37-3180-1-SM.pdf

11
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN BERPENGARUH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS IPA KELAS V GUGUS LETDA KAJENG DENPASAR UTARA Ni Putu Ayu Yogi Artami 1 , I Made Suara 2 , Ni Wayan Suniasih 3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014.Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu yaitu Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian yakni seluruh siswa kelas V di Gugus Letda Kajeng yang berjumlah 359 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling yang diacak adalah kelas dengan hasil pengundian yaitu siswa kelas VC SD Negeri 4 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VA SD Negeri 14 Pemecutan sebagai kelompok kontrol yang masing-masing berjumlah 34 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode tes subjektif bentuk uraian. Analisis data menggunakan metode analisis statistik uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh t hit = 3,10 > t tab (α= 0,05, 66) = 2,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini juga didukung oleh perbedaan nilai rerata kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu . Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Kata kunci: model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan, kemampuan berpikir kritis IPA Abstract This study aims to determine significant differences of science critical thinking skill between students that learned with Project Based Learning model aided by environment media and that learned with conventional learning in the fifth grade students of Gugus Letda Kajeng North Denpasar Subdistrict in academic year 2013/2014. This study is a kind of quasi-experimental research with nonequivalent

Transcript of 37-3180-1-SM.pdf

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN BERPENGARUH TERHADAP

    KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS IPA KELAS V GUGUS LETDA KAJENG

    DENPASAR UTARA

    Ni Putu Ayu Yogi Artami1, I Made Suara2, Ni Wayan Suniasih3

    1,2,3Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

    Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

    e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]

    Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014.Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu yaitu Nonequivalent Control Group Design. Populasi penelitian yakni seluruh siswa kelas V di Gugus Letda Kajeng yang berjumlah 359 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling yang diacak adalah kelas dengan hasil pengundian yaitu siswa kelas VC SD Negeri 4 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VA SD Negeri 14 Pemecutan sebagai kelompok kontrol yang masing-masing berjumlah 34 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode tes subjektif bentuk uraian. Analisis data menggunakan metode analisis statistik uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thit = 3,10 > ttab (= 0,05, 66) = 2,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini juga didukung oleh perbedaan nilai rerata kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen yang lebih

    tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu . Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Kata kunci: model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan, kemampuan berpikir kritis IPA

    Abstract

    This study aims to determine significant differences of science critical thinking skill between students that learned with Project Based Learning model aided by environment media and that learned with conventional learning in the fifth grade students of Gugus Letda Kajeng North Denpasar Subdistrict in academic year 2013/2014. This study is a kind of quasi-experimental research with nonequivalent

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    control group design. The population of this study according to all fifth grade students of Gugus Letda Kajeng North Denpasar Subdistrict in academic year 2013/2014, as many as 359 students. Determination of the samples was done by random sampling technique, and that randomized were classes, with the result that was got two classes, the fifth grade students of SD Negeri 4 Pemecutan as the experimental group and the fifth grade students of SD Negeri 14 Pemecutan as the control group in which each of them consisted of 34 students. The data collection methods used observation method and subjective test method in descriptive form. The collected data were analyzed using t-test statistical analysis. Based on the result of t-test was found tobs = 3.10 > ttab (= 0,05, 66) =2.000, so Ho was rejected and Ha was accepted. With the result that was mean there were significant differences of science critical thinking skill between students that learned with Project Based Learning model aided by environment media and that learned with conventional learning in the fifth grade students of Gugus Letda Kajeng North Denpasar Subdistrict in academic year 2013/2014. This result was also supported by differences the average score of science critical thinking skill obtained by experimental group that higher than the

    control group, that was . Therefore, it can concluded that

    the application of the Project Based Learning model aided by environment media affects the science critical thinking skill in the fifth grade students of of Gugus Letda Kajeng North Denpasar Subdistrict in academic year 2013/2014. Keywords: Project Based Learning model aided by environment media, science critical thinking skill

    PENDAHULUAN Pendidikan mampu memberikan

    kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa serta sebagai sarana dalam membangun watak bangsa (Mulyasa, 2011:4). Hal ini dikarenakan, pendidikan adalah salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan menjadi prasyarat mutlak dalam pencapaian tujuan pembangunan. Gunawan (2011:130) juga menjelaskan bahwa pendidikan bagi suatu bangsa merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia demi kemajuan bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan adalah tindakan yang secara terus-menerus harus dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional agar mampu mempersiapkan sumber daya manusia yang dapat bersaing di era globalisasi.

    Rendahnya sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu masalah yang dihadapi dunia, termasuk Indonesia akibat lemahnya pembelajaran. Dalam pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir (Sanjaya, 2011:1). Pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi.

    Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika siswa lulus dari sekolah, siswa pintar secara teoritis, tetapi miskin aplikasi. Oleh karena itu, dunia pendidikan mendapatkan perhatian utama dalam menciptakan SDM yang berkualitas. SDM yang berkualitas harus ditunjang dengan pelaksanaan berbagai program-program pendidikan yang sistematis dan terarah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan.

    Pada jenjang pendidikan di Sekolah Dasar (SD), guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru yang berinteraksi secara langsung dengan siswa sebagai subjek belajar. Bagaimanapun idealnya kurikulum pendidikan, lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan namun jika tidak diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka pembelajaran akan kurang bermakna bagi siswa. Dalam pembelajaran guru memegang peranan yang sangat penting untuk menciptakan suatu pembelajaran yang aktif dan interaktif. Tujuan

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    pembelajaran akan tercapai apabila guru dapat mengemas sebuah pembelajaran yang menarik bagi siswa dengan menerapkan berbagai strategi, model atau metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mau belajar. Keterampilan guru dalam memilih serta menerapkan model dan media pembelajaran yang bervariasi juga merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

    Dalam pembelajaran di SD terdapat sejumlah mata pelajaran yang harus dibelajarkan guru kepada siswa, salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam yang merupakan sekumpulan dari hasil observasi dan eksperimen yang berlaku umum (Samatowa, 2011:3). Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Depdiknas 2006), mata pelajaran IPA di SD bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: a) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya; b) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; c) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; d) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; e) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam; f) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; dan g) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung

    untuk dapat mengembangkan pemahaman siswa mengenai alam sekitarnya, sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran IPA, seorang guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran bermakna seperti mengeksplorasi lingkungan sekitarnya untuk menumbuhkan rasa ingin tahu, minat, serta keaktifan siswa dalam belajarnya, sehingga siswa dapat membangun konsep/pemahamannya sendiri secara utuh. Dapat dilihat dari rendahnya prestasi belajar siswa yang diindikasikan dengan rendahnya kemampuan berpikir kritis terhadap suatu masalah yang sedang diajukan. Adapun masalah yang dapat diidentifikasi sebagai faktor penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dalam mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut: 1) pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa hanya bersifat pasif dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari pembelajaran siswa Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara yang cenderung lebih banyak mendengar penjelasan dari guru sehingga siswa tidak aktif dalam pembelajaran, 2) dalam pembelajaran guru tidak menghubungkan materi pelajaran dengan masalah-masalah yang sering terjadi dalam kehidupan nyata yang pada dasarnya IPA memang merupakan disiplin ilmu tentang kealaman. Sehingga dalam pembelajaran siswa cenderung hanya menghafal materi yang ada pada buku tanpa menemukan kebermaknaan dalam belajar, 3) kurangnya minat dan motivasi siswa sehingga dalam pembelajaran IPA, siswa menjadi pasif dan kurang terfokus dalam mengikuti pembelajaran, 4) model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang bervariasi sehingga pembelajaran IPA terkesan membosankan dan kurang menarik bagi siswa. Karena pada dasarnya pembelajaran IPA di SD menuntut siswa untuk dapat berperan aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan eksperimen, pratikum dan sebagainya, sehingga proses belajar siswa menjadi menyenangkan dan bermakna, 5)

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    penggunanan media pembelajaran yang masih terbatas, dalam pembelajaran IPA, guru hanya cenderung menggunankan media pembelajaran yang terdapat disekolah, tanpa adanya upaya untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber atau media pembelajaran. Maka dari itu, dalam pembelajaran IPA guru seharusnya terampil dalam memanfaatkan dan menggunakan media lingkungan yang dapat mendukung serta memudahkan siswa dalam memahami konsep materi dalam pembelajaran IPA.

    Saat ini telah berkembang berbagai strategi, model, dan media pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah model Pembelajaran Berbasis Proyek. Syafii (2013) mengemukakan dalam model pembelajaran berbasis proyek, siswa diberikan tugas atau proyek yang kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di berikan bantuan secukupnya agar siswa dapat menyelesaikan tugas. Selain itu, penerapan model pembelajaran berbasis proyek/ tugas ini mendorong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.

    Selain model pembelajaran berbasis proyek, untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan kondusif, seorang guru juga harus menggunakan media yang bervariasi. Salah satu media yang dapat digunakan adalah lingkungan. Lingkungan yang ada disekitar siswa dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang meliputi: 1) masyarakat di sekeliling sekolah, 2) lingkungan fisik di sekitar sekolah, 3) bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai, serta bahan-bahan bekas yang bila di olah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau media dalam belajar, 4) peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat (Azhar, 2009).

    Pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai media dalam pembelajaran mengarahkan siswa agar mampu mengembangkan dan memadukan antara teori-teori yang didapatkan di kelas

    dengan pengamatan langsung di alam, sehingga menjadi lebih bermakna karena siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya. METODE

    Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen. Mengingat tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eskperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain non-equivalent control group design. Rancangan ini digunakan karena selama eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang ada. Menurut Sugiyono, (2011:79) pola desain non-equivalent control group design seperti Gambar 1.

    Gambar 1. Rancangan penelitian Keterangan: O1, O2 = Pemberian pretest pada

    kelompok eksperimen dan kontrol.

    O3, O4 = Pemberian posttes pada kelompok eksperimen dan kontrol.

    X = Perlakuan Model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan yang diberikan pada kelompok eksperimen.

    Sementara itu untuk kelompok kontrol dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

    Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan terhadap kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelas V dengan menggunakan variabel bebas yaitu model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis IPA

    O1 X O3 - - - - - - - - - - - - - -

    O2 O4

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    dimana dalam pelaksanaannya peneliti melakukan observasi di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

    Setelah menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, penelitian ini dilanjutkan dengan mengambil skor pretest sebagai penyetaraan dengan menggunakan soal-soal yang mengacu pada pelajaran sebelum diberikan treatment pada kelompok siswa. Penyetaraan dilakukan melalui pemetaan atau matching. Matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelompok pada suatu variabel atau lebih yang oleh peneliti telah diidentifikasi mempunyai hubungan yang erat dengan penampilan (performance) variabel tidak bebas (Darmadi, 2011:197).

    Data mengenai kemampuan berpikir kritis IPA dalam penelitian ini diambil dari nilai posttest dalam bentuk skor yang dilakukan pada akhir eksperimen dan nilai pretest yang dilakukan hanya sebagai penyetaraan siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol. Pemberian prates biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok (Dantes, 2012:97).

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V semester genap di SD Negeri yang ada di Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari lima SD Negeri, yaitu kelas VA, VB, dan VC SDN 4 Pemecutan, kelas VA dan VB SDN 8 Pemecutan, kelas VA dan VB SDN 12 Pemecutan, kelas VA dan VB SDN 14 Pemecutan, kelas VA dan VB SDN 24 Pemecutan yang berjumlah 359 siswa.

    Dalam penelitian ini dipilih dua kelas yang digunakan sebagai sampel, yaitu satu kelompok eksprimen dan satu kelompok kontrol. Pemilihan sampel tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan perlakuan yang diberikan. Oleh karena tidak bisa dilakukan pengacakan individu, maka

    pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling, tetapi yang dirandom adalah kelas. Teknik pemilihan sampel yang digunakan untuk menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah random sampling (Arikunto, 2010). Teknik ini digunakan karena individu-individu dalam populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas, sehingga tidak mungkin melakukan pengacakan individu dalam populasi. Setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

    Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ketua Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara, bahwa kemampuan akademis siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara setara, tanpa memperhatikan strata pada masing-masing siswa dalam kelas tiap sekolah pada Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tersebut dan masing-masing kelas dianggap setara karena siswa disebar secara merata antara yang memiliki kemampuan rendah, sedang dan tinggi. Ini berarti tidak terdapat kelas unggulan maupun non unggulan.

    Sebelas kelas yang ada dirandom untuk menentukan dua kelas sebagai sampel penelitian. Kemudian dari dua kelas tersebut, diundi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelas eksperimen yang mendapat perlakuan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan yaitu kelas VC SDN 4 Pemecutan dan kelas kontrol yang mendapat perlakuan pembelajaran konvensional yaitu kelas VA SDN 14 Pemecutan yang masing-masing berjumlah 37 siswa. Selanjutnya dilakukan matching atau pemetaan untuk menyetarakan kedua kelas yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

    Berdasarkan hasil pemetaan dari skor pretest diperoleh 34 pasang siswa. Sehingga sampel keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 68 orang siswa.

    Variabel penelitian adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun tingkatannya, Hadi (2000:260). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis IPA.

    Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode observasi dan tes subjektif bentuk uraian. Metode observasi digunakan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran dalam aspek afektif seperti karakter siswa yang ingin dikembangkan melalui pelaksanaan model pembelajaran berbasis proyek maupun menggunakan pembelajaran konvensional. Sementara, metode tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis IPA melalui aspek kognitif. Tes tersebut dilengkapi rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis IPA dengan sistematika yang tepat. Soal tes kemampuan berpikir kritis ini disajikan dalam bentuk narasi permasalahan. Siswa diarahkan untuk mampu mengidentifikasi masalah yang ada, memberikan argumen terhadap permasalahan, melakukan deduksi, melakukan induksi, mengevaluasi, dan memutuskan hingga didapatkan sebuah solusi yang masuk akal dari masalah tersebut.

    Sebelum tes digunakan, maka tes harus diuji validitas dan realibilitasnya terlebih dahulu. Menurut Sugiyono, (2011:173) valid berarti instrumen itu dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran yang disebut validitas logis dan dari hasil pengalaman yang disebut validitas empiris.

    Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi menunjukkan pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen yang bersangkutan sudah dirancang dengan baik, mengikuti teori dan

    ketentuan yang ada. Berdasarkan teori tersebut maka instrumen penelitian ini disusun berdasarkan isi materi pembelajaran berupa kriteria atau indikator pencapaian dan kisi-kisi tes yang telah disusun secara sistematis. Uji validitas isi tes kemampuan berpikir kritis IPA dituangkan dalam bentuk kisi-kisi tes yang dikonsultasikan dan dikaji oleh dosen pembimbing dan guru SD.

    Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman (Arikunto, 2010:67). Untuk mengukur validitas tes kemampuan berpikir kritis IPA siswa digunakan validitas empiris tes yang berbentuk politomi digunakan rumus korelasi Product Moment. Hasil uji validitas diperoleh 10 soal yang valid dengan rhitung > rtabel.

    Dari 10 butir tes yang valid, kemudian di uji reliabilitasnya. 10 butir tes ini telah mewakili indikator dari kemampuan berpikir kritis sesuai dengan kemampuan siswa SD untuk menjawab soal bentuk uraian. Reliabilitas tes berhubungan dengan kepercayaan dan keajegan hasil tes (Arikunto, 2002:81). Dalam mencari indeks reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach karena intrumen berupa tes uraian. Dari hasil uji reliabilitas tersebut diperoleh r11 = 0,81 dengan demikian diinterpretasikan derajat reliabilitasnya tes kemampuan berpikir kritis IPA sangat tinggi.

    Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik parametrik. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Statistik parametrik digunakan untuk menguji kebenaran dari hipotesis penelitian. Statistik parametrik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik analisis Uji-t. Teknik analisis Uji-t dapat digunakan jika data telah memenuhi prasyarat, yaitu sebaran data berdistribusi

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    normal dan memiliki varians yang homogen.

    Analisis data kemampuan berpikir kritis IPA yang diperoleh menggunakan metode statistik uji-t dengan formulasi sebagai berikut.

    t = (1)

    (Winarsunu, 2010) Keterangan: X1 = rata-rata dari kelompok eksperimen.

    X2 = rata-rata dari kelompok kontrol.

    Sgab = simpangan baku gabungan. n1 = jumlah subyek dari kelompok

    eksperimen. n2 = jumlah subyek dari kelompok kontrol.

    HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah diberikan treatment

    sebanyak 6 kali pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, di akhir penelitian diberikan post-test untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis IPA siswa. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu, data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

    Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai rerata kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media

    lingkungan yaitu = 77,42, serta dapat diketahui bahwa 44,10% dari jumlah siswa 34 atau 15 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis IPA dibawah rata-rata dan 55,90% dari jumlah siswa 34 atau 19 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis IPA diatas rata-rata. Sedangkan nilai rerata kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional yaitu

    = 70,58, serta dapat diketahui bahwa 55,89% dari jumlah siswa 34 atau 19 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis

    IPA dibawah rata-rata dan 44,11% dari jumlah siswa 34 atau 15 siswa memiliki kemampuan berpikir kritis IPA diatas rata-rata. Perolehan nilai rerata ini menunjukkan kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok ekperimen lebih tinggi daripada nilai rerata kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok kontrol (77,42 > 70,58).

    Analisis uji hipotesis dilakukan dengan mengunakan teknik analisis uji-t rumus polled varians. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians.

    Uji normalitas sebaran data kemampuan berpikir kritis IPA dilaksanakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas data sebaran kemampuan berpikir kritis IPA siswa menggunakan rumus Chi Square, dengan kriteria pengujian pada taraf signifikansi 5% dan dk = (k-1) adalah jika X2hit < X

    2tabel maka data berdistribusi

    normal. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa nilai X2hitung yang diperoleh dari kelompok eksperimen X2hitung = 2,55. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11,07. Karena X2hitung < X

    2tabel (2,55 < 11,07) maka H0

    diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal.

    Begitu pula, pada kelompok kontrol diperoleh nilai X2hitung = 6,01. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel dengan dk=5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11,07. Karena X

    2hitung < X

    2tabel

    (6,01 < 11,07) maka H0 diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok kontrol berdistribusi normal.

    Setelah data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dinyatakan berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan analisis uji homogenitas varians data antara kedua kelompok. Uji homogenitas varians antara

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempergunakan uji F dari Havley. Dengan kriteria pengujian, jika Fhit

    maka sampel tidak homogen,

    Fhit < maka sampel homogen.

    Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1-1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2-1.

    Berdasarkan hasil analisis uji homogenitas varians diperoleh nilai FHitung =1,50, sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = (33,33) nilai Ftabel = 1,76. Jadi FHitung = 1,50 < Ftabel = 1,76 yang berarti bahwa varians data kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen.

    Hipotesis diuji menggunakan teknik analisis uji-t dengan rumus polled varians. Hasil uji prasyarat yang telah dilaksanakan menunjukan bahwa data bahwa data kemampuan berpikir kritis IPA dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Karena telah memenuhi prasyarat, maka uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t. Adapun kriteria pengujiannya

    adalah apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan dk = n1 + n2 2 dan taraf signifikansi 5% ( = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%.

    Ho menyatakan bahwa Tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan Ha menyatakan Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014.

    Dari hasil analisis uji hipotesis yang dilaksanakan diperoleh hasil yang disajikan pada tabel 1 sebagai berikut.

    Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis

    No Sampel N Dk S2 thitung ttabel Status

    1 Kelompok eksperimen 34

    66

    77,42 66,85

    3,10 2,000 Ho ditolak 2 Kelompok Kontrol 34 70,58 100,40

    Berdasarkan tabel 1, pada taraf

    signifikansi 5% dan dk = 66 nilai ttabel = 2,000, sedangkan berdasarkan analisis uji-t yang dilakukan, diperoleh nilai thitung = 3,10. Karena nilai thitung = 3,10 > ttabel = 2,000) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014.

    Siswa kelas VA SD N 4 Pemecutan merupakan kelas yang terpilih sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas VA SD N 14 Pemecutan sebagai kelompok yang masing-masing terdiri dari 34 siswa. Penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan saat kedua sampel atau kedua kelas tersebut telah dinyatakan setara, berdasarkan skor pretest yang penyetaraannya dilakukan melalui pemetaan atau matching.

    Siswa pada kelompok eksperimen diberikan treatment sebanyak 6 kali yang berupa penerapan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan, sedangkan siswa pada

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    kelompok kontrol diberikan treatment berupa penerapan pembelajaran konvensional. Pada akhir treatment diberikan posttest pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol untuk memperoleh data kemampuan berpikir kritis IPA.

    Berdasarkan hasil analisis data dengan uji-t diperoleh thitung sebesar 3,10. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan dk = 34 + 34 2 = 66 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh nilai ttabel (=0,05,66)= 2,000. Jadi, berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui thitung = 3,10 > ttabel(=0,05,66) = 2,000, sehingga dinyatakan bahwa perbedaan kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah signifikan. Hal ini juga didukung oleh perbedaan nilai rerata kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu

    . Hasil penelitian ini membuktikan

    kebenaran hipotesis yang telah diajukan yaitu, terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014.

    Perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan oleh adanya perbedaan treatment yang diberikan pada kedua kelompok saat pembelajaran IPA berlangsung. Kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan memiliki nilai rerata kemampuan berpikir kritis IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil positif ini didapatkan karena model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA.

    Dalam penerapannya, model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan melibatkan siswa untuk mengerjakan suatu proyek dengan memanfaatkan lingkungan sebagai media yang dapat mendukung serta memudahkan siswa dalam memahami konsep materi dalam pembelajaran IPA sehingga mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami konsep-konsep pelajaran melalui kegiatan belajar yang menyenangkan dan bermakna.

    Model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan memiliki beberapa keunggulan, diantaranya menurut Safnowandi (2012) keunggulan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan adalah meningkatkan keterampilan-keterampilan pemecahan masalah, membuka peluang bagi para siswa untuk membuat dan melihat hubungan antar disiplin ilmu, memberi kesempatan para siswa untuk berperan di sekolah atau di masyarakat, meningkatkan percaya diri, memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar secara individu dengan berbagai pendekatan belajar, meningkatkan keterampilan mengelola sumberdaya.

    Untuk media lingkungan, pembelajaran ini memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar siswa untuk membantu pembelajaran. Kegiatan proyek tidak dapat terlepas dari masalah dunia nyata, dimana dalam pembelajarannya proyek yang diberikan kepada siswa berkaitan dengan keadaan lingkungan di sekitar siswa.

    Dengan demikian, melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, melalui kegiatan-kegiatan belajar yang menyenangkan dan menantang kemampuan berpikir siswa secara logis dan kreatif untuk mengkonstruksi serta memahami konsep-konsep pelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran IPA.

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang diterapkan selama pembelajaran IPA di kelompok kontrol. Kegiatan pembelajaran cenderung kurang bervariasi dengan lebih banyak menggunakan ceramah. Pembelajaran seperti ini, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melibatkan keterampilan prosesnya, kurang memberikan pengalaman belajar yang bermakna, kurang mengembangkan kemampuan berpikir siswa, serta kurang memberikan kesempatan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Sehingga siswa terlihat cepat jenuh, pasif, dan kurang berkonsentrasi dalam pembelajaran. Penerapan pembelajaran konvensional kurang dapat menumbuhkan minat, perhatian, serta motivasi siswa dalam belajar, sehingga proses pembelajaran berlangsung kurang efektif dan optimal. SIMPULAN DAN SARAN

    Berdasarkan hasil analisis data, kemampuan berpikir kritis IPA, diperoleh thit = 3,10 > ttab (= 0,05, 66) = 2,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini juga didukung oleh perbedaan nilai rerata kemampuan berpikir kritis IPA kelompok eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol

    yaitu . Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelas V Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014.

    Adapun saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian yang diperoleh, yaitu sebagai berikut. (1) Adanya pengaruh yang positif pada pembelajaran IPA

    dengan penerapan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan, hendaknya guru dapat menerapakan dan mengembangkan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dalam pembelajaran IPA di SD sebagai salah satu alternatif pilihan dalam meningkatkan kompetensinya, serta untuk menciptakan pembelajaran IPA yang aktif, bermakna, menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. (2) Sekolah hendaknya berusaha menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa sehingga kualitas proses dan kemampuan berpikir kritis sekolah menjadi semakin optimal. (3) Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian sejenis lebih lanjut guna mengembangkan ilmu pendidikan khususnya pengembangan model pembelajaran berbasis proyek berbantuan media lingkungan dalam pembelajaran IPA di SD. DAFTAR PUSTAKA . Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

    Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

    -------. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

    Azhar, Arsyad. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

    Dantes. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset

    Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

    Depdiknas. 2006. Kurikulum dan Hasil Belajar. Jakarta

    Gunawan, Rudi. 2011. Pendidikan IPS. Jakarta: Alfabeta.

    Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikolgi U.G.M..

    Mulyasa, E. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

  • Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

    Safnowandi. 2012. Project Based Learning dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Biologi. Tersedia pada http://safnowandi.wordpress.com/2012/11/03/project-based-learning-pbl-dan-aplikasinya-dalam-pembelajaran-biologi/ (diakses tanggal 8 Desember 2013)

    Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks

    Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

    Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.

    -------. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

    Syafii, Imam. 2013. Pembelajaran Berbasis Project. Tersedia pada http://lumajang-elektro.blogspot.com/2013/05/pembelajaran-berbasis-project.html (diakses pada tanggal 7 Desember 2013)

    Winarsunu, Tulus. 2010. Statistik dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan. Malang: UMM Press.