31014-9-977944681840
-
Upload
ridja-le-papillon-avicenna -
Category
Documents
-
view
27 -
download
4
description
Transcript of 31014-9-977944681840
Mata Kuliah : Pemasaran Internasional
Tatap muka ke : 9-2
Pokok Bahasan : Kebijakan Produk Global
Pemasaran Produk dan Jasa
Dosen : Doddy Soebijantoro, SE, MBA
Strategi Merek Global
Merek global selalu beriringan dengan produk dan layanan global. Merek global (global
brand) didefinisikan sebagai penggunaan sebuah nama/istilah/tanda/symbol visual atau
suara di seluruh dunia untuk mengidentifikasikan barang atau jasa yang dihasilkan satu
penjual, dan untuk membedakan dari kompetitiornya. Merek memiliki arti penting baik
bagi sector profit maupun sector non-profit. Merek juga telah mampu memiliki nilai
(ekuitas) bagi suatu perusahaan, sehingga perlindungan merek juga merupakan bisnis
skala besar.
Merek yang sukses merupakan sumber daya yang paling berharga bagi perusahaan.
Nama merek dikenal oleh pasar melalui proses yang bertahun-tahun, apakah melalui
iklan, pengalaman penggunaan produk, tingkat kualitas produk, dan manfaat lainnya.
Citra merek adalah bagian paling inti dari identitas dan strategi bisnis. Pelanggan
dimanapun merespon produk/jasa dari citra, mitos dan metafora merek tersebut yang
mendefinisikan identitas pribadi dan nasional suatu manfaat produk dalam konteks
budaya global. Merek merupakan hal yang sangat berharga bagi perusahaan, sehingga
mereka memasukkan ekuitas (nilai) merek dalam asset intangible (brand equity).
Berikut dapat dilihat pada lampiran 1 : table tentang dua puluh merek global yang
disusun sesuai peringkat dan memiliki nilai merek (brand equity) berikut Negara asal
masing-masing.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
1
Merek Global
Perusahaan dengan merek yang kuat cenderung memanfaatkan merek tersebut secara
global. Internet dan teknologi lainnya mendorong globalisasi merek, bahkan untuk
produk yang harus beradaptasi dengan kondisi pasar local juga menggunakan merek
global. Contohnya adalah seperti yang telah terjadi pada produk-produk makanan dan
minuman yang beradaptasi dengan pasar local, namun tetap dengan menggunakan
merek global.
Merek global memberikan keseragaman citra bagi perusahaan di seluruh dunia yang
dapat meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya saat memperkenalkan produk lain
yang berhubungan dengan nama merek tersebut. Perusahaan multinasional yang
menggunakan merek tunggal sebagai merek global adalah seperti Apple, Kellogg,
Coca-Cola, Caterpillar dan Levi’s, yang menggunakan merek yang sama di seluruh
dunia.
Bagaimana konsumen menilai merek global, diteliti pada tahun 2002 yang
mengidentifikasikan ada tiga dimensi kuncinya, yaitu :
1. Symbol kualitas (quality signal). Konsumen merasa merek global adalah sebagai
jaminan kualitas tinggi. Konsumen selalu percaya bahwa merek global memiliki
konotasi dengan kualitas yang lebih baik dan menyajikan prestise yang lebih tinggi.
2. Mythos Global (global myth). Konsumen memandang merek global sebagai budaya
yang ideal. Merek global memberikan kepada konsumen rasa memiliki dan menjadi
bagian dari sesuatu yang besar.
3. Tanggung jawab social (social responsibility). Konsumen juga mengharap merek
global memiliki kewajiban khusus terhadap masalah social, dan bertindak sebagai
warga Negara yang baik.
Namun tidak semua perusahaan mempercayai bahwa pendekatan merek tunggal
merupakan metode terbaik. Perusahaan multinasional seperti Nestle, Mars, Procter &
Gamble dan Gillette memiliki sejumlah merek lain yang dipromosikan di dunia yang
secara spesifik ditujukan untuk pasar Negara-negara tertentu.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
2
Merek Lokal
Dalam beberapa kasus penggunaan merek local menjadi penting karena merek telah
lebih dikenali dan digunakan didalam suatu Negara, apakah untuk kategori produk yang
sejenis atau yang lain.
Hambatan budaya kadang juga mengharuskan menggunakan merek local. Kalau tidak
menggunakan merek local, kadang sulit untuk melakukan penyebutannya atau memiliki
konotasi tidak semestinya dalam bahasa lokalnya. Perasaan nasionalisme berlebihan
juga kadang mengharuskan menggunakan merek local.
Apabila merek local didapat dari proses akuisisi, maka tetap menggunakan merek local
merupakan langkah bijaksana untuk kemudian secara bertahap merubah merek
tersebut menjadi merek global. Strategi ini digunakan oleh Danone dalam melakukan
akuisisi. Mereka tetap menggunakan merek local disamping nama Danone sendiri
dalam setiap produk yang telah diambil alih.
Merek Global atau Local?
Dari uraian dua sub bab diatas, kita mengetahui bahwa ternyata banyak hal yang harus
dipertimbangkan untuk menentukan penggunaan merek global atau merek local.
Perusahaan seperti Nestle dan Unilever memiliki Brand Portfolio (local, regional dan
global).
Brand portfolio atau Brand structure adalah sejumlah merek-merek yang tersebar dalam
berbagai Negara, usaha dan pasar.
Pada dasarnya ada empat tipe utama dari pendekatan merek :
1. Solo branding. Setiap merek berdiri sendiri dengan satu produk atau brand
manager yang bertanggung jawab dalam pengelolaannya. (misal Unilever, Procter &
Gamble)
2. Hallmark branding. Tanda atau merek perusahaan biasanya adalah mewakili satu
perusahaan untuk semua produk dan jasanya dan tidak menggunakan merek lain
(contohnya adalah perusahaan Bank)
3. Family (umbrella) branding. Ini adalah hirarki dari merek yang digunakan
perusahaan sebagai symbol otoritas dan kemudian perusahaan memiliki merek yang
ada dibawah naungannya (subbrands). Contohnya adalah Sony PlayStation.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
3
4. Extention branding. Idenya dimulai dengan satu produk dan kemudian melebarkan
merek tersebut sejauh mungkin ke berbagai kategori. (misalnya pada industri fashion
dan barang mewah)
Bentuk Global Brand atau Portfolio Brand perusahaan ditentukan oleh tiga factor
pendorong, yaitu :
1. Firm-based driver. Dorongan berdasar struktur organisasi perusahaan adalah salah
satu pendorong bentuk merek global. Perusahaan yang memiliki sifat terpusat
(centralized) lebih suka memiliki merek global. Perusahaan yang desentralisasi
dimana menajer yang bertanggung jawab di setiap Negara memiliki otonomi,
memiliki campuran dari merek local dan global. Selain itu pengaruh juga dapat
berasal dari strategi perluasan perusahaan, apakah dari akuisisi atau dari proses
pertumbuhan internalnya sendiri.
2. Product-Market driver. Factor pendorong bentuk portfolio brand berhubungan
dengan sifat dari produk dan pasar. Ada tiga pendorong untuk factor ini, yang
pertama, berhubungan dengan sifat dan cakupan dari target pasar, bagaimana
keseragaman (homogeneous) segmen pasarnya, apakah segmennya global,
regional atau local. Kedua, adalah tingkat budaya. Produk yang memiliki preferensi
local yang kuat seperti produk makanan dan minuman kelihatannya lebih sukses
menggunakan merek local. Ketiga, adalah bentuk persaingan pasarnya, mereka
adalah pesaing local, regional atau global.
3. Market Dynamics. Bentuk merek perusahaan juga dibentuk oleh dinamika pasar.
Tingkat integrasi ekonomi menjadi pendorong utama. Integrasi ekonomi menjadikan
peraturan lebih selaras. Integrasi ekonomi juga mengurangi hambatan perdagangan
dan transaksi bisnis didalam wilayah. Selain itu, infrastruktur pasar seperti media
dan jalur distribusi juga lebih terpadu. Demikian juga mobilitas konsumen dalam
wilayah integrasi ekonomi menjadi lebih tinggi. Dalam kondisi seperti ini,
penggunaan merek global adalah lebih memungkinkan.
Strategi merubah merek dagang
Bila terjadi kasus untuk mengganti nama dagang dari local ke global atau regional, ada
empat pilihan strategi, yaitu :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
4
1. Fade-in/Fade-out. Merek global baru, bisa jadi memiliki keterkaitan dengan merek
local yang sudah ada. Perusahaan secara bertahap mengganti nama yang lama
dengan yang baru seperti yang telah dilakukan oleh Euro Disney menjadi Disneyland
Paris.
2. Dual branding (co-branding). Mengkombinasikan merek local yang sudah ada
dengan merek global/regional dalam satu produk. Taktik ini adalah menempatkan
merek global sebagai payung (umbrella) dari merek local yang sudah ada
sebelumnya, misalnya seperti pada merek ‘Pedigree by Pal’. Kemungkinan lain
adalah dual branding/co-branding, dimana selama transisi, produk diberi nama
dua merek seperti Philips and Whirlpool. Setelah beberapa saat produk tersebut
beredar, nama Philips dihilangkan.
3. Transparent forewarning. Strategi ini dapat dilakukan melalui program komunikasi,
melalui display di toko-toko dan kemasan produknya. Contohnya adalah Mars
perusahaan permen yang mempublikasikan merek Raider berubah menjadi Twix
dengan ‘now Raider becomes Twix, for it is Twix everywhere in the world’ atau
seperti HSBC yang mempublikasikan penggunaan HSBC bagi bank-bank local yang
tersebar diberbagai Negara.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
5
4. Summary axing. Strategi ini digunakan oleh perusahaan dengan segera merubah
merek lama dengan merek global dalam waktu singkat. Hal ini perlu dilakukan
perusahaan bila competitor memiliki kekuatan menguasai pasar global dalam
membangun merek globalnya.
Merek Pribadi
Merek pribadi yang dimiliki para peritel semakin berkembang sebagai penantang bagi
merek produsen, baik dalam skala global maupun Negara tertentu. Di sector pengecer
makanan di berbagai Negara, khususnya di Inggris dan Eropa, merek pribadi yang
dimiliki pengecer nasional semakin meningkat menyaingi merek produsen. Produk
bermerek pribadi mendominasi toko grosir dan dibanyak hypermarket (di Inggris dan
Eropa).
Merek pribadi merupakan pesaing yang patut diwaspadai. Mereka memberikan peritel
margin yang tinggi, mereka mendapatkan rak display yang lebih baik dan yang menarik
bagi konsumen adalah mereka memberikan produk berkualitas dengan harga rendah.
Berlawanan dengan merek produsen yang umumnya dihargai tinggi dan menawarkan
margin lebih rendah kepada peritel.
Manajemen Lini Produk Multinasional
Kebanyakan perusahaan menjual beraneka ragam jenis produk. Keanekaragaman
produk biasanya digambarkan dalam dua dimensi, yaitu “width” dan “length” dari produk-
produknya. Dimensi “width” merujuk pada koleksi dari berbagai lini produk yang
dipasarkan oleh perusahaan. Contohnya Heinz memiliki kombinasi lini produk yang
sangat luas, disamping ketchup, Heinz juga menjual makanan bayi, makanan binatang,
ice cream, dll. Semua lini produknya adalah kelompok makanan. Perusahaan lain,
khususnya yang ada di Jepang dan Korea, memiliki kombinasi produk yang lebih
beraneka rupa, Kao, salah satu perusahaan Jepang yang memproduksi barang
konsumsi, memiliki kombinasi produk yang mencakup produk perawatan pribadi,
kosmetik, produk untuk keperluan mencuci, dan kelompok produk makanan. Kao juga
menjual bahan kimia, floppy disks dan CD-ROMS.
Dimensi kedua “length” merujuk pada jumlah atau banyaknya berbagai jenis produk
yang dijual oleh perusahaan dalam satu lini produk tertentu.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
6
Pada saat membandingkan kombinasi produk (product mix) dalam company’s host
(perusahaan tuan rumah - diluar negeri) dan home market (pasar dalam negeri),
terdapat empat scenario.
Product mix di host country (diluar negeri) dapat merupakan : (1) Perluasan dari lini
domestiknya. (2) bagian dari lini produk dari pasar dalam negerinya. (3) suatu campuran
dari lini produk local dan yang bukan local. (4) sepenuhnya adalah lini produk yang
berasal dari local.
Perusahaan kecil dengan keanekaragaman kombinasi produk yang sempit biasanya
memperluas lini produk domestiknya secara sederhana. Contohnya Blistex yang produk
utamanya adalah lip care (perawatan bibir) membatasi jajaran (range) lini produknya
yang dipasarkan diluar negeri. Di pihak lain, perusahaan yang lebih besar, mereka
memasuki pasar baru dengan memilih salah satu bagian dari lini produknya. Saat Coca-
Cola memasuki pasar baru, secara nyata fokusnya pada Coca-Cola. Merek lain yang
dimiliki akan diperkenalkan kemudian seperti Fanta yang kemudian diikuti oleh Sprite
dan Diet Coke, setelah pasar Coca-Cola mantap.
Kebanyakan perusahaan multinasional memiliki kombinasi produk (product mix) yang
sebagian adalah global atau regional dan sebagian local.
Beberapa dorongan yang mempengaruhi suatu perusahaan memiliki lini produk
internasional adalah sebagai berikut :
Preferensi konsumen (customer preferences). Dalam beberapa kategori produk,
preferensi konsumen bervariasi dari Negara ke Negara. Khususnya untuk barang-
barang konsumsi yang dikemas, preferensi konsumen adalah sangat bersifat local.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang tertentu, pemasar bisa menambah
‘item’ tertentu ke dalam pasar satu Negara atau menambahkan pada lini produk
secara regional. Contohnya adalah pemasaran produk sampo yang ditiap pasar di
beberapa Negara berbeda-beda yang ditawarkan disesuaikan dengan kebutuhan
para konsumennya, seperti smooth & silky, anti-dandruff, hydrating curls, vibrant
colors, dll. Begitu juga seperti yang dilakukan oleh McDonald’s yang
memperkenalkan menu-menunya untuk memenuhi selera local.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
7
Spectrum harga (price spectrum). Dalam pasar yang sedang tumbuh, perusahaan
kadang bersaing pada spectrum harga dengan menawarkan produk premium dan
produk murah. Produk yang lebih tinggi ditawarkan kepada konsumen yang lebih
kaya. Produk murah ditawarkan sebagai produk awal/perkenalan atau kepada
konsumen lainnya. Produk berharga murah ini kadang ditawarkan dalam kemasan
yang lebih kecil dan dalam kemasan ekonomis atau dengan formulasi yang lebih
murah.
Iklim persaingan (competitive climate). Perbedaan dari lingkungan persaingan
kadang menjelaskan mengapa suatu perusahaan menawarkan lini produk tertentu di
beberapa Negara tetapi tidak ditawarkan dinegara lainnya. Contohnya Coca-Cola
yang masuk ke Jepang dimana Jepang telah tumbuh banyak jenis minuman local
yang beraneka ragam. Untuk dapat mengimbangi lingkungan persaingan di Jepang,
Coca-Cola juga menawarkan berbagai jenis minuman berbagai ragam yang tidak
ditawarkan oleh Coca-Cola dinegara lainnya.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
8
Struktur organisasi (organization structure). Khususnya bagi perusahaan
multinasional yang dikelola berdasarkan Negara per Negara, lini produk mungkin
berkembang bebas sesuai kebutuhan pasar per negaranya.
Sejarah (history). Lini produk yang menjadi bagian perusahaan multinasional
kadang berasal dari produk local saat perusahaan melakukan ekspansi ke suatu
Negara. Penetrasi pasar oleh perusahaan multinasional melalui akuisisi perusahaan
local yang telah memiliki suatu produk sendiri yang bukan merupakan lini produk inti
perusahaan multinasional, kadang tetap dipertahankan oleh perusahaan
multinasional, bahkan kemudian dikembangkan menjadi lini produk globalnya.
Para pemasar global perlu memutuskan untuk setiap pasar yang diminatinya, lini produk
mana yang harus ditawarkan dan mana yang tidak ditawarkan. Saat memasuki pasar
baru untuk pertama kali, kegiatan penelitian/riset pasar dapat sangat membantu untuk
mendesain beberapa jenis produk yang sesuai. Namun riset pasar tidak begitu
bermanfaat pada produk yang sama sekali baru (yogurt beku atau kendaraan listrik)
atau pada pasar baru yang sedang tumbuh. Dalam situasi ini, perusahaan harus
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
9
menggunakan pertimbangan pendekatan “probing and learning”. Prosedurnya adalah
sebagai berikut :
1. Dimulai dengan lini produk yang memiliki tingkat variasi produk minimum
2. Secara bertahap disesuaikan jumlah variasi produknya sepanjang waktu dengan
menambah item baru dan mengurangi/menghilangkan yang sudah ada
3. Menganalisa data actual yang diperoleh dan data dari pasar lainnya
4. Membuat kesimpulan yang tepat
5. Bila perlu, sesuaikan lini produknya dikemudian hari
Inti dari prosedur ini adalah menggunakan lini produk sebagai ‘listening post’ untuk
melihat item produk apa yang terbaik bagi pasar baru.
Keputusan menambah atau menghilangkan didorong pertimbangan profit. Dalam
pemasaran global, pemahaman profit jangan dilihat hanya per Negara saja, tetapi harus
dianalisa profit untuk suatu wilayah/region atau secara global.
Lini produk dapat dikategorikan sebagai :
Core product, yaitu barang (items) yang menggambarkan secara garis besar
volume penjualan seluruh cabang-cabang
Niche product, yaitu suatu segment kecil dari seluruh popolasi produk yang menarik
karena memiliki pertumbuhan dalam pasar.
Seasonal product, yaitu barang yang memiliki penjualan lebih banyak dalam suatu
kurun waktu terbatas dalam setahunnya.
Filler product, yaitu barang yang dihitung hanya merupakan bagian kecil dari
seluruh penjualan cabang-cabangnya
Pembajakan Produk
Pembajakan produk adalah satu kerugian yang dihadapi pemasar dengan merek global
yang populer. Setiap aspek dari produk, rawan terhadap pembajakan, apakah itu logo,
merek, desain, dan kemasan. Pengaruh dari pembajakan adalah merugikan. Kerugian
yang disebabkan karena perusahaan kehilangan pendapatan dari hasil penjualan.
Produk-produk bajakan cenderung memiliki kualitas yang rendah, akibatnya produk
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
10
bajakan membahayakan reputasi merek yang telah dibangun perusahaan selama
bertahun-tahun.
Beberapa factor yang mendorong dapat terjadinya pembajakan adalah penyebaran
teknologi maju seperti mesin copy berwarna, dan pengetahuan yang dicuri dari
perusahaan multinasional oleh partner lokalnya. Selain itu global supply chain juga
memegang peran dalam mendorong terjadinya pembajakan. Dan factor penting lain
yang mendorong pembajakan terjadi adalah karena keuntungan dari kegiatan membajak
adalah cukup besar.
Beberapa upaya untuk mencegah pembajakan, antara lain :
Melakukan lobbying. Melakukan lobby ke pemerintah untuk melawan pembajakan,
apakah untuk memberlakukan undang-undang Intellectual Property atau
penetapan pemberlakuan hukuman secara tegas terhadap perundangan yang telah
ada.
Menempuh jalur hukum. Melakukan penuntutan terhadap para pembajak secara
hukum.
Bea Cukai, melakukan pendekatan kepada Bea Cukai untuk membantu menangkap
produk yang menyalahi undang-undang intellectual property
Opsi kebijakan produk. Untuk mengantisipasi produk bajakan, setiap produk dapat
diberikan identitas khusus sebagai tanda keaslian seperti diberikan hologram, atau
membuat kemasan yang sulit ditiru, atau justru membuat produk sejenis yang
memiliki kisaran harga sama dengan produk bajakan.
Distribusi. Salah satu cara untuk mengurangi pembajakan produk adalah dengan
merubah strategi distribusi. Menggunakan distributor di Negara yang memiliki
perundangan ketat atas pembajakan akan mengurangi resiko produknya dibajak.
Opsi komunikasi. Perusahaan setiap saat harus mengiklankan keaslian produknya
dan menginformasikan resiko bila menggunakan produk bajakan.
Efek Negara Asal (Country of Origin stereotypes)
Dalam pemasaran global sering dijumpai stereotype tentang sikap terhadap produk
buatan luar negeri. Stereotype tersebut dapat positif dapat negative. Factor penentu
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
11
stereotype dapat disebabkan karena iklan dan promosi sebelumnya, reputasi
produknya, dan evaluasi serta pengalaman konsumen atas produk.
Banyak penelitian mengungkapkan bahwa evaluasi yang dilakukan konsumen atas
suatu produk tertentu tidak hanya didasarkan pada daya tarik dan karakteristik fisik
produk saja, tetapi juga berdasarkan Negara yang memproduksinya (contry of origin).
Yang dimaksud dengan country of origin effect adalah segala pengaruh dari Negara
produsen terhadap persepsi positif maupun negative konsumen atas produk tertentu.
Contoh stereotype positif adalah Perancis terkenal dengan reputasi busana, Jerman
dengan mobil dan optic, Swiss dengan arloji, Cina dengan sutra, Jepang dengan produk
elektronik. Dilain pihak Negara-negara berkembang sering dipersepsikan negative
sebagai country of origin berbagai jenis produk.
Namun kenyataannya, tidak ada satupun Negara yang memonopoli reputasi positif atau
negative untuk suatu produk tertentu. Setiap individu di Negara tertentu juga berbeda-
beda dalam berpersepsi terhadap country of origin.
Berikut adalah strategi untuk mengurangi efek negative setereotype Negara asal :
Kebijakan produk. Praktek umum untuk mengatasi efek negative stereotype
Negara asal adalah memilih merek yang dapat menutupi Negara asal
pembuatannya.
Kebijakan harga. Untuk produk yang dipandang harganya mencerminkan kualitas
seperti pakaian, kosmetik dan wine, maka menjual dengan harga rendah akan tidak
menarik konsumen yang tidak mementingkan Negara asal. Oleh karena itu perlu
ditetapkan suatu harga premium untuk menghilangkan efek tersebut.
Distribusi. Perusahaan dapat menggunakan jalur distribusi dalam mempengaruhi
perspsi konsumennya. Produk yang didistribusikan melalui supermarket yang
prestisius akan mendorong produk yang dipasarkan dipersepsikan positif.
Komunikasi. Perusahaan melakukan promosi dan iklan yang dapat
mempersepsikan positif atas produknya, apakah dengan mencoba meningkatkan
image Negara asal produknya atau dengan mendongkrak image mereknya.
Meningkatkan image Negara asal dapat berefek boomerang bila ada perusahaan
lain yang memiliki produk Negara asal yang sama, karena mereka akan menikmati
efek promosi tanpa mereka harus mengeluarkan biaya. Promosi Negara asal,
biasanya dilakukan oleh asosiasi atau pemerintah Negara yang bersangkutan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
12
Pemasaran Jasa Global
Dalam beberapa tahun terakhir, peranan sector jasa semakin meningkat tajam.
Internasionalisasi jasa juga mengalami pertumbuhan pesat, baik dalam bentuk jasa
professional seperti konsultan teknik, manajemen proyek dan konsultan akuntansi. Juga
jasa experiential seperti olah raga dan pariwisata, maupun jasa yang melekat pada
produk fisik seperti perangkat lunak.
Lovelock & Yip merangkum lima factor utama yang menjadi pemicu internasionalisasi
jasa, yaitu :
1. Factor persaingan, yang meliputi tingkat ekspor-impor yang tinggi dalam industri
tertentu, kehadiran pesaing dari berbagai Negara, interdependensi antar Negara.
2. Factor pasar, yang terdiri atas kesamaan dalam kebutuhan dan keinginan
konsumen (convergency), berkembangnya pelanggan dan distribusi global, dll
3. Factor teknologi, yang mencakup kemajuan telekomunikasi, komputerisasi dan
digitalisasi suara, video dan teks
4. Factor biaya seperti tuntutan untuk skala ekonomi, efisiensi melalui sourcing,
perbedaan country cost termasuk mata uang, dll
5. Factor pemerintah, seperti adanya kebijakan perdagangan yang kondusif, regulasi
pemasaran yang serupa, dll
Jasa memiliki sejumlah keunikan khusus yang membedakan dengan barang. Keunikan
tersebut meliputi :
Intangibility – tidak berwujud fisik
Inseparability – produksi dan konsumsi berlangsung secara simultan
Heterogeneity/variability – kualitas jasa sangat bervariasi dan tergantung
penyedia jasa dan waktu penyampaian
Perishability – tidak tahan lama atau tidak dapat disimpan
Karakteristik ini mengarah pada klasifikasi jasa, seperti yang diuraikan oleh Lovelock &
Yip yang mengelompokkan jasa ke dalam tiga kategori, yaitu :
People-Processing Service
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
13
Pelanggan menjadi bagian dari proses produksi yang berlangsung secara simultan
dengan proses konsumsi. Contohnya jasa pengangkutan penumpang dan jasa
kesehatan.
Possession-Processing Service
Tipe ini berkenaan dengan melakukan jasa atas produk fisik untuk meningkatkan
nilainya bagi pelanggan. Contohnya bengkel reparasi kendaraan, pengiriman paket,
cleaning service.
Information-Based Service
Tipe ini terdiri atas pengumpulan, intepretasi dan pengiriman data untuk
menciptakan nilai tambah. Contohnya perbankan jasa konsultansi akuntansi, dan
pendidikan. Keterlibatan pelanggan dalam produksi jasa ditekan serendah mungkin
dengan menggunakan teknologi telekomunikasi.
Dalam konteks pemasaran global, Patterson & Cicic mengembangkan tipologi
perusahaan jasa yang bergerak dalam pemasaran global. Tipologi tersebut didasarkan
pada dua dimensi utama, yaitu tingkat tangibility dan tingkat face to face contact yang
dibutuhkan untuk memproduksi dan menyampaikan jasa.
Ada empat tipologi jenis perusahaan jasa, yaitu :
1. Location-Free Professional Service
Dalam tipe ini, penyedia jasa tidak harus ada di Negara lain secara permanent.
Strategi market entry biasanya dijalankan dengan cara mengirim personel kunci
seperti manajer proyek, insinyur sipil, ahli lingkungan, ke Negara tujuan pemasaran
selama periode waktu yang relative singkat untuk menyelesaikan proyek, kemudian
mereka kembali lagi ke Negara asalnya. Jasa semacam ini biasanya memiliki tingkat
kontak rendah dan cenderung lebih terstandarisasi.
2. Location-Bound Customized Projects
Tipe ini lebih bersifat jangka panjang dan membutuhkan interaksi personal antara
klien dan penyedia jasanya, dan memerlukan kehadiran permanent di Negara tujuan
pemasaran. Contohnya proyek konsultansi dan program riset pasar. Perusahaan
jasa semacam ini menempatkan kantor cabangnya di luar negeri untuk mengikuti
pelanggannya.
3. Standardized Service Packages
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
14
Tipe jasa ini terkait erat dengan produk fisik, seperti perangkat lunak, compact disc,
paket kursus pendidikan jarak jauh yang terstandarisasi. Jasa seperti ini sangat
terstandarisasi sehingga apabila dikemas dengan produk fisik ‘bundled with a good’
dapat memudahkan proses ekspor melalui prosedur tradisional guna menekan
resiko dan biaya. Strategi ini biasanya diterapkan oleh perusahaan kecil yang
menerapkan waralaba, agency arrangements dan direct representation.
4. Value-Added Customized Projects
Perusahaan dalam tipe ini sangat membutuhkan tingkat interaksi yang tinggi dengan
kliennya dalam rangka memberikan layanan sesuai harapan klien. Dalam tipe jasa
semacam ini komponen jasa memberikan nilai tambah signifikan pada produk fisik.
Contohnya adalah on-site training, jasa catering, konsultansi perangkat keras
computer. Perusahaan yang melakukan ekspor dalam kategori ini biasanya
mengikuti kliennya yang masuk ke Negara lain, atau mendapat order dari klien di
Negara lain.
Sumber Pustaka :Global Marketing Management, Masaaki Kotabe-Christiaan HelsenPemasaran Internasional, Philip R Cateora-John L GrahamManajemen Pemasaran Global, Warren J Keegan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
15
Pemasaran Global, G Chandra-F Tjiptono-Y Chandra
Lampiran 1 :
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
16
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Doddy Soebijantoro, SE. MBA PEMASARAN GLOBAL
17