdirancang harus menilai performansi keterampilantersebut.ReliabilitasReliabilitas berkaitan dengan konsistensi ataukeajegan hasil penilaian. Konsistensi memung-kinkan suatu penilaian valid (Linn dan Gronlund,1995). Investigasi reliabilitas berkaitan denganjawaban atas pertanyaan, ’Sejauh mana hasil tesseseorang disebabkan kesalahan pengukuranatau faktor-faktor selain kemampuan berbahasayang akan diukur? akan dilakukan denganmeminimalkan efek faktor-faktor tersebutterhadap skor tes (Bachman, 1991: 160-161).

Page 7: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

317

Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Semakin banyak tugas-tugas penilaian, semakintinggi tingkat reliabilitasnya (Linn dan Gronlund,1995: 99).

Ada beberapa faktor yang bisa membuat hasilpenilaian tidak reliabel di antaranya: 1) Ketikapenilaian dilakukan peserta didik dalam keadaantidak sehat, cemas, lelah, atau t idak ber-semangat; 2) Pemberian nilai tidak ajeg, karenapara penilai tidak menggunakan kriteria yangsama, atau penilai dalam keadaan lelah sehinggaagak ceroboh; 3) Lembar soal kurang jelasterbaca, atau suara tidak jelas terdengar olehpeserta didik ketika digunakan menilaikemampuan mendengarkan; 4) Tes terlalupanjang atau memakan waktu terlalu lamasehingga penilai merasa lelah dan penyekoranmenjadi kurang tepat.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwakeajegan hasil penilaian sebagian ditentukan olehfaktor fisik dan penilai (rater). Karena itu, ketikamelaksanakan penilaian, khususnya penilaian for-mal, perlu memperhatikan ha-hal berikut: 1) setiappeserta didik mendapatkan lembar fotokopi tesyang bersih dan jelas; 2) untuk tes lisan kualitasrekaman harus baik sehingga suara jelasterdengar bagi semua peserta didik; 3) apabilamenggunakan video, gambar harus jelas terlihat;4) pencahayaan, temperatur, suara, dan kondisikelas tidak mengganggu peserta didik; 5)prosedur penyekoran objektif; 6) khusus soaluraian (jawaban terbuka), penilai atau rater: (a)menggunakan kriteria yang konsisten, (b)memberi perhatian yang sama pada semuajawaban, (c) membaca soal paling sedikit dua kaliagar penyekoran ajeg, (d) membaca butir soalyang sama untuk semua peserta didik, setelahbutir tersebut selesai diperiksa baru pindah kebutir selanjutnya, (e) menggunakan standar yangsama bagi semua jawaban.

AutentikAutentik berkaitan dengan kesesuaian tugaspenilaian bahasa dengan situasi komunikasi yangsesungguhnya atau dunia nyata (Bachman,1991:301). Penilaian autentik, di antaranyapenulisan esai, laporan, desain proposal,portofolio (McNamara, 1996:13).

Menurut Brown (2004:28), penilaiandikatakan autentik apabila mencerminkan 8 hal

berikut, yaitu: 1) bahasa yang digunakan padasoal-soal alami atau wajar; 2) butir-butir teskontekstual tidak berdiri sendiri (isolated); 3) Topikyang ditawarkan bermakna (relevan, menarik)bagi peserta didik; 4) Rangkaian soal-soalmembentuk cerita atau episoe; 5) Tugas-tugaspenilaian menggambarkan, paling tidak mendekatitugas-tugas dalam kehidupan nyata; 6) Teksyang digunakan untuk kemampuan membacadipilih dari majalah, surat kabar atau sumberlainnya; 7) Kemampuan produktif dinilai melaluiperformansi peserta didik. Kemampuan men-dengarkan dinilai melalui mendengarkanpemahaman yang dilengkapi dengan hesitations,white noise, dan interruptions; 8) Teks-teks yangdigunakan untuk menilai dapat berupa kalimat,topik atau cerita.

PraktisSuatu penilaian dikatakan praktis apabila: 1) biayauntuk melaksanakan terjangkau; 2) pelak-sanaannya tidak terlalu lama, sehingga tes mampudiselesaikan sesuai waktu yang telah ditetapkan;3) pengadministrasiannya jelas dan mudahdilakukan; 4) penyekoran dan penginterpretasiantidak memakan waktu lama. Hasilnya mudahditafsirkan.

WashbackWashback adalah pengaruh tes terhadap prosesbelajar mengajar (Brown: 2004, p. 28). Untukmenilai kemampuan berbicara tentang identitastentu dengan melakukan wawancara ataubermain peran, sehingga dalam pembelajaranpeserta didik banyak dilatih berbicara meng-ungkapkan identitasnya. Penilaian yang meng-andalkan soal-soal bentuk pilihan ganda yangmenguji pengetahuan dan pemahaman pesertadidik, akan berpengaruh pada pembelajaran.Selama proses pembelajaran peserta didik akanbanyak dilatih menjawab pertanyaan-pertanyaanuntuk pengetahuan dan pemahaman.

Bentuk washback positif yang sering terjadidi dalam kelas adalah informasi balikan tentangkekuatan dan kelemahan peserta didik dalambentuk setelah penilaian dilakukan. Penilaian in-formal lebih memiliki efek washback daripadapenilaian formal, karena guru biasanyamemberikan catatan sebagai umpan balik bagi

Page 8: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

318

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

peserta didik setelah penilaian informalberlangsung. Sebaliknya, dengan penilaian for-mal, guru hanya memberikan skor perolehanpeserta didik (Brown: 2004,p.29).

Salah satu cara untuk meningkatkan efekwashback pada pembelajaran yaitu mengem-balikan kertas tugas penilaian peserta didikbeserta catatan-catatan sebagai umpan balik bagipeserta didik. Beri pujian untuk hasil yang baik,atau beri komentar yang membangun bila hasilnyakurang baik.

Kelima prinsip penilaian tersebut samapentingnya, tergantung konteksnya. Bagi tesstandar berskala besar prinsip kepraktisan lebihpenting daripada washback, sebaliknya washbacklebih penting bagi penilaian informal daripadakepraktisan. Namun, dari kelima prinsip di atasvaliditas merupakan yang terpenting dalammerancang penilaian. Tulisan ini banyakmembahas pelaksanaan penilaian formatif atauinformal, karena itu prinsip validitas, autentik, danwashback lebih banyak berperan ketika me-laksanakan penilaian.Model Penilaian Bahasa InggrisBerbagai cara dapat dilakukan untuk mengum-pulkan informasi tentang kemajuan belajarpeserta didik, baik yang berhubungan denganproses belajar maupun hasil belajar. Cara yangdigunakan tentunya berdasarkan kompetensiyang harus dicapai peserta didik. Dalam StandarIsi mata pelajaran bahasa Inggris, standarkompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)dikelompokkan ke dalam empat keterampilanbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara,membaca, dan menulis (Depdiknas, 2004a).Namun, dalam kegiatan pembelajaran, ke-terampilan berbahasa tersebut hendaknyaterpadu, boleh mengintegrasikan dua keteram-pilan atau lebih. Perlu diingat bahwa keterpaduanketerampilan-keterampilan berbahasa sangatpenting dalam pembelajaran bahasa.

Perumusan SK dan KD pada kompetensimendengarkan sama dengan pada berbicara.Yang membedakannya adalah pada men-dengarkan menggunakan kata kerja memahamimakna, sedangkan pada berbicara menggunakankata kerja mengungkapkan makna. Karena itu,dalam kegiatan pembelajaran hendaknya

pengembangan kompetensi mendengarkan danberbicara dilakukan secara terpadu. Demikianhalnya dalam penilaian, tugas-tugas yangdiberikan adalah untuk menilai kompetensimendengarkan dan berbicara. Namun, diperlukanjuga menilai kompetensi mendengarkan danberbicara sebagai bagian yang terpisahkan,sesuai dengan kompetensi yang dituntut.Kompetensi-kompetensi pen-dukung merupakanbagian dari kriteria atau aspek yang perlu diamatidan dinilai ketika menilai keterampilan berbahasaDepdiknas, 2004b).

Berikut contoh-contoh tugas penilaianbahasa Inggris yang juga menjadi kegiatanpembelajaran, sehingga penilaian dilakukanketika kegiatan pembelajaran berlangsung.Namun, tugas-tugas ini juga dapat digunakanuntuk penilaian sumatif yang tujuannya untukmengakumulasikan nilai hasil belajar.

Mendengarkan dengan BerbicaraKetika memasuki kelas, guru sudah membawaformat pengamatan yang memuat nama-namasiswa beserta aspek-aspek yang akan diamati,seperti: penggunaan kosa kata, tata bahasa,intonasi, dan lafal secara benar dan lancar. Berikutcontoh-contoh tugas untuk menilai keterampilanberbahasa lisan atau kemampuan mendengarkandan berbicara yang dilakukan dengan terpadu.Bercakap-cakap dan bertanya jawabKemampuan bercakap-cakap dan bertanya jawabdalam bahasa Inggris dapat dinilai denganmenggunakan berbagai stimuli, misalnya gambar,situasi, peta. Kegiatan dapat dilakukan dengancara ‘role-play’ atau berdasarkan ‘model’pembicaraan yang disediakan oleh guru. Untukpeserta didik SMP yang kemampuan berbahasaInggrisnya masih sangat rendah dan terbatas,tidak ada salahnya model pembicaraan ataupetunjuk role-play diberikan dalam bahasa Indo-nesia. Dengan bahasa Inggris ada kemungkinanpeserta didik lebih sul it memahami modelpembicaraan atau petunjuk role-play daripadamengerjakan tugas itu sendiri. Keuntunganmenggunakan stimuli dalam bahasa Indonesiaadalah dapat dihindari kemungkinan peserta didikmengulang secara mekanis kata-kata yangterdapat di dalam model yang dapat diterapkandi dalam pembicaraan.

Page 9: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

319

Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Berikut ini contoh menilai kemampuanbertanya jawab tentang data diri. Untukmengerjakan tugas tersebut, peserta didik perlumempelajari petunjuk role-play yang diberikanguru dengan seksama.Contoh petunjuk role playPeserta didik 1: Menanyakan umur salah satu

peserta didik yang diketahuiPeserta didik 2 dengan baik dikelas.

Peserta didik 2: Menjawab, jika tidak tahukatakan tidak tahu, dan jikatahu katakan berapa umurnya.

Peserta didik 1: Menanyakan apakah pesertadidik tersebut punya adik ataukakak.

Peserta didik 2: Mengatakan tidak kalau tidakpunya; menyebutkan berapakakak-adiknya dan namanyamasing-masing.

Peserta didik 1: Menanyakan tempat t inggalpeserta didik yang dimaksud.

Peserta didik 2: Menyebutkan tempat tinggal-nya.

Dengan model yang sama, peserta didik ke 2berganti peran sebagai penanya dan peserta didikke1 sebagai penjawab. Untuk menghemat waktupeserta didik bekerja berpasangan. Ketikapeserta didik melakukan tugas, guru hendaknyaberkeliling mendengarkan dan mengamati denganmenggunakan format pengamatan sambilmembuat catatan-catatan. Karena keterbatasanwaktu, sebaiknya guru fokus pada beberapapasangan dalam kesamaan waktu. Padakesempatan yang lain guru fokus pada pasanganlain yang belum teramati. Begitu seterusnya

hingga semua peserta didik dalam satu kelasteramati. Berikut contoh format pengamatanuntuk menilai keterampilan mendengarkan/berbicara.

Cara ini bisa digunakan untuk penilaiansumatif yang tujuannya untuk merangkum hasilbelajar pada periode tertentu atau pada akhirprogram. Setiap kelompok atau pasanganmemperagakan kemampuannya di depan guru,sedangkan kelompok atau pasangan lainmenunggu di luar ruangan. Guru dapat langsungmemberikan penilaiannya dan/atau merekamkegiatan peserta didik dengan menggunakanaudio-recorder. Dengan menggunakan rekamanguru dapat memberikan penilaian yang lebih teliti.Bila guru ingin memberi penilaian langsung, dapatmenggunakan format pengamatan yang berisiperilaku-perilaku yang akan diamati dan memberiskor berdasarkan kriteria penilaian, seperti contohformat pengamatan pada Tabel 1.

RetellingRetelling adalah tugas untuk menilai kemampuanmenceritakan kembali secara lisan atau tertulisdengan bahasa sendiri suatu teks yangdiperdengarkan. Dalam hal ini peserta didik harusmampu mengidentifikasi intisari teks, gagasanpokoknya, tujuannya, gagasan pendukung, ataukesimpulan yang menunjukkan bahwa iamemahami keseluruhan teks. Apabila dilakukansecara lisan, untuk mencatat hasil penilaian dapatmenggunakan format pengamatan yangdigunakan untuk bercakap-cakap, denganmenambahkan aspek kelengkapan gagasan.

Seandainya tidak memiliki alat audio untukmemperdengarkan suatu teks, guru dapatmelaksanakannya dengan membacakan teks yangdimaksud. Cara ini bisa memperoleh hasil yang

Aspek Nama ucapan Tata bahasa Kosa kata Kelancar-an Pemaham-an Kesesuaian bahasa strategi

Rona Okta Etc.

Tabel 1. Contoh format pengamatan

Catatan:1) Kesesuaian bahasa berkaitan dengan sejauh mana bahasa yang digunakan sesuai dengan konteks komunikasidan sosial budaya.2) Strategi berkaitan dengan usaha peserta didik mengatasi permasalahan yang timbul ketika berkomunikasiberlangsung.

Page 10: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

320

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

optimal bila guru memperhatikan hal-hal berikutketika membacakan teks, yaitu: 1) Usahakan agarnada bicara terkesan berbicara langsung denganpeserta didik dan bukan membaca. Gunakanekspresi atau ungkapan yang normal dipakaidalam bahasa lisan; 2) Hindari menggunakan teksyang terlalu panjang; 3) Jangan menghafal teks,karena akan membuat cara anda menyampaikanmenjadi tidak wajar; dan 4) Gunakan jeda yangagak lama di antara klausa dan kalimat. Ini lebihbaik dan wajar dibanding membaca kalimat secarapelan-pelan.Mendengarkan dengan MenulisNote-taking, yaitu membuat catatan dari suatuceramah pendekInformation transfer:Tugas ini menghendaki peserta didik mengisi tabeldengan data sesuai informasi yang diper-dengarkan sebagaimana tampak pada Tabel 2.

Instruksi: Listen to the information aboutLucy’s schedule. Remember, you will first hear allthe sentences; then you will hear each sentenceseparately with time to fill in your chart.

Lucy gets up at 8:00 every morning except onweekends. She has English on Monday, Wednes-day, and Friday at ten o’clock. She has History onTuesdays and Thursdays at two o’clock. She takesChemistry on Monday from two o’clock to six o’clock.She plays tennis on weekends at four o’clock. Sheeats lunch at twelve o’clock every day except Satur-day and SundayMendengarkan dengan Berbicara dan MenulisPeserta didik misalnya menonton film yang merekatentukan sendiri, kemudian menceritakan kembali

isi film yang ditonton tersebut kepada teman-temannya di kelas, tugas diakhiri dengan membuatsinopsis film tersebut secara tertulis.Membaca dengan Menulis dan BerbicaraPeserta didik menceritakan isi puisi yang dibacalalu mengubah bentuk puisi ke dalam bentukprosa.MendengarkanMendengarkan untuk memahami pembicaraan,seperti: listening for the gist, for the main idea, andmaking inferences.BerbicaraMelakukan monologue, yaitu kemampuan meng-hasilkan teks lisan, seperti: speeches, oral pre-sentations, story- telling, Retelling a story, and NewsEvent. Tugas monologue disesuaikan denganbentuk teks yang dikehendaki pada kompetensidasar, misalnya naratif, report, recount.MembacaMembaca untuk Memahami Langkah-LangkahRetorikaPerlihatkanlah teks bentuk tertentu kepadapeserta didik. Lalu minta mereka mengidentifikasibagian-bagian teks tersebut menurut strukturteksnya (Generic Structure) dan ciri-cir ikebahasaannya (Language Features)

Time Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Weekends 08:00 get up get up get up get up get up 10:00 English English English 12:00 lunch lunch lunch lunch lunch 2:00 Chemistry History History 4:00 Chemistry tennis 6:00 Chemistry

Tabel 2. Contoh Tabel aktifitas yang harus diisi

Page 11: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

321

Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

Membaca NyaringData kemampuan membaca nyaring dapat jugamenjadi bagian dari data penilaian kemampuanberbicara anak. Sebelum peserta didik mem-bacakan teks, siapkan format pengamatan sepertipada tabel 4 berikut. Ketika peserta didikmembaca amati hal-hal yang berkaitan denganaspek yang akan dinilai kemudian beri tanda padakemampuan yang teramati. Untuk melihatperkembangan anak isilah tanggal pada waktupengamatan dilakukan.

MenulisProses MenulisMenulis dipandang sebagai suatu proses yangmeliputi prewriting, drafting, revising, editing danhasil terbaik. Guru memberi contoh teks, pesertadidik mencoba membuat sendiri, mendiskusikantulisan dengan guru, memperbaiki tulisannya,mengedit tulisan sampai mendapatkan hasilterbaik. Dalam diskusi guru dan peserta didikmembahas hal-hal yang sudah dan belum dikuasaipeserta didik. Misalnya, penggunaan tata bahasa,struktur teks, pengembangan atau kejelasangagasan, keterkaitan gagasan yang satu denganyang lain. Catatan guru beserta tulisan peserta

Dolphins Dolphins are sea mammals. They have to breathe air or they will die. They are members of the corphaenidae Family. Dolphins hunt together in a group. A group of dolphins is called a pod. They eat fish, schrimp and small squid. They live in salt water oceans. Dolphins can hold their breath for six minutes. Dolphins have smooth bare skin. Only baby dolphins are born with a few bristly hairs on their snouts. These hairs soon fall out. They have a long tail and the fin on top of their backs keeps the dolphins from rolling over. The female dolphins have a thick layer of fat under their skin to keep them warm when they dive very deep. The dolphins front fins are called flippers. They use them to turn left and right. Dolphins grow from 2 to 3 metres long and weigh up to 75 kilograms. When dolphins hear or see ship close by, they go near it and follow it for many kilometers. Dolphins can leap out of the water and so somersaults. Sometimes they invent their own tricks and stunts after watching other dolphins perform. Dolphins are very friendly to people and have never harmed anyone. They are very playful mammals.

general classification description

Contoh:Jenis Teks: Report (Laporan Pengamatan)Language Features: focus on Generic Participants (groups of things)

Sumber: Callaghan et al. 1988.Teaching Factual Writing, hal. 61

Tanggal Aspek 05 Jan 12 Feb 03 Mar 08 Apr 10 Mei

Kelancaran Membaca k c k b b Ketepatan Pengucapan k c c b b Intonasi k c c c b Tekanan kata c k c c b Komentar guru:

Tabel 4. Contoh Format Penilaian Membaca NyaringNama: Okta

kode : k = kurang ; c = cukup ; b = baik

Page 12: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

322

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

didik dapat dikumpulkan pada map (folder) pesertadidik, selanjutnya peserta didik diberi kesempatanmemperbaiki tulisannya berdasarkan tanggapanguru tersebut. Kumpulan tulisan peserta didik inimembentuk portofolio. Pada akhir waktu yangtelah ditetapkan diharapkan tulisan peserta didiksudah baik dan guru dapat mengambil nilai karyapeserta didik tersebut.Menilai TulisanMenilai tulisan harus berdasarkan kriteria yangsejak awal sudah ditetapkan dan dikomunikasikankepada peserta didik, misalnya penggunaan: tatabahasa, piranti pembentuk wacana, langkah-langkah retorika, kejelasan gagasan. Gaudiani(dikutip Kern, 2000) menyarankan menilai tulisandimulai dari hal-hal umum ke khusus, seperti: 1)Mulailah dari hal-hal yang bersifat global. Mengenaiapakah tulisan itu, apa yang dicoba dibahas,apakah dapat dimengerti, apakah menarik,apakah gagasannya masuk akal, 2) Selanjutnyayang berkaitan dengan organisasi teks. Apakahpemaparan gagasan mudah diikuti atau pembacadituntut berpikir keras, apakah penyajian gagasanditata dengan logis, 3) Terakhir yang berkaitandengan diction dan grammar, khususnya yangberkaitan dengan hal-hal yang membuat maknamenjadi tidak jelas.SikapSikap ini merupakan bentuk reaksi positif pesertadidik terhadap bahasa Inggris. Jadi penilaiannyatidak dapat berdiri sendiri tetapi terintegrasi padasemua keterampilan bahasa. Penilaian sikap,misalnya: Berinisiatif untuk berlatih dengantemannya dengan saling membacakan teks,menjawab/menanggapi pernyataan/pertanyaandalam bahasa Inggris ketika berinteraksi denganguru atau teman tanpa takut membuat kesalahan,Menunjukkan keterlibatan aktif dalam kegiatanekstra barbahasa Inggris, Berpartisipasi aktifdalam kegiatan membahas setiap teks atau tugasdengan guru dan teman, Menyelesaikan setiaptugas yang diberikan.Simpulan dan SaranSimpulanPelimpahan wewenang kepada daerah dansatuan pendidikan dalam mengembangkankurikulum diikuti dengan pembentukan TPK di

tingkat provinsi dan kabupaten serta kota.Pembentukan TPK ini dimaksudkan untukmelakukan sosialisasi dan pelatihan sesuaidengan tingkatan masing-masing, sehinggadaerah/satuan pendidikan terbantu dalammengembangkan kurikulum sekolah. Pengalamanmenunjukkan bahwa TPK dan satuan pendidikandalam mengembangkan KTSP belum seperti yangdiharapkan pada kurikulum berbasis kompetensi,khususnya dalam merancang proses pem-belajaran dan penilaian mata pelajaran bahasaInggris.

Kurikulum berbasis kompetensi menekankanpenyelenggaraan proses pembelajaran yangberorientasi pada penguasaan kompetensi,sehingga guru didorong untuk menerapkanprinsip-prinsip pembelajaran tuntas dan penilaianautentik di mana penilaian terintegrasi dengankegiatan pembelajaran dan tugas-tugas penilaianmenggambarkan dunia nyata.

Pada dasarnya semua anak mampu belajardan menguasai kompetensi yang ditargetkan,asalkan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing anak dan kemampuan awal yang hilangdapat terdeteksi dengan benar sejak dini. Untukitu perlu dilakukan penilaian sepanjang prosespembelajaran, sehingga apa yang menjadikelemahan dan keberhasilan peserta didik dalammempelajari suatu kompetensi dapat diketahuisejak awal. Dengan begitu, kelemahan anak bisasegera ditanggulangi dengan memberikan reme-dial dan anak yang berhasil diberi pengayaan.

Ada beberapa kriteria yang perlu digunakanketika merancang alat penilaian proses atauformatif untuk mata pelajaran bahasa Inggris,sehingga mendapatkan hasil yang maksimal, yaknivaliditas isi, autentik, dan washback.

Dalam belajar bahasa, penilaian prosessangat penting, khususnya dalam mempelajaribahasa Inggris, karena itu sangat dianjurkan agarguru melaksanakan penilaian proses di sampingpenilaian hasil belajar. Penilaian sudah dilakukanket ika kegiatan pembelajaran ber langsung,sewaktu peserta didik belajar menggunakanbahasa target , misalnya untuk berdialog,bercerita, mencari informasi dari teks tertulis, danmengungkapkan gagasan, perasaannya danpendapatnya secara lisan maupun tertulis.Dengan demikian kompetensi yang belum dikuasai

Page 13: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

323

Mutiara O. Panjaitan, Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris

peserta didik dapat segera diketahui dandiberikan remedial.

Keterampilan berbahasa Inggris terdiri darimendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.Dalam standar isi, standar kompetensi matapelajaran bahasa Inggris dikelompokkan ke dalamempat keterampilan berbahasa tersebut. Namundalam pelaksanaan pembelajaran, kegiatanberbahasa yang dirancang hendaknya melibatkandua atau lebih keterampilan berbahasa, misalnyaketerampilan mendengarkan dengan berbicara,keterampilan mendengarkan, menulis, danberbicara. Dengan begitu ada keterpaduan padaketerampilan-keterampilan berbahasa tersebutseperti halnya kegiatan berkomunikasi pada dunianyata.

Ketepatan cara penilaian yang dilakukan akanmempengaruhi Kegiatan pembelajaran, dansumber belajar yang diterapkan guru dalamproses pembelajaran, di samping mempengaruhikemampuan mengungkapkan hasil belajarpeserta didik secara menyeluruh. Dalammelaksanakan penilaian perlu digarisbawahibahwa tidak ada satupun alat peniaian yangdapat mengumpulkan informasi prestasi dankemajuan belajar peserta didik secara lengkap.Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikangambaran/informasi tentang kemampuan,keterampilan, pengetahuan, dan sikap pesertadidik. Lagipula, interpretasi hasil penilaian tidakmutlak dan abadi karena anak terus berkembangsesuai dengan pengalaman belajar yangdialaminya.

SaranUntuk melaksanakan penilaian mata pelajaranbahasa Inggris sesuai kurikulum berbasiskompetensi (KBK) beberapa saran berikut perludipertimbangkan. Pertama, bagi Penggunakurikulum perlu memahami istilah-istilah linguistikyang digunakan pada standar isi Mata PelajaranBahasa Inggris, termasuk jenis-jenis teks (genre)yang masing-masing biasanya memiliki tujuankomunikatif, struktur teks, dan ciri-ciri linguistiktertentu. Kedua, dalam hal kompetensi komuni-katif, adalah hasil kombinasi dari kompetensi-kompetensi linguistik, tindak tutur, sosiokulturaldan strategis, serta piranti pembentuk wacana.Karena itu, penggunaan dari kompetensi-kompetensi pendukung tersebut juga perludicermati ketika guru menilai kompetensi pesertadidik. Ketiga, untuk mengembangkan dayaimajinasi dan kreativitas, peserta didik perlu dididikmenjadi pembaca yang baik untuk menggunakanpengetahuan dan pengalamannya melakukanimaginative re-creation terhadap apa yangdibacanya. Imaginative re-creation mendorongpeserta didik untuk menanggapi suatu karyasecara personal dan individual serta memberipengalaman belajar yang membantunyamempertajam tanggapannya dalam eksplorasiteks. Misalnya: mengubah sebuah episode dalamnovel menjadi naskah drama, mengubah sebuahinsiden dalam cerpen menjadi sebuah laporanuntuk surat kabar. Keempat, untuk memudahkanpelaksanaan penilaian guru sudah menyiapkandan membawa format pengamatan yang memuatnama-nama peserta didik serta aspek-aspek yangakan diamati ketika memasuki kelas.

Pustaka AcuanBachman, L.F. 1991. Fundamental Considerations in Language Testing. Oxford: Oxford University Press.Brown, H.D. 2004. Teaching By Principles: An Interactive Approach To Language pedagogy. (2 nd ed.).

New York: Longman._____, H.D. 2004. Language Assessment: principles and Classroom Practices. San Francisco: Longman.Callaghan, M. dan Rothery, J. Teaching Factual Writing. 1988. Erskineville: Metropolitan East Disadvan-

taged Schools Program.Celce-Murcia, M., Z. Dornyei, S. Thurrell. 1995. Communicative Competence: A Pedagogically Motivated

Model with Content Specifications. In Issues in Applied Linguistics, 6/2, pp 5-35.Departemen Pendidikan Nasional. 2004a. Kurikulum 2004 Bahasa Inggris SMP. Jakarta: Pusat

Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Page 14: 3HQLODLDQ 0DWD 3HODMDUDQ %DKDVD ,QJJULV

324

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 3, Mei 2010

Departemen Pendidikan Nasional. 2004b. Pelayanan Profesional Kurikulum 2004 : Pedoman PenilaianKelas . Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Gay,L.R. 1987. Competencies for Analysis and Application. Columbus: Merril Publishing Company.Gronlund,N.E. 1982. Constructing Achievement Tests. New Jersey: Prentice Hall.Kern Richard. 2000. Literacy and Language Teaching. Oxford : Oxford University Press.Linn,R.L. dan Gronlund,N.E. 1995. Measurement and Assessment in Teaching 7th edition. New Jersey:

Prentice Hall.MacNamara Tim. 1996. Measuring Second Language performance. New York: Longman.Popham, W.J. 1995. Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn & Bacon.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22, Tahun 2006 tentang Standar Isi

untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan NasionalRepublik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan.Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33, Tahun 2007 tentang Sosialisasi KTSP.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.