3
-
Upload
raden-galung-imam-akbar -
Category
Documents
-
view
7 -
download
3
description
Transcript of 3
3. Metode asuhan keperawatan ( M3- Method)
a. Penerapan MAKP
Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan
keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model
yang digunakan Ruang Interna Rs Yadalah metode Tim. Sebanyak
11 dari 13 perawat (84,6%) menyatakan mengerti atau memahami
model yang digunakan. Saratus persen menyatakan cocok dengan
model yang ada. Model yang digunakan sesuai dengan visi dan
misi ruangan.
Dari hasil wawancara, angket, observasi serta dari data
sekunder tentang efektifitas dan efisiensi model asuhan
keperawatan, didapatkan bahwa dengan menggunakan model yang
sekarang ini rata-rata lama pasien rawat inap Ruang interna adalah
7-14 hari. Perawat mengatakan bahwa tidak terjadi penuunan
kepercayaan pasien. Ini dilihat dari banyaknya jumlah pasien
rujukan dari puskesmasmaupun klinik-klinik lain. Sebanyak 9 dari
11 perawat (81.8 %) menyatakan bahwa model yang digunaka saat
ini tidak terlalu membebani kerja. Masalah pembiayaan terpusat
langsung, jadi bisa dikatakan, tergantung dari alokasi anggaran
yang disediakan Rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan. Kritikan
yang diterima oleh ruangan biasanya terkait dengan kurangnya
sumber daya tenaga sehingga pelayanan menjadi kurang optimal.
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian tentang
mekanisme pelaksanaan model askep, didapatkan bahwa 7 dari 11
perawat (63,6%) mengatakan bahwa komunikasi antarsif
berkelanjutan. Hal ini didukung dengan adanya data dokumentasi.
Semua perawat mengatakan bahwa pernah mendapat teguran dari
ketua Tim tentang tenaga kerja yang dilakukan. Hanya saja teguran
tsb berupa masukan-masukan. Sebanyak 8 dari 11 perawat (72,7%)
mengatakan bahwa merasa lelah melakukan tugasnya sesuai
standar yang ditetapkan.
Adapun data yang diperoleh dari pengkajian tentang
tanggungjawab dan pembagian tugas, didapatkan 6 dari 11 perawat
(54,5%)mengatakan bahwa mendapatkan pekerjaan yang kadang-
kadang tidak berbeda dengan lulusan akademik yang berbeda
tingkatannya. Sebanyak 5 dari 11 perawat (45,45%) memberikan
jawaban yang kurang sesuai dengan metode tim yang telah
digunakan. Sebanyak 6 dari 11 perawat (54,5%) mengaatakan
kurang mengetahui kebutuhan perawatan pasien secara
keseluruhan yang sedang dialami.
b. Overan
Overan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pergantian sif
malam ke pagi (pukul 07.00) dan pagi ke sore (pukul 14.00). selalu
diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas, tetapi dari
kuesioner yang telahdibagikan, diperoleh data: 100% perawat
menyatakan pelaksanaan overan kadang-kadang tepat waktu
dengan alasan, 7 perawat (63,63%) mengatakan anggota tim
belum lengkap, 4 perawat (36,36%) mengatakan data belum
disalin.
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh kepala ruangan. Untuk hal-hal
yang dipersiapkan dalam overan, semua perawat dapat menyebutan
dengan benar dan menyiapkan hal-hal yang akan dibutukan dalam
overan, meliputi catatan perkembangan kondisi pasien, buku
overan, dll. Sementara untuk hal-hal yang disampaikan selama
overan, dari 11 perawat hanya 5 perawat (45,45%) yang
mencantumkan masalah keperawatan, 6 perawat lainnya (54,54%)
menyatakan mereka langsung menggunakan diagnosis dokter agar
lebih efisien. Dalam setiap overan selalu ada klarifikasi langsung,
tanya jawab dan validasi terhadap semua hal yang dioverkan.
Seratus persen perawat mengetahui hal-hal prinsip tentang
teknik penyampaaian overan ketika di depan pasien yang meliputi:
penggunaan volume suara yang cukup sehingga tidak mengganggu
pasien di sebelahnya, sesuatu yang dianggap rahasia disampaikan
dengan bahasa medis, dll. Selalu ada interaksi dengan paseien saat
overan berlangsung, minimal menanyakan apa yang ditanyakan
pasien saat ini, semalam bisa tidur atau tidak. Lama overan
bervariasi tergantung kondisi pasien, semakin banyak yang akan
dilaporkan semakin lama waktunya, menurut hasil kuesioner,
biasanya tidak lebih dari lima menit untuk tiap pasien.
Pelaporan overan dicatat dalm buku khusus yang akan
ditandatangani oleh perawat melaporkan, perawat yang menerima
laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan overan, kepala
ruangan mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus
mengevaluasi kesipan sif selanjutnya. Kemudian overan akan
ditutup oleh kepala ruangan. Adapun hambatan yang dikeluhkan
perawat adalah 4 perawat (36,36%) mengaku kesulitan dalam
dalam mendokumentasikan laporan overan, 3 perawat
mengeluhkan tentang proses pa hambatan dalam overan adalah
pendokumentasian yang kurang sistematis dan efisien, 1 perawat
menjawab lebih suka menulis data pada secarik kertas, sedangkan
5 perawat lainnya menyatakan bahwa hambatan dalam overan
ketidakdisiplinan, 2 perawat lainnya menyatakan dokumentasi
masih terbatas hingga rencana tindakan belum spesifik.
c. Ronde keperawatan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, pelaksanaan ronde
keperawatan di ruang interna belum optimal, hal ini dikarenakan
jumlah pasien yang lebih banyak dari jumlah perawat.
Hanya81,8% perawat yang tahu tentang ronde keperawatan. 81,8%
perawat ruangan mau dan ingin berubah dalam melaksanakn ronde
yang lebih optimal. Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan ronde
keperawatan cukup mampu dalam melaksanakan tugasnya. Tim
yang dibentuk berkisar 3-4 orang atau perawat yang dipimpin oleh
kepala ruangan. Topik dan kasus yang dibahas dalam ronde
keperawatan sesuai dengan masalah yang ada diruangan dan lebih
memerlukan perhatian khusus, misalnya masalah gangren.
Pelatihan dan diskusi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi
diruangan telah dilaksnakan, tapi hanya dilaksanakan oleh sebagian
perawat yaitu sekitar 54,5%. Hal ini dikarenakan karna kegiatan
ruangan yang cukup padat sehingga kesempatan yang ada hanya
terbatas. Dari hasil observasi, ronde keperawatan dilaksanakan dan
diikuti hampir 72,7% perawat ruangan 50% dari keluarga pasien
yang terlibat. Ronde dilaksanakan sekitar 15-30 menit sekitar
pukul 09.00 dan dibuka oleh karu.
d. Pengelolaan logistik dan obat
Data yang diperoleh tentang pengadaan sentralisasi obat dalam
semua perawat mengemukakan jawaban mengerti tentang
sentralisasi obat. Diruangan tsb sudah ada sentralisasi obat. Ini bisa
dilihat adanya ruangan khusus obat. Sedangkan pelaksanaan
sentralisasi obat belum optimal. 8 dari 11 perawat memberi
jawaban pernah mengurusi sentralisasi obat. Selama ini format
yang masih ada masih format oral dan injeksi, dan yang lain
tercampur pada salah satu pada salah satu dari keduanya. Adapun
data tentang alur penerimaan obat yang diperoleh dari keluarga
langsung dibawa keruaang SO dan selama ini belum ada format
persetujuan sentralisasi obat untuk pasien.
Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya
ruangan khusus obat sedangkan alat-alat kesehatan hanya sebagian
ada dengan jumlah terbatas. Selama ini obat-obatan untuk pasien
dengan etiket kepemilikan. Akan tetapi keluar masuknya tidak
didokumentasikan. Semua perawat mengatakan bahwa selalu
memberi etiket kepemilikan pada obat-obat yang ada. Adapun data
yang diperoleh tentang cara penyiapan obat menunjukan 8 dari 11
perawat memberi jawaban bahwa jumlah sisa obat yang belum
diberikan tidak diinformasikan kepada pemilik.
e. Perencanaan pulang ( discharge planning)
Dari hasil observasi yang dilakukan, perencanaan pulang sudah
dilaksanakan. Akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian
perawat dan hanya pada saat pasien akan pulang. Isi format
perencanaan pulang hanya tentang penjelasan penyakit yang
diderita pasien dan bagaimana cara mengatasinya jika kambuh.
Dalam melakukan perencanaan pulang, perawat tidak pernah
memberikan brosur maupun leaflet pada pasien, sehingga psien
kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan oleh para
perawat.
Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara
yang sudah dilakukan kepada perawat diruangan, didapatkan hasil
bahwa 8 perawat mengatakan sudah memahami sudah memahami
perencanaan pulang dan sisanya belum memahami apa sebenarnya
perencanaan pulang yang benar, kemudian hanya 6 perawat yang
bersedia melakukan perencanaan pulang dan 8 perawat
mengatatakan bahwa perencanaan pulang hanya dilakukan saat
pasien akan pulang. Kemudian 7 perawatmengatakan bahwa
mereka pernah diberi tugas untuk melkukan perencanaan pulang
dan hanya secara lisan oleh kepala ruangan. Bahasa yang
digunakan saat memberikan perencanaan pulang adalah bahasa
indonesia dan sisanya menggunakan bahasa jawa. Kemudian ada 8
perawatmengatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan
pendokumentasian setelah melakukan perencanaan pulang.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan kepala ruangan,
didapatkan bahwa memang selama ini tidak pernah diberikan
brosur
Maupun leaflet saat melakukan perencanaan pulang dan juga tidak
disediakan anggaran khusus dalam pelaksanakan perencanaan
pulang.
f. Supervisi
Dari observasi yang dilakukan mahasiswa PSIK saat melakukan
praktek manajemen keperawatan, didapatkan data bahwa
kelengkapan supervisi diruangan belum memenuhi standar yang
telah ditetapkan. Saat supervisi injeksi IV dengan kepala ruangan
tidak tersedia alas untuk injeksi IV dan sebagian besar perawat
mengabaikan persiapan yang harus dilakukan kepada pasien.
Format untuk supervisi ruangan yang ada hanya format supervisi di
injeksi IV, sedangkan format supervisi lainnya masih belum ada.
Di ruang inrerna, supervisi dilakukan setiap bulan oleh kepala
ruangan. Kepala ruangan secara langsung melakukan supervisi
kepada perawat pelaksana. Kemudian ketua Tim melaporkan hasil
supervisi perawat pelaksana kepada kepala ruangan (supervisi tidak
langsung) dan hasil ini dijadikan dokumentasi untuk ruangan.
Dari wawancara dan angket dengan kepala beserta perawat
ruangan, didapatkan data bahwa 8 orang perawat telah memahami
tentang supervisi dan 4 orang perawat telah mendapat pelatihan
dan sosialisai tentang supervis. Mengingat perlunya supervisi
ruangan, maka kepala ruangan menyatakan hasil penilaian kepada
perawat secara adil sesuai hasil yang didapa, namun sebagian
perawat mengeluhkan kurang puas terhadap maupun balik yang
ada. Pemecahan masalah dari hasil supervisi belum dilaksanakan
secara optimal. Dari angket yang diberikan mahasiswa didapatkan
7 orang perawat menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk
berubah.
g. Dokumentasi
Model dokumentasi keperawatan yang digunakan diruang interna
adalah model dokumentasi POR (problem Oriented record). Dari
hasil observasi, dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi
pengkajian yang menggunakan sistem head to toe dan ROS
(Review of Body System), serta di diagnosis keperawatan sampai
dengan evaluasi menggunakan SOAP. Format pengkajian sudah
ada sehingga dapat memudahkan perawat dalam mengkaji.
Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual
(belum ada komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban
terhadap order dokter dan tindakan mandiri perawat, tetapi belum
semua tindakan didokumentasikan. Dari hasil angket yang sudah
disebarkan, 8 perawat mengatakan mengerti cara pengisian format
dokumentasi yang digunakan ruangan dengan benar dan tepat.
Namun pelatihan-pelatihan tentang cara pendokumentasian terus
diadakan.
keperawatan yang masih terus diadakan.
Dokumentasi asuhan keperawatan tidak dilaksanakan
segera setelah pasien masuk atau saat terjadi masalah keperawatan,
tapi kadang-kadang baru di isi saat pasien mau pulang atau apabila
keadaan ruang memungkinkan. Namun, dari hasil angket, 6
perawat mengatakan melakukan dokumentasi dengan segera
setelah melakukan tindakan. Catatan perkembangan pasien
kuttrang berkesinambungan dan kurang lengkap, serta respons dari
pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Dari 20 rekam
medis yang ada hanya 12 rekam medis yang ditulis dengan lengkap
dan tepat waktu.
Hasil angket untuk efisiensi dan efektifitas model
pendokumentasian menunjukan bahwa 6 perawat mengatakan
model dokumentasi yang digunakan menambah beban kerja
perawat dan 5 perawat mengadakan model dokumentasi yang
digunakan menyita banyak waktu, tetapi ada 8 perawat mengatakan
format yang digunakan sangat membantu dalam melakukan
pengkajian pada pasien.
4. Keuangan (M4- Money)
Biaya perawatan pasien di ruang interna sebagian besar dari
umum/biaya sendiri, Askes PNS, dan pihak ketiga. Selama mei 2010
didapatkan 87% biaya sendiri /umum, 39 pasien Askes PNS, 2
pasienpihak ketiga.
5. Pemasaran (M5- marketing, termasuk mutu)
Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RS Y
sebagian besar berawal dari jawa timur, tetapi ada sebagian besar yang
berasal dari luar jawa timur. Bahkan ada yang berasal dari luar jawa.
Usia pelanggan bervariasi, kisaran usia antara 7-86 thn. Mayoritas
pelanggan, berusia >50thn (sebanyak 45 orang). RS Y merupakan rumah
sakit tipe B sebagai RS pendidikan dengan fasilitas sarana dan prasarana
yang menunjang. Di lain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus
sebagai tim marketing secara langsung untuk mencari pelanggan dalam
mencari pelayanan jasa kesehatan. Perawat memberikan pelayanan
seoptimal mungkin dengan memberikan perawatan secara paripurna,
sehingga pelayanan diruangan layak untuk dipromosikan sebagai bahan
pemasaran untuk mencari pelanggan.
a. BOR pasien
Contoh BOR pasien di ruang Y
Berdasarkan hasil pengkajian BOR pasien diruangan adalah 80%,
gambaran kapasitas tempat tidur ruang interna yaitu 25 tempat
tidur dengan rincian.
b. Mutu pelayanan keperawatan
Rs y telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien,
dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting terdapat
didalamnya, diantaranya:
Meningkatkan mutu pelayanan
Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari
beberapa aspek, antara lain:
1) Kejadian dekubitus, selama april 2010 terdapat 9
pasien yang mengalami dekubitus (1%) dari total
775 pasien MRS yang mengalami immobilisasi
diseluruh ruangan rawat inap
2) Kematian pasien > 48 jam, dari 948 pasien MRS
pada bulan april 2010 terdapat 25 pasien yang
meninggal (2,6%)
Upaya pengurangan infeksi nosokomial
Indikator penilaian inos adalah:
1. Flebitis
2. ILO (tidak terjadi)
Luka bersih
Luka bersih terkontaminasi
Lukpenjelasan sertiap terkontaminasi
3. ISK (tidak terjadi)
4. Pnemonia (tidak terjadi)
Indikator mutu
1) Tingkat kepuasan pasien
Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien
terhadap kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi
menggunakan kuesioner yang berisi 20 soal yang
berbentuk pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan
mencakup pemberian penjelasan orientasi ruangan,
pemberian prosedur tindakan, dan sikap perawat
selama memberikan asuhan keperawatan. Jawaban
pada pertanyaan pilihan terdiri atas tiga jawaban
yaitu ya, kadang-kadang, dan tidak. Adapun
indikator kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan dinilai berdasarkan kuesioner yang
berjumlah 20 pertanyaan , masing-masing
pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban
kemudian di total tiap-tiap responden dan di jumlah
secara keseluruhan. Kriteria penilaian: jika
menjawab ya bernilai 2, kadang-kadang bernilai 1
dan tidak bernilai 0. Penilaian kepuasan dilakukan
berdasarkan rentang presentasi yang diadopsi dari
kriteria Notoatmodjo, dimana < 56% menunjukan
kurang puas, 56-75% menunjukan cukup puas, dan
75%-100%menunjukan puas. Pengkajian dilakukan
kepada 17 responden.
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa
47,05% responden menjawab puas, 29,42%
responden menjawab cukup puas, 23,53%
responden menjawab tidak puas.namun, dari hasil
penilaian tingkat kepuasan yang dilakukan secara
menyeluruh di Ruang interna menunjukan nilai
kepuasan adalah 71,9%. Hal ini menunjukan bahwa
tngkat kepuasan pasien di ruang interna terhadap
kinerja perawat adalah cukup puas.
2) Keamanan pasien
Indikator penilaian peningkatan mutu pelayanan
dapat dilihat jumlah pengulangan KTD, angka
kejadian flebitis, angka kejadian kesalahan
pemberian obat, dan kejadian jatuh. Dari
pengukuran indikator mutu pelayanan keperawatan
klinik yang dilakukan pada bulan juni 2010
terhadap 17 orang pasien di ruang A dan G serta
hasil rekap data satu bulan sebelumnya (bulan mei
2010)
Didapatkan hasil:
a. Jumlah pengulangan KTD yang sama tidak
terjadi;
b. Kejadian dekubitus, selama mei 2010 tidak
teridentifikasi adanya kejadian dekubitus di
ruang interna Rs Y
c) Kejadian flebitis, pada bulan mei 2010 tercatat 640 pasien yang terpasang
intravena line (IVL). Dari 640 pasien yang terpasang IVL, terdapat 12
pasien yang mengalami kejadian flebitis sehingga didapatkan nilai 18,75
per mil, artinya dari 1000 pasien yang terpasang IVL terdapat rata-rata 18-
19 pasien yang mengalami flebitis;
d) Kejdian kesalahan pemberian obat tidak terjadi, pemberi obat, dilakukan
secara benar sesuai dengan indikasi yang diberikan oleh dokter.
e) Kejadian jatuh tidak terjadi, didapatkan bahwa 100% pasien tidak
mengalami jatuh selama perawatan oleh mahasiswa praktik keperawatan.
Meskipun sebagai pasien mempunyai risiko mengalami jatuh, akan tetapi
dari hasil tabulasi menunjuan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.
ALOS (Average long of stay)
Lama rawat inap pasien di ruang interna bulan maret 2010 rata-
rata adalah 3-4 hari, pulang dengang kondisi membaik 23,17%
kondisi belum sembuh 12,58%. Data selama mei 2010 untuk
perhitungtan ALOS adalah 649 hari (jumlah hari perawatan total).
Dengan jumlah total pasien 116 pasien. Dari perhitungan,
didapkan hasil rata-rata lama rawat inap adalah 5,59, atau setara
dengan 5-6 hari untuk satu pasien.
Pada analisa swot ini ada beberapa hal perlu diperhatikan.
1. Pengisian item internal factors (IFAS) dan external factors
(EFAS). Cara pengisian EFAS dan IFAS sesuaikan dengan
komponen yang ada dalam pengumpulan data. Data tersebut
dibedakan menjadi 2 yaitu IFAS yang meliouti aspek kelemahan
atau weakness dan kekuatan dan EFAS yang meliputi aspek
peluang dan ancaman.
2. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting)
sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor
tersebut terhadap trategi perusahaan.
3. Peringkat. Hitung peringkat masing-masing faktor dengan
memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang)
berdasarkan pengaruh tersebut. Data peringkat didapatkan
berdasarkan peringkat hasil pengukuran secara observasi,
wawancara, pengukuran langsung. Faktor kekuatan dan peluang
menggambarkan nilai kerja positif sebaliknya faktor kelemahan
dan ancaman menggambarkan nilai kinerja yang negatif kemudian,
bobot di kali dengan peringkat untuk menjadi untuk mendapatkan
nilai masing-masing faktor.
4. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk
mendapatkan nilai IFAS adalah: kekuatan- kelemahan (S-W) dan
EFAS adalah peluang- ancaman (O-T). Hasil dari nilali IFAS dan
EFAS kemudian dimasukan kedalam diagram layang untuk
mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak
kuadran.
a. Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat
progresif/ turn around dengan tujuan meningkatkan
kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan
(peluang)
b. Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif
dengan tujuan mengembangan kekuatan interna yang
ada untuk mendapatkan peluang lebihb dalam
menghadapi npersaingan.
c. Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat
diversifikasi dengan tujuan merubah kekuatan interna
yang ada untuk mengantisifasi faktor ancaman dari luar
.
d. Pada kuadran WT , strategi perencanaan bersifat
bertahan dengan tujuan mempertahankan eksistensi
supaya institusi /perusahaan tetap ada dan dapat
menjalankan fungsinya secara minimal.