34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

124
34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS DALAM PEMBINAAN GENERASI MUDA Dalam UUD'45 pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Penjabaran lebih lanjut dari pasal 33 ayat 1 tersebut menyebutkan bahwa: dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi. Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. "Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi", yakni bangun perusahaan yang terdiri dari sekumpulan orang yang secara senganja bergabung secara suakarela untuk mencapai tujuan ekonomi bersama melalui pembentukan organisasi bisnis berdasarkan azas kekeluargaan yang dikontrol secara demokratis, masing-masing anggota memberikan kontribusi dan menanggung resiko atas modal yang diperlukan serta menerima bagian keuntungan secara adil. Pengertian sejalan dengan pengertian koperasi dari International Labour Officie (ILO) (dalam Departemen Koperasi, 1985:11) yang mengatakan: ... Cooperatives is an association of person, usually of limited means, who have voluntary joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benifits of the undertaking. Penjelasan UUD pasal 33 tersebut secara tegas memberi dasar yang kokoh bagi tumbuh & berkembangnya koperasi. Sebagai bangun perusahaan, koperasi diharapkan dapat merupakan alat peijuangan ekonomi yang memiliki peran yang

Transcript of 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

Page 1: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

34

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS DALAM PEMBINAAN GENERASI MUDA

Dalam UUD'45 pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Penjabaran lebih lanjut

dari pasal 33 ayat 1 tersebut menyebutkan bahwa: dalam pasal 33 tercantum dasar

demokrasi ekonomi. Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah

pimpinan atau penilikan anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang

diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu perekonomian disusun

sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan. "Bangun perusahaan yang

sesuai dengan itu ialah Koperasi", yakni bangun perusahaan yang terdiri dari

sekumpulan orang yang secara senganja bergabung secara suakarela untuk mencapai

tujuan ekonomi bersama melalui pembentukan organisasi bisnis berdasarkan azas

kekeluargaan yang dikontrol secara demokratis, masing-masing anggota memberikan

kontribusi dan menanggung resiko atas modal yang diperlukan serta menerima

bagian keuntungan secara adil. Pengertian sejalan dengan pengertian koperasi dari

International Labour Officie (ILO) (dalam Departemen Koperasi, 1985:11) yang

mengatakan:

... Cooperatives is an association of person, usually of limited means, who have voluntary joined together to achieve a common economic end through the formation of a democratically controlled business organization, making equitable contribution to the capital required and accepting a fair share of the risk and benifits of the undertaking.

Penjelasan UUD pasal 33 tersebut secara tegas memberi dasar yang kokoh bagi

tumbuh & berkembangnya koperasi. Sebagai bangun perusahaan, koperasi

diharapkan dapat merupakan alat peijuangan ekonomi yang memiliki peran yang

Page 2: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

35

tangguh dan strategis dalam mengisi tuntutan konstitusional dan pembangunan, yakni

alat perjuangkan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat, bahkan lebih

jauh lagi dapat berfungsi sebagai soko guru perekonomian nasional. Agar dapat

menunjukkan peran strategis, koperasi perlu didorong pengembangannya serta diberi

kesempatan seluas-luasnya untuk menjadi lembaga ekonomi yang tangguh dan

mandiri serta pertumbuhannya berakar dalam masyarakat.

Namun demikian harapan tersebut sampai saat ini ternyata belum dapat

diwujudkan menjadi kenyataan secara penuh, karena adanya berbagai kendala.

Kendala yang paling menonjol menurut pengamatan para ahli adalah bahwa

perkembangan koperasi banyak bertumpu pada faktor kurangnya kemampuan dan

kemauan manusia-nya, baik manusia sebagai pendukung ide-ide koperasi maupun

manusia sebagai anggota yang sekaligus juga merupakan sumber modal koperasi,

serta manusia yang menjadi pengelola organisasi dan usaha koperasinya (Ahdiyat,

1990:2).

Menyadari kondisi yang demikian, maka pemerintah secara terus menerus

berupaya menggali dan menggalakkan pertumbuhan serta perkembangan koperasi,

termasuk pertumbuhan dan perkembangan manusia koperasi sebagai kunci

keberhasil-an koperasi. Salah satu SDM yang potensial namun belum banyak digarap

dan berperan dalam kehidupan serta kegiatan perkoperasian adalah para generasi

muda sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan SDM bagi pembangunan

nasional. Oleh karena itu perlu upaya peningkatan, pembinaan dan pengembangan

generasi muda yang memiliki daya mampu dan mau yang tangguh sebagai mana

Menteri Koperasi Republik Indonesia dalam acara seminar Nasional di IKIP

Bandung katakan bahwa "para pemuda, para kader, dan sumber daya manusia

Page 3: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

36

koperasi harus mendapat pendidikan yang tepat, harus menguasai keahlian yang

tepat, harus memiliki kemahiran dan ketrampilan yang tepat." Ini berarti bahwa

pendidikan koperasi tidak hanya dalam segi teori atau konsep tetapi harus diimbangi

dengan praktik lapangan langsung dalam kehidupan dan kegiatan perkoperasian.

Gerakan memasyarakatkan koperasi kepada generasi muda dapat dilakukan di

dalam sekolah dan di luar sekolah. Sebagaimana yang diamanatkan GBHN 1988,

bahwa: gerakan memasyarakatkan koperasi perlu ditingkatkan dan dalam

pelaksanaan-nya di dudukung oleh pendidikan perkoperasian baik di sekolah maupun

di luar sekolah serta pembinaan koperasi secara profesional. (GBHN, 1988: 57).

Pendidikan koperasi di sekolah dapat dilaksanakan dan dikembangkan melalui

berbagai bentuk kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pembinaan

Kopsis merupakan salah satu wahana kegiatan pembinaan siswa (generasi muda).

Proses pembinaan Kopsis dilaksanakan sebagai bagian integral sistem pendidikan

dasar dan menegah. Pelaksanaan kegiatan pembinaan Kopsis ini dilaksanakan

melalui jalur kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler (Ditjen

Dikdasmen, 1991:13).

Dasar dari pada pendidikan koperasi di sekolah, yang berkenaan dengan

pendidikan, pembinaan, dan pengembangan Kopsis adalah Instruksi Presiden

Republik Indonesia No. 3 tahun 1960 tentang Pendidikan Koperasi. Instruksi

Presiden ini kemudian disusul oleh Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri

Perdagangan dan Koperasi dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.

719/Kpd/XII/1979-28a/1979 tanggal 31 Desember 1979, tentang pendidikan

perkoperasian di sekolah, Universitas, dan lain-lain lembaga Pendidikan dan

Kelembagaan, serta SKB Mekop, Mendikbud, dan Mendagri Republik Indonesia No.

Page 4: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

37

SKB 125/M/KPTS/X/1984-0447a/V/1984 tanggal 4 Oktober 1984, tentang

Pembinaan dan Pengembangan Kopsis. Sedangkan operasional pelaksanaan di

sekolah, pengetahuan perkoperasian telah dimasukkan ke dalam GBPP kurikulum

sekolah dalam mata pelajaran pendidikan ilmu pengetahuan sosial (bagian ekonomi),

dan praktik perkoperasian dimasukkan ke dalam salah satu dari 8 program pembinaan

kesiswaan, yaitu program kewirausahaan (Kandep Dikbud Kodya Bandung, 1996).

Melalui Inpres dan SKB tersebut, pemerintah berusaha untuk memperkokoh

kedudukan dan peran Kopsis baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kopsis tersebut

diarahkan pada pendidikan dan pelatihan perkoperasian, di samping fungsinya

sebagai badan usaha yang melayani kebutuhan siswa di lingkungan sekolah.

Pembinaan Kopsis bertujuan untuk mengembangkan dan mendewasakan para siswa

agar mampu meng-urus diri sendiri atas dasar swadaya dan gotong-royong. Dengan

demikian pembinaan siswa dalam berkoperasi diarahkan untuk menumbuhkan

apresiasi terhadap perkoperasian dan memberikan pengalaman praktis kepada siswa

agar dapat berwirausaha, kreatif, dan trampil di bidang pengelolaan perkoperasiaan.

Lebih khusus, bahwa Kopsis bertujuan untuk meningkatkan kemampuan yang berupa

pengetahuan, pengalaman dan ketram-pilan berkoperasi dan berwirausaha,

menumbuhkan sikap menghargai koperasi melalui latihan-latihan yang sistematis,

terarah dan terus menerus, serta berbagai upaya untuk memasyarakatkan koperasi

pada mereka sejak usia dini.

Kopsis sebagai salah satu kopersi yang azas dan sendinya sama dengan

koperasi pada umumnya, maka Kopsis berfungsi sebagai organisasi ekonomi siswa,

lab bidang ekonomi koperasi dan lab pembinaan kepribadian siswa, termasuk dalam

Page 5: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

38

pengem-bangan dan penanaman langsung nilai-nilai kehidupan masyarakat

demokratis (Ditjen Dikdasmen, 1991: 6).

Sebagai organisasi ekonomi siswa maka Kopsis bertujuan untuk memberikan

kesejahteraan siswa (khususnya kesejahteraan yang diarahkan untuk ikut serta

membantu proses pencapaian tujuan pendidikan berupa penyediaan alat-alat sekolah

dan sarana penunjang lainnya dengan harga yang relatif ringan, sehingga terjangkau

oleh siswa). Dalam fungsinya sebagai laboratorium ekonomi siswa, Kopsis berfungsi

sebagai wahana pendidikan dan pelatihan para siswa dalam berkoperasi,

berwirausaha, dan sebagai penunjang tercapainya tujuan pendidikan ke arah kegiatan-

kegiatan praktis guna mencapai kebutuhan ekonomi di kalangan siswa. Dalam

fiingsingnya sebagai pengembangan kepribadian siswa Kopsis bertujuan untuk

mengembangkan rasa tanggung jawab, disiplin, setia kawan, pembinaan persatuan

dan kesatuan siswa serta pengembangan jiwa demokratis pada diri para siswa. Agar

dapat memenuhi fungsi tersebut, maka perlu ditanamkan pengalaman teoritis dan

praktis siswa dalam berkoperasi. Para siswa perlu tidak hanya diberikan pengalaman

konseptual tetapi juga perlu diberi kesempatan melihat secara dekat dan dilibatkan

secara langsung dalam kehidupan dan kegiatan berkoperasi. Pendekatan yang

demikian merupakan kebutuhan yang sangat urgen guna melengkapi dan mendorong

para siswa mengembangkan program-program kesejahteraan dan hidup bergotong

royong, mengembangkan pengalaman berwirausaha dan nilai-nilai demokratis dalam

dunia yang riil baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah

dan sesudah tamat sekolah (Depkop, 1986:iii).

Pada sisi lain, adanya keterlibatan para siswa dalam kehidupan dan kegiatan

Kopsis, mereka kelak tidak hanya memiliki pengetahuan perkoperasian secara

Page 6: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

39

konseptual melainkan juga memiliki ketrampilan berkoperasi. Pendekatan pembinaan

generasi muda sejak usia dini akan memungkinkan mereka mampu menghayati

bagaimana kehidupan, kegiatan dan manfaat koperasi secara dalam serta mampu

menciptakan kader-kader koperasi yang sangat diperlukan demi kelangsungan

pembangunan perkoperasian di Indonesia. Dengan pengalaman yang dihayati secara

dalam inilah mereka akan memiliki kemampuan, ketrampilan, kesadaran dan

kemauan berkoperasi yang tangguh. Generasi yang demikian akan siap untuk

melanjutkan dan meningkatkan pembangunan perkoperasian yang akan datang dan

akan benar-benar mampu memwujudkan koperasi sebagai soko guru perekonomian

nasional.

Anggota Kopsis adalah seluruh siswa sekolah dimana Kopsis didirikan.

Sehingga keberhasilan pencapaian tujuan dan fungsi Kopsis akan sangat tergantung

pada partisipasi aktif para siswa sebagai anggota, di samping pelayanan yang baik

dari Kopsis dalam memenuhi kebutuhan para anggotanya. Partisipasi siswa dalam

Kopsis minimal akan memungkinkan mereka memperoleh pengalaman pengetahuan

dan ketrampilan mengelola suatu koperasi. Pada taraf yang lebih tinggi, partisipasi

siswa akan memungkinkan mereka mampu menyerap nilai-nilai demokrasi ekonomi

dan jiwa wirausaha. Nilai-nilai ini sangat penting artinya bagi pembinaan dan

penyiapan SDM dalam menghadapi era globalisasi dan mampu mengembangkan

koperasi sebagai soko guru ekonomi rakyat. Sehingga demikian pembelajaran dan

pembinaan siswa berkope-rasi di sekolah perlu diintensifkan keberadaannya.

Upaya ini menjadi tanggung jawab kepla sekolah, pembina Kopsis, guru

ekonomi dan guru-guru lain terkait, baik dalam upaya pencarian dan penerapan

model, metode pembelajaran dan pembinaan kemampuan dan ketrampilan

Page 7: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

40

berkoperasi, peningkatan persepsi, motivasi dan sikap berkoperasi, peningkatan rasa

manfaat, rasa percaya, partisipasi, serta perkembangan Kopsis.

B. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KEPALA SEKOLAH, PEMBINA

KOPSIS DAN GURU

Kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan sukses atau gagalnya

sekolah dalam mencapai tujuannya (Usman, 1996:196; Depdikbud, 1981.44; Asmara,

1984:201). Sehubungan dengan hal ini, Sutisna (1990.) menyatakan bahwa semakin

banyak tenaga kependidikan mengakui bahwa sukses atau gagalnya pencapaian

tujuan pendidikan terutama terletak di atas pundak kepemimpinan kepala sekolahnya.

Hal ini disebabkan dalam pelaksanaannya kepala sekolah diberikan wewenang dan

tanggung jawab yang penuh terhadap penyelenggaraan pendidikan dalam lingkungan

sekolahnya (Penjelasan PP RI No.29 tahun 1990). Wewenang dan tanggung jawab ini

meliputi penyelenggaraan kegiatan pendidikan, adminsitrasi sekolah, pembinaan

tenaga kepen-didikan lainnya, dan pendayagunaan sarana dan prasarana. (PP RI No.

29 tahun 1990).

Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah tersebut akan mencakup bidang

pengelolaan pendidikan dan pengajaran, kesiswaan, tenaga kependidikan dan atau

kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana dan hubungan masyarakat (Usman,

1994: 52-57). Dalam melaksanakan tugasnya ia harus mampu melakukan kepemim-

pinan dalam mengelola semua bidang-bidang tersebut secara efektif dan efisien

sehingga dapat tercipta suasana sekolah yang kondusif bagi semua tenaga

kependidikan dan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan bersama

(sekolah).

Page 8: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

41

Keberhasilan seorang pemimpin dalam mejalankan kepemimpinannya sangat

dipengaruhi oleh dirinya (perilaku kepemimpinan pemimpin), pengikut dan

situasinya (Depdikbud, 1981:44;Hersey dan Balnchard, 1993:123). Atas dasar

pendapat ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan dalam segi

membelajarkan dan membina siswa dalam berkoperasi di sekolah sangat dipengaruhi

oleh kepemimpinan kepala sekolah, partisipasi semua personel pelaksana yang terkait

(khususnya para pembina kopsis dan guru ekonomi) dan serta sistuasi lingkungan

sekolah yang kondusif.

1. Perilaku Kepemimpinan.

Kao (199la: 15) menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan seorang sangat

dipengaruhi oleh sifat-sifat kepemimpinan perilaku pemimpin, konteks organisasi,

peraturan pelaksanaan dan interaksi dengan lingkungannya.

a. Sifat Kepemimpinan.

Kao (1991a:7) menjelaskan sifat-sifat perilaku kepemimpinan itu meliputi:

motif yang kuat untuk mencapai tujuan, kepribadian yang utuh (tidak mudah goyah),

memiliki ketrampilan dan pengalaman dalam memilih orang dan membagi tugas, dan

memiliki pilihan psikologik (komitmen yang kuat). Lessem (1992:17)

mengidentifika-sikan 7 (tujuh) sifat kepemimpinan yaitu imajinatif intuitif,

berwibawa, berkema-uan keras, fleksibel, ramah, bersemangat dan giat. Dalam kaitan

dengan sifat-sifat kepemimpinan ini, Hisrich dan Peters (1992:516) juga memberikan

tujuh sifat kepemimpian yaitu memahami lingkungan, mempunyai fisi jauh kedepan

dan luwes, kreatif, mendorong keija tim, mendorong diskusi secara terbuka, membina

koalisi pendukung, dan keteguhan hati (komitmen yang kuat).

Page 9: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

42

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka terdapat sejumlah sifat

kepemimpinan yang dapat dikembangkan untuk mendukung tercapainya pelaksanaan

kepemimpinan Kepala sekolah dalam mencapai tujuan pembelajaran dan pembinaan

perilaku siswa dalam berkoperasi yaitu: 1) motif yang kuat dalam mencapai tujuan.

Atas dasar sifat ini berarti bahwa kepala sekolah adalah seorang yang: a) memiliki

wewenang dan tanggung jawab penuh dalam melakukan pengelolaan sekolah; b)

harus memahami tujuan dan fungsi penyelenggaraan, pembinaan dan pengembangan

Kopsis di sekolah; dan c) memiliki motivasi serta upaya yang kuat untuk mencapai

tujuan dan fungsi Kopsis. 2) Mempunyai visi jauh kedepcar. ia memiliki wawasan

tentang kearah mana dan bagaimana Kopsis harus dikembangkan. 3) Kepribadian

yang utuh yakni tidak mudah goyah oleh adanya pengaruh-pengaruh lingkungan yang

kurang kondusif. 4) Memiliki ketrampilan dan pengalaman dalam memilih orang dan

membagi tugas. Kepala sekolah harus memiliki ketrampilan dan pengalaman memilih

orang-orang yang dipandang mampu mengemban tugas untuk membina,

mengembangkan dan memajukan Kopsis menjadi media yang mampu berfungsi

sebagai sarana pendidikan dan organisasi ekonomi siswa. 5) Imajinatif, intuitif dan

kreatif. Artinya kepala sekolah harus selalu berupaya timbulnya ide-ide baru dan

peka terhadap makna terjadinya suatu peristiwa bagi upaya pembinaan dan

pengembangan Kopsis ke arah yang lebih maju dan fungsional terhadap tercapainya

tujuan dan fungsi Kopsis. Ia mampunyai kepekaan mengantisipasi bagaimana sesuatu

itu akan berjalan dan bagaimana mengelolanya untuk mencapai sasaran yang lebih

baik. 6) Berkemauan keras untuk memajukan dan mengembangkan Kopsis secara

maksimal. 7) Fleksibel dan ramah. Ia mampu menye-suaikan diri dalam berbagai

situasi dan ramah dalam pergaulan dengan pengikutnya dan orang-orang yang ada di

Page 10: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

43

sekitarnya. Ia menyenangi suasana kekeluargaan sebagai penengah yang mampu

mengusahakan kedamainan kelompok sehingga semua personel yang terkait dengan

upaya pembinaan dan pengembangan Kopsis serta upaya membelajarkan dan

membina perilaku siswa dalam berkoperasi menjadi senang dan bersemangat bekerja

dalam mencapai tujuan serta mengupayakan Kopsis dapat berfungsi sebaga-imana

seharusnya. 8) Memahami lingkungan, ia peka terhadap sumber daya apa yang

tersedia dan sumber daya apa yang dapat diupayakan adanya untuk dapat dimanfaat-

kan. 9) Mendorong kerja tim dan diskusi secara terbuka. Ia selalu mengadakan

diskusi secara terbuka dengan anggota tim kerja sehingga mereka yang terkait dengan

upaya mengembangkan dan memajukan Kopsis serta upaya membelajarkan dan

membina siswa dalam berkoperasi tumbuh semangat bekeija sama untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. 10) Membina koalisi pendukung, ia selalu berupaya

menyatukan semua sarana dan prasarana pendukung bagi tercapainya tujuan. 11)

Memiliki komitmen yang kuat: ia mempunyai kegigihan semangat, pantang putus asa,

dan kesetiaan melaksa-nakan tugas serta tanggung jawab yang dibebankan padanya.

b. Peraturan-peraturan.

Peraturan-peraturan merupakan norma-norma yang menunjuk kepada

kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan dan bagaimana seharusnya

melakukannya oleh semua individu yang terkait (kepala sekolah, pembina Kopsis,

guru, siswa, Depkop, Bidmudora, dan Pemda setempat) dengan pembinaan dan

pengembangan Kopsis serta bagaimana membelajarkan dan membina siswa

berkoparasi.

Page 11: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

44

c. Konteks organisasi/iklim organisasi.

Konteks organisasi merupakan suatu suasana yang memungkinkan pemimpin

dapat mengembangkan kreativitasnya secara optimal (Usman, 1996:43). Menurut

Kao (1991a:7) konteks organisasi ini meliputi: misi dan tujuan, struktur, kultur,

peran-peran, kebijakan-kebijakan, sistem pengembangan SDM, sistem komunikasi,

dan pendayagunaan sumber daya organisasi yang terbatas.

Misi dan tujuan mempengaruhi kepemimpinan karena misi dan tujuan

merupa-kan arah, fungsi, dan kualitas tujuan yang ingin dicapai. Kepala sekolah

sebagai pemimpin penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis serta upaya

membelajarkan dan membina perilaku siswa dalam berkoperasi perlu memhami misi

dan tujuan penyelenggaraan pengembangan Kopsis di sekolah.

Struktur. Jones (1995:12) mendefinisikan struktur organisasi sebagai sistem

formal dari hubungan aturan-aturan dan tugas serta keterkaitan otoritas yang mengon-

trol tentang bagaimana orang-orang bekeijasama dan memanfaatkan sumberdaya

untuk mencapai tujuan organisasi. Selanjutnya pada halaman 13 ia

mengidentifikasikan sifat-sifat struktur organisasi sebagai sistem formal yang: 1)

mengontrol pemanfaatan sumber daya organisasi; 2) mengontrol motivasi, perilaku,

dan organisasi; 3) merespon terhadap lingkungan dan SDM, 4) menggambarkan

pertumbuhan organisasi dan differensiasi; dan 5) merupakan alat yang mengatur

perubahan melalui proses desain organisasi. Struktur dasar penyelenggaraan dan

pengembangan Kopsis serta upaya membelajarkan dan membina perilaku siswa

dalam berkoperasi merupakan bagian dari keseluruhan struktur organisasi sekolah.

Dimana penyelenggaraan Kopsis merupakan bagian kegiatan kesiswaan yang

mengarah pada aspek pembelajaran dan pembinaan jiwa kewirausahaan para siswa.

Page 12: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

45

Oleh karena itu (berdasarkan Buku Juklak Kopsis, 1991:48) secara struktural dalam

organisasi sekolah bahwa pembelajaran dan pembina-an jiwa kewirausahaan siswa

merupakan bagian wewenang dan tanggung jawab kepala sekolah yang pengelolaan

dan pengembangannya didelegasikan kepada wakil kepala sekolah bagian kesiswaan.

Sedangan operasional penyelenggaraan dan pembinaan Kopsis serta pembelajaran

dan pembinaan siswa dalam berkoperasi dilakukan oleh para guru yang dipandang

cakap yang ditunjuk oleh kepala sekolah sebagai tim pembina. Dalam praktiknya tim

pembina mengkoordinir para siswa agar membentuk kepengurusan Kopsis. Dalam

upaya efektivitas pembelajaran dan pembinaan serta peningkatan partisipasi siswa

dalam berkoperasi tim ini dapat bekeijasama dengan para guru (khususnya guru

ekonomi) dan wali kelas.

Kultur. Kao (1991b:227) mengemukakan bahwa kultur (budaya) organisasi

adalah bentuk asumsi yang membuat anggota bekerja dengan cukup baik dan benar,

mengajari anggota bagaimana cara merasakan, memikirkan, dan menaruh perhatian

terhadap berbagai masalah. Berdasarkan pendapat ini maka dapat disimpulkan bahwa

budaya organisasi adalah nilai-nilai yang dimiliki kelompok untuk dipatuhi. Nilai-

nilai yang dikembangkan di sekolah (lanjutan atas) berkarakteristik: a) berdisiplin

waktu yang tinggi, b) melaksanakan pekeijaan dengan mutu yang terstandar (tidak

asal jadi), c) melaksanakan admisnistrasi secara efisien, d) penampilan sekolah yang

bersih, rapih, indah dan menarik, e) setiap siswa harus bangga dengan sekolahnya,

dan setiap guru bangga dengan profesinya sebagai guru di sekolah yang

bersangkutan. Prinsip yang dikembangkan untuk ini adalah in garso sung tulodo.

Siswa tidak mungkin berdisiplin, kalau gurunya tidak bersdisiplin, dan guru tidak

akan berdisiplin kalau kepala sekolahnya tidak berdisplin (Depdikbud, 1994a: 13-14)

Page 13: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

46

Peran-peran. Kepala sekolah sebagai pimpinan organisasi formal mempunyai

peran-peran: interpersonal, informasional dan pembuatan keputusan (Handoko, 1994:

33; Stoner, 1995:13, dan Robbins, 1996:7-8). Peran interpersonal menghendaki

kepala sekolah sebagai pimpinan memerankan tugas-tugas penghubung hubungan

sosial antar individu di dalam dan di luar organisasinya. Dalam penyelenggaran dan

pengembangan Kopsis kepala sekolah harus memainkan peran menjaga bagaimana

hubungan sosial antar individu yang terkait dengan penyelenggaraan dan

pengembang-an Kopsis serta upaya pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa

dalam berkoperasi bisa termotivasi berkeijasama secara baik sehingga mampu

mencapai tujuan dan fungsinya-nya. Selain itu kepala sekolah memiliki peran

penghubung antara para pembina Kopsis dan siswanya mampu mengadakan keija

sama dengan lembaga lain sehingga bisa mengembangkan Kopsisnya. Peran

informasional menuntut kepala sekolah mencari, menerima dan mengumpulkan

informasi dari luar. Selanjutnya ia memiliki peran untuk menyebarkan informasi

yang diperoleh kepada semua yang terkait dengan penyeleng-garaan dan

pengembangan Kopsis serta upaya membelajarkan dan membina perilaku siswa

dalam berkoperasi. Sedangkan peran pembuat keputusan menghendaki kepala

sekolah mampu menghambil keputusan alternatif terbaik terhadap berbagai persoalan

yang dihadapi dalam meyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis serta upaya

membelajar-kan dan membina perilaku siswa dalam berkoperasi demi tercapainya

tujuan Kopsis.

Kebijakan-kebijakan. Kebijakan merupakan ketentuan-ketentuan yang harus

dijadikan pedoman demi tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam pencapaian

tujuan. (Usman, 1996:57). Agar tercapai tujuan dan fungsi penyelenggaran serta

Page 14: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

47

pengembangan Kopsis, kepala sekolah perlu mebuat berbagai kebijakan demi

tercapai-nya kelancaran dan keterpaduan dalam pencapaian tujuan. Yakni berupa

kebijakan-kebijakan yang memungkinkan semua individu di sekolah termotivasi dan

mau berpartL-sipasi mendukung tercapainya tujuan dan fungsi penyelenggaraan dan

pengembangan Kopsis di sekolah serta upaya pembelajaran dan pembinaan perilaku

siswa dalam berkoperasi.

Sitem Pengembangan SDM. Kualitas SDM merupakan faktor penentu

terhadap kelancaran peijalan dan kemajuan organisasi. Oleh karena itu agar

organisasi Kopsis dapat berjalan lancar dan mampu mencapai tujuan yang

diharapkan, pimpinan organisasi perlu berupaya mengembangkan, membina,

memberikan kesempatan berlatih dan meningkatkan mutu semua SDM dalam

organisasi. Pembinaan SDM ini mencakup pembina, pengurus, pengawas dan

anggota baik dilaksanakan sendiri maupun mengirimkan pelatihan ke luar (Dubell,

1985:60)

Sistem Komunikasi. Kao (1991b:18) mengemukakan bahwa komunikasi harus

dilakukan secara vertikal dan horisontal. Selain itu, Kao (1991b: 25) juga

menyatakan bahwa komunikasi harus dilakukan secara formal dan informal, dari atas

ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi sangat penting agar anggota dapat

memperoleh berbagai informasi. Sehubungan dengan itu Kao (1991b:199)

menyatakan bahwa karyawan tidak hanya membutuhkan apa yang diinginkan, tetapi

juga mengapa dan bagaimana mewujudkan keinginan tersebut. Selanjutnya Kao

(199Ib: 276) menjelaskan ide dapat datang dari berbagai sumber di dalam organisasi,

jadi kita harus memelihara suasana yang penuh dengan keterbukaan.

Page 15: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

48

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem komunikasi

harus bersifat terbuka, secara vertikal dan horisontal, dari atas dan dari bawah. Ini

berarti bahwa kepala sekolah dalam meyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis

serta upaya membelajarkan dan mebina perilaku siswa dalam berkoperasi perlu

melakukan komunikasi dengan pengikutnya secara terbuka. Komunikasi dilakukan

secara dialogis dan informasi dapat berasal dari kepala & wakil kepala sekolah,

pembina Kopsis, guru dan siswa.

Pemanfaatan sumber daya pendidikan yang terbatas.

Sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penunjang pelaksanaan

pendi-dikan yang terwujud sebagai tenaga, dana, sarana dan prasarana yang tersedia

atau diadakan dan didayagunakan keluarga, masyarakat, peserta didik, dan

pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama (UUSPN RI Nomor 2 tahun

1989, Bab I pasal 1) Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu mengelola dan

mendayagunakan fasilitas yang dimiliki seefektif dan seefisien mungkin untuk

mencapai tujuan pendidikan. Dalam meyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis

serta membelajarkan dan membina perilaku siswa dalam berkoperasi, kepala sekolah

harus mampu mendayagunakan semua potensi sumberdaya yang mungkin dapat

digali dan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Ia tidak boleh menyianyiakan

semua potensi yang dimiliki. Ia harus peka membaca potensi yang dimiliki dan

bagaimana memanfaatkannya. Dengan cara demikian pencapaian kemajuan dan

pengebangan Kopsis serta tujuan pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam

berkoperasi dapat dicapai semaksimal mungkin.

d. Lingkungan.

Page 16: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

49

Interaksi, kepekaan dan kemampuan pimpinan membaca lingkungannya

sangat penting, khususnya terhadap potensi lingkungan yang memiliki pengaruh dan

tantangan bagi kemajuan dan perkembangan organisasinya. Kepala sekolah dalam

memimpin penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis serta upaya membelajarkan

dan membina perilaku siswa dalam berkoperasi harus mengetahui lembaga-lembaga

mana yang terkait dan seharusnya ikut bertanggung jawab mengembangkan

Kopsisnya, lembaga-lembaga mana yang dapat diajak bekerja sama dan membantu

memajukan Kopsis serta potensi-potensi apa yang ada di lingkungannya yang dapat

dimanfaatkan untuk mengembangkan Kopsis seperti seksi Binmudora, Kodya/

Kabupaten setempat, Kandep Depkop, KPN dan perusahaan-perusahaan penyalur

alat-alat sekolah.

2. Pengikut (Pembina Kopsis dan Para Guru -khususnya guru ekonomi)

Selain perilaku kepala sekolah, partisipasi pembina Kopsis dan para guru

dalam menyelenggarakan dan memajukan Kopsis ikut menentukan keberhasilan

Kopsis.

Pembina Kopsis adalah orang yang ditugasi melakukan pembinaan Kopsis

yaitu membimbing dan mengawasi terhadap jalannya kegiatan Kopsis. Pada tingkat

Sekolah Lanjutan Atas yang dimaksudkan pembina Kopsis adalah guru bidang studi

ekonomi/pengelolaan usaha dan atau guru lain yang ditunjuk serta memiliki

pengetahuan perko-perasiaan sebagai Guru Pembina OSIS yang mendampingi

pengembangan kewirausahaan/perkoperasiaan para siswa (Ditjen Dikdasmen,

1991:3-4). Berdasarkan pengertian ini pembina Kopsis pada dasarnya adalah guru

Page 17: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

50

atau tenaga pendidik yang ditugasi melakukan pembinaan perilaku siswa dalam

berkoperasi/berwirausaha.

Guru/tenaga pendidik memiliki tugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,

melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau memberikan pelayanan

teknis dalam bidang pendidikan. (UUSPN RI No.2 tahun 1989 BAB I pasal 1) Dalam

kaitan ini pembina Kopsis adalah tenaga pendidik yang bertugas untuk

membelajarkan, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau memberikan

pelayanan teknis berkoperasi bagi para siswa yakni bagaimana seharusnya ia

menyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis serta bagaimana upaya

membelajarkan dan membina para siswa dalam berkoperasi/berpartisipasi dalam

Kopsis. Sejalan dengan fungsi penyelenggaraan Kopsis adalah sebagai lab ekonomi

dan organisasi ekonomi siswa, maka guru ekonomi berarti memiliki tugas tidak

hanya membelajarkan, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola proses

pembelajaran teoritis ekonomi di dalam kelas tetapai juga harus melatih dan

membina para siswa memanfaatkan Kopsis sebagai media belajarnya.

Berdasarkan pengertian tersebut, tugas dan tanggung jawab pembina Kopsis

dan guru ekonomi tersebut mengandung makna bahwa dalam menempatkan fungsi

dan mencapai tujuan penyelenggaraan dan pengembangan Kopsis mereka perlu

saling bekeija sama dan saling berkoordinasi, terutama dari segi penyusunan program

kegiatan dan arah pembelajaran serta pembinaan dan pemanfaatan Kopsis sebagai

media. Dengan kata lain bahwa pembelajaran dan pembinaan perilaku siswa dalam

berkoperasi di dalam kelas dan luar kelas perlu dilakukan secara terpadu. Agar

pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi dapat mencapai hasil yang

maksimal, para pembina Kopsis dan guru ekonomi perlu mencari dan memilih model

Page 18: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

51

dan metode pembelajaran dan pembinaan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan,

kemampuan, dan karakteristik individu atau kelompok individu siswa (Glickman,

1981:40;Gagne and Briggs, 1977; 1979; Gagne, Briggs & Wager, 1988).

3. Situasi

Situasi mengandung pengertian suasana lingkungan baik internal dan ekternal

yang mendukung atau menghambat terhadap jalannya organisasi, termasuk di

dalamnya tingkat partisipasi warga dalam organisasi, lembaga terkait, sarana dan

prasarana yang tersedia. Tingkat kemanfaatan situasi yang ada sangat tergantung dari

performansi pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya.

C. PARTISIPASI, MANFAAT AN PER KEMBANGAN KOPERASI

Suatu hal yang perlu diingat oleh pembina Kopsis dan guru ekonomi

(koperasi) sebelum menentukan metode pembinaan, adalah partisipasi anggota dalam

koperasi akan muncul apabila anggota koperasi merasakan adanya manfaat yang

diterima dengan menjadi anggota lebih besar dibandingkan apabila tidak menjadi

anggota koperasi. Manfaat yang diterima tersebut akan muncul apabila ada

kesesuaian antara "apa yang diharapakan anggota dari koperasi" dengan "apa yang

diharapakan oleh koperasi dari anggota." (Subyantoro, 1993: 8-9).

Sehubungan dengan itu Ropke (1989: 106) mengemukakan saling ketergan-

tungan tersebut dari segi kesesuaian antara anggota (penerima manfaat), manajemen

koperasi dan program sebagaimana nampak dalam gambar 3. Partisipasi anggota

dalam pelayanan yang diberikan oleh koperasi akan teijadi apabila terdapat

kesesuaian antara anggota, program dan pengelolaan koperasi yang ada. Kesesuaian

yang dimaksud adalah: (1) kesesuaian antara pelayanan yang dibutuhkan oleh

Page 19: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

52

anggota dan output pelayanan dari program; (2) kesesuaian antara tugas-tugas

program dan kemampuan manageraen koperasi; (3) kesesuaian antara apa yang

diminta oleh anggota dengan yang diberikan oleh koperasi (manajemen koperasi).

Sedangkan alat yang digunakan oleh anggota untuk berpartisipasi adalah hak suara,

pilih dan keluar.

OUTPUT

IROGRAM

NEEDS.

/ / O T

TASK

EFFECITVENESS PARTICIPATIOIN ABHJTY

3EMANDS HEMBER

DEC1SION m a n a g e m e n o y COOPERATTVE

toh^E^—* VOTE

MEANSOF PARTICIPATION

Gambar 3: The Fit Model ofParticipation Sumber : Jochen Ropke (1989). The Economic Theory of Cooperatives, Marburg.

Wirasasmita (dalam Subyantoro, 1993 :9) juga menunjukkan saling ketergan-

tungan tersebut dengan memakai koperasi pemasaran sebagai model (gambar 4).

Pada koperasi pemasaran yang diminta anggota dari koperasi adalah fasilitas

pemasaran, harga yang layak dan stabil, kestersediaan koperasi untuk membeli,

sistem pembayaran yang dapat diterima anggota, kredit lunak, bimbingan manajerial

& skill, dan lain-lain. Sedang persyaratan dari fihak koperasi yang dimintakan kepada

anggota ialah jenis barang yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar,

persyaratan kualitas terpenuhi, pesediaan barang yang cukup, biaya produksi yang

efisien, homoginitas usaha, konsentrasi lokasi, dapat melaksanakan fungsi anggota

sebagai pemilik dan pelanggan.

Page 20: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

53

Anggota Yang dimintakan anggota dari koperasi * fasilitas pemasaran

• harga yang layak dan stabil

• ketersediaan koperasi untuk membeli

• kredit lunak • bimbingan (managerial &

sM) • sistem pembayaran yang

dapat diterima anggota dan lain-lain

manfaat langsung SHU

Koperasi Yang dimintakan koperasi dari anggota • Jenis barang yang dihasilkan

sesuai dengan permintaan pasar

• persyaratan kualitas terpenuhi

• persediaan barang yang cukup

I* homogtnitas usaha f» konsentrasi lokasi

> dapat melaksanakan fungsi anggota sebagai pemilik dan pelanggan

.t. cadangan, gaji dan lain-lain

. efisiensi koperasi

t manfaat koperasi/ valueadded

Gambar 4: Saling Ketergantungan Anggota dan Koperasi Keterkaitannya dengan Taraf Partsipasi Sumber : Arief Subyantoro, 1993. Pengaruh Faktor-faktor Perilaku Terhadap efektivitas Partsipasi

Anaeota KUD dan Non KUD di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pemenuhan pesyaratan oleh masing-masing fihak merupakan prasyarat atau

pendorong terciptanya efisiensi koperasi, karena antara lain: terciptanya skala

ekonomis, peningkatan bargaining position, kenaikan produktivitas dengan spesiali-

sasi, penghematan biaya transaksi dan sebagainya. Pada gilirannya efisiensi koperasi

akan menghasilkan manfaat koperasi baik yang bersifat langsung maupun tak

langsung bagi anggota. Manfaat koperasi bagi anggota misalnya harga penjualan

yang layak dan SHU Bagi koperasi SHU untuk cadangan dan upah/gajj,

Uraian tersebut sangat penting untuk difahami masalah

artinya perlu ada kesesuaian "yang dimintakan anggota dari kope

dimintakan koperasi dari anggota" agar dapat menghasilkan "efektivitas partisipasi •£> se-

anggota". Uraian ini juga memberikan isyarat bahwa tugas guru dan pe&bina Kopsis

Page 21: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

54

adalah membina perilaku anggota dan pengurus Kopsis agar keduanya berperilaku

sesuai dengan yang diharapkannya. Kesesuaian antara keduanya akan meningkatkan

efektivitas partisipasi anggota Kopsis. Pada saatnya efektivitas partisipasi anggota

akan mempengaruhi: a) tingkat rasa manfaat anggota terhadap Kopsis, b)

perkembangan Kopsis. Dalam hal ini pembina harus memilih dan menerapkan model

pembelajaran yang efektif (baik perencanaan program maupun penerapannya) dalam

membina perilaku siswa untuk meningkatakan efektivitas partisipasinya dalam

Kopsis. Dengan istilah lain guru dan pembina harus merencanakan program-program

pembinaan perilaku siswa yang akan diterapkan. Di mana dengan program-program

yang telah dipersiapkan dengan baik dan diterapkan tersebut diharapkan dapat

meningkatakan efektivitas partisipasi siswa, manfaat yang dirasakan dan

perkembangan Kopsis.

Efektivitas partisipasi anggota ditentukan oleh partisipasi anggota koperasi

dalam kedudukannya sebagai pemilik (partisipasi kontribusi) dan sebagai pelanggan

(partisipasi insentif). Tingkat efektivitas partisipasi anggota Kopsis ditentukan oleh

tinggi rendahnya manfaat atau keuntungan yang diperoleh anggota Kopsis sejalan

dengan partisipasinya (Subyantoro,1993: 8). Manfaat anggota Kopsis dapat berupa

manfaat ekonomi dan non ekonomi (Senen dkk1992 : 18). Sehingga pengukuran

manfaat Kopsis bagi anggota dapat dilihat dari tingkatan rasa puas anggota terhadap

Kopsis atas imbalan yang terima baik secara ekonomi maupun non ekonomi. Hanel

(1985:70) mengemukan bahwa partisipasi dapat dibedakan dalam dimensi partisipasi

anggota sesuai dengan peran ganda yang ditandai dengan prinsip identitas, yaitu:

a. Anggota dalam hubungannya sebagai pemilik-, anggota memberikan

kontribusinya terhadap pembentukan dan pertumbuhan koperasi dalam bentuk

Page 22: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

55

kontribusi keuangan. Anggota mengambil bagian dalam bal penetapan tujuan,

pembuatan keputusan dan dalam proses pengawasan tata kehidupan koperasi.

Dalam hal ini anggota melakukan partisipasi kontribusi.

b. Anggota dalam kedudukannya sebagai pelanggan/pemakai: anggota memanfaat-

kan berbagai potensi yang disediakan oleh koperasi dalam menunjang

kepentingan-nya. Dalam hal ini anggota melakukan partisipasi insentif.

Sedangkan dari segi tingkatannya, Freire (1972: 1-48) dan Alschuler (1980:

13) menggolongkan tingkatan partisipasi sesorang ke dalam 3 (tiga) tingkatan:

a. The magical conforming stage: pada tingkatan ini orang memiliki perspektif

bahwa sistuasi yang ada di lingkungannya dirasakan sebagai sesuatu yang sudah

tidak bisa diubah dan sangat kecil sekali kemungkinnya untuk mampu

mengubahnya. Ia lebih suka menyerah terhadap keadaan, merasa tak berdaya

untuk berbuat, berjiwa fatalism, masa bodoh dan tak mau melakukan tindakan

untuk berbuat sesuatu.

b. Natve rejorming stage: pada tingkatan ini orang sudah timbul keinginan mencoba

dan mencoba untuk memperbaiki keadaan. Ia memandang bahwa system

lingkungan dapat diterima dan tanggung jawab perubahan adalah ada pada

individu masing-masing. Ia merasa bahwa yang penting dirinya telah berbuat

sesuai dengan system yang ada.

c. The critical transforming stage: individu mulai menganalisa budaya dan struktur

sosial atau system yang ada secara kritis dan berpartisipasi secara aktif untuk

melakukan rekonstruksi terhadap system yang ada atau melakukan tindakan-

tindakan pemecahan masalah yang dihadapi secara bersama-sama.

Page 23: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

56

Dengan memperhatikan pendapat Hanel, Freire dan Alschuler, untuk melihat

seberapa tingkat efektivitas partisipasi siswa dalam Kopsis diukur dengan indikator

para siswa sebagai anggota Kopsis yang berfungsi ganda, yaitu sebagai pemilik dan

pelanggan, dan tingkatan keterlibatan dirinya baik fisik, perasaan dan pemikiran

dalam koperasi maupun pemanfaatan insentif yang diberikan oleh koperasi.

Tumbuhnya efektivitas partisipasi siswa dalam Kopsis sampai pada taraf

critical transforming, sangat penting artinya bagi peningkatan manfaat Kopsis yang

dapat dirasakan oleh para siswa dan perkembangan Kopsis. Perkembangan dan

manfaat Kopsis bagi siswa pada gilirannya akan meningkatkan taraf partisipasi siswa

berko-perasi. Ini berarti bahwa kesesuaian antara harapan anggota (siswa) dengan

pelayanan Kopsis, rasa manfaat Kopsis bagi siswa, perkembangan Kopsis dan taraf

partisipasi siswa akan merupakan sesuatu yang saling kait mengkait. Dengan kata

lain apabila salah satu di antara keempat unsur tersebut tidak terpenuhi akan

menurunkan taraf perkembangan unsur lain. Ini berarti Kopsis sebagai organisasi

akan selalu berubah.

Child and Kieser (1981:28) mengemukakan bahwa ada dua faktor yang

mempengaruhi perubahan organisasi, faktor external dan faktor internal organisasi.

Ia menjelaskan faktor-faktor yang termasuk external adalah seperti kompetisi,

inovasi, tuntutan masyarakat, dan kebijaksanaan pemerintah menuntut adanya

strategi-strategi baru, berbagai metode kerja, dan hasil-hasil yang direncanakan untuk

mepertahankan kehidupannya. Sedangkan yang termasuk faktor internal adalah

berbagai kegiatan seperti strategi-strategi baru, inovasi, metode-metode baru, yang

diusahakan dan dilakukan oleh pimpinan dan anggotanya adalah dalam rangka tidak

hanya untuk mempertahankan hidupnya tetapi juga agar tumbuh, meningkatkan

Page 24: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

57

keuntungan dan kepuasannya. Bennis (1969:2) menyatakan perkembangan organisasi

merupakan respon perubahan, suatu strategi yang komplek yang dimaksudkan untuk

mengubah keyakinan, sikap, nilai dan struktur organisasi, sehingga mereka lebih

mampu beradaptasi terhadap teknologi-teknologi baru, tantangan dan juga sebagai

usaha untuk me-ngembangkan organisasi itu sendiri. Dengan istlah lain bahwa semua

aktivitas yang diusahakan dan dilakukan oleh personel organisasi (pimpinan dan

anggota) adalah dalam rangka menggerakkan semua daya yang ada untuk

menghidupkan, mempeMahankan, mengelola dan mengembangkan organisasinya ke

taraf yang lebih maju.

Kedua pendapat tersebut menggambarkan bahwa organisasi bersifat dinamis.

Sebagai konsekwensinya, organisasi akan selalu tumbuh dan berkembang.

Pertumbuh-an dan perkembangan tersebut tergantung pada aspek manusia yang ada

dalam organisasi yang dimaksud (Sutisna, 1987: 4). Heire (1959), dan Mooney dan

Reiley (1931) yang dikutip oleh Child and Kieser, (1981: 46) mengemukakan bahwa

perkem-bangan organisasi beranalog dengan kehidupan organism, yakni bahwa

organisasi akan berkembang seperti siklus kehidupan (tife cycle): kelahiran,

pertumbuhan, kematangan, penurunan dan mati. Berbeda dengan Scott (dalam Child

and Kieser, 1981: 49). Ia menerangkan bahwa organisasi perusahaan berkembang

dari tahap 1 - perusahan yang kecil yang dikelola sendiri oleh pemiliknya,

berkembang ke tahap 2 - perusahan ini belum mengalami diversifikasi, namun telah

dikelola oleh manajer-manajer profesional, berkembang ke tahap 3 - mereka telah

memiliki cabang-cabang usaha, pembagian struktur,diversifikasi produksi,

berkembang ke tahap 4 - dengan begitu kompleksnya struktur, usaha dan produksi

organisasi ini telah go internasional.

Page 25: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

58

Hanafiah, dkk. (1994: 9) menerangkan fase-fase perkembangan organisasi

yang hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Reiley dan Heire. Mereka

mengemukan siklus kehidupan organisasi pada umumnya berkembang melalui empat

fase: 1) fase pembentukan, 2) fase pertumbuhan, 3) fase pematangan, dan 4) fase

pemantapan. Menurutnya keempat fase ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut, fase

pembentukan, organisasi perlu: a) memiliki basis pelanggan yang jelas, b) selalu

responsif terhadap perkembangan dan tuntutan lingkungan, dan mengembangkan

kewirausahaan. Fase pertumbuhan, organisasi diharapkan: a) memiliki kekuatan

untuk bertahan dan berkembang, b) mempunyai sistem manajemen yang baik, dan

berorientasi pada kepentingan pelanggan. Pada fase pematangan (kedewasaan)

adalah fase menemukan jati diri, dan juga merupakan fase kedewasaan. Dalam

kondisi seperti ini suatu organi-sasi hanya sekedar bereaksi terhadap peristiwa-

peristiwa external. Hal ini berarti bahwa organisasi secara umum akan berhenti

berinovasi, dan akan beroperasi sebagaimana adanya saja. Pada fase pematangan ini

dapat terus berkembang jika a) pengelolaan mutu total diadaptasi, dan berorientasi

pada upaya yang ditujukan terhadap pelanggan, b) mempertahankan dinamika dan

jiwa kewirausahaan, c) selalu menguji ulang kegiatan secara pereodik, d) selalu

mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dan e) revitalisasi merupakan

kegiatan yang dilakukan secara sadar. Sedangkan fase peman-tapan dapat

berkembang menuju dua arah a) pertumbuhan kembali atau revitalisasi dan b)

penurunan yang akhirnya akan menuju ke suatu kehancuran.

Koperasi sebagai suatu organisasi juga bertahap perkembangnannya. Widodo

(1996: 35-42) mengemukakan taraf perkembangan koperasi menjadi dua: koperasi

yang belum maju dan telah maju. Koperasi yang belum maju ditandai dengan tugas

Page 26: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

59

pengurus koperasi yang masih bersifat rangkap, yaitu mengelola organisasi dan

sekali-gus mengelola usaha koperasi. Sedangkan koperasi yang telah maju ditandai

dengan tugas pengurus koperasi yang bersifat tunggal yaitu hanya mengelola

organisasi. Menurut Depkop (1985:13) perkembangan koperasi dapat dikelompokkan

menjadi tiga golongan: koperasi belum mantap, koperasi mantap, dan koperasi sangat

mantap. Koperasi dikatakan: 1) koperasi belum mantap, jika berdasarkan hasil

penilaian, koperasi memiliki nilai 30 sampai 59; 2) koperasi mantap, jika

berdasarkan hasil penilaian memiliki nilai 60 sampai dengan 89; dan 3) koperasi

sangat mantap, jika berdasarkan hasil penilaian memiliki nilai 90 sampai 100.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tersebut berarti bahwa organisasi

baik organisasi pada umumnya maupun organisasi lembaga usaha seperti koperasi

bersifat dinamis, selalu megalami perubahan. Perubahan itu bisa merosot dan bisa

berkembang, tergantung pada kondisi internal dalam organisasi yaitu kemauan

individu-individu dalam organisasi untuk berinovasi mencari metode dan strategi

baru dalam mengembangkan diri dan kemampuan merespon faktor ekternal seperti

kompe-tisi, inovasi dan tuntutan masyarakat serta kebijakan-kebijakan pemerintah

yang menuntut adanya pencarian metode dan strategi kerja baru serta perencanaan

hasil-hasilnya untuk mempertahankan kehidupannya. Faktor internal dan ekternal

inilah yang menyebabkan organisasi mengalami perubahan dari taraf pembentukan,

berkembang ke taraf konsolidasi dan pengembangan (pematangan dan pemantapan).

Dikatakan masih pada 1) taraf pembentukan apabila organisasi itu memiliki basis

pelanggan yang tetap, berupaya responsif terhadap perkembangan dan tuntutan

lingkungan dan berupaya mengembangkan kewirausahaan, struktur organisasi

pelaksana dan pengontrol masih cenderung tunggal; 2) taraf konsolidasi apabila telah

Page 27: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

60

memiliki kekuatan untuk bertahan dan berkembang, memiliki manajemen yang baik,

diversifikasi usaha dan produk serta struktur keija, dan berorientasi pada kepentingan

pelanggan; dan 3) taraf pengembangan atau pematangan dan pemantapan apabila

telah selalu beradaptasi kepada pengelolaan mutu total (diversifikasi usaha, produk,

struktur yang kompleks namun jelas kerangka kerjanya), berorientasi pada

kepentingan pelanggan, mempertahankan dinamika kewirausahannya, selalu

mengkaji ulang kegiatan yang telah dilakukan, dan secara sadar selalu mengadakan

revitalisasi.

Kopsis juga merupakan suatu organisasi, namun memiliki struktur yang agak

berbeda, dimana faktor penentu perubahan/perkembangan bukan hanya faktor

internal (SDM dalam organisasi) berkemauan dan mampu merespon faktor external,

tetapi juga faktor external pembina yaitu kemampuan dan komitmen pembina dalam

membina para siswa dalam berkoperasi. Apabila faktor-faktor ini bereaksi secara

positif maka Kopsis juga mengalami dinamika perubahan atau perkembangan dari

taraf pembentukan, ke taraf konsolidasi (pertumbuhan), dan pengembangan

(pematangan dan pemantapan). Sejalan dengan keunikan faktor yang mempengaruhi

perkembangan Kopsis, Depkop (1987/ 1988: 9-11) menggolongkan dan mencirikan

tahap perkembangan Kopsis menjadi tahap pertama sebagai tahap pembentukan.

Cirinya adalah kepengurusan organisasi dan sistem pelaksanaan kepengurusan

Kopsis masih cenderung bersifat tunggal serta belum mampu menjalankan secara

penuh kegiatan usaha Kopsis, mereka masih harus didampingi secara penuh oleh para

pembina dan guru yang ditugasi untuk itu, kemampuan dan ketrampilan sumber daya

manusianya dalam berkoperasi sangat terbatas sehingga pembinaan dengan cara

petunjuk-petunjuk langsung sangat diperlu-kan, kegiatan usaha secara keseluruhan

Page 28: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

61

belum mampu melayani kebutuhan permintaan anggota, sistem adminstrasi masih

sangat sederhana dan para siswa berpartisipasi dalam Kopsis karena diharuskan oleh

sekolah. Tahap kedua sebagai tahap konsolidasi. Ciri-cirinya adalah sistem

organisasi, kelembagaan usaha dan manajemen usaha sudah merupakan kesatuan

kelengkapan organisasi Kopsis, dengan didampingi seperlunya oleh para guru

pembina mereka telah dapat menjalankan kegiatan usaha secara keseluruhan, sumber

daya manusianya telah memiliki dasar-dasar ketrampilan berkope-rasi dan

managerial administrasi yang cukup sehingga pembinaan dapat dilakukan secara

kolaboratif, telah ada peningkatan diversifikasi usaha sesuai dengan kebutuhan

anggota, telah ada perkembangan modal usaha secara berarti, adminstrasi usaha telah

berjalan dengan baik dan tinggal penyempurnaan, serta partisipasi para siswa

berkope-rasi telah merupakan kesadaran tetapi belum tumbuh semangat yang kuat

untuk melakukan inovasi-inovasi dalam mengembangkan dan memajukan Kopsis.

Tahap Ketiga sebagai tahap pengembangan. Ciri-cirinya adalah meningkatnya tugas

dan fungsi kepengurusan serta pelaksana dalam melaksanakan manajemen dan

kegiatan pengawasan, tenaga terampil dan pengurus telah mampu melaksanakan

pengelolaan secara professional sehingga pembina telah bisa melakukan pembinaan

secara delegatif atau secara eklektif, kegiatan usaha Kopsis telah dapat berjalan

lancar, permodalan telah dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, adminstrasi

usaha dan keuangan telah dilaksnakan secara memadai sehingga mampu menunjang

kelancaran usaha, dan partisipasi para siswa telah tumbuh keinginan secara kuat

untuk mengadakan strategi-strategi baru untuk mengembangkan dan memajukan

Kopsis.

Page 29: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

62

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang perkembangan organisasi

dan keunikan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Kopsis tersebut maka

perkembangan Kopsis dapat digolongkan mejadi tiga tahapan perkembangan dengan

ciri-ciri sebagamana pada tabel 2.

Peningkatan taraf partisipasi siswa sampai pada taraf magical transforming

stage, peran guru dan pembina Kopsis sangat penting. Tugas mereka adalah

membelajarkan dan membina perilaku (partisipasi) siswa ke arah terjadinya

kesesuaian harapan anggota dan pengurus koperasi dalam saling memberi dan

menerima.

TABEL 2 TAHAP-TAHAP DAN CIRI-CIRI PERKEMBANGAN KOPSIS

TAHAP. PERKEM.

a s p e k " \

PERTAMA:

PEMBENTUKAN

KEDUA:

PERTUMBUHAN/ KONSOLIDASI

KETIGA:

PENGEMBANGAN (PEMATANGAN DAN

PEMANTAPAN Sistem adminstrasi

masih sangat sederhana

telah berjalan dengan baik dan tinggal penyempurnaan,

telah berjalan baik dan lengkap

Sistem Kepengurusan /perlengkapan Or-ganisasi. Kopsis dan Pengelolaan

Masih sederhana dan belum mampu me-ngelola kegiatan usaha Kopsis secara penuh. Pelaksanaan pengelolaan masih sepenuhnya tergan-tung pada petunjuk pembina. Kewirau-sahaan baru mulai ditumbuhkan. Beru-paya responsif terha-dap perkembangan tuntutan lingkungan. Struktur organisasi pelaksana dan peng-awas masih cende-rung tunggal. Me-miliki basis anggota yang tetap

Sudah merupakan kelengkapan organisasi Kopsis. Telah ada diversifikasi tugas dan fungsi kepengurusan serta pelaksana dalam melaksanakan manaje-men dan kegiatan pengawasan. Dengan bimbingan pembina mereka telah mampu mengelola kegiatan usaha Kopsis walau-pun masih perlu penyempurna-an. Mengkaji ulang kegiatan secara periodik. Mengadaptasi-kan terhadap perubahan, telah memiliki kekuatan untuk bertahan dan berkembang, diversifikasi usaha dan produk serta struktur kaja, dan berorientasi pada kepentingan pelanggan (anggota)

Telah merupakan kelengkapan organisai. Diversifikasi tugas dan fungsi kepengurusan serta pelak-sana dalam melaksanakan manaje-men dan kegiatan pengawasan semakin meningkat dan sepenuh-nya mereka telah mampu menge-lola kegiatan usaha Kopsis. Pem-bina tinggal melakukan pembina-an seperlunya. Mengkaji ulang kegiatan secara periodik, selalu meng-evaluasi kegiatan yang telah dilakukan, dan mempertahankan dinamika dan jiwa kewirausa-haan. Telah selalu beradaptasi kepada pengelolaan mutu total (diversifikasi usaha, produk, struktur yang kompleks namun jelas kerangka kerjanya), berori-entasi pada kepentingan pelang-gan, dan secara sadar selalu mengadakan revitalisasi

Kemampuan sumber daya manusia

masih terbatas telah memiliki dasar-dasar ketrampilan berkoperasi dan managerial administrasi yang cukup

tenaga terampil dan pengurus telah mampu melaksanakan pengelolaan secara professional

Cara ponbinaan

masih dilakukan secara direktif

telah dapat dilakukan secara colaboratif

telah dapat dilakukan secara delegatifatau eklektif

Pelayanan anggota/kegiatan

kegiatan usaha ma-sih terbatas, belum

telah ada peningkatan diversi-fikasi usaha sesuai dengan

telah ada diversifikasi usaha yang luas dan dapat berjalan lancar serta

Page 30: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

TABEL 2 (Lanjutan) 63

usaha mampu melayani semua kebutuhan pokok anggota

kebutuhan pokok anggota tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan anggota

Perkembangan modal

masih relatif statis telah ada perkembangan modal usaha secara berarti (baik dari dalam maupun dari luar)

permodalan telah dapat diman-faatkan secara efektif dan efisien, adminstrasi usaha dan keuangan telah dilaksnakan secara memadai sehingga mampu menuryang kelancaran usaha

Tingkat Partisipasi

partisipasi karena diharuskan (Afogical conform-ingstage)

partisipasi secara sadar tapi belum inovatif {naSve reforming stage)

partipasi secara sadar dan telah tumbuh upaya mengadakan pembaruan dani perkembangan dan kemajuan Kopsis

Pembina dan Guru Koperasi

Gambar 5: Keterkaitan tentang kesesuaian antara harapan anggota dan koperasi, rasa manfaat koperasi, taraf partisipasi, dan perkembangan koperasi.

Kesesuaian antara keduanya akan menumbuhkan kesadaran bahwa Kopsis

mempunyai arti baginya. Manfaat Kopsis yang dirasakan oleh para siswa akan

menumbuhkan kemauan berpartisipasi dalam Kopsis. Dan pada gilirannya, semua ini

akan meningkatkan taraf perkembangan Kopsis dan sebaliknya (Lihat gambar 5).

D. TEORI PERILAKU

Tugas pembina dan pendidik koperasi adalah membina perilaku siswa untuk

meningkatkan efektivitas partisipasi siswa dalam Kopsis. Sebelum melakukan

Page 31: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

64

pembina-an, pembina kiranya perlu terlebih dahulu mengetahui dari mana perilaku

itu terjadi, apa unsur-unsurnya dan bagimana unsur-unsur itu terjadi perubahan.

Pendek kata, pembina dan pendidik koperasi perlu mengetahui bagaimana proses

psikologis yang mempengaruhi manusia. Secara sederhana R.Milton (1981:21)

melukiskan proses psikologis tersebut sebagai berikut:

Environment-* •Individual •Behavior • Consequences Object Perception Thinking Favorable or Person Attitudes Dicision Unfevorable Things Values Evaluation

Motivation Communication

Gambar 6: Proses psikologis hubungan antara lingkirngan individu, tingkah laku dan konsekuensi menurut Charles R. Milton.

Sedangkan Litterer (1980); Nimpuno (1989) mengemukakan bahwa studi

tentang perilaku manusia dapat ditinjau dari empat aspek, yaitu: persepsi, kognisi,

motivasi dan sikap. Keempat unsur perilaku itu saling berpengaruh seperti pada

gambar 7

Social stimulus

Cognition

perc ption Attitudes

Motivation

^Social behavior

Gambar 7: Keterkaitan antara unsur psikologis: persepsi, kognisi, sikap, motivasi dengan stimulus lingkungan dan tingkah laku.

Proses perilaku individu dipengaruhi oleh hasil belajar, persepsi, motivasi dan

sikap (Kretch,dkk., 1982: 139:140; Baron, 1986: 97-175). Sedangkan Milton, 1981:

7) mengemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi, nilai dan

Page 32: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

65

sikap, dan motivasi yang dimiliki. Ketiga pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa

perilaku manusia dipengaruhi oleh persepsi, kognisi, nilai dan sikap, dan motivasi

yang ada pada dirinya. Bila persepsi, kognisi, motivasi dan sikap individu berubah, ia

akan berubah perilakunya. Perubahan persepsi, kognisi, motivasi dan sikap akan

memberikan dampak perubahan partisipasi.

Untuk mengubah perilaku sesorang, kita harus mencoba mengubah ide-ide

yang mendasari apa yang sesorang lakukan (Cratty, 1985: 2). Hasil penelitian tentang

perilaku individu dalam bidang koperasi menunjukkan bahwa partisipasi anggota

koperasi dipengaruhi oleh pengalaman atau hasil belajar (kognisinya) (Syamsuri,

1986: 381, Senen dkk., 1992: 39; Subyantoro, 1993:189), persepsi, motivasi dan

sikapnya terhadap koperasi (Subyantoro, 1993). Selain itu partisipasi anggota terjadi

bila terdapat kesesuaian antara apa yang diharapkan anggota dari koperasi dengan

apa yang diharapkan oleh koperasi dari anggota (Ropke,1989: 106-108; Subyantoro,

1993:11). Dengan kata lain tingkat kualitas pelayanan koperasi (yang diwujudkan

dalam perilaku pengurus) terhadap anggota (siswa) akan mempengaruhi tingkat

partisipasinya. Perila-ku pengurus koperasi ikut mewarnai manfaat yang dirasakan

oleh anggota koperasi dan sekaligus mempengaruhi efektivitas partisipasi anggota

(Subyantoro, 1993:189). Demi-kian pula sebaliknya bahwa tinggi rendahnya

partisipasi anggota akan mempengaruhi tingkat manfaat yang diterima anggota

(Subyantoro, 1993:17). Perilaku pengurus koperasi berhubungan dengan hasil belajar

(kognisi), persepsi, motivasi, dan sikap yang dimiliki (Subyantoro, 1993: 189-190).

Oleh karena itu untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam Kopsis, para pembina

dan guru koperasi perlu membina perilaku siswa (mencakup aspek persepsi, kognisi,

motivasi dan sikapnya) dengan menggunakan model pembelajaran dan metode

Page 33: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

66

pembinaan tertentu, baik perilaku siswa dalam kedudukannya sebagai anggota

maupun sebagai pengurus Kopsis, baik di dalam kelas maupun di luar kelas, agar

terjadi kesesuaian apa yang dimintakan anggota dari Kopsis dan apa yang dimintakan

Kopsis dari anggota.

1. Persepsi

Beberapa pengertian persepsi telah dikemukakan oleh para ahli. Persepsi

merupakan suatu proses melalui yang mana kita secara aktif menyeleksi,

mengorgani-sir, dan menginterpretasikan informasi yang dibawa oleh panca indera

kita untuk memahami dunia yang kompleks di sekitar kita (Milton, 1981:22; Baron,

1986:106). Robbins (1996:132) memberikan pengertian persepsi sebagai suatu proses

di sekitar yang mana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan-

kesan panca inderanya untuk memberikan makna lingkungannya. Subyantoro

(1993:18) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya merupakan proses kognitif

yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang

lingkungannya. Sama halnya dengan yang diutarakan oleh Mar'at (1981: 22) bahwa

persepsi merupakan proses pengamatan seseorang yang berasal dari komponen

kognisi.

Inti dari pendapat-pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa persepsi adalah

suatu proses seleksi, mengorganisir dan memberikan makna oleh individu terhadap

kesan-kesan yang ada di lingkungannya. Pemaknaan kesan akan mendasari pemikiran

seseorang dalam bertindak. Makna yang diberikan seseorang terhadap suatu objek itu

dapat diketahui dari perasaan, kesan dan pendapat terhadap objek yang bersangkutan

Page 34: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

67

Persepsi memainkan peran kunci dalam perilaku manusia. Persepsi seseorang

dapat menentukan prilakunya (Milton, 1981: 21; Stagner dan Solley, 1970:184).

Persepsi yang dilalaikan secara sadar maupun tidak, akan memberikan dampak

tertentu terhadap sikap dan perilaku orang (Willis, 1992: 50). Demikian juga

pendapat Shertzer dan Stone (1980: 120) yang mengatakan: 'Terfonnance depends

on how each person perceive, interprets, and acts on the obligations and rights of a

position." Bagaimana manusia bertindak pada umumnya merupakan suatu fungsi

bagaimana mereka menginterpretasikan lingkungan sekitarnya yang sedang

berlangsung, baik fisik maupun sosial (Baron, 1986: 106). Oleh karena itu perilaku

siswa baik sebagai anggota maupun pengurus Kopsis akan dipengaruhi oleh

persepsinya terhadap Kopsis. Dikaitkan dengan persepsi siswa tentang Kopsis

diartikan dengan pemberian makna oleh siswa apakah dengan menjadi anggota

/pengurus Kopsis itu ia merasakan ada manfaatnya. Individu dalam memberikan

makna terhadap dunia sekitarnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi persepsi sesorang dalam

memberikan makna terhadap kesan yang diperoleh. Menurut Baron (1986: 108-109)

bahwa persepsi bersifat selektif dan sangat dipengaruhi oleh faktor pribadi, yang

mencakup: motif, sikap dan pengalaman masa lampau. Berbeda dengan Robbins

(1996:132-134), dia mengemukakan tiga faktor yang mempengaruhi persepsi

sesorang: perceiver, target dan situasi. Perciever adalah karakteristik pribadi individu

yang memberikan persepsi. Ada beberapa karakteristik pribadi yang mempengaruhi

persepsi: sikap, motif atau kebutuhan, minat, pengalaman masa lampau dan harapan.

Target adalah sasaran atau harapan yang diinginkan oleh perceiver. Situasi adalah

kondisi yang ada di sekitar lingkungan sesorang. Situasi merupakan faktor yang turut

Page 35: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

68

berperan dalam pertumbuh-an persepsi sesorang. Persepsi sesorang akan dipengaruhi

oleh elemen-elemen yang ada di sekitar individu yang bersangkutan. Berdasarkan

perceiver, target dan situasi inilah yang mempengaruhi individu dalam

memperhatikan informasi, memperoleh kesan dan memaknai kesan-kesan yang

diperoleh. Selain ketiga faktor tersebut, karakteristik informasi juga mempengaruhi

perhatian dan kesan yang diperoleh indivdu (Baron, 1986:120). Menurut Baron ada

lima karakteristik informasi yang mempengaruhi perhatian dan kesan sesorang.

Pertama, individu akan lebih banyak menaruh perhatian pada karakteristik atau traits

orang atau objek yang telah sedang berlangsung dari pada yang bersifat temporer

semata. Kedua, informasi pertama tentang orang atau organisasi yang diperoleh

individu memiliki dampak yang kuat pada kesan sesorang dari pada yang diterima

kemudian. Ketiga, orang akan lebih memperhatikan informasi dan memperoleh kesan

tentang orang dan organisasi yang kredibel dan reliabel dari pada informasi tentang

orang dan organisasi yang kredibilitas dan reliabilitasnya diragukan. Keempat, orang

akan lebih mudah tertarik dan terkesan pada informasi negatif tentang orang atau

organisasi dari pada informasi positifnya. Dan kelima, orang akan lebih mudah

tertarik dan terkesan pada informasi-informasi tindakan dan perilaku tentang

organisasi dan orang yang ekstrem dari pada yang moderat.

Atas dasar faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi siswa tentang lingkung-

annya tersebut, maka implementasinya dalam pembinaan persepsi siswa tentang

Kopsis dapat dilakukan:

a. Dari segi perceiver: pembina dapat memberikan berbagai informasi positif

tentang: 1) tujuan, fungsi dan manfaat Kopsis, 2) kondisi koperasi, kegiatan

koperasi yang sedang, telah dan akan dilakukan, 3) perkembangan dan hasil-hasil

Page 36: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

69

yang telah dicapai oleh Kopsis, 4) berbagai persoalan dan tantangan yang perlu

dipecahkan dalam mengembangkan koperasi, 5) program pelatihan yang

memungkinkan para siswa dapat memilih program kegiatan yang diminati untuk

mengembangkan dirinya, 6) berbagai alasan tentang mengapa sering Kopsis tidak

mampu berkembang (untuk meninggalkan kesan negatif tentang koperasi yang

diperoleh sebelumnya).

Informasi positif tentang hal-hal tersebut akan memungkinkan siswa timbul

persepsi positif terhadap Kopsisnya, terdorong untuk berpartisipasi dalam Kopsis

dalam rangka memnuhi minat, harapan dan kebutuhan peningkatan

kemampuannya.

b. Dari segi target: pembina dapat memberikan penjelasan tentang tujuan dan fungsi

koperasi serta gambaran nyata tentang berbagai keuntungan yang dapat diperoleh

dan dapat dicapai dengan berpartisipasi aktif dalam koperasi.

c. Dari segi situasi: pembina dapat memberikan gambaran tentang program-program

yang telah, sedang dan akan dilakukan; kemjauan dan perkembangan Kopsis yang

telah dicapai; pengorganisasian dan pengelolaan koperasi, keijasama antar sesama

anggota pengurus, keijasama antara anggota dan pengurus; sistem pelayanan,

pendidikan, pelatihan dan kaderisasi; dan pola pembinaan yang dilakukan.

d. Dari segi karakteristik informasi yang mempengaruhi kesan: sejak awal pembina

harus berusaha semaksimal mungkin memberikan kesan positif para siswa tentang

situasi dan kondisi, tujuan dan fungsi Kopsis, informasi khas Kopsisnya yang

menonjol atau dapat diandalkan yang selama ini telah dicapai dengan berhasil,

informasi tentang kredibilitas dan releabilitas koperasi, menetralisir kesan negatif

yang mungkin menimbulkan kesan negatif siswa terhadap Kopsis, menunjukkan

Page 37: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

70

perilaku dan aktivitas orang atau perangkat organisasi koperasi yang telah

menunjukkan pengabdiannya, dededikasinya dan prestasinya terhadap koperasi.

2. Kognisi

Krech et. al. (1982:17) mengemukan: "Sons and things are shaped by the way

they look to him - his cognitive world. The image, or 'map\ of the world of every

person is an individual one. Pernyataan ini mengisyaratkan makna bahwa kognisi

merupakan image atau peta individu tentang dunia. Dengan istilah lain bahwa kognisi

merupakan gambaran atau pengetahuan yang ada dalam diri individu tentang dunia

sekitarnya. Berdasarkan pengertian ini yang dimaksudkan kognisi siswa adalah

pengetahuan siswa tentang Kopsis yaitu gambaran atau pengetahuan siswa tentang

hakekat, tujuan, fungsi dan mekanisme kerja tentang Kopsis.

Bloom (1956:28) mengartikan pengetahuan sebagai berikut:

"By knowledge, we mean that student can give evidence that he remembers, either by recalling or by recognizing some idea or phenomenon with which he has had experience in the educational process. It may be helpful in this case to think knowledge as something filled or stored in the mind."

Dalam pengertian ini seseorang dikatakan berpengetahuan apabila ia mampu

mengemukakan bukti bahwa ia mengingat, baik dengan "rekal" maupun "rekognisi",

beberapa ide atau fenomena dengan yang mana ia telah memiliki pengalaman sebagai

hasil proses pendidikan. Dan apa yang diingat adalah apa yang merupakan sesuatu

yang tersimpan di dalam otaknya. Pendek kata bahwa pengetahuan merupakan

sesuatu yang terisimpan di dalam otaknya. Dengan demikian orang yang berkognisi

tinggi adalah orang yang memiliki banyak pengetahuan yang tersimpan di dalam

otaknya. Kognisi yang dimiliki akan mendasari sesorang dalam bertindak. Agar para

siswa memiliki pengetahuan atau kognisi yang tinggi mereka perlu dibantu atau

Page 38: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

71

dibina di dalam proses belajarnya. Bantuan siswa belajar akan lebih efektif apabila

mereka yang membantu mengetahuai bagaimana peserta didik itu belajar.

a. Menurut Aristoteles

Aristoles memberikan pengertian proses belajar atas dasar pemikirannya

tentang realita. Ia mendefinisikan realita sebagai "reality as the relationships found in

nature and the physical environment, and learning occurs only through contanct with

that environment." Menurutnya realita sebagai hubungan-hubungan atau asosiasi

yang ditemukan di dalam alam dan lingkungan fisik dan belajar hanya tetjadi melalui

kontak dengan lingkungan. Selain itu bahwa pengetahuan pada mulanya diperoleh

dengan membentuk kesan-kesan pengalaman panca indera.

Aplikasinya dalam usaha peningkatan kognisi siswa, pembina dapat memberi-

kan kesempatan kepada siswa untuk melihat, mengadakan kontak langsung atau

berpraktik langsung dalam kehidupan Kopsis di sekolahnya. Mereka diajak

mengamati, meneliti atau menganalisa unsur-unsur mana yang telah berjalan dengan

baik dan permasalahan-permasalahan apa yang timbul di Kopsis. Setelah itu mereka

secara bersama diajak mencari alternatif pemecahannya.

b. Menurut E.L. Thorndike

Thomdike (1905:122) mengemukakan teori belajar koneksionisme. Menurut

teori ini bahwa proses belajar merupakan proses 'connecting' yaitu proses hubungan

antara stimulus dengan respon. Frekwensi respon akan ditingkatkan oleh individu

yang belajar apabila ia memperoleh reinforcement (penguatan). Tanpa penguatan,

respon akan melemah. Thorndike mengemukakan tiga pokok hukum belajar: 1) Law

of effect. kondisi peristiwa (hasil belajar) yang memuaskan (individu memperoleh

penguatan), akan memperkuat hubungan antara stimulus dengan tingkah laku

Page 39: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

72

(respon), respon akan diulang. Sedangkan kondisi hasil belajar yang mengganggu

atau tidak memuaskan individu yang belajar, akan memperlemah hubungan antara

stimulus dengan respon, resopon akan melemah atau bahakan berhenti. 2) Law of

exercise: latihan akan menyempurnakan respon. Pengulangan pengalaman akan

meningkatkan kemungkinan suatu respon yang tepat. Namun pengulangan suatu

tugas tidak mempertinggi belajar (respon) jika tidak memberikan hasil belajar yang

memuaskan. 3) Law of readiness: hasil kerja (respon) yang sempurna atau

memuaskan akan membuat individu yang belajar siap melakukan respon selanjutnya.

Aplikasinya, dalam usaha untuk meningkatkan semangat belajar siswa,

khusus-nya timbulnya kemauan siswa untuk meningkatkan kognitifnya dalam bidang

koperasi, sejak awal pembelajaran pendidik perlu a) mengusahakan penyusunan

strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang tinggi

atau memuaskan; b) memberikan feeback dan memberitahukan hasil belajar sesegera

mungkin; c) memberikan berbagai latihan-latihan untuk meningkatkan kesempurnaan

hasil belajar dan feedback secara berulang; d) mempertinggi kondisi belajar yang

memberikan kepuasan belajar, seperti pemberian penghargaan kepada mereka yang

berprestasi tinggi. Dengan cara ini siswa akan timbul kesenangan, kemauan dan

kesiapan untuk menerima pelajaran selanjutnya dan usaha untuk meningkatkan

kognitifnya sebaik mungkin.

c. Menurut B.F. Skinner

Menurut Skinner (1954) belajar adalah perubahan tingkah lalai, yakni

perubahan dalam kemungkinan memberikan suatu respon ke arah yang lebih

sempurna. Perubahan tingkah laku secara fungsional berhubungan dengan perubahan

kondisi lingkungan Perubahan lingkungan menyebabkan perubahan tingkah laku.

Page 40: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

73

Skinner termasuk aliran stimulus respon seperti Pavlov. Namun sorotan utama

Skinner dalam proses belajar bukan respon langsung (elicited responses), tetapi apa

yang disebut dengan istilah 'instrumental responses or emitted responses'. Dalam

respon ini individu bertindak pada lingkungan untuk menghasilkan macam

konsekuensi yang berbeda, yaitu konsekuensi yang diharapkan ada di luar stimulus.

Tingkah laku-tingkah laku ini lebih populer disebut dengan istilah operant

conditioning. Thorndike dan Skinner terdapat kesamaan. Mereka berdua menekankan

pentingnya penguatan agar terjadi respon berulang. Penguatan meningkatkan

frekuensi respon dan me-nurunnya penguatan menurunkan frekuensi respon. Jika

penguat dihilangkan sama sekali secara perlahan tingkah laku akan berhenti.

Peningkatan frekuensi respon atau perubahan tingkah laku individu dapat terjadi

karena adanya penguatan yang terantisipasi olehnya. Di antara penguatan tersebut

adalah: 1) penguatan positif, situasi dimana tingkah laku individu menghasilkan

stimulus baru yang meningkatkan frekuensi tingkah laku; 2) penguatan negatif:

penarikan atau penghentian suatu stimulus yang memperkuat tingkah laku; 3)

hukuman-, memaksakan konsekuensi yang tidak diinginkan pada individu secara

teratur untuk menghentikan tingkah laku tertetntu; 4) praktik budaya atau

serangkaian praktik kehidupan sosial: berbagai kegiatan sosial yang dipertahankan

oleh kelompok akan memberikan kemungkinan membentuk tingkah laku tiap

anggota kelompok (Skinner, 1989b: 52). Suatu hal yang penting dalam operant

conditioning adalah adanya variasi tingkah laku dan seleksi, dalam arti berbagai

tingkah laku yang berbeda dilakukan, hanya sebagian dari tingkah laku-tingkah laku

yang memuaskan itu diperkuat.

Page 41: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

74

Aplikasinya, dalam usaha untuk meningkatkan kognitif siswa dalam bidang

koperasi, sejak awal pembelajaran pendidik perlu a) mengusahakan penyusunan

strategi pembelajaran koperasi yang memungkinkan siswa mencapai hasil belajar

yang tinggi; b) memberikan feedback dan memberitahukan hasil belajar sesegera

mungkin; c) memberikan berbagai latihan-latihan untuk meningkatkan kesempurnaan

hasil belajar dan feedback secara terus-menerus; d) mempertinggi kondisi belajar

yang meningkat-kan kepuasan belajar (penguatan positif), seperti pemberian

penghargaan kepada mereka yang berprestasi tinggi; e) memberikan penguatan

negatif: mengontrol mereka yang kurang belajar sungguh-sungguh dan memberikan

petunjuk cara-cara belajar yang baik; f) memberikan hukuman kalau memang

situasinya menuntut demikian: memberikan tugas yang lebih berat kepada mereka

yang tidak mengerjakan tugas; g) menciptakan iklim keija sama antar siswa dalam

proses belajar dan menciptakan semangat dan budaya keija sama di antara personel

koperasi dalam penyelenggaran Kopsis untuk mencapai tujuan secara maksimal; h)

memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami permasalahan-permasalahan

yang dihadapi dalam koperasinya dan usaha-usaha untuk memikirkan alternatif

pemecahannya. Dengan cara ini siswa akan timbul kesenangan, kemauan dan

kesiapan untuk menerima pelajaran selajutnya dan usaha untuk meningkatkan

kognitifnya sebaik mungkin.

d. Menurut RM. Gagne

Gagne menguraikan teori belajar dari segi kondisi belajar. Ia memandang

tentang belajar bukan bagaimana proses belajar itu dilakukan oleh individu tetapi ia

lebih menekakan tentang sumbangan belajar terhadap perkembangan individu. Bagi

Gagne bahwa belajar adalah suatu faktor kausal yang penting di dalam

Page 42: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

75

perkembangan individu. Perkembangan tingkah laku berasal dari hasil kumulatif

belajar (Gagne, 1968a: 178). Ada dua karakteristik belajar yang penting bagi

perkembangan individu. Pertama, belajar merupakan generalisasi suatu variasi

informasi dari berbagai situasi. Kedua, ketrampilan kompleks hasil belajar dibangun

atas dasar pengalaman belajar yang diperoleh sebelumnya. Dengan istilah lain belajar

adalah kumulatif. Belajar berfungsi sebagai pengembangan intelektual atau

kemampuan yang mencakup ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. "Intelectual

development may be conceived as the building of increasingly complex and

interesting structures of learned capabilities" (Gagne, 1968:190). Perkembangan

intelek atau pengetahuan seseorang dibangun atas dasar pembangunan struktur-

struktur yang kompleks secara terus-menerus terhadap kemampuan-kemampuan yang

dipelajari. Kemampuan-kemampuan yang dipelajari ini memberikan kontribusi

terhadap ketrampilan-ketrampilan belajar yang lebih kompleks. Sebagai hasilnya

adalah kompetensi intelektual dikembangkan secara terus-menerus. Menurut Gagne

ada lima komponen variasi belajar: informasi verbal, ketrampilan intelektual,

ketrampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Kelima komponen ini sekaligus

merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai di dalam belajar. Di dalam pencapaian

tujuan belajar terdapat dua faktor pendukukung belajar yaitu a) kondisi internal yang

mencakup: ketrampilan prerequisit dan sikap yang mempengaruhi belajar baru serta

proses kognitif individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dengan menggunakan

berbagai cara selama belajar dilakukan, b) kondisi external, yang menurut Gagne

mengacu kepada peristiwa-peristiwa pengajaran (walau di luar peristiwa

pengajaranpun individu dapat melakuan proses belajar). Peristiwa-peristiwa

Page 43: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

76

pengajaran yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa yang secara sengaja dirancang

untuk mempermudah atau mendukung belajar.

Untuk meyediakan peristiwa belajar yang kondusif bagi proses pencapaian

tujuan belajar individu, peristiwa-peristiwa pengajaran tersebut harus disusun

berdasarkan: aj variasi belajar atau kompenen-komponen belajar yang ingin dicapai

atau dipelajari. Tiap komponen harus disusun secara hierarkhis - dari yang sederhana

menuju ke lebih kompleks - agar jelas apa yang ingin dicapai, b) fase-fase psikologis

proses belajar individu. Ada 9 fase belajar individu: 1) attending (fase pemahaman

stimulus); 2) expectency (harapan belajar siswa); 3) retrieval of relevan information

atid/or skills to working memory (pemerolehan kembali berbagai informasi atau

ketrampilan yang pernah dipelajari sebelumnya yang sangat penting artinya bagi

penyerapan pelajaran baru; 4) selective perception of stimulus features (pengenalan

ciri-ciri stimulus fisik dan menyimpannya secara sementara di dalam working

memory agar proses pengkodean terjadi; 5) semantic encoding ( proses pemberian

makna terhadap stimulus); 6) retrieval and respondng (pemerolehan kembali kode-

kode yang baru saja dipelajari dan menggerakkannya menjadi sebuah respon); 7)

reinforcement (feedback atas pencapaian tujuan belajar untuk memastikan apakah

tujuan belajar sudah tercapai atau belum); 8) Cueing retrieval (pemerolehan petunjuk

atas apa yang dipelajari sebagai kemampuan yang dimiliki untuk dapat ditransfer

dalam berbagai situasi belajar baru yang lebih komplek); 9 generalizability

(mempertinggi transfer kedalam berbagai situasi baru). Kesembilan fase tersebut

dapat digolongkan menjdi 3 kategori. Fase 1 sampai 3 termasuk kategori persiapan

belajar (preparation for leaming), fase 4 sampai 7 termasuk kategori pemerolehan

Page 44: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

77

dan performansi (acquisition and performance), dan fase 8 dan 9 adalah fase transfer

belajar {transfer of learning).

Di samping variasi dan fase-fase belajar siswa, di dalam perencanaan dan

proses pembelajaran, faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan oleh pendidik

adalah perbedaan, kesiapan dan motivasi individu. Hal lain yang perlu

dipertimbangkan dalam proses perencanaan peristiwa pengajaran adalah

pengembangan learming how to leran (belajar bagaimana seharusnya belajar)

ketrampilan, dan pengajaran pemecahan masalah.

Aplikasinya, dalam usaha untuk meningkatkan kognitif siswa dalam bidang

koperasi, pendidik koperasi perlu menyusun rencana pelajaran sebagai berikut:

1). Memilih tujuan-tujuan performansi yang ingin dicapai:

a) merumuskan tujuan ketrampilan-ketrampilan dalam materi koperasi yang ingin

dicapai pada akhir pelajaran.

b) menguraikan tujuan-tujuan ketrampilan dalam materi koperasi yang telah

terumuskan menjadi tujuan-tujuan ketrampilan bidang koperasi yang lebih

kecil.

c) menentukan yang mana di antara pengetahuan dan atau ketrampilan prerequisit

koperasi yang berfungsi sebagai pendukung dan yang mana yang menjadi

menjadi inti pelajaran baru.

d) memilih kata kerja yang tepat untuk merumuskan tujuan pengetahuan dan

ketrampilan-ketrampilan yang ingin dicapi.

2) Memilih peristiwa pengajaran untuk masing-masing tujuan performansi.

a) mengidentifikasi komponen variasi belajar dalam bidang koperasi untuk

masing-masing tujuan.

Page 45: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

78

b) mengidentifikasi kemampuan siswa dalam bidang koperasi dan ciri-ciri

kelompok siswa yang akan diajar.

c) atas dasar pertimbangan (seperti dalam a dan b tersebut) guru memilih

peristiwa-peristiwa pengajaran untuk memenuhi kondisi-kondisi belajar yang

unik untuk setiap tujuan.

3) Memilih media yang sesuai untuk melakukan peristiwa pengajaran

a) mengidentifikasikan beberapa pilihan media yang dapat digunakan sebagai

sarana dalam pencapaian hasil belajar dalam aspek-aspek tertentu.

b) menghilangkan media yang kurang tepat bagi kondisi siswa (seperti umur,

tingkat kemampuan yang dimiliki).

c) memutuskan media akhir yang mana yang akan dipakai untuk mendukung

peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan dilakukan dalam rangka mencapai

tujuan-tujuan belajar siswa yang telah diidentifikasi dengan mempertimbangkan

biaya, ukuran kelompok, kemudahan penerapan dan waktu yang tersedia.

4) Mengembangkan alat assesmen dan test yang mampu mengukur tingkat

pencapaian tujuan belajar yang telah dirumuskan.

e. Teori Perkembangan Kognitif J.Piaget

Menurut Piaget bahwa perkembangan intelektual sebagai hasil internalisasi

bentuk-bentuk berfikir yang lebih kompleks yang terjadi secara progressif.

Pengetahuan dikonstruksi oleh individu dengan cara kontak lingkungan secara terus-

menerus. Perkembangan ini teijadi karena adanya interaksi antara individu dengan

lingkungan. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif individu:

lingkungan fisik, kematangan, lingkungan sosial dan equilibrium (Piaget, 1977).

Lingkungan fisik dan sosial merupakan sumber pengetahuan. Namun kontak dengan

Page 46: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

79

lingkungan tidak sepenuhnya mampu mengembangkan pengetahuan kecuali jika

intelegensi individu mampu memanfaatkan lingkungan, individu telah mencapai

kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah terjadinya kesiapan diri individu

untuk menginterpretasi atau memaknai informasi baru yang diperoleh. Kematangan

membuka kemungkinan mencapai perkembangan kognitif sedangkan

kekurangmatangan akan membatasi perkembangan kognitif. Walaupun kematangan

merupakan persyaratan penting bagi perkembangan kognitif namun tingkat

perkembangannya berbeda-beda, tergantung hakekat kontak individu dengan

lingkungan dan aktivitas individu yang bersangkutan. Perbedaan tingkat pengalaman

sosial juga mempengaruhi perkembangan struktur kognitif. Kemauan individu untuk

mengelola diri memanfaatkan lingkungan dan koreksi diri juga sangat menentukan

bagi perkembangan kognitif individu. Atas dasar pemikiran tersebut Piaget membagi

perkembangan kognitif individu ke dalam empat tingkatan: sensorimotor,

preoperational, concrete operational and formal operational. Tiap tangga

mengembangkan periode sebelumnya, merekonstruksinya ke dalam level baru,

bahkan kemudian melampau taraf perkembangan yang jauh lebih tinggi (Piaget &

Inheler, 1969:152). Individu berkembang dari satu tangga ke tangga yang lain pada

umur yang berbeda, namun perkembangan itu terjadi secara berurutan secara teratur.

Ini berarti bahwa tranfer belajar terjadi ketika individu mampu memanfaatkan

pengalaman serupa yang telah diperoleh sebelumnya sebagai dasar pengembangan

pemikiran untuk memperoleh/ mempelajari pengetahuan baru.

Informasi baru sering terjadi konflik dengan informasi yang dimiliki. Ini

dikatakan sebagai konflik kognitif. Hal ini menuntut kesiapan individu untuk

memecahkannya. Kesiapan dikatakan terjadi ketika individu merasakan adanya

Page 47: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

80

konflik kognitif dan berusaha untuk memecahkannya. Konflik inilah yang

menyebabkan individu timbul kebutuhan untuk memecahkannya. Oleh karena itu

Piaget menerangkan bahwa konflik kognitif dan kebutuhan inilah sebagai sumber

motivasi belajar.

Aplikasinya dalam peningkatan kognitif koperasi siswa, pendidik dapat

melakukan strategi pembelajaran sebagai berikut:

1) Memilih dan menentukan pokok pelajaran koperasi yang biasanya diajarkan

secara verbal digantikan dengan cara penelitian yang dilakukan oleh siswa sendiri.

a) Aspek-aspek materi pelajaran koperasi yang mana yang dapat dilakukan

dengan cara penelitian oleh siswa.

b) Aspek-aspek materi pelajaran koperasi yang mana yang dapat diajarkan dalam

bentuk aktivitas-aktivitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa secara

kelompok.

c) Konsep-konsep koperasi yang mana yang harus diperkenalkan kepada para

siswa secara konkret sebelum secara verbal.

2) Memilih atau mengembagkan aktivitas kelas terhadap pokok pelajaran yang telah

teridentifikasi. Mengevaluasi aktivitas-aktivitas yang terseleksi dengan

mengguna-kan pertanyaan sebagai berikut:

a) Apakah aktivitas-aktivitas kelas itu memberikan keuntungan kepada para siswa

apabila diajarkan secara penelitian atau eksperimen?

b) Mampukah aktivitas itu merangsang siswa mengemukakan berbagai

pertanyaan?

c) Apakah dengan aktivitas itu memungkinkan siswa mengembangkan berbagai

model alasan yang rasional?

Page 48: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

81

d) Adakah suatu masalah yang tidak bisa dipecahkan dengan menggunakan

petunjuk-petunjuk yang diberikan?

e) Dapatkah aktivitas itu mampu memperkaya konstruksi pengetahuan perkopera-

sian siswa yang telah dipelajari?

3) Mengidentifikasi pertanyaan yang mampu mendukung proses pemecahan masalah

yang dilakukan oleh siswa.

a) Pertanyaan-pertanyaan follow-up apa yang mungkin dapat digunakan?

b) Perbandingan-perbandingan materi koperasi yang seperti apa yang dapat

diiden-tifikasi dan bermanfat untuk mengantisipasi pertanyaan-pertanyan

spontan?

4) Mengevaluasi penerapan setiap aktivitas, mencatat keberhasilan dan melakukan

revisi-revisi yang diperlukan,

a) Aktivitas yang mana yang paling membangkitkan minat dan keterlibatan siswa

dalam belajar koperasi? Adakah aktivitas-aktivitas yang dapat dimanfaatkan

pada proses belajar mendatang?

b) Adakah aspek-aspek aktivitas yang dirasakan kurang menguntungkan belajar

siswa? Adakah aktivitas-aktivitas yang kurang mampu melibatkan siswa secara

keseluruhan? Alternatif apa yang mungkin dapat diterapkan pada proses

pembelajaran selanjutnya?

c) Apakah aktivitas-aktivitas itu mampu mengembangkan strategi penyelidikan

baru atau mempertinggi strategi yang pernah dipelajari/dilakukan oleh para

siswa?

Ringkasnya, aplikasi teori Piaget ini adalah bahwa seorang guru dan atau

pembina Kopsis perlu memberikan kesempatan kepada para siswa secara maksimal

Page 49: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

82

untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. Diskusi-diskusi tentang topik-topik

koperasi di mana jawaban-jawaban dapat dikembangkan melalui interaksi kelompok

dan menuntut pertimbangan sejumlah variabel akan membantu mempertinggi

pengonstruksian atau pembangunan pengetahuan siswa tentang koperasi.

f. Teori Sosiohistoris tentang Prekembangan Psikologis Vygotsky.

Vygotsky percaya bahwa kemampuan mental manusia berkembang melalui

interaksi individu dengan dunia lingkungannya. Kemampuan manusia merupakan

produk dari interaksi sosial dan pengalaman sosial. Tingkah laku manusia dewasa

yang berbudaya modern merupakan hasil proses perkembangan mental yang berbeda-

beda. Pertama, evolusi biologis dari spesies binatang berkembang menjadi spesies

homo sapiens. Kedua: proses perkembangan historis mentransformasikan manusia

primitif menjadi manusia berbudaya. Pemikiran ini didasarkan beberapa asumsi

dasar: 1) penguasaan alam dan hubungan sosial sekitarnya menenetukan hakekat

berfikir manusia. Oleh karena itu, menurut Vigotsky, pengalaman sosiohistoris

mempengaruhi perkembangan cara-cara berfikir yang unik bagi manusia. Manusia

secara aktif beradaptasi dengan lingkungan untuk mencapai tujuannya. Melalui

adaptasi yang akti£ dengan cara berkomunikasi dan membentuk kelompok-kelompok

sosial, manusia mengembangkan kode-kode dan sistem-sitem simbol yang kompleks.

Kode-kode dan sistem-sistem simbol ini merupakan aspek utama pengalaman

manusia yang mempe-ngaruhi perkembangan kognitif. Fungsi-fungsi mental

komplek manusia, seperti logical memory dan berbefikir konseptual, direfleksikan

dalam proses pemaknaan. 2) Proses kognitif adalah dinamis dan selalu berubah.

Penciptaan dan pemanfaatan stimulus yang dinamis memberikan kontribusi kepada

proses perkembangan mental yang kompleks. Proses ini menciptakan kode-kode dan

Page 50: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

83

simbol-simbol untuk mewakili ide. Ide menciptakan hubungan-hubungan bani antara

berbagai objek dan ide. Melalui cara ini berarti individu membentuk hubungan-

hubungan di dalam otak. Cara ini juga mengubah proses-proses psikologis dalam

mengingat dan berfikir. 3) Faktor-faktor biologis dan sosiohistoris memberikan

kontribusi perkembangan kognitif. Faktor biologis seperti kematangan mempengaruhi

perkembangan fungsi-fungsi mental primitif (perhatian tak sengaja, persepsi

sederhana, ingatan sederhana). Namun tingkat berfungsinya kognitif individu sangat

tergantung pada budaya tertentu di mana ia berada. Sistem-sistem simbol budaya dan

interaksi-interkasi anggota-anggota pemilik budaya itu merupkan faktor-faktor

penting bagi perkembangan kognitif.

Dalam meningkatkan kemampuan mental kompleks para siswa, pendekatan

pembelajaran siswa yang mendasarkan teori sosiohistoris menggunakan pendekatan

yang disebut Scaffolding. Dalam pendekatan ini, pembelajaran siswa beranjak pada

aktivitas bersama antara guru dan siswa. Kemudian guru secara perlahan-lahan

mentranfer kontrol ke pada para siswa ketika ia mulai menguasai aspek-aspek tugas

yang lebih tinggi. Pendekatan ini menempatkan guru sebagai tutor yang

memungkinkan siswa untuk memecahkan masalah yang ada diluar kemampuannya.

Scaffolding adalah suatu proses mengontrol elemen-elemen tugas yang pada awalnya

belum dikuasi oleh para siswa, siswa berkonsentrasi dan melengkapi pada elemen-

lemen tugas yang belum dikuasai dan secara perlahan-lahan (dengan bimbingan

tutor) dalam waktu dekat siswa mampu menguasai standar yang diharapkan oleh

tutor. (Wood, Bruner, and Ross, 1976: 90) Dalam situasi pengajaran, guru

membimbing anak untuk memecahkan masalah secara bersama-sama, kemudian

menggunakan ketramp i lan-ketramp i 1 an bagian yang telah dikuasai kearah

Page 51: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

84

kemampuan pemecahan masalah secara mandiri. Konsep ini merupakan konsep

pemben-tukan dalam hal mengurangi kesalahan dan pengalaman-penglaman

kegagalan pada tahap awal belajar di samping memberikan bantuan-bantuan pokok

yang semakin lama semakin dikurangi dalam rangka mencapai kemapuan komplek si

pelajar (Greenfield, 1984: 119)

Aplikasinya dalam peningkatan kognitif siswa tentang koperasi, pendidik

dapat melakukan strategi pengajaran sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi konsep-konsep atau pokok-pokok pengetahuan koperasi yang

akan diajarkan.

a) Aspek-aspek konsep koperasi yang seperti apa yang dapat diajarkan kepada

para siswa sesuai dengan tingkat kemampuan siswa SLTA.

b) Aspek-aspek konsep koperasi yang mana yang mampu mempermudah siswa

belajar sesuai dengan tingkat kemampuan berfikirnya?

2) Menstrukturkan tugas belajar sebagai aktivitas keijasama antara guru dan siswa.

a) Seberapa tingkat pemaknaan yang difahami bersama yang dipersyaratkan untuk

memulai belajar?

b) Aspek-aspek tugas apa yang harus dimodelkan oleh guru?

c) Aspek-aspek tugas yang mana yang secara awal harus diperankan oleh guru?

d) Dalam cara-cara apa siswa harus menggunakan tanda dan symbol untuk

mengontrol tingkah laku belajarnya?

e) Apa anjuran dan feedback guru yang diperlukan para siswa untuk membantu

belajarnya?

3) Menerapkan pengajaran daftm&KJ&tpkan evaluasi.

Page 52: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

85

a) Apakah guru telah secara perlahan-lahan meningkatkan permintaan tugas

sesuai dengan tingkat yang dikuasai oleh siswa?

b) Apakah siswa telah mampu berfungsi secara mandiri pada akhir pembelajaran

koperasi?

c) Apakah para siswa telah menggunakan cara-cara berfikir baru setelah

pembelajaran koperasi dilakukan?

d) Apakah ketrampilan siswa dapat diterapkan pada setting dan situasi yang lain?

Aplikasi peningkatan pengetahuan siswa tentang koperasi yang dilakukan di

luar kelas, para pembina dan aktivis koperasi perlu memprogramkan penyelenggara-

an tutorial koperasi. Dimana para senior dan aktivis koperasi diberikan kepercayaan

untuk memberikan tutorial atau contoh-contoh praktik menyelenggarakan koperasi

dalam segala kegiatan pelaksanaan Kopsis baik dalam bentuk training maupun

magang.

g. Teori Kognitif Sosial Albert Bandara

Di dalam belajar individu memberikan respon lebih dari pada apa yang

diamati, tidak terbatas pada aspek tertentu yang diamti, atau apa yang dimodelkan

oleh guru, pendidik, atau individu lain yang menginginkan modelnya ditim. Di dalam

belajar individu sering mengimitasi suatu kombinasi variasi dari berbagai tingkah

laku, mengabstraksi, dan menafsirkan serangkaian tingkah lalai dari berbagai

aktivitas aneka model dan akhirnya membuat keputusan tingkah laku apa dan yang

mana yang harus diambil dan dilakukan. Belajar bukan hanya terjadi secara direct

learning or instantaneous matching tetapi juga indirect learning or delayed

matching. Di dalam proses belajar, pemerolehan tingkah laku yang kompleks tidak

hanya merupakan hubungan dua arah antara individu dan lingkungan. Banyak

Page 53: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

86

pengaruh lingkungan pada individu di antarai oleh faktor-faktor personal internal

(internal personal factors). Faktor-faktor personal internal ini, seperti pemilihan

peristiwa yang akan diamati dan cara-cara yang mana harus difahami dan diputuskan,

mengintervensi antara pengaruh lingkungan dan tingkah laku. Oleh karena itu

Bandura, (1986: 23) menyebutnya hubungan ketiga faktor tersebut sebagai a three

way interlocking relationship (behavior, personalfactor, environment). Ketiga faktor

tersebut beroperasi secara interaktif sebagai faktor diterminan antara satu dengan

yang lain. Pengertian belajar menurut Bandura (dalam Gredler, 1992:308) "Learning

is defined as the acquisition of symbolic representation in the form of verbal or visual

codes, and their functions is to serve as guidlines for future behavior." Ini berati

bahwa 1) proses belajar memerlukan pemrosesan kognitif dan berbagai ketrampilan

pembuatan keputusan pelajar, 2) belajar adalah 'a three way interlocking system'

antara lingkungan, faktor pribadi, dan tingkah laku 3) belajar menghasilkan kode-

kode verbal dan visual tentang tingkah laku yang mungkin dilakukan dan mungkin

tidak dilakukan di kemudian hari.

Menurut teori belajar kognitif sosial Bandura, ada tiga komponen belajar:

tingkah laku yang dimodelkan, konsekwensi-konsekwensi yang dimodelkan, dan

proses-proses internal pelajar.

Tingkah Laku yang Dimodelkan. Fungsi utama model tingkah laku adalah

sebagai: a) tawaran atau stimulus sosial yang memung-kinkan orang lain melakukan

tingkah laku yang serupa, b) memperkuat atau mem-perlemah pengendalian-

pengendalian dalam diri pelajar terhadap performansi tingkah laku-tingkah laku

tertentu, c) mentransmisikan pola-pola tingkah laku yang baru.

Page 54: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

87

Ada tiga jenis model tingkah laku: live model, symbolic model, verbal

descrip-tions or instructions. Dari ketiga jenis model tingkah laku ini hanya model

yang mampu menarik perhatian pelajarlah yang mungkin dipelajari dan akhirnya

mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pelajar. Model akan menarik

perhatian pelajar bila memiliki karakteristik: relevan dan memiliki kredibilitas bagi

pelajar, yakni memiliki prestis - dapat dipertahankan, memggambarkan konsensus

kelompok, menawarkan standar-standar yang dapat dipercaya untuk membimbing

timbulnya aspirasi pelajar, atau meyediakan figur-figur acuan yang realiastik bagi

pelajar (Rosenthal dan Bandura, 1978: 636).

Konsekwensi Tingkah laku. Seperti dalam teori operant condistioning, bahwa

teori kognitif sosial juga memandang penting terhadap konsekwensi tingkah laku atau

reinforcemen bagi respon pelajar. Menurut Bandara (dalam Gredler, 1992: 313) ada

tiga macam reinforcemen: 1) direct reinforcement. konsekwensi tingkah laku yang

dialami langsung. 2) Vicarious reinforcemet. tingah laku orang lain yang diamati. 3)

Sel f reinforcement: reinforcemen yang timbul karena standar pribadi.

Proses Kognitif Pelajar. Dalam teori kognitif sosial, proses kognitif

memainkan peran penting. Kemampuan pelajar untuk mengkode, menyimpan

pengalaman-penga-laman transitori dalam bentuk simbolik dan gambaran

konsekwensi yang akan teijadi dalam fikiran adalah penting bagi pemerolehan dan

pemodifikasian tingkah laku pelajar.

Ada empat komponen yang mempengaruhi belajar dan performansi, yaitu;

proses perhatian, proses retensi, proses reproduksi motorik, dan proses motivasi.

(Bandura dalam Gredler, 1992: 317). Mekanisme perhatian dan retensi mengatur

Page 55: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

88

pemerolehan individu tentang tingkah laku yang diamati. Performansi tindakan-

tindakan ini selanjutnya diatur oleh mekanisme reproduksi dan motivasi.

Proses Perhatian. Tingkah laku-tingkah laku baru tidak akan dapat diperoleh

kecuali jika mereka diperhatikan dan difaliami secara akurat. Tingkat perhatian

pelajar dipengaruhi oleh berbagai faktor: karakteristik model, karakteristik dan nilai

fungsional tingkah laku dan karakteristik pelajar. Nilai fungsional dari model yang

diamati diperoleh melalui penguatan terhadap model. Yang termasuk karakteristik

tingkah laku adalah kompleksitas dan relevansi bagi pelajar,- Tingkah laku yang

berhasil cenderung diperhatikan dan dikode oleh pelajar. Sedangkan yang kurang

berhasil akan kurang diperhatikan oleh pelajar. Karakteristik pelajar yang

mempengaruhi perhatian pelajar adalah persepsi, ketrampilan pengamatan, semangat,

pengalaman masa lampau, dan kemampuan panca indera (Bandura, 1977b: 23).

Belajar dari model sangat tergantung pada ketrampilan pelajar dalam

memonitor dan menginterpretasi peristiwa yang sedang berlangsung.

Proses Ingatan (retensi). Proses ingatan merupakan proses yang bertanggung

jawab terhadap pengkodean tingkah laku menjadi kode-kode visual dan atau verbal,

serta penyimpanan kode-kode itu ke dalam memori. Kode-kode verbal dan visual ini

berfungsi sebagai petunjuk untuk menyatakan tindakan-tindakan pada saat diperlukan

(Bandura, 1977b:179). Proses retensi yang terpenting adalah latihan. Ada dua macam

latihan retensi: latihan mental, di mana pelajar membayangkan diri melakukan

tingkah laku yang dipelajari, dan latihan motorik, di mana pelajar melakukan

tindakan-tindakan nyata yang berfungsi sebagai bantuan nyata. Proses retensi sangat

dipengaruhi oleh perkembangan pelajar. Kemapuan untuk menyajikan tingkah laku

Page 56: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

89

dalam bentuk label-label dan menggerakkannya dalam bentuk petunjuk-petunjuk

visual dan verbal akan mempertinggi retensi.

Proses Reproduksi Motorik. Performansi tingkah laku yang diperoleh tergan-

tung pada reproduksi motorik dan proses motivasi pelajar. Yang termasuk reproduksi

motorik adalah penyeleksian dan pengorganisasian respon-respon pada tingkat

kognitif. Repropoduksi kognitif dipengaruhi oleh tingkat perkembangan pelajar.

Proses Motivasi. Proses perhatian, ingatan dan reproduksi motorik tersebut

yang berfungsi sebagai motivator adalah direct (exernal) reinforcement, vicarious

reinforcement and self reinforcement. Antisipasi reinforcement terhdap suatu tingkah

laku tertentu memotivasi performansi pelajar.

HaJcekat Belajar Kompleks. Pemerolehan ketrampilan dan kemampuan belajar

yang kompleks tergantung pada proses atensi, retensi, reproduksi motorik dan

motiva-si. Menurut Bandura (1982b) performansi tercapai apabila dipenuhi dua

persyaratan yang lain. yaitu sense ofself efficasy and learner 's self regulator system.

Sense of self efficasy adalah keyakinan bahwa sesorang dapat melakukan tingkah laku

secara berhasil menurut yang dipersyaratkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pengeta-huan diri tentang sense of self efficasy berasal dari empat sumber informasi

(Bandura, 1986 dalam Gledler, 1992:320) yaitu pengalaman pribadi yang dicapai,

melihat orang lain yang memiliki kemampuan yang serupa mampu memerankan

secara berhasil, persuasi verbal dan kondisi psikis pelajar.

Sense of efficasy memiliki efek positif: a) usaha dalam menghadapi kesulitan

diperkuat, b) ketrampilan yang telah diperoleh diintensifkan dan diperkuat dalam

menghadapi kesulitan, c) usaha dan perhatian difokuskan pada tuntutan-tuntutan

situasi (ketiganya merupakan efek positif yang langsung berkaitan dengan tugas yang

Page 57: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

90

dilakukan), d) membantu perkembangan diri melalui percepatan keterlibatan diri

dalam berbagai aktivitas dan pengalaman, e) mengurangi rasa stres pelajar dalam

mengahada-pi situasi yang memerlukan pengorbanan, f) tumbuh keyakinan percaya

diri untuk menggunakan ketrampilannya yang efektif, dan g) tumbuh keinginannya

untuk mencapai tujuan yang bersifat menantang, mendukung minat dan partisipasi.

Sel/ Regulatory System. System ini merupakan sistem pengembangan dan

pengelolaan diri dalam belajar. System ini mengacu kepada a) struktur kognitif yang

memberikan acuan-acuan terhadap tingkah laku dan hasil-hasilnya, b) subproses

kognitif yang mempersepsi, mengevaluasi, dan mengatur tingkah laku (Bandura,

1978: 348). Dalam self regulatory system, individu merumuskan standar-satandar

bagi tingkah lakunya, dan kemampuan-kemampuan pengamatan diri, pembuatan

keputusan diri dan respon diri. Proses ini terutama memungkinkan individu mampu

mengelola diri. Individu mampu mengejar aktivitas-aktivitas yang memberikan

kepuasan dan nilai diri, pada saat yang sama individu menghindarkan tingkah laku

yang bersifat menyalahkan diri.

Aplikasinya dalam peningkatan kognitif siswa tentang koperasi, para guru dan

pembina koperasi dapat menysun strategi pembelajaran dengan menganalisa secara

cermat tingkah laku yang akan dimodelkan dan persyaratan yang memproses belajar.

1) Menganalisa tingkah laku yang akan dimodelkan,

a) Apa hakekat tingkah laku yang akan dimodelkan? Apakah ini berupa teori-teori

koperasi (koseptual), apakah praktik koperasi (motorik), apakah penanaman

nilai koperasi, atau ini suatu strategi belajar?

b) Apa urutan langkah-langkah tingkah laku yang akan dimodelkan? Jika berupa

pengertian koperasi, umpamanya, apakah dimulai dengan menyajikan definisi

Page 58: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

91

koperasi dan ciri koperasi kemudian baru membandingkan dengan pengertian

atau ciri-ciri bentuk lembaga ekonomi yang lain ataukah sebaliknya?

c) Apa pokok-pokok kritis dalam urutan itu (seperti langkah-langkah yang

mungkin sulit untuk diamati, dan langkah-langkah tindakan-tindakan alternatif

yang mungkin tidak tepat yang mana yang perlu diganti)?

2) Menentukan nilai fungsional tingkah laku dan memilih model tingkah laku.

a) Apakah tingkah laku itu mengemban prediksi keberhasilan?

b) Jika tingkahlaku itu mengemban prediksi keberhasilan yang lemah, model

potensial yang mana yang paling mungkin untuk memprediksi keberhasilan?

c) Seharusnyakah model itu live model (seperti kegiatan koperasi dan kegiatan

bentuk usaha ekonomi yang lain) atau symbolic model (berupa diagram-

diagram atau gambar-gambar kegiatan berbagai jenis usaha? Perlu dipertim-

bangkan masalah biaya, apabila kebutuhan untuk mengulangi pengalaman yang

dipergunakan lebih untuk satu kelompok, dan kesempatan atau kemungkinan

untuk membawakan/menggambarkan nilai fungsional dari tingkah laku

tersebut.

d) Penguatan apa yang dapat ditimbulkan dengan model tingkahlaku tersebut?

Apakah tingkat angka nilai, kegiatan tambahan yang prestis (jadikan ketua atau

pengurus koperasi misalnya), pujian, hadiah materi dsb.

3) Mengembangkan urutan pengajaran

a) Untuk ketrampilan motorik misalnya, mengapa menggunakan perintah lakukan

ini dan bukan lakukan itu?

b) Langkah-langkah tindakan mana dalam urutan latihan itu harus disajikan secara

perlahan-lahan dan teliti serta mana yang dapat disajikan secara biasa?

Page 59: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

92

c) Untuk strategi belajar, kegiatan belajar yang sel/ talk atau sel/system apa harus

dimodelkan?

4) Menerapkan pengajaran untuk membimbing proses kognitif dan reproduksi

motorik.

Ketrampilan motorik: siswa:

1) Menyajikan tingkah laku yang ingin dimodelkan

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melalaikan latihan simbolik.

3) Memberikan kesempatan siswa berpraktik dengan melakukan visual /eedback.

Tingkah laku konseptual:

1) Sajikan model dengan bantuan penjelasan!

2) Jika berupa suatu konsep atau dalil, berikan kesempatan kepada siswa untuk

meringkas berbagai tingkahlaku model!

3) Jika belajar berupa problem solving atau penerapan strategi, berikan

kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi memodelkan!

4) Berikan kesempatan kepada para siswa untuk menerapkan hasil belajar ke

dalam situasi-situasi yang berbeda!

Integrasi dan Aplikasi Teori-teori Belajar

Dari berbagai teori belajar tersebut dapat diambil beberapa prinsip yang dapat

diterapkan dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar untuk meningkatkan kognitif

siswa. Dalam usaha meningkatkan kognitif siswa banyak hal yang perlu diperhatikan.

1) Pemberian informasi yang bersifat konseptual kepada para siswa memang perlu,

namun yang lebih baik adalah pemberian kesempatan kepadanya untuk mencari,

menganalisa, meyimpulkan dan mengembangkan sendiri dengan cara melihat dan

Page 60: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

93

mengadakan interaksi langsung dengan lingkungan baik fisik maupun sosial-

budaya.

2) Dalam proses pembelajaran pendidik perlu memperhatikan faktor internal siswa

(kemaun, motivasi, standar-standar pribadi, latar belakang kemampuan atau

ketrampilan dan pengetahuan prerekuisit, self efficasy and sel/ system), dan

extemal siswa (peristiwa-peristiwa lingkungan atau peritiwa pengajaran).

3) Program pembelajaran harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu berfungsi

sebagai sarana pencapaian pengembangan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan

sikap serta pencapaian variasi komponen belajar: informasi verbal, ketrampilan

intelektual, ketrampilan motorik, sikap dan strategi kognitif.

4) Program pembelajaran juga harus memperhatikan karakteristik siswa.

5) Proses pembelajaran yang dilakukan harus mampu memberikan kesempatan siswa

belajar secara langsung dan tidak langsung terhadap tingkah laku yang

dimodelkan, serta mampu mempermudah siswa untuk memperoleh gambaran

simbolik dalam bentuk-bentuk kode-kode verbal dan atau visual yang berfungsi

sebagai petunjuk belajar selanjutnya.

6) Proses pembelajaran juga harus mampu membangkitkan direct reinforcement,

vicarious reinforcement, self reinforcement, self efficasy and self system.

7) Proses pembelajaran harus mampu memebantu mempermudah proses

penangkapan stimulus, pengkodean, penyimpanan dan pemerolehan kemabali

ketika dibutuhkan.

8) Tingkah laku yang dimodelkan memenuhi karakteristik tingkah laku yaitu relevan,

dapat dipercaya oleh pelajar, variatif, memiliki nilai fungsional dan

memungkinkan belajar kompleks.

Page 61: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

94

3. Motivasi

Siagian (1989:18) mengemukakan motivasi sebagai daya pendorong yang

mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan

kemampuan dalam bentuk keahlian atau ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk

menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan

menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan beibagai sasaran

organisasi. Stephen (1996:212) mengemukakan: "We define motivation as the

willingnes to exert high level of effort toward organisasional goals, conditioned by

the effort's ability to some individual need." Motivasi merupakan kemauan untuk

mempergunakan kemampuan usaha yang tinggi ke arah pencapaian tujuan organisasi,

yang dipersiapkan oleh kemampuan usaha untuk memuaskan kebutuhan individu.

Lebih ringkasnya Stephen (1996:213) motivasi sebagai proses pemuasan kebutuhan.

Litwin and Stringer (1968: 12) mengemukakan: "Each person have potential energy

to behave in a variety of ways. The way in which one behaves, however, depends on

the relative strength of his or her various motives and the opportunities presented by

the situation." Pada dasarnya setiap orang memiliki energi untuk bertingkah laku

secara berbeda-beda. Namun, cara individu bertingkah laku sangat secara relatif

tergantung pada tingkat kekuatan motif yang dimiliki dan kesempatan-kesempatan

yang diberikan oleh lingkungan.

Dari pendapat-pendapat tersebut menunjukkan bahwa motivasi merupakan

energi atau daya pendorong seseorang untuk berbuat atau bertingkah laku. Seseorang

bertingkah laku karena adanya motif atau daya pendorong. Daya pendorong ini

muncul karena adanya kebutuhan atau needs. Sebagaimana Piaget (1967:5) katakan

bahwa semua tindakan baik itu berupa gerakan, fikiran maupun emosi adalah dalam

Page 62: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

95

berusaha untuk memenuhi kebutuhan atau need. A need means some internal state

that make certain outcomes appear attractive" (Stephen, 1996: 213) Kebutuhan

merupakan kondisi internal dalam diri sesorang yang membuat akibat atau hasil-hasil

tertentu muncul atraktif. Dengan demikian kebutuhan merupakan akar motivasi.

Kebutuhan menuntut adanya pemuasan. Kebutuhan yang belum terpuaskan

menyebabkan kete-gangan. Ketegangan inilah yang menyebabkan seseorang timbul

kemauan untuk berusaha untuk memuaskan kebutuhan tersebut.

Pengertian-pengertian motivasi tersebut juga mengandung makna bahwa

kemauan usaha tersebut akan menguat apabila lingkungan dan potensi dirinya

mendukung atau memberikan peluang untuk mampu memuaskan kebutuhan.

Atas dasar uraian tersebut timbul pemikiran, apa yang meyebabkan individu

timbul rasa adanya kebutuhan? Ada beberapa faktor yang menimbulkan adanya rasa

kebutuhan antara lain adalah: akumulasi pengalaman masa lampau yang

menguntung-kan dan pengalaman orang lain yang terkenal (Milton, 1981: 61-77),

pengalaman hasil kerja yang menuaskan (Thoradike, 1913b:20, Skinner,1954), direct

reinforcement, vicarious reinforcement, sel/ reinforcement (Bandura, dalam Gredler,

1992:313)

Akumulasi pengalaman masa lampau yang menguntungkan (dan telah diuji

berkali-kali) akan menimbulkan rasa butuh dalam diri sesorang dan timbul dorongan

untuk mengulangi perbuatan itu demi pencapaian hasil yang lebih maksimal.

Pengalam-an melihat keberhasilan orang terkenal juga sering mengusik individu

timbul rasa butuh untuk meniru dan mencoba belajar lebih dalam agar mencapai

kepuasan dan hasil seperti orang yang dikagumi (vicarious reinforcement). Selain itu

Page 63: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

96

pengalaman hasil keija yang menuaskan juga akan menimbulkan rasa puas, rasa

butuh, dan dorongan untuk mengulangi atau melanjutkan perbuatan itu.

Seseorang terdorong untuk berbuat serupa karena mungkin :a) perbuatan intu

diijinkan atau didukung oleh norma lingkungan; b) perbuatan itu menimbulkan

kebahagian, kepuasan dan kesenangan dirinya, di mana ia cenderung

mengidentifikasi kebaha-giaan dan kepuasan emosional yang dialami oleh orang

yang diamati; c) karena perbuatan itu diulang-ulang dan membawa efek positif

terhadap orang yang berbuat, pengamat mengidentifikasi bahwa bila ia berbuat

demikian ia akan mendapatkan nilai fungsional seperti orang itu. Faktor-faktor

tersebut merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya rasa kebutuhan dan

bersifat individual. Dalam arti bahwa faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang

mengusik indivdu untuk berbuat terlepas dari lingkungan kesatuannya. Ada faktor-

faktor lain yang mendorong individu terdorong untuk giat berbuat yang memiliki arti

bagi kesatuannya dan dirinya sendiri.

Individu akan memiliki motivasi tinggi apabila lingkungan mendukung dan

memberikan peluang untuk mencapai apa yang diharapakan. Ada beberapa teori yang

berkaitan dengan hal ini:

a Hygiem-Motvation Theory.

Dalam teori ini (Herberg,1968: 53-63) menyebut dua faktor yang mempenga-

ruhi motivasi kerja yaitu faktor-faktor internal (motivation factors) yang berhubungan

dengan kepuasan keija, dan faktor-faktor external (hygiene factors) yang berhubung-

an dengan ketidakpuasan ketja. Yang termasuk hygiene factors adalah kondisi

kebijakan dan admistrasi lembaga, pola pengawasan, hubungan antar pribadi, gaji,

kondisi kerja, keamanan dan status. Sedangkan yang termasuk motivation factor

Page 64: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

97

adalah prestasi, pengakuan, macam pekerjaan, tanggung jawab, promosi,

pertumbuhan karier.

Aplikasinya. Dalam usaha meningkatkan motivasi siswa dalam berkoperasi,

para pembina dan guru ekonomi (koperasi) perlu menyediakan lingkungan yang

menimbul-kan kepuasan berkoperasi dan meghilangkan ketidakpuasan berkoperasi.

Para pembina (termasuk guru koperasi) perlu memberikan kebijakan atau pengarahan

penyelenggaraan koperasi yang dapat diterima oleh para anggota koperasi, seperti

barang yang dijual terutama merupakan barang yang dibutuhkan oleh para siswa

dalam mengikuti pendidikan di sekolahnya, uang simpanan pokok dan wajib disesu-

aikan dengan tingkat kemampuan ekonomi siswa, terutama kelompok kemampuan

ekonomi tingkat menengah bawah ke bawah dari para siswa di sekolah itu.

Administrasi Kopsis harus dilakukan secara teratur tertib, pengawasan dilakukan

secara ketat sesuai dengan keputusan rapat anggota, hubungan kerjasama antara

pembina, guru, pengurus koperasi, dan para anggota harus dijalin secara harmonis,

hubungan antar personel tidak kaku, menghormati hak dan kewajiban masing-

masing, melaksanakan kewajiban dan menerima haknya masing-masing sesuai

dengan aturan main yang ada, adanya pengakuan prestasi kerja, tugas dan kewajiban

setiap anggota disesuaikan dengan kemampuan masing-masing, pemberian

kesempatan untuk berkembang secara rasional terbuka. Para guru koperasi harus

memanfaatkan koperasi sebagai tempat latihan dan belajar secara sel/ talk dan atau

sel/ regulatory system untuk memperoleh hasil belajar ketrampilan dan kemampuan

tingkat kompleks.

Page 65: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

98

b Existence-Relatedness-Growth (ERG) Theory

Alderfer (1969:142-175) dalam teorinya yang disingkat ERG theory menyata-

kan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan dasar dalam diri manusia yang harus

dipenuhi agar individu termotivasi keija: existence needs, relatedness needs and

needs of growth. Existence needs. lembaga harus menyediakan kebutuhan dasar yang

bersifat materi, yakni kebutuhan untuk mempertahankan hidup. Relatedness needs.

lembaga harus menjamin terwujudnya kebutuhan hubungan antar pribadi secara

sehat. Sedangkan needs of growth: lembaga memberikan kesempatan pertumbuhan

dan perkembangan pribadi.

Aplikasinya dalam pengembangan motivasi siswa dalam berkoperasi, Kopsis

di samping menjual kebutuhan-kebutuhan pokok (alat-alat sekolah) yang dibutuhkan

dalam mengikuti pendidikan sekolah, perlu juga menjual barang-barang (makanan)

yang sering kali sangat dibutuhkan oleh siswa di sekolah. Di samping keuntungan

non materi diharapkan Kopsis mampu memberikan keuntungan materi bagi para

anggota Kopsis. Diusahakan terjadinya hubungan dan keijasama yang baik antar

anggota Kopsis, pengurus dengan anggota, pengurus koperasi dengan pembina

Kopsis dan guru koperasi, koperasi dengan seluruh personel sekolah yang lain.

Kopsis harus ditempat-kan sesuai dengan fungsinya sebagai organisasi ekonomi

siswa, laboratorium ekonomi dan penanaman nilai-nilai demokrasi eknomi kepada

siswa sehingga mampu meningkat-kan pertumbuhan dan perkembangan ketrampilan

dan kemampuan para siswa dalam dunia usaha (khususnya berkoperasi)

c Teori Kebutuhan McClelland

McClelland (dalam Robbins, 1996: 220) memfokusku

motivasi manusia yang harus diperhatikan agar individu dalar

Page 66: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

99

motivasi tinggi: 'needs for achievement, power and afFiliation'. Needfor achievement

adalah kebutuhan untuk berprestasi lebih tinggi dari pada yang dicapai sebelumnya.

McCIe-lland (1986) menerangkan bahwa orang yang berprestasi tinggi lebih suka

mengerjakan pekeijaan-pekeijaan yang memberikan kebebasan bekerja, tanggung

jawab pribadi untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah; memperoleh

feedback langsung atas hasil pekerjaannya atau performansi pekerjaannya; dan

tantangan kerja atau kesempat-an yang mengandung resiko wajar. Jadi mereka tidak

menyukai keberhasilan karena kebetulan. Need for power adalah dorongan untuk

memperoleh kekuasaan, yaitu dorongan untuk memiliki pengaruh dan mengontrol

orang lain. Kelompok orang ini menyukai adanya perubahan-perubahan, suka

berjuang untuk mencari pengaruh, lebih suka ditempatkan pada situasi-situasi yang

bersifat kompetitif dan berorietasi status serta lebih perduli terhadap pencapaian

prestise dan memperoleh pengaruh atas orang lain dari pada penampilan kerja yang

efektif. Sedangkan need for affiliation adalah kelompok orang yang lebih suka pada

pekerjaan yang membutuhkan persahabatan, kerja sama, dan keinginan melakukan

persahabatan yang melibatkan persetujuan saling memahami kebutuhan.

Aplikasinya dalam meningkatkan motivasi siswa dalam berkoperasi pembina

dan para guru koperasi perlu menempatkan siswa sesuai dengan kebutuhan atau motif

yang ada padanya. Para siswa yang memiliki motif berprestasi tinggi perlu lebih

banyak diberikan pekerjaan dalam kegiatan koperasi ataupun tugas-tugas belajar

yang memiliki tantangan dalam mengerjakannya namun memiliki resiko wajar, yang

menuntut tanggung jawab pribadi untuk menyelesaikannya, dan cepat diberikan

feedback atas hasil pekerjaannya, seperti meneliti mengapa barang-barang yang dijual

di koperasi tidak laku, mengerjakan pembukuan keuangan Kopsis, mencari barang-

Page 67: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

100

barang yang akan di jual di Kopsis berkualitas baik tetapi berharga relatif lebih

murah dari harga di luar. Untuk para siswa yang memiliki motif berkuasa tinggi,

mereka perlu diberikan tugas yang bersifat dinamis, memungkinkan mereka

memperoleh pengaruh dan mengontrol orang lain, bersifat kompetitif dan berpristise

tinggi, seperti menjadi pengurus Kopsis, ketua kelompok dalam mengerjakan tugas-

tugas sekolah. Sedangkan mereka yang memiliki motif affiliasi tinggi, mereka perlu

diberi tugas yang membutuhkan kemampuan hubungan antar manusia yang relatif

tinggi, seperti bagian promosi, pemasaran, dan staf pengurus.

d Goal Setting Theory

Teori ini menyatakan bahwa perumusan sasaran secara spesifik dan memiliki

tingkat kesulitan yang tinggi, yang diikuti dengan feedback akan menghasilkan

perfoMnansi yang lebih tinggi. Semakin sulit sasaran yang ingin dicapai semakin

tinggi perfor^mansinya. Namun teori juga mengatakan, semakin mudah sasaran

semakin diterima. Sayangnya bila sasaran terlalu mudah akan kurang mendorong

individu menggunakan tenaganya/potensi yang dimiliki semaksimal mungkin. Tetapi

teori ini tetap berpegang, semakin individu menerima tugas yang berat, semakin ia

akan mengerahkan tenaganya semaksimal mungkin sampai sasaran itu tercapai.

Seseorang akan bekerja lebih baik bila ia memperoleh feedback seberapa jauh ia telah

mencapai kemajuan dalam mencapai sasaran. Hal ini disebabkan feedback membantu

individu dalam mengidentifikasi penyimpangan tehadap apa yang ia telah lakukan

dan apa yang ingin lakukan.

Aplikasinya dalam usaha meningkatkan motivasi siswa dalam berkoperasi,

pembina dan para guru koperasi, perlu merumuskan sasaran yang ingin dicapai para

siswa secara jelas dan lebih spesifik serta memiliki tingkat kesulitan yang relatif

Page 68: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

101

tinggi, sehingga ia akan memeprgunakan tenaga/kemampuan yang dimiliki semaksi-

mal mungkin. Perumusan sasaran jangan terlalu mudah, mungkin akan diabaikan atau

para siswa akan kurang menggunakan kemampuan semaksimal mungkin.

e. Equity Theory.

Teori ini lebih menekankan pada peninjauan masalah perbandingan penghar-

gaan dalam input dan output kerja individu. Individu cenderung membandingkan

input dan hasil kerja mereka dengan input dan ouput orang lain, dan kemudian

individu merespon masalah ini untuk memerangi ketidakadilan. Teori ini mengakui

bahwa individu tidak hanya perduli terhadap jumlah penghargaan yang absolut atas

usaha mereka tetapi juga hubungan jumlah penghargaan itu dengan apa yang orang

lain terima.

Apliaksinya dalam usaha meningkatkan motivasi siswa dalam berkoperasi,

para pembina dan pendidik koperasi perlu memberikan penghargaan atas hasil kerja

individu yang sesuai dengan tingkat kemampuan yang dikeluarkan (berbuat adil).

Ketidakadilan pemberian penghargaan, akan memperlemah motivasi kerja dalam

menyelesaikan tugas.

f. Expectancy Theory

Teori ini menegaskan bahwa tingkat kecenderungan bertindak pada suatu cara

tertentu tergantung pada tingkat harapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu

hasil yang diberikan dan daya tarik hasil itu pada individu. Teori ini menegaskan juga

bahwa dalam usaha meningkatkan motivasi kerja jangan sampai melupakan

pertimbangan tentang kemampuan individu dan kesempatan yang diberikan oleh

lembaga.

Page 69: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

102

Aplikasinya, dalam usaha meningkatkan motivasi siswa berpartisipasi dalam

Kopsis, para pembina dan pendidik koperasi perlu memberikan gambaran

keuntungan (materi maupun nonmateri) yang akan diperoleh bila ia aktif

berpartisipasi dalam Kopsis. Namun suatu hal yang perlu diperhatikan, bahwa

pembina dan pendidik koperasi perlu komit untuk memberikan kesempatan kepada

para siswa untuk mencapai keinginan/ sasaran yang diinginkan.

4. Sikap

Menurut Robbins (1991:124; 1996:180) bahwa sikap adalah pernyataan

evaluasi tentang sesuatu objek, orang atau peristiwa yang dinyatakan dengan

perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sedangkan pengertian sikap

menurut Kretch et.al (1982: 139) merupakan suatu sistem yang sedang berlangsung

yang terdiri dari kognitif, perasaan dan kecenderungan bertindak yang teroganisir

pada objek dunia sekitarnya - sistem ini bersifat evaluatif secara positif atau negatif,

perasaan-perasaan emosional, kecenderungan-kecenderungan bertindak pro dan

kontra terhadap objek sikap. Krech, et al, (1982:140) mengemukan tentang

komponen-komponen sikap:

"The Components of attitudes: The cognitive component of an attitude consists of the beliefs of individual about the object....The feeling component of an attitude refers to the emotions connected with the object....The action tendency component of an attitude includes all the behavior readiness associated with attitude"

Sikap mengandung tiga komponen: a. komponen sikap kognitif yaitu yang terdiri dari

keyakinan-keyakinan evaluatif individu terhadap objek sikap. b. Komponen sikap pe-

rasaan yaitu komponen sikap yang berkenaan dengan emosi-emosi yang berhubungan

dengan objek. c. komponen sikap kecenderungan bertindak, yang termasuk

Page 70: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

103

komponen ini adalah semua kesiapan tingkah laku yang berhubungan dengan sikap.

Jadi sikap akan mencerminkan keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan dan

kecenderungan bertindak sesorang terhadap sesuatu objek sebagai hasil evaluasinya.

Ketiga komponen itu tidak berdiri sendiri sendiri tetapi saling pengaruh

mempengaruhi Kognisi seseorang tentang suatu objek sangat dipengaruhi oleh

perasaannya dan kecenderungan-kecenderungan bertindak ke arah objek itu.

Perubahan kognisi seseoramg pada suatu objek akan cenderung menghasilkan

perubahan-perubahan dalam perasaan dan kecenderungan bertindak ke arah objek itu.

(Kretch, etat., 1982: 139-140)

Sikap seseorang terhadap sesuatu objek tidak begitu saja terjadi. Menurut

Krech, et al. (1982) ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap: a.

"Attitudes develop i n the process of want satisfaction"(p. 181). Sikap berkembang

dalam proses pemuasan keinginan. Mengapa dalam diri sesorang muncul sikap

tertentu terhadap suatu objek hal ini karena ingin memperoleh kepuasan, b. "The

attitudes of individual are shaped by the information to which he is exposed" (p.

186). Sikap seseorang dibentuk oleh informasi yang diterima. Baik-buruknya atau

valid-tidaknya informasi yang seseorang terima akan mempengaruhi sikapnya, c. The

group affiliations of the individual help determine the formation of his attitudes

(hal. 191). Affiliasi-afiliasi individu dalam sesuatu kelompok akan mempengaruhi

sikapnya. Masuknya individu dalam suatu kelompok membawa konsekuensi ia harus

belajar tentang keyakinan, norma dan nilai yang berlaku dalam kelompok dimana ia

menjadi bagian dari kelompok itu. Di sini ia memperoleh informasi yang akan

mempengaruhi pandangannya terhadap suatu objek tertentu. Di samping itu agar

dapat diterima oleh kelompok ia harus ikut mempertahankan keyakinan, norma dan

Page 71: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

104

nilai yang berlaku dalam kelompok itu. Dengan demikian ia telah berubah sikapnya,

baik itu perubahan itu secara congruent maupun incongruent. Pada saat yang sama

individu tersebut juga membawa informasi, keyakinan, norma dan nilai ke dalam

kelompok baru. Semua yang dibawa olehnya akan ikut mewarnai pengetahuan,

perasaan dan kecenderungan anggota kelompok yang lain. Pendek kata akan

mempengaruhi sikap anggota kelompok yang lain.

Ini berarti sikap individu terhadap suatu objek banyak dipengaruhi oleh

keinginan, informasi yang diterima dan kelompok di mana seseorang berafiliasi. Ia

akan bersikap positif terhadap objek yang dapat memuaskan keinginannya dan

bersikap negatif atau kurang menyenangkan terhadap objek yang menghalangi

keinginannya.

Informasi tentang suatu objek yang diterima mempengaruhi sikap individu

terhadap suatu objek. Namun, apakah informasi akan mengubah sikap sangat tergan-

tung pada hakekat sistuasi komunikasi, karakteristik komunikator, media komunikasi,

bentuk dan isi pesan (Kretch, et.al., 1982: 246). Ia juga menjelaskan bahwa pemberi-

an informasi secara kelompok dalam satu tempat lebih effektif dari pada yang

pendengarnya berpisafvpisah tempat jika mayoritas kelompok mendukung posisi

komunikator, cara ini kurang effektif jika mayoritas menolak. Metode keputusan

kelompok lebih effektif daripada metode ceramah dalam pembentukan sikap.

Agar efektif dalam pemberian iformasi untuk mengubah sikap, pemberi

informasi adalah orang yang dapat dipercaya dan attraktif. Penyampaian pesan dari

mulut ke mulut lebih effektif dari pada penyampaian pesan lewat m a ^ f f ^ ^ ^ W

mass-media memainkan peran penting dalam proses pengaruh s/s^tjcfan p^baf&yV>\ jl -V'? - ^ \

sosial bersamaan pemuka masyarakat memberikan pengaruh dap muluHte mulut di

Page 72: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

105

masyarkat. Isi informasi akan mempunyai makna dalam perubahan sikap individu

bila isi pesan tersebut memiliki nilai fungsional yang lebih besar bagi individu dari

pada yang dimiliki sekarang.

Sedangkan keefektifan affiliasi kelompok baru dalam pembentukan sikap

sangat tergantung pada hakekat norma kelompok, pengendalian kelompok dan

keefektifan monitoring (Kretch, et al., 1982:247). Apabila norma kelompok diterima

oleh mayoritas anggota, maka norma ini akan dapat dipakai sebagai sarana untuk

mengubah sikap anggota dan sebaliknya. Kohesifan dan daya tarik kelompok akan

merupakan sumber kekuatan kelompok untuk mempengaruhi anggotanya.

Monitoring kelompok atas penyimpangan-penyimpangan anggota secara rutin, adil

dan bijak akan mampu mengendalikan dan mengembangkan sikap positif anggota

terhadap kelompok.

Keinginan, informasi dan afiliasi individu pada suatu kelompok merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan sikap.Yang menjadi masalah adalah

bagaimana cara merubah sikap individu. Menurut Milton, (1981: 33) ada tiga cara

untuk mengubah sikap: mengubah tingkah laku, mengubah kognisi, dan mengubah

perasaan. Untuk mengubah tingkah laku, seseorang dapat melakukan pendekatan

mengubah sikap-sikap yang tidak diinginkan dengan tingkah laku yang

menyertainya, seperti diadakan pendisiplinan kegiatan. Untuk memodifikasi kognitif

dapat dilakukan dengan mengubah ide dan keyakinan. Sikap yang tidak diinginkan

biasanya muncul sebagai akibat kurangnya informasi atau salah informasi. Oleh

karena itu pengubahan ide dan keyakinan ini dapat dilakukan dengan cara

menggantikan informasi yang mendasari ide atau keyakinan yang selama ini

dipertimbangkan salah. Bagi mereka yang bersikap yang tidak diinginkan karena

Page 73: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

106

kurangnya informasi maka untuk mengubah sikapnya dapat dilakukan dengan

memberikan informasi dan fakta-fakta tambahan. Sedangkan mereka yang memiliki

sikap perasaan yang tidak diinginkan dapat dilakukan pengubahan dengan cara

mendengarkan secara baik apa yang menjadi keluhannya dan diadakan negosiasi.

Aplikasinya dalam usaha menumbuhkan sikap positif siswa terhadap Kopsis,

pembina dan pendidik koperasi perlu (a) memberikan informasi bahwa setiap anggota

memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh keuntungan materi maupun non

materi atas dasar aturan-aturan yang berlaku, (b) memberikan pendidikan dan latihan

secara terus-menerus sehingga para siswa memahami secara dalam tentang tujuan,

fungsi, hakekat, mekanisme Kopsis, dan hak dan kewajiban masing-masing personil

Kopsis; (c) selalu memberikan informasi tentang kondisi dan situasi penyelenggaraan

koperasinya, perkembangan dan keberhasilan yang dicapai Kopsis, termasuk

keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh pengurus, komitmen tim pengawas

dalam melaksanakan tugasnya dan komitmen personel koperasi lainnya dalam

melaksanakan kewajibannya; (d) memberikan kesempatan secara terbuka untuk

melihat secara dekat penyelenggaraan koperasinya, sehingga setiap anggota akan

memperoleh informasi secara nyata apa yang terjadi di koperasinya dan tidak terjadi

salah informasi; (e) memberikan penghargaan secara khusus kepada mereka yang

telah berjasa pada koperasi; (f) memonitor dan mendisiplinkan mereka yang memiliki

kecenderungan bertindak yang tidak diinginkan; (h) mendengarkan keluhan dan

menegosiasi kepada mereka yang memiliki sikap perasaan yang tidak diinginkan; (i)

selalu meningkatkan kehosifan oganisasi kerja dan daya tarik Kopsis; (j)

mengusahakan semua kegiatan dan pelaksanaan Kopsis selalu didasarkan hasil rapat

anggota; (k) pemberian pendidikan dan latihan dalam bentuk training kelompok yang

Page 74: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

107

dilakukan oleh para trcdner yang atraktif, dapat dipercaya dan diterima peserta

training.

E. TEORI PENDIDIKAN

Pandangan tentang apa pendidikan atau pembinaan, bagaimna proses peserta

didik itu belajar dan bagaimana ia memberikan makna belajar sangat mempengaruhi

pola pemikiran bagaimana sesorang seharusnya membina, mendidik atau mengajar

individu. Secara umum para ahli didik memberikan makna belajar sebagai proses

perubahan perilaku dan pendidikan sebagai proses merubahnya. Namun masing-

masing tokoh pendidikan memberikan tekanan konsep yang berbeda-beda tentang

bagaimana proses terjadinya dan apa fungsi pendidikan itu. Pendidik mengemban

tanggung jawab untuk mengambil khasanah dari berbagai konsep pendidikan yang

telah dikemukakan oleh para ahli untuk diramu dan diterapkan sesuai dengan kondisi

di lapangan.

Dalam proses pendidikan, seharusnya pendidik jangan hanya mentransmisi-

kan fakta, konsep dan teori kepada para siswa. Ia juga harus memberikan kesempatan

siswa untuk merenungkan, menyadari dan menangkap masalah-masalah yang teijadi

di lingkungan kehidupannya dan selanjutnya melakukan aktivitas-aktivitas nyata

yang berupa pemecahan-pemecahan masalah yang ada di sekitarnya.

Psikologi humanistik, sebagai pangkal pemikiran model pembelajaran inter-

aksionis, berpandangan bahwa: "man, a social being who fiilfil his potential only in

interdependency with his feilow man and the viable context of a human community"

(Lapp et al., 1975: 195). Manusia hanya mampu memenuhi potensinya dalam saling

ketergantungannya dengan masusia yang lain dan dalam kontek masyarakat manusia.

Page 75: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

108

Dalam konsep ini belajar adalah proses interaksi antara guru dengan siswa, antara

siswa dengan isinya, antara siswa dengan lingkungannya, antara pemikiran dan

kehidupannya. Belajar lebih daripada hanya pengumpulan fakta. Belajar adalah

memahami dan mengahyati fakta, melihat fakta yang diinterpretasikan ke dalam ke-

seluruhan konteks kehidupan. Manusia hanya akan mampu menyusun

pertumbuhannya, perkembangan kepribadiannya, pembentukan konsep dirinya,

pendidikannya dan berbagai unsur penting yang lain dalam pembentukan

kemanusiannya dalam kontek/ hubungannya dengan manusia-manusia lain di dalam

masyaraktanya. Konsep ini memiliki kesamaan dengan konsep social progresivism

dari John Dewey.

Dewey (1916) mengemukan bahwa pendidikan memiliki fungsi konservatif

dan konstruktif. Pada satu sisi bahwa pendidikan memiliki fungsi penanaman dalam

hal sekolah seharusnya mentransmisikan mores atau adat istiadat dan budaya yang

ada di masyarakatnya. Pada sisi lain ia memandang pendidikan sebagai proses

dinamik yang dapat membantu siswa berpartisipasi dalam proses demokratis. Lebih

tegasnya Dewey (1916) mengklaim bahwa sekolah mempunyai 3 fungsi yaitu

simplifikasi, purifikasi dan balansi warisan budaya. Simplifikasi berarti bahwa

sekolah mengidentifikasikan elemen-elemen kunci budaya yang seharusnya siswa

pelajari. Purifikasi berarti bahwa sekolah seharusnya menekankan elemen-elemen

kunci budaya yang dapat mempermudah pertumbuhan dan perkembangan positif dan

mengiliminasi yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak. Balansi

mengacu kepada pengintegrasian berbagai aspek pengalaman kedalam keseluruhan

kehidupan yang harmonis. Dengan ketiga fungsi tersebut diharapkan menjadi acuan

Page 76: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

109

para pendidik dalam melaksanakan pendidikan agar dapat mencapai tujuan

pendidikan yang diharapkan.

Menurut Dewey (1916), tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, yakni

berkem-bangnya fungsi diri baik sebagai makhluk individu maupun sosial,

tumbuhnya peng-alaman sebagai refleksi untuk memahami lingkungannya dan

kemampuan merekon-struksi lingkungannya. Pertumbuhan melibatkan rekonstruksi

pengalaman dan pengetahuan yang membantu penyaringan dan pengontrolan peng-

alaman masa depan. Peng-alaman pendidikan yang dimaksud adalah pengalaman-

pengalaman yang diperoleh dari hasil pemahaman permasalahan lingkungan yang

memiliki kemampuan untuk memper-mudah pertumbuhan kemampuan subjek belajar

untuk merekonstruksi lingkungannya. Pengalaman positif mempermudah

pertumbuhan sedangkan pengalaman negatif akan menghambatnya. Pengalaman

yang disadari anak sangat penting artinya bagi dirinya. Oleh karenanya Dewey

mengemukakan pentingnya suatu proses belajar berdasarkan pengalaman yang dalam

konsepnya ia nyatakan dengan istilah learning by doing.

Dalam proses pendidikan, pengalaman anak merupakan pangkal utama

berpijak bagi teijadinya perkembangan anak. Suatu konsep (informasi) yang

diberikan kepada anak mungkin sekali dapat dengan mudah diterima dan diingat oleh

anak Namun ini belum bermkna bagi anak selama belum menjadi kesadaran dalam

diri anak. Pendidik harus mampu membuat anak sadar terhadap informasi, konsep

atau persoalan-persoalan yang ada di sekitarnya sebagai sesuatu yang menarik

perhatian dan penting baginya untuk dipelajari dan dipecahkan atau direkonstruksi.

Pendidikan yang sebenarnya harus berpusat pada anak dan pengalaman yang sedang

disadarinya. Setiap memperoleh pengalaman baru, individu membentuk mental

Page 77: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

110

picture dimana ia mengorganisir semua data tentang pengalaman kehidupannya.

Namun pengalaman baru yang terorganisir tersebut belum memiliki arti sebelum

subjek belajar merekonstruksi berbagai pengalaman baru tersebut dengan organisasi

mentalnya sehingga membentuk konsep baru yang bermakna baginya. Ini berarti

setelah individu memperoleh arti atas apa yang dipelajari, ia memodifikasi

pengalaman sebelumnya, ia telah belajar sesuatu yang baru, atau pengalaman telah

mendidiknya. Sekali individu telah memahami pengalaman baru dengan penuh

kesadaran, ia juga telah memperoleh kontrol masa depannya. Ia tahu bagaimana

merespon dan mempergunakannya .

Di dalam proses pendidikan Dewey menekankan pendidikan yang berpusat

pada anak dan pengalaman yang disadarinya. Namun demikian ia tidak

menginginkan pendidik terlalu mengikuti apa yang anak sedang sadari atau menjadi

minatnya. Anak memiliki minat atau kebutuhan riil yang harus dipenuhi - termasuk

kebutuhan yang belum disadari. Pendidik memiliki tanggung jawab untuk

memperhatikan minat anak, dan membimbing serta mengarahkan ke arah sesuatu

yang belum menjadi kesadaranya/ minatnya ke dalam kesadarnnya/minatnya. (Lapp,

1975:150-151). Pelaksanaannya dapat dilalaikan dengan menunjukkan pentingnya

konsep, informasi, persoalan yang ada di sekitarnya sebagai sesuatu yang perlu

difahami, dicari alternatif pemecahannya dan direkonstruksi sehingga bermakna bagi

dirinya dan kehidupan masyarakatnya.

Tujuan pendidikan progresif adalah pembentukan manusia 'sosial-individu',

oleh karena itu pendekatan pendidikan yang Dewey anjurkan adalah pendekatan yang

mampu mengembangkan manusia sebagai makhluk individu dan sosial - mampu

merekonstruksi informasi, konsep, teori yang telah dimiliki dan baru saja diterima

Page 78: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

111

serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi menjadi konsep mental yang baru di

dalam memahami lingkungannya, yakni dengan menggunakan metode ilmiah yang

dilakukan secara kolaboratif. Metode ini biasa disebut metode problem solving.

Sejalan dengan konsep pendidikan Dewey tersebut adalah konsep pendidikan

yang dikemukakan oleh Friere (1972:1-48). Dia mengemukakan bahwa pencapaian

tujuan pendidikan harus sampai pada taraf kemampuan transformasi. Subjek didik

tidak hanya sampai pada taraf mampu mengungkap realitas, tahu ada masalah dan

menyadari adanya masalah, tetapi sampai pada taraf tumbuh kemampuan untuk

menganalisa masalah, menjadi partisipan aktif dalam menemukan alternatif

pemecahan masalah dan menyelesaikan masalah yang dihadapi secara bersama.

Untuk mencapai tujuan tersebut Freire menggunakan metode pendidikan hadap

masalah atau problem solving. Hal ini sejalan dengan keyakinannya bahwa

pendidikan yang hanya memberikan kesempatan kepada subjek didik sebagai

pengumpul dan penyimpan informasi (pendidikan gaya bank), akhirnya bukan subjek

didik sebagai penyimpannya tetapi dialah yang akhirnya tersimpan. Persoalannya

adalah karena keterbatasan subjek didik akan daya cipta, daya ubah dan pengetahuan

realitas lingkungannya. Tanpa usaha mencari, tanpa refleksi dan tindakan, manusia

tidak akan menjadi benar-benar manusiawi. Pengetahuan hanya lahir melalui usaha

penemuan dan penemuan ulang, mencari penemuan manusia yang gelisah, tidak

sabar, terus menerus dan penuh harapan di dunia bersama orang lain (Freire, 1972:

50-51). Atas dasar keyakinannya tersebut Freire (1972: 71-123) mengemukan prinsip

proses pendidikan secara dialogis dengan 3 langkah kegiatan: membiarkan subjek

didik menginventarisir masalah yang dihadapi, menganalisa sebab-akibat terjadinya

Page 79: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

112

masalah dan menganjurkan subjek didik secara bersama-sama bertindak memecahkan

masalah tersebut.

Atas dasar konsep-konsep pendidikan tersebut dapat disimpulkan bahwa

proses pendidikan harus dilakukan sebagai berikut:

1. Manusia hanya akan mampu mengembangkan potensinya dalam saling ketergan-

tungannya dengan manusia lain dan lingkungannya.

2. Pendidikan harus berfungsi sebagai konservasi dan rekonstruksi budaya, sehingga

mampu memacu pertumbuhan rekonstruksi konsep mental. Pendidikan bukan

hanya pemberian pengetahuan yang konseptual tetapi harus praktikal dalam arti

memahami dan memecahkan masalah lingkungannya secara langsung.

3 Proses pendidikan harus bersifat interaktif antar subjek didik, antara subjek didik

dengan pendidik, subjek didik dengan lingkungannya, antara pemikirannya

dengan lingkungannya. Proses pendidikan harus berdasarkan kondisi psikis dan

sosial subjek didik, yaitu minat dan sesuatu yang sedang menjadi kesadarannya

serta warisan budaya sekitarnya. Pendidik bertanggung jawab untuk membuat

sesuatu yang akan dipelajari menjadi menarik subjek didik. Di dalam belajar

subjek didik harus interaktif dan aktif bertindak secara kolaboratif.

4. Proses pendidikan diharapkan mampu membantu memudahkan subjek didik

memperoleh pengalaman yang bermakna bagi subjek didik dalam hidup di

masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini pendidikan tidak hanya memebrikan

pengetahuan konseptual tetapi juga harus membuat subjek didik aktif mencari,

menganalisa, dan memecahkan masalah yang ada disekitarnya (termasuk aktif

bertindak melakukan tindakan-tindakan baru atas dasar temuannya).

Page 80: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

113

5. Program pendidikan hendaknya disusun sebagai satu kesatuan antara pendidikan

dalam kelas dengan program pendidikan di luar kelas.

Atas dasar konsep-konsep tersebut, aplikasinya dalam pendidikan koperasi di

sekolah, khususnya tentang peningkatan efektivitas partisipasi siswa dalam

berkoperasi, guru koperasi seharusnya tidak hanya memberikan pengetahuan

konseptual tentang koperasi tetapi harus memberikan kesempatan kepada para siswa

(atas dasar pengetahuan konseptual yang dimiliki) untuk aktif mencari dan

mengidentifikasi persoalan yang ada di Kopsisnya, menganalisa sebab akibat

persoalan secara sistemik, brainslorming alternatif pemecahan persoalan yang ada,

dan secara bersama-sama merencanakan secara demokratis untuk menerapkan solusi-

solusi yang diperoleh. Sedangkan pelaksanaan pembinaan perilaku siswa dalam

berkoperasi yang tidak langsung berkaitan dengan pembelajaran di dalam kelas, di

samping para siswa diberikan berbagai penjelasan dan penataran atau training

tentang perkoperasian dan koperasi yang ada di sekolahnya, mereka juga diberi

kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan koperasi,

khsususnya kegiatan inventarisasi permasalahan yang dihadapi, analisa persoalan

secara sistemik, pemikiran alternatif pemecahan masalah, dan pelaksanaan program

pemecahan masalah. (Aschuler, 1980: 43 - 114) Untuk mencapai tujuan tersebut

program pembinaan partisipasi siswa dalam berkoperasi tidak hanya berupa program

pembinaan yang langsung berkenaan dengan pembinaan kegiatan/ penyelenggaraan

Kopsis tetapi mencakup program pembinaan dalam kelas atau program pembelajaran.

Kedua program tersebut harus berjalan sebagai satu kesatuan yang saling mendukung

pencapaian tujuan peningkatan partisipasi siswa dalam koperasi atau siswa dalam

berkoperasi.

Page 81: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

114

F. MODEL PEMBELAJARAN KOPERASI

Berdasarkan uraian di atas, bahwa proses pembelajaran (koperasi) menuntut

suatu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk

memperoleh pengalaman yang berupa teori dan prkatek sebagai satu kesatuan baik di

dalam maupun di luar kelas, belajar dalam proses mencari, menghayati, memilih,

menentukan, melakukan dan mengmbil keputusan sendiri terhadap apa yang sedang

dipelajari. Dengan istilah lain proses pembelajaran koperasi menuntut adanya model

pembelajaran yang melibatkan azas-azas didaktik atau azas-azas pembelajaran

sebanyak mungkin. Azas-azas pembelajaran itu antara lain: motivasi, minat dan

perhatian, apersepsi, korelasi, integrasi, individualisasi, peragaan, penilaian,

sosialisasi, belajar alam sekitar, belajar kesinambungan, aktivitas, belajar sambil

bekerja, penemuan, pemecahan masalah, kontektual dan azas kegunaan. Samana

(1992: 95) mengatakan bahwa model pembelajaran yang baik adalah yang dapat

menerapkan azas-azas didaktik secara tepat (semakin banyak azas didaktik yang

diterapkan secara tepat pembelajaran tersebut semakin baik).

Menurut Cole dan Chan (1994:2-6) model pembelajaran itu memiliki unsur-

unsur secara hierarkhis. Pada tingkatan tertinggi atau tingkatan pemikiran yang

paling abstrak atau paling teoritis, unsur itu disebut model, dan pada tingkatan yang

paling rendah atau operasional, unsur itu disebut strategi, prosedur dan teknik.

Menurut Cole dan Loma (1994:4) model pembelajaran merupakan serangkaian ide-

ide atau proposisi-proposisi dari suatu pemikiran yang abstrak yang dapat digunakan

untuk membimbing memilih prinsip-prinsip, metode-metode, dan mengambil

keputusan praktis. Model mencakup di dalamnya gambaran prinsip-prinsip, metode,

strategi, prosedur dan teknik yang dapat dilakukan. Menurut Reigluth (1983: 21)

Page 82: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

115

model pembelajaran merupakan serangkaian komponen strategi yang terpadu, seperti

dalam pengurutan bahan ajar, penggunaan ikhtisar dan ringkasan, penggunaan

contoh, pelaksanaan praktik, penerapan strategi yang berbeda-beda dalam

memotivasi siswa. Pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan

oleh pendidik atau tutor yang bertujuan untuk membantu dan membina atau

memepermudah proses belajar subjek belajar atau siswa. Koperasi yang dimaksudkan

dalam penelitian ini mencakup dua penegrtian: 1. koperasi dalam arti bagian mata

pelajaran ekonomi yang membicarakan tentang dunia usaha dalam bentuk keija sama

ekonomi yang mementingkan kepentingan anggota, dan 2 koperasi dalam arti Kopsis

yang berfungsi sebagai organisasi ekonomi siswa, lab ekonomi dan lab pembinaan

kepribadian siswa, termasuk dalam pengembangan dan penanaman langsung nilai-

nilai kehidupan ekonomi yang bersifat demokratis (Ditjen Dikdasmen, 1991).

Berdasarkan fungsi Kopsis tersebut mengisyaratkan bahwa dalam membelajarkan

koperasi untuk meningkatkan partisipasi para siswa dalam Kopsis, para guru dan

pembina Kopsis hendaknya memandang pembelajaran koperasi dalam kelas dan di

luar kelas sebagai satu kesatuan. Oleh karena itu model pembelajaran koperasi

adalah serangkaian ide-ide atau proposisi pemikiran yang bersifat abstrak yang dapat

digunakan untuk membimbing dan memilih prinsip-prinsip, metode, strategi,

prosedur dan teknik, pengurutan bahan ajar, penggunaan contoh, pelaksanaan

praktik, pemberian tugas, dan pengambilan keputusan tentang berbagai aktivitas

yang perlu dilakukan pendidik atau tutor dalam membantu dan membina atau

mempermudah proses belajar subjek belajar dalam bidang perkoperasian, baik belajar

koperasi yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Dengan kata lain, dalam

proses pembelajaran koperasi menuntut digunakannya model pembelajaran yang

Page 83: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

116

menuntut siswa belajar secara aktif melalui pemerolehan pengetahuan secara

konseptual dan pengalaman yang diperoleh secara langsung dalam kehidupan nyata.

Dengan pengertian tersebut model pembelajaran koperasi yang dimaksudkan dalam

penelitian ini adalah model pembelajaran koperasi yang terpadu antara belajar

koperasi di dalam dan di luar kelas. Model ini serupa dengan pendidikan sistem

ganda (PSG) atau dual sistem,. Menurut Wolf, (1992: 30) model ini merupaka: "/wo

places of learning of equal values and of the same Standard are kombined together to

form a systemPengertian ini menggambarkan bahwa pembelajaran dan pembinaan

terpadu ini merupakan suatu sistem pembelajaran dan pembinaan yang

menggabungkan dua tempat belajar yang memiliki nilai dan standar yang sama.

Selanjutnya Schipers dan Patriana (1994:40-42) dan Pakpahan (1995:5) menyatakan

bahwa sistem ganda merupakan model penyelenggaraan pendidikan yang

perencanaan dan pelaksanaannya diwujudkan melalui kemitraan antara dunia kerja

dengan sekolah, dan penyelenggaraan pendidikannya dilaksanakan sebagaian di

sekolah (kelas) dan sebagian lagi di dunia usaha (luar kelas). Sedangkan Idler et al.

(1995:28) memberikan pengertian sistem ganda sebagai "Vocational and technical

training under such a patnership between training insitut and interprises of formal

and informal sector". Pandangan ini menekankan adanya pasangan kerjasama dalam

pendidikan antara sekolah dengan sektor formal dan informal.

Berdasarkan berbagai pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya model pendidkan secara terpadu atau sistem ganda tersebut meupakan

sistem penyelenggaraan pendidikan yang mengintegrasikan program pendidikan di

sekolah (secara konseptual dalam kelas) dengan program penguasaan keahlian di

Page 84: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

117

dunia usaha (luar kelas). Dalam sistem ini mereka bersama-sama bertanggung jawab

atas penyelenggaraan pendidikan mulai perencanaan sampai evaluasi.

Dalam penyelenggaraan pendidikan siswa dalam berkoperasi, pelaksanaan

pendidikan secara terpadu atau sistem ganda ini dapat dilakukan dengan tiga pola.

Pertama, sekolah mneyelenggarakan pembelajaran secara konseptual dengan

memiliki lembaga usaha (koperasi) sebagai tempat praktik atau labnya. Kedua,

sekolah menyelenggarakan pendidikan secara konseptual yang diikuti dengan

mengadakan kerjasama dengan lembaga usaha koperasi atau lembaga usaha lain di

luar sekolah sebagai tempat magang atau praktik. Ketiga, sekolah mneyelenggarakan

pembelajaran secara konseptual dengan memiliki lembaga usaha (koperasi) sebagai

tempat praktik atau labnya serta kerjasama dengan lembaga usaha lain yang

dipandang lebih maju sebagai tempat studi banding dan untuk memperoleh

pengalaman praktik yang lebih luas atau magang.

Prinsip-prinsip merupakan jabaran pembelajaran dari model teoritis. Prinsip

merupakan generalisasi-generalisasi yang digunakan sebagai petunjuk bertindak

(Cole dan Chan 1994: 4). Oleh karena itu prinsip pembelajaran adalah generalisasi-

generalisasi yang digunakan sebagai petunjuk dalam usaha membelajarkan siswa.

Metode pembelajaran adalah serangkaian rencana pembelajaran, strategi dan

teknik yang digunakan untuk mengorganisasikan pelaksanaan pembelajaran (Cole

dan Chan 1994:4). Metode pembelajaran menjelaskan prosesedur-prosedur yang

dilakukan langkah demi langkah dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan. Metode yang dimaksudkan dalam penelitian ini

merupakan langkah-langkah, strategi dan teknik yang langsung diterapkan dalam

Page 85: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

118

proses pelaksanaan membelajarkan siswa tentang koperasi baik di dalam maupun di

luar kelas.

Strategi adalah rencana mengajar berskala kecil. Mereka merupakan operasio-

nal pengajaran yang sangat spesifik yang digunakan untuk membimbing aktivitas-

aktivitas pendidik atau tutor di dalam proses membelajarkan peserta didik (Cole dan

Chan 1994: 5). Dengan kata lain strategi adalah penetapan komponen-komponen

pengajaran utama agar penyajian isi pelajaran dapat mencapai sasaran belajar dan

dapat difahami oleh peserta didik secara efektif dan efisien. Di dalam konteks

pembelajaran, strategi digunakan untuk mempertinggi dan mempermudah pencapaian

tujuan pembelajaran secara khusus. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

secara efektif dan efisien para pendidik menggunakan strategi pembelajaran di dalam

kelas dengan cara memadukan dua atau lebih metode dan media pembelajaran.

Prosedur merupakan bagian-bagian individual strategi pembelajaran atau

meru-pakan komponen-komponen strategi pembelajaran yang dilakukan langkah

demi langkah. Prosedur merupakan langkah-langkah pengajaran yang kongkret yang

mendukung pencapaian tujuan khusus pembelajaran.

Teknik merupakan prosedur-prosedur pembelajaran dari segi yang paling

praktis yang dirancang untuk mencapai kemanfaatan pembelajaran jangka pendek.

Teknik lebih merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang paling

kecil. Strategi, prosedur dan teknik merupakan level hierakhi yang paling rendah

dalam urutan kerangka pemikiran model pembelajaran karena ini berkenaan dengan

penerapan praktis dalam proses pembelajaran. Sedangkan pengurutan bahan ajar,

penggunaan contoh, pelaksanaan praktik, pemberian tugas, dan pengambilan

keputusan merupakan aplikasi dari strategi, prosedur dan teknik yang telah

Page 86: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

119

dirumuskan dalam aktivitas nyata proses pembelajaran perkoperasian. Di mana

pengurutan bahan ajar merupakan tindakan yang diambil pendidik atau pembina

koperasi dalam mengurutkan materi pembelajaran secara hierarkhis dari yang

sederhana ke yang kompleks, mudah ke yang sukar dan sebagainya. Urutan bahan

ajar tersebut perlu diikuti contoh-contoh yang sesuai, bagaimana praktiknya bagi

subjek belajar, dan pemberian tugas dan latihan yang perlu dilakukan oleh subjek

belajar. Sedangkan pengambilan keputusan adalah penentuan pilihan berbagai

aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan oleh pendidik atau pembina koperasi (atas

dasar prinsip, metode, strategi, prosedur dan teknik) dalam proses membelajarkan

peserta didik. Gambaran hierakhis antara teori dan praktik tersebut dapat dilihat pada

gambar 8.

Dengan alas pemikiran bahwa pembelajaran koperasi dalam kelas dan luar

kelas harus dipandang sebagai satu kesatuan antara pembelajaran koperasi yang

bersifat teoritis konseptual dan pembelajaran praktik koperasi atau berusaha, maka

model pembelajaran koperasi harus merupakan model pembelajaran yang

menyatukan antara pembelajaran koperasi dalam kelas dan luar kelas. Dengan kata

lain agar partisipasi

Gambar 8 : Gambaran hierarkhis atau diagramatik antara model teoritis pembelajaran dan praktik pembelajaran

Sumber : Peter G, Cole and I .oma Chan. 1994. Teachina Princioles and Practice. p. 3.

Page 87: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

120

siswa meningkat maka model pembelajaran koperasi itu harus merupakan model

pembelajaran yang memanfaatkan azas-azas pembelajaran atau azas-azas didaktik

sebanyak mungkin. Dengan model ini diharapkan pencapaian tujuan dan fungsi

Kopsis bisa tercapai. Model pembelajaran koperasi yang banyak memenuhi azas

didaktik adalah model pembelajaran yang mengarah pada cara beljar siswa aktif

(CBSA), khususnya pembelajaran berdasarkan pengalaman dan ketrampilan proses,

social learning, pemecahan masalah. Dengan alas pemikiran, tingkatan belajar yang

bersifat pemecahan masalah, berdasarkan pengalaman, dan social learning

merupakan proses belajar langsung yang menuntut pemecahan masalah paling tinggi

tingkatnya (Piaget, 1967, 1970, 1976; Gagne dalam Lefrancois, 1975. 114-120;

Gagne, 1977a. 34-36; Bandura, 1977a, 1978: 344-358, 1982b: 122-147). Melalui

CBSA, pelaksanaan pembelajaran koperasi akan lebih memenuhi azas-azas didaktik

seperti: motivasi (pembelajaran dilakukan sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa dan

makna belajar bagi siswa, konteks (permasalahan yang dipelajari disesuaikan dengan

jaringan-jaringan yang terkait dengan bahan ajar), sosial dan individual

(pembelajaran dilakukan melalui tugas-tugas individual dan kelompok, program

belajar sesuai dengan tingkat kemampu-annya dan perkembangannya, optimalisasi

kemampuan belajarnya), belajar melalui bekerja (mendayagunakan seluruh daya

hidup: fisik, sosial dan mental), azas penemuan (siswa dibimbing untuk mengolah

pengalamannya, melakukan eksplorasi keilmuan, dipandu dalam analisis-sistesisnya

agar menemukan kebenaran dan nilai hidup yang bermakna bagi dirinya dan orang

lain), azas pemecahan masalah (siswa dibimbing agar siswa menyadari adanya

masalah, mencirikan masalah yang ditemuinya atau mengiden-tifikasi masalah, dapat

mengajukan dugaan atau alternatif pemecahan masalah, mengumpulkan fakta atau

Page 88: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

121

informasi, data, konsep yang relevan untuk memecahkan masalahnya, siswa terlibat

aktif dalam pemecahan masalahnya atau verifikasi, menyimpulkan hasil pemecahan

masalahnya, serta merencanakan tindak lanjutannya).

Pembelajaran yang mendasarkan CBSA merupakan suatu strategi mengajar

yang dapat mengakibatkan anak didik melakukan aktivitas belajar, yaitu aktivitas

belajar yang melibatkan kemampuan fisik, mental, dan sosial sebagai akibat dari cara

guru membelajarkan anak didik. Dalam model pembelajaran yang bersifat CBSA,

pembelajaran memusatkan perhatian pada peranan, inisiatif dan keikutsertaan anak

didik yang tinggi dalam menetapkan masalah, mencari informasi dan cara pemecahan

masalah. Inti dari pada ciri-ciri pembelajaran CBSA yang berhasil adalah pemberian

kesempatan kepada anak didik untuk aktif, mendayagunakan segala kemampuannya

(fisik, mental dan sosial) secara optimal, banyak usaha atau kegiatan yang dilakukan

oleh siswa secara terarah, di bawah bimbingan guru atau pembina yang kreatif dan

penuh dedikasi. (Samana, 1992: 102).

Menurut McKeachie (1954: 2) ada tujuh pertimbangan atau prinsip untuk

mengukur kadar ke-CBSA-an pembelajaran:

1 Seberapa jauh partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran.

2 Adanya pengutamaan aspek afektif dalam pembelajaran.

3 Partisipasi siswa dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, terutama yang

berbentuk interaksi antar siswa.

4. Adanya ketulusan penerimaan dari fihak pendidik terhadap perbuatan dan

sumbangan peserta didik, baik yang relevan maupun yang kurang relevan, bahkan

yang salah.

5. Adanya kekohesifan kelas sebagai kelompok belajar.

Page 89: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

122

6. Adanya kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengambil

keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolahnya.

7. Seberapa banyak waktu yang dipergunakan untuk menanggulangi masalah pribadi

peserta didik.

Sehubungan dengan hal ini, Sudjana dan Arifin (1988:33-34) mengemukakan

prinsip-prinsip lebih rinci tentang praktik ke-CBSA-an yang berhasil:

1. Dari sudut siswa, tampak adanya keinginan yang kuat untuk belajar, partisipasi

belajar yang tinggi, berani menampilkan diri dan kreatif, kebebasan belajar yang

terarah tinggi.

2. Dari sudut guru, tampak adanya aneka usaha untuk memotivasi belajar peserta

didik, terdapat kecekatan dalam mengorganisir pembelajaran, kesediaan guru

untuk menerima sumbangan siswa (baik benar maupun salah), dan kesediaan guru

untuk membantu mengatasi kesulitannya.

3. Dari sudut program, tampak adanya program yang sesuat dengan tujuan

(kebutuhan siswa) program tersebut cukup jelas batas-batasnya dan sekaligus

menantang siswa, dan bahan tersebut mengandung isi pesan yang lengkap (fakta,

konsep, prinsip atau generalisasi dan teori).

4. Dari sudut situasi belajar, tampak adanya iklim sosial kelas, yang intim,

kooperatif, bersemangat, bergembira dalam melaksanakan tugas dan bersdisiplin,

tampak adanya persaingan yang sehat secara perorangan maupun kelompok.

5. Dari sudut pengadaan sarana belajar, tampak adanya kelengkapan sumber

belajar, sarana belajar, media belajar, fleksibelilitas pengaturan waktu belajar, dan

adanya kemungkinan siswa belajar di dalam maupun di luar kelas.

Page 90: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

123

Praktik CBSA dapat dilakukan dengan berbagai metode pembelajaran, namun

yang memiliki tingkat keterlibatan siswa yang tinggi adalah yang bersifat pemecahan

masalah, ketrampilan proses (pembelajaran berdasarkan pengalaman) dan social

learning. Hal ini karena dalam proses belajar (khususnya belajar secara pemecahan

masalah, ketrampilan proses, dan belajar berdasarkan pengalaman) para siswa

dituntut untuk menyadari masalah yang dipelajari, mendefinisikan masalah, mencari

dan mengumpulkan data atau informasi, mencari serta mengolah informasi, membuat

kesimpulan, melaporkan serta mengkomunikasikan hasil temuan atau pemecahannya.

Dalam proses pembelajaran yang demikian, aspek kognitif, afektif psikomotor dan

sosial semuanya terlibat dalam proses belajar. Keterlibatan secara menyeluruh dari

diri siswa akan mampu memenuhi asumsi bahwa para siswa akan mendapat lebih

banyak pengalaman dengan keterlibatan secara aktif dan pribadi dari pada yang

diperoleh dengan melihat atau menonton isi atau konsep (Dewey, 1916). Di sini

peserta didik tidak hanya bersifat konsumtif terhadap pengetahuan atau kemampuan-

kemampuan yang dipelajari tetapi ia menghayati dan memperoleh sendiri fakta,

konsep, prinsip atau generalisasi, dan teori. Dalam proses pembelajaran yang

demikian siswa juga berkembang kemampuan a) sel/ manajemen dalam: mereview

karakteristik stimulus atau masalah dan memvisualisasikan stimulus di dalam

fikirannya (Skinner, 1968b), strategi kognitif (Gagne, 1977a:36; 1980a: 89)

mengorganisr tingkah laku dalam menarik makna persoalan yang dihadapi (Piaget

dalam Gredler, 1992:251), menggunakan simbol dalam mengingat dan berfikir

(Vigotsky dalam Gredler, 1992:292) meng-amati, menilai dan membuat

pertimbangan dan keputusan sendiri terhadap apa yang dipelajari (Bandura, 1978:

348) dan kepercayaan diri melakukan sesuatu (1977a: 194-303); b) tranfer belajar.

Page 91: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

124

belajar lebih lanjut pada hal-hal yang serupa dengan yang telah dipelajari

(Skinnerl953: 247), belajar lebih lanjut atas dasar kemampuan yang telah dicapai

sebelumnya untuk mencapai kemampuan yang lebih tinggi (Gagne, 1968a: 178;

Bandura, 1976; Piaget & Inheler, 1969:152), hasil belajar yang diperoleh akan

menimbulkan kesiapan belajar dan motivasi

Sedangkan motode pembelajaran yang bersifat ketrampilan proses (pembel-

ajaran berdasarkan penagalaman, menurut istilah Hamalik, 1991: 46) merupakan

proses pembelajaran yang memandang peserta didik serta kegiatannya sebagai

manusia seutuhnya yang diterjemahkan dalam kegiatan belajar-mengajar yang

memperhatikan perkembangan pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan dan

ketrampilan sebagai kesatuan (baik sebagai tujuan maupun sekaligus bentuk

pelatihannya), yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tampak dalam

bentuk kreativitas (Mochtar (1987: 20). Ketrampilan proses hanya diperoleh lewat

melatih kemampuan fisik, mental dan sosialitas peserta didik secara mendasar

(Soedjono, 1988:23). Singkatnya pembeljaran yang mendasarkan pada ketrampilan

proses merupakan strategi pembelajaran yang berprinsip pada penekanan

memberikan kesempatan pada anak didik untuk memproses sendiri atau mengalami

sendiri bagaimana suatu ketrampilan dan ilmu itu diperoleh.

Metode pembelajaran yang bersifat pemecahan masalah merupakan pembel-

ajaran yang memiliki prinsip-prinsip: guru berawal dengan memberikan stimulus

yang dapat menimbulkan situasi masalah dalam diri peserta didik, memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih merumuskan dan mencari alternatif

pemecahan masalah, dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk mencoba

mengalami sendiri melaksanakan pemecahan masalah dan pembuktiannya (Makmun,

Page 92: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

125

1996: 157). Dalam pembelajaran yang demikian siswa belajar merumuskan dan

memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai konsep atau kecakapan yang

telah dikuasainya.

Konsep problem solving dari Dewey berakar pada metode ilmiah (scientific

method) (Miller dan Seiler, 1985:65). Metode ilmiah sebagai metode pembelajaran

pemecahan masalah dilakukan melalui langkah pembelajaran sebagai berikut: a. men-

ciptakan sistuasi problematik yang menyebabkan anak didik timbul rasa teka-teki

adanya masalah yang harus ia pecahkan; b. mengajak anak didik untuk

mendefinisikan persoalan yang mereka hadapi secara pasti. c. mengajak anak didik

untuk mengkla-rifikasi masalah. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengujian secara

cermat atau analisa terhadap berbagai faktor yang menyebabkan timbulnya masalah

itu; d. mendorong anak didik untuk mengembangkan hipotesa atau menyusun kalimat

"if-—then" yaitu per-nyataan-pernyataan yang menawarkan berbagai alternatif

pemecahan masalah yang mungkin terhadap kesulitan yang dihadapi. Di sini peserta

didik mengembangkan alternatif-alternatif pemecahan masalah dan mempertimbang-

kan berbagai konsekuensi yang mungkin dari tiap alternatif; e. memberikan

kesempatan pada anak didik untuk memilih alternatif pemecahan yang paling baik

dan menerapkannya.

Langkah-langkah ini merupakan langkah-langkah umum dari metode

pemecahan masalah. Langkah-langkah dalam menerapkan metode pemecahan

masalah dapat bervariasi, di samping tergantung pada strategi, prosedur, dan teknik

yang ingin dipilih dan diterapkan oleh pendidik/guru, juga tergantung jenis masalah

dan tujuan yang ingin dicapai. Dari segi strategi misalnya, seorang guru bisa

melakukan strategi pembelajaran pemecahan masalah secara directed discovery or

Page 93: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

126

inquiry, atau pure discovery or inquiry (Sanders, 1968: 139-145). Ia menjelaskan:

pada directed discovery-inquiry, pendidik mengkombinasikan metode pemecahan

masalah dengan metode lain, utamanya metode pemecahan masalah secara murni dan

metode exposisi. Dalam pelaksanaannya pendidik lebih cenderung mengarahkan

berfikir peserta didik dengan memberikan penjelasan singkat pada pendahuluan dan

juga menyediakan peserta didik seluruh data yang berhubungan dengan data yang

diperlukan untuk memecahkan masalah yang diberikan. Masalahnya pun bersifat

direktif dalam arti masalah sudah diberikan secara konkret (masalah sudah definitif),

peserta didik tidak mencari-cari masalah sendiri, ia tinggal mencari jalan keluar

pemecahannya. Pada siswa yang baru memiliki dasar-dasar pengetahuan dan

ketrampilan tentang aspek-aspek yang dipelajari sangat tepat dibelajarkan dan

dibina dengan metode ini. Sedangkan metode pemecahan masalah yang diterapkan

secara murni, pendidik lebih cenderung meberikan masalah lebih bersifat umum dan

siswa disuruh mencari dan merumuskan sendiri secara detail tentang masalah yang

ingin dipecahkan sesuai dengan yang diinginkannya. Dalam strategi ini, macam data,

cara pemerolehan data dan pemecahannyapun diserahkan penuh kepada peserta didik.

Pada peserta didik yang telah memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup

tentang aspek yang dipelajari sangat mendukung penerapan pembelejaran dan

pembinaan pure discovery-inquiry.

Dalam kaitannya dengan prosedur dan teknik pelaksanaan pembelajaran, Ross

dan Maynes (1982: 5-7) membuat kerangka urutan pelaksanaan metode pemecahan

masalah menjadi 11 langkah, a. mendefinisikan masalah, b. membuat framework

inku-iri, c. menentukan sumber data, d. memperoleh data pada sumbernya, e.

mempertimbangkan keakuratan data, f. memasukan data ke dalam 'framework' g.

Page 94: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

127

mereduksi data ke dalam bentuk summary, h. mengamati hubungan-hubungan di

dalam data, i. menginterpretasi data, j. mengekstrapolasikan interpretasi, dan k.

mengkomunikasikan inkuiri. Ross dan Maynes (1982: 7-8) mengemukakan bahwa

penerapan metode problem solving sangat bervariasi, tergantung pada konteks

masalahnya. Guru dapat mentranfer ke sebelas urutan metode pemecahan masalah

tersebut sesuai dengan konteks permasalahannya.

Mereka mengelompokkan masalah ke dalam empat jenis masalah: a. Compar-

ative problems. masalah yang bekenaan dengan pencarian perbedaan dan persamaan

dalam dua atau lebih kesatuan, b. Decision-making prblems: masalah yang berkenaan

dengan pembuatan keputusan dalam situasi yang kompleks. Di sini peserta didik

diajak memikirkan dan memutuskan serangkain tindakan yang terbaik yang harus

dilakukan, c. Corelational problems: guru memberikan kesempatan anak didik

menyelediki hubungan-hubungan antara dua atau lebih variabel, d. Exsperimentally

orientedproblems. problem-problem yang perlu dilakukan secara eksperiemental.

Freire (1972) mengemukakan uratas pelaksanaan pemebelajaran pemecahan

masalah secara lebih singkat dari pada yang dikemukan oleh Ross dan Maynes.

Dalam usaha meningkatkan partisipasi masyarakat memecahkan masalah sosialnya

sampai pada taraf partisipasi the critical trawforming beliau mengemukakan tiga

langkah urutan penerapan metode pembelajaran pemecahan masalah: a.

mengidentifikasikan semua konflik-konflik penting yang dirasakan; b. menganalisa

kausal konflik secara sistemik; dan c. mendorong tindakan kerjasama untuk

memecahkan konflik.

Lain halnya dengan langkah-langkah penerapan metode pembelajarn

pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Alschuler (1980). Untuk meningkatkan

Page 95: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

128

taraf partisipasi peserta didik sampai pada taraf partisipasi transformasi kritis ia

menggunakan langkah-langkah pembelajaran pemecahan masalah sebagai berikut: a.

mengemukakan peristiwa problematik; b. mengidentifikasikan pola-pola konflik, c.

melakukan brainstorming untuk memperoleh masukan alternatif pemecahan; d.

mengembangkan rencana-rencana tindakan secara demokratis atas dasar temuan/

kesepkatan pemecahan masalah yang dilanjutkan dengan penerapannya.

Variasi langkah-langkah tersebut menggambarkan aneka variasi strategi,

prosedur dan teknik pelaksanaan metode pemecahan masalah yang dilakukan

pendidik. Variasi ini tegantung berbagai faktor seperti tujuan, bahan sajian, konteks

dan sarana yang tersedia. Strategi pelaksanaan metode ini dapat dilakukan secara

perorangan, secara kelompok, dan secara bersama-sama antara guru dan siswa dalam

satu kelas. Strategi operational pelaksanaan di kelas dalam satu pertemuan atau

beberapa pertemuan kelaspun metode ini dapat dilakuakan secara bervariasi: metode

pemecahan masalah sebagai metode utama dalam membelajarkan anak didik, sebagai

metode bantu atau metode selingan. Strategi pelaksanaan metode pemecahan masalah

secara berbeda menuntut pendidik menggunakan prosedur dan teknik yang berbeda

dalam mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan metode pembelajaran social learning merupakan metode pembel-

ajaran yang memiliki prinsip: guru memberikan atau mendemonstrasikan model

perila-ku atau berbagai model perilaku yang diharapkan ditiru dan diinternalisasi oleh

siswa baik peniruan yang dilakukan secara langsung (instantaneous matching atau

direct learning) maupun tidak langsung (delayed learning atau indirect leraning).

Dalam strategi perencanaan dan pelaksanaan pemebelajaran, Vygostsky dan Bandura

mengemukakan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

Page 96: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

129

Strategi Vygostsky (dalam Gredler, 192: 293-294)

1) Menidentifikasi konsep-konsep atau pokok-pokok yang akan diajarkan.

a) Aspek-aspek konsep yang seperti apa yang dapat diajarkan kepada para siswa

sesuai dengan tingkat kemampuan siswa?

b) Aspek-aspek konsep yang mana yang mampu mempermudah siswa belajar

sesuai dengan tingkat kemampuan berfikirnya?

2) Menstrukturkan tugas belajar sebagai aktivitas kerjasama antara guru dan siswa.

a) Seberapa tingkat pemaknaan yang difahami bersama yang dipersyaratkan untuk

memulai belajar?

b) Aspek-aspek tugas apa yang harus dimodelkan oleh guru?

c) Aspek-aspek tugas yang mana yang secara awal harus diperankan oleh guru?

d) Dalam cara-cara apa siswa harus menggunakan tanda dan symbol untuk

mengontrol tingkah laku belajarnya?

e) Apa anjuran dan feedback guru yang diperlukan para siswa untuk membantu

belajarnya?

3) Menerapkan pengajaran dan menerapkan evaluasi.

a) Apakah guru telah secara perlahan-lahan meningkatkan permintaan tugas

sesuai dengan tingkat yang dikuasai oleh siswa?

b) Apakah siswa telah mampu berfungsi secara mandiri pada akhir pembelajaran

koperasi?

c) Apakah para siswa telah menggunakan cara-cara berfikir baru setelah pembel-

ajaran koperasi dilakukan?

d) Apakah ketrampilan siswa dapat diterapkan pada setting dan situasi yang lain?

Page 97: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

Sedangkan Bandura (dalam Gredler, 1992: 335-336) melakuan langkah-

langkah strategi perencanaan dan strategi pembelajaran sebagai berikut:

1) Menganalisa tingkah laku yang akan dimodelkan.

a) Apa hakekat tingkah laku yang akan dimodelkan? Apakah ini berupa teori-teori

koperasi (koseptual), apakah ini praktik koperasi (motorik), apakah ini

penanaman nilai koperasi, atau ini suatu strategi belajar?

b) Apa urutan langkah-langkah tingkah laku yang akan dimodelkan? Jika berupa

pengertian koperasi, umpamanya, apakah dimulai dengan menyajikan definisi

koperasi dan ciri koperasi kemudian baru membandingkan dengan pengertian

atau ciri-ciri bentuk lembaga ekonomi yang lain ataukah sebaliknya?

c) Apa pokok-pokok kritis dalam urutan itu (seperti langkah-langkah yang

mungkin sulit untuk diamati, dan langkah-langkah tindakan alternatif yang

mungkin tidak tepat yang mana yang perlu diganti)?

2) Menentukan nilai fungsional tingkah lalai dan memilih model tingkah laku.

a) Apakah tingkah laku itu mengemban prediksi keberhasilan?

b) Jika tingkahlaku itu mengemban prediksi keberhasilan yang lemah, model

potensial yang mana yang paling mungkin untuk memprediksi keberhasilan?

c) Sehanisnyakah model itu 'live model'(seperti kegiatan koperasi dan kegiatan

bentuk usaha ekonomi sesungguhnya yang lain) atau 'symbolic model' (berupa

diagram atau gambar-gambar kegiatan berbagai jenis usaha)? Perlu

dipertimbang-kan masalah biaya, apabila kebutuhan untuk mengulangi

pengalaman yang dipergunakan lebih untuk satu kelompok, dan kesempatan

atau kemungkinan untuk membawakan/ menggambarkan nilai fungsional dari

tingkah laku tersebut.

Page 98: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

131

d) Penguatan apa yang dapat ditimbulkan dengan model tingkah laku tersebut?

Apakah tingkat angka nilai, kegiatan tambahan yang prestis (jadikan ketua atau

pengurus koperasi misalnya), pujian, hadiah materi dsb.

3) Mengembangkan urutan pengajaran

a) Untuk ketrampilan motorik misalnya, mengapa menggunakan perintah lakukan

ini dan bukan lakukan itu?

b) Langkah-langkah tindakan yang mana dalam urutan latihan itu harus disajikan

secara perlahan-lahan dan teliti dan mana yang dapat disajikan secara biasa?

c) Untuk strategi belajar, kegiatan belajar yang sel/talk atau self system apa yang

harus dimodelkan?

4) Menerapkan pengajaran untuk membimbing proses kognitif dan reproduksi

motorik.

Ketrampilan motorik.

a) Menyajikan tingkah laku yang ingin dimodelkan.

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan simbolik.

c) Memberikan kesempatan siswa beipraktik dengan melakukan visualfeedback.

Tingkah laku konseptual.

a) Sajikan model dengan bantuan penjelasan!

b) Jika berupa suatu konsep atau dalil, berikan kesempatan kepada siswa untuk

meringkas berbagai tingkahlaku model!

c) Jika belajar berupa problem solving atau penerapan strategi, berikan

kesempatan kepada para siswa untuk berpartisipasi memodelkan!

d) Berikan kesempatan kepada para siswa untuk menerapkan hasil belajr ke dalam

situasi-situasi yang berbeda!

Page 99: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

132

Singkatnya strategi, prosedur dan teknik pelaksanaan pembelajaran yang

dikemukakan oleh Vygotsky dan Bandura merupakan prosedur pembelajaran yang

dilakukan secara bertahap atau bertangga yang dilakukan: 1) pendidik memodelkan

aspek tertentu yang diinginkan agar peserta didik menirunya, 2) sambil memberikan

esesmen, secara bertahap, pendidik memberikan kesempatan kepada anak didik untuk

memhami dan mencobanya model itu, 3) pendidik mengevaluasi tingkat kecakapan

yang dicapai peserta didik. Mereka menjelaskan bahwa metode social learning bisa

dieterapkan pada peserta didik mulai yang tingkat kemampuannya sangat rendah

sekali sampai tingkat lanjut Metode social learning akan lebih berarti lagi untuk

pembelajaran peserta didik yang tingkat pengetahuan dan ketrampilannya masih

rendah.

Dalam melaksanakan pembelajaran koperasi melalui metode social learning,

secara umum, pendidik dapat melakukan strategi, prosedur dan teknik melalui ketiga

langkah tersebut.

Aplikasinya dalam pembelajaran koperasi (khususnya pembeljaran di luar

kelas) pada Kopsis yang tingkat perkembangannya masih pada tahap pembentukan

akan lebih tepat para siswanya (anggota Kopsis) dibelajarkan dan dibina dengan

metode social learning, Kopsis yang bertahap konsolidasi/pertumbuhan dibelajarkan

dengan directed dicovery-inquiry, sedangkan Kopsis yang bertahap pengembangan

dibelajarkan dengan pure dicovery-inquiry dan metode ketrampilan proses.

G. PROGRAM PEMBELAJARAN

Berdasarkan fungsi Kopsis sebagaimana yang dikemukakan bagian terdahulu

berarti, pertama, proses pendidikan menuntut pendidik untuk menyusun program-

Page 100: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

133

program pendidikan yang akan dipakai sebagai pedoman dalam mendidik siswa baik

di dalam kelas maupun di luar kelas. Lebih-lebih program pendidikan dalam bidang

ekonomi koperasi yang bertujuan agar siswa memiliki jiwa berkoperasi. Program

pendidikan ekonomi koperasi dalam kelas berfungsi sebagai pedoman dalam rangka

membantu peserta didik menginternalisasi nilai yang terkandung dalam pengetahuan

teoritis konseptual. Sedangkan program pedidikan luar kelas berfungsi sebagai

pedoman dalam meningkatkan kedalaman kemampuan berpraktik dan sekaligus

sebagai pedoman dalam usaha membina kehidupan tempat praktik (Kopsis). Kedua

program ini dalam operasionalnya biasa disebut program pembelajaran, karena

pelaksanaan pendidikan di sekolah lebih banyak dilakukan melalui proses

pembelajaran.

Kedua, program pembelajaran koperasi dalam kelas dan luar kelas sekaligus

berfungsi sebagai pedoman dalam mengembangkan dan memperdalam pengetahuan

siswa tentang koperasi, serta membina siswa mampu mengelola, berpartisipasi, dan

mengembangkan Kopsis. Singkatnya kedua program tersebut berfungsi untuk

membina perilaku siswa dalam berkoperasi. Berkembangnya Kopsis tersebut

diharapkan dapat digunakan sebagai tempat praktik para siswa dalam rangka

meneliti, mengembangkan pengetahuan dan kemampuan berwirausaha.

Program adalah suatu rancangan yang berskala besar dan rinci yang

dikembang-kan untuk mencapai tujuan tertentu (Cobuild, 1988:1147). Program

pembelajaran koperasi berarti rancangan pembelajaran koperasi yang berskala besar

dan rinci yang dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran pendidikan

koperasi. Program pembelajaran dalam kelas berisi rancangan pembelajaran yang

dikembangkan dan disusun berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan bahan ajar

Page 101: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

134

yang telah digariskan oleh kurikulum. Menurut Sukartawi (1995:33) program

pembelajaran di kelas berisi: tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, rancangan

kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, strategi pembelajaran, dan

eveluasi hasil belajar. Sedangkan program pembelajaran koperasi di luar kelas berisi

rancangan-rancanagan kegiatan pembelajaran yang mendukung pencapaian tujuan

pembelajaran pendidikan koperasi, dan mendu-kung pencapaian tujuan dan fungsi

penyelenggaraan Kopsis. Program kegiatan pembelajaran di luar kelas pada dasarnya

merupakan program kegiatan pembinaan siswa dalam berkoperasi dan program

kegiatan dalam menyelenggarakan dan mengembangkan Kopsis. Program ini pada

dasarnya sama dengan program pendidikan masyarakat berkoperasi. Pendidikan

masyarakat berkoperasi ini berupa kegiatan-kegiatan pendidik-an yang dilaksanakan

untuk membuat anggota, pengurus dan staf karyawan (pelaksana harian koperasi)

sadar akan ideologi koperasi, praktik usaha dan metode kerja (Dubell, 1985: 59).

Selain itu ia juga mengatakan bahwa pendidikan koperasi berfungsi sebagai latihan

orientasi dan bertujuan untuk meningkatkan keahlian berkoperasi sehingga personil

koperasi mampu bekerja secara efektif dan efisien dalam melaksanakan tugasnya.

Pendidikan berkoperasi ini mencakup pendidikan anggota, pengurus dan pengawas

serta pendidikan manajer dan karyawan (Dubell, 1985: 60).

Pendidikan Anggota. Menurut Dubell (1985: 74-75 ada beberapa informasi/

materi penting yang perlu disampaikan oleh pembina/tutor dan difahami oleh anggota

meliputi: a) hakekat koperasi, fungsi dan tujuan koperasi; b) kegiatan-kegiatan/usaha

yang dilakukan koperasi; c) jenis dan cara pelayanan yang diberikan koperasi d)

pengorganisasian dan pengelolaan kegiatan-kegiatan/usaha koperasi; e) struktur dan

Page 102: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

135

tugas organisasi pengurus koperasi atau pengelola koperasi, f) manfat/keuntungan

yang diperoleh diperoleh anggota; g) hak dan keawajiban setiap anggota.

Dalam pelaksanaan pendidikan ini dapat dilakukan dua cara: a) secara

informal, informasi dan pendidikan dapat diberikan kapan saja ketika orang-orang

bertemu, pemeberian informasi ketika para anggota nampak berkumpul atau ada

dalam suatu kelompok sosial; b) secara formal, kegiatan pendidikan diorganisasikan

secara tertaur seperti: kursus, rapat-rapat atau pertemuaan-pertemuan atau pelatihan,

kunjungan anggota koperasi ke suatu koperasi yang telah maju.

Pendidikan Manajer dan Karyawan. Menurut Dubell (1985:61-62) ada

beberapa materi penting yang perlu disampaikan dalam pendidikan ini, yaitu materi

berkenaan dengan manajemen, keuangan, pemasaran, kredit dan pengembangan

koperasi. Dalam pelaksanaannya pendidikan melalui tiga tahap, yaitu: a) tugas

analisa di lapangan, b) pelajaran di kelas, dan c) praktik koperasi (Dubell, 1985:62-

69).

Pada tahap analisa di lapangan peserta latihan bersama istruktur yang ber-

pengalaman berkunjung ke beberapa koperasi (yang maju dan yang belum maju)

untuk menganalisa hal-hal seperti berikut: macam dan jenis pekeijaan yang

dikeijakan oleh masing-masing orang sehari-hari di kantor, hak dan kewajiban

masing-masing karyawan terhadap koperasi, sistem pelaporan dan jenis pencatatan

serta formulir yang dipergunakan, pelaksanaan perencanaan usaha, dan cara

melaksanakannya sehingga tujuan-tujuan dapat tercapai, masalah-masalah yang

dihadapi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya dan cara pemecahannya, cara

melayani anggota, cara mengupayakan dan memasarkan barang, cara memasarkan

dan menyalurkan kredit anggota, dan cara mengebangkan usaha.

Page 103: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

136

Pada Tahap pembelajaran di kelas: setelah tugas analisis di lapangan, peserta

latihan harus mendapatkan pelajaran di kelas meliputi: pengorganisasian koperasi,

fungsi koperasi yang bersangkutan, bentuk dan cara pelayanan, kedit, penyediaan dan

pemasaran barang, pembukuan, akutansi dan strategi pengembangan koperasi.

Tahap praktik lapangan, berdasarkan konsep teoritis di kelas para peserta

disuruh praktik koperasi. Bila memungkinkan mereka yang akan dikaderkan sebagai

kader manajer koperasi praktik itu dilakukan pada koperasi yang telah maju.

Tahap pelajaran di kelas ke dua: setelah praktik koperasi, para peserta

kembali lagi ke kelas. Di sisni para peserta dan instruktur menganalisa antara teori

dengan pelaksanaan kondisi di lapangan, merumuskan permasalahan yang dirasakan,

mendiskusikan masalah-masalah yang ditemui baik masalah pembukuan, penyediaan

barang, pemasaran, pelayanan, tingkat kemampuan peserta dalam merencanakan

kredit dan pemasaran, menganalisis keuangan koperasi dan perbaikan bila

diperlukan.

Pendidikan dan Pelatihan Pengurus dan Pengawas. Menurut Dubell, (1985:

72) aspek-aspek pengetahuan yang perlu diberikan dalam pendidikan dan pelatihan

pengurus adalah: manajemen, keuangan, pemasaran, kredit, ekonomi perusahaan,

perencanaan, manjemen personalia, tugas dan tanggung jawab pengurus serta

pengawas aspek hukum yang berkenaan dengan koperasi dan pengembangan

koperasi. Dalam melakukan pendidikan dan latihan pengurus dan pengawas

dilakukan melalui dua cara: 1. tugas analisis seprti yang dilakukan dalam pendidikan

latihan manajer dan karyawan, 2. berpartisipasi dalam rapat pengurus.

Tugas analisis: peserta latihan pengurus dan pengurus beserta instruktur

berkunjung ke suatu koperasi yang telah maju dan belum maju untuk bersama-sama

Page 104: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

137

melakukan tugas analisa dalam hal fakta-fakta tertentu, berbagai masalah utama dan

khusus yang terjadi di koperasi, pelaksanaan peraturan-peraturan dan undang-undang,

mebandingkan berbagai jenis tindakan, menyelidiki, memahami dan memperhatikan

struktur organisasi dan hubungannya. Cara kedua yaitu partisipasi pelatihan

pengurus dalam rapat pengurus. Dalam pelatihan ini para peserta diharapkan

mengetahui tentang hal-hal yang biasa teijadi dalam rapat pengurus. Setelah

berpartisipasi dalam rapat pengurus, para peserta pelatihan diajak mengalisa tugas

tentang hal-hal yang teijadi dalam koperasi dan dalam rapat pengurus. Kegiatan ini

mencakup, di samping aspek-aspek dalam analisa tugas di lapangan, hal-hal sebagai

berikut: menganalisis pertanyaan-pertanyaan pada angenda, mempertimbangkan

usulan-usulan untuk pengambilan keputusan, menimbang untung-rugi, meramalkan

akibat, resiko, dan konsekuensi, menyarankan alternatif metode pendekatan masalah,

merencana dan mencapai kesimpulan.

Program pembelajaran koperasi akan dapat digunakan sebagai pedoman yang

mampu mendukung pencapaian tujuan kalau direncanakan secara baik. Ada beberapa

indikator untuk melihat dan mengetahui apakah suatu perencanaan program itu

tergolong baik atau tidak, Menurut Sudjana (1992:42) ada tujuh indikator

perencanaan yang dapat digolongkan baik, yaitu:

1. Perencanaan merupakan model pengambilan keputusan, memilih dan menetapkan tindakan mecapai tujuan secara ilmiah, 2. perencanaan berorientasi perubahan dari keadaan sekarang ke keadaan yang diinginkan di masa mendatang sebagaimana dirumuskan di dalam tujuanya yang akan dicapai, 3. perencanaan melibatkan orang ke dalam suatu proses menentukan dan menemukan masa depan yang diinginkan, 4. perencanaan mengarahkan bagaimana dan kapan tindakan akan diambil serta siapa yang terlibat, perencanaan melibatkan semua kegiatan yang akan dilalui, 5. meliputi kemungkinan keberhasilan, sumber yang digunakan, kemungkinan resiko, faktor pendukung dan penghambat, 6. perencanaan berkaitan dengan penentuan prioritas, urutan tindakan yang akan dilakukan, prioritas ditetapkan berdasarkan urutan kepentingan, relevansi, tujuan yang akan dicapai, sumber

Page 105: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

138

yang tersedia dan hambatan yang mungkin ditemui, 7. perencanaan sebagai titik awal dan arah pengorganisasian, penggerakan, pembinaan, penilaian dan pengembangan.

Di dalam merencanakan program pembelajaran salah satu faktor yang dapat

meningkatakan efisiensi dan efektivitas pembelajaran adalah memperhatikan prinsip-

prinsip perencanaan program. London (1967:66) mengemukakan bahwa setidaknya

ada lima prinsip dan tahap perencanaan program pembelajaran, yaitu "(1)

menentukan kebutuhan belajar, (2) melibatkan warga belajar di dalam perencanaan,

(3) merumuskan tujuan yang jelas, (4) membuat rencana program, (5) membuat

sistem evaluasi" Sedangakan Darkenwald dan Memain (1982:16) mengemukakan

prinsip perencanaan pembelajaran sebagai berikut. "(1) memperkirakan kebutuhan

belajar, (2). menetapkan tujuan, (3) memilih aktivitas dan sumber belajar, (4)

membuat dan melaksanakan keputusan yang sesuai dengan aktivitas dan tempat

belajar, (5) mengevaluasi hasil."

Memperkirakan kebutuhan belajar, jenis dan ragam belajar yang dibutuhkan

perserta didik diidentifikasi berdasarkan informasi yang didapat dari peserta didik,

kemudian ditentukan program prioritas dengan mempertimbangkan sarana,

prasarana, sumber, dan lain-lain. Menentukan tujuan, tujuan dibuat spesifik dalam

bentuk perilaku yang dapat diukur. Memilih aktivitas dan sumber belajar, jenis dan

ragam aktivitas pembelajaran ditentukan berdasarkan sarana dan prasarana yang ada,

pemilihan materi pembeljaran, kemampuan pendidik, metode, strategi, prosedur,

teknik, dan alat yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu perlu

dipertimbangkan juga, jumlah perserta didik, waktu dan dana yang tersedia. Membuat

dan melaksanakan keputusan yang sesuai dengan aktivitas dan tempat belajar.

Keputusan dan pelaksana-an program pembelajaran disesuaikan dengan aktivitas

Page 106: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

139

yang direncanakan dan tempat belajar yang ada. Mengevaluasi hasil. Setelah program

dilaksanakan, evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui hasil pembelajaran yang

telah dilakukan baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil yang dilakukan melalui

evaluasi formatif dan sumatif. Hasil evaluasi dan esestnen dijadikan kontrol

pembelajaran yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

Sukartawi, dkk. (1995: 2-3) mengemukakan bahwa program pembelajaran

adalah suatu program yang disusun secara logis dan sistematis oleh pendidik atau

instruktur untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Atas dasar pengertian tersebut

mereka menyatakan bahwa program pembelajaran perlu: diidentifikasikan,

dikembangkan, dievaluasi, dan direvisi. Pada tahap identifikasi diperlukan langkah-

langkah sebagai berikut: mengidentifikasikan kebutuhan program pembelajaran,

melaksanakan analisa program pembelajaran, dan mengidentifikasikan perilaku dan

karakteristik awal dari siswa. Pada tahap mengembangkan, kegiatan pembuatan

program dapat diklasifikasikan menjadi empat tahapan yaitu: menuliskan tujuan-

tujuan program pembelajaran, menuliskan tes acuan patokan, menyusun strategi

program pembelajaran, mengembangkan bahan pembelajaran.' Sedangkan pada tahap

evaluasi dan revisi, kegiatan pendidik/tutor perlu menyusun program dan

melaksanakan evaluasi formatif.

Di dalam program pembelajaran terdapat tiga bagian utama yaitu: program

pengorgnisasian bahan ajar, program penyajian pengajaran, dan program evaluasi

hasil pembelajaran.

Mengorganisasikan bahan ajar. Kegiatan ini dimulai dengan memilih dan

menetapkan bahan ajar yang sesuai dan mampu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Bahan ajar tersebut tentunya terdiri dari serangkaian pokok-pokok bahasan yang

Page 107: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

140

harus ditata urutannya dan saling berkaitan antara satu dengan yang lain. Dalam

memilih pokok-pokok bahan ajar tersebut, tentunya telah diketahui kegunaan dan

tujuan pada setiap pokok bahasan, yang pada dasarnya setiap tujuan pembelajaran

pokok bahasan dituju-kan untuk menunjang tercapainya tujuan bidang studi. Pokok-

pokok bahasan yang telah dipilih tersebut perlu dijabarkan menjadi sub-sub pokok

bahasan sehingga dapat digunakan untuk menetapkan sasaran-sasaran belajar yaitu

gambaran kemampuan anak didik yang bisa diamati dan diukur. Memprogram/

merancang penyajian bahan ajar. Dalam kegiatan ini pendidik mengidentfikasi

karakteristik anak didik, kondisi dan lingkungan pemeblajaran untuk dapat memilih

dan menetapkan kegiatan belajar serta membelajarkan anak didik. Dalam kegiatan

pembelajaran ini penting sekali pendidik/tutor memikirkan strategi, prosedur dan

teknik kegiatan yang perlu dilakukan agar sasaran-sasaran belajar siswa dapat

tercapai secara efektif dan efisien. Hasil dari kegiatan ini adalah rancangan/program,

cara mengajar, media serta waktu yang dipergunakan dalam menyajikan bahan ajar

agar sasaran belajar dapat tercapai secara efektif dan efisien. Program evaluasi hasil

pembelajaran. Dalam kegiatan ini pendidik atau tutor menentukan kreteria untuk

dapat mengamati, mengukur ketercapaian sasaran belajar, serta menentukan metode

dan teknik serta alat yang tepat untuk melakukan pengamatan dan pengukuran

sasaran belajar.

H. METODE PEMBINAAN

Metode pembinaan adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam proses

pembinaan (Sahertian, 1994: 102). Atas dasar difinisi ini maka metode pembinaan

perilaku yang diterapkan oleh pembina Kopsis adalah langkah-langkah yang

Page 108: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

141

ditempuh oleh pembina Kopsis dalam upaya membina perilaku siswa yang meliputi

faktor-faktor kognisi, persepsi, motivasi dan sikap. Upaya pembinaan perilaku ini

dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas partisipasi siswa dalam Kopsis, baik

partisipasi kontributif maupun partisipasi insentif.

Dengan memperhatikan penerapan metode pembinaan perilaku yang

diterapkan oleh pembina, maka dapat dilihat perilaku pembina dalam upaya

meningkatkan partisipasi siswa dalam Kopsis.

Menurut Glickman (1981: 5) dan Sahertian (1994: 102) ada tiga metode

utama pembinaan yang diterapkan oleh pembina dalam membina perilaku individu:

metode direktif, non direktif dan kolaboratif. Lebih lanjut Glickman menambahakan

satu metode pembinaan yang disebut metode ekiektif. Pemakaian metode pembinaan

direktif mendasarkan pada psikologi behavioristik. Psikologi ini berasumsi bahwa

perkembangan individu ditentukan oleh faktor eksternal. Perilaku pembina yang

menerapkan metode ini lebih bersifat menggurui. Dalam praktiknya pembina meng-

ambil langkah-langkah (mungkin urutannya relatif bervariasi): pembina menjelaskan

atau mungkin menanyakan permasalahan yang dihadapi subjek binaan untuk mem-

peroleh konfirmasi atau revisi, atas dasar informasi yang diperoleh pembina

menyajikan ide pemecahannya, atas dasar analisa data yang diperoleh pembina

mengarahkan tindakan yang perlu dilakukan, memberi contoh tindakan, menetapkan

tolok ukur yang perlu dicapai, memberikan penguatan dengan insentif tertentu.

Metode pembinaan non direktif mendasarkan pada psikologi humanistik. Psikologi

ini berasumsi bahwa perkembangan sesorang ditentukan oleh faktor internal. Perilaku

pembina yang menerapkan metode ini lebih banyak bersifat memberikan kesempatan

subjek binaan untuk mengungkapkan diri tentang apa yang dihadapi dan dibutuhkan

Page 109: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

142

sehingga pembina dapat membaca apa yang dibutuhkan dan dimauinya. Dalam

praktiknya ia melakukan langkah-langkah: mendengarkan permasalahan yang

dihadapi oleh subjek binaan dengan penuh perhatian, membesarkan hati kepada

subjek binaan agar mengalisa lebih lanjut atas masalah yang dihadapi, menjelaskan

permasalahan dengan cara melakukan paraprase dan pertanyaan kepada subjek

binaan, apabila subjek binaan meminta saran pembina menawarkan beberapa

alternatif, kemudian pembina mengan-jurkan subjek binaan untuk memutuskan

sendiri rencana atau pemecahan masalah yang ingin dilakukan. Metode pembinaan

kolaboratif mendasarkan pada psikologi kognitif. Psikologi ini berasumsi bahwa

perkembangan sesorang merupakan hasil perpaduan antara perkembangan individual

dan pengaruh ekteraal atau lingkungan. Perilaku pembina lebih berusaha untuk

memperoleh persetujuan antara pemikiran pembina dan subjek binaan. Dalam

praktiknya pembina mengambil langkah-langkah: pembina mendengarkan

permasalahan yang dihadapi subjek binaan, pembina meminta subjek binaan untuk

menyajikan persepsi masalah-masalah yang perlu diperbaiki, pembina menyajikan

persepsi terhadap masalah-masalah yang perlu diperbaiki, pembina dan subjek binaan

menyajikan alternatif-alternatif tindakan pemecahan masalah, pembina dan subjek

binaan berdiskusi dan bernegosiasi untuk memperoleh persetujuan rencana dan

pelaksanaan pemecahan masalah. Sedangkan metode pembinaan eklektif adalah

metode yang tidak mendasarkan pada suatu faham psikologi tertentu tetapi metode

ini lebih mendasarkan pada pemikiran bahwa pelaksanaan pembinaan perlu

disesuaikan dengan situasi dan kondisi subjek binaan yang akan dibina, tingkat

kebutuhan subjek binaan, tingkat komitmen, kemampuan berfikir abstrak dan tujuan

yang ingin dicapai.

Page 110: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

143

Proses belajar merupakan proses bertahap, pengetahuan prerekuisit

sebelumnya menentukan perkembangan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan

selajutnya (Gagne and Briggs, 1977; 1979; Gagne, Briggs & Wager, 1988).

Glickman (1981: 40) mengemukan bahwa proses pembelajaran dan pembinaan perlu

disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, kemampuan dan karakteristik anak. Taraf

kemampuan dan peng-alaman kelompok individu ada yang berkategori rendah,

sedang dan tinggi. Ia juga mengemukakan bahwa para individu yang berkemampuan

rendah lebih baik dibina dengan menggunakan metode direktif, mereka yang

berkemampuan sedang dibina dengan metode kolaboratif dan eklektif, dan mereka

yang berkemam-puan tinggi dibina dengan menggunakan metode non direktif atau

delegatif dan eklektif.

Dengan memperhatikan teori partisipasi dalam koperasi dan manfaat

koperasi, teori perilaku, teori pendidikan pembelajaran, dan metode pembinaan

tersebut, maka agar efektivitas partisipasi para siswa dalam berkoperasi meningkat,

pembina Kopsis (termasuk guru koperasi) perlu menyusun program-program (baik

yang langsung berkaitan dengan pelajaran koperasi dalam kelas maupun kegiatan-

kegiatan lain yang ada di luar kelas) yang memungkinkan para siswa memiliki

tingkat kesadaran berkoperasi yang tinggi baik dari segi persepsi, pengetahuan,

motivasi maupun sikap. Kesadaran yang diharapkan adalah kesadaran sampai pada

taraf transformasi dan rekonstruksi koperasinya, yaitu kemauan bertindak untuk

menginventarisir masalah, menganalisa masalah secara sistemik, mencari alternatif

pemecahan dan mengim-plementasikan alternatif pemecahan yang dipilih dalam

praktik berkoperasi.

Page 111: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

144

Selain itu perkembangan Kopsis berbeda-beda ada yang ada pada tahap

pembentukan, konsolidasi dan pengembangan. Taraf kemampuan dan ketrampilan

berkoperasi pada masing-masing tahappun berbeda-beda, ada yang berada dalam

taraf mulai belajar, telah memiliki dasar-dasar kemampuan dan ketrampilan

berkoperasi dan ada yang telah memiliki kemampuan yang memadai dan sangat

trampil dalam menjalankan Kopsis. Dalam kaitan ini pembina dan para guru akan

lebih berhasil dalam mencapai sasarannya apabila dalam melakukan pembelajaran

dan pembinaan meneyesuaikan diri dengan tingkat kemampuan, kebutuhan dan

harapan para siswa.

Hustrai Model Pemikiran Penelitian

Berdasarkan keseluruhan kajian pustaka tersebut, dapat dilihat hubungan-

hubungan antar variabel dalam kerangka 1cybemitic model' (Lihat gambar 9).

Pada kerangka ini dapat dilihat mana yang menjadi variabel 'effector,

detector, dan selector. Sebagai input atau effector adalah para siswa, guru & pembina

koperasi, program pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi, media

pembelajaran (material), situasi (lingkungan sekolah, kepala sekolah, fasilitas

sekolah, orang tua dsb ). Sedangkan yang menjadi detector dalam penelitian ini

adalah partisipasi, manfaat koperasi, dan perkembangan koperasi. Dan yang menjadi

selector adalah tingkat partisipasi, tingkat manfaat, dan tingkat perkembangan

Kopsis.

Selain kerangka 'Cybernetic model', juga dapat diilustrasikan kerangka

pemikiran penelitian tentang model pembelajaran dan pemibinaan siswa dalam

berkoperasi untuk meningkatkan partisipasi siswa, manfaat dan pengembangan

Kopsis. (Lihat gambar 10).

Page 112: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

145

INPUT (Effector)

siswa

Kcpsek, Guru, pembina Kopsis dan

( lembaga terkait

Program pembelajaran dan pembinaan kop. ->

Media pembelajaran

situasi

Transaction. Pelaskanaan

pembinaan dan pembelajaran siswa dalam

^berkoperasi

Out Comes (Detector) Partisipasi siswa, manfaat

' kop. bagi siswa & perkemb. kop. Sek.

Selector fKreteria Pertimbangan)

EfFectivitas Partisipasi: magical conforming stage, naive reforming stage, Critical ctranforming stage.

S a n Manfaat Vtvpgrasi.: Ekonomi & non ekonomi.

Perkemb. Koperasi.: (pembentukan, pertumbuhan, pematangan X pemantapan

Gambar 9: Cybernetic model dalam pembelajaran dan peningkatan partisipasi siswa, manfaat koperasi bagi siswa, dan perkembangan koperasi.

Pemda Tingkat II melakukan koodinasi dengan Departemen Koperasi Tingkat

II dan departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat II mengadakan koordinasi

untuk menyusun langkah-langkah nyata pembinaan, pengembangan dan pemecahan

permasalahan yang dihadapi Kopsis di wilayahnya. Selain itu mereka memiliki

tanggung jawab untuk mengadakan pembinaan kontrol dan monitoring pelaksanaan

kegiatan Kopsis di setiap sekolah. Kepala sekolah sebagai pembina dan sebagai

penanggung jawab terlaksananya pemeblajaran dan pembinaan perilaku siswa berko-

perasi dan pengembangan Kopsis bertanggung jawab atas terciptanya budaya yang

ditunjuk dan kepala sekolah) mengadakan kerja sama menyususun program

pembinaan perilaku siswa dalam berkoperasi. Atas dasar arah program tersebut,

guru/pendidik koperasi menyusun program pembelajaran dalam kelas yaitu program

pembelajaran yang memungkinkan para siswa menginventarisir, menganilisa secara

Page 113: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

146

Program Pembelajaran Koperasi dalam Kelas

Program pembel. yang memungkinkan siswa: menginventarisir, menganalisa secara sistemik , mencari alternatif pemecah-an, melelapkan & menerapkan alter-natif pemecahan masalah (di Kop.) serta feed baek.

Model: terpadu dlm & luar kelas Metode: hadap masalah, diskove-

ri, inkuiri, ket proses, dan social learning.

Program Pembm Perilaku

siswa berkop

Program Pembel & Pemb 'm di Luar Kelas

Pengarahan siswa, pembinaan, pelatihan perangkat org. kop, pembinaan lembaga terkait, fcerjasama antar guru, siswa, dan badan usaha lain. Model: terpadu dalam & luar kls Met. Pembin: beri kesempatan

siswa aktif (non direklif, colaboratifdan eklektif), kontr & monitoring scr. kontinyu

Met Pembel: directed discovery, social learning & pure dicovery (sesuai tingkat kemanp & ket. Siswa)

Melasanakan Program Pembel dalam Kelas

PembI APembin Perilaku Siswa dalam berkoperasi

Anggota; Persepsi Kognisi Motivasi Sikap

Pengurus: Persepsi Kognisi Motivasi Sikap

Efektivitas Partisipasi'. Magical conforming stage? Naive reforming stage? Criticat transfonning stage?

Taraf Perkembangan Kopsis:

pembentukan? Kosolidasi?

-evaluasi & feedback y P^b^? K - — * i

Gambar 10: Kerangka Pemikiran Penelitian Model Integratif Pembelajaran dan Pembinaan Kopsis Untuk Meningkatkan Partisipasi, Rasa Manfaat dan Perkembangan Kopsis.

—H

Page 114: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

147

terhadap 7. i y : saling mempengaruhi -• berpengaruh terhadap 8. ^ .evaluasi!feedback

Keterangan:

1. 4 y; Koordinasi/keija sama 5. : memperhatikan 2. f: membuat/melalaikan 6. . berdasarkan 3 _ 4. — 5. — m e m b i n a , mengontrol

dan memonitor

oragnisasi dan lingkungan yang kondusif bagi tercapainya tujuan dan fungsi

penyelenggaraan Kopsis. Guru/pendidik koperasi dan pembina Kopsis sekolah (guru

sistemik, mencari alternatif pemecahan, menetapkan dan menerapkan alternatif

pemecahan masalah itu dalam Kopsis yang selanjutnya dilakukan feedback.

Untuk mecapai ini guru perlu menggunakan model pembelajaran secara

terpadu antara proses pembelajaran dalam kelas dan luar kelas dengan pendekatan

pembel-ajaran siswa aktif. Dalam pendekatan ini guru perlu lebih mengutamakan

penerapan metode hadap masalah, diskoveri, inkuiri, ketrampilan proses dan social

learning dalam proses pembelajarannya. Atas dasar arah program pembinaan

perilaku siswa yang telah dirumus-kan bersama, pembina Kopsis menyusun program

pembinaan di luar kelas. Program ini mencakup pemberian pengarahan siswa,

penataran anggota, pelatihan perangkat organisasi Kopsis, kerjasama antar guru dan

staf sekolah, kerjasama dengan lembaga terkait, badan usaha dan lembaga lain. Agar

program ini bisa terlaksana, pembina Kopsis perlu melaksanakan model pembinaan

secara integratif dengan semua fihak dan program lain yang terkait. Dalam proses

pelaksanaan pembinaan, pembina koperasi dapat menggunakan metode direkttf, non

direktif, colaboratif dan eklektif.

Atas dasar program yang dibuat, guru/pendidik koperasi melaksanakan pro-

gram pembelajaran dalam kelas dan pembina Kopsis melaksanakan program

Page 115: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

148

pembinaan di luar kelas. Aktivitas guru/pendidik koperasi dan pembina Kopsis secara

bersama-sama diarahkan ke arah membina perilaku siswa yang mencakup aspek

persepsi, kognisi, motivasi dan sikap. Melalui pem-binaan perilaku siswa dalam

berkoperasi ini diharpakan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam Kopsis,

manfaat Kopsis bagi siswa, dan perkembangan Kopsis. Selain itu dalam waktu yang

bersamaan guru berpartisipasi membantu membina perilaku siswa dalam berkoperasi.

Setelah melaksanakan program, guru/pendidik koperasi dan pembina Kopsis

melakukan evaluasi dan feedback. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat pada tingkat

mana partisipasi siswa (magical conforming stage, natve reforming stage atau critical

transforming stage), seperti apa manfaat koperasi bagi siswa baik secara ekonomi

maupun non ekonomi, dan pada taraf mana perkembangan koperasinya (pembentuk-

an, pertumbuhan, pematangan atau pemantapan). Dalam melakukan feedback guru

dan pembina Kopsis dapat memeriksa pelaksanaan program, pembuatan program dan

komitmen mereka sendiri terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

I. APLIKASI MODEL, METODE DAN PERENCNAAN PEMBELAJARAN

SERTA PEMBINAAN SISWA DALAM BERKOPERASI

Berdasarkan teori pembelajaran dan pembinaan siswa dalam berkoperasi

tersebut maka dapat diambil inti-intinya sebagai berikut: model pembelajaran dan

pembinaan siswa dalam berkoperasi secara keseluruhan akan fungsional bila

diterapkan model pembelajaran dan pembinaan secara terpadu dengan menggunakan

pendekatan belajar siswa aktif. Artinya kepala sekolah, guru ekonomi dan pembina

Kopsis dalam menyususun program dan melakukan pembelajaran siswa pembinaan

siswa dalam berkoperasi perlu saling berkoordinasi tentang apa materinya dan

Page 116: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

149

bagaimana membelajarkan dan membinanya serta bagaimana memanfaatkan Kopsis

sebagai media pembelajaran dan pembinaan yang memungkinkan siswa aktif dalam

proses belajar.

Para guru ekonomi dalam melaksanakan pembelajaran dan pembinaan siswa

dalam berkoperasi di kelas perlu memanfaatkan Kopsis dan lembaga usaha lain

sebagai media pembelajaran materi-materi ekonomi yang berkaitan dengan masalah

koperasi. Strategi pembelajaran yang perlu diterapkan adalah setelah menyajikan

teori-teori atau konsep ekonomi dan koperasi, guru membuka permasalahan tentang

bagaimana penerapan dan hasil-hasilnya atas teori atau konsep yang telah dipelajari

itu di dalam Kopsis, siswa disuruh mengamati dan mengecek penerapannya serta

bagaimana hasilnya, mengapa itu terjadi demikian, para siswa disuruh mendiskusikan

hal tersebut dalam kelompok dan melaporkan serta mendiskusikan hasilnya di kelas,

selanjutnya para siswa dianjurkan mendiskusikan tentang saran-saran apa yang perlu

diterapkan di Kopsis. Pada kesempatan yang lain guru menyuruh para siswanya

mengevaluasi hasil penerapan atas saran-saran yang mereka berikan.

Bagi para pembina dalam menerapkan pembelajaran dan pembinaan perlu

memperhatikan tahap mana perkembangan Kopsis yang ada di sekolahnya dan

tingkat kemampuan dan ketrampilan para siswa. Hal ini disebabkan tahap

perkembangan koperasi yang berbeda menunjukkan tingkat pengetahuan,

kemampuan, ketrampilan dan pengalaman para siswa dalam berkoperasi secara

berebeda. Proses pembelajaran dan pembinaan perlu disesuaikan dengan tingkat

kebutuhan, kemampuan dan karakteristik anak. (Glickman,1981: 40) Proses belajar

merupakan proses bertahap, pengetahuan prerekuisit sebelumnya menentukan

perkembangan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan selajutnya (Gagne and

Page 117: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

150

Briggs, 1977; 1979; Gagne, Briggs & Wager, 1988). Taraf kemampuan dan

pengalaman kelompok individu ada yang masih berkategori rendah, sedang dan

tinggi, dan secara berurutan akan lebih tepat dibina secara direktif, colaboratif dan

non direktif (delegatif) dan eklektif. Sehubungan dengan pendekatan penerapan

CBSA yang variatif sifatnya, agar lebih serasi dengan taraf kemampuan para individu

dalam Kopsis dan tahap perkembanagn Kopsis, maka Kopsis yang bertahap

pembentukan akan lebih tepat apabila para anggota Kopsis dibelajarkan dengan

menggunakan metode social learning dan dibina secara direktif. Kopsis yang

bertahap Konsolidasi dibelajarkan dengan menggunakan directed dicovery-inquiry

dan dibina secara kolaboratif. Sedangkan Kopsis yang telah bertahap pengembangan

dibelajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran secara pure dicovery-

inquiry dan dibina secara delegatif (non-direktif)

J. DEFINISI OPERATIONAL

1. Model Pembelajaran Koperasi

Menurut Cole dan Chan (1994: 4) model pembelajaran merupakan

serangkaian ide-ide atau proposisi-proposisi dari suatu pemikiran yang abstrak yang

dapat digunakan untuk membimbing metode-metode, memilih prinsip-prinsip dan

mengambil keputusan praktis. Model mencakup di dalamnya gambaran prinsip-

prinsip, metode, strategi, prosedur dan teknik yang dapat dilakukan. Menurut

Reigluth (1983: 21) model pembelajaran merupakan serangkaian komponen strategi

yang terpadu, seperti dalam pengurutan bahan ajar, penggunaan ikhtisar dan

ringkasan, penggunaan contoh, pelaksanaan praktik, penerapan strategi-strategi yang

berbeda-beda dalam memotivasi siswa. Pembelajaran merupakan serangkaian

aktivitas yang dilakukan oleh pendidik atau tutor yang bertujuan untuk membantu

Page 118: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

151

dan membina atau memepermudah proses belajar subjek belajar atau siswa. Koperasi

yang dimaksudkan dalam penelitian ini mencakup dua penegrtian: (a) koperasi dalam

arti bagian mata pelajaran ekonomi yang membicarakan tentang dunia usaha dalam

bentuk keija sama ekonomi yang mementingkan kepentingan anggota, dan (b)

koperasi dalam arti Kopsis yang berfungsi sebagai organisasi ekonomi siswa, lab

ekonomi dan lab pembinan kepribadian siswa, termasuk dalam pengembangan dan

penanaman langsung nilai-nilai kehidupan ekonomi yang bersifat demokratis (Ditjen

Dikdasmen, 1991). Oleh karena itu model pernbel-ajaran koperasi adalah serangkaian

ide-ide atau proposisi-proposisi pemikiran yang bersifat abstrak yang dapat

digunakan untuk membimbing dan memilih prinsip-prinsip, metode, strategi,

prosedur dan teknik, pengurutan bahan ajar, penggunaan contoh, pelaksanaan

praktik, pemberian tugas, dan pengambilan keputusan tentang berbagai aktivitas

yang perlu dilakukan pendidik atau tutor dalam membantu dan membina atau

mempermudah proses belajar peserta didik dalam bidang perkoperasian, baik belajar

koperasi yang dilakukan di dalam kelas maupun belajar koperasi yang dilakukan di

luar kelas Dengan pengertian tersebut model pembelajaran koperasi yang

dimaksudkan dalam penelitian ini adalah serangkaian ide-ide yang abstrak yang

membimbing dan memilih prinsip-prinsip, metode, strategi, prosedur dan teknik yang

dilakukan secara terpadu antara belajar koperasi di dalam kelas dengan belajar

koperasi di luar kelas.

2. Metode Pembinaan Perilaku.

Metode pembinaan adalah langkah-langkah yang ditempuh dalam proses

pembina-an (Sahertian, 1994:102). Sedangkan perilaku memiliki empat unsur yaitu

persepsi, kognisi, motivasi dan sikap. Dari macamnya Glickman (1981: 5) menggo-

Page 119: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

152

longkan. 4 macam metode yang mungkin dapat diterapkan dalam upaya pembinaan

perilaku, yaitu metode direktif, non-direktif, kolaboratif dan eklektif. Atas dasar

pengertian ini maka metode pembinaan perilaku yang dimaksudkan dalam penelitian

ini adalah adalah langkah-langkah yang ditempuh oleh pembina Kopsis dalam upaya

membina persepsi, kognisi, motivasi dan sikap siswa dalam berkoperasi, apakah ia

cenderung menggunakan metode direktif, non-direktif, colaboratif atau eklektif.

3. Pembina Kopsis

Pembina Kopsis adalah orang yang tugasnya melakukan pembinaan Kopsis

yaitu membimbing dan mengawasi terhadap jalannya kegiatan Kopsis. Pada tingkat

Sekolah Lanjutan Atas yang dimaksudkan pembina Kopsis adalah guru bidang studi

ekonomi/pengelolaan usaha dan atau guru lain yang ditunjuk serta memiliki penge-

tahuan perkoperasiaan sebagai Guru Pembina OSIS yang mendampingi

kewirausahaan/ perkoperasiaan (Petunjuk Pelaksnaan Kopsis Ditjen Depdikbud,

1991:3-4).

4. Perilaku Siswa (Sebagai Anggota dan Pengurus)

Dengan pembinaan diharapkan para siswa terjadi perubahan persepsi dan

sikap negatif ke arah persepsi dan sikap yang positif peserta didik terhadap koperasi,

serta meningkatnya kognisi dan motivasi peserta didik terhadap koperasi.

Persepsi adalah suatu proses seleksi, mengorganisir dan memberikan makna

oleh individu terhadap kesan-kesan yang ada di lingkungannya. Yang dimaksudkan

persepsi positif dalam penelitian ini adalah pemberian makna terhadap Kopsis dan

perlengkapan organisasinya secara positif. Sedangkan persepsi negatif adalah

pemberi-an makna terhadap koperasi secara negatif. Pemberian makna ini meliputi

pemberian makna terhadap koperasi dari segi manfaat, pelayanan, kegiatan yang

Page 120: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

153

dilakukan, perkembangan, pelaksanaan rapat anggota, pembina, pengurus dan

pengawas koperasi serta pelajaran koperasi.

Sikap adalah pernyataan evaluatif tentang sesuatu objek, orang atau peristiwa

yang dinyatakan dengan perasaan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

(Robbins, 1996: 180), Yang dimaksudkan sikap positif dalam penelitian ini adalah

pernyataan evaluatif dari para siswa terhadap koperasinya secara positif. Sedangkan

sikap negatif terhadap koperasi adalah pernyataan evaluatif secara negatif terhadap

koperasi. Sikap mengandung tiga komponen yaitu sikap kognitif, sikap perasaan, dan

sikap kecenderungan bertindak.

Komponen pertama akan mencakup semua pemahaman siswa yang bersifat

evaluatif terhadap kegiatan dan kehidupan koperasi yang sedang berjalan.

Pemahaman ini akan mencakup: a. segi manfaat: apakah Kopsis memberikan manfaat

kepada dirinya atau tidak, menguntungkan atau tidak menguntungkan; b. segi

pelayanan: apakah koperasi sudah mampu memberikan pelayanan sesuai dengan

harapan dari keputusan rapat anggota baik dari segi kecepatan pelayanan, kualitas

barang, harga barang, macam barang, penampilan petugas maupun penerimaan

aduan; c. perlengkap-an organisasi Kopsis (pengurus, pembina, rapat anggota,

pengawas). Pengurus: apakah mereka dapat dipercaya atau tidak, apakah mereka

telah menjalankan hasil-hasil kepu-tusan rapat anggota atau belum, pembina: apakah

pembina meberikan pembinaan sesuai dengan harapannya; rapat anggota: apakah

panitia rapat telah menyiapkan persoalan-persoalan yang perlu dipecahkan dalam

rapat, apakah pelaksanaan rapat didominasi oleh panitia atau tidak; pengawas :

apakah pengawas telah menjalankan hak dan kewajibannya sebagai pengawas, d..

segi kegiatan: apakah koperasi telah banyak menyelenggarakan kegiatan yang

Page 121: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

154

bermanfaat bagi pengembangan anggota atau tidak, seperti trainng kepengurusan dan

pengelolaan koperasi, mengundang tenaga ahli untuk memberikan penataran; e. segi

perkembangan: apakah koperasi berkembang atau mengalami kemajuan atau tidak.

Komponen kedua berkenaan dengan perasaan senang dan tidak senang, suka

dan tidak suka terhadap koperasi: mencakup segi manfaat, pelayanan, kegiatan yang

dilakukan, perkembangan, pelaksanaan rapat anggota, pembina, pengurus dan

pengawas koperasi.

Komponen ketiga berkaitan dengan kecenderungan atau kemauan individu

untuk bertindak membantu, acuh tak acuh atau justru menghalangi kelancaran

penyelenggaraan koperasi: baik dari segi pelayanan, kegiatan, pengembangan,

pelaksanaan rapat anggota maupun promosi koperasi.

Kognisi adalah banyaknya pengetahuan yang tersimpan di dalam otak seseo-

rang (Bloom, 1956:28). Tingkat pengetahuan para siswa tentang koperasi akan dilihat

dari aspek hakekat, tujuan, fungsi koperasi, azas-azas koperasi, hak dan kewajiban

anggota serta mekanisme kerja koperasi (khususnya Kopsis) serta berdasarkan

prestasi hasil belajar yang berupa nilai yang diberikan oleh guru bidang ekonomi

koperasi.

Motivasi merupakan energi atau daya pendorong seseorang untuk berbuat

atau bertingkah laku. Yang dimaksudkan motivasi dalam penelitian ini adalah daya

pendo-rong atau semangat individual siswa untuk belajar dan berpartisipasi dalam

koperasi, baik partisipasi dalam perannya sebagai pemilik dan pelanggan. Sebagai

pemilik para siswa bersemangat memberikan kontribusi secara aktif dalam

pembentukan dan perkembangan koperasi dalam bentuk kontribusi keuangan.

Sebagai anggota para siswa ikut aktif mengambil bagian dalam hal penetapan tujuan,

Page 122: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

155

pembuatan keputusan dan dalam proses pengawasan tata kehidupan koperasi.

Sedangkan dalam perannya sebagai pelanggan/pemakai, para siswa memanfaatkan

berbagai potensi yang disediakan oleh koperasi dalam menunjang kepentingannya.

5. Program Pembelajaran

Program pembelajaran merupakan suatu rancangan pengalaman pendidikan

yang disusun agar dapat dipelajari para siswa mungkin di dalam kelas, luar kelas atau

bahkan mungkin dapat dipelajari di luar sekolah (Good and Mackel, 1956: 449). Atas

dasar pengertian tersebut maka yang dimaksudkan dengan program pembelajaran

koperasi dalam penelitian ini adalah rancangan pengalaman pendidikan koperasi

yang akan diberikan kepada para siswa baik yang dipelajari di dalam kelas maupun di

luar kelas. Pendeknya program pembelajaran koperasi yang ingin digali dalam

penelitian ini mencakup program pembelajaran koperasi dalam kelas dan luar kelas.

Program pembelajaran dalam kelas adalah suatu rancanagan pembelajaran yang

disusun secara logis-sistematis oleh pendidik untuk meningkatkan hasil pembelajaran

(Sukartawi, dkk, 1995:15). Program pembelajaran ini lebih menekankan pada hasil

pembelajaran yang lebih bersifat konseptual teoritis. Program pembelajaran ini

mencakup: pengorganiasian bahan ajar, penyajian pembelajaran, dan evaluasi hasil

pembelajaran. Sedangkan program pembelajaran koperasi di luar kelas merupakan

prgram pembelajaran yang lebih bersifat praktis yang dirancang dan dilakukan oleh

guru dan pembina koperasi dalam rangka meningkatkan atau menunjang pencapaian

tujuan pembelajaran di dalam kelas dan pencapaian tujuan dan fungsi Kopsis. Lebih

sederhananya, program ini merupakan program yang diarahkan pada pemikiran

bagaimana Kopsis itu dapat berkembang dan benar-benar dapat difungsikan sebagai

laboratorium ekonomi (koperasi) di sekolah dan organisasi ekonomi siswa. Program

Page 123: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

156

ini mencakup: analisa kondisi koperasi pengarahan siswa baru, training anggota,

manajer dan karyawan serta training pengurus, keijasama dengan lembaga lain,

keijasama antara kepala sekolah, guru, pembina koperasi dan adminstrasi sekolah,

praktik koperasi, cara membina perilaku siswa: peningkatan pesepsi, pengetahuan

(wawasan), motivasi dan sikap siswa terhadap koperasi.

6. Hasil yang Dicapai

Hasil yang dicapai atau hasil belajar riil yang dimaksudkan dalam penelitian

ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam koperasi yang mencakup manfaat

koperasi yang dirasakan siswa, efektivitas partisipasi siswa dalam koperasi, dan

perkembangan Kopsis dengan model pembelajaran dan metode pembinaan perilaku

yang diterapkan oleh para guru dan pembina koperasi.

Manfaat koperasi adalah tingkat keuntungan yang dirasakan oleh para

anggota (siswa) Kopsis baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi.

Efektivitas partisipasi siswa (Anggota). Steers (1985:46) mengemukakan

bahwa efektivitas adalah tingkatan sejauh mana organisasi melakukan seluruh tugas

pokoknya atau mencapai sasaran. Pendapat yang senada juga dikemukakan oleh

Hidayat (1986:3) bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa

target (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai. Sedangkan Partisipasi adalah keter-

libatan mental dan perasaan sesorang di dalam situasi kelompok untuk memberikan

kontribusi dan bersama-sama bertanggung jawab atas tercapainya tujuan kelompok

(Davis, 1981: 176) Berdasarkan pendapat tersebut yang dimaksudkan efektivitas

parti-sipasi dalam penelitian ini adalah tingkatan sampai seberapa jauh anggota

melibatakan diri dalam Kopsis, memanfaatkan insentif yang diberikan oleh koperasi,

menyumbangkan fikiran, tenaga, dan biaya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan

koperasi.

Page 124: 34 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. DASAR DAN FUNGSI KOPSIS ...

157

Dari pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud efektivitas

partisipasi anggota Kopsis adalah tingkatan sampai seberapa jauh anggota

melibatakan diri dalam Kopsis, memanfaatkan insentif yang diberikan oleh koperasi,

menyumbang-kan fikiran, tenaga, dan biaya dalam mendukung pelaksanaan kegiatan

koperasi.

Sedangkan data tentang tingkat partisipasi siswa akan dilihat berdasarkan

pada tingkat-tingkat partisipasi yang dikemukakan oleh Freire (1972:1-48) dan

Alschuler (1980: 13). Mereka menggolongkan tingkatan partisipasi sesorang ke

dalam 3 (tiga) tingkatan:

a. The magical conforming stage. pada tingkatan ini orang memiliki perspektif

bahwa sistuasi yang ada di lingkungannya dirasakan sebagai sesuatu yang sudah

tidak bisa diubah dan sangat kecil sekali kemungkinnya untuk mampu

mengubahnya. Ia lebih suka menyerah terhadap keadaan, merasa tak berdaya

untuk berbuat, berjiwa fatalism, masa bodoh dan tak mau melakukan tindakan

untuk berbuat.

b. Na'ive reforming stage. pada tingkatan ini orang sudah timbul keinginan mencoba

dan mencoba untuk memperbaiki keadaan. Ia memandang bahwa system

lingkung-an dapat diterima, dan tanggung jawab perubahan adalah ada pada

individu masing-masing. Ia merasa bahwa yang penting dirinya telah berbuat

sesuai dengan system yang ada.

c. The critical transforming stage: individu mulai menganalisa budaya dan struktur

sosial atau system lingkungan yang ada secara kritis dan berpartisipasi secara

aktif untuk melakukan rekonstruksi terhadap system yang ada atau melakukan

tindakan-tindakan pemecahan masalah yang dihadapi secara bersama-sama.