34511671 Dody Firmanda 2010 Workshop Indikator Medis RSF

download 34511671 Dody Firmanda 2010 Workshop Indikator Medis RSF

of 17

Transcript of 34511671 Dody Firmanda 2010 Workshop Indikator Medis RSF

Indikator Medis

Dr. Dody Firmanda, Sp.A, MA Ketua Komite Medik RSUP Fatmawati Jakarta

PendahuluanTugas dan fungsi dari Staf Medis Fungsional (SMF) adalah melaksanakan kegiatan pelayanan medis, pendidikan, penelitian dan pengembangan keilmuannya yang berpedoman pada ketetapan Komite Medik atas etika profesi medis dan mutu keprofesian medis berbasis bukti. Jadi profesi Medis dalam melaksanakaan profesinya berdasarkan falsafah meliputi etika, mutu 1,2 dan evidence-based medicine. Yang dimaksud dengan etik profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)3, Kode Etik Penelitian Kedokteran Indonesia (untuk saat ini dapat diadopsi dan digunakan Kode Etik Penelitian yang dipakai oleh institusi pendidikan) 4 dan untuk rumah sakit pendidikan ditambah dengan Kode Etik Pendidikan Kedokteran Indonesia (untuk sementara ini bagi profesi medik dapat mengacu kepada KODEKI).4 Sedangkan istilah mutu profesi medik itu sendiri dapat ditinjau dari berbagai sudut yang berbeda tergantung dari nilai pandang (perspektif) dan norma norma yang berlaku serta disepakati secara konsensus. Dapat ditinjau dari segi profesi medis, perawat, manajer, birokrat maupun konsumen pengguna jasa pelayanan sarana kesehatan (Quality is different things to different people based on their belief and norms).5

1

Disampaikan pada Workshop Penyusunan Indikator Medis, di RSP Fatmawati Jakarta 19 Juli 2010. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/SK/Menkes/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) di rumah sakit. 2 Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes RI Nomor HK 00.06.1.4.2895 tanggal 23 Mei 2007 tentang Fungsi, Tugas dan Wewenang Komite Medik di Rumah Sakit. 3 Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 Pasal 8 huruf f dan penjelasannya. 4 Komunikasi pribadi dengan Prof. DR. Dr. FA. Moeloek, Sp.OG (Ketua Konsil Kedokteran) Rabu 16 Mei 2007. 5 Adams C, Neely A. The performance prism to boost success. Measuring Health Business Excellence

2000; 4(3):19-23.

1

Perkembangan evolusi mengenai bidang mutu (Quality), kaidah tehnik mekanisme pengambilan keputusan untuk profesi seperti Evidence-based (Medicine, Nursing, Healthcare, Health Technology Asssessment), dan Sistem Layanan Kesehatan di rumah sakit sangat perlu dan penting untuk diketahui terlebih dahulu sebelum menetapkan arah pengembangan suatu sarana layanan kesehatan (rumah sakit) sehingga akan lebih mudah dalam menilai progresivitas dan kinerja (performance) dalam bentuk indikator indikator yang mencerminkan keadaan yang sesungguhnya. Penempatan para dokter ke dalam kelompok staf medis fungsional ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit (istilah lain adalah Clinical Appointment) atas usulan rekomendasi Komite Medik setelah melalui proses kredensial. Dalam surat keputusan tersebut hendaknya dilengkapi dengan perjanjian kerja masing-masing dokter sehingga ada kejelasan tugas, fungsi dan kewewenangnya. Komite Medik akan menerbitkan kewenangan klinis (Clinical Previlege) sesuai dengan kompetensi dokter tersebut. Fungsi Staf Medis Staf medis mempunyai fungsi sebagai pelaksana pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan di bidang medis. Tugas Staf Medis 1. Melaksanakan kegiatan profesi yang meliputi prosedur diagnosis, pengobatan, pencegahan, pencegahan akibat penyakit peningkatan dan pemulihan 2. Meningkatkan kemampuan profesinya, melalui program pendidikan/ pelatihan berkelanjutan 3. Menjaga agar kualitas pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan medis dan etika kedokteran yang sudah ditetapkan 4. Menyusun, mengumpulkan, menganalisa dan membuat laporan pemantauan indikator mutu klinik.

2

Kewenangan Kewenangan masing-masing anggota kelompok staf medis disusun oleh Ketua kelompok staf medis dan kemudian diusulkan oleh Ketua Komite Medik kepada Direktur RS untuk dibuatkan surat keputusannya. Tanggung jawab. Kelompok staf medis mempunyai tanggung jawab yang terkait dengan mutu, etik dan pengembangan pendidikan staf medis. Tanggung jawab tersebut sebagai berikut : 1. Memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Medik/Sub Komite Kredensial kepada Direktur RS terhadap permohonan penempatan dokter baru di rumah sakit yang diatur dalam Medical Staf Bylaws rumah sakit. Penempatan dokter di RS berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS atau Pemilik RS. Untuk membuat surat keputusan tersebut Direktur RS/Pemilik perlu meminta masukan dari organisasi staf medis/sub komite kredensial. 2. Melakukan evaluasi penampilan kinerja praktek dokter berdasarkan data yang komprehensif. Evaluasi penampilan kinerja praktek dokter dilakukan melalui peer review , audit medis atau program quality improvement. 3. Memberikan rekomendasi melalui Ketua Komite Medik/Sub Komite Kredensial kepada Direktur RS atau pemilik rumah sakit terhadap permohonan penempatan ulang dokter di rumah sakit yang diatur dalam Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws ) di Rumah Sakit. Penempatan ulang dokter di RS berdasarkan Surat Keputusan Direktur RS atau Pemilik RS. Untuk membuat surat keputusan tersebut Direktur RS/Pemilik perlu meminta masukan dari organisasi staf medis/sub komite kredensial. 4. Memberi kesempatan bagi para dokter untuk mengikuti continuing professional development (CPD). Masing-masing kelompok staf medis wajib mempunyai program CPD bagi semua anggotanya . 5. Memberikan masukan kepada Direktur RS melalui Ketua Komite Medik, hal-hal yang terkait dengan praktek kedokteran. Kelompok staf medis mempunyai tangggung jawab memberikan masukan kepada Direktur medis/Direktur RS mengenai hal-hal yang terkait dengan praktik

3

kedokteran. Misalnya mengenai perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, temuan terapi yang baru, dan lain-lain. 6. Memberikan laporan melalui Ketua Komite Medik kepada Direktur Medis/Direktur RS Kelompok staf medis diharapkan dapat memberikan laporan secara teratur minimal satu tahun sekali kepada Direktur RS/Direktur Medis melalui Komite Medik. Laporan tersebut antara lain meliputi hasil pemantauan indikator mutu klinik, hasil evaluasi kinerja praktek klinis, pelaksanaan program pengembangan staf dan lain-lain. 7. Melakukan perbaikan (up-dating) standar prosedur operasional dan dokumen terkaitnya. Standar prosedur operasional dan dokumen terkait lainnya perlu disempurnakan secara berkala sehingga sesuai dengan situasi dan kondisi. Kewajiban 1. Menyusun Standar Prosedur Operasional pelayanan medik yang terdiri dari : a. Standar Prosedur Operasional bidang administrasi/manajerial antara lain meliputi pengaturan tugas rawat jalan, pengaturan tugas rawat inap, pengaturan tugas jaga, pengaturan tugas rawat intensif, pengaturan tugas di akamr operasi, kamar bersalin dan lain sebagainya, pengaturan visite/ronde, pertemuan klinik, presentasi kasus (kasus kematian, kasus sulit, kasus langka, kasus penyakit tertentu), prosedur konsultasi, dan lain-lain. b. Penyusunan Standar Prosedur Operasional ini dibawah koordinasi Direktur Rumah Sakit/Direktur Medis. c. Standar Prosedur Operasional pelayanan medik bidang keilmuan/keprofesian adalah standar pelayanan medis. Masingmasing kelompok menyusun standar pelayanan medis minimal untuk 10 jenis penyakit. Penyusunan Standar Prosedur Operasional ini dibawah koordinasi Komite Medik 2. Menyusun indikator mutu medis: Masing masing kelompok staf medis menyusun minimal 3 (tiga) jenis indikator medis output atau outcome. 3. Menyusun uraian tugas dan kewenangan untuk masing-masing anggotanya.

4

Saat ini di tanah air telah berlaku berbagai perundangan dan peraturan yang menyangkut profesi medis antara lain Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, Undang Undang RI Nomor RI 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional, Undang Undang RI Nomor 25 Tahun 2009 tentang Layanan Publik (termasuk kesehatan), Undang Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dan terakhir Undang Undang Nomor RI 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Inti dari tujuan Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yakni: 1. Memberikan perlindungan kepada pasien (patient safety) 2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan 3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan dokter. dan inti tujuan Undang Undang Nomor RI 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yakni: 1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan 2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit 3. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan 4. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit. Disamping itu sejak tanggal 1 Januari 2010 telah berlaku implementasi modus keempat dalam era liberalisasi perdaganan jasa bidang kesehatan untuk negara kawasan Asia Tenggara sesuai dengan perjanjian kerjasama ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Medical Practitioners (MRAMP). 6 Ada 4 tujuan dalam MRA-MP yakni: 1. mengatur mobilitas praktisi dokter di wilayah ASEAN; 2. meningkatkan dan mengembangkan kerja sama pertukaran informasi antar profesi medis; 3. meningkatkan mutu kualifikasi dan standar layanan dan;6

ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Medical Practitioners , 2004.

5

4. kerjasama pendidikan dan pelatihan profesi medis Undang Undang RI Nomor 44 tentang Rumah Sakit beserta penjelasannya telah disahkan pada tanggal 28 Oktober 2009 terdiri dari 66 pasal dan diharapkan seluruh rumah sakit harus sudah menyesuaikan dengan ketentuan tersebut dalam jangka waktu paling lambat 2 tahun. Pasal pasal yang menyangkut profesi medis adalah: Pasal Pasal 13Perihal Ayat Memiliki Surat Izin Praktek 1 Standar Profesi, Standar Pelayanan, Standar Prosedur 3 Operasional, Etika profesi, hak pasien dan keselamatan pasien Dapat memperkerjakan teanga asing 1 Untuk kepentingan: 2 alih teknologi ilmu pengetahuan ketersediaan teanga medis setempat Mempunyai STR dan SIP 3 Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi dan bahan habis 3 pakai harus oleh instalasi farmasi sitem satu pintu Penggunaan peralatan medis dan non medis sesuai indikasi 4 medis Pengoperasian dan pemeliharaan oleh yang mempunyai 5 kompetensi Audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis/Komite Medik. Audit kinerja adalah pengukuran kinerja berkala yang meliputi kinerja pelayanan dan kinerja keuangan dilakukan oleh Satuan Pemeriksaan Internal.

Pasal 14

Pasal 15 Pasal 16

Pasal 39

dan bila tidak memenuhi persyaratan Pasal 13 sampai dengan 16 diatas berikut tidak diberikan izin RS, izin dicabut dan tidak diperpanjang operasional RS tersebut. Dalam Undang Undang RI Nomor 44 tentang Rumah Sakit pada Pasal 33 Ayat 1 dan 2 tersebut menyebutkan setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel serta paling sedikit terdiri atas Kepala 6

Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Organisasi Rumah Sakit disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance). Sedangkan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance) adalah penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan klinik, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti, peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi rumah sakit sebagaimana ilustrasi pada Gambar 1.

Gambar 1. Komite Medik dalam Undang Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

7

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran bahwa setiap dokter dalam melaksanakan praktik kedokterannya 7-8 19 wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya melalui kegiatan audit medis9 yang dilaksanakan oleh organisasi profesi 10, untuk tingkat rumah sakit oleh kelompok seprofesi (SMF) dan Komite Medik. 11 Sedangkan yang dimaksud audit medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.19 Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien12, yang harus dibuat13 dan dilengkapi 14 serta dijaga 15,16,17 kerahasiaannya. Standar Pelayanan Kesehatan di sarana pelayanan kesehatan mencakup berbagai standar - yakni Pedoman/Standar Pelayanan Medis, Asuhan Keperawatan, Standar Obat (Daftar Formularium), Standar alat penunjang diagnostik dan terapeutik/operasi, serta alur layanan pasien - yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Standar Pelayanan Medis/Kedokteran Standar Pelayanan Medis/Kedokteran tidak identik dengan Buku Ajar, Textbooks ataupun catatan kuliah yang digunakan di perguruan tinggi. Karena Standar Pelayanan Medis merupakan alat/bahan yang diimplementasikan pada pasien; sedangkan buku ajar, text-books, jurnal, bahan seminar maupun pengalaman pribadi adalah sebagai bahan rujukan/referensi dalam menyusun Standar Pelayanan Medis.

Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 49 Ayat 1 dan penjelasannya. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional. Bab IV Subsistem Upaya Kesehatan. 9 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 49 Ayat 2 dan penjelasannya. 10 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 49 Ayat 3 dan penjelasannya. 11 Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor No. 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit. 12 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 Ayat 1 dan penjelasannya. 13 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 79 huruf b. 14 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 Ayat 2 dan penjelasannya. 15 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 47 Ayat 2. 16 Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 48. 17 Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) Pasal 12.7 8

8

Standar Pelayanan Medis pada umumnya dapat diadopsi dari Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi masing masing, tinggal dicocokkan dan disesuaikan dengan kondisi sarana dan kompetensi yang ada di rumah sakit. Bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut sesuai dengan kondisi sarana pelayanan kesehatan (rumah sakit/klinik) maka tinggal disepakati oleh anggota profesi terkait dan disahkan penggunaannya di sarana pelayanan kesehatan oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan tersebut. Namun bila Pedoman/Standar Pelayanan Medis yang telah dibuat oleh organisasi profesi tersebut belum ada atau tidak sesuai dengan kondisi sarana pelayanan kesehatan atau dalam Pedoman/Standar Pelayanan Medis dari profesi belum mencantumkan jenis penyakit yang sesuai dengan keadaan epidemiologi penyakit di daerah/ sarana pelayanan kesehatan tersebut maka profesi di rumah sakit tersebut wajib membuat Standar Pelayanan Medis untuk sarana pelayanan kesehatan tersebut dan disahkan penggunaannya di sarana pelayanan kesehatan oleh pimpinan di tempat tersebut. Dalam menyusun Standar Pelayanan Medis - profesi medis memberikan pelayanan keprofesiannya secara efektif (clinical effectiveness) dalam hal menegakkan diagnosis dan memberikan terapi berdasarkan pendekatan evidence-based medicine. Secara ringkasnya langkah tersebut sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

9

Gambar 2. Langkah umum dalam kajian literatur melalui pendekatan evidencebased, tingkat evidens dan rekomendasi dalam bentuk standar pelayanan medis dan atau standar prosedur operasional.

10

Format Standar Pelayanan Medis

Nomor : ............................................................. SMF/Divisi : ............................................................. Rumah Sakit : ...........................................................

1. Judul/topik

:

2. Tanggal/Nomor/Update: ../../. 3. Ruang lingkup (scope) pengguna: spesialis/konsultan*............................. 4. Sumber informasi/literatur/bahan acuan: i. .. ii. .. iii. .. iv. .. v. .. 5. Nama Reviewer/Penelaah kritis: i. ... ii. ... iii. 6. Tingkat eviden: 7. Hasil Telaah/Rekomendasi: .dst 8. Tingkat Rekomendasi: . 9. Indikator Medis :

11

Berikut beberapa contoh indikator indikator yang digunakan dalam suatu layanan rumah sakit (Tabel 1).

12

Sedangkan rangkaian berbagai proses yang dialami pasien di rumah sakit adalah sebagaimana dalam Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Rangkain proses pasien di rumah sakitCore Processes (Proses Utama)

Penunjang:

Berbagai komponen dan tingkatan dalam suatu Sistem Layanan di Rumah Sakit:

Sedangkan untuk tingkat tehnis (dalam hal ini profesi) di SMF terdapat beberapa standar prosedur sebagaimana dalam Tabel 2 berikut.

13

Tabel 2. Standar prosedur untuk tingkat tehnis profesi di SMF dalam melaksanakan keprofesiannya:

Dalam rangka monitoring, evaluasi dan laporan implementasi dari Standar Pelayanan Medis (SPM) maupun Clinical Pathways (CP) untuk indikator medis yang telah ditetapkan dalam bentuk sebagaimana format berikut:

14

KERANGKA ACUAN DAN ANALISA KECENDERUNGAN

PEMANTAUAN INDIKATOR MEDIS ______________________ SMFBULAN :/ TAHUN

RSUP FATMAWATIJl. RS Fatmawati-CilandakJakarta Selatan Telp : 021-7501524; Fax : 021-7690123

15

KERANGKA ACUAN DAN ANALISA KECENDERUNGAN PROGRAM PEMANTAUAN INDIKATOR MEDIS SMF: ....................................................................................

I.

LATAR BELAKANG Petunjuk Pengisian : 1. Definisi diagnosa. 2. Mengapa Judul Indikator Medis yang menjadi Program Pemantauan. 3. Pencantuman data penyakit yang mendukung. 4. Dapat dikaitkan dengan program yang akan dikerjakan sehubungan dengan judul indikator medis yang diangkat. TUJUAN Petunjuk Pengisian : Output/ hasil yang diharapkan dari segi pelayanan, SDM dan sarana dan Prasarana. SASARAN Petunjuk Pengisian : Subyek/personal yang akan dipantau dan menyangkut dalam program pemantauan. TAHAP PELAKSANAAN Petunjuk Pengisian : Proses pelaksanaan dari perencanaan hingga analisa, monitoring dan evaluasi serta rekomendasi/ tindak lanjut/asupan. PESERTA Petunjuk Pengisian : Dokter dan Administrasi HASIL PEMANTAUAN 3 BULANAN Nama Kasus : Indikator medis sesuai SPM/ Clinical Pathway : a. ....................... Target Prosentase :...% b. ...................... Target Prosentase :...% c. ....................... Target Prosentase : ....%

II.

III.

IV.

V.

VI.

16

A. Tabel Data No Bulan Pasien Sesuai Indikator Tidak Sesuai Indikator Target % Pencapaian %

B. Grafik Trend/Kecenderungan C. Analisa Kecenderungan : I. Morbiditas Kasus Petunjuk Pengisian : - Data penyakit - Data pendukung lainnya Penjelasan Indikator Medis Petunjuk Pengisian : - Penjabaran kasus - Acuan Indikator Medis menurut SPM/ Clinical Pathway - Target Prosentase - Langkah Monitoring Evaluasi A. Sistem/Prosedur/Kebijakan B. Sarana dan Prasarana C. Sumber Daya Manusia Petunjuk Pengisian : Masing-masing dijelaskan sesuai dengan kebutuhan. Monitoring Rekomendasi

II.

III.

IV. V.

Mengetahui, Ketua SMF..................

Koordinator Etik Mutu SMF ....................

..................................................

.......................................................

17