30-52-1-SM

13
MODEL MINAT IBU MEMILIH TEMPAT BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SENTANI KABUPATEN JAYAPURA TAHUN 2012 Henny Vonni Rerey 1 , Nugroho Susanto 2 INTISARI Latar Belakang: Kematian maternal dan neonatal masih merupakan masalah kesehatan diberbagai belahan dunia. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan masih relatif tinggi jika dibanding dengan negara-negara ASEAN. Masih tingginya angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia disebabkan persalinan di rumah yang ditolong oleh dukun, sehingga adanya komplikasi persalinan tidak dapat ditangani secara komprehensif. Komplikasi persalinan menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi. Dalam tindakan menurunkan angka kematian ibu dapat melalui pemanfaatan pelayanan kesehatan yang optimal di level desa. Pengetahuan tentang pelayanan kesehatan menyebabkan individu cenderung mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Akses pelayanan dan kondisi geografis mempengaruhi keputusan ibu mengunakan tempat persalinan. Penelitian berujuan untuk mengetahui model yang terkait dengan keputusan ibu dalam mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk bersalin. Metode : Jenis penelitian adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Waktu Penelitian pada bulan Januari sampai dengan April 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas Sentani Distrik Sentani Kabupaten Jayapura. Sebagai sampel diambil secara Accidental Sampling. Besar sampel pada penelitian sebanyak 50 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan berpanduan terhadap kuesioner penelitian. Wawancara dilakukan kepada ibu di rumah. Analisis data dilakukan dengan Lisrel 8.50. Hasil: ibu hamil yang melakukan kunjungan Puskesmas Sentani sebagian besar berusia 20 -40 tahun 74%, tingkat pendidikan tinggi paling 74%, ibu tidak bekerja 52%, suami bekerja 62%, penghasilan keluarga > I<R Papua 62%, jarak rumah ke pelayanan kesehatan > 500 m 60%, tingkat pengetahuan ibu baik 88%, sikap ibu baik paling banyak 76%, minat dengan tindakan ibu memilih tempat persalinan pada pelayanan kesehatan 74%. Ada hubungan bermakna antara umur, pendidikan ibu, pekerjaan suami, penghasilan keluarga, jarak ke pelayanan kesehatan, pengetahuan ibu, dan sikap ibu dengan keputusan ibu memilih tempat persalinan pada tempat pelayanan kesehatan di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Convidence Interval 95% (P: <0.05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan keputusan ibu memilih tempat persalinan di puskesmas sentani (P : > 0.05). Jarak pelayanan memiliki hubungan yang paling erat (β = 66.90 terhadap keputusan ibu mengunakan puskes mas untuk bersalin. Fator pendidikan, umur, pekerjaan, penghasilan, jarak pelayanan, pengetahuan dan sikap dapat memprediksi 66.4% dalam pengambilan keputusan ibu mengunakan pelayanan bersalin di puskesmas (R=66.4). berdasarkan alur model bahwa factor pengetahuan merupakan factor dominan ibu dalam memilih tempat bersalin di puskesmas. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan ayah, penghasilan keluarga, jarak pelayanan, pengetahuan dan sikap terdahap minat/keputusan ibu memilih tempat bersalin di puskesmas Sentani. Factor yang erat berkaitan dengan minat/keputusan ibu mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang paling dominan adalah penghasilan kelurga. Berdasarkan alur teoritis ibu mengunakan fasilitas bersalin di puskesmas adalah faktor pengetahuan yang kemudian dilanjutkan dengan sikap ibu terhadap pelayanan kesehatan. 1. Politeknik Kemenkes Jayapura; 2. . Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

description

aa

Transcript of 30-52-1-SM

Page 1: 30-52-1-SM

MODEL MINAT IBU MEMILIH TEMPAT BERSALIN DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS SENTANI KABUPATEN JAYAPURA TAHUN 2012

Henny Vonni Rerey

1, Nugroho Susanto

2

INTISARI

Latar Belakang: Kematian maternal dan neonatal masih merupakan masalah kesehatan diberbagai belahan dunia.

Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup dan masih relatif

tinggi jika dibanding dengan negara-negara ASEAN. Masih tingginya angka kematian maternal dan neonatal di

Indonesia disebabkan persalinan di rumah yang ditolong oleh dukun, sehingga adanya komplikasi persalinan tidak

dapat ditangani secara komprehensif. Komplikasi persalinan menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi. Dalam

tindakan menurunkan angka kematian ibu dapat melalui pemanfaatan pelayanan kesehatan yang optimal di level

desa. Pengetahuan tentang pelayanan kesehatan menyebabkan individu cenderung mengunakan fasilitas pelayanan

kesehatan. Akses pelayanan dan kondisi geografis mempengaruhi keputusan ibu mengunakan tempat persalinan.

Penelitian berujuan untuk mengetahui model yang terkait dengan keputusan ibu dalam mengunakan fasilitas

pelayanan kesehatan untuk bersalin.

Metode : Jenis penelitian adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross

sectional study. Waktu Penelitian pada bulan Januari sampai dengan April 2012. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh ibu hamil yang datang berkunjung ke Puskesmas Sentani Distrik Sentani Kabupaten Jayapura.

Sebagai sampel diambil secara Accidental Sampling. Besar sampel pada penelitian sebanyak 50 sampel.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan berpanduan terhadap kuesioner penelitian. Wawancara

dilakukan kepada ibu di rumah. Analisis data dilakukan dengan Lisrel 8.50.

Hasil: ibu hamil yang melakukan kunjungan Puskesmas Sentani sebagian besar berusia 20 -40 tahun 74%, tingkat

pendidikan tinggi paling 74%, ibu tidak bekerja 52%, suami bekerja 62%, penghasilan keluarga > I<R Papua 62%,

jarak rumah ke pelayanan kesehatan > 500 m 60%, tingkat pengetahuan ibu baik 88%, sikap ibu baik paling banyak

76%, minat dengan tindakan ibu memilih tempat persalinan pada pelayanan kesehatan 74%. Ada hubungan

bermakna antara umur, pendidikan ibu, pekerjaan suami, penghasilan keluarga, jarak ke pelayanan kesehatan,

pengetahuan ibu, dan sikap ibu dengan keputusan ibu memilih tempat persalinan pada tempat pelayanan kesehatan

di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Convidence Interval 95% (P: <0.05). Tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara pekerjaan dengan keputusan ibu memilih tempat persalinan di puskesmas sentani (P : > 0.05).

Jarak pelayanan memiliki hubungan yang paling erat (β = 66.90 terhadap keputusan ibu mengunakan puskesmas

untuk bersalin. Fator pendidikan, umur, pekerjaan, penghasilan, jarak pelayanan, pengetahuan dan sikap dapat

memprediksi 66.4% dalam pengambilan keputusan ibu mengunakan pelayanan bersalin di puskesmas (R=66.4).

berdasarkan alur model bahwa factor pengetahuan merupakan factor dominan ibu dalam memilih tempat bersalin di

puskesmas.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara umur, pendidikan, pekerjaan ayah, penghasilan keluarga, jarak pelayanan,

pengetahuan dan sikap terdahap minat/keputusan ibu memilih tempat bersalin di puskesmas Sentani. Factor yang

erat berkaitan dengan minat/keputusan ibu mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang paling dominan adalah

penghasilan kelurga. Berdasarkan alur teoritis ibu mengunakan fasilitas bersalin di puskesmas adalah faktor

pengetahuan yang kemudian dilanjutkan dengan sikap ibu terhadap pelayanan kesehatan.

1. Politeknik Kemenkes Jayapura;

2. . Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

Page 2: 30-52-1-SM

PENDAHULUAN

Kematian maternal dan neonatal masih merupakan masalah kesehatan diberbagai belahan dunia. Angka

kejadian tertinggi di Asia selatan dengan angka insiden tertinggi di sub-sahara afrika sebesar 32/1000 kelahiran

hidup (Hogberg and Cnattingius, 2007). Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 228 per

100.000 kelahiran hidup dan masih relatif tinggi jika dibanding dengan negara-negara ASEAN (Carter, 2009).

Masih tingginya angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia disebabkan sebagian besar wilayah

desa melakukan persalinan di rumah yang ditolong oleh dukun, sehingga adanya komplikasi persalinan tidak dapat

ditangani secara komprehensif (Shrestha, 2010). Masih tingginya persalinan yang ditolong oleh tenaga non

kesehatan merupakan faktor penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi disuatu daerah (Kruk et al., 2009).

Komplikasi persalinan menyebabkan terjadinya kematian ibu dan bayi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh

banyak faktor seperti: riwayat persalinan dengan lahir mati sebelumnya, umur ibu hamil yang kurang dari 20 tahun

dan lebih dari 35 tahun, status gizi buruk, penyakit-penyakit infeksi, pekerjaan dan perilaku yang berisiko selama

kehamilan (Barros et al., 2010).

Upaya menurunkan Angka Kematian Ibu yaitu dengan Safe Motherhood dan Making Pregnansy Safer,

yang mempunyai tujuan sama yaitu melindungi hakreproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi

beban sakitankecatatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak

perlu terjadi. Oleh karena itu, kebijaksanaan Departemen Kesehatan adalah mendekatkan pelayanan obstetri dan

neonatal (kebidanan dan bayi baru lahir) kepada setiap ibu hamil sesuai dengan pendekatan making pregnancy safer

(MPS) yang mempunyai 3 (tiga pesan kunci: Semua persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, Semua

Komplikasi Obstetri mendapat pelayanan rujukan yang adekuat, Semua perempuan dalam usia reproduksi mendapat

akses pencegahan dan penatalaksanaan kehamilan yang tidak diingikan dan aborsi yang tidak aman (Depkes, RI,

2001).

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Papua pada tahun 2009 sebesar 86,60%. Dinas

Kesehatan Provinsi Papua menunjukan bahwa angka kematian ibu dan anak masih tinggi karena salah satu

penyebabnya yaitu persalinan diluar pelayanan kesehatan (Dinkes papua, 2009). Pada tahun 2011 jumlah cakupan

persalinan di puskesmas Sentani sebesar 919 ibu bersalin, jumlah kunjungan ibu hamil yaitu 1489 ibu hamil.

Jumlah kasus risiko tinggi pada ibu hamil di puskesmas Sentani yaitu 326 kasus. Jumlah rujukan di puskesmas

Sentani yaitu 136 kasus.

Masih tingginya persalinan yang ditolong oleh tenaga non kesehatan merupakan faktor penyebab masih

tingginya angka kematian ibu dan bayi disuatu daerah. Dalam tindakan menurunkan angka kematian ibu dapat

melalui pemanfaatan pelayanan kesehatan yang optimal di level desa, sehingga intervensi lebih ditekankan pada

kelompok tenaga kesehatan yang memberi pelayanan terhadap masyarakat langsung di desa seperti bidan desa

(Kruk et al., 2009).

Beberapa factor yang berkaitan dengan pengunaan fasilitas pelayanan kesehatan antara lain akses

pelayanan, usia, pendapatan keluarga, pendidikan, pengetahuan, sikap. Beberapa hasil penelitian terdahulu

menyebutkan bahwa pendidikan yang tinggi dapat menyebabkan pengetahuan tentang kesehatan sehingga ibu

cenderung memilih tempat persalinan di tenaga kesehatan (D’Ambruso, 2009). Pengetahuan yang tinggi tentang

Page 3: 30-52-1-SM

pelayanan kesehatan menyebabkan individu cenderung mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Akses pelayanan

juga dapat mempengaruhi keputusan ibu dalam mengunakan tempat persalinan selain itu kondisi geografis juga

dapat menyebabkan ibu memilih tempat bersalin (Shaffer et al. 2007).

METODE PENELITIAN

Penelitian berujuan untuk mengetahui model yang terkait dengan keputusan ibu dalam mengunakan

fasilitas pelayanan kesehatan untuk bersalin. Penelitian merupakan Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang

bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan

dengan minat ibu dalam memilih tempat persalinan di pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Sentani.

Penelitian dilakukan di Puskesmas Sentani Distrik Sentani Kabupaten Jayapura. Waktu Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Januari sampai dengan April 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang

berkunjung ke Puskesmas Sentani Distrik Sentani Kabupaten Jayapura. Sebagai sampel diambil secara Accidental

Sampling. Besar sampel pada penelitian sebanyak 50 sampel.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dengan berpanduan terhadap kuesioner penelitian.

Wawancara dilakukan kepada ibu di rumah yang telah berkunjung ke pelayanan kesehatan yaitu puskesmas tempat

penelitian. Analisis data dilakukan dengan beberapa tahap yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariate. Untuk

mengetahui perjalanan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu melakukan persalinan di puskesmas

dilakukan dengan analisis Lisrel 8.50.

HASIL

Puskesmas Sentani merupakan puskesmas rawat inap yang terletak di tengah Kota Sentani yang merupakan

Ibu Kota Kabupaten Jayapura yang melayani kurang lebih 41.809 jiwa. Wilayah kerja puskesmas Sentani meliputi

dua distrik dan 14 kampung/kelurahan. sarana pelayanan kesehatan meliputi 1 puskesmas, Puskesmas pembantu 3

buah, 2 Polindes, 32 Posyandu dan 1 PokBang. Untuk kegiatan di daerah danau puskesmas menggunakan jasa

angkutan danau / perahu (carter).

Penelitian dilakukan terhadap 50 subjek penelitian dengan karakteristik seperti tabel berikut:

Tabel 1. Distribusi Ibu Hamil Menurut Golongan Umur di Puskesmas Sentani Tahun 2012

Karakteristik subjek N %

Golongan Umur (Thn)

20 – 40 Tahun 37 74

< 20 Tahun 13 26

Pendidikan

Tinggi 37 74

Page 4: 30-52-1-SM

Rendah 13 26

Pekerjaan ibu

Bekerja 24 48

Tidak Bekerja 26 52

Pekerjaan suami

Bekerja 31 62

Tidak Bekerja 19 38

Penghasilan

≥ IMR Papua 31 62

< IMR Papua 19 38

Jarak Ke yankes

Dekat < 500 m 20 40

Jauh > 500 m 30 60

Pengetahuan

Baik 44 88

Kurang 6 12

Sikap

Baik 38 76

Kurang 12 24

Minat ke pelayanan

Ya 37 74

Tidak 13 26

Jumlah 50 100

Berdasarkan tabel menunjukan bahwa ibu hamil yang melakukan kunjungan Puskesmas Sentani sebagian

besar berusia 20 -40 tahun 74%, tingkat pendidikan tinggi paling 74%, ibu tidak bekerja 52%, suami bekerja 62%,

penghasilan keluarga > I<R Papua 62%, jarak rumah ke pelayanan kesehatan > 500 m 60%, tingkat pengetahuan ibu

Page 5: 30-52-1-SM

baik 88%, sikap ibu baik paling banyak 76%, minat dengan tindakan ibu memilih tempat persalinan pada pelayanan

kesehatan 74%.

Berdasarkan hasil analisis bivariat pada independent terhadap variable dependent seperti terlihat pada table

berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Minat Ibu Memilih Tempat Persalinan Di Puskesmas Sentani

Tahun 2012

Variable Minat Ibu Total P

Ya Tidak

Umur Ibu 20 - 40 Tahun 33 4 37

89.2% 30.8% 74.0% 0.000

< 20 Tahun 4 9 13

10.8% 69.2% 26.0%

Pendidikan Ibu Tinggi 31 6 37 0.022

83.8% 46.2% 74.0%

Rendah 6 7 13

16.2% 53.8% 26.0%

Pekerjaan Ibu Kerja 20 4 24 0.261

54.1% 30.8% 48.0%

Tidak Kerja 17 9 26

45.9% 69.2% 52.0%

Pekerjaan Suami Kerja 27 4 31 0.018

73.0% 30.8% 62.0%

Tidak Kerja 10 9 19

27.0% 69.2% 38.0%

Penghasilan keluarg > IMR Papua 28 3 31 0.002

75.7% 23.1% 62.0%

< IMR Papua 9 10 19

24.3% 76.9% 38.0%

Jarak Ke Yankes Dekat < 500 m 19 1 23 0.015

51.4% 7.7% 46.0%

Jauh > 500 m 15 12 27

48.6% 92.3% 54.0%

Pengetahuan Ibu Baik 37 7 44 0.000

100.0% 53.8% 88.0%

Kurang 0 6 6

.0% 46.2% 12.0%

Sikap Ibu Baik 33 5 38 0.000

89.2% 38.5% 76.0%

Kurang 4 8 12

10.8% 61.5% 24.0%

Total 37 13 50

Berdasarkan Tabel menunjukan bahwa ada hubungan bermakna antara umur, pendidikan, ibu, pekerjaan

suami, penghasilan keluarga, jarak ke pelayanan kesehatan, pengetahuan ibu, dan sikap ibu dengan keputusan ibu

memilih tempat persalinan pada tempat pelayanan kesehatan di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura

Convidence Interval 95% (P : < 0.05). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan keputusan

ibu memilih tempat persalinan di pelayanan kesehatan (P : > 0.05).

Page 6: 30-52-1-SM

Variable yang signifikan pada analisis bivariat kemudian dilakukan analisis multivariate untuk

mendapatkan variable yang paling besar berkontribusi untuk dalam keputusan ibu mengunakan pelayanan

kesehatan. Jika dilihat dari analisis multivariate seperti terlihat pada table berikut:

Tabel 3. Hasil analisis regresi logistik faktor-faktor yang berkaitan denga keputusan ibu mengunakan pelayanan

puskesmas.

Variabel

Model

β

coeficient

Umur 49.653

Pendidikan 46.659

Pekerjaan 16.424

Penghasilan 66.515

Jarak pelayanan 66.905

Pengetahuan 22.541

sikap 49.624

-2 Log Likelihood

R2 (%)

N

2.773

66.4

50

Table 3 menunjukkan bahwa jarak pelayanan memiliki hubungan yang paling erat (β = 66.90) kemudian

variable penghasilan (β = 66.51) dimana factor-faktor seperti pendidikan, umur, pekerjaan, penghasilan, jarak

pelayanan, pengetahuan dan sikap dapat memprediksi 66.4% untuk terjadinya keputusan ibu dalam memilih

pelayanan bersalin di puskesmas (R=66.4).

Jika dilihat dengan analisis jalur untuk melihat alur didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 7: 30-52-1-SM

Gambar1. Analisis Jalur untuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu bersalin ditempat

pelayanan kesehatan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa model yang dapat memprediksi keputusan ibu dalam pemilihan tempat

pelayanan puskesmas adalah factor penghasilan, pengetahuan dan sikap dimana pengetahuan lebih menjadi factor

yang lebih dominan dalam pemilihan tempat persalinan.

Berdasarkan hasil penelitian untuk di wilayah puskesmas Sentani Kabupaten Jaya Pura berdasarkan analisis

logistic regresi dan analisis jalur didapatkan bahwa variable penghasilan lebih effisien dalam memberikan kontribusi

utama dalam menjelaskan ibu mengunakan fasilitas pelayanan bersalin di puskesmas.

PEMBAHASAN

Provinsi Papua merupakan provinsi di Bagian Timur sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih dalam

upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian ibu

yang pendidikan tinggi lebih cenderung untuk melakukan persalinan di puskesmas dibanding ibu dengan pendidikan

rendah. Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya pendidikan yang tinggi dalam pendidikan formal lebih mudah

menerima informasi khususnya tentang kesehatan dan cenderung tidak berpegang teguh pada budaya local yang

penolong persalinan oleh tenaga non kesehatan.

Rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat dapat terkait banyak factor antara

lain budaya dan prilaku masyarakat. Anderson (1995) pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dipengaruhi oleh

beberapa faktor yang dikenal dengan Anderson behavioral model of health service utilization yang meliputi 3

komponen yaitu: 1) komponen predisposing terdiri dari faktor demografi antara lain umur, jenis kelamin, status

perkawinan, besarnya keluarga dan struktur sosial termasuk ras, pendidikan dan pekerjaan serta faktor keyakinan

antara lain pengetahuan, sikap dan persepsi, ini menggambarkan individu dapat menggunakan pelayanan kesehatan;

2) komponen enabling adalah kemampuan individu, untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang mempengaruhi

sumber keluarga: kemampuan membayar pelayanan, keikutsertaan dalam asuransi, informasi pelayanan kesehatan

Page 8: 30-52-1-SM

yang dibutuhkan dan sumber daya masyarakat meliputi sarana pelayanan, lokasi/ jarak transportasi dan sebagainya;

3) komponen need merupakan faktor yang mendasari dan merupakan stimulus langsung bagi individu untuk

menggunakan pelayanan kesehatan.

Pola pemukiman daerah papua yang tinggal di daerah pedalaman dengan situasi transportasi yang sulit

dapat menjadikan faktor ibu untuk mengambil keputusan dalam memilih tempat persalinan. Selain kondisi geografis

karakteristik dan budaya masyarakat papua dapat menghambat ibu dalam memilih tempat persalinan di tenaga

kesehatan khususnya puskesmas. D’Ambruoso et al. (2009) persalinan yang ditangani oleh bidan desa sebesar

33,4%, dokter 6,8%, dukun terlatih 27,5%, dan tenaga non kesehatan yang tidak terlatih sebesar 37,3%.

Keadaan ini sejalan dengan situasi di papua dimana sebagian besar masyarakat yang tidak mengunakan

pelayanan tempat bersalin di puskesmas atau tenaga kesehatan adalah mereka yang memiliki jarak tempuh ke tempat

pelayanan > 500 m. Selain jarak tempuh yang jauh kondisi geografi dan sarana transportasi yang sulit merupakan

factor tidak dimanfaatkanya pelayanan kesehatan yang ada. Keadaan ini menyebabkan banyak program kesehatan di

wilayah papua kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Kruk et al. (2009) yang mengatakan bahwa pemberian

pelayanan kesehatan primer pada masyarakat diwilayah perdesaan dan pemanfaatan pelayanan yang diberikan oleh

masyarakat merupakan salah satu indikator keberhasilan program kesehatan

Persalinan yang ditangani oleh tenaga non kesehatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

tingginaya angka kematian disuatu daerah karena keterbatasan dalam penanganan komplikasi oleh tenaga non

kesehatan. Shaffer et al. (2007) rendahnya pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat menyebabkan banyak persalinan

yang tidak ditanggani oleh tenaga kesehatan sehingga terjadinya komplikasi persalinan tidak dapat ditangani dengan

sesegera mungkin. Keadaan ini sejalan dengan situas di Kabupaten Jayapura khususnya wilayah distrik sentani yang

memiliki keterbatasan tenaga ahli. Sehingga wilayah papua merupakan salah satu wilayah yang angka kematian

relative tinggi dibanding dengan wilayah lain di Indonesia.

Tingginya angka kematian dapat disebabkan juga oleh kemampuan tenaga penolong persalinan. Carroll et

al. (2009) terdapat hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan peningkatan pengetahuan p = 0.001. terdapat

hubungan yang signifikan antara pelatihan dengan ketrampilan penolongan persalinan p = 0.005. Terdapat hubungan

yang signifikan antara pelatihan dengan praktik merujuk p = 0.003.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan pemilihan

tempat persalinan. Umur 20 – 40 tahun merupakan usia yang matang bagi seorang wanita untuk menikah dan

melahirkan dan usia di bawah 20 tahun kecenderungan kematangan dan kesiapan secara fisik dan mental dalam

melahirkan kurang siap. Najati & Gojazadeh (2010) ibu dengan kelahiran usia dibawah 18 tahun 9,09% mengalami

kejadian kelahiran mati, sedangkan ibu yang memiliki usia saat kelahiran diatas 18 tahun 4,6%. Ibu yang berumur

kurang dari 20 tahun rahim dan bagian lainya belum siap untuk terjadi kehamilan dan adanya kecenderungan kurang

perhatian terhadap kehamilanya.

Page 9: 30-52-1-SM

Menurut hall dan Dorman (1990) mengatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan pemilihan

pelayanan kesehatan. Semakin dewasa maka lebih mengerti akan pilihan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Selain

usia faktor pendidikan dapat juga menentukan pemilihan tempat persalinan. pendidikan yang tinggi dapat

menyebabkan pola fikir yang baik salah satunya tentang pemilihan tempat bersalin.

Pendidikan formal sangat penting bagi seorang ibu, karena dengan pendidikan ibu mempunyai wawasan

berfikir yang luas dan baik tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pendidikan formal yang dimiliki oleh seorang

ibu dapat menyebabkan tingginya pengalaman-pengalaman yang diterima selama menempuh pendidikan formal.

Pekerjaan juga dapat mempengaruhi ibu dalam memilih tempat bersalin. Dalam lingkungan kerja informasi dapat

diperoleh dari pengalaman tempat ibu bekerja sehingga ibu dapat menentukan pilihan tempat bersalin di tenaga

kesehatan.

Dengan bekerja ibu akan selalu mendapatkan informasi dan saling bertukar pikiran dengan teman di

kantornya tentang bagaimana menjaga dan merawat diri dan memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan atau

dokter dan ini dapat pmempengaruhi perilaku ibu untuk bisa hidup sehat. Berdasarkan pekerjaan suami didapatkan

hasil bahwa ada hubungan bermakna antara pekerjaan suami dengan minat ibu memilih tempat persalinan pada

tempat pelayanan kesehatan di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura. Keadaan ini dapat disebabkan oleh suami

yang bekerja bagi keluarga memiliki pendapatan yang berlebih sehingga kebutuhan akan pelayanan kesehatan dapat

terpenuhi.

Tingkat sosial ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan tempat persalinan. Keadaan ini

dapat disebabkan adanya materi yang cukup sehingga ibu mampu mengalokasikan dana untuk persalinan pada

tenaga kesehatan. Lapau (1997) mengatakan bahwa status ekonomi masyarakat seperti pendapatan mempengaruhi

pola pemanfaatan pelayanan kesehatan. Alkatiri (1997) mengemukakan bahwa golongan menengah dengan

pendapatan yang lebih memadai akan cenderung berperilaku sebagai pengguna yang lebih selektif sedangkan

golongan ekonomi lemah dengan kondisi kehidupan yang kurang memadai akan bersikap sebagai pengguna yang

pasif.

Berdasarkan penghasilan diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara penghasilan keluarga

dengan minat ibu memilih tempat persalinan pada tempat pelayanan kesehatan di Puskesmas Sentani Kabupaten

Jayapura.

Pada ibu yang berpenghasilan rendah cenderung tidak mempersiapkan tempat untuk bersalin. D’Ambruoso

et al. (2009) sebagian besar penduduk diwilayah pedesaan tidak menyiapkan untuk kejadian emergensi persalinan

khususnya mengenai biaya dan transportasi.

Peran pemerintah dalam upaya pemanfaatan pelayanan sangat penting guna mempermudah akses

pemanfaatan pelayanan persalinan khususnya bagi keluarga yang kurang mampu sehingga persalinan yang ditolong

oleh tenaga non kesehatan akan cenderung turun. Azwar (1996) Kebijakan pembiayaan dinilai baik jika pembiayaan

kesehatan dapat menjamin kelangsungan pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan dapat menjamin

terjangkaunya pelayanan kesehatan.

Upaya penanganan dapat melibatkan kerja sama lintas sector tidak saja oleh dinas kesehatan melainkan

melibatkan peran partisipatif masyarakat. Trisnantoro (2007) upaya pelayanan kesehatan diperlukan kerja sama

Page 10: 30-52-1-SM

diberbagai bidang dan lintas sektoral sehingga pencapaian derajat kesehatan dapat optimal. Koentjoro (2007)

Pendekatan untuk memperbaiki pelayanan kesehatan tidak cukup dilakukan dengan upaya internal melalui

standarisasi saja, tetapi perlu melalui pendekatan eksternal yang dapat dilakukan melalui upaya adanya peraturan

perundang-undangan (legislasi). Ali et al. (2006) yang mengatakan bahwa dalam penyelengaraan pelayanan

kesehatan diperlukan kesepakatan antara pengambil kebijakan, legislatif dan penyelengara pelayanan kesehatan.

Jarak Ke Pelayanan Kesehatan merupakan salah satu factor ibu untuk menentukan pilihan untuk bersalin di

tenaga kesehatan. Kruk et al. (2009) bahwa subjek yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sebagian besar

subjek yang berada di sekitar (desa) tempat pelayanan kesehatan berada sebesar 76.1% sedangkan subjek yang

mempunyai jarak ke tempat akses pelayanan >5 km sebesar 17,4%. Jarak jangkauan rumah ke tempat pelayanan

kesehatan mempengaruhi ibu hamil dalam melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan, sehingga jarak juga

mempengaruhi ibu untuk minat ibu memilih tempat persalinan, apalagi jarak yang sangat jauh atau menyeberang

Danau Sentani ini akan membuat ibu mengalami kesulitan untuk datang ke pelayanan kesehatan.

Shaffer et al., (2007) bahwa penyebab utama masih tingginya angka kematian bayi adalah rendahnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Razzak and Kellermann (2002) bahwa pelaksanaan tindakan

kedaruratan antara lain pelayanan yang bersifat kepentingan masyarakat, penyediaan dan pendekatan fasilitas

kedaruratan pada masyarakat, kemudahan pelayanan transportasi dan kemudahan masyarakat mengakses pelayanan.

Abdulghani (2006) mengatakan bahwa tersediannya infra struktur dalam pelaksanaan tindakan kedaruratan

obstetrik mempermudah dan memperlancar dalam pelaksanaan kegiatan kedaruratan obstetrik dan tersediannya

fasilitas penanganan tindakan kedaruratan obstetrik merupakan salah satu indikator keberhasilan penanganan

keadaaan kegawatdaruratan obstetrik.

Pelayanan maternal dan neonatal diperlukan berbagai sumber pembiayaan guna terjadinya kelangsungan

pelayanan maternal dan neonatal. Desai (2003) Pelayanan maternal dan neonatal merupakan pelayanan yang

berkaitan dengan tindakan intervensi yang memerlukan berbagai sumber daya untuk pelaksanaan antara lain petugas

yang melaksanakan, sarana, penyediaan obat dan anggaran untuk operasional pelaksanaan.

Pengetahuan Ibu dapat merupakan faktor yang mempengaruhi penentuan pemilihan tempat bersalin.

Adanya pengetahuan yang dimiliki dapat menyebabkan keyakinan sehingga akan mengambil tindakan sesuai

dengan keyakinan yang dimiliki. Tiga hal penting yang menasari perilaku menurut teori bandura antara lain 1. Agen

penyebab perilaku 2. kognitif dan faktor personal dan k e 3 adalah lingkungan eksternal (Wood & Bandura, 1989).

Sikap Ibu terhadap pelayanan kesehatan juga dapat mempengaruhi pemilihan tempat bersalin bagi ibu.

Kondisi perawatan selama kehamilan melalui ateantal care juga dapat mempengaruhi pemilihan tempat persalinan.

Azwar (2000) sikap merupakan suatu pola prilaku tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Upaya perubahan perilaku masyarakat dapat melalui peningkatan

pengetahuan yang dapat melalui tokoh masyarakat atau agen perubahan perilaku sehingga menyebarkan informasi

kepada masyarakat sekitar. Adanya penyebaran informasi pada masyarakat menyebabkan masyarakat memahami

sehingga masyarakat akan meyakini bahwa hal tersebut merupakan sebuah kebenaran yang harusnya dilakukan. Hal

Page 11: 30-52-1-SM

ini sesuai dengan teori proses perubahan perilaku masyarakat yang dikemukakan oleh Gielen et al, (2008) adanya

jaringan sosial dapat mempermudah penerimaan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Jaringan sosial atau

agen perubahan perilaku dapat mempermudah terjadinya perubahan perilaku pada masyarakat. Selain sikap budaya

masyarakat juga dapat mempengaruhi penentuan pemilhan tempat persalinan bagi ibu. Budaya dilingkungan

masyarakat dapat mempengaruhi adanya kebiasaan masyarakat dalam memilih tempat persalinan.

Berdasarkan alur model pemilihan didapatkan hasil bahwa variable yang dapat memprediksi keputusan ibu

bersalin dipuskesmas adalah penghasilan, pengetahuan dan sikap ibu terhadap pelayanan kesehatan. Hasil penelitian

ini memberikan informasi bahwa di wilayah papua khususnya di puskesmas sentani faktor penghasilan, pengetahuan

dan sikap cenderung mempengaruhi keputusan ibu dalam memilih tempat bersalin. Sehingga upaya intervensi yang

sesuai terkait peningkatan pengunaan pelayanan tempat bersalin di Puskesmas sentani dapat melalui peningkatan

pengetahuan masyarakat dan membangun kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan khususnya pelayanan

persalinan.

Bandura (1986) kepercayaan pada individu terhadap kemampuan mereka untuk tampil secara maksimal

dalam mengerjakan berbagai tugas atau berprilaku dan tindakan untuk kedepannya. Model perubahan perilaku dari

pendidikan ke lingkungan sekitar (Lohrmann et al. 2008). Teori perubahan perilaku kesehatan pada masyarakat

dapat melalu pendidikan kesehatan ke masyarakat maupun pesan pendidikan dapat melalui media sekolahan atau

pendidikan informas lain sehingga masyarakat dapat memahami pesan yang diinginkan. Adanya pengetahuan

tentang kesehatan dan sikap yang baik tentang kesehatan akan diikuti oleh perilaku sehat dalam masyarakat yang

dapat berupa budaya masyarakat sekitar.

KESIMPULAN dan SARAN

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur,

pendidikan, pekerjaan ayah, penghasilan keluarga, jarak pelayanan, pengetahuan dan sikap terdahap

minat/keputusan ibu memilih tempat bersalin di puskesmas Sentani. Factor yang erat berkaita dengan

minat/keputusan ibu mengunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang paling dominan adalah penghasilan kelurga.

Berdasarkan alur teoritis didapatkan bahwa keputusan ibu dalam bersalin di Puskesmas sentani disebabkan oleh

pengetahuan kemudian diikuti oleh sikap ibu dan didorong oleh penghasilan keluarga sehingga ibu mengunaka

fasilitas pelayanan bersalin di Puskesmas Sentani.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bagi puskesmas untuk memberikan peningkatan pengetahuan

kepada masyarakat tentang manfaat dan akses pelayanan bersalin di Puskesmas. Bagi pemerintah perlunya

dukungan sumber daya dalam operasional pelayanan di puskesmas sehingga masyarakat mudah mendapatkan

pelayanan khususnya pada aspek kemampuan finansial.

DAFTAR PUSTAKA

Page 12: 30-52-1-SM

Abdulghani, N. A. (2006) Situational Analysis on Emergency Obstetric Care in Public Hospitals, Sana’a, Yemen:

Yemeni-German Reproductive Health Programme YG-RHP

Ali, M., Ayaz, M., Rizwan, H., Hashim, S. & Kuroiwa, C. (2006) Emergency obstetric care availability,

accessibility and utilization in eight districts in Pakistan's North West Frontier Province. J Ayub Med

Coll Abbottabad, 18(4): 10-5

Anderson, R.M. (1995) Revisiting the behavioral model and access to medical care: Does it Matter? J Health Soc

Behavior, 36: 1-10.

Azwar, A. (1996) Pengantar administrasi kesehatan, edisi Ketiga, Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Barros, F. C., Bhutta, Z. A., Batra, M., Hansen, T. N., Victora, C. G. & Rubens, C. E. (2010) Global report on

preterm birth and stillbirth (3 of 7): Evidence for effectiveness of interventions. BMC Pregnancy

Childbirth, 10 (1): S3

Carroll, J.C., Rideout, A.L., Wilson, B.J., Allanson, J., Blaine, S.M., Esplen, M.J., Farrell, S.A., Graham, G.E.,

MacKenzie, J., Meschino, W., Miller, F., Prakash, P., Shuman, C., Summers, A. Taylor, S. (2009)

Genetic education for primary care providers Improving attitudes, knowledge, and confidence, Canadian

Family Physician, Vol 55. pp.9-92.

Carter, S. K. (2009) Gender performances during labor and birth in the midwives model of care. Humanities, Social

Sciences and Law Gender Issues, 26(3-4): 205-223

D’Ambruoso, L., Achadi, E., Adisasmita, A., YuliaIzati, Makowiecka, K., Hussein, J., (2009) Assessing quality of

care provided by Indonesian village midwives with a confidential enquiry, Midwifery, 25, 528–539.

Desai, J. (2003) The cost of emergency obstetric care: concepts and issues. Int J Gynaecol Obstet, 81(1): 74-82

Dinkes Provinsi Papua, 2009, Angka Kematian Maternal Ibu dan Bayi di Papua. www. Dinkesprovpapua.go.id.

diakses pada tanggal 15 Desember 2011.

Gielen, A.C., McDonald, E.M., Gary, T.L., and Bone, L.R., (2008) Using The Precede-Proceed Model To Apply

Health Behaviour Theories, United States of America.

Hogberg, L. & Cnattingius, S. (2007) The influence of maternal smoking habits on the risk of subsequent stillbirth:

is there a causal relation? BJOG, 114 (6): 699-704

Koentjoro, C., (2007) Regulasi Kesehatan di Indonesia, Andi Offset, Yogyakarta.

Kruk, M. E., Mbaruku, G., McCord, C. W., Moran, M., Rockers, P. C. & Galea, S. (2009) Bypassing primary care

facilities for childbirth: a population-based study in rural Tanzania. Health Policy Plan, 24(4): 279-88

Lohrmann, D.K., (2008) A Complementary Ecological Model of the Coordinated School Health Program, Public

Health Report, Vol 123.

Munro, s, Lewin, S., Swart, T., and Volmink, J., (2004) A review of health behaviour theories: how useful are

these for developing interventions to promote long-term medication adherence for TB and HIV/AIDS?,

BMC Public Health 2007, 7:104, Availabel on; http://www.biomedcentral.com/1471-2458/7/104.

Najati, N. & Gojazadeh, M. (2010) Maternal and neonatal complications in mothers aged under 18 years. Patient

Preference and Adherence 4: 219-22

Razzak, J. A. & Kellermann, A. L. (2002) Emergency medical care in developing countries: Is it worthwhile?

Bulletin of the World Health Organization, 80(11): 900-905

Shaffer, S., Fryzelka, D., Obenhaus, C. & Wickstrom, E. (2007) Improving maternal healthcare access and neonatal

survival through a birthing home model in Rural Haiti. Social Medicine, 2(4).

Shrestha, R. (2010) The village midwife program and infant mortality in Indonesia Bulletin of Indonesian Economic

Studies, 46(2): 193-211

Strecher, V.J., DeVellis, B.M., Becker, M.H., Rosenstock, I.M., (1986) The Role of Self-Efficacy in Achieving

Health Behavior Change, Health Education Quarterly, Vol. 13 (1)73-91.

Page 13: 30-52-1-SM

Trisnantoro, L (2007) Implementation of Health Decentralization in Indonesia 2002-2007, Medicine Faculty, Gadjah

Mada University, Jogjakarta.

Wood, R and Bandura, A (1989) Social Cognitive Theory of Organizational Management (Academy of

Management Review Vol. 14 No.3 361-384.