3

19
3. Metode asuhan keperawatan ( M3- Method) a. Penerapan MAKP Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan Ruang Interna Rs Yadalah metode Tim. Sebanyak 11 dari 13 perawat (84,6%) menyatakan mengerti atau memahami model yang digunakan. Saratus persen menyatakan cocok dengan model yang ada. Model yang digunakan sesuai dengan visi dan misi ruangan. Dari hasil wawancara, angket, observasi serta dari data sekunder tentang efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan, didapatkan bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini rata-rata lama pasien rawat inap Ruang interna adalah 7-14 hari. Perawat mengatakan bahwa tidak terjadi penuunan kepercayaan pasien. Ini dilihat dari banyaknya jumlah pasien rujukan dari puskesmasmaupun klinik-klinik lain. Sebanyak 9 dari 11 perawat (81.8 %) menyatakan bahwa model yang digunaka saat ini tidak terlalu membebani kerja. Masalah pembiayaan terpusat langsung, jadi bisa dikatakan, tergantung dari alokasi anggaran yang disediakan Rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan. Kritikan yang

description

OKOK

Transcript of 3

Page 1: 3

3. Metode asuhan keperawatan ( M3- Method)

a. Penerapan MAKP

Dari hasil wawancara dan angket tentang model asuhan

keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model

yang digunakan Ruang Interna Rs Yadalah metode Tim. Sebanyak

11 dari 13 perawat (84,6%) menyatakan mengerti atau memahami

model yang digunakan. Saratus persen menyatakan cocok dengan

model yang ada. Model yang digunakan sesuai dengan visi dan

misi ruangan.

Dari hasil wawancara, angket, observasi serta dari data

sekunder tentang efektifitas dan efisiensi model asuhan

keperawatan, didapatkan bahwa dengan menggunakan model yang

sekarang ini rata-rata lama pasien rawat inap Ruang interna adalah

7-14 hari. Perawat mengatakan bahwa tidak terjadi penuunan

kepercayaan pasien. Ini dilihat dari banyaknya jumlah pasien

rujukan dari puskesmasmaupun klinik-klinik lain. Sebanyak 9 dari

11 perawat (81.8 %) menyatakan bahwa model yang digunaka saat

ini tidak terlalu membebani kerja. Masalah pembiayaan terpusat

langsung, jadi bisa dikatakan, tergantung dari alokasi anggaran

yang disediakan Rumah sakit untuk tiap-tiap ruangan. Kritikan

yang diterima oleh ruangan biasanya terkait dengan kurangnya

sumber daya tenaga sehingga pelayanan menjadi kurang optimal.

Data yang diperoleh dari hasil pengkajian tentang

mekanisme pelaksanaan model askep, didapatkan bahwa 7 dari 11

perawat (63,6%) mengatakan bahwa komunikasi antarsif

berkelanjutan. Hal ini didukung dengan adanya data dokumentasi.

Semua perawat mengatakan bahwa pernah mendapat teguran dari

ketua Tim tentang tenaga kerja yang dilakukan. Hanya saja teguran

tsb berupa masukan-masukan. Sebanyak 8 dari 11 perawat (72,7%)

mengatakan bahwa merasa lelah melakukan tugasnya sesuai

standar yang ditetapkan.

Page 2: 3

Adapun data yang diperoleh dari pengkajian tentang

tanggungjawab dan pembagian tugas, didapatkan 6 dari 11 perawat

(54,5%)mengatakan bahwa mendapatkan pekerjaan yang kadang-

kadang tidak berbeda dengan lulusan akademik yang berbeda

tingkatannya. Sebanyak 5 dari 11 perawat (45,45%) memberikan

jawaban yang kurang sesuai dengan metode tim yang telah

digunakan. Sebanyak 6 dari 11 perawat (54,5%) mengaatakan

kurang mengetahui kebutuhan perawatan pasien secara

keseluruhan yang sedang dialami.

b. Overan

Overan dilakukan dua kali dalam sehari, yaitu pada pergantian sif

malam ke pagi (pukul 07.00) dan pagi ke sore (pukul 14.00). selalu

diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas, tetapi dari

kuesioner yang telahdibagikan, diperoleh data: 100% perawat

menyatakan pelaksanaan overan kadang-kadang tepat waktu

dengan alasan, 7 perawat (63,63%) mengatakan anggota tim

belum lengkap, 4 perawat (36,36%) mengatakan data belum

disalin.

Kegiatan ini dipimpin langsung oleh kepala ruangan. Untuk hal-hal

yang dipersiapkan dalam overan, semua perawat dapat menyebutan

dengan benar dan menyiapkan hal-hal yang akan dibutukan dalam

overan, meliputi catatan perkembangan kondisi pasien, buku

overan, dll. Sementara untuk hal-hal yang disampaikan selama

overan, dari 11 perawat hanya 5 perawat (45,45%) yang

mencantumkan masalah keperawatan, 6 perawat lainnya (54,54%)

menyatakan mereka langsung menggunakan diagnosis dokter agar

lebih efisien. Dalam setiap overan selalu ada klarifikasi langsung,

tanya jawab dan validasi terhadap semua hal yang dioverkan.

Seratus persen perawat mengetahui hal-hal prinsip tentang

teknik penyampaaian overan ketika di depan pasien yang meliputi:

penggunaan volume suara yang cukup sehingga tidak mengganggu

pasien di sebelahnya, sesuatu yang dianggap rahasia disampaikan

Page 3: 3

dengan bahasa medis, dll. Selalu ada interaksi dengan paseien saat

overan berlangsung, minimal menanyakan apa yang ditanyakan

pasien saat ini, semalam bisa tidur atau tidak. Lama overan

bervariasi tergantung kondisi pasien, semakin banyak yang akan

dilaporkan semakin lama waktunya, menurut hasil kuesioner,

biasanya tidak lebih dari lima menit untuk tiap pasien.

Pelaporan overan dicatat dalm buku khusus yang akan

ditandatangani oleh perawat melaporkan, perawat yang menerima

laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan overan, kepala

ruangan mengadakan diskusi singkat untuk mengetahui sekaligus

mengevaluasi kesipan sif selanjutnya. Kemudian overan akan

ditutup oleh kepala ruangan. Adapun hambatan yang dikeluhkan

perawat adalah 4 perawat (36,36%) mengaku kesulitan dalam

dalam mendokumentasikan laporan overan, 3 perawat

mengeluhkan tentang proses pa hambatan dalam overan adalah

pendokumentasian yang kurang sistematis dan efisien, 1 perawat

menjawab lebih suka menulis data pada secarik kertas, sedangkan

5 perawat lainnya menyatakan bahwa hambatan dalam overan

ketidakdisiplinan, 2 perawat lainnya menyatakan dokumentasi

masih terbatas hingga rencana tindakan belum spesifik.

c. Ronde keperawatan

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, pelaksanaan ronde

keperawatan di ruang interna belum optimal, hal ini dikarenakan

jumlah pasien yang lebih banyak dari jumlah perawat.

Hanya81,8% perawat yang tahu tentang ronde keperawatan. 81,8%

perawat ruangan mau dan ingin berubah dalam melaksanakn ronde

yang lebih optimal. Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan ronde

keperawatan cukup mampu dalam melaksanakan tugasnya. Tim

yang dibentuk berkisar 3-4 orang atau perawat yang dipimpin oleh

kepala ruangan. Topik dan kasus yang dibahas dalam ronde

keperawatan sesuai dengan masalah yang ada diruangan dan lebih

memerlukan perhatian khusus, misalnya masalah gangren.

Page 4: 3

Pelatihan dan diskusi yang berkaitan dengan masalah yang terjadi

diruangan telah dilaksnakan, tapi hanya dilaksanakan oleh sebagian

perawat yaitu sekitar 54,5%. Hal ini dikarenakan karna kegiatan

ruangan yang cukup padat sehingga kesempatan yang ada hanya

terbatas. Dari hasil observasi, ronde keperawatan dilaksanakan dan

diikuti hampir 72,7% perawat ruangan 50% dari keluarga pasien

yang terlibat. Ronde dilaksanakan sekitar 15-30 menit sekitar

pukul 09.00 dan dibuka oleh karu.

d. Pengelolaan logistik dan obat

Data yang diperoleh tentang pengadaan sentralisasi obat dalam

semua perawat mengemukakan jawaban mengerti tentang

sentralisasi obat. Diruangan tsb sudah ada sentralisasi obat. Ini bisa

dilihat adanya ruangan khusus obat. Sedangkan pelaksanaan

sentralisasi obat belum optimal. 8 dari 11 perawat memberi

jawaban pernah mengurusi sentralisasi obat. Selama ini format

yang masih ada masih format oral dan injeksi, dan yang lain

tercampur pada salah satu pada salah satu dari keduanya. Adapun

data tentang alur penerimaan obat yang diperoleh dari keluarga

langsung dibawa keruaang SO dan selama ini belum ada format

persetujuan sentralisasi obat untuk pasien.

Data tentang cara penyimpanan obat meliputi adanya

ruangan khusus obat sedangkan alat-alat kesehatan hanya sebagian

ada dengan jumlah terbatas. Selama ini obat-obatan untuk pasien

dengan etiket kepemilikan. Akan tetapi keluar masuknya tidak

didokumentasikan. Semua perawat mengatakan bahwa selalu

memberi etiket kepemilikan pada obat-obat yang ada. Adapun data

yang diperoleh tentang cara penyiapan obat menunjukan 8 dari 11

perawat memberi jawaban bahwa jumlah sisa obat yang belum

diberikan tidak diinformasikan kepada pemilik.

e. Perencanaan pulang ( discharge planning)

Dari hasil observasi yang dilakukan, perencanaan pulang sudah

dilaksanakan. Akan tetapi hanya dilaksanakan oleh sebagian

Page 5: 3

perawat dan hanya pada saat pasien akan pulang. Isi format

perencanaan pulang hanya tentang penjelasan penyakit yang

diderita pasien dan bagaimana cara mengatasinya jika kambuh.

Dalam melakukan perencanaan pulang, perawat tidak pernah

memberikan brosur maupun leaflet pada pasien, sehingga psien

kadang lupa tentang penjelasan yang sudah diberikan oleh para

perawat.

Dari hasil angket yang sudah disebarkan dan wawancara

yang sudah dilakukan kepada perawat diruangan, didapatkan hasil

bahwa 8 perawat mengatakan sudah memahami sudah memahami

perencanaan pulang dan sisanya belum memahami apa sebenarnya

perencanaan pulang yang benar, kemudian hanya 6 perawat yang

bersedia melakukan perencanaan pulang dan 8 perawat

mengatatakan bahwa perencanaan pulang hanya dilakukan saat

pasien akan pulang. Kemudian 7 perawatmengatakan bahwa

mereka pernah diberi tugas untuk melkukan perencanaan pulang

dan hanya secara lisan oleh kepala ruangan. Bahasa yang

digunakan saat memberikan perencanaan pulang adalah bahasa

indonesia dan sisanya menggunakan bahasa jawa. Kemudian ada 8

perawatmengatakan bahwa mereka tidak pernah melakukan

pendokumentasian setelah melakukan perencanaan pulang.

Sedangkan dari hasil wawancara dengan kepala ruangan,

didapatkan bahwa memang selama ini tidak pernah diberikan

brosur

Maupun leaflet saat melakukan perencanaan pulang dan juga tidak

disediakan anggaran khusus dalam pelaksanakan perencanaan

pulang.

f. Supervisi

Dari observasi yang dilakukan mahasiswa PSIK saat melakukan

praktek manajemen keperawatan, didapatkan data bahwa

kelengkapan supervisi diruangan belum memenuhi standar yang

telah ditetapkan. Saat supervisi injeksi IV dengan kepala ruangan

Page 6: 3

tidak tersedia alas untuk injeksi IV dan sebagian besar perawat

mengabaikan persiapan yang harus dilakukan kepada pasien.

Format untuk supervisi ruangan yang ada hanya format supervisi di

injeksi IV, sedangkan format supervisi lainnya masih belum ada.

Di ruang inrerna, supervisi dilakukan setiap bulan oleh kepala

ruangan. Kepala ruangan secara langsung melakukan supervisi

kepada perawat pelaksana. Kemudian ketua Tim melaporkan hasil

supervisi perawat pelaksana kepada kepala ruangan (supervisi tidak

langsung) dan hasil ini dijadikan dokumentasi untuk ruangan.

Dari wawancara dan angket dengan kepala beserta perawat

ruangan, didapatkan data bahwa 8 orang perawat telah memahami

tentang supervisi dan 4 orang perawat telah mendapat pelatihan

dan sosialisai tentang supervis. Mengingat perlunya supervisi

ruangan, maka kepala ruangan menyatakan hasil penilaian kepada

perawat secara adil sesuai hasil yang didapa, namun sebagian

perawat mengeluhkan kurang puas terhadap maupun balik yang

ada. Pemecahan masalah dari hasil supervisi belum dilaksanakan

secara optimal. Dari angket yang diberikan mahasiswa didapatkan

7 orang perawat menyatakan kurang mempunyai motivasi untuk

berubah.

g. Dokumentasi

Model dokumentasi keperawatan yang digunakan diruang interna

adalah model dokumentasi POR (problem Oriented record). Dari

hasil observasi, dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi

pengkajian yang menggunakan sistem head to toe dan ROS

(Review of Body System), serta di diagnosis keperawatan sampai

dengan evaluasi menggunakan SOAP. Format pengkajian sudah

ada sehingga dapat memudahkan perawat dalam mengkaji.

Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual

(belum ada komputerisasi). Catatan keperawatan berisikan jawaban

terhadap order dokter dan tindakan mandiri perawat, tetapi belum

semua tindakan didokumentasikan. Dari hasil angket yang sudah

Page 7: 3

disebarkan, 8 perawat mengatakan mengerti cara pengisian format

dokumentasi yang digunakan ruangan dengan benar dan tepat.

Namun pelatihan-pelatihan tentang cara pendokumentasian terus

diadakan.

keperawatan yang masih terus diadakan.

Dokumentasi asuhan keperawatan tidak dilaksanakan

segera setelah pasien masuk atau saat terjadi masalah keperawatan,

tapi kadang-kadang baru di isi saat pasien mau pulang atau apabila

keadaan ruang memungkinkan. Namun, dari hasil angket, 6

perawat mengatakan melakukan dokumentasi dengan segera

setelah melakukan tindakan. Catatan perkembangan pasien

kuttrang berkesinambungan dan kurang lengkap, serta respons dari

pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi. Dari 20 rekam

medis yang ada hanya 12 rekam medis yang ditulis dengan lengkap

dan tepat waktu.

Hasil angket untuk efisiensi dan efektifitas model

pendokumentasian menunjukan bahwa 6 perawat mengatakan

model dokumentasi yang digunakan menambah beban kerja

perawat dan 5 perawat mengadakan model dokumentasi yang

digunakan menyita banyak waktu, tetapi ada 8 perawat mengatakan

format yang digunakan sangat membantu dalam melakukan

pengkajian pada pasien.

4. Keuangan (M4- Money)

Biaya perawatan pasien di ruang interna sebagian besar dari

umum/biaya sendiri, Askes PNS, dan pihak ketiga. Selama mei 2010

didapatkan 87% biaya sendiri /umum, 39 pasien Askes PNS, 2

pasienpihak ketiga.

5. Pemasaran (M5- marketing, termasuk mutu)

Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RS Y

sebagian besar berawal dari jawa timur, tetapi ada sebagian besar yang

berasal dari luar jawa timur. Bahkan ada yang berasal dari luar jawa.

Usia pelanggan bervariasi, kisaran usia antara 7-86 thn. Mayoritas

Page 8: 3

pelanggan, berusia >50thn (sebanyak 45 orang). RS Y merupakan rumah

sakit tipe B sebagai RS pendidikan dengan fasilitas sarana dan prasarana

yang menunjang. Di lain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus

sebagai tim marketing secara langsung untuk mencari pelanggan dalam

mencari pelayanan jasa kesehatan. Perawat memberikan pelayanan

seoptimal mungkin dengan memberikan perawatan secara paripurna,

sehingga pelayanan diruangan layak untuk dipromosikan sebagai bahan

pemasaran untuk mencari pelanggan.

a. BOR pasien

Contoh BOR pasien di ruang Y

Berdasarkan hasil pengkajian BOR pasien diruangan adalah 80%,

gambaran kapasitas tempat tidur ruang interna yaitu 25 tempat

tidur dengan rincian.

b. Mutu pelayanan keperawatan

Rs y telah menerapkan upaya penjaminan mutu perawatan pasien,

dimana terdapat beberapa aspek penilaian penting terdapat

didalamnya, diantaranya:

Meningkatkan mutu pelayanan

Indikator peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari

beberapa aspek, antara lain:

1) Kejadian dekubitus, selama april 2010 terdapat 9

pasien yang mengalami dekubitus (1%) dari total

775 pasien MRS yang mengalami immobilisasi

diseluruh ruangan rawat inap

2) Kematian pasien > 48 jam, dari 948 pasien MRS

pada bulan april 2010 terdapat 25 pasien yang

meninggal (2,6%)

Upaya pengurangan infeksi nosokomial

Indikator penilaian inos adalah:

1. Flebitis

2. ILO (tidak terjadi)

Luka bersih

Page 9: 3

Luka bersih terkontaminasi

Lukpenjelasan sertiap terkontaminasi

3. ISK (tidak terjadi)

4. Pnemonia (tidak terjadi)

Indikator mutu

1) Tingkat kepuasan pasien

Berikut akan dipaparkan mengenai kepuasan pasien

terhadap kinerja perawat. Pelaksanaan evaluasi

menggunakan kuesioner yang berisi 20 soal yang

berbentuk pertanyaan pilihan. Pertanyaan pilihan

mencakup pemberian penjelasan orientasi ruangan,

pemberian prosedur tindakan, dan sikap perawat

selama memberikan asuhan keperawatan. Jawaban

pada pertanyaan pilihan terdiri atas tiga jawaban

yaitu ya, kadang-kadang, dan tidak. Adapun

indikator kepuasan pasien terhadap pelayanan

keperawatan dinilai berdasarkan kuesioner yang

berjumlah 20 pertanyaan , masing-masing

pertanyaan diberi nilai berdasarkan jawaban

kemudian di total tiap-tiap responden dan di jumlah

secara keseluruhan. Kriteria penilaian: jika

menjawab ya bernilai 2, kadang-kadang bernilai 1

dan tidak bernilai 0. Penilaian kepuasan dilakukan

berdasarkan rentang presentasi yang diadopsi dari

kriteria Notoatmodjo, dimana < 56% menunjukan

kurang puas, 56-75% menunjukan cukup puas, dan

75%-100%menunjukan puas. Pengkajian dilakukan

kepada 17 responden.

Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa

47,05% responden menjawab puas, 29,42%

responden menjawab cukup puas, 23,53%

responden menjawab tidak puas.namun, dari hasil

Page 10: 3

penilaian tingkat kepuasan yang dilakukan secara

menyeluruh di Ruang interna menunjukan nilai

kepuasan adalah 71,9%. Hal ini menunjukan bahwa

tngkat kepuasan pasien di ruang interna terhadap

kinerja perawat adalah cukup puas.

2) Keamanan pasien

Indikator penilaian peningkatan mutu pelayanan

dapat dilihat jumlah pengulangan KTD, angka

kejadian flebitis, angka kejadian kesalahan

pemberian obat, dan kejadian jatuh. Dari

pengukuran indikator mutu pelayanan keperawatan

klinik yang dilakukan pada bulan juni 2010

terhadap 17 orang pasien di ruang A dan G serta

hasil rekap data satu bulan sebelumnya (bulan mei

2010)

Didapatkan hasil:

a. Jumlah pengulangan KTD yang sama tidak

terjadi;

b. Kejadian dekubitus, selama mei 2010 tidak

teridentifikasi adanya kejadian dekubitus di

ruang interna Rs Y

c) Kejadian flebitis, pada bulan mei 2010 tercatat 640 pasien yang terpasang

intravena line (IVL). Dari 640 pasien yang terpasang IVL, terdapat 12

pasien yang mengalami kejadian flebitis sehingga didapatkan nilai 18,75

per mil, artinya dari 1000 pasien yang terpasang IVL terdapat rata-rata 18-

19 pasien yang mengalami flebitis;

d) Kejdian kesalahan pemberian obat tidak terjadi, pemberi obat, dilakukan

secara benar sesuai dengan indikasi yang diberikan oleh dokter.

e) Kejadian jatuh tidak terjadi, didapatkan bahwa 100% pasien tidak

mengalami jatuh selama perawatan oleh mahasiswa praktik keperawatan.

Meskipun sebagai pasien mempunyai risiko mengalami jatuh, akan tetapi

dari hasil tabulasi menunjuan tidak ada pasien yang mengalami jatuh.

Page 11: 3

ALOS (Average long of stay)

Lama rawat inap pasien di ruang interna bulan maret 2010 rata-

rata adalah 3-4 hari, pulang dengang kondisi membaik 23,17%

kondisi belum sembuh 12,58%. Data selama mei 2010 untuk

perhitungtan ALOS adalah 649 hari (jumlah hari perawatan total).

Dengan jumlah total pasien 116 pasien. Dari perhitungan,

didapkan hasil rata-rata lama rawat inap adalah 5,59, atau setara

dengan 5-6 hari untuk satu pasien.

Pada analisa swot ini ada beberapa hal perlu diperhatikan.

1. Pengisian item internal factors (IFAS) dan external factors

(EFAS). Cara pengisian EFAS dan IFAS sesuaikan dengan

komponen yang ada dalam pengumpulan data. Data tersebut

dibedakan menjadi 2 yaitu IFAS yang meliouti aspek kelemahan

atau weakness dan kekuatan dan EFAS yang meliputi aspek

peluang dan ancaman.

2. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting)

sampai dengan 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor

tersebut terhadap trategi perusahaan.

3. Peringkat. Hitung peringkat masing-masing faktor dengan

memberikan skala mulai 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang)

berdasarkan pengaruh tersebut. Data peringkat didapatkan

berdasarkan peringkat hasil pengukuran secara observasi,

wawancara, pengukuran langsung. Faktor kekuatan dan peluang

menggambarkan nilai kerja positif sebaliknya faktor kelemahan

dan ancaman menggambarkan nilai kinerja yang negatif kemudian,

bobot di kali dengan peringkat untuk menjadi untuk mendapatkan

nilai masing-masing faktor.

4. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk

mendapatkan nilai IFAS adalah: kekuatan- kelemahan (S-W) dan

EFAS adalah peluang- ancaman (O-T). Hasil dari nilali IFAS dan

EFAS kemudian dimasukan kedalam diagram layang untuk

Page 12: 3

mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak

kuadran.

a. Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat

progresif/ turn around dengan tujuan meningkatkan

kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan

(peluang)

b. Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif

dengan tujuan mengembangan kekuatan interna yang

ada untuk mendapatkan peluang lebihb dalam

menghadapi npersaingan.

c. Pada kuadran ST, strategi perencanaan bersifat

diversifikasi dengan tujuan merubah kekuatan interna

yang ada untuk mengantisifasi faktor ancaman dari luar

.

d. Pada kuadran WT , strategi perencanaan bersifat

bertahan dengan tujuan mempertahankan eksistensi

supaya institusi /perusahaan tetap ada dan dapat

menjalankan fungsinya secara minimal.