3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang...

17
35 istilah tersebut karena perseroan merupakan badan hukum yang diatur dalam UU PT. Ketika perseroan tidak melakukan TJSL sesuai dengan ketentuan UU PT dan UU TJSL sudah selayaknya diberikan sanksi.Akan tetapi dalam peraturan ini belum dijelaskan secara jelas mengenai sanksi terkait perseroan yang tidak melaksanakan TJSL. Sehinggga harus mempertimbangkan perundang-undangan yang terkait dengan TJSL. Sehingga analisis terkait pengaturan TJSL dalam UU PT, UU TJSL, UU PM dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan sumber daya alam untuk mencapai kepastian hukum dalam penegakannya dan dapat mencegah kerusakan lingkungan dan sekitarnya. 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang Tidak Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pengaturan sanksi yang diberikan kepada peraturan yang terkait, ternyata masih ada peraturan yang belum mengatur tentang sanksi, yang tidak melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam peraturan tersebut. Kepastian hukum terkait pemberian sanksi terkait tidak dilaksanakan TJSL oleh perusahaan, sangatlah penting sehingga perlunya bentuk sanksi yang tepat untuk mengaturnya. Selanjutnya, akibat tidak diatur secara jelas tentang sanksi hukum perusahaan yang tidak melaksankan tanggung jawab sosial perusahaan , maka sebagai dasar hukum dalam pemberian sanksi terhadap tidak dilaksanakannya Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah sebagai berikut :

Transcript of 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang...

Page 1: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

35

istilah tersebut karena perseroan merupakan badan hukum yang diatur dalam UU

PT.

Ketika perseroan tidak melakukan TJSL sesuai dengan ketentuan UU PT

dan UU TJSL sudah selayaknya diberikan sanksi.Akan tetapi dalam peraturan ini

belum dijelaskan secara jelas mengenai sanksi terkait perseroan yang tidak

melaksanakan TJSL. Sehinggga harus mempertimbangkan perundang-undangan

yang terkait dengan TJSL. Sehingga analisis terkait pengaturan TJSL dalam UU

PT, UU TJSL, UU PM dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

sumber daya alam untuk mencapai kepastian hukum dalam penegakannya dan

dapat mencegah kerusakan lingkungan dan sekitarnya.

3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang Tidak

Melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan

Pengaturan sanksi yang diberikan kepada peraturan yang terkait, ternyata

masih ada peraturan yang belum mengatur tentang sanksi, yang tidak

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam peraturan tersebut.

Kepastian hukum terkait pemberian sanksi terkait tidak dilaksanakan TJSL oleh

perusahaan, sangatlah penting sehingga perlunya bentuk sanksi yang tepat untuk

mengaturnya.

Selanjutnya, akibat tidak diatur secara jelas tentang sanksi hukum

perusahaan yang tidak melaksankan tanggung jawab sosial perusahaan , maka

sebagai dasar hukum dalam pemberian sanksi terhadap tidak dilaksanakannya

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah sebagai berikut :

Page 2: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

36

1. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Pasar Modal

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pelindungan dan

Pengelolaan lingkungan Hidup

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan

Hidup

Secara konseptual, CSR merupakan sebuah pendekatan dimana

perusahaan mengintegrasikan kepedulian operasi bisnis mereka dan juga interaksi

mereka dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) berdasarkan prinsip

kemitraan dan sukarela. Sehingga ketika perusahaan tidak melaksanakan CSR tidak

akan mendapat sanksi hukum melainkan hanya sanksi moral saja yang diberikan

kepada perusahaan.

Konsep yang dilakukan pelaku usaha lain di Indonesia, menjadi

permasalahan yang sangat besar ketika Pemerintah mengimplementasikan CSR

menjadi TJSL sesuai dengan regulasi di indonesia. Pembentukan undang-undang

yang melibatkan regulasi terkait TJSL dalam UU PT dan juga PP TJSL tidak lagi

menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan bisnis yang berlaku

dinegara indonesia. Sehingga hal ini membuat perdebatan para pelaku usaha di

indonesia dengan Pemerintah, karena memberlakukan CSR menjadi TJSL yang

artinya bukan lagi hanya sekedar sumbangan sukarela (voluntary) dalam

melaksanakan CSR, melainkan suatu kewajiban setiap perusahaan.

Page 3: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

37

Penerapan TJSL merupakan tanggung jawab dengan dasar hukum yang

tercantum dalam UU PT yaitu pasal 74 dan diperjelas di dalam PP TJSL .Sehingga

penerapan TJSL merupakan kebijakan hukum dalam pembentukan perundang-

perundangan yang mengatur dan menerapkan TJSL yang disertai sanksi hukum.

Sehingga pengaturan TJSL merupakan suatu kewajiban hukum di indonesia yang

lebih memilki kepastian hukum daripada CSR yang hanya bersifat sukarela.32

Karena selama ini masyarakat mengalami kerugian dan perusakan lingkungan oleh

perusahaan terutama dalam pengelolaan sumber daya alam, tanpa ada upaya

hukum yang mengatur pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang berada

dilingkungan masyarakat.

3.2.1 Bentuk Sanksi Terkait Tidak Dilaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan

Lingkungan oleh Perseroan Terbatas

Secara teoritis pemerintah seharusnya menciptakan prakondisi yang

memadai agar perusahaan dapat beroperasi dengan kepastian hukum yang benar.

sehingga dalam hal ini, berbagi regulasi yang ada tidak hanya memberi batasan

kinerja minimal bagi perseroan, melainkan juga harus memberikan perlindungan

kepada perseroan yang telah melakukan TJSL. Sehingga dalam hal ini, ketika

regulasi yang dibuat oleh pemerintah itu telah melindungi kepentingan perseroan,

maka dengan itu pemerintah juga harus memberikan kewajiban kepada perseroan

untuk memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan yang ada disekitar

32 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 53/PUU-VI/2008 tentang judicial review pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, hal 93.

Page 4: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

38

perseroan.Sehingga perseroan yang tidak melaksanakan kewajibannya maka sudah

seharusnya dikenakan sanksi.

Pengaturan sanksi tidak dilaksanakannya TJSL oleh perseroan khususnya

yang bergerak dibidang sumber daya alam di indonesia tidak diatur secara lengkap

dan jelas. Dalam UU PT dan juga PP TJSL yang mengatur tentang sistem

pelaksanaan TJSL di indonesia masih melimpahkan ketentuan sanksi berdasarkan

dengan peraturan perundang-undangan. Karena perusahaan yang tidak

melaksanakan CSR yang tidak mengelola sumber daya alam hanya dikenai sanksi

administratif, sehingga tidak ada alasan pemberat untuk memberikan sanksi pidana

atau juga perdata.

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan sumber daya alam dan juga etika dalam kegiatan

usaha.Ternyata masih ada peraturan yang lain yang mengatur sanksi tidak

dilaksanakannya TJSL yang telah memberikan efek jera kepada perusahaan yang

bergerak dibidang sumber daya alam seperti yang telah terjadi pada perusahaan.

Pengertian sanksi adalah suatu tanggungan (hukuman, tindakan) untuk

memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang

(anggran dasar, perkumpulan). Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia

membedakan sanksi itu menjadi dua, yaitu imbalan negatif dan juga imbalan

positif.Selanjutnya sanksi dalam imbalan positif dapat diberikan kepada perseroan

yang bergerak dibidang sumber daya alam yang telah melaksanakan

TJSL.Sedangkan imbalan negatif berupa pembebasan atau penderitaan yang

Page 5: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

39

ditentukan dalam hukum, sedangkan imbalan positif berupa hadiah atau anugrah

yang ditemukan dalam hukum.

Dalam imbalan postif tersebut berupa penghargaan yang diwujudkan dengan

pemberian intensif pajak.Sehingga dengan adanya intensif pajak bagi perseroan

yang telah melakukan TJSL maka dapat memotivasi perseroan untuk melakukan

TJSL dengan mengurangi pajak yang dibebankan kepada perseroan.Selain itu,

imbalan negatif yaitu berupa pembebasan dan penderitaan hukum yang telah

dtentukan oleh hukum.Penentuan sanksi yang tepat terkait tidak dilaksnakannya

TJSL oleh perusahaan terutama yang bergerak dibidang sumber daya alam harus

memperhatikan jenis-jenis pertanggungjawaban hukum yang diterapkan diindonesia

agar memperoleh sanksi yang tepat.

Pertanggungjawaban hukum sebagaimana diatur dalam undang-undang

Nomor 40 tahun 2007 Tentang tanggung sosial dan lingkungan pasal 74 UU PT

yang baru, diundang-undang tersebut tidak tercantum secara spesifik

pertanggungjawaban hukum yang seperti apa yang akan dibebankan kepada

perusahaan. Namun demikian, dalam undang-undang itu pula dijelaskan bahwa

perusahaan dapat dipertanggungjawbakan secara hukum melalui peraturan

perundang-undangan terkait, seperti : undang-undang pasar modal , Undang-

undang Pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, undang-undang Nomor 40

tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Seperti halnya, pemberian sanksi pidana,

perdata dan juga administrasi.

Page 6: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

40

3.3 Sarana Penerapan Sanksi

Negara hukum merupakan istilah yang meskipun kelihatannya sederhana

namun megandung muatan sejarah pemikiran yang relatif panjang. Negara hukum

adalah negara yang berbentuk dari (2) suku kata yaitu negara dan hukum. Padahal

kata ini menunjukkkan bentuk dan sifat yang saling mengisi antar negara disuatu

pihak dan hukum dipihak lain. 33

Sehinggga dari peraturan tersebut pertanggungjawaban hukum yang tidak

melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan dapat digolongkan kedalam 3

sanksi hukum yaitu :

3.3.1 Sanksi Pidana

Moeljadno dalam bukunya tentang azas-azas hukum pidana memberikan

defenisi tindak pidana sebagai berikut :

“ perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana,

barangsiapa yang melanggar larangan tersebut. 34

Berdasarkan pengertian yang disampaikan oleh M.sudrajat Basir juga

memberikan komentar bahwa wujud atau sifat perbuatan-perbuatan pidana adalah

suatu perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan yang dimaksud adalah perbuatan

yang telah merugikan masyarakat. Sehingga perbuatan akan menjadi suatu tindak

pidana apabila perbuatan tersebut:

33 Majda El Muthaj, dimensi-dimensi HAM mengurai HAK ekonomi Sosial dan Budaya, Raja Grafindo Persada,jakarta,2008, hal 46-47 34 Moeljadno, azas-azas hukum pidana, bina aksara,jakarta,1980, hal 1

Page 7: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

41

a. Melawan hukum

b. Merugikan masyarakat

c. Dilarang oleh aturan pidana

d. Pelakunya diancam dengan pidana 35

Pertanggungjawaban pidana dimaksud untuk menentukan seorang terdakwa

dipertangungjawbakan atas suatu tindak pidana terjadi atau tidak.Terkait dengan

pertanggungjawaban pidana dengan TJSL dengan tidak dilaksanakannya TJSL oleh

perseroan, haruslah memenuhi unsur tindak pidana. Dalam hal ini sesuai dengan

pasal 1 KUHP menjelaskan bahwa “ setiap perbuatan pidana mengharuskan adanya

aturan hukum yang mengatur terlebih dahulu. Dalam hukum pidana, tidak mengenal

perseroan melainkan korporasi. Korporasi yang saat ini telah memilik kekuatan

besar dalam produksi mampu dan dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-

besarnya.

Sanksi yang tidak dilaksanakannya TJSL pada pasal 74 ayat (3) UU PT dan

juga pasal 7 PP TJSL, dalam pasal 74 ayat (3) UU PT dan pasal 7 PP TJSL yang

menyatakan “ bahwa sanksi diatur dalam peraturan perundang-undangan”

merupakan suatu rumusan yang tidak pasti atau masih umum dan tidak diatur

secara tegas peraturan yang ditunjuk dari ketentuan perundang-undangan yang

sudah dijelaskan. Sehingga dalam penerapan hukumnya bisa dilakukan dengan

sewenang-wenang oleh para penegak hukum.36

35 Sudrajad Basir M, Tindak-Tindak Pidana Tertentu dalam KUHP, remadja karya, Bandung, 1986,hal 2 36 Pasal 74 ayat (3) undang-undang perseroan terbatas tentang tannggung jawab sosial dan lingkungan tentang peraturan sanksi bagi perseroan

Page 8: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

42

Selanjutnya, pengaturan sanksi yang diberikan kepada peraturan yang terkait

harus memiliki kesamaan dalam subyek norma, perilaku yang sama dan sanksi

hukum yang sama. Apabila ketiga faktor tesebut sudah terpenuhi dan ada

kesamaan dengan UU PT dan UU TJSL maka implementasi sanksi dapat

dilkasanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya Istilah TJSL tidak dikenal didalam UUPM tetapi dalam

pengimplementasiannya dikenal sebagai tangunggung jawab sosial Perusahaan.(

selanjutnya disebut TJSP ) Ketentuan TJSP dalam UU PM menjelaskan TJSP

merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh para penanam modal.

Ketika para penanam modal tidak melaksanakan kewajibannya maka akan dikenai

sanksi, tetapi dalam UU PM mengenai sanksi Pidana tidak diatur secara jelas ketika

tidak melakukan tanggung jawab sosial Perusahaan.

Perusahaan selama ini awal dari perusakan lingkungan, mengelola sumber

daya alam hanya dengan kepentingan sendiri dan mencari keuntungan yang

sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan lingkungan disekitar perusahaan itu

berdiri.Selama ini perusahaan melibatkan masyarakat hanya untuk mencari simpatik

dari masyarakat.Perusahaan hanya memberikan sumbangan, santunan, pemeberian

sembako. Padahal hal ini tidak akan merubah dan mengembalikan kondisi

lingkungan seperti semula sebelum perusahaan itu didirikan. Tanggung jawab

perusahaan memberikan konsep yang sangat berbeda dengan hanya memberikan

sumbangan kepada masyarakat dengan hanya sukarela (voluntary) demi

masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang bersih. Sebagaimana dalam pasal

68 Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dijelaskan:

Page 9: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

43

Berdasarkan pasal 68 undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup menjelaskan bahwa , setiap orang yang

melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban:

a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b.menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

c.menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria

baku kerusakan lingkungan hidup.37

Perusahaan sebagai salah satu pelaku dari kegiatan bisnis adalah sebagai

badan hukum.Artinya perusahaan dibentuk berdasarkan undang-undang tertentu,

disahkan dengan aturan hukum atau aturan legal. Karena itu keberadaannya dijamin

dan sah demi hukum. Itu berarti perusahaan bentukan manusia, yang eksistensinya

diatur undang-undang yang sah.

Penerapan jalur Pidana dengan sanksi pidana diterapkan apabila ternyata

perusahaan yang bersangkutan melakukan perbuatan melawan hukum dengan

sengaja karena kealpaannya melakukan pencemaran perusakan lingkungan hidup

dan dengan sengaja melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku,

seperti halnya membuang zat,energi dan komponen yang lain yang berbahaya

37 Pasal 68 undang-undang perlindungan dan pengeloalaan , tentang kewajiban dari perseroan terbatas.

Page 10: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

44

sehingga menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup atau

membahayakan kesehatan umum dan nyawa orang lain.

Berdasarkan ketentuan pasal 74 ayat (3) yang menjelaskan bahwa “

perseroan yang yang tidak melaksanakan kewajban dikenai sanksi sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya ketentuan pasal 74 ayat

(3) ini perusahaan khususnya yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan

sumber daya alam harus melaksanakan tangggung jawab sosialnya kepada

masyarakat. Sehingga mengenai pelangggaran CSR pun mengacu kepada undang-

undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan Hidup ( UUPLH )

yaitu pada pasal 41 ayat (1) yang menyatakan “ barang siapa yang melawan hukum

dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau

perusakan lingkungan Hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama 3 tahun

dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah.dan selanjutnya, pasal 42 ayat (1)

menyatakan “ barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang

melakukan pencemaran da/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan

pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah.

Hal ini di ketahui, karena perusahaan yang mengelola sumber daya alam akan

kemungkinan besar merusak lingkungan. Hal ini menjadi alasan sebagai dasar

hukum untuk memberi sanksi pidana terhadap perusahaan yang tidak

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

Mengacu pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang perlindungan

dan pengeloaan lingkungan hidup yang tertulis dalam pasal 116 ayat (1) dan (2) dan

Page 11: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

45

pasal 117 dan pasal 118 menyebutkan : “ apabila tindak pidana lingkungan hidup

dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi

pidana dijatuhkan kepada :

a. Badan usaha, dan atau

b. Orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau

orang yang bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut.

Dan ayat (2) menjelaskan apabila dtindak pidana lingkungan hidup sebagaimana

dimaksud ayat (1) dilakukan oleh orang,yang berdasarkan hubungan kerja atau

berdasarkan hubungan lain yang bertindak dalam lingkup kerja badan usaha,

sanksi pidana dijatuhkan terhadap pemberi perintah atau pemimpin dalam tindak

pidana tersebut tanpa memperhatikan tindak pidana tersebut dilakukan secara

sendiri atau bersama-sama. Selanjutnya pada pasal 117 juga menjelaskan jika

tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf b, ancaman pidana dan

denda diperberat dengan sepertiga, dan pasal 118 menjelaskan bahwa terhadap

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 116 ayat (1) huruf a, sanksi

pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang

berwenang mewakili didalam dan diluar pengadilan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan selaku pelaku fungsional. 38

Selanjutnya juga dijelaskan masalah saksi pidana yang didapatkan oleh

perusahaan yang tidak melakukan TJSL seperti halnya perseroan yang sudah

38 Pasal 117,116,118 , undang-undang perlindungan pengelolaan lingkungan hidup tentang sanksi pidana dan yang bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukan perseroan

Page 12: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

46

merusak lingkungan masyarakat dan juga tidak melaksanakan TJSL sesuai dengan

ketentuan UUPT dan PP TJSL. Pada pasal 114 undang-undang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan Hidup menjelaskan bahwa” setiap penanggung jawab

usaha dan/ atau kegiatan yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah dipidana

dengan pidana penjara paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyak Rp

1000.000.000,00 ( satu miliiar rupiah ). 39

Dari penjelasan diatas pemidanaan perusahaan dengan alasan pemberat

dengan dasar perusakan lingkungan sangat jelas siapa dan sanksi apa yang di

dapat oleh perseroan terutama yang mengelola sumber daya alam yang sampai

merusak lingkungan masyarakat dan mengalami kerugian. Sehingga perseroan

dapat dikenakan sanksi yang telah dijelaskan sebelumnya dan siapa penanggung

jawab perusahaan yang akan bertanggung jawab atas kejadian perusakan

lingkungan sebagaimana dijelaskan dalam pasal 116 ayat (1) a. Maka dari itu

perseroan dapat dikenakan sanksi pidana dengan dasar hukum pasal 116,117 dan

118 siapa dan apa sanksi yang didapat oleh perseroan terhadap tidak

dialksanakannya TJSL. Kegiatan penegak hukum pidana terhadap suatu tindak

Pidana lingkungan hidup baru dapat dimulai apabila : aparat yang berwenang telah

menjatuhkan sanksi administrasi dan telah menindak pelanggar dengan

menjatuhkan suatu sanksi administrasi tersebut. Namun ternyata tidak mampu

menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau antara perusahaan yang melakukan

pelanggaran dengan pihak masyarakat yang menjadi korban akibat terjadi

pelanggaran.

39 Pasal 114 tentang sanksi pidana dan denda yang di terima oleh perseroan

Page 13: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

47

3.3.2 Sanksi Perdata

Dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup telah diatur berbagai penyelesaian sengketa

lingkungan Hidup. Sengketa lingkungan hidup yang dilakukan antar pihak dapat

diselesaikan melalui dua jalur yaitu penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan

penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Sebagaimana diatur dalam pasal 74 ayat

( 3) bahwa dalam penerapan sanksi diatur dalam perundang-undangan, karena

dalam undang-undang nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas yang

mengacu kepada pasal 74.

Sebagaimana diatur dalam pasal 84 ayat (3) undang-undang perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup mengatakan “ gugatan pengadilan hanya dapat

ditempuh apabila upaya penyelesain sengketa diluar pengadilan yang dipilih

diinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa 40.

Penyelesaian sengketa diluar pengadilan pada dasarnya tidak berlaku

untuk tindak pidana lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam undang-undang.

Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 pasal 85 ayat (1) undang-undang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mengatakan “ penyelesaian

sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan dilakukan untuk mencapai kesepakatan

mengenai :

a. Bentuk dan besarnya ganti rugi

40 Pasal 84 ayat (1) undang-undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tentang penyelesaian sengketa lingkungan hidup

Page 14: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

48

b. Tindakan pemulihan akibat pencemaran dan/atau perusakan

c. Tindakan tertentu untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran

dan/atau perusakan dan/atau

d. Tindakan untuk mencegah timbulnya dampak nnegatif terhadap lingkungan

hidup41

Penyelesaian sengketa lingkungan hidup ini melalui perundingan antara

pihak yang berkepentingan yaitu yang merugikan dan yang dirugikan. Dalam hal ini

lebih dikenal dengan istilah negosiasi yaitu para pihak dapat berunding secara

langsung tanpa dibantu pihak ketiga

Selain negoisasi adalah mediasi, dimana dalam hal penyelesaian sengketa

melibatkan orang ketiga yaitu mediator, baik yang memiliki kewenangan mengambil

keputusan maupun yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan.

Sebagaimana diatur dalam undang-undang nomor 32 tahun 2008 tentang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pasal 85 ayat ( 3) bahhwa “ dalam

penyelesaian sengketa lingkungan hidup diluar pengadilan dapat digunakan jasa

mediator atau arbiter dalam menyelesaikan sengketa lingkungan hidup.

Dari penjelasan diatas, bahwa dalam ketentuan pasal 85 ayat (1) mengenai

ganti rugi, Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud Kerugian

adalah kondisi di mana sesorang tidak mendapatkan keuntungan dari apa yang

telah mereka keluarkan (modal). Kerugian dalam hukum dapat dipisahkan menjadi

dua (2) bagian yaitu :

41 Pasal 85 ayat (1) undang-undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, tentang ganti rugi atas perusakan lingkungan hidup

Page 15: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

49

1. Kerugian materil yaitu kerugian yang nyata-nyata diderita oleh pemohon

2. Kerugian immateril yaitu kerugian atas mamnfaat yang kemungkinan akan

diterima olleh pemohon dikemudian hari atau kerugian dari kehilangan

keuntungan yang mungkin diterima oleh pemohon dikemudian hari.

Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1365 KUHPerdata, dalam hal seseorang

melakukan suatu Perbuatan Melawan Hukum maka dia berkewajiban membayar

ganti rugi akan perbuatannya tersebut. Pedoman selanjutnya mengenai ganti

kerugian dalam PMH kita bisa dalam Pasal 1372 ayat (2) KUHPerdata yang isinya:

“Dalam menilai suatu dan lain, Hakim harus memperhatikan berat ringannya

penghinaan, begitu pula pangkat, kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak,

dan pada keadaan.

Kemudian, dalam buku yang sama Prof. Rosa Agustina juga menerangkan

bahwa kerugian dalam Perbuatan Melawan Hukum menurut KUHPerdata,

Pemohon dapat meminta kepada si pelaku untuk mengganti kerugian yang nyata

telah dideritanya (Materil) maupun keuntungan yang akan diperoleh di kemudian hari

(Immateril).42 Dalam menetukan kerugian immateril ini akan ditentukan oleh hakim..

Karena dalam hal ini sangat sulit menentukan kerugian immateril seperti dalam

penetapan kerugian materil yang nyata dan bisa dihitung berapa yang harus

dikeluarkan piihak yang merugikan salah satu pihak. Karena kerugian materil masih

akan terjadi dikemudian hari yang kita tahu kapan akan terjjadi, tepai sudah ahrus

dianggarkan para pihak yang bersangkutan. Namun guna memberikan suatu

pedoman dalam pemenuhan gugatan Immateril maka Mahkamah Agung dalam

42 Prof. Agustina.Rosa. perbuatan melawan hukum. eratama

Page 16: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

50

Putusan perkara Peninjauan Kembali No. 650/PK/Pdt/1994 menerbikan pedoman

yang isinya “Berdasarkan Pasal 1370, 1371, 1372 KUHPerdata ganti kerugian

immateril hanya dapat diberikan dalam hal-hal tertentu saja seperti

perkara Kematian, luka berat dan penghinaan”.

3.3.3 Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi adalah sanksi-sanksi hukum yang dapat dijatuhkan oleh

pejabat pemerintah tanpa melalui pengadilan terhadap seserorang atau kegiatan

usaha yang melanggar ketentuan hukum yang tidak melaksanakan tanggung jawab

sosial dan lingkungan.

Contoh dari pelanggaran hukum yang tidak melakukan tanggung jawab

sosial dan lingkungan adalah menjalankan kegiatan usahanya tanpa izin usaha yang

diperlukan, kegiatan usaha misalkan industri.

Pertanggungjawaban administrasi merupakan salah satu bentuk

pertanggungjawaban hukum. selain pertanggungjawaban pidana dan perdata.

Karena hukum administrasi merupakan instrumen yuridis yang memungkinkan

pemerintah dapat mengendalikan kehidupan masyarakat dan memungkinkan

masyarakat berpartisipasi dalam pengendalian tersebut dengan tujuan terdapatnya

suatu perlindungan hukum.43 Pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah tersebut

untuk melarang tindakan-tindakan yang dilakukan tanpa izin. Sehingga sangat perlu

pengendalian terhadap tindakan yang sangat bertentangan dengan peraturan

43 Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia, Malang, 2004, hal 5.

Page 17: 3.2 Ketentuan Yang mengatur Sanksi Kepada Perusahaan Yang ...library.uwp.ac.id/digilib/files/disk1/9/--gusurbenny-438-8... · menggunakan CSR melainkan TJSL ini disesuaikan dengan

51

perundang-undangan yang terkait dengan izin. Sehingga sebelum pemerintah

memberikan izin tersebut , seharusnya perseroan harus mematuhi syarat-syarat

yang diberikan oleh pemerintah kepada perseroan.salah satunya yaitu persyaratan

untuk mencegah bahaya lingkungan yang termasuk dalam tujuan sistem perizinanan

sebagaimana diatur dalam pasal 22 ayat (1) undang-undang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup bahwa “ setiap usaha dan atau kegiatan yang

berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal. 44Selain itu,

perseroan juga harus menaati ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku, dalam hubungannya dengan TJSL maka ketentuan yang dimaksud dalam

UU PT dan PP TJSL.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan lingkungan Hidup memuat empat jenis sanksi hukum administrasi

sebagaimana tercantum dalam pasal 76 ayat (2) yaitu teguran tertulis, paksaan

Pemerintah,, pembekuan ijin lingkungan dan pencabutan ijin lingkungan45.

Sedangkan dalam ketentuan undang-undang nomor 25 tahun 2009 Tentang Pasar

modal memuat tiga jenis sanksi hukum administrasi sebagaimana tercantum dalam

pasal 34 ayat (1) yaitu peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, dan

pembekuan atau pencabutan kegiatan usaha dan/atau pasilitas penanam modal. 46

44 Pasal 22 ayat (1) undang-undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, perseroan harus memiliki amdal 45 Pasal 76 ayat (2) undang-undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tentang sanksi hukum administrasi 46 Pasal 34 ayat (1) undang-undang pasar modal, tentang sanksi hukum administrasi