32.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea Di Amik Imelda1

download 32.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea Di Amik Imelda1

of 12

Transcript of 32.Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea Di Amik Imelda1

Jurnal D-III Kebidanan Mutiara Indonesia Vol. 2, No. 5, Edisi Desember 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI DALAM PENANGANAN DISMENOREA DI AMIK IMELDA

MEDAN Rinawati SembiringABSTRAK

Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap kehidupan reproduksi sehat dan bertanggungjawab terhadap keturunan. Kesehatan reproduksi ini tidak saja bebas dari penyakit dan kecacatan, namun juga sehat mental dan sosial dari alat, sistem, fungsi serta proses reproduksi. Pemahaman tentang dismenorea sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi atau dismenorea agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang di alami, karena tidak sedikit remaja yang belum mengetahui tentang dismenorea, sehingga akan berpengaruh terhadap remaja dalam menjalankan masa kedewasaannya. Jenis Penelitian ini merupakan survey yang bersifat analitik kuantitatif dengan rancangan penelitian cross sectional yang tujuannya untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea di AMIK Medan Pulo Brayan Darat. Dengan melakukan pengukuran atau pengamatan terhadap variabel dependen dan independen secara bersama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di AMIK Imelda tingkat I dan II Medan Pulo Brayan Darat sebanyak 120 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang diambil dengan cara simple random sampling. Data yang diperlukan peneliti yaitu dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disiapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan sikap remaja puteri dalam penanganan dismenorea dengan nilai P value = 0,025. untuk itu disarankan kepada remaja putri di Amik Imelda agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penanganan dismenorea melalui mencari informasibaik media massa, serta petugas kesehatan yang lebih mengertitentang penanganan dismenorea dan diharapkan kepada pengelola yayasan Amik Imelda untuk mengadakan buku-buku bacaantentang kesehatan reproduksi dan pengadaan kegiatan penyuluhan tentang dismenorea baik secara individu maupun kelompok yang bekerja sama dengan tenaga instansi kesehatan setempat.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penanganan Dismenorea.

PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang MasalahKesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial cultural. Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan reproduksi sehat dan bertanggungjawab. Kesehatan reproduksi ini tidak saja bebas dari penyakit dan kecacatan, namun juga sehat mental dan sosial dari alat, sistem, fungsi serta proses reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi remaja menjadi kepedulian Nasional karena disadari bahwa remaja dalam hidupnya menghadapi berbagai masalah khusus yang membutuhkan perhatian yang khusus pula. Kebutuhan terhadap kesehatan reproduksi remaja sebenarnya merupakan permasalahan dunia, akan tetapi di negara kita hal ini tidak mendapatkan perhatian yang memadai (Pinem, 2009).Permasalahan kesehatan reproduksi remaja saat ini masih menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian. Kesehatan reproduksi remaja tidak hanya masalah seksual saja tetapi juga menyangkut segala aspek tentang reproduksinya, terutama untuk remaja putri yang nantinya menjadi seorang wanita yang bertanggung jawab terhadap keturunannya. Pemahaman tentang menstruasi sangat diperlukan untuk dapat mendorong remaja yang mengalami gangguan menstruasi agar mengetahui dan mengambil sikap yang terbaik mengenai permasalahan reproduksi yang mereka alami berupa kram, nyeri dan ketidaknyamanan yang dihubungkan dengan menstruasi yang disebut dismenorea (Widyaningsih, 2007).

Adapun jenis-jenis dismenorea yaitu berdasarkan nyeri dan ada tidaknya penyebabnya. Dismenorea berdasarkan nyerinya yaitu dismenorea spasmodik dimana nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai ditandai dengan mual muntah dan pingsan, dimenorea kongestif yaitu nyeri haid yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum datangnya haid ditandai dengan sakit pada buah dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung , mudah tersinggung, gangguan tidur dan muncul memar di paha dan lengan atas. Sedangkan dismenorea berdasarkan ada tidak penyebabnya yaitu dismenorea primer yaitu nyeri haid yang timbul tanpa ada sebab yang dapat diketahui, dan dismenorea sekunder yaitu terjadi karena adanya kelainan pada organ genetalia dalam rongga pelvis (Liewellyn, 2005).Masalah menstruasi sering membuat remaja cemas, was-was dan kurang percaya diri. Remaja putri pada umumnya belajar tentang menstruasi dari ibunya, tapi sayang tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya bahkan sebagian enggan membicarakan secara terbuka. Menghadapi hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa menstruasi itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Mereka juga mengembangkan sikap negatif tentang menstruasi. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya ia merasa letih atau terganggu. Pandangan negatif tentang menstruasi berlanjut sampai menjelang dewasa (Liewellyn ,2005).Panjang siklus menstruasi yang normal atau dianggap sebagai siklus menstruasi yang khas ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlalu sama. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari. Lama menstruasi biasanya antara 3-8 hari, pada setiap wanita biasanya lama mentruasi (Kathleen, 2005).

Angka kejadian nyeri haid didunia sangat besar. Rata rata dari 50% disetiap Negara mengalaminya. Di Amerika Prevalensi nyeri haid berkisar 45-95%, di swedia angka kejadian sekitar 72%, sementara di Indonesia angka kejadiannya 55% remaja yang mengalami dismenorea. Adapun faktor penyebab dismenorea yaitu, faktor kejiwaan, fakor konstitusi (Harun, 2002).

Remaja putri yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi, mudah sekali timbul dismenorea. Menghadapi menstruasi tersebut para remaja diharapkan mengetahaui tentang menstruasi yang normal. Tidak sedikit para remaja yang belum mengetahui tentang menstruasi, sehingga akan berpengaruh terhadap remaja dalam menjalankan masa kedewasaannya. Apalagi pokok bahasan tentang menstruasi tidak di bahas, meskipun tentang kesehatan reproduksi sudah di bahas namun belum mengupas secara mendalam (Sarwono, 2002). Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan terhadap remaja putri mahasiswa tingkat I dan II Amik Imelda Medan 30 remaja putri yang mengalami sakit atau nyeri perut saat menstruasi. Menghadapi menstruasi tersebut mereka merasa resah, cemas, was-was dan terganggu.Sindroma pra-menstruasi yang sering dialami mahasiswi ialah mudah marah, pusing,mual dan payudara terasa sakit dalam menghadapi menstruasi tersebut mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan, bahkan untuk berbicara kepada orang tua mereka malu, serta mereka mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang menstruasi.

Berdasarkan uraian di atas pentingnya pengetahuan remaja putri tentang menstruasi sejak dini, sudah dapat diberikan khususnya para remaja putri tingkat 1 dan II Amik Imelda. Mengingat masih banyak remaja putri yang belum mengerti tentang menstruasi, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan sikap remaja putri tentang menstruasi dengan prilaku menghadapi dismenorea.1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea di AMIK Imelda Medan Maret - Agustus 2011?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumUntuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri AMIK Imelda tingkat I sebanyak 30 remaja putri dan tingkat II sebanyak 90 remaja putri dalam penanganan dismenorea Tahun 2011. 1.3.2 Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri AMIK Imelda Medan tentang penanganandismenorea2. UntukmengetahuisikapremajaputriAMIKImeldaMedantentangpenanganandismenorea.1.4. Manfaat Penelitian1. Bagi Remaja Putri AMIK Imelda Medan Sebagai bahan informasi dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam penganganan dismenorea.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi untuk peneliti selanjutnya.3. Bagi Peneliti Sebagai pengaplikasian ilmu kesehatan yang diperoleh selama perkuliahan di PSIKM-B Kespro Mutiara Medan dan berguna untuk meningkatkan wawasan penulis tentang Hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri di AMIK Imelda Medan dalam penanganan dismenorea Maret Agustus Tahun 2011.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan

2.1.1 PengertianPengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain yang penting akan terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya. Serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto, 2002).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi ang dalam berperilaku. Namun perlu diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan.2.2. SikapSikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek . Manifestasi sikap dapat langsung dilihat , tetapi hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas , akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. (Notoadmodjo, S 2005).

2.2.1. Komponen Pokok Sikap Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3. Kecenderungan untuk bertindak ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. 2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Azwar (2005) antara lain:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek, individu mempunyai dorongan untuk mengerti, dengan pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan.2) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi melibatkan faktor emosional.3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.4) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya2.3. Dismenorea2.3.1. Pengertian Dismenorea Dismenorea atau nyeri haid merupakan gejala, bukan penyakit. Gejalanya terasa nyeri di perut bagian bawah. Pada kasus dismenorea berat, nyeri terasa sampai seputaran panggul dansisi dalam paha. Nyeri terutama pada hari pertama dan kedua 12 menstruasi. Nyeri akan berkurang setelah keluar darah menstruasi yang cukup banyak (Manuaba, 2005).Dismenorea atau nyeri haid adalah gejala-gejala ginekologik yang paling sering dijumpai. Bahkan wanita-wanita dengan dismenorea cenderung untuk mendapat nyeri haid rekurens secara periodik yang menyebabkan pasien mencari pengobatan darurat (Greenspan. B, 2003). 2.3.2. Jenis Dismenorea 1. Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi menjadi:

a. Dismenorea SpasmodikDismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodik merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang menderita dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi dijumpai pula kalangan wanita berusia diatas 40 tahun yang mengalaminya (Mansjoer, 2002).

b. Dismenorea KongestifDismenorea kongestif yaitu nyeri haid yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum datangnya haid. Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut kembung, sakit kepala, sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan muncul memar di paha dan lengan atas. Gejala tersebut berlangsung antara dua atau tiga hari sampai kurang dari dua minggu sebelum datangnya menstruasi. 2. Berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat diamati, dismenorea dapat dibagi menjadi :a. Dismenorea PrimerDismenorea primer yaitu nyeri haid yang timbul tanpa ada sebab yang dapat diketahui. Dismenorea primer terjadi sejak usia pertama kali datangnya haid yang disebabkan oleh faktor intrisik uterus dan berhubungan erat dengan ketidak seimbangan hormone steroid seks ovarium, yaitu karena produksi hormon prostaglandin yang berlebih pada fase sekresi yang menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos endometrium (Badziad, 2003).b. Dismenorhea sekunderDismenorhea sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ genetalia dalam rongga pelvis. Dismenorea ini disebut juga sebagai dismenorea organik, dapatan (akuisita) atau ekstrik.Kelainan ini dapat timbul setiap saat dalam perjalanan hidup wanita, contohnya pada wanita dengan endometriosis atau penyakit peradangan pelvik, penggunaan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, dan tumor atau polip yang berada di dalam rahim. Nyeri terasa dua hari atau lebih sebelum menstruasi dan nyeri semakin bertambah hebat pada akhir menstruasi (Llewellyn, 2001). 2.3.3. Tingkatan Dismenorea Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:1. Dismenorea ringan

Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan klien masih dapat melaksankan aktifitas sehari-hari.2. Dismenorea sedang

Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasanyeri dan kondisi penderita masih dapat beraktivitas.3. Dismenorea berat

Dismenorea berat membuat klien memerlukan istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.(Manuaba, 2009). (Kartono K, 2006).2.3.5. Penanganan DismenorheaSetelah seseorang mengetahui stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan dari pihak lain.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menangani dismenorea sehingga menurunkan angka kejadia dismenorea dan mencegah keadaan dismenorea tidak bertambah berat, diantaranya:a. Penerangan dan nasihatPerlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea primer adalah gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya dalam masalah ini diadakan penjelasan dan diskusi mengenai informasi dismenorea, penanggulangan yang tepat serta pencegahan agar dismenorea tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan ke tingkat berat. Penerangan tentang pemenuhan nutrisi yang baik perlu diberikan, karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik maka status gizi remaja menjadi baik. Dengan status gizi yang baik tersebut maka ketahanan tubuh meningkat dan ganggauan menstruasi dapat dicegah. Nasehat menegenai makan bergizi, istirahat dan olah raga cukup dapat berguna dan terkadang juga diperlukan psikoterapi.b. Pemberian obat analgesik Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenastin dan kafein. Contoh obat paten yang beredar dipasaran anatara lain ponstan, novalgin, acetaminophen.c. Pola hidup sehat Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani ganggaun menstruasi, khususnya dismenorea. Yang termasuk dalam pola hidup sehat adalah olah raga cukup dan teratur, mempertahankan diit seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.d. T erapi Hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini hanya bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar berupa dismenorea primer, sehingga wanita dapat tetap melakukan aktivitas sehari-hari. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian pil kombinasi dalam kontrasepsi (Wiknjosastro, 2002).e. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenorea primer. Termasuk di sini indometasin, ibu profen dan naproksen. Kurang lebih 70% penderita mengalami perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai, satu sampai tiga hari sebelum haid dan pada hari pertama haid (Wiknjosastro, 2002).Beberapa cara di atas, ada cara pengobatan lain yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri haid yaitu:1. Perut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat di saraf.

2. Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan tubuh, missal melakukan olah raga cukup dan teratur serta menyediakan waktu yang cukup untuk beristirahat. Olah raga yang cukup dan teratur dapat meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan sebagai natural pain killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak terlalu rentan terhadap nyeri.3. Apabila nyeri haid cukup mengganggu aktivitas maka dapat diberikan obat analgetik yang bebas dijual di masyarakat tanpa resep dokter, namun harus tetap memperhatikan efek samping terhadap lambung.4. Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri haid muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka periksakan kondisi Anda untuk mendapatkan pertolongan segera, terlebih jika dismenorea yang dirasakan mengarah ke dismenorea sekunder (Taruna, 2003).Nyeri haid dapat diatasi dengan:

a. Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang datar. Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada.b. Mandi dengan air hangat.

c. Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.d. Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang mengandung kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah.e. Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.

f. Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber makanan yang mengandung vitamin B12 (Akatri S, 2003). Kerangka KonsepBerdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis PenelitianJenis Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea di AMIK Imelda Medan Pulo Brayan Darat.3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu PenelitianLokasi penelitian dilakukan di AMIK Imelda Medan pada bulan Maret - Agustus Tahun 2011.3.3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di AMIK Imelda tingkat I sebanyak 30 orang dan tingkat II sebanyak 90 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel penelitian sebanyak 30 orang yang diambil dengan cara simple random sampling, menurut Arikunto (2006) jika jumlah populasi lebih dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25%. 3.4 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dilakukan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk keusioner dan disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep.Untuk mengukur aspek pengetahuan remaja putri, diberikan 10 pertanyaan ,dimana jika memilih jawaban benar diberi skor 1, dan jika memilih jawaban yang salah diberi skor 0.maka skor jawaban yang trtinggi 10 dan skor jawaban terendah 0.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kampus Amik Imelda Medan yang berada di Jalan Bilal no 24 Pulo Brayan Darat, Medan Timur. Penelitian ini mengenai hubungan pengetahuan dan sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea yang dilakukan terhadap 30 remaja putri.

Di kampus Imelda remaja putri banyak mengalami dismenorea, akan tetapi tidak pernah ada penyuluhan tentang dismenorea.

4.2 Analisa Univariat

4.2.1 Karakteristik Responden

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Umur dan Sumber Informasi Responden

Di Amik Imelda Medan

Tahun 2011

No karakteristikFrekuensi (F)Persentase ( %)

1Umur

21 tahun15

9

650

30

20

Jumlah30100

2Sumber informasi

Pengalaman pribadi

Teman atau orangtua21

970

30

Jumlah30100

Dari Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas umur kurang dari 20 tahun sebanyak 15 orang (50%), dan minoritas berumur 22 tahun sebanyak 6 orang (20%). Berdasarkan sumber informasi mayoritas dari pengalaman pribadi sebanyak 21 orang (70%), dan minoritas dari teman atau orang tua sebanyak 9 orang (30%).4.2.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea Di Amik Imelda Tahun 2011

NoPengetahuanFrekuensi (F)Persentase (%)

1Baik1033.3

2Cukup723,3

3Kurang1343,4

Total30100

Dari Tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pengetahuan remaja putri adalah kurang sebanyak 13 orang (43,4%).

4.2.3. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri

Tabel 4.3

Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea

Di Amik Imelda Tahun 2011

NoSikap Frekuensi (F)Persentase (%)

1Baik 4 13,3

2Tidak baik 26 86,7

Total 30100

Dari Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas sikap remaja putri dalam penanganan dismenorea tidak baik sebanyak 26 orang (86,7%).

4.3 Analisa Bivariat

Tabel 4.4

Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Dalam Penanganan Dismenorea Di Amik Imelda Tahun 2011

NoPengetahuanSikap

Total

P

Baik

Tidak baik

N%n%n%0, 025

1Baik13,39301033,3

2 Cukup310413,3723,3

3Kurang 001343,31343,3

Jumlah 413,32686,730100

Dari Tabel 4.4 diatas dapat dilihat bahwa remaja putri yang memiliki pengetahuan baik dalam penanganan dismenorea sebanyak 10 orang (33,3%), dan yang bersikap baik 1 orang (3,3%) dan sikap tidak baik sebanyak 9 orang (30%), yang berpengetahuan cukup sebanyak 7 orang (23,3%) yang bersikap baik 3 orang (10%) dan yang bersikap tidak baik 4 orang (13,3%) sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 13 orang (43,3%), tidak ada yang bersikap baik dan yang bersikap tidak baik sebanyak 13 orang (43,3%). Dan dari hasil uji chi-square di peroleh nilai P = 0,025 (