34931554-Mioma-Uteri
-
Upload
dale-mckinney -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of 34931554-Mioma-Uteri
like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah
mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada
mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan
mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak
mengalami regresi yang bermakna setelah menopause sebagaimana yang disangka.
Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan
setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.3
1.6. Klasifikasi mioma uteri
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.3
1. Lokasi
• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.
• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
2. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
• Mioma Uteri Submukosa
Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat
menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi
nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat
disalahartikan dengan kanker serviks. Dari sudut klinik mioma uteri submukosa
1
mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada
mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi
sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis
submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui
vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan
histerektomi.
• Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau
mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari
tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga
mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga
peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
• Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih
kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering
tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya
massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai
mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot
rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim
dominan). Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan
halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip
potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang
2
sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi
kistik maka konsistensi menjadi lunak.
Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik
tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran,
meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis, kalsifikasi,
nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos
cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma
uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal
ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini
terjadi secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam
sirkulasi atau transformasi maligna.
Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri. ( diunduh dari
http://www.scribd.com/doc/7432183/LAPORAN-KASUS-MIOMA )
1.7. Gejala klinis
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul
sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,
submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala
tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :6
3
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan
dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini,
antara lain adalah :
- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno
karsinoma endometrium.
- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma
diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah
yang melaluinya dengan baik.
2) Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.
Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya
yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
3) Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada
kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio
urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum
dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh
limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4) Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
4
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila
penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab
infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
1.8. Diagnosis
1. Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor
resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga
dengan
pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas,
tidak sakit.
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan
uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium
yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar
Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.
b. Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada
uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen
bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh
ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
5
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri,
namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
1.9. Diagnosis banding
Ca Endometrium
Ca Serviks
1.10. Penatalaksanaan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma
uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan
bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum,
penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif.
Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post menopause
tanpa gejala. 3
Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi
adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini
dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan cara
ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah
dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena
keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan adalah 30-
50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya tindakan terpilih.
Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam. Yang akhir ini
jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada
perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur
pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
6
timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan
apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.6
Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri.5
1.11. Komplikasi
Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.
Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan
sekunder tersebut antara lain : 6
• Atrofi
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
• Degenerasi hialin
Perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan
struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya
sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut
otot dari kelompok lainnya.
• Degenerasi kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma
menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi
agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe
7
sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor
sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
• Degenerasi membatu (calcereus degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang
mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
rontgen.
• Degenerasi merah (carneus degeneration)
Perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan
karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada
pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna
merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah
tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada
perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium
atau mioma bertangkai.
• Degenerasi lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : 6
1. Degenerasi ganas.
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh
mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya
baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan
akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi
pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai).
8
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.
Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.
3. Nekrosis dan infeksi.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.
A. HIPERPLASIA ENDOMETRIUM
Hiperplasia endometrium adalah keadaan dimana endometrium tumbuh secara
berlebihan. Kelainan ini bersifat benigna ( jinak ) ; akan tetapi pada sejumlah kasus
dapat berkembang kearah keganasan uterus . Sejumlah wanita berada pada resiko
tinggi menderita hiperplasia endometrium. Tulisan ini akan memberi penjelasan
mengenai : 9
Pemeriksaan Diagnostik
Terapi
Pencegahan
Faktor Resiko
Hiperplasia Endometrium seringkali terjadi pada sejumlah wanita yang memiliki
resiko tinggi :9
1. Obesitas ( konversi perifer androgen menjadi estrogen dalam jaringan lemak )
2. Penderita Diabetes melitus
3. Pengguna estrogen dalam jangka panjang tanpa disertai pemberian progestin
pada kasus menopause
9
`Gejala Klinik
Siklus menstruasi tak teratur, tidak haid dalam jangka waktu lama (amenore)
ataupun menstruasi terus-menerus dan banyak. Selain itu, akan sering mengalami
plek bahkan muncul gangguan sakit kepala, mudah lelah dan sebagainya. Dampak
berkelanjutan dari penyakit ini, adalah penderita bisa mengalami kesulitan hamil dan
terserang anemia. Hubungan suami-istri pun terganggu karena biasanya terjadi
perdarahan yang cukup parah. 9
Terdapat 2 golongan :
1. Simple Hyperplasia
2. Complex Hyperplasia
dengan dua subgolongan : dengan atau tanpa atypia
Complex Atypical Hyperplasia memiliki potensi keganasan paling tinggi
dimana sekitar20 – 30% tanpa pengobatan akan mengalami perubahan ke karsinoma
endometrium. 9
Pemeriksaan
Pada penderita perdarahan uterus abnormal yang disertai dengan faktor resiko
harus dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan kemungkinan hiperplasia
endometrium:9
Pemeriksaan Ultrasonografi
Pada wanita pasca menopause ketebalan endometrium pada pemeriksaan
ultrasonografi transvaginal kira kira < 4 mm. Untuk dapat melihat keadaan dinding
10
cavum uteri secara lebih baik maka dapat dilakukan pemeriksaan hysterosonografi
dengan memasukkan cairan kedalam uterus. 9
Biopsy
Diagnosis hiperplasia endometrium dapat
ditegakkan melalui pemeriksaan biopsi yang
dapat dikerjakan secara poliklinis dengan
menggunakan mikrokuret. Metode ini juga dapat
menegakkan diagnosa keganasan uterus. 9
Dilatasi dan Kuretase
Dilakukan dilatasi dan kuretase untuk
terapi dan diagnosa perdarahan uterus. 9
Histeroskopi
Histeroskopi adalah tindakan dengan
memasukkan peralatan teleskop kecil kedalam
uterus untuk melihat keadaan dalam uterus
dengan peralatan ini selain melakukan inspeksi
juga dapat dilakukan tindakan pengambilan
sediaan biopsi untuk pemeriksaan histopatologi. 9
11
Simple, typical hyperplasia of endometrium. The hyperplastic endometrium consists
in proliferated epithelium with quasi-normal appearing (stratified, tall columnar, or
cuboidal) and proliferated cells in stroma. Often, the glands are dilated (cystic
"Swiss cheese" hyperplasia). (H&E, ob. x10). Diunduh dari
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/hyperplasia-endometrium.html.
Complex Hyperplasia. Diunduh dari
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/hyperplasia-endometrium.html
12
Terapi
Pada sebagian besar kasus , terapi hiperplasia endometrium atipik dilakukan
dengan memberikan hormon progesteron. Dengan pemberian progesteron,
endometrium dapat luruh dan mencegah pertumbuhan kembali. Kadang kadang
disertai dengan perdarahan per vaginam. Besarnya dosis dan lamanya pemberian
progesteron ditentukan secara individual. Setelah terapi , dilakukan biopsi ulang
untuk melihat efek terapi.9
Umumnya jenis progesteron yang diberikan adalah Medroxyprogetseron
acetate (MPA) 5 – 10 mg per hari selama 10 hari setiap bulannya dan diberikana
selama 3 bulan berturut turut. 9
Pada pasien hiperplasia komplek harus dilakukan evaluasi dengan D & C
fraksional dan terapi diberikan dengan progestin setiap hari selama 3 – 6 bulan. Pada
pasien hiperplasia komplek dan atipik sebaiknya dilakukan histerektomi kecuali bila
pasien masih menghendaki anak. 9
Pencegahan hiperplasia endometrium
Harus diambil langkah untuk menurunkan resiko hiperplasia endometrium : 9
Penggunaan etsrogen pada masa pasca menopause harus disertai
dengan pemberian progestin untuk mencegah karsinoma endometrium.
Bila menstruasi tidak terjadi setiap bulan maka harus diberikan terapi
progesteron untuk mencegah pertumbuhan endometrium berlebihan.
Terapi terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral kombinasi.
Ubah gaya hidup untuk menurunkan berat badan.
13
B. KURETASE
Definisi
Dilatasi serviks dan kuretase endometrium (D & C) adalah sebuah prosedur
pembedahan di mana leher rahim diperluas menggunakan dilator dan dinding rahim
dikerok dengan kuret, dilakukan untuk diagnosis dan pengobatan berbagai kondisi
rahim. 10
D & C adalah tindakan pembedahan ginekologi yang paling sering. Jika D&C
dikerjakan pada kecurigaan kanker endometrium atau serviks, harus diambil
spesimen dari endoserviks dulu (sebelum sondase dan dilatasi) dan diserahkan
terpisah dengan spesimen dari endometrium. Ini adalah kuretase fraksional (kuretase
bertingkat).10
Tujuan
D & C biasanya digunakan untuk memperoleh jaringan untuk evaluasi
mikroskopis untuk menyingkirkan kanker. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk
mendiagnosa dan mengobati pendarahan menstruasi berat dan mendiagnosa polip
endometrium dan uterus fibroid . D & C dapat digunakan untuk menghapus jaringan
kehamilan setelah keguguran, aborsi yang tidak lengkap, atau melahirkan , atau
sebagai teknik aborsi awal hingga 16 minggu. Polip endometrium dapat dihilangkan,
dan kadang-kadang tumor jinak rahim (fibroid) dapat hilang.10
Deskripsi
D & C biasanya dilakukan di bawah anestesi umum, meskipun lokal
atau anestesi epidural juga dapat digunakan. Menggunakan lokal anestesi mengurangi
14
risiko dan biaya, tetapi pasien akan merasakan kram selama prosedur. Jenis anestesi
sering digunakan tergantung pada alasan untuk D & C.10
Untuk memulai prosedur (yang hanya beberapa menit untuk dilakukan),
dokter memasukkan alat untuk terus membuka dinding vagina , dan kemudian meluas
pembukaan uterus sampai vagina ( serviks ). Hal ini dilakukan dengan memasukkan
serangkaian batang runcing, masing-masing lebih tebal daripada yang sebelumnya,
atau dengan menggunakan instrumen khusus lainnya. Proses pembukaan leher rahim
disebut dilatasi .10
Setelah serviks dilatasi, dokter memasukkan perangkat berbentuk sendok yang
disebut kuret ke dalam rahim. Kuret ini digunakan untuk mengikis lapisan
rahim. Satu atau lebih sampel jaringan kecil dari lapisan rahim atau saluran leher
rahim akan dikirim untuk analisis dengan mikroskop untuk memeriksa sel-sel yang
abnormal. Walaupun sederhana, teknik yang sedikit lebih mahal seperti
vakum aspirasi dengan cepat menggantikan D & C sebagai metode diagnostik, masih
sering digunakan untuk mendiagnosa dan mengobati beberapa kondisi, terutama bila
dicurigai kanker.10
Indikasi lain: perdarahan yang banyak (erratic bleeding), gagal pengobatan
(failed medical treatment) atau ada temuan kelainan seperti polyp atau tumor rahim
(fibroid).10
Dilatasi dan kuretase adalah teknik tradisional untuk mendapatkan sampel
endometrium untuk pemeriksaan patologis. Namun D dan C telah terbukti
menunjukkan hilangnya sejumlah besar patologi termasuk:10
• polip endometrium
• intrauterine mukus fibroid
• sedikit daerah endometritis
15
• hiperplasia atau kanker
• IUD yang tertinggal
Persiapan
Karena pembukaan leher rahim dapat menyakitkan, obat penenang dapat
diberikan sebelum prosedur dimulai. Pernapasan yang dalam dan teknik relaksasi
lainnya dapat membantu mengurangi kram selama dilatasi serviks .10
Rehabilitasi
Seorang wanita yang telah dilakukan D & C di rumah sakit biasanya bisa
pulang pada hari yang sama atau hari berikutnya. Banyak wanita mengalami sakit
punggung dan kram ringan setelah prosedur ini dan mungkin akan mengeluarkan
darah beku kecil dalam satu atau dua hari. Pewarnaan vagina atau pendarahan dapat
terus berlangsung selama beberapa minggu.11
Kebanyakan ibu bisa melanjutkan kegiatan sehari-hari segera. Pasien harus
menghindari hubungan seksual, douching, dan tampon digunakan sedikitnya dua
minggu untuk mencegah infeksi sementara serviks menutup dan untuk
memungkinkan endometrium untuk sembuh sepenuhnya.10
Risiko
Risiko utama setelah prosedur tersebut adalah infeksi. Tanda-tanda infeksi meliputi:10
Demam
Perdarahan berat
Bau cairan vagina seorang wanita harus dilaporkan gejala-gejala tersebut ke
dokter, yang dapat mengobati infeksi dengan antibiotik sebelum menjadi serius.
16
D & C adalah operasi bedah yang membawa risiko tertentu yang terkait
dengan anestesi umum. Komplikasi jarang termasuk menusuk rahim (yang biasanya
sembuh sendiri) atau menusuk usus atau kandung kemih (yang memerlukan
pembedahan lebih lanjut untuk memperbaiki).11
Komplikasi jarang terjadi, antara lain:10
• Perforasi uterus.
Hasil Normal
Hasil yang dianggap normal jika tidak terdapat penebalan serta tidak terdapat
pertumbuhan kanker. Penghapusan dinding rahim tidak menimbulkan efek samping,
bahkan menguntungkan. Lapisan rahim biasanya segera tumbuh lagi, sebagai bagian
dari siklus haid .10
Hasil Abnormal
Beberapa jenis penebalan rahim, yang disebut hiperplasia , dianggap
abnormal. Hiperplasia sederhana adalah suatu kondisi jinak di mana lapisan rahim
menjadi lebih tebal dan terdapat lebih banyak kelenjar endometrium . Pada
hiperplasia kompleks, kondisi lain di mana lapisan rahim telah menebal, juga kelenjar
endometrium lebih padat. Dalam 80% kasus kondisi ini akan diperbaiki, dan ada
sedikit risiko kanker. Hanya 1% dari hiperplasia sederhana dan 3% dari hiperplasia
kompleks akan menjadi kanker.10
Hiperplasia atipikal ditemukan lebih serius. Dalam tipe ini endometrium
menebal, sel-selnya abnormal. Dua puluh sembilan persen perempuan
dengan atipikal hiperplasia berkembang menjadi kanker. Bahkan, dalam 17% sampai
17
25% dari perempuan dengan atipikal hiperplasia yang telah dilakukan
histerektomi dalam waktu satu bulan setelah diagnosis, karsinoma ditemukan di
tempat lain dalam endometrium.10
D&C hampir selalu dikerjakan di ruang periksa atau ruang pembedahan untuk
pasien rawat jalan. Untuk D&C, pasien diletakkan pada posisi litotomi. Meskipun
paling sering digunakan anastetik lokal (misalnya blok paraserviks), kadang-kadang
diperlukan anastesi umum.11
Langkah D&C yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut. Ulangi
pemeriksaan panggul. Bersihkan vagina dan perineum dengan antiseptik dan pasang
kain penutup. Masukkan spekulum yang berat ke posterior vagina. Perlihatkan
serviks dan kemudian jepitlah dengan tenakulum atau klem Allis. Kuretlah kanalis
endoserviks dengan kuret Kevorkian atau yang serupa. Sondase uterus.10
Untuk wanita yang berusia > 40 tahun wajib (mandatory) dilakukan kuretase
jika mengalami PUD. Kuretase diagnostik memerlukan dilatasi serviks > 8mm
dengan menggunakan kuret tajam kecil secara sistematis, menyeluruh, sampel yang
baik dari semua bagian rongga rahim termasuk daerah ostium tuba. Kuretase
bertingkat dilakukan kuretase pada endoserviks diikuti dengan kuretase endometrium
dengan dua sampel diperiksa secara terpisah.10
D & C bukan sebuah prosedur yang sangat mudah karena hanya sebagian
lapisan rahim sebagai sampel. Oleh karena itu, sangat mungkin untuk kanker yang
akan dihilangkan. Karena itu, pasien dengan hiperplasia atipikal harus dilakukan D &
C lagi dalam tiga atau empat bulan. Menggabungkan histeroskopi dengan D&C dapat
meningkatkan ketepatan diagnosis dalam beberapa kasus. Namun, kombinasi ini tidak
dianjurkan bila diduga karsinoma endometrium karena kemungkinan bahwa
histeroskopi itu sendiri dapat membantu dalam penyebaran kanker melalui saluran
tuba .10
18
BAB II
ILUSTRASI KASUS
A. IDENTITAS
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 43 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl. Gotong Royong
B. ANEMNESA : Tanggal 13 April 2010
1. Keluhan Utama
Keluar darah dari kemaluan
Keluhan Tambahan
Lemas, batuk
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak tujuh hari yang
lalu dan mengganti pembalut hingga 2 kali (± 100 cc). Hari ini darah yang keluar
disertai dengan gumpalan dan tidak terdapat nyeri perut. Sebelumnya pasien juga
mengaku menstruasinya tidak berhenti. Sejak 1 tahun terakhir ini mengalami
menstruasi selama 14 hari. Setiap hari ganti 7x pembalut. Pasien juga mengeluh
batuk sejak dua hari yang lalu, dan bila pasien batuk darah yang keluar semakin
19
lama semakin banyak. Untuk mengurangi keluhan tersebut pasien hanya
memakai pembalut saja. Pasien sebelumnya sudah pernah dirawat di RS UKI
dengan keluhan yang sama. Selama ini bila haid banyak, lancar, nyeri haid ( + ).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah dirawat di RS UKI dengan diagnosis uterus myiomatosus,
hiperplasia endometrium, kista fungsional ovarium kanan, anemia gravis,
riwayat menometrhoragia. Terdapat riwayat maag, riwayat alergi, hipertensi dan
diabetes melitus disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan seperti pasien.
5. Riwayat Menstruasi
Haid pertama umur 13 tahun
Sirkulasi haid :
i. Siklus : Teratur, 28 hari
ii. Lamanya : Tujuh hari/bulan
iii. Banyaknya : 2-3 ganti kain/ 150 cc
iv. Sakit saat haid : ( + )
6. Riwayat Pernikahan
Ini adalah pernikahan pertama pasien, pada waktu nikah pasien berumur 25
tahun dan telah berlangsung 18 tahun
7. Riwayat Obstetri
Pasien mempunyai 4 orang anak. Anak pertama lahir pada tahun 1994 dengan
panjang 38 cm dan berat 2600 gram, jenis kelaminnya laki-laki, lahir dengan
bantuan dokter. Anak kedua lahir pada tahun 1995 dengan panjang 40 cm dan
berat 3100 gram. jenis kelaminnya laki-laki, lahir dengan bantuan dokter. Anak
ketiga lahir pada tahun 1998 dengan panjang 40 cm dan berat 2700 gram. jenis
20
kelaminnya laki-laki, lahir dengan bantuan bidan. Anak keempat lahir pada
tahun 2000 dengan panjang 40 cm dan berat 3000 gram. jenis kelaminnya laki-
laki, lahir dengan bantuan bidan.
8. Riwayat Keluarga Berencana
Pasien tidak menggunakan KB
9. Riwayat Operasi
Disangkal pasien
10. Riwayat Kebiasaan Psikososial
Pasien tidak merokok dan minum alkohol
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 66 x/menit
Suhu : 35,8 º C
Frekuensi napas : 20 x/menit
Mata : Conjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik
Thoraks
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : BND vesikuler, Rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Bising usus 4x/menit
21
Ekstremitas : Akral hangat, oedema tungkai -/-
Genitalia : Keluar darah ± 25 cc, Fluor (-)
2. Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defence muscular (-)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus 4x/menit
Genital
Inspekulo :
V-U-V : Rugae(+), massa(-), agak hiperemis, fluksus (+), fluor
(–)
Portio : Portio sebesar bola ping-pong, hiperemis (-), erosi (+),
OUE menutup
VT : Rugae (+),Portio lunak
Ukuran uterus : sebesar telur bebek
Adneksa parametrium ki-ka nyeri (-), massa (-)
Cavum douglasi tidak menonjol
Nyeri goyang (-)
D. LABORATORIUM
Hb : 8,8 gr/dl
Leukosit : 5,8 ribu/µl
Ht : 27,7 %
22
Trombosit : 415 ribu/ µl
Masa perdarahan : 3 menit
Masa pembekuan : 15 menit
Masa protrombin : Kontrol : 12 detik
Pasien : 15 detik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
USG :
23
Uterus retrofleksi, Ø 10,64 cm x 6,12 cm x 8,30 cm, GS (-), endometrium tebal
( 2,42 cm )
Kesan : Uterus miomatosus, hiperplasia endometrium, kista folikel ovarium kanan
F. RESUME
Pasien datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan sejak tujuh hari yang lalu.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan :
Genital
Inspekulo
V-U-V : Agak hiperemis, fluksus (+)
Portio : Portio sebesar bola ping-pong, erosi (+), OUE
menutup
VT : Rugae (+),Portio lunak
Ukuran uterus : sebesar telur bebek, Adneksa
parametrium ki-ka, nyeri (-), massa (-), Cavum
douglasi tidak menonjol, Nyeri goyang (-)
Dari pemeriksaan penunjang didapatkan :
USG : Uterus retrofleksi, Ø 10,64 cm x 6,12 cm x 8,30 cm, GS (-), endometrium
tebal (2,42 cm)
G. DIAGNOSIS
Uterus miomatosus + hiperplasia endometrium + menometroragia
24
H. PENATALAKSANAAN
1) Rawat inap
2) Periksa H2TL, MP 3
3) IVFD
II RL
II Dx 5 % dalam 24 jam
4) mm/ Biosanbe 2x1 tab
Transamin 3 x 500 mg
Becom- C 1x1 tab
Amoxan 3 x 500 mg
R/ Kuretase bertingkat
Puasa 6 jam preoperatif
1 jam preoperatif diberi Taxegra 1 gram (IV)
I. PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Functionum : Dubia ad bonam
Ad Sanationum : Dubia ad malam
J. LAPORAN OPERASI
Uraian Tindakan Operasi :
25
1. Pasien tidur terlentang dengan posisi litotomi dan narkose
2. Dilakukan asepsis dan antisepsis pada genitalia eksterna, vagina dan portio
3. Dipasang doek steril di kedua tungkai dan daerah lapangan operasi.
4. Dipasang spekulum sims pada vagina posterior dan anterior. Bibir anterior
portio dijepit dengan koegel tang pada arah jam 12.00.
5. Spekulum sims pada vagina anterior dilepas
6. Dilakukan sondasi uterus dan didapatkan cavum uteri 11 cm dan uterus pada
posisi retroflexi
7. Dilatasi canalis servikalis dengan busi hegar No VI-IX
8. Dilakukan kuretase endocervix secara sistematis searah jarum jam dimulai
dari arah jam 12.00 dengan menggunakan sendok kuret tajam. Didapatkan
jaringan dari endocervix secukupnya. Endocervix tebal, putih, mengkilat dan
tidak rapuh. Hasil jaringan endocervix dimasukkan dalam botol I berisi
formalin untuk diperiksa ke PA.
9. Dilakukan kuretase endometrium secara sistematis searah jarum jam dimulai
dari arah jam 12.00 dengan menggunakan sendok kuret tajam. Didapatkan
jaringan dari endometrium secukupnya. Endometrium tebal, putih, mengkilat
dan tidak rapuh. Hasil jaringan endometrium dimasukkan dalam botol II berisi
formalin untuk diperiksa ke PA.
10. Dilakukan sondase ulang panjang corpus 11 cm
11. Pendarahan ± 50 cc
12. Koegel tang dan spekulum sims dilepaskan.
13. Dilakukan asepsis – anti sepsis pada regio genitalia eksterna dan sekitarnya.
14. Perdarahan per vaginam pasca kuretase negatif.
26
K. FOLLOW UP
Tanggal 13 April 2010, pukul 19.00 WIB
S/ Keluar darah dari kemaluan, lemas, pusing
O/ Status Generalis
Kesadaran umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 72 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,6 oC
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Thoraks : Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), cappilary refill < 2’
Status Ginekologi
Abdomen
27
Inspeksi : Perut tampak datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-)
Perkusi : Timpani, Nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus 4x/menit
Genitalia : Fluksus ±10 cc, flour (-)
A/ Uterus miomatosus + hyperplasia endometrium + menometroragia
P/ Diet : TKTP
IVFD : II RL
II Dextrose 5 %
Mm/ Amoxan 3 x 500 mg ( hari pertama )
Biosanbe 2x1 tab
Transamin 3x 500 mg
Becom C 1x 1 tab
Rencana kuret bertingkat tanggal 14 April 2010, pukul 13.00
Puasa 6 jam pre op, 1 jam pre op diberi Taxegram 1 gr.
Tanggal 14 April 2010, pukul 6.30 WIB
S/ Keluar gumpalan darah sebanyak 3 x dari kemaluan, lemas, BAK lancar BAB
(+)
O/ Status Generalis
Kesadaran umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 69 x/menit
28
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,3 oC
Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-
Thoraks : Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), cappilary refill < 2’
Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-)
Perkusi : Timpani, Nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus 2 x/menit
Genitalia : Fluksus ±150 cc, flour (-)
A/ Uterus miomatosus + hyperplasia endometrium + menometroragia
P/ Diet : Puasa 6 jam pre OP mulai jam 7.00
IVFD : II RL ˥
II Dextrose 5 % ˩ 24 Jam
Mm/ Amoxan 3 x 500 mg ( hari kedua )
Biosanbe 2x1 tab
Transamin 3x 500 mg
Becom C 1x 1 tab
1 jam pre op Taxegram 1 gr
Hasil laboratorium tanggal 14 april 2010
29
Hb :9,8 gr/dl
Leukosit : 4,900 / μl
Trombosit : 387 ribu / μl
Ht : 31,5 %
Tanggal 14 April 2010, pukul 14.00 WIB
Telah dilakukan curetage bertingkat a.i uterus miomatosus + hyperplasia
endometrium + menometroragia. Sebelum curet, sondase cavum uteri 11 cm,
retroflexi. Endoservix tebal, putih mengkilap, tidak rapuh ( botol 1 ). Endometrium
tebal putih mengkilap, tidak rapuh ( botol 2 ). Sondase pasca curettage cavum uteri 11
cm, retroflexi, perdarahan (-).
Instruksi / planning :
Ciprofloxan 2 x 500 mg
Biosanbe 2 x 1 cap
Besok boleh pulang : control Rabu 21 April 2010
Tanggal 14 April 2010, pukul 20.15 WIB
S/ Pusing, sakit tenggorokan karena batuk, BAK lancar, flatus (-), BAB (-),
O/ Status Generalis
Kesadaran umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 68 x/menit
30
RR : 25 x/menit
Suhu : 36,4 oC
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thoraks : Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), cappilary refill < 2’
Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-)
Perkusi : Timpani, Nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus (-)
Genitalia : Tampon (+), rembesan darah (-)
A/ Pasca kuretase bertingkat a.i uterus miomatosus + hyperplasia endometrium,
menometroragia
P/ Diet : Biasa
IVFD : Aff
Mm/ Amoxan 3 x 500 mg ( hari kedua )
Biosanbe 2x1 tab
Kalnex 3 x 500 mg
Hasil laboratorium tanggal 14 april 2010
Hb :9,8 gr/dl
31
Leukosit : 4,900 / μl
Trombosit : 387 ribu / μl
Ht : 31,5 %
Tanggal 15 April 2010, pukul 6.30 WIB
S/ Pusing, BAB (-), flatus (+), BAK lancar
O/ Status Generalis
Kesadaran umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 64 x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,3 oC
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Thoraks : Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), cappilary refill < 2’
Status Ginekologi
32
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-)
Perkusi : Timpani, Nyeri ketok (-)
Auskultasi : Bising usus 2 x/menit
Genitalia : Bercak darah (+)
A/ Pasca kuretase bertingkat a.i uterus miomatosus + hyperplasia endometrium,
menometroragia
P/ Diet : Biasa
Mm/ Ciprofloxacin 2 x 1 gr
Biosanbe 2x1 tab
Tanggal 15 April 2010, pasien menyatakan menolak untuk melakukan pemeriksaan
jaringan PA.
33
BAB III
DISKUSI
Pada kasus ini hasil diagnosa yaitu uterus miomatosus dengan hiperplasia
endometrium dan menometrhoragia didapat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis pasien mengaku keluar darah dari kemaluan sejak tujuh hari
yang lalu dan mengganti pembalut hingga 2 kali (± 100 cc) menandakan adanya suatu
kelainan pada uterus yang kemungkinan besar disebabkan oleh hiperplasia
endometrium. Pasien juga berusia 43 tahun, hal ini sesuai dengan literatur yang
mengatakan bahwa pada kasus uterus miomatosus paling sering ditemukan pada usia
35-45 tahun. Pada anamnesis juga didapatkan keluhan keluar darah dan haid yang
banyak dan memanjang (14 hari) sejak 1 tahun, hal ini sesuai dengan kepustakaan
bahwa gejala yang paling sering ditemukan pada pasien uterus miomatosus adalah
menometrorhagia. Pada kasus ini pasien juga mengeluh lemas hal ini kemungkinan
besar disebabkan oleh perdarahan yang keluar melalui kemaluannya.
Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan konjungtiva anemis, hal ini
disebabkan oleh adanya perdarahan pervaginam yang banyak sehingga pasien
mengalami anemia. Selain itu juga pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
pasien 8,8 gr/dl yang juga disebabkan oleh perdarahan uterus yang berlebihan, hal ini
mendukung diagnosa uterus miomatosus. Pada pemeriksaan dengan memakai sonde
34
uterus didapatkan panjang cavum uterusnya adalah 11 cm, hal ini menguatkan
diagnosa uterus miomatosus, karena ukuran uterusnya berada antara 9-12 cm.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah USG, didapatkan
endometrium lebih tebal yaitu 2,42 cm yang menandakan adanya hyperplasia
endometrium.
Kemudian dilakukan tindakan curettage betingkat untuk mendapatkan
diagnostik yang pasti penyebab dari perdarahan pervaginam yang dialami oleh
pasien, selain itu curettage bertingkat juga berguna sebagai terapi pada untuk
menghentikan perdarahan pada pasien ini.
Sayangnya pasien tidak bersedia untuk dilakukan pemeriksaan patologi
anatomi yang diharapkan dapat menjelaskan penyebab terjadinya perdarahan
pervaginam yang abnormal pada pasien, apakah disebabkan oleh hiperplasia
endometriumnya atau adanya suatu keganasan pada uterus pasien. Hal ini disebabkan
oleh masalah ekonomi yang dihadapi oleh pasien yang pekerjaannya seorang ibu
rumah tangga dan suami pasien telah meninggal dunia.
35
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus.
Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun
(kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post
menopause.
Salah satu gejala yang paling sering pada mioma uteri adalah
menometroragia.
Diagnosis pasti mioma uteri dengan USG dan penanganan mioma utieri
adalah dengan konservatif dan operatif.
Keluhan utama hiperplasia endometrium adalah perdarahan uterus yang
abnormal. penatalaksanaan hyperplasia endometrium salah satunya
dengan curettage bertingkat
Curettage bertingkat sangat bermanfaat dalam menentukan diagnostik
dan terapi
Saran
Sebaiknya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi karena sangat
bermanfaat dalam menentukan diagnosis dan terapi selanjutnya
Memperbaiki gaya hidup
36
Usahakan selalu rutin kontrol ke dokter spesialis untuk mencegah
komplikasi tindakan dan perkembangan penyakit yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yuad H., 2007. Miomectomi Pada Kehamilan. Diunduh dari :
http://www.ksuheimi.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.
2. Santoso, 2007. Mioma Uteri. Diunduh dari :
http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.
3. Jevuska O, 2007. Mioma Geburt. Available from :
http://www.oncejevuska.blogspot.com. Accested : March 01, 2008.
4. Antoni S, 2008. Sekilas tentang Tumor (Myoma) Rahim . Available from :
http://www.klinikandalas.wordpress.com. Accested : March 02, 2008.
5. Suwiyoga K, 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi
dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah,
Denpasar. 201-206
6. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.338-345
7. Marjono B. A, 2008. Tumor Ginekologi. Available from :
http://www.geocities.com. Accested : March 02, 2008.
8. Edward E, 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from :
http://www.gynalternatives.com. Accested : March 02, 2008.
9. Widjanarko 2007, Ginekologi, Kelainan Uterus, Diunduh Dari:
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/10/hyperplasia-endometrium.html, 16
April 2010
37
10. Conrad, M.S, 2008, Dilation and Curettage (D&C), Diunduh dari :
http://www.medicinenet.com/dilation_and_curettage/article.htm, 16 April 2010
38