30504975 Prasarana Jalan

126
NORMA-NORMA DAN STANDAR Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan 1. Pengertian jalan Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah, membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional. Ada beberapa pengertian jalan yang didapat dari berbagai literature diantaranya sebagai berikut : Jalan adalah suatau prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagiannya termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan untuk manusia. Jalan adalah serangkaian simpul atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas hingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya 1

Transcript of 30504975 Prasarana Jalan

Page 1: 30504975 Prasarana Jalan

NORMA-NORMA DAN STANDAR

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

1. Pengertian jalan

Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional

mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang

ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan

melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai

keseimbangan dan pemerataan pembangunan antardaerah,

membentuk dan memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan

pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang

dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.

Ada beberapa pengertian jalan yang didapat dari berbagai literature

diantaranya sebagai berikut :

Jalan adalah suatau prasarana perhubungan darat dalam

bentuk apapun meliputi segala bagiannya termasuk bangunan

pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan untuk

manusia.

Jalan adalah serangkaian simpul atau ruang kegiatan yang

dihubungkan oleh ruang lalu lintas hingga membentuk satu

kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan

lalu lintas dan angkutan jalan.

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala

bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan

perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang

berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan

air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;

(menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun

2004 Tentang Jalan).

2. Fungsi Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya1

Page 2: 30504975 Prasarana Jalan

Adapun peranan jalan menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan yaitu:

Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran

penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup,

politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan

urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan

menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik

Indonesia.

Peranan jalan dan jaringan jalan adalah memeberikan akses ke

rumah dan mobilitas pergerakan. Prasarana jalan digunakan untuk

melayani lalulintas sarana angkutan yang menyangkut barang dan

orang/penumpang dari tempat asal ke tempat tujuan. Prasarana jalan

berfungsi sebagai sektor pendorong berkembangnya sektor-sektor lain

sebagai pendukung atau penghubung pada jenjang kota.

3. Karakteristik Prasarana Jalan.

Prasarana jalan meliputi luas jalan, persimpangan dan terminal

serta jaringan jalan. Karakteristik jalan dicakup potongan melintang,

kapasitas, kecepatan rencana dan kelas jalan.

4. Pengelompokan Jalan

Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan

jalan khusus.

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas

umum; Pengaturan jalan umum meliputi pengaturan jalan secara

umum, pengaturan jalan nasional, pengaturan jalan provinsi,

pengaturan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pengaturan jalan

kota.

Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dalam jalan

arteri, jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya2

Page 3: 30504975 Prasarana Jalan

Jalan arteri

merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan

jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.

Jalan kolektor

merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul

atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata

sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

Jalan lokal

jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri

perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan

masuk tidak dibatasi.

Jalan lingkungan

merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan

dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan

nasional, jalan provinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.

Jalan nasional

merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan

primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis

nasional, serta jalan tol.

Jalan provinsi

jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang

menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau

antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.

Jalan kabupaten

jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan

ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antaribukota

kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal,

antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan

jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis

kabupaten.

Jalan kota

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya3

Page 4: 30504975 Prasarana Jalan

jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang

menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan

pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta

menghubungkan antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.

Jalan desa

jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau

antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

5. Sistem Jaringan Jalan

Macam sistem Jaringan jalan (Menurut Peranan Pelayanan Jasa

Distribusi) dapat dibagi yaitu:

Sistem jaringan jalan primer

merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi

barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat

nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang

berwujud pusat-pusat kegiatan. Sistem jaringan jalan primer adalah

sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan

lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan

perkotaan.

Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai

jangkauan pelayanan nasional, wilayah, dan lokal.

Sistem jaringan jalan sekunder

merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi

barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan.

6. Klasifikasi Jalan menurut peranannya (Menurut

Peraturan Pemerintah (43) 1993).

1. Jalan arteri primer.

(a) Kecepatan rencana min 60 km/ jam.

(b) Lebar badan jalan min 8 m.

(c) Kapasitas lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

(d) Lalu lintas jalan jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

ulang- alik lalu lintas lokal dan kegiatan lokal.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya4

Page 5: 30504975 Prasarana Jalan

(e) Jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan persimpangan dengan

pengaturan tertentu tidak mengurangi kecepatan rencana dan

kapasitas jalan.

(f) Tidak terputus walaupun memasuki kota.

(g) Persyaratan tehnis jalan ditetapkan oleh Menteri.

2. Jalan kolektor primer.

(a) Kecepatan rencana min 40 km/jam.

(b) Lebar badan jalan min 7 m.

(c) Kapasitas sama atau lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata.

(d) Jalan masuk dibatasi, direncanakan sehingga tidak mengurangi

kecepatan rencana dan kapasitas jalan.

(e) Tidak terputus walaupun memasuki kota.

3. Jalan lokal primer.

(a) Kecepatan rencana min 19 km/jam.

(b) Lebar min 6 m.

(c) Tidak terputus walaupun melalui desa.

4. Jalan arteri sekunder.

(a) Kecepatan rencana min 19 km/jam.

(b) Lebar badan jalan min 8 m.

(c) Kapasitas sama atau lebih besar dari volume rata-rata.

(d) Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat.

(e) Persimpangan dengan pengaturan tertentu tidak mengurangi

kecepatan dan kapasitas jalan.

5. Jalan kolektor sekunder.

(a) Kecepatan rencana min 19 km/jam.

(b) Lebar badan jalan min 7 m.

6. Jalan lokal sekunder.

(a) Kecepatan rencana min 10 km/jam.

(b) Lebar badan jalan min 5 m.

(c) Persyaratan tehnis diperuntukkan bagi kendaraan roda 3 atau

lebih.

(d) Lebar badan jalan tidak diperuntukkan bagi kendaraan roda 3 atau

lebih.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya5

Page 6: 30504975 Prasarana Jalan

Jalan arteri meliputi jalan arteri primer dan arteri sekunder. Jalan

arteri primer merupakan jalan arteri dalam skala wilayah tingkat

nasional, sedangkan jalan arteri sekunder merupakan jalan arteri

dalam skala perkotaan.

Jalan kolektor primer merupakan jalan kolektor dalam skala

wilayah, sedangkan jalan kolektor sekunder dalam skala perkotaan;

Angkutan pengumpul adalah angkutan antara yang bersifat

mengumpulkan angkutan setempat untuk diteruskan ke angkutan

utama

dan sebaliknya yang bersifat membagi dari angkutan utama untuk

diteruskan ke angkutan setempat.

Jalan lokal meliputi jalan lokal primer dan jalan lokal sekunder.

Jalan lokal primer merupakan jalan lokal dalam skala wilayah tingkat

lokal sedangkan jalan lokal sekunder dalam skala perkotaan;

Angkutan setempat adalah angkutan yang melayani kebutuhan

masyarakat setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan

rendah, dan frekuensi ulang-alik yang tinggi.

Jalan lingkungan meliputi jalan lingkungan primer dan jalan

lingkungan sekunder. Jalan lingkungan primer merupakan jalan

lingkungan dalam skala wilayah tingkat lingkungan seperti di kawasan

perdesaan di wilayah kabupaten, sedangkan jalan lingkungan sekunder

merupakan jalan lingkungan dalam skala perkotaan seperti di

lingkungan perumahan, perdagangan, dan pariwisata di kawasan

perkotaan.

Gambar : Model Jaringan jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya6

Page 7: 30504975 Prasarana Jalan

Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan

usaha, perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan

sendiri. Yang dimaksud dengan jalan khusus, antara lain, adalah jalan

di dalam kawasan pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan

inspeksi pengairan, jalan di kawasan industri, dan jalan di kawasan

permukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah.

Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan

prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya,

jalan sedang, dan jalan kecil.

Jalan bebas hambatan adalah jalan umum untuk lalu lintas

menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh dan tanpa

adanya persimpangan sebidang serta dilengkapi dengan pagar ruang

milik jalan.

Dengan kata lain, Jalan bebas hambatan (freeway) adalah

jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan

menerus/tidak terputus dengan pengendalian jalan masuk secara

penuh, dan tanpa adanya persimpangan sebidang, serta dilengkapi

dengan pagar ruang milik jalan, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah

dan dilengkapi dengan median.

Jalan raya (highway) adalah jalan umum untuk lalu lintas

menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan

dilengkapi

dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah.

Jalan sedang (road) adalah jalan umum dengan lalu lintas

jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak dibatasi, paling

sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 7

(tujuh) meter.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya7

Page 8: 30504975 Prasarana Jalan

Jalan kecil (street) adalah jalan umum untuk melayani lalu

lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan

lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah) meter.

7. Kelas jalan.

Didalam Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No.

43 Tahun 1993 telah dirumuskan klasifikasi jalan sebagai berikut :

1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran tidak melebihi 2.500

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan

muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.

2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000

milimeter dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton.

3. Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat

dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran

lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak

melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang

diizinkan 8 ton.

4. Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000

milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

5. Jalan kelas III C, yaitu jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi

2.100 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter

dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton.

Dari pembagian kelas terlihat bahwa jalan arteri dapat berupa

kelas I, II, dan III A dan jalan kolektor dapat berupa kelas III A dan III B

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya8

Page 9: 30504975 Prasarana Jalan

dan jalan lokal hanya berupa kelas III C. Penentuan kelas ini tergantung

dari jenis kendaraan berat yang melewatinya. Pergerakan kendaraan

berat juga dibatasi pada jalan tertentu saja.

8. Bagian-Bagian Jalan

Bagian-bagian jalan meliputi ruang manfaat jalan, ruang milik

jalan, dan ruang pengawasan jalan.

Daerah manfaat jalan (Damaja)

Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang

pengamannya. Yang dimaksud dengan ruang manfaat jalan adalah

suatu ruang yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas

badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya. Badan

jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan

bahu jalan, termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan

terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan

dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

Daerah milik jalan (Damija)

Meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar

ruang manfaat jalan. Yang dimaksud dengan ruang milik jalan (right of

way) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang

masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda

batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi

persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk

keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan

datang.

Daerah pengawasan jalan (Dawasja)

Merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di

bawah pengawasan penyelenggara jalan. Yang dimaksud dengan

ruang pengawasan jalan adalah ruang tertentu yang terletak di luar

ruang milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara

jalan agar tidak mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi

bangunan jalan apabila ruang milik jalan tidak cukup luas, dan tidak

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya9

Page 10: 30504975 Prasarana Jalan

mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh

pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan

peruntukannya.

Tabel 1.No. Diskripsi Arteri

SekunderKolektor Sekunder

Lokal

1.2.

3.4.

5.

6.

7.

Damija (m)Kecepatan (Km/Jam)Spasi (m)Fungsi pelayanan

Penggunaan lahan

Angkutan umum

Fasilitas

25-3530

100-1.500Daerah dan kecamatan

Komersil/ campuran dan pusat kota

Bis, minibus, mikrolet

-Pohon pelindung (strip stress),-sempadan bangunan yang memadai,-parkir sangat terbatas dan disarankan tidak ada parkir di tepi jalan,-jaringan utilitas di bawah jalan-Boulevard-lalu lintas dua arah-Rambu lalu lintas

15-2420

300-500Kota dan regional (antar desa)Komersil/ lingkungan dan khusus

Mikrolet, helicak, dan bajaj.-trotoar-lampu lalu lintas-curb parkir pada tempat tertentu-jaringan utilitas di bawah jalan-lalu lintas satu atau dua arah

8-1510

50-250Lokal

Permukiman dan lingkungan tradisional

-pohon pelindung- taman parkir-pedestrian area-lalu lintas satu arah, kecuali pada tempat sempit.

Sumber : UNDP (United Nation Development Program)

Jakarta Short Team Transportation Improvement Project (JSTTIP)

PP No. 26 tahun 1985

4. STANDAR PERENCANAAN LANSEKAP JALAN

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya10

Page 11: 30504975 Prasarana Jalan

Menurut buku Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan

No.033/TBM/1996, berikut merupakan standar perencanaan lansekap

jalan :

1. Lansekap jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang

terbentuk pada Iingkungan jalan, baik yang terbentuk dari elemen

lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai

panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap

buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi Iahannya. Lansekap

jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan

persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi

kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan

Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

2. Elemen lansekap adalah segala sesuatu yang berwujud benda,

suara, warna dan suasana yang merupakan pembentuk lansekap, baik

yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Elemen lansekap yang berupa benda terdiri dari dua unsur yaitu benda

hidup dan benda mati; sedangkan yang dimaksud dengan benda hidup

ialah tanaman, dan yang dimaksud dengan benda mati adalah tanah,

pasir, batu dan elemen-elemen Iainnya yang berbentuk padat maupun

cair.

3. Tajuk merupakan keseluruhan bentuk dan kelebaran maksimal

tertentu dari ranting dan daun suatu tanaman.

4. Bentuk Massa ialah suatu bentuk yang merupakan kelompok, baik

untuk kelompok tanaman dan/atau kelompok daun yang padat.

5. Struktur Tanaman ialah bentuk tanaman yang terlihat secara

keseluruhan.

6. Jalur Tanaman adalah jalur penempatan tanaman serta elemen

lansekap Iainnya yang terletak di dalam Daerah Milik Jalan (DAMIJA)

maupun di dalam Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA). Sering disebut

jalur hijau karena dominasi elemen Iansekapnya adalah tanaman yang

pada umumnya

berwarna hijau.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya11

Page 12: 30504975 Prasarana Jalan

7. Tanaman Peneduh adalah jenis tanaman berbentuk pohon dengan

percabangan yang tingginya Iebih dari 2 meter dan dapat memberikan

keteduhan dan menahan silau cahaya matahari bagi pejalan kaki.

8. Tanaman Pengarah, Penahan dan Pemecah Angin adalah jenis

tanaman yang berfungsi sebagai pengarah, penahan dan pemecah

angin; dan dapat berbentuk pohon atau perdu yang diletakkan dengan

suatu komposisi membentuk kelompok.

9. Tanaman Pembatas, Pengarah dan Pembentuk Pandangan adalah

jenis tanaman berbentuk pohon atau perdu yang berfungsi sebagai

pembatas pemandangan yang kurang baik, pengarah gerakan bagi

pemakai jalan pada jalan yang berbelok atau menuju ke suatu tujuan

tertentu, juga karena letak dapat memberikan kesan yang berbeda

sehingga dapat menghilangkan kejenuhan bagi pemakai jalan.

10. Tanaman Penyerap Polusi Udara dan Kebisingan adalah jenis

tanaman berbentuk pohon atau perdu yang mempunyai massa daun

yang padat dan dapat menyerap polusi udara akibat asap kendaraan

bermotor dan dapat mengurangi kebisingan.

KETENTUAN TEKNIK

Penyesuaian dengan persyaratan Geometrik Jalan menurut

Letak Jalur Tanaman

Hal-hal yang dipersyaratkan dan perlu diperhatikan dalam jalan

agar dapat memenuhi penyesuaian dengan persyaratan geometrik

jalan adalah sebagai berikut :

1) Pembersihan lahanJenis jenis tanaman pada daerah ini sebaiknya diletakkan di tepi

jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur

pejalan kaki (trotoar).

Penentuan jenis tanaman yang akan ditanam pada jalur ini harus

memenuhi kriteria teknik perletakan tanaman dan disesuaikan dengan

lebar jalur tanaman.

(2). Pada jalur tengah (median).

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya12

Page 13: 30504975 Prasarana Jalan

Lebar jalur median yang dapat ditanami harus mempunyai lebar

minimum 0.80 meter, sedangkan lebar ideal adalah 4.00 - 6.00 meter

Pemilihan jenis tanaman perlu memperhatikan tempat perletakannya

terutama pada daerah persimpangan, pada daerah bukaan ("U - turn"),

dan pada tempat di antara persimpangan dan daerah bukaan. Begitu

pula untuk bentuk median yang ditinggikan atau median yang

diturunkan.

(3). Pada daerah tikunqan.

Pada daerah ini ada beberapa persyaratan yang harus

diperhatikan dalam hal menempatkan dan memilih jenis tanaman,

antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan, dan ruang bebas

samping di tikungan.

Tanaman rendah (perdu atau semak) yang berdaun padat dan

berwarna terang dengan ketinggian maximal 0.80 meter sangat

disarankan untuk ditempatkan pada ujung tikungan.

(4). Pada daerah persimpanqan.

Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan

lansekapjalan ialah adanya daerah bebas pandangan yang harus

terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi. Pada

daerah ini pemilihan jenis tanaman dan perletakannya harus

memperhatikan bentuk persimpangan baik persimpangan sebidang

maupun persimpangan tidak sebidang.

Pemilihan Jenis Tanaman dan Lokasi Penempatannya Pada

jalur Tanaman Tepi dan Median

1) Ketentuan untuk perletakan tanaman pada jalur tepi dan jalur

tengah (median) disesuaikan dengan potongan melintang standar

tergantung pada kiasifikasi fungsi jalan yang bersangkutan.

(a).Jalan Arteri Primer

(b).Jalan Kolektor Primer

(c).Jalan Arteri Sekunder

2) Berdasarkan lingkungan di sekitar jalan yang direncanakan dan

ketentuan ruang yang tersedia untuk penempatan tanaman lansekap

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya13

Page 14: 30504975 Prasarana Jalan

jalan, maka untuk menentukan pemilihan jenis tanamannya ada 2

(dua) hal lain yang perlu diperhatikan yaitu fungsi tanaman dan

persyaratan penempatannya. Dari contoh-contoh berikut ini

diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemilihan jenis

tanaman lansekap jalan, dan disarankan agar dipilih jenis tanaman

khas daerah setempat, yang disukai oleh burung-burung, serta rendah

evapotranspirasinya

Fungsi, Persyaratan, Contoh Bentuk & Jenis

Pada Jalur Tanaman Tepi

1.Peneduh

- Ditempatkan pada jalur tanaman ( minimal 1,5 m)

- Percabangan 2 m di atas tanah.

- Bentuk percabangan batang tidak merunduk.

- Bermassa daun padat.

- Ditanam secara berbaris.

- Kiara Payung (Filicium decipiens)

- Tanjung (Mimusops elengi)

- Angsana (Ptherocarphus indicus)

2. Penyerap

Polusi Udara

- Terdiri dari pohon, perdu/semak.

- Memiliki ketahanan tinggi terhadap pengaruh udara.

- Jarak tanam rapat.

- Bermassa daun padat.

- Angsana (Ptherocarphus indicus)

- Akasia daun besar (Accasia mangium)

- Oleander (Nerium oleander)

- Bogenvil (Bougenvillea Sp)

- Teh-tehan pangkas (Acalypha sp)

Pemilihan Jenis Tanaman pada Daerah Tikungan

Penentuan jenis tanaman ditentukan dengan melihat bentuk

tikungan dan mengetahui luas daerah bebas samping di tikungan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya14

Page 15: 30504975 Prasarana Jalan

Disarankan, agar baik pada awal tikungan maupun di daerah bebas

samping digunakan tanaman dengan ketinggian < 0.80 meter, supaya

dapat mengarahkan tetapi tidak menutupi pandangan pengemudi

kendaraan.

Pada Persimpangan

Beberapa hal penting yang, perlu dipertimbangkan dalam

penyelesaian

Lansekap Jalan pada persimpangan, antara lain :

1) Daerah Bebas Pandanq di mulut Persimpanqan

Pada mulut persimpangan harus ada daerah terbuka agar tidak

menghalangi pandangan pengemudi sehingga akan memberikan rasa

aman. Untuk daerah bebas pandang ini ada ketentuan mengenai letak

tanaman yang disesuaikan dengan kecepatan kendaraan dan bentuk

persimpangannya.

Pemilihan jenis Tanaman pada Persimpanqan

Penataan lansekap pada persimpangan akan merupakan ciri dari

persimpangan itu atau lokasi setempat. Ada yang menempatkan jam

kota, ornamen-ornamen seperti patung, air mancur, gapura, atau

tanaman yang spesifik. Penempatan dan pemilihan bentuk / desain

semua benda-benda ini harus disesuaikan dengan ketentuan

geometrik pada persimpangan dan harus memenuhi kriteria sebagai

berikut :

(a) Daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanami tanaman

yang menghalangi pandangan pengemudi. Sebaiknya digunakan

tanaman rendah berbentuk tanaman perdu dengan ketinggian < 0.80

meter, dan jenisnya merupakan berbunga atau berstruktur indah,

misalnya :

- Ixora stricata ( soka berwarna-warni )

- Lantana camara ( lantana )

- Duranta sp ( pangkas kuning ).

(b) Bila pada persimpangan ada pulau lalu lintas atau kanal yang

dimungkinkan untuk ditanami, sebaiknya digunakan tanaman perdu

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya15

Page 16: 30504975 Prasarana Jalan

rendah dengan pertimbangan agar tidak mengganggu penyeberang

jalan dan tidak menghalangi pandangan pengemudi kendaraan.

(c) Penggunaan tanaman tinggi berbentuk tanaman pohon sebagai

tanaman pengarah, digunakan

Contoh : - Oreodoxa regia - palem raja

- Areca Catechu - pinang jambe

- Borassus Flabellifer - lontar (siwalan)

- Tanaman pohon bercabang > 2 meter

Contoh : - Khaya Sinegalensis - Khaya

- Lagerstromea Loudonii - bungur

- Mimusops Elengi - tanjung.

KOMPONEN-KOMPONEN

1. RAMBU-RAMBU LALU LINTAS

Menurut Petunjuk Perambuan Sementara Selama Pelaksanaan

Pekerjaan Jalan No. 003/T/Bnkt/1990.

Secara umum pengertian rambu-rambu lalu lintas adalah tanda-

tanda, alat, benda yang digunakan untuk menyampaikan pesan

sebagai piranti pengaturan lalu litnas jalan raya. Berdasarkan jenis

pesan yang disampaikan, rambu lalu lintas dapat dikelompokkan

menjadi rambu-rambu seperti berikut :

a. Rambu peringatan.

Rambu yang memperingatkan adanya bahaya agar para

pengemudi berhati-hati dalam menjalankan kendaraannya. Misalnya: -

Menunjukkan adanya lintasan kereta api, atau adanya simpangan

berbahaya bagi para pengemudi.

b. Rambu Petunjuk.

Rambu yang memberikan petunjuk atau keterangan kepada

pengemudi atau pemakai jalan lainnya, tentang arah yang harus

ditempuh atau letak kota yang akan dituju lengkap dengan nama dan

arah dimana kita itu berada.

c. Rambu larangan dan perintah.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya16

Page 17: 30504975 Prasarana Jalan

Rambu ini untuk melarang/memerintah semua jenis lalu lintas

tertentu untuk memakai jalan, jurusan atau tempat-tempat tertentu:

Misalnya: - Dilarang berhenti.

- Kendaraan harus lewat jalur tertentu.

- Semua kendaraan dilarang lewat.

- Dan lain-lain.

Menurut cara pemasangan dan sifat pesan yang akan

disampaikan maka secara garis besar sistem perambuan dapat

dikelompokkan atas:

1. Rambu tetap.

2. Rambu tidak tetap.

Yang dimaksud dengan rambu tetap adalah semua jenis rambu yang

ditetapkan menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan tersebut di

atas yang dipasang secara tetap dan Rambu Tidak Tetap adalah rambu

yang dipasang dan berlaku hanya beberapa waktu, dapat ditempatkan

sewaktu waktu dan dapat dipindah-pindahkan.

Sedangkan Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : Km 61

Tahun 1993 Tentang Rambu-Rambu Lalu lintas Di Jalan.

Rambu-rambu lalu lintas dijalan yang selanjutnya disebut rambu

adalah salah satu dari perlengkapan jalan, berupa lambang, huruf,

angka, kalimat dan atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan,

larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan. Berdasarkan jenis

pesan yang disampaikan, rambu lalu lintas dapat dikelompokkan

menjadi rambu-rambu seperti berikut :

1) Rambu peringatan adalah rambu yang digunakan untuk

menyatakan peringatan bahaya atau tempat berbahaya pada

jalan didepan pamakai jalan.

2) Rambu larangan adalah rambu yang digunakan untuk

menyatakan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai

jalan.

3) Rambu perintah adalah rambu yang digunakan untuk

menyatakan perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya17

Page 18: 30504975 Prasarana Jalan

4) Rambu petunjuk adalah rambu yang digunakan untuk

menyatakan petunjuk mengenai jurusan, jalan, situasi, kota,

tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan.

Papan tambahan adalah papan yang dipasang dibawah daun

rambu yang memberikan penjelasan lebih lanjut dari suatu rambu.

Papan Tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang

diperlukan untuk menyatakan:

Hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu

Jarak-jarak dan jenis kendaraan tertentu

Perihal lainnya sebagai hasil manajemen rekayasa lalu lintas.

Warna dasarnya putih dengan tulisan dan bingkai warna hitam.

Papan tambahan tidak boleh menyatakan sesuatu keterangan

yang tidak berkaitan dengan rambunya sendiri.

Rambu berlaku sesuai arah lalu lintas yang bersangkutan dengan

lokasi penempatan harus mempertimbangkan :

a) Kondisi jalan dan lingkungan

b) Kondisi lalu lintas

c) Aspek keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran

lalu lintas

Rambu sesuai dengan fungsinya dikelompokkan menjadi 4

(empat) jenis :

a) Rambu peringatan, digunakan untuk :

memberi peringatan untuk kemungkinan ada bahaya atau

tempat berbahaya dibagian jalan didepannya,

Ditempatkan sekurang-kurangnya pada jarak 50 m atau pada

jarak tertentu sebelum tempat bahaya dengan memperhatikan

kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaaan jalan yang disebabkan

oleg faktor geografis, geometris, permukaan jalan, dan

ketepatan rencana jalan.

Dapat dilengkapi pula dengan papan tambahan.

Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan

lambang atau tulisan berwarna hitam.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya18

Page 19: 30504975 Prasarana Jalan

Rambu ini lazimnya ditempatkan pada pelintasan sebidang

dengan kereta api,

Bentuk rambu ini adalah bujur sangkar dan atau empat persegi

panjang yang semua titik sudutnya dibulatkan.

b) Rambu Larangan digunakan untuik menyatakan perbuatan yang

dilarang dilakukan oleh pemakai jalan dengan ketentuan sebagai

berikut :

Ditempatkan sedekat mungkin dengan titik larangan dimulai

Dapat dilengkapi dengan papan tambahan

Sebagai petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat

ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak sebelum

titik larangan dimulai.

Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau

tulisan berwarna hitam atau merah.

Bentuk rambu ini dapat berupa :

(a) Segi delapan sama sisi

(b) Segi tiga sama sisi

(c) Silang dengan ujung-ujungnya diruncingkan

(d) Lingkaran empat persegi panjang. Dengan ukuran-ukuran

tertentu

c) Rambu Perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib

dilakukan oleh pemakai jalan dengan penempatannya sebagai berikut:

Ditempatkan sedekat mungkin dengan titik kewajiban dimulai

Dapat dilengkapi dengan papan tambahan

Dimaksudkan untuk memberi petunjuk pendahuluan kepada

pemakai jalan dan ditempatkan pada jarak yang layak sebelum

titik kewajiban dimulai.

Warna dasar berwarna biru dengan lambang atau tulisan

berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas

akhir perintah.

d) Rambu Petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai

jurusan, jalan, situasi, tempat, pengaturan, fasilitas dll bagi pemakai

jalan dengan ketentuan sebagai berikut :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya19

Page 20: 30504975 Prasarana Jalan

Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna

sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan

kondisi lalu lintas.

Dapat pula digunakan papan tambahan atau dicantumkan pada

rambu itu sendiri.

Rambu ini dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu

dan obyek yang dinyatakan pada rambu tersebut dapat

dinyatakan dengan papan tambahan.

Rambu petunjuk dapat menunjukkan :

(a) Tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi

jalan dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus

dinyatakan dengan warna dasar biru.

(b) Petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota,

daerah/wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan

dinyatakann dengan warna dasar hijau dengan lambang dan

tulisan warna putih.

(c) Khusus rambu yang menunjukkan jurusan kawasan dan obyek

wisata dinyatakan dengan warna dasar cokelat dengan lambang

dan tulisan warna putih.

Rambu sementara adalah rambu lalu lintas yang dipasang tidak

tetap dan digunakan dalam keadaan dan kegiatan tertentu.

Penggunaannya dapat dibuat dalam bentuk“portabel dan atau

variabel”, ditempatkan pada keadaan darurat, kegiatan tertentu,

kecelakaan lalu lintas, kebakaran, uji coba pengaturan lalu lintas,

survey lalu lintas dan perbaikan jalan atau jembatan.

Penempatan rambu adalah sebagai berikut :

Disebelah kiri menurut arah lalu lintas, diluar jarak tertentu dari

tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan dan

tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan kaki, dan

dapat dilihat secara jelas oleh pemakai jalan.

Dalam keadaan tertentu dengan mempertimbangkan lokasi dan

kondisi lalu lintas, rambu dapat ditempatkan disebelah kanan atau

diatas daerah manfaat jalan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya20

Page 21: 30504975 Prasarana Jalan

Pembinaan dan pengawasan teknis sesuai dengan lingkup

tanggung jawab sama dengan penjelasan pada Marka Jalan.

Menurut Petunjuk Perambuan Sementara Selama Pelaksanaan

Pekerjaan Jalan No. 003/T/Bnkt/1990.

1). Perambuan Untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan

1. Persyaratan Rambu

Rambu tidak tetap dalam penggunaannya harus memenuhi syarat-

syarat antara lain:

Mudah dipasang

Mudah dipindahkan

Mudah diangkut

Tidak mudah rusak

Dapat berfungsi baik pada siang maupun malam hari.

2. Pesan Rambu.

Pesan-pesan rambu antara lain harus menarik peraatian, mudah

dibaca, mudah dimengerti serta efektif, baik pada siang maupun

malam hari. Penempatan harus baik dan terencana harus diusahakan

agar pengemudi dapat dengan leluasa mengambil langkah-langkah

tertentu terhadap apa yang diinformasikan oleh suatu rambu tentang

hambatan maupun situasi dihadapan pengemudi secara cepat dan

tepat, guna keselamatan dan kelancaran lalu lintas.

3. Desain

Ukuran

Rambu dapat dibuat menurut empat macam ukuran yaitu kecil,

normal, sedang dan besar (lihat tabel No. 4). Untuk rambu tidak tetap

ini, sebaiknya digunakan rambu-rambu ukuran normal untuk jalan jalan

yang mempunyai kecepatan rencana dibawah 80 km/jam, sedangkan

rambu ukuran besar digunakan pada jalan untuk kecepatan lebih besar

dari 80 km/jam.

Jenis

Jenis rambu untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan jalan antara lain

meliputi:

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya21

Page 22: 30504975 Prasarana Jalan

Rambu

Ketentuan mengenai rambu tidak tetap ini sebagian besar dijabarkan

dari ketentuan yang termuat di dalam peraturan perambuan No. KM.

170/IJPhb/75 untuk rambu tetap yang pada pokoknya dapat dan mudah

untuk dipindah-pindahkan dan selanjutnya disesuaikan dengan

keadaan dan kebutuhan.

Tanda dengan Lampu Lalu Lintas

Tanda lampu untuk keperluan perbaikan jalan dapat berupa lampu

kedip atau lampu tanpa kedip. Lampu kedip diberikan untuk tanda

peringatan dan atau pengarah lampu tanpa kedip untuk menyatakan

perintah atau larangan. Lampu-lampu ini digunakan untuk keperluan

pada malam hari.

Kerucut lalu lintas dan tiang pengarah

Kerucut lalu lintas digunakan sebagai tanda peringatan dan pengarah

atau pembatas, sedangkan tiang pengarah sesuai dengan namanya

hanya sebagai pengarah atau dapat juga berfungsi sebagai pembatas.

Barikade

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya22

Page 23: 30504975 Prasarana Jalan

Barikade digunakan sebagai tanda penutup jalur lalu lintas yang tidak

diperkenankan untuk dilalui.

Warna

Ketentuan mengenai warna rambu tidak tetap pada dasarnya

mengikuti ketentuan-ketentuan warna untuk rambu yang ada.

Ketentuan mengenai rambu atau tanda-tanda lainnya dapat

dilihat pada lampiran yang ada.

Kerucut lalu lintas (traffic cone) warna dasar jingga dengan atau

tanpa strip/garisputih.

Barikade, warna dasar jingga bergaris hitam. 2.3.4. Bahan-Bahan

tergantung dari ketentuan yang disyaratkan. Dapat dipergunakan

bahan-bahan berupa kayu, metal atau plastik.

2) Penempatan Rambu Dan Pengaturan Lalu Lintas

Penempatan

Rambu-rambu lalu lintas dapat ditempatkan di sebelah kiri atau

kanan jalur lalu lintas. Rambu-rambu yang ditempatkan pada sisi jalan,

jarak sisi rambu bagian terbawah sampai ke permukaan jalur

kendaraan minimum 175 cm dan jarak bagian rambu terdekat dengan

tepi jalur lalu lintas adalah 60 cm. Rambu-rambu yang ditempatkan di

atas permukaan jalur lalu lintas, jarak sisi rambu bagian terbawah

sampai ke permukaan jalur lalu lintas minimum 45 cm.

Pengaturan Lalu Lintas.

Dengan mempertimbangkan kapasitas jalan, kelancaran lalu

lintas, keselamatan pekerja maupun pemakai jalan make pengaturan

lalu lintas perlu dilakukan pada lokasi dimana pekerjaan sedang

berlangsung. Pengaturan ini juga dihubungkan dengan ciri-ciri

pekerjaan konstruksi jalan yang meliputi jenis pekerjaan dan kondisi

lalu lintas. Yang dimaksud dengan jenis pekerjaan yaitu banyaknya

macam pekerjaan yang ditangani oleh suatu proyek, tergantung dari

sifat penanganannya. Misalnya: Penanganan dalam pekerjaan

pemeliharaan mempunyai cara yang berbeda dengan pekerjaan

peningkatan jalan. Yang dimaksud dengan kondisi lalu lintas di sini

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya23

Page 24: 30504975 Prasarana Jalan

adalah volume lalu lintas yang dikaitkan dengan kecepatan.

Pengaturan rambu dengan volume/kecepatan lalu lintas yang tinggi

akan berbeda dengan pengaturan dengan volume/kecepatan lalu lintas

rendah.

Cara Penanganan.

Pengaturan Perambuan pada dasarnya dibedakan berdasarkan

skala pekerjaan. Untuk pekerjaan dengan skala relatif kecil, rambu-

rambu dapat dibuat dari bahan-bahan yang cukup murah dan

sederhana, untuk keperluan tanda di malam hari dapat digunakan

lampu isyarat seperti misalnya yang memakai (sesuai kebutuhan)

misal dengan lampu minyak atau lentera lainnya. Pekerjaan-pekerjaan

yang mempunyai skala yang cukup besar dapat menggunakan rambu-

rambu yang lebih canggih misal, rambu terbuat dari bahan logam atau

plastik yang sudah dibentuk, konstruksi dibuat lebih kuat dan untuk

keperluan pekerjaan malam hari dengan digunakan lampu-lampu

isyarat ac/dc.

Jenis Perlengkapan Lain adalah meliputi:

Bendera.

Bendera merupakan tanda untuk menunjukkan adanya kegiatan

pekerjaan jalan yang digunakan sebagai tanda pada siang hari (untuk

malam hari digunakan isyarat lampu). Bendera juga dapat digunakan

petugas untuk mengatur lalu lintas (pengemudi) untuk berhati-hati

selain mematuhi wilayah kerja.

Tanda "Berhenti/Jalan" dipergunakan oleh petugas untuk

mengatur arus lalu lintas.

Bendera ditempatkan sebelum lokasi pelaksanaan pekerjaan

dipasang di atas ujung daun rambu atau dipegang oleh petugas.

2. Tempat perhentian kendaraan penumpang umum (TPKPU)

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan DaratNomor :

271/Hk.105/Drjd/96 Tentang Pedoman Teknis Perekayasanaan Tempat

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya24

Page 25: 30504975 Prasarana Jalan

Perhentian Kendaraan Penumpang Umum Direktur Jenderal

Perhubungan Darat,

1. JENIS TPKPU

Tempat perhentian kendaraan penumpang umum (TPKPU) terdiri dari

halte dan tempat perhentian bus.

Halte adalah tempat perhentian kendaraan penumpang

umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan

penumpang yang dilengkapi dengan bangunan.

Tempat perhentian bus (bus stop) adalah tempat untuk

menurunkan dan/atau menaikkan penumpang

(selanjutnya disebut TPB).

2. TUJUAN TPKPU

Tujuan perekayasaan tempat perhentian kendaraan penumpang umum

(TPKPU) adalah :

1. menjamin kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas;

2. menjamin keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum

3. menjamin kepastian keselamatan untuk menaikkan dan/atau

menurunkan penumpang;

4. memudahkan penumpang dalam melakukan perpindahan moda

angkutan umum atau bus.

3. KETENTUAN UMUM

Persyaratan umum tempat perhentian kendaraan penumpang

umum adalah :

1). berada di sepanjang rute angkutan umum/bus;

2). terletak pada jalur pejalan (kaki) dan dekat dengan fasilitas pejalan

(kaki);

3). diarahkan dekat dengan pusat kegiatan atau permukiman;

4). dilengkapi dengan rambu petunjuk;

5). tidak mengganggu kelancaran arus lalu-lintas.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya25

Page 26: 30504975 Prasarana Jalan

5. FASILITAS TPKPU

1. Fasilitas utama

Halte

1) identitas halte berupa nama dan/ atau nomor

2) rambu petunjuk

3) papan informasi trayek

4) lampu penerangan

5) tempat duduk

TPB

1) rambu petunjuk

2) papan informasi trayek

3) identifikasi TPB berupa nama dan/atau nomor

2. Fasilitas tambahan

a. telepon umum

b. tempat sampah

c. pagar

d. papan iklan/pengumuman. Pada persimpangan, penempatan

fasilitas tambahan itu tidak boleh mengganggu ruang bebas pandang.

6. TATA LETAK

Tata letak halte dan/atau TPB terhadap ruang lalu lintas

a. Jarak maksimal terhadap fasilitas penyeberangan pejalan kaki

adalah 100 meter.

b. Jarak minimal halte dari persimpangan adalah 50 meter atau

bergantung pada panjang antrean.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya26

Page 27: 30504975 Prasarana Jalan

c. Jarak minimal gedung (seperti rumah sakit, tempat ibadah) yang

membutuhkan ketenangan adalah 100 meter.

d. Peletakan di persimpangan menganut sistem campuran, yaitu

antara sesudah persimpangan (farside) dan sebelum persimpangan

(nearside).

Teluk bus (bus bay) adalah bagian perkerasan jalan tertentu

yang diperlebar dan diperuntukkan sebagai TPKPU.

Pengelompokan tempat perhentian kendaraan penumpang

umum berdasarkan tingkat pemakaian, ketersediaan lahan, dan

kondisi lingkungan adalah sebagai berikut :

1. halte yang terpadu dengan fasilitas pejalan kaki dan dilengkapi

dengan teluk bus (Gambar 3.8);

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya27

Page 28: 30504975 Prasarana Jalan

2. TPB yang terpadu dengan fasilitas pejalan kaki dan dilengkapi

dengan teluk bus (Gambar 3.9);

3. halte yang sama dengan butir (1), tetapi tidak dilengkapi dengan

teluk bus(Gambar 3.10 );

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya28

Page 29: 30504975 Prasarana Jalan

3. halte yang sama dengan butir (1), tetapi tidak dilengkapi dengan

teluk bus(Gambar 3.10 );

4. TPB yang sama dengan butir (2), tetapi tidak dilengkapi dengan

teluk bus(Gambar 3.11 );

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya29

Page 30: 30504975 Prasarana Jalan

5. halte yang tidak terpadu dengan trotoar dan dilengkapi dengan

teluk bus(Gambar 3.12 );

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya30

Page 31: 30504975 Prasarana Jalan

6. TPB yang tidak terpadu dengan trotoar dan dilengkapi dengan teluk

bus (Gambar 3.13 );

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya31

Page 32: 30504975 Prasarana Jalan

7. halte yang tidak terpadu dengan trotoar dan tidak dilengkapi

dengan teluk bus serta mempunyai tingkat pemakaian tinggi (Gambar

3.14);

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya32

Page 33: 30504975 Prasarana Jalan

8. TPB yang tidak terpadu dengan trotoar, dan tidak dilengkapi dengan

teluk bus dan mempunyai tingkat pemakaian rendah (Gambar 3.15);

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya33

Page 34: 30504975 Prasarana Jalan

9. halte pada lebar jalan yang terbatas (< 5,75 m), tetapi mempunyai

tingkat permintaan tinggi (Gambar 3.16);

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya34

Page 35: 30504975 Prasarana Jalan

10. pada lahan terbatas yang tidak memungkinkan membuat teluk

bus, hanya disediakan TPB dan rambu larangan menyalip (Gambar

3.17).

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya35

Page 36: 30504975 Prasarana Jalan

1. HalteHalte dirancang dapat menampung penumpang angkutan umum 20 orang per halte pada kondisi biasa (penumpang dapat menunggu dengan nyaman).

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya36

Page 37: 30504975 Prasarana Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya37

Page 38: 30504975 Prasarana Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya38

Page 39: 30504975 Prasarana Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya39

Page 40: 30504975 Prasarana Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya40

Page 41: 30504975 Prasarana Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya41

Page 42: 30504975 Prasarana Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya42

Page 43: 30504975 Prasarana Jalan

7. FASILITAS PEJALAN KAKI

Menurut Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Perencanaan

Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Jalan No.: 011/T/Bt/1995.

1. PENGERTIAN

Fasilitas Pejalan Kaki

Semua bangunan yang disediakan untuk pejalan kaki guna

memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat

meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.

Jalur Pejalan Kaki

Jalur pejalan kaki adalah jalur yang disediakan untuk pejalan kaki guna

memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya43

Page 44: 30504975 Prasarana Jalan

meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki

tersebut.

Pelican Crossing

Adalah fasilitas penyeberangan pejalan kaki yang dilengkapi dengan

lampu lalu lintas untuk menyeberang jalan dengan aman dan nyaman.

Arus Pejalan Kaki

Adalah jumlah pejalan kaki yang melewati suatu titik tertentu,

biasanya dinyatakan dengan jumlah pejalan kaki per satuan waktu

(pejalan kaki/menit).

Non Trotoar

Yang dimaksud dengan non trotoar adalah jalur pejalan kaki yang

dibangun pada prasarana umum lainnya diluar jalur; seperti pada

taman, di perumahan dan lain-lain.

Lapak Tunggu

Adalah tempat dimana penyeberang jalan dapat berhenti untuk

sementara dalam menunggu kesempatan menyeberang.

Klasifikasi Jalan Tipe II Kelas I

Adalah standar tertinggi bagi jalan dengan 4 jalur atau lebih,

memberikan pelayanan angkutan cepat bagi angkutan antar kota atau

dalam kota, dengan kontrol.

Klasifikasi Jalan Tipe II kelas II

Adalah standar tertinggi bagi jalan dengan 2 atau 4 jalur dalam

melayani angkutan cepat antar kota dan dalam kota, terutama untuk

persimpangan tanpa lampu lalu-lintas.

Klasifikasi Jalan Tipe II Kelas III

Adalah standar menengah bagi jalan dengan 2 jalur untuk melayani

angkutan dalam distrik dengan kecepatan sedang, untuk

persimpangan tanpa lampu lalu -

lintas.

2. KETENTUAN UMUM

Fasilitas pejalan kaki harus direncanakan berdasarkan ketentuan-

ketentuan sebagai berikut :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya44

Page 45: 30504975 Prasarana Jalan

1) Pejalan kaki harus mencapai tujuan dengan jarak sedekat mungkin,

aman dari lalu lintas yang lain dan lancar.

2) Terjadinya kontinuitas fasilitas pejalan kaki, yang menghubungkan

daerah yang satu dengan yang lain.

3) Apabila jalur pejalan kaki memotong arus lalu lintas yang lain harus

dilakukan pengaturan lalu lintas, baik dengan lampu pengatur ataupun

dengan marka penyeberangan, atau tempat penyeberangan yang

tidak sebidang. Jalur pejalan kaki yang memotong jalur lalu lintas

berupa penyeberangan (Zebra Cross), marka jalan dengan lampu

pengatur lalu lintas (Pelican Cross), jembatan penyeberangan dan

terowongan.

4) Fasilitas pejalan kaki harus dibuat pada ruas-ruas jalan di perkotaan

atau pada tempat-tempat dimana volume pejalan kaki memenuhi

syarat atau ketentuanketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut.

5) Jalur pejalan kaki sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa dad jalur

lalu lintas yang lainnya, sehingga keamanan pejalan kaki lebih

terjamin.

6) Dilengkapi dengan rambu atau pelengkap jalan lainnya, sehingga

pejalan kaki leluasa untuk berjalan, terutama bagi pejalan kaki yang

tuna daksa.

7) Perencanaan jalur pejalan kaki dapat sejajar, tidak sejajar atau

memotong jalur lalu lintas yang ada.

8) Jalur pejalan kaki harus dibuat sedemikian rupa sehingga apabila

hujan permukaannya tidak licin, tidak terjadi genangan air serta

disarankan untuk dilengkapi dengan pohon-pohon peneduh.

9) Untuk menjaga keamanan dan keleluasaan pejalan kaki, harus

dipasang kerb jalan sehingga fasilitas pejalan kaki lebih tinggi dari

permukan jalan.

3. FASILITAS PEJALAN KAKI

Fasilitas Pejalan kaki dapat dipasang dengan kriteria sebagai berikut :

Fasilitas pejalan kaki harus dipasang pada lokasi-lokasi dimana

pemasangan fasilitas tersebut memberikan manfaat yang

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya45

Page 46: 30504975 Prasarana Jalan

maksimal, baik dad segi keamanan, kenyamanan ataupun

kelancaran perjalanan bagi pemakainya.

Tingkat kepadatan pejalan kaki, atau jumlah konflik dengan

kendaraan dan jumlah kecelakaan harus digunakan sebagai

faktor dasar dalam pemilihan fasilitas pejalan kaki yang

memadai.

Pada lokasi-lokasi/kawasan yang terdapat sarana dan prasarana

umum.

Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau

pada suatu kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan

pejalan kaki dan biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu

lintas serta memenuhi syaratsyarat atau ketentuanketentuan

untuk pembuatan fasilitas tersebut. Tempat-tempat tersebut

antara lain : Daerah-daerah industri, Pusat perbelanjaan, Pusat

perkantoran, Sekolah, Terminal bus, Perumahan dan Pusat

hiburan.

Fasilitas pejalan kaki yang formal terdiri dari beberapa jenis

sebagai berikut :

(1) Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

Trotoar

Yang dimaksud dengan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang

terletak pada Daerah Milik Jalan, diberi lapisan permukaan, diberi

elevasi yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada

umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.

Trotoar dapat dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi luar bahu jalan atau sisi

luar jalur lalu lintas. Trotoar hendaknya dibuat sejajar dengan jalan,

akan tetapi trotoar dapat tidak sejajar dengan jalan bila keadaan

topografi atau keadaan setempat yang tidak memungkinkan.

(2) Trotoar hendaknya ditempatkan pada sisi dalam saluran drainase

terbuka atau di atas saluran drainase yang telah ditutup dengan plat

beton yang memenuhi syarat.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya46

Page 47: 30504975 Prasarana Jalan

(3) Trotoar pada pemberhentian bus harus ditempatkan berdampingan

/sejajar dengan jalur bus. Trotoar dapat ditempatkan di depan atau

dibelakang Halte.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993

Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan

trotoar, memenuhi persyaratan lebar sesuai dengan kondisi lokasi atau

jumlah pejalan kaki yang melalui dan memiliki ruang bebas diatasnya

sekurangnya 2,50 m dari permukaaan trotoar.

b) Penyeberangan seperti:

Jembatan Penyeberangan

Pembangunan jembatan penyeberangan disarankan memenuhi

ketentuan sebagai berikut :

(1) Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross

dan Pelikan Cross sudah mengganggu lalu lintas yang ada.

(2) Pada ruas jalan dimana frekwensi terjadinya kecelakaan yang

melibatkan pejalan kaki cukup tinggi.

(3) Pada ruas jalan yang mempunyai arus lalu lintas dan arus pejalan

kaki yang tinggi.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993

Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,

Jembatan penyeberangan; memiliki lebar sekurang-kurangnaya 2,00 m

dan tinggi jembatan sekurangnya 5,00 m dari atas permukaan jalan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya47

Page 48: 30504975 Prasarana Jalan

zebra cross

Zebra Cross dipasang dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Zebra Cross harus dipasang pada jalan dengan arus lalu lintas,

kecepatan lalu lintas dan arus pejalan kaki yang relatif rendah.

(2) Lokasi Zebra Cross harus mempunyai jarak pandang yang cukup,

agar tundaan kendaraan yang diakibatkan oleh penggunaan fasilitas

penyeberangan masih dalam batas yang aman.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993

Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,

zebra cross atau dinyatakan dengan marka berupa 2 garis utuh

melintang jalur lalu lintas dan/atau rambu perintah yang menyatakan

tempat penyeberangan pejalan kaki.

Pelican Cross

Pelican Crossing harus dipasang pada lokasi-lokasi sebagai berikut :

(1) Pada kecepatan lalu lintas kendaraan dan arus penyeberang tinggi

(2) Lokasi pelikan dipasang pada jalan dekat persimpangan.

(3) Pada persimpangan dengan lampu lalu lintas, dimana pelican cross

dapat dipasang menjadi satu kesatuan dengan rambu lalu lintas (traffic

signal).

Terowongan

Pembangunan terowongan disarankan memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

(1) Bila fasilitas penyeberangan dengan menggunakan Zebra Cross

dan Pelikan Cross serta Jembatan penyeberangan tidak memungkinkan

untuk dipakai.

(2) Bila kondisi lahannya memungkinkan untuk dibangunnya

terowongan.

(3) Arus lalu lintas dan arus pejalan kaki cukup tinggi.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993

Tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan,

terowongan penyeberangan, memiliki lebar sekurang-kurangnya 2,00

m dan tinggi bagian sekurangnya 3,00 m dari lantai dilengkapi dengan

lampu penerangan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya48

Page 49: 30504975 Prasarana Jalan

Non Trotoar

Fasilitas pejalan kaki ini bila menjadi satu kesatuan dengan

trotoar harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut Elevasinya

harus sama atau bentuk pertemuannya harus dibuat sedemikan rupa

sehingga memberikan keamanan dan kenyamanan pejalan kaki.

(2) Pelengkap Jalur Pejalan kaki yang terdiri dari :

Lapak tunggu

(1) Lapak tunggu harus dipasang pada jalur lalu lintas yang lebar,

dimana penyeberang jalan sulit untuk menyeberang dengan aman.

(2) Lebar lapak tunggu minimum adalah 1,20 meter.

(3) Lapak tunggu harus di cat dengan cat yang memantulkan cahaya

(reflective).

Rambu

(1) Penempatan rambu dilakukan sedemikian rupa sehingga mudah

terlihat dengan jelas dan tidak merintangi pejalan kaki.

(2) Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, diluar

jarak tertentu dari tepi paling luar jalur pejalan kaki.

(3) Pemasangan rambu harus bersifat tetap dan kokoh serta terlihat

jelas pada malam hari.

Marka

(1) Marka jalan hanya ditempatkan pada jalur pejalan kaki yang

memotong jalan berupa zebra cross dan Pelikan cross.

(2) Marka jalan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah terlihat

dengan jelas bagi pemakai jalan yang bersangkutan.

(3) Pemasangan marka harus bersifat tetap dan kokoh serta tidak

menimbulkan licin pada permukaan jalan dan terlihat jelas pada

malam hari.

Lampu lalu lintas

(1) Lampu lalu-lintas ditempatkan pada jalur pejalan kaki yang

memotong jalan

(2) Pemasangan lampu lalu-lintas harus bersifat tetap dan kokoh

(3) Penempatan lampu lalu-lintas sedemikian rupa sehingga terlihat

jelas oleh lalu-lintas kendaraan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya49

Page 50: 30504975 Prasarana Jalan

(4) Cahaya lampu lalu-lintas harus cukup terang sehingga dapat dilihat

dengan jelas pada siang dan malam hari

Bangunan pelengkap

Bangunan Pelengkap harus cukup kuat sesuai dengan fungsinya

memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki.

4. TEKNIS

1. Jalur Pejalan Kaki

1) Lebar dan alinyemen jalur pejalan kaki harus leluasa, minimal bila

dua orang pejalan kaki berpapasan, salah satu diantaranya tidak harus

turun ke jalur lalu lintas kendaraan.

2) Lebar minimum jalur pejalan kaki adalah 1,50 meter.

3) Maksimum arus pejalan kaki adalah 50 pejalan kaki/menit.

4) Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan

kaki maka jalur harus diperkeras, dan apabila mempunyai perbedaan

tinggi dengan sekitarnya harus diben pembatas (dapat berupa kerb

atau batas penghalang/barrier).

5) Perkerasan dapat dibuat dan blok beton, beton, perkerasan aspal,

atau plesteran. Permukaan harus rata dan mempunyai kemiringan

melintang 2 - 4 % supaya tidak terjadi genangan air. Kemiringan

memanjang disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan dan

disarankan kemiringan maksimum adalah 10 %.

6) Lebar jalur pejalan kaki harus ditambah, bila patok rambu lalu lintas,

kotak surat, pohon peneduh atau fasilitas umum lainnya ditempatkan

pada jalurtersebut.

7). Lebar minimum jalur pejalan kaki diambil dari lebar yang

dibutuhkan untuk pergerakan 2 orang pejalan kaki secara

bergandengan atau 2 orang pejalan kaki yang berpapasan tanpa

terjadinya persinggungan. Lebar absolut minimum jalur pejalan kaki

ditentukan 2 x 75 cm + jarak antara dengan bangunan-bangunan di

sampingnya, yaitu (2 x 15 cm) = 1,80m. Dalam keadaan ideal untuk

mendapatkan lebar minimum dipakai rumus sebagai

berikut :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya50

Page 51: 30504975 Prasarana Jalan

Dimana :

LT = Lebar total jalur pejalan kaki

Lp = Lebar jalur pejalan kaki yang diperlukan sesuai dengan tingkat

kenyamanan yang diinginkan.

Lh = Lebar tambahan akibat halangan bangunan-bangunan yang ada

disampingnya ditentukan tabel 1.

8) Besarnya penambahan lebar dapat dilihat pada tabel 1.

2. Trotoar

1). Trotoar dapat direncanakan pada ruas jalan yang terdapat volume

pejalan kaki lebih dari 300 orang per 12 jam (jam 6.00 - jam 18.00) dan

volume lalu lintas lebih dan 1000 kendaraan per 12 jam (jam 6.00 -jam

18.00).

2). Ruang bebas trotoar tidak kurang dari 2,5 meter dan kedalaman

bebas tidak kurang dari satu meter dan permukaan trotoar. Kebebasan

samping tidak kurang dan 0,3 meter. Perencanaan pemasangan utilitas

selain harus memenuhi ruang bebas trotoar juga harus memenuhi

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya51

Page 52: 30504975 Prasarana Jalan

ketentuan-ketentuan dalam buku petunjuk pelaksanaan pemasangan

utilitas.

3. Lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada.

Lebar minimum trotoar sebaiknya seperti yang tercantum dalam tabel

2 sesuai dengan klasifikasi jalan.

Keterangan :

Lebar minimum digunakan pada jembatan dengan panjang 50 meter

atau lebih pada daerah terowongan dimana volume lalu-lintas pejalan

kaki (300 - 500 orang per 12 jam).

3. Fasilitas Penyeberangan

Penyeberangan Sebidang

a) Fasilitas penyeberangan pejalan kaki ada kaitannya dengan trotoar,

maka fasilitas penyeberangan pejalan kaki dapat berupa perpanjangan

dan trotoar.

b) Untuk penyeberangan dengan Zebra cross dan Pelikan cross

sebaiknya ditempatkan sedekat mungkin dengan persimpangan.

c) Lokasi penyeberangan harus terlihat jelas oleh pengendara dan

ditempatkan tegak lurus sumbu jalan.

1. Dasar-dasar penentuan jenis fasilitas penyeberangan adalah seperti

tertera pada tabel 3 berikut :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya52

Page 53: 30504975 Prasarana Jalan

Dimana :

P = Arus lalu-lintas penyeberang jalan yang menyeberang jalur lalu

lintas sepanjang 100 meter, dinyatakan dengan pejalan kaki/jam;

V = Arus lalu-Iintas dua arah per jam, dinyatakan dalam

kendaraan/jam

Catatan :

1) Arus penyeberang jalan dan arus lalu-lintas adalah rata-rata arus

lalu-lintas pada jam-jam sibuk

2) Lebar jalan merupakan faktor penentu untuk perlu atau tidaknya

dipasang lapak tunggu

Penyeberangan Tidak Sebidang

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya53

Page 54: 30504975 Prasarana Jalan

Mengingat biaya konstruksi jembatan penyeberangan atau

terowongan cukup mahal, maka fasilitas penyeberangan ini sangat

tepat dibangun bila volume pejalan kaki yang menyeberang jalur lalu-

Iintas pada jam sibuk sangat tinggi. Penyeberangan jenis ini diuraikan

dalam buku lain.

8. PARKIR

Parkir adalah keadan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak

bersifat sementara. Kendaraan menggunakan jalan umum tentu

dengan maksud tertentu. Ia bergerak atas kehendak dan kemauan

manusia sehubungan dengan kegiatan manusia tsb. Jadi lalu lintas

adalah fungsi kegiatan. Hal ini menjelaskan dan memberi petunjuk

mengapa di sejumlah kota terdapat sedemikian banyak lalulintas,

banyak kegitan manusia terpusat di kota. Hal demikian juga

menjelaskan mengapa ada lalu lintas hubungan antarkota serta antara

kota dan daerah pinggiran, ada kegiatan yang menimbulkan lalulintas

timbal balik.

Kita tahu bahwa kendaraan tidak mungkin bergerak terus

menerus. Pada suatu saat ia harus berhenti untuk sementara atau

berhenti cukup lama yang disebut parkir. Tempat parkir ini harus ada

pada saat akhir atau tujuan perjalanan sudah dicapai.

Luas yang dibutuhkan untuk pelataran parkir bergantung pada

dua hal pokok, yaitu ukuran kendaraan yang diperkirakan parkir dan

sudut parkir. Sudut parkir yang digunakan umumnya adalah 00, 300,

450, 600,dan 900 .

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menangani parkir.

Penempatannya.

Ukurannya.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya54

Page 55: 30504975 Prasarana Jalan

Bagaimana pelaksanaan.

Keuntungan.

Kerugian.

Penempatannya.

(a) Parkir pada teluk jalan.

- Sejajar atau

memanjang atau

paralel.

- Menyudut 60°, 45°, 30°

- Menyudut dengan

extra lajur.

- Tegak lurus 90°

(b) Parkir pada lajur jalan.

- Sejajar.

- Memanjang.

(c) Parkir di tanggul tengah jalan.

- Satu lajur parkir tegak lurus,

- Dua lajur parkir tegak lurus.

- Satu lajur parkir menyudut.

- Dua lajur parkir menyudut.

(d) Parkir diluar jalan.

- Parkir pada area khusus pelataran parkir.

- Parkir pada bangunan ( garasi susun) bertingkat.

(e) Parkir dibawah tanah.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya55

Page 56: 30504975 Prasarana Jalan

Faktor-faktor yang menjadi penghambat. Hal ini terutama

disebabkan situasi area parkir yangsangat buruk sehingga masyarakat

merasa terganggu, arus lalu lintas terganggu sehingga menimbulkan

kemacetan. Faktor penyebab misalnya:

- Jalan yang sempit dengan komposisi parkir yang tidak sesuai.

- Adanya zebra cross.

- Adanya halte.

- Naik turunnya barang didaerah tersebut, dll.

Menurut Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 66 Tahun 1993

Tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum, Fasilitas parkir untuk umum

adalah fasilitas parkir diluar badan jalan berupa gedung parkir atau

taman parkir yang diusahakan sebagai kegiatan usaha yang berdiri

sendiri dengan menyediakan jasa pelayanan parkir untuk umum.

Penetapan lokasi dan pembangunan fasilitas parkir untuk umum

dilakukan dengan memperhatikan :

a) Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD)

b) Keselamatan dan kelancaran lalu lintas

c) Kelestarian lingkungan

d) Kemudahan bagi pengguna jasa

Pembangunan fasilitas parkir untuk umum harus memperhatikan

:

a) keselamatan dan kelancaran lalu lintas

b) mudah dijangkau oleh pengguna jasa

c) bila berupa gedung parkir, harus memenuhi persyaratan kontruksi

sesuai perundang-undangan yang berlaku.

d) Apabila berupa taman parkir harus memenuhi batas-batas tertentu

e) Memperhatikan sirkulasi dan posisi kendaraan yang dinyatakan

dengan rambu atau marka jalan.

f) Setiap lokasi yang digunakan untuk parkir kendaraan diberi tanda

berupa huruf atau angkja yang memberikan kemudahan bagi

pengguna jasa untuk menemukan kendarannya.

Penempatan parkir.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya56

Page 57: 30504975 Prasarana Jalan

Dalam menelaah penempatan parkir perlu diketahui berapa

kebutuhan parkir yang dipergunakan dalam satu area dan penyebab

kebutuhannya. Kemudian perlu dilakukan penghitungan-penghitungan

kendaraan yang diparkir dalam area tersebut. Penghitungan tersebut

seyogyanya ditunjukkan dengan :

(a) Penghitungan-penghitungan waktu.

(b) Tabulasi dengan angka.

(c) Grafik-grafik dengan angka.

(d) Alternatif bentuk parkir yang efektif tidak mengganggu kamtibcar

lantas.

9. LAMPU PENERANGAN JALAN

Menurut Peraturan Pemerintah tentang Spesifikasi Lampu Penerangan

Jalan Perkotaan No. 12/S/Bnkt/ 1991,

1. PENGERTIAN

Lampu penerangan jalan adalah bagian dari bangunan

pelengkap jalan yang dapat diletakkan/dipasang di kiri/kanan jalan dan

atau di tengah (di bagian median jalan) yang digunakan untuk

menerangi jalan maupun ling kungan di sekitar jalan yang diperlukan

termasuk persimpangan jalan (intersection), jalan layang (interchange,

overpass, fly over), jembatan dan jalan di bawah tanah (underpass,

terowongan). Lampu penerangan yang dimaksud adalah suatu unit

lengkap yang terdiri dari sumber cahaya (lampu/luminer), elemen-

elemen optik (pemantul/reflector, pembias/refractor,

penyebar/diffuser). Elemen-elemen elektrik (konektor ke sumber

tenaga/power supply. dll.), struktur penopang yang terdiri dari lengan

penopang, tiang penopang vertikal dan pondasi tiang lampu.

2. FUNGSI

Beberapa fungsi dari Lampu Penerangan Jalan antara lain :

- untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengendara,

khususnya untuk mengantisipasi situasi perjalanan pada malam hari.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya57

Page 58: 30504975 Prasarana Jalan

- memberi penerangan sebaik-baiknya menyerupai kondisi di siang

hari.

- untuk keamanan lingkungan atau mencegah kriminalitas.

- untuk memberikan kenyamanan dan keindahan lingkungan jalan.

3. SATUAN PENERANGAN SISTEM INTERNASIONAL

Satuan penerangan sistem internasional yang digunakan adalah

sbb :

Tingkat/Kuat Penerangan (Iluminasi - Lux), didefinisikan

sebagai sejumlah arus cahaya yang jatuh pada suatu

permukaan seluas 1 (satu) meter persegi sejauh 1 (satu) meter

dari sumber cahaya 1 (satu) lumen.

Intensitas Cahaya adalah arus cahaya yang dipancarkan oleh

sumber cahaya dalam satu kerucut ("cone") cahaya, dinyatakan

dengan satuan unit Candela.

Luminasi adalah permukaan benda yang

mengeluarkan/memantulkan intensitas cahaya yang tampak

pada satuan luas permukaan benda tersebut, dinyatakan dalam

Candela per meter persegi (Cd/m2).

Lumen adalah unit pengukuran dari besarnya cahaya (arus

cahaya).

4. PERBANDINGAN KEMERATAAN PENCAHAYAAN (UNIFORMITY

RATIO)

Uniformity Ratio adalah perbandingan harga antara nilai

minimum dengan nilai rata-rata atau nilai maksimumnya dari suatu

besaran kuat penerangan atau luminasi pada suatu permukaan jalan.

Uniformity Ratio 3 : 1 berarti rata-rata nilai kuat penerangan/luminasi

adalah 3 (tiga) kali nilai kuat penerangan/luminasi pada suatu titik dari

penerangan minimum pada permukaan/perkerasan jalan.

5. PANDANGAN SILAU DAN PANDANGAN SILHOUTTE

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya58

Page 59: 30504975 Prasarana Jalan

Pandangan Silau adalah pandangan yang terjadi ketika suatu

cahaya/sinar terang masuk di dalam area

pandangan/penglihatan pengendara yang dapat mengakibatkan

ketidak nyamanan pandangan bahkan ketidak mampuan

pandangan jika cahaya tersebut datang secara tiba-tiba.

Pandangan Silhoutte adalah pandangan yang terjadi pada

suatu kondisi dimana obvek yang gelap berada di latar belakang

yang sangat terang, seperti pada kondisi lengkung alinvemen

vertikal yang cembung, persimpangan yang luas, pantulan dari

perkerasan yang basah, dll. Kedua pandangan ini harus

diperhatikan dalam perencanaan penempatan/pemasangan

lampu penerangan jalan kota.

6. SISTEM PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN JALAN

Sistem penempatan lampu penerangan adalah susunan

penempatan/penataan lampu yang satu terhadap lampu yang lain.

Sistem penempatan ada 2 (dua) sistem, yaitu

Sistem Penempatan Menerus

Sistem penempatan menerus adalah sistem penempatan lampu

penerangan jalan yang menerus/kontinyu di sepanjang jalan/jembatan.

Sistem Penempatan Parsial (setempat)

Sistem penempatan parsial adalah sistem penempatan lampu

penerangan jalan pada suatu daerah-daerah tertentu atau pada suatu

panjang jarak tertentu sesuai dengan keperluannya.

7. TIANG PENOPANG LAMPU

Jenis-jenis tiang penopang lampu penerangan ditinjau dari fungsi dan

penempatannya terbagi menjadi :

Tiang Penopang Lampu Kaku

Yang dimaksud Tiang Penopang Lampu Kaku adalah tiang yang

direncanakan kaku/tegar sehingga kuat untuk menahan benturan.

Penempatan tiang ini terbatas, kecuali jika tersedia ruang bebas yang

cukup lebar atau dikombinasikan dengan bangunan pengaman jalan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya59

Page 60: 30504975 Prasarana Jalan

Tiang Penopang Lampu Mudah Patah

Yang dimaksud Tiang Penopang Lampu Mudah Patah adalah

tiang yang direncanakan jika tertabrak tidak akan memberikan

kerusakan yang fatal. Penempatan tiang ini sangat luas karena dapat

dietakkan pada daerah-daerah ruang bebas yang sempit.

8. LAIN-LAIN

a. Dasar perencanaan yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

Volume lalu-lintas baik kendaraan maupun lingkungan yang

berinteferensi seperti pejalan kaki, sepeda, dll.

Tipikal potongan melintang jalan, situasi ("lay-out") jalan dan

persimpangan jalan.

Geometrik jalan seperti alinemen horizontal dan vertikal, dll.

Tekstur perkerasan dan jenis perkerasan yang mempengaruhi

pantulan cahaya lampu penerangan.

Pemilihan jenis dan kualitas sumber cahaya/lampu, data

fotometrik lampu dan lokasi sumber listrik.

Tingkat kebutuhan, biaya operasi, biaya pemeliharaan, dll. agar

perencanaan lampu penerangan efektif dan ekonomis.

Rencana jangka panjang pengembangan jalan dan

pengembangan daerah sekitarnya

Data kecelakaan dan kerawanan di lokasi.

b. Beberapa tempat yang memerlukan perhatian khusus dalam

membuat desain /merencanakan lampu penerangan jalan, antara lain:

Lebar daerah milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan.

Tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan)

tajam.

Tempat yang luas seperti persimpangan, interchange. tempat

parkir, dll.

jalan jalan berpohon.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya60

Page 61: 30504975 Prasarana Jalan

Jalan jalan yang mempunyai nilai sejarah untuk keperluan nilai

estetis.

Jalan jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk

pemasangan lampu di bagian median.

Jembatan sempit/panjang, jalan layang dan jalan bawah tanah

(tero-wongan).

Tempat-tempat lain dimana lingkungan jalan banyak

berinteferensi dengan jalannya.

Kriteria Perencanaan dan Kriteria Penempatan

1. Kriteria Perencanaan

a. Penempatan lampu penerangan jalan harus direncanakan

sedernikian rupa sehingga dapat memberikan :

- penerangan yang merata

- keamanan dan kenvamanan bagi pengendara

- arah dan petunjuk (guide) yang jelas

Pada sistem penempatan parsial. lampu penerangan jalan harus

memberikan adaptasi yang baik bagi penglihatan pengendara

sehingga efek kesilauan dan ketidaknyamanan penglihatan dapat

dikurangi.

b. Pemilihan jenis dan kualitas lampu penerangan jalan didasarkan

efektifitas dan nilai ekonomi lampu. yaitu - nilai efektifitas (lumen/watt)

lampu yang tinggi

umur rencana yang panjang

c. Perbandingan Kemerataan Pencahayaan (Uniformity Ratio)

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya61

Page 62: 30504975 Prasarana Jalan

d. Kualitas Penerangan

Kualitas penerangan pada suatu jalan menurut klasifikasi fungsi jalan

ditentukan seperti tabel di bawah ini :

2. Kriteria Penempatan

a. Sistem penempatan lampu penerangan jalan yang disarankan

adalah sebagai

berikut :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya62

Page 63: 30504975 Prasarana Jalan

b. Gambaran umum

perencanaan dan

penempatan lampu

penerangan jalan adalah

sebagai berikut :

c.Besaran-besaran

Kriteria Penempatan

d. Penataan

Penempatan Lampu

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya63

Page 64: 30504975 Prasarana Jalan

Penerangan Jalan Penataaan / pengaturan letak lampu penerangan

jalan diatur sebagai berikut :

Catatan :

Di daerah-daerah atau kondisi dimana median sangat lebar (> 10

meter) atau pada jalan dimana jumlah lajur sangat banyak (> 4 lajur

setiap arah) perlu di pertimbangkan dengan pemilihan penempatan

lampu penerangan jalan kombinasi dari cara-cara tersebut di atas dan

pada kondisi seperti ini, pemilihan penempatan Iampu penerangan

jalan direncanakan sendiri- sendiri untuk setiap arah lalu-lintas.

3. Kriteria-Kriteria Tambahan Pada Hal-hal Khusus

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya64

Page 65: 30504975 Prasarana Jalan

a. Tempat Parkir

Kuat penerangan pada daerah tempat parkir ditentukan seperti tabel

di bawah ini :

b. Rambu-rambu lalu-lintas

Kuat penerangan untuk rambu-rambu lalu-lintas pada suatu jalan

ditentukan

seperti tabel di bawah ini :

c. Terowongan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya65

Page 66: 30504975 Prasarana Jalan

Kuat penerangan pada terowongan harus cukup dan memberi

kenyamanan baik untuk penglihatan siang maupun malam hari.

Adapun kriteria penerangan terowongan adalah seperti yang

ditentukan pada tabel di bawah ini.

4. Bentuk/Dimensi dan Struktur Lampu Penerangan Jalan

1. Lampu Penerangan Jalan berdasarkan Jenis sumber cahaya

a. Lampu Merkuri b. Lampu Sodium

2. Lampu Penerangan Jalan berdasarkan bentuk tiang

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya66

Page 67: 30504975 Prasarana Jalan

a. Tiang Lampu

dengan Lengan

Tunggal

Tiang lampu ini pada

umumnya diletakkan

pada sisi Kiri atau

Kanan jalan.

b. Tiang Lampu dengan

Lengan Ganda

Tiang lampu ini khusus

diletakkan di bagian

tengah/Median jalan, dengan

catatan jika kondisi jalan

yang akan diterangi masih

mampu dilayani oleh satu

tiang.

e. Tiang Lampu Tegak

(Tanpa Lengan)

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya67

Page 68: 30504975 Prasarana Jalan

Tiang lampu ini terutama diperlukan untuk menopang lampu menara,

yang pada umumnya ditempatkan di persimpangan-persimpangan

jalan ataupun tempat-tempat yang luas seperti interchange, tempat

parkir, dll.

d. Lampu Tanpa Tiang

Larnpu Tanpa Tiang adalah lampu yang diletakkan pada dinding

ataupun langit-langit suatu konstruksi seperti di bawah konstruksi

jembatan, di bawah konstruksi jalan layang atau di dinding maupun di

langit-langit terowongan, dll.

5. PENEMPATAN LAMPU PENERANGAN JALAN Identifikasi

Identifikasi yang dimaksud adalah simbol-simbol yang digunakan

untuk mengenali istilah/gambar/tanda dalam perencanaan lampu

penerangan jalan Adapun beberapa identifikasi yang diberikan adalah

sebagai berikut :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya68

Page 69: 30504975 Prasarana Jalan

Gambaran umum penempatan lampu penerangan jalan

berdasarkan pemilihan letaknya

1. Tipikal Lampu Penerangan Secara Umum

2. Tipikal Lampu Penerangan Pada Jalan Satu Arah

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya69

Page 70: 30504975 Prasarana Jalan

3. Tipikal Lampu Penerangan Pada Jalan Dua Arah

Penataan/Penempatan Lampu Penerangan Jalan pada

Kondisi Khusus.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya70

Page 71: 30504975 Prasarana Jalan

a.Pada

Tikungan/Lengkung Horizontal

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya71

Page 72: 30504975 Prasarana Jalan

b. Pada

Tikungan/Lengkung

Vertikal

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya72

Page 73: 30504975 Prasarana Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya73

Page 74: 30504975 Prasarana Jalan

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya74

Page 75: 30504975 Prasarana Jalan

10. ANGKUTAN BARANG DAN ANGKUTAN UMUM

Standar Kendaraan Umum

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 68 Tahun 1993 Tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang di jalan dengan Kendaraan Umum

1) Pengertian

a. Kendaraan sewa adalah setiap mobil penumpang yang

disewakan/diborongkan untuk angkutan orang tidak dalam

trayek, baik dengan atau tanpa pengemudi.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya75

Page 76: 30504975 Prasarana Jalan

b. Angkutan antar kota adalah angkutan dari satu kota ke kota lain

dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam

trayek tetap dan teratur.

c. Angkutan lintas batas negara adalah angkutan dari satu kota ke

kota lain yang melewati lintas batas Negara dengan

menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek tetap

dan teratur.

d. Angkutan pedesaan adalah angkutan dari satu tempat ketempat

lain dalam satu wilayah kabupaten dengan menggunakan mobil

bus umum dan atau mobil penumpang umum yang terikat dalam

trayek tetap dan teratur.

e. Angkutan taksi adalah angkutan yang merupakan pelayanan dari

pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas.

f. Angkutan sewa adalah angkutan dengan menggunakan

kendaraan sewa yang melayani angkutan dari pintu ke pintu

dengan atau tanpa pengemudi dalam wilayah operasi yang tidak

terbatas.

g. Angkutan pariwisata adalah angkutan dengan menggunakan

mobil bus umum yang dilengkapi dengan tanda khusus untuk

mengangkut wisatawan ke dan dari daerah tujan wisata.

Pelayanan angkutan dengan kendaraan umum dilakukan dalam

trayek tetap dan teratur dan angkutan tidak dalam tidak trayek yaitu :

a. pelayanan dalam trayek tetap dan teratur dilaksanakan dalam

jaringan trayek :

1. Trayek antar kota antar propinsi, yaitu trayek yang melalui lebih

dari satu propinsi. Izinnya oleh Ditjen Hubdat

2. Trayek antar kota dalam propinsi, yaitu trayek melalui lebih dari

satu daerah tk II dalam satu propionsi. Izinnya dari Gubernur TK

I

3. Trayek kota, yaitu trayek yang seluruhnya berada pada satu

daerah TK II atau trayek di wilayah DKI Jakarta. Izinya dari

Gubernur atas usul Bupati/walikotamadya TK II.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya76

Page 77: 30504975 Prasarana Jalan

4. Trayek pedesaan, yaitu trayek yang seluruhnya berada dalam

satu daerah TK II. Izinnya dari Gubernur atas usul

Biupati/walikotamadya TK II

5. Trayek antar lintas batas negara, yaitu trayek yang melalui

batas negara. Pemerintah cq Ditjen Hubdat.

b. Angkutan tidak dalam trayek dilakukan dengan :

1. Angkutan dengan taksi, dilakukan dengan mobilpenumpang

yang diberi tanda khusus (Taksi) serta dilengkapi dengan

argometer dan beroperasi dalam wilayah terbatas.

2. Angkutan sewa, dilakukan dengan mobil penumpang yang

pengoperasiannya berdasarkan perjanjian sewa atau borongan.

3. Angkutan untuk keperluan pariwisata dengan menggunakan

mobil bus dengan tanda atau tulisan “pariwisata” pada depan

dan belakang serta sisi kiri dan kanan kendaraan, wilayah

operasinya tidak terbatas (tujuan wisata) sehingga tidak

diwajibkan memasuki terminal.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 1993 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Barang di Jalan.

1) Pengertian.

a. Muatan sumbu adalah jumlah tekanan roda-roda pada suatu

sumbu yang menekan jalan.

b. Barang umum adalah bahan atau benda selain dari bahan

berbahaya,barang khusus, peti kemas dan alat berat.

c. Bahan berbahaya adalah setiap bahan atau benda yang oleh

karena sifat dan ciri khas serta keadaannya merupakan bahaya

terhadap keselamatan dan ketertiban umum serta terhadap jiwa

atau kesehatan manusia dan makhluk hidup lainya.

d. Barang khusus adalah barang yang karena sifat dan bentuknya

harus dimuat dengan cara khusus.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya77

Page 78: 30504975 Prasarana Jalan

e. Alat berat adalah barang yang karena sifatnya tidak

dapatdipecah-pecah sehingga memungkinkan angkutannya

melibihi muatan sumbu terberat (MST) dan /atau dimensinya

melebihi ukuran maksimum yang telah ditetapkan .

f. Peti kemas adalah peti kemas yang sesuai international standar

organization (ISO) yang dapat dioperasikan di Indonesia

2) Angkutan barang dengan kendaraan bermotor pada dasarnya

dilakukan dengan menggunakan mobil barang yang terdiri

daribarang umum, barang berbahaya, peti kemas dan alat berat.

3) Angkutan barang dapat dilakukan dengan menggunakan sepeda

motor, mobil penumpang dan mobil bus dengan ketentuan jumlah

barang yang diangkut tidak melebihi daya angkut tipe

kendaraannya.

4) Angkutan barang dengan sepeda motor harus memenuhi

persyaratan :

a. Mempunyai ruang muatan barang dengan lebar tidakmelebihi

stang kemudi

b. Tinggi ruang muatan tidak melebihi 900 mm dari atastempat

duduk pengemudi.

5) Pemuatan barang umum dalam ruangan kendaraan

pengangkutannya harus ditutup dengan bahan yang tidak mudah

rusak dan diikat dengan kuat dan jika menonjol melampau bagian

terluar belakang mobil barang tidak boleh melebihi 2000 mm. Jika

bagian yang menonjol lebih dari 1000 mm harus diberitanda.

6) Angkutan bahan berbahaya dilakukan dengan melakukan

kendaraan bermotor yang memenuhi persyaratan teknis dfan laik

jalan serta sesuai dengan peruntukannya. Bahan berbahaya

diklasufikasikan sebagai berikut :

a. Mudah meledak

b. Gas mampat, gas cair, gas terlarut pada tekanan atau

pendinginan tertentu

c. Cairannya mudah menyala

d. Padatan mudah menyala

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya78

Page 79: 30504975 Prasarana Jalan

e. Oksidator, peroksida organik

f. Racun dan bahan yang mudah menular

g. Radioaktif

h. Korosif

i. Berbahaya lain.

7) Angkutan barang khusus dilakukan dengan menggunakan

kendaraan bermotor sesuai peruntukan. Barang khusus

diklasifikasikan atas :

a. Barang curah

b. Barang cair

c. Barang yang memerlukan fasilitas pendinginan

d. Tumbuh-tumbuhan dan hewan hidup

e. Barang khusus lainnya.

8) Angkutan peti kemas dilakukan dengan kendaraan khusus

pengangkut peti kemas

9) Angkutan alat berat dilakukan dengan mobil barang sesuai dengan

peruntukannya.

Pengaturan Angkutan Umum

Dalam rangka pengaturan angkutan umum ( bus dan truck ).

Pelayanan angkutan umum menggunakan sarana penunjang secara

lebih efisien dibandingkan dengan kendaraan pribadi terutama pada

waktu sibuk. Terdapat ukuran yang dapat diambil agar pelayanan

tersebut lebih baik.

1) Perbaikan pelayanan frekuensi, kecepatan, kenyamanan. Contoh :

pelayanan sekolah.

2) Perbaikan sarana penunjang jalan :

a) Lokasi dan disain tempat pemberhentian dan terminal yang

baik terutama adanya moda transportasi yang berbeda seperti

jalan rel, atau transportasi perkotaan dan antar kota.

b) Memberikan prioritas yang lebih pada angkutan umum. Contoh:

Jalur bus, prioritas bus, lampu lalu lintas tempat berhenti taxi.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya79

Page 80: 30504975 Prasarana Jalan

3) Prioritas bus. Tujuan adalah untuk mengurangi waktu perjalanan

biasanya ditujukan untuk bus-bus di kota besar karena membawa

penumpang lebih banyak.

a) Jalur khusus bus.

Angkutan umum dapat menggunakan jalur tersendiri sehingga

akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi karena kemacetan

sudah dipindahkan ke jalur lain.

b) Disain dan operasi.

Lebar jalur yang direkomendasikan adalah lebih dari 3 s/d 3,65 m.

Biasanya berhenti 50 m sebelum persimpangan.

c) Control.

Jalur khusus bus memerlukan control dan penegakan hukum yang

cukup kuat agar tercipta operasi yang efisien seperti:

Control tempat pemberhentian bus.

Control angkutan pribadi dan barang.

Penegakan hukum oleh Polisi lalu lintas.

Tempat pemberhentian bus. Berfungsi untuk menaikkan dan

menurunkan penumpang saat berhenti.

Pengaturan Angkutan Barang

Masalah lalu lintas tertentu timbul karena adanya kendaraan

barang pada daerah pusat kota (pertokoan), daerah pemukiman,

daerah industri sehingga dapat menimbulkan arus lalu lintas yang

‘berhenti’ yang terkait dengan :

a) Kendaraan yang berhenti akan menyebabkan gangguan arus lalu

lintas.

b) Parkir pada jalur pejalan kaki menyebabkan keruskan pada jalur

tersebut dan gangguan pada pejalan kaki.

c) Problema lingkungan karena suara, getaran, asap, gangguan

pemandangan terutama kendaraan besar.

d) Kondisi jalan yang rusak akibat beban yang terlalu tinggi. Ukuran

manajemen lalu lintas yang utama dalam menentukan masalah ini

adalah :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya80

Page 81: 30504975 Prasarana Jalan

Waktu parkir dan lokasi pemberhentian.

Fasilitas akses yang cukup (jalan akses, persimpangan dengan

geometri yang sesuai, belok, dan jalur bongkar muat ).

JALAN TOL

Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem

jaringan jalan dan sebagai jalan nasional yang penggunanya

diwajibkan membayar tol. Tol adalah sejumlah uang tertentu yang

dibayarkan untuk penggunaan jalan tol. Peranan jalan tol menurut UU

no. 38 tahun 2004 tentang jalan yaitu:

a. memperlancar lalu lintas di daerah yang telah berkembang;

b. meningkatkan hasil guna dan daya guna pelayanan distribusi barang

dan jasa guna menunjang peningkatan pertumbuhan ekonomi;

c. meringankan beban dana Pemerintah melalui partisipasi pengguna

jalan;

d. meningkatkan pemerataan hasil pembangunan dan keadilan.

Jalan tol sebagai bagian dari sistem jaringan jalan umum

merupakan lintas alternatif. Jalan tol harus mempunyai spesifikasi dan

pelayanan yang lebih tinggi daripada jalan umum yang ada.

Berikut ini sejumlah persyaratan dasar untuk ruas jalan tol

dasar :

o Lebar lajur minimum 12 feet

o Clearance lateral bahu jalan minimum 6 feet antara tepian lajur-

jalan dan hambatan terdekat yang mempengaruhi perilaku lalu

lintas; clearance lateral minimum 2 ft

o Seluruh kendaraan di dalam aliran lau lintas adalah kendaraan

penumpang

o 10 lajur atau lebih

o Jarak antar simpang susun sebesar 2 mil atau lebih

o Permukaan jalan datar, dengan kelandaian tidak lebih 2%

o Populasi pengemudi terutama terdiri dari pengguna regular

fasilitas jalan tol.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya81

Page 82: 30504975 Prasarana Jalan

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) JALAN TOL

NOSUBSTANSI

PELAYANAN

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

INDIKATORCAKUPAN / LINGKUP

TOLOK UKUR

1 2 3 4 6

1 - Kondisi Jalan Tol

- Kekesatan- Ketidakrataan- Tidak ada

Lubang

- Seluruh Ruas Jalan Tol

- Seluruh Ruas Jalan Tol

- Seluruh Ruas Jalan Tol

- > 0,33 m- IRI ≤ 4

m/km - 100 %

2 - Kecepatan Tempuh Rata-Rata

- Kecepatan Tempuh Rata-rata

- Jalan Tol Dalam Kota

- Jalan Tol Luar Kota

- ≥1,6 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol

- ≥1,8 kali kecepatan tempuh rata-rata Jalan Non Tol

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya82

Gambar. Jalan tol Cipularang, Jakarta

Page 83: 30504975 Prasarana Jalan

NOSUBSTANSI

PELAYANAN

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

INDIKATORCAKUPAN / LINGKUP

TOLOK UKUR

1 2 3 4 6

3 - Aksesibilitas

- Kecepatan Transaksi Rata – rata

- Jumlah Gardu Tol

- Gerbang Tol sistem terbuka

- Gerbang Tol sistem tertutup : Gar

du masuk

Gardu Keluar

- Kapasitas Sistem Terbuka

- Kapasitas Sistem Tertutup Gardu

Masuk

Gardu Keluar

- ≤ 8 detik

setiap kendaraan

- ≤ 7 detik setiap kendaraan

- ≤ 11 detik setiap kendaraan

- ≤ 450 kendaraan per jam per Gardu

- ≤ 500 kendaraan per jam

- ≤ 300 kendaraan per jam

4 - Mobilitas

- Kecepatan Penanganan Hambatan Lalu Lintas

- Wilayah Pengamatan/ observasi Patroli

- Mulai Informasi diterima Sampai ke Tempat Kejadian :

- Penanganan Akibat Kendaraan Mogok

- Patroli Kendaraan Derek

- 30 menit per siklus pengamatan

- ≤ 30 menit

- Melakukan penderekan ke Pintu Gerbang Tol terdekat/ Bengkel terdekat dengan menggunakan derek resmi (gratis)

- 30 menit per siklus pengamatan

5 - Keselamatan

- Sarana Pengaturan Lalu

- Kelengkapan dan Kejelasan Perintah

- 100 %

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya83

Page 84: 30504975 Prasarana Jalan

NOSUBSTANSI

PELAYANAN

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

INDIKATORCAKUPAN / LINGKUP

TOLOK UKUR

1 2 3 4 6Lintas : Perambuan

Marka Jalan

Guide Post / ReflektoR

Patok Kilometer Setiap 1 km

- Penerangan Jalan Umum (PJU)Wilayah Perkotaan

- Pagar Rumija

- Penanganan Kecelakaan

- Pengamanan dan Penegakan Hukum

dan Larangan serta Petunjuk

- Fungsi dan Manfaat

- Fungsi dan Manfaat

- Fungsi dan Manfaat

- Fungsi dan Manfaat

- Fungsi dan Manfaat

- Korban Kecelakaan

- Kendaraan Kecelakaan

- Ruas Jalan Tol

- Jumlah 100 % dan

Reflektifitas ≥ 80 %

- Jumlah 100 % dan

Reflektifitas ≥ 80 %

- 100 %

- Lampu Menyala 100%

- Keberadaan 100 %

- Dievakuasi gratis ke rumah sakit rujukan

- Melakukan penderekan gratis sampai ke pool derek (masih di dalam jalan tol)

- Keberadaan Polisi Patroli Jalan Raya (PJR) yang siap panggil 24 jam

6 Unit Pertolongan / Penyelamatan dan Bantuan Pelayanan

- Ambulans

- Kendaraan Derek

- Ruas Jalan Tol

- Ruas Jalan Tol : LHR >

100.000 kend/hari

- 1 Unit per 25 km atau minimum 1 unit (dilengkapi standar P3K dan Paramedis)

- 1 Unit per 5 km atau minimum 1 unit

- 1 Unit per 10

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya84

Page 85: 30504975 Prasarana Jalan

NOSUBSTANSI

PELAYANAN

STANDAR PELAYANAN MINIMUM

INDIKATORCAKUPAN / LINGKUP

TOLOK UKUR

1 2 3 4 6

- Polisi Patroli Jalan Raya (PJR)

- Patroli Jalan Tol (Operator)

- Kendaraan Rescue

- Sistem Informasi

LHR ≤ 100.000 kend/hari

- Ruas Jalan Tol : LHR >

100.000 kend/hari

LHR ≤ 100.000 kend/hari

- Ruas Jalan Tol

- Ruas Jalan Tol

- Informasi dan Komunikasi Kondisi Lalu Lintas

km atau minimum 1 unit

- 1 Unit per 15 km atau minimum 1 unit

- 1 Unit per 20 km atau minimum 1 unit

- 1 Unit per 15 km atau minimum 2 unit

- 1 Unit per ruas Jalan Tol(dilengkapi dengan peralatan penyelamatan)

- Setiap Gerbang masuk

MARKA JALAN

Sebagaimana telah dijelaskan pada pasal 19 s/d 26 PP Nomor 43

Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan, maka sesuai pasal 27

ketentuan marka jalan mengenai bentuk, ukuran, warna,tatacara

penempatan, persyaratan, penggunaan dan penghapusan dijelaskan

dalam Kepmenhub.

Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan jalan

atau diatas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang

berbentuk garis membujur, garis melintang, garis serong serta

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya85

Page 86: 30504975 Prasarana Jalan

lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan arus lalulintas

dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas.

Marka membujur adalah tanda yang sejajar dengan sumbu

jalan.

Marka melintang adalah tanda yang tegak lurus terhadap

sumbu jalan.

Marka serong adalah tanda yang bembentuk tanda yang

membentuk garis utuh yang tidak termasuk dalam pengertian

marka membujur atau marka melintang, untuk menyatakan

suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu

lintas kendaraan.

Marka lambang adalah tanda yang mengandung arti tertentu

untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk

melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan

oleh rambu atau tanda lalulintas lainnya.

Marka jalan sesuai denga fungsinya dikelompokkan menjadi 5 (lima)

jenis :

Marka membujur berupa garis utuh berfungsi sebagai larangan

bagi kendaraan melintasi garis tersebut dapat berupa satu garis

utuh dan atau garis ganda dan garis putus-putus yang

dimaksudkan adalah :

(1) Garis utuh berfungsi menandai tepi jalur lalulintas

(2) Garis putus-putus berfungsi :

(a) Mengarahkan lalulintas .

(b) Memperingatkan akan ada marka membujur berupa garis

utuh didepan.

(c) Pembatas jalur pada jalan 2 (dua) arah.

(3) Garis ganda berupa garis garis utuh dan garis putus-putus

menandakan :

(a) Lalu lintas yang berada pada sisi garis putus-putus dapat

melintasi garis ganda tersebut.

(b) Lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang

melintasi garis ganda tersebut.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya86

Page 87: 30504975 Prasarana Jalan

Marka melintang terdiri dari :

(1) Garis utuh menyatakan batas berhenti kendaraan yang diwajibkan

oleh alat pembri isyarat laulintas (Apil) atau rambu larangan.

(2) Garis ganda putus-putus menyatakan batas berhenti kendaraan

sewaktu mendahulukan kendaraan lain yang diwajibkan oleh rambu

larangan.

(3) Marka melintang bila tidak dilengkapi dengan tanda larangan harus

didahului dengan marka lambang berupa segitiga yang salah satu

alasnya sejajar dengan marka melintang.

Marka serong menandakan :

(1) Berupa garis utuh berarti dilarang dilintasi kendaraan.

(2) Pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan, pengarah lalulintas

dan pulau lalulintas.

(3) Jika dibatasi denga garis utuh menyatakan :

(a) Daerah yang tidak boleh dimasuki kendaraan.

(b) Pemberitahuan awal sudah mendekati pulau lalulintas.

Marka lambang berupa panah, segitiga, atau tulisan

dipergunakan untuk mengulangi maksud rambu-rambu lalulintas

atau untuk memberitahu pemakai jalan yang tidak dinyatakan

denga rambu dan dipergunakan khusus untuk :

(1) Tempat pemberhentian mobil bus, naik turun penumpang .

(2) Pemisahan arus lalulintas sebelum mendekati persimpangan dalam

bentuk lambang panah.

(3) jika berada ditepi jalan marka berupa garis berbiku-biku warna

kuning pada sisi jalur lalulintas berarti dilarang parkir pada jalan /

daerah tersebut.

Jalur adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalulintas

kendaraan.

Lajur adalah bagian jalur yang memanjang dengan atau tanpa

marka jalan yang memiliki lebar cukup untuk satu kendaraan

bermotor sedang jalan, selain sepeda motor.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya87

Page 88: 30504975 Prasarana Jalan

Bingkai jalan adalah batas bahu jalan yang pada umumnya

terletak pada sisi kanan atau kiri badan jalan.

Pulau lalu lintas adalah bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh

kendaraan dapat berupa marka jalan atau bagian jalan yang

ditinggikan.

TEKNOLOGI

JALAN LAYANG (FLY OVER)

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya88

Page 89: 30504975 Prasarana Jalan

PERSIMPANGAN DAN TIKUNGAN

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya89

Lokasi: Kota Bourne, Boston

Sumber : www. Sagamoreflyover.com

Sumber : www. Sagamoreflyover.com

Page 90: 30504975 Prasarana Jalan

Persimpangan

Merupakan titik-titik pada jaringan jalan dimana jalan-jalan

bertemu dan dimana lintasan-lintasan kendaraan berpotongan. Lalu

lintas pada masing-masing kaki persimpangan menggunakan ruang

jalan pada persimpangan secara bersama- sama dengan lalu lintasnya.

Oleh karena itu persimpangan adalah faktor yang sangat penting

dalam menentukan kapasitas dari suatu jaringan jalan secara

keseluruhan, demikian pula dalam menentukan waktu perjalanan,

khususnya didaerah perkotaan. Persimpangan juga merupakan tempat

dimana sebagaian besar kecelakaan-kecelakaan terjadi. Para pejalan

kaki juga menggunakan ruang jalan pada persimpangan, dan

merupakan aspek yang penting dari sistim pengaturan / pengendalian

persimpangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada persimpangan

adalah:

(a) Volume dan kapasitas, dimana secara langsung mempengaruhi

hambatan.

(b) Disain geometrik, dan kebebasan pandangan.

(c) Kecelakaan dan keselamatan pemakai jalan, kecepatan dan lampu

jalan.

(d) Parkir, akses, dan bangunan yang sifatnya umum.

(e) Pejalan kaki.

(f) Jarak antar persimpangan.

Jenis-jenis persimpangan

(a) Persimpangan lengkap, yaitu persimpangan dimana garis tengah

(as jalan) dari masing- masing jalan yang bersimpangan membentuk

sudut 90 derajat. Persimpangan semacam ini tidak banyak

menimbulkan permasalahan dibidang lalu lintas. Kerugiannya adalah

rata-rata kendaraan yang melewati berkecepatan tinggi.

(b) Persimpangan bentuk T, yaitu persimpangan dimana sudut antara

garis tengah kedua jalan yang bertemu tidak lebih dari 10 derajat,

dihitung dari titik temu.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya90

Page 91: 30504975 Prasarana Jalan

Keuntungannya :

- Untuk kendaraan yang berbadanpanjang ( bus atau truck ) dapat

melihat dengan baik pada saatdipermukaan persimpangan.

- Semua kendaraan dapat berantisipasi secara baik dan rata-rata

pengemudi akan mengurangi kecepatannya pada saat mendekati atau

melewati persimpangan.

Kerugiannya :

- Tidak jelas siapa yang mendapatkan priorirtas pada persimpangan

ini.

- Timbul keragu-raguan sesama antar pengemudi.

Kemungkinan pemecahannya :

- Pasang rambu-rambu berhenti.

- Pasang marka / garis berhenti.

- Pasang alat pengendali lalu lintas.

(c) Persimpangan bentuk Y, adalah persimpangan dimana sudut

penyimpangannya adalah 15 derajat atau lebih, atau sudut antara

garis tengah dari jalan yang bertemu adalah lebih kecil dari 75 derajat.

Keuntungannya : Tidak ada.

Kerugiannya :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya91

Page 92: 30504975 Prasarana Jalan

- Pengemudi kendaraan berbadan panjang (bus atau truck) kurang bisa

melihat kendaraan lain dengan baik yang datang dari sisi jalan yang

lain. Problem komunikasi sesama pengemudi : Kendaraan yang

datang dari jalan tangkai atau kaki “Y” rata-rata berkecepatan tinggi.

Kemungkinan pemecahan :

- Pemasangan rambu prioritas.

- Merubah menjadi persimpangan bentuk T.

(d) Persimpangan segitiga adalah bentuk persimpangan dimana

diantara titik temu dari jalan yang bersimpangan membentuk atau

terdapat bidang segitiga.

Keuntungan : tidak ada.

Kerugian :

-Membingungkan pemakai jalan.

- Kecepatan kendaraan kurang dapat dibatasi.

- Terdapat tiga persimpangan Y, kemungkinan pemecahan merubah

menjadi bentuk persimpangan T, merubah menjadi bundaran.

(e) Bundaran: adalah persimpangan dengan jalan memutar

membentuk lingkaran atau bundaran.

Keuntungan :

- Kecepatan kendaraan dapat diperlambat.

- Dapat mengurangi kemacetan.

- Mengurangi kecelakaan lalu lintas.

Kerugian :

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya92

Page 93: 30504975 Prasarana Jalan

- Kurang baik bagi pengemudi yang tidak disiplin.

Kemungkinan pemecahannya :

- Pemasangan rambu-rambu prioritas.

- Pemasangantraffic light bagi persimpangan yang padat arus lalu

lintasnya.

Tikungan

Tikungan merupakan bagian jalan yang penting dalam berlalu

lintas, banyak terjadi kesulitan bahkan kecelakaan yang fatal sehingga

menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Tikungan adalah bagian

dari jalan yang dibangun dari sepotong jalan lurus, jalan lengkung,

lingkaran dan berakhir pula pada sepotong jalan lurus. Maka dari

pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa syarat-syarat

tikungan yang baik adalah:

(a) Jalan lurus / bagian lurus.

(b) Jalan lengkung / peralihan.

(c) Lingkaran.

(d) Jalan lengkung / peralihan.

(e) Jalan lurus / bagian lurus.

Jenis tikungan.

(a) Tikungan yang bebas pandang.

(b) Tikungan yang tidak bebas pandang. Disebabkan antara lain

terhalang oleh pepohonan yang rimbun, tebing gunung atau rumah,

jalan yang mendaki.

(5) Perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan tikungan ialah

pertimbangan, persyaratan geometrik / kondisi daerah tersebut

sehingga pemakai jalan dapat melewati dengan baik bagi kepentingan

Kamtibcar Lantas.

Ada tiga spesifik yang harus diketahui / dapat dilihat dari

tikungan yaitu:

(a) Tikungan dapat terlihat / diketahui secara keseluruhan. Untuk

mengetahui berapa jarak atau garis pandang yang baik pada saat

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya93

Page 94: 30504975 Prasarana Jalan

melewati tikungan yaitu 500 M kecepatan tinggi, 300 M kecepatan

sedang, 190 M untuk kecepatan rendah.

(b) Dapat dilewati dengan mudah / leluasa. Dalam pembuatan suatu

tikungan harus diperhatikan pelebaran pada lajur sebelah dalam

sehingga tikungan tersebut dapat dikatakan dengan mudah atau

leluasa dilewati kendaraan tanpa mengganggu arah kendaraan dari

depan yang dapat beresiko kecelakaan lalu lintas.

(c) Tikungan harus mudah dipahami dan dimengerti.

(d) Waktu pandang yang baik saat mengetahui akan adanya suatu

tikungan yakni antara 8– 10 detik sehingga pengemudi terjamin

keselamatan-nya. Tikungan tersebut harus benar bangunannya dan

dilengkapi marka, rambu dan lain-lain.

Bentuk tikungan.

(a) Tikungan tajam, dan

(b) Tikungan tidak tajam.

PERMASALAHAN dan SOLUSI

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya94

Page 95: 30504975 Prasarana Jalan

1. KEMACETANMacet adalah tidak seimbangnya atau lebih besarnya volume arus

lalu lintas terhadap kapasitas jalan. Langkah-langkah menanggulangi

kemacetan :

Kepadatan penduduk & pergerakan. Pertumbuhan penduduk yang

pesat serta aktifitas disegala bidang menimbulkan peningkatan

jumlah pergerakan dari suatu tempat ke tempat lain. Hal itu

mengakibatkan meningkatnya permintaan kebutuhan sarana dan

prasarana yang berwujud alat-alat transportasi. Ditinjau dari

aktifitas sehari-hari, kegiatan manusia dapat disebutkan sebagai

berikut : Bekerja, Belajar/ sekolah, Rekreasi, Berobat dll

Dari kelompok tersebut, apabila dilaksanakan secara bersama-sama

dalam waktu yang bersamaan akan mengakibatkan kepadatan atau

kesibukan arus lalu lintas.

Karakteristik arus kendaraan bermotor dan interaksi dengan

pengemudi. Kendaraan yang berjalan sendirian dapat berjalan

dengan cepat atau lambat sesuai dengan kehendak

pengemudinya. Sebagian besar pengemudi ingin mencapai

tujuannya dengan secepat mungkin sesuai dengan kemampuan

dari kendaraannya dan sesuai dengan keadaan jalan yang

ditempuhnya.

Bilamana dijalan tersebut terdapat beberapa kendaraan lain, maka

kendaraan itu kadang-kadang akan menghambatnya dan memaksa

untuk mengurangi kecepatannya sampai pada suatu waktu dia dapat

melewati kendaraan itu. Kadang-kadang dia pula yang akan

menghalangi dan memperlambat jalannya kendaraan lain yang lebih

cepat dari dia. Bila lebih banyak lagi kendaraan yang memakai jalan

itu, maka hambatan- hambatan seperti itu akan terjadi lebih serius.

Masalah-masalah angkutan dan mempertimbangkan elemen-elemen

itu :

Pengaruh-pengaruh kendaraan khususnya gerak dari masing-

masing kendaraan dan bagaimana mereka membentuk arus

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya95

Page 96: 30504975 Prasarana Jalan

kendaraan, sifat-sifat arus lalu lintas yang berasal dari suatu

interaksi yang kompleks dan rumit antara kendaraan dan

pengemudinya.

Pengaruh dan prasarana yang meliputi ukuran / dimensi,

geometri dan kapasitas, jaringan jalan serta konstruksi fisiknya.

Pengaruh dari tingkah laku manusia, baik karakteristik fisiknya

maupun mentalnya.

Terdapat 3 karakteristik utama dari arus kendaraan adalah

(1) Volume.

Volume adalah jumlah kendaraan yang melalui satutitik yang

tetap pada jalan dalam suatu waktu dihitung dalam jumlah kendaraan /

hari atau kendaraan / jam. Volume dapat dihitung pada periode waktu

yang lain, tetapi periode pencacahannya harus cukup panjang untuk

menjamin variasi-variasi yang pendek tidak sampai mempengaruhi

angka rata-rata.

(2) Kecepatan.

Kecepatan adalah tingkat perubahan jarak dibagi dengan waktu.

Kecepatan dapat dihitung sebagai kecepatan setempat atau sebagai

angka rata-rata waktu atau jarak. Pada saat arus lalu lintas berjalan,

karakteristik-karakteristik ini akan bervariasi terus menerus yang

disebabkan karena acaknya jarak antara kendaraan, untuk merangkum

dan menganalisis arus lalu lintas, maka volume rata-rata, kecepatan

dan kepadatan harus dihitung dalam periode waktu.

(3) Kepadatan / densitas.

Kepadatan adalah rata-rata jumlah kendaraan per satuan

panjang jalan :

Kepadatan K = n l

n = jumlah kendaraan pada lintasan l

l = panjang lintasan.

Pada saat arus lalu lintas berjalan, karakteristik-karakteristik ini

akan bervariasi terus menerus yang disebabkan karena acaknya jarak

antara satu kendaraan, untuk merangkum dan menganalisa arus lalu

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya96

Page 97: 30504975 Prasarana Jalan

lintas, maka volume rata-rata, kecepatan dan kepadatan harus

dihitung dalam satu periode waktu.

Dari studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa

besarnya nilai ini berkisar antara 6-9 detik. Volume lalu lintas pada

jalan bervariasi berdasarkan volume total dua arah, arah lalu lintas,

volume jam sibuk dan proporsi relatif dari kelas-kelas kendaraan yang

berbeda. Khususnya kendaraan-kendaraan yang bergerak lambat dan

kendaraan-kendaraan yang besar akan merupakan suatu persoalan,

misalnya : Kendaraan yang bergerak lebih lambat akan menyebabkan

terjadinya hambatan dan kemacetan Karena kendaraan ini akan

memperlambat kendaraan lainnya, terutama pada jalan tanjakan dan

akan sulit untuk menyalipnya / mendahului karena ukurannya yang

besar. Hal ini disebabkan kendaraan-kendaraan besar memerlukan :

(a) Jalan yang lebih lebar untuk berpapasan dari arah yang

berlawanan.

(b) Radius lengkung yang lebih besar pada tikungan dan

(c) Tinggi ruang bebas yang lebih besar.

(5) Kapasitas telah tercantum diatas.

2. KECELAKAAN LALU LINTAS

Definisi kecelakaan : Kecelakaan adalah kejadian yang tidak

disengaja atau disangka-sangka dengan akibat kematian, luka-luka

dan kerugian materi. Definisi kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu

lintas adalah kejadian tidak disengaja atau disangka yang

mengakibatkan kematian luka-luka atau kerugian materi dan salah

satu pemakai jalan harus melakukan / ada pergerakan lalu lintas.

Gerakan kendaraan bermotor dan kaitannya dengan kecelakaan

lalu lintas.

Semakin besar sudut, besar pula akibat kecelakaan lalu lintas.

Semakin tinggi kecepatan kendaraan di persimpangan semakin

besar pula akibat kecelakaan lalu lintas.

Prinsip Rekayasa lalu lintas :

- Mengurangi besar sudut dari persimpangan jalan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya97

Page 98: 30504975 Prasarana Jalan

- Mengurangi jumlah titik konflik di persimpangan.

- Mengurangi kecepatan kendaraan bermotor di titik konflik.

Dalam rangka mencegah dan menurunkan angka kecelakaan

lalu lintas erat kaitannya dengan pengkajian aspek jalan tentang

peningkatan kelancaran arus lalu lintas misalnya :

a) Prinsip-prinsip persimpangan yang aman

b) Prinsip-prinsip tikungan yang aman.

c) Perlengkapan jalan :

(1) Marka.

(2) Rambu.

(3) Alat pemberi isyarat lalu lintas / traffic light.

(4) Dll.

Dan hal ini memiliki kaitan dengan fungsi penegakan hukum lalu lintas

yang membahas penyidikan kecelakaan lalu lintas.

4. PENGATURAN ANGKUTAN UMUM

Dalam rangka pengaturan angkutan umum ( bus dan truck ).

Pelayanan angkutan umum menggunakan sarana penunjang secara

lebih efisien dibandingkan dengan kendaraan pribadi terutama pada

waktu sibuk. Terdapat ukuran yang dapat diambil agar pelayanan

tersebut lebih baik.

1) Perbaikan pelayanan frekuensi, kecepatan, kenyamanan. Contoh :

pelayanan sekolah.

2) Perbaikan sarana penunjang jalan :

a) Lokasi dan disain tempat pemberhentian dan terminal yang

baik terutama adanya moda transportasi yang berbeda seperti

jalan rel, atau transportasi perkotaan dan antar kota.

b) Memberikan prioritas yang lebih pada angkutan umum. Contoh:

Jalur bus, prioritas bus, lampu lalu lintas tempat berhenti taxi.

3) Prioritas bus. Tujuan adalah untuk mengurangi waktu perjalanan

biasanya ditujukan untuk bus-bus di kota besar karena membawa

penumpang lebih banyak.

a) Jalur khusus bus.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya98

Page 99: 30504975 Prasarana Jalan

Angkutan umum dapat menggunakan jalur tersendiri sehingga

akan mempunyai kecepatan yang lebih tinggi karena kemacetan

sudah dipindahkan ke jalur lain.

b) Disain dan operasi.

Lebar jalur yang direkomendasikan adalah lebih dari 3 s/d 3,65 m.

Biasanya berhenti 50 m sebelum persimpangan.

c) Control.

Jalur khusus bus memerlukan control dan penegakan hukum yang

cukup kuat agar tercipta operasi yang efisien seperti:

Control tempat pemberhentian bus.

Control angkutan pribadi dan barang.

Penegakan hukum oleh Polisi lalu lintas.

Tempat pemberhentian bus. Berfungsi untuk menaikkan dan

menurunkan penumpang saat berhenti.

5. PENGATURAN ANGKUTAN BARANG

Masalah lalu lintas tertentu timbul karena adanya kendaraan

barang pada daerah pusat kota (pertokoan), daerah pemukiman,

daerah industri sehingga dapat menimbulkan arus lalu lintas yang

‘berhenti’ yang terkait dengan :

a) Kendaraan yang berhenti akan menyebabkan gangguan arus lalu

lintas.

b) Parkir pada jalur pejalan kaki menyebabkan keruskan pada jalur

tersebut dan gangguan pada pejalan kaki.

c) Problema lingkungan karena suara, getaran, asap, gangguan

pemandangan terutama kendaraan besar.

d) Kondisi jalan yang rusak akibat beban yang terlalu tinggi.

Ukuran manajemen lalu lintas yang utama dalam menentukan

masalah ini adalah :

Waktu parkir dan lokasi pemberhentian.

Fasilitas akses yang cukup (jalan akses, persimpangan dengan

geometri yang sesuai, belok, dan jalur bongkar muat ).

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya99

Page 100: 30504975 Prasarana Jalan

Rute truck terutama yang melalui daerah perkotaan dan daerah

yang terisolasi dari truk dengan ukuran dan beban tertentu.

Proteksi daerah sekitarnya dari efek kerusakan oleh kendaraan

berat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.lantas.polri.go.id/view_foto.asp?

ID=3&DocType=Vademikum&act=view&pageid=.

http://www.lantas.metro.polri.go.id/org/kebijakan/

kebijakan4258a748c7639.doc.

http://www.hubdat.go.id/bstp/pt/HALTE.pdf.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya100

Page 101: 30504975 Prasarana Jalan

http://www.pu.go.id/Ditjen_Prasarana%20Wil/referensi/

nspm/petunjuk128.pdf.

http://www.lantas.polri.go.id/view_foto.asp?

ID=24&DocType=Vademikum&act=view&pageid=.

Khisty, C. Jotin dan B. Kent Lall. 2006. Dasar-dasar

Rekayasa Transportasi. Jakarta: Erlangga.

Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Perencanaan

Fasilitas Pejalan Kaki Di Kawasan Perkotaan Jalan No.

011/T/Bt/1995.

Spesifikas Lampu Penerangan Jalan Perkotaan No.

12/S/Bnkt/ 1991. Direktorat Jenderal Binamarga, Direktorat

Pembinaan Jalan Kota.

Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan

No.033/TBM/1996.

Warpani, Suwardjoko. 1990. Merencanakan Sistem

Perangkutan. Bandung: ITB.

Widjajanti, Endang. 2006. Penentuan Fungsi, Hirarki, dan

Administrasi Jalan pada Kota-Kota Baru. Jakarta: ISTN.

www.sagamoreflyover.com/

Sumber – sumber lain yang relevan.

Prasarana Wilayah Dan Kota 1 Jalan Raya101