3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas...

28
23 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan Pendekatan perancangan yang digunakan dalam proyek graha seni rupa post modern ini adalah pendekatan filosofi sejarah munculnya seni rupa post modern. Ditinjau dari sejarahnya , post modern timbul sebagai sebuah teori pemikiran yang merupakan perlawanan atau sikap kritis terhadap modernisme yang dianggap terlalu memuja ilmu pengetahuan dan sains, universalisme, serta mengabaikan lokalitas dan kemajemukan. Modernisme dianggap telah menjauhkan seni dengan konteks realitas masyarakatnya dan mengkotak – kotakkan bidang seni rupa menjadi seni lukis, seni patung, grafis dan sebagainya. Seni rupa post modern dalam perkembangannya cenderung menggambarkan realita kehidupan, juga sebagai bentuk konfrontasi terhadap problematik yang sedang terjadi, baik sosial politik, budaya, falsafah, dan lingkungan sekitar. Media yang ditampilkan juga tidak hanya berupa lukisan dan patung, tetapi berkembang pula menjadi tanpa batasan antar masing – masing bidang seni rupa seperti instalasi, video art, dan sebagainya. Pendekatan filosofi sejarah ini diaplikasikan ke dalam konsep perancangan dan desain bangunan. 3.2. Pendalaman Perancangan Desain graha seni rupa post modern ini menggunakan pendalaman pencahayaan alami (daylighting) dan buatan (artifisial lighting). Pilihan pendalaman dipertimbangkan berdasarkan faktor kebutuhan pengendalian yang paling penting yang dibutuhkan dalam suatu galeri seni yaitu pencahayaan. Karya – karya seni rupa yang ditampilkan, baik berupa obyek 2D (lukisan, foto) maupun 3D ( patung, instalasi, kerajinan ) membutuhkan pencahayaan yang baik secara visual untuk meningkatkan efek kualitas dari obyek yang ditampilkan. Pengendalian pencahayaan yang baik tidak hanya dibutuhkan bagi obyek yang dipamerkan, tetapi juga bagi pengunjung. Bagaimana mengendalikan pencahayaan dengan tingkat intensitas cahaya yang dapat memberikan

Transcript of 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas...

Page 1: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

23 Universitas Kristen Petra

3. PERANCANGAN BANGUNAN

3.1. Pendekatan Perancangan

Pendekatan perancangan yang digunakan dalam proyek graha seni rupa

post modern ini adalah pendekatan filosofi sejarah munculnya seni rupa post

modern. Ditinjau dari sejarahnya , post modern timbul sebagai sebuah teori

pemikiran yang merupakan perlawanan atau sikap kritis terhadap modernisme

yang dianggap terlalu memuja ilmu pengetahuan dan sains, universalisme, serta

mengabaikan lokalitas dan kemajemukan. Modernisme dianggap telah

menjauhkan seni dengan konteks realitas masyarakatnya dan mengkotak –

kotakkan bidang seni rupa menjadi seni lukis, seni patung, grafis dan sebagainya.

Seni rupa post modern dalam perkembangannya cenderung

menggambarkan realita kehidupan, juga sebagai bentuk konfrontasi terhadap

problematik yang sedang terjadi, baik sosial politik, budaya, falsafah, dan

lingkungan sekitar. Media yang ditampilkan juga tidak hanya berupa lukisan dan

patung, tetapi berkembang pula menjadi tanpa batasan antar masing – masing

bidang seni rupa seperti instalasi, video art, dan sebagainya. Pendekatan filosofi

sejarah ini diaplikasikan ke dalam konsep perancangan dan desain bangunan.

3.2. Pendalaman Perancangan

Desain graha seni rupa post modern ini menggunakan pendalaman

pencahayaan alami (daylighting) dan buatan (artifisial lighting). Pilihan

pendalaman dipertimbangkan berdasarkan faktor kebutuhan pengendalian yang

paling penting yang dibutuhkan dalam suatu galeri seni yaitu pencahayaan. Karya

– karya seni rupa yang ditampilkan, baik berupa obyek 2D (lukisan, foto) maupun

3D ( patung, instalasi, kerajinan ) membutuhkan pencahayaan yang baik secara

visual untuk meningkatkan efek kualitas dari obyek yang ditampilkan.

Pengendalian pencahayaan yang baik tidak hanya dibutuhkan bagi

obyek yang dipamerkan, tetapi juga bagi pengunjung. Bagaimana mengendalikan

pencahayaan dengan tingkat intensitas cahaya yang dapat memberikan

Page 2: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

24

Universitas Kristen Petra

kenyamanan bagi pengunjung saat menikmati karya seni yang ditampilkan, dari

pencahayaan alami maupun buatan. Pencahayaan dapat juga dimanfaatkan untuk

memberikan ekspresi pada baik pada interior maupun eksterior bangunan.

Dalam perancangan bangunan, sistem pencahayaan alami yang

dimaksud diaplikasikan melalui perhitungan alat pembayangan dengan

menggunakan solar chart untuk memperoleh besaran overstek maupun shading

yang diperlukan juga perhitungan terang langit (daylight) untuk memperoleh luas

pembukaan jendela pada bangunan yang dapat memberikan terang langit yang

maksimal untuk kebutuhan penerangan ruang dalam pada siang hari. Sedangkan

sistem pencahayaan buatan diaplikasikan dengan menghitung jumlah titik lampu

yang dibutuhkan dalam ruangan serta jenis lampu yang yang digunakan untuk

masing – masing ruangan, termasuk untuk ruang luar. Aplikasi pendalaman

perancangan akan dibahas lebih lanjut dalam sub bab 3.14.

3.3. Organisasi Ruang

Berdasarkan tujuan perencanaan proyek bangunan ini dimana sasaran

yang ingin dicapai meliputi seniman, masyarakat, bidang kesenian, bidang

pariwisata, dan bidang pendidikan, maka fasilitas – fasilitas yang direncanakan

dalam bangunan dikelompokkan sebagai berikut.

• Fasilitas Utama meliputi :

Galeri / ruang pameran, sebagai pusat dari aktivitas utama dalam bangunan,

dan sebagai wadah untuk memamerkan hasil karya seniman.

• Fasilitas Penunjang meliputi :

− Cafe, sebagai penunjang kebutuhan rekreatif pengunjung galeri.

− Sanggar seni, sebagai kebutuhan non akademik bagi masyarakat yang

ingin lebih mendalami bidang kesenian.

− Perpustakaan, sebagai penunjang kebutuhan pengunjung yang ingin

menambah wawasan di bidang kesenian khususnya, juga sebagai

pelengkap bagi aktivitas murid – murid sanggar seni.

− Auditorium, sebagai penunjang fasilitas galeri, sebagai tempat

diadakannya seminar yang biasanya termasuk dalam satu rangkaian acara

dengan event pameran.

Page 3: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

25

Universitas Kristen Petra

− Kantor pengelola, sebagai wadah yang mengurus administrasi dan

operasional kerja dari galeri.

• Fasilitas Service meliputi fasilitas mekanikal dan elektrikal, termasuk juga

fasilitas pengiriman–penerimaan karya seni yang akan dipamerkan.

Skema 3.1. Hubungan Antar Ruang

3.4. Konsep Perancangan

Konsep perancangan bangunan didasarkan pada kronologi sejarah

perkembangan seni rupa di Indonesia sebagai berikut.

Skema 3.2. Kronologi Perkembangan Seni Rupa di Indonesia

Sumber : Sejarah Seni Rupa Indonesia dan Perkembangannya,1987

Seni rupa prasejarah

Tingkat perkemba ngan seni yang masih rendah, pengekspresian bentuk dan rupa diambil dari bentuk alam

Seni rupa tradisional

Perkemba- ngan seni praktis, munculnya seni rakyat dan sudah diinspirasi kan budaya lokal

Seni rupa klasik

Dipenga- ruhi oleh kebudaya an Hindu , Budha dan Islam

Seni rupa modern

Mengkotak –kotakkan bidangseni rupa atas seni lukis, patung. Menolak tradisional, lokalitas dan ke- majemukan

seni rupa postmodern

Menghi- langkan fragmentasi yang di- lakukan modern, me ngangkat tradisional, bersifat ekletis

lukisan pada gua-gua

seni kerajinan, kriya

candi arca kaligrafi

seni lukis, patung,foto, grafis

seni instalasi, video art

main entrance

L O B B Y

G A L E R I S E N I

FASILITAS SERVICE AUDITORIUM

SANGGAR SENI

PERPUSTAKAAN

C A F E

KANTOR PENGELOLA

LOADING

Page 4: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

26

Universitas Kristen Petra

Kurun waktu yang diambil sebagai konsep perancangan yaitu perjalanan

dari seni rupa modern menuju seni rupa post modern, karena kemunculan seni

rupa post modern dapat dikatakan sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap seni

rupa modern.

Skema 3.3. Kronologi Timbulnya Seni Rupa Postmodern

Dalam upaya menunjukkan kronologis perjalanan menuju munculnya

post modern, maka perancangan Graha Seni Rupa Post Modern ini lebih di

titikberatkan pada pemilihan bentukan massa dan penataannya sehingga dapat

menunjukkan kronologis dari modern ke postmodern, serta melalui pengaturan

sirkulasi pengunjung dalam bangunan untuk dapat mengalami kronologis

perjalanan yang ingin diciptakan dalam perancangan bangunan. Aplikasi konsep

perancangan ke dalam desain bangunan akan dijelaskan dalam sub bab- sub bab

berikutnya.

3.5. Bentuk dan Gubahan Massa

Sesuai dengan konsep perancangan yang ingin menunjukkan kronologis

perjalanan dari modern ke post modern , maka perancangan bangunan

menggunakan komposisi bentuk bidang lengkung dan bidang lurus yang kontras.

Bidang lurus digunakan untuk merepresentasikan modern, sedangkan post

modern direpresentasikan dengan bidang lengkung .

seni rupa modern

Melakukan pengkotak- kotakkan bidang seni rupa, menolak tradisional

seni rupa postmodern

Menghapus pengkotak an yang di lakukan seni rupa modern, melihat kembali ke masa lalu untuk mendapatkan bentuk yang baru.

k r i s i s

Kegagalan modernisme, timbul ironi menolak anggapan seni rupa modern yang bersifat uni- versal

Page 5: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

27

Universitas Kristen Petra

Gambar 3. 1. Konsep Gubahan Massa

Perjalanan menuju post modern direpresentasikan melalui peralihan garis

lurus ke garis lengkung hingga akhirnya membentuk lingkaran sebagai puncak

perjalanan ( yaitu : bangunan galeri ). Selain sebagai bentuk pengaplikasian

konsep, dari segi pencahayaan, bidang lengkung memiliki nilai refleksi cahaya

yang lebih besar daripada bidang lurus. Hal ini sangat dibutuhkan oleh bangunan

galeri dimana karya seni yang ada di dalamnya mudah rusak terkena radiasi

ultraviolet. Penjelasan lebih lanjut mengenai aplikasi sistem pencahayaan dalam

bangunan akan dibahas dalam sub bab 3.14.

3.6. Penataan Bentuk Massa Bangunan

Pola penataan bentukan massa bangunan disusun secara linier untuk

mengkondisikan kronologis perjalanan menuju post modern dengan puncaknya

berupa bangunan galeri. Bangunan galeri diletakkan pada center dari penataan

massa dan dibuat paling tinggi daripada massa – massa yang lain untuk

menegaskan bangunan galeri sebagai puncak dari perjalanan dan juga sebagai

bangunan utama dari penataan massa keseluruhan.

Dalam aplikasi perancangan bangunan, kronologis dimulai dari start

awal yang mewakili modern, yaitu melalui pemberian portal pada pedestrian

masuk menuju main entrance. Hal ini dimaksudkan untuk menegaskan tekanan

yang diberikan seni rupa modern , yaitu melakukan pengkotak – kotakan bidang

seni rupa dengan memberikan pengunjung celah untuk melihat ke arah kiri dan

Page 6: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

28

Universitas Kristen Petra

kanan ( yaitu bangunan cafe dan kantor pengelola ) yang di gambarkan dengan

penarikan garis lurus untuk mewakili modern. Massa cafe dan kantor pengelola

dibedakan 1 lantai dan 2 lantai untuk menggambarkan bidang seni rupa yang

dipisahkan, seni lukis-berupa massa 2 lantai dan seni patung berupa massa 1 lantai

( masif ).

Gambar 3.2. Konsep Entrance

Antara modern dan post modern terjadi krisis yaitu saat pengunjung

memasuki lobby. Bentuk massa lobby berupa silinder yang menunjukkan mulai

terjadi penarikan garis lengkung untuk membedakan dari massa yang modern. Di

lobby, untuk menunjukkan krisis / pertentangan dibuat 3 jalur sirkulasi : menuju

ke cafe dan fasilitas penunjang lainnya (perpustakaan,sanggar seni dan

auditorium), menuju ke galeri dan menuju ke kantor pengelola.

Untuk menuju post modern (dalam hal ini diwakili oleh bangunan galeri),

ada perjalanan untuk dapat melihat kembali ke masa lalu, sesuai dengan kronologi

perjalanan timbulnya seni rupa post modern. Pengunjung yang memasuki galeri

walaupun jalurnya terpisah dengan yang menuju cafe dan fasilitas penunjang

lainnya sebagai representasi dari perjalanan melihat ke masa lalu, tetap dapat

diarahkan untuk mengalami kondisi tersebut, yaitu :saat menaiki ramp menuju

lantai 2 galeri, sebagai titik awal perjalanan melihat karya seni dalam galeri,

pengunjung diarahkan melihat view keluar melalui dinding kaca.

Page 7: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

29

Universitas Kristen Petra

Gambar 3.3. Konsep Penataan Massa

Gambar 3.4. Konsep Pencapaian ke Galeri

Page 8: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

30

Universitas Kristen Petra

3.7. Sirkulasi Dalam Bangunan

3.7.1. Sirkulasi Pengunjung Secara Umum

Sirkulasi pengunjung dalam bangunan diawali dari main entrance

kemudian menuju ke lobby untuk yang drop off di main entrance dan langsung

menuju lobby untuk pengunjung yang parkir di basement. Begitu memasuki

lobby, sirkulasi pengunjung dibuat radial, langsung dipisahkan yang mana yang

menuju ke galeri dan yang tujuannya ke fasilitas penunjang karena setiap

pengunjung memiliki intens kedatangan yang berbeda – beda. Pengunjung yang

ingin melihat pameran langsung menuju galeri / ruang pameran, tanpa perlu ke

tempat yang lainnya terlebih dahulu. Sedangkan untuk cafe, perpustakaan,

sanggar seni dan auditorium jalur sirkulasinya dibuat linier karena intensitas

pengunjung menuju ke tempat – tempat tersebut hampir sama, misalkan sebelum

menuju ke perpustakaan pengunjung ingin makan dulu di cafe atau sebaliknya.

Skema 3.4. Sirkulasi Bangunan Secara Keseluruhan

Sedangkan sirkulasi dalam galeri dibuat linier melingkar mengikuti

bentuk massa yang melingkar sesuai konsep perancangan. Untuk galeri lantai 2

dibuatkan akses penghubung dengan cafe di lantai 2, untuk memberikan tempat

beristirahat sejenak bagi pengunjung yang berada di dalam galeri, mengingat

sirkulasi dalam galeri yang cukup jauh dan melingkar.

GALERI SENI

LOBBY

main entrance

AUDITORIUM

SANGGAR SENI

PERPUSTAKAAN

C A F E

KANTOR PENGELOLA

FASILITAS SERVICE

R.karyawan di basement

LOADING DOCK

Page 9: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

31

Universitas Kristen Petra

3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan

Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

sirkulasi karyawan dan sirkulasi barang.

• Fasilitas Cafe

Skema 3.5. Sirkulasi dalam Cafe

• Fasilitas Perpustakaan

Skema 3.6. Sirkulasi Dalam Perpustakaan

• Fasilitas Sanggar Seni

Skema 3.7. Sirkulasi Dalam Sanggar Seni

r.karyawan r.ganti

dapur gudang

gudang F&B

l o a d i n g

toilet

pantry

r.makan kasir

band area

ruang audiovisual

r.staff

r.fotocopy

r.lockerlobby

RUANG BACA toilet

gudang

r.buku

gudang peralatan

toilet hall

r.pengajar r.kelas

r.studio

Page 10: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

32

Universitas Kristen Petra

• Fasilitas Auditorium

Skema 3.8. Sirkulasi Dalam Auditorium

• Sirkulasi Fasilitas Galeri

Skema 3.9. Sirkulasi Dalam Galeri

• Sirkulasi Fasilitas Kantor Pengelola

Skema 3.10. Sirkulasi Dalam Kantor Pengelola

gudang

r.ganti

toilet staff

toilet publik

prefunction room

RUANG DUDUK

panggung

r. persiapan

workshop konservasi

ruang pamer

lobby toilet

r.penerima

penyimpanan sementara

r.penerima& pengiriman barang

r.registrasi

l o a d i n g

Toilet ruang locker dan karyawan

gudang

r. makanR. MEE +

staff r. rapat

R.Edukasi& Peningkatan

seni

r. kepala galeri

r. dokumen

r. TU+staff

hall

ruang tamu

workshop preparasi

ruang karyawan

Page 11: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

33

Universitas Kristen Petra

Keterangan : sirkulasi pengunjung sirkulasi karyawan

sirkulasi barang

3.8. Bentuk dan Penampilan Bangunan

Bangunan yang dirancang berbentuk lengkung dan lingkaran dengan

tujuan untuk menciptakan kesatuan (unity) secara kontras dengan lingkungan

sekitar yang berbentuk kotak. Hal ini juga ditujukan untuk membuat bangunan

berkesan paling mencolok dari lingkungan sekitarnya.

Bentuk bangunan secara keseluruhan dibuat asimetri antara kiri dan

kanan dengan aksis pada arah utara – timur laut. Untuk sisi kiri, desain bangunan

menggunakan bidang lengkung yang dibuat bersusun melingkar (cafe,

perpustakaan, sanggar seni) sedangkan pada sisi sebelah kanan berupa bidang

lurus (kantor pengelola) dan lingkaran (galeri). Bentuk bangunan menyesuaikan

dengan bentuk tapak, terbuka pada sisi utara – timur laut sebagai space penerima

yang berkesan terbuka bagi pengunjung menuju ke main entrance.

Penampilan bangunan diupayakan berkesan kontras dari lingkungan

sekitarnya sebagai berikut :

• Pemilihan bahan atap bangunan dari aluminium, selain untuk mengurangi

radiasi ultraviolet dengan nilai reflectance yang tinggi yang dimilikinya, juga

untuk membedakan dengan lingkungan sekitar yang atapnya menggunakan

genteng tanah liat.

• Penampilan bangunan galeri dengan bidang kaca yang lebar dengan elemen

vertikal berbeda dengan penampilan bangunan sekitarnya.

• Peletakan portal beton sepanjang jalan menuju main entrance untuk

menegaskan posisi main entrance dalam bangunan.

Gambar 3.5. Bentuk dan Penampilan Bangunan

Page 12: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

34

Universitas Kristen Petra

3.9. Program Ruang

Beberapa program ruang yang telah direncanakan dalam proposal

ternyata mengalami penyesuaian dan perubahan. Hal ini terjadi antara lain karena

adanya perubahan kapasitas pengunjung pada beberapa fasilitas dalam desain

serta adanya penyesuaian luasan ruang akibat bentukan massa yang terjadi.

Adapun program ruang yang telah mengalami penyesuaian adalah

• Fasilitas Cafe :

Kapasitas pengunjung semula 100 orang berkurang menjadi 60 orang, dengan

pertimbangan cafe bukanlah sebagai tujuan utama bagi pengunjung dan

dengan kapasitas tersebut diasumsikan sudah dapat menampung kebutuhan

pengunjung. Sehingga luasan bangunan yang semula 775,32 m2 berubah

menjadi 359,45 m2.

• Fasilitas Galeri :

Kapasitas karya seni yang semula 200 buah karya 2D dan 100 buah karya 3D

berkurang menjadi 100 buah karya 2D dan 75 buah karya 3D, karena

mengalami penyesuaian dengan bentuk bangunan galeri yang melingkar.

Sehingga luasan bangunan yang semula 3068,59 m2 berubah menjadi 2077,79

m2.

3.10. Penataan Ruang Dalam Bangunan

Penataan ruang dalam masing – masing fasilitas bangunan dibuat linier

mengikuti pola penataan massa bangunan. Untuk fasilitas sanggar seni,

perpustakaan dan auditorium, pengunjung diterima suatu hall terlebih dahulu

kemudian baru diarahkan ke ruang – ruang lainnya. Untuk perpustakaan, penataan

ruang dimulai dari hall penerima beserta ruang locker kemudian pengunjung

menuju ke ruang baca dan terakhir ruang baca lantai 2 melalui tangga.

Sedangkan untuk auditorium, pengunjung di terima oleh prefunction room

terlebih dahulu baru menuju ke ruang auditorium.

Untuk galeri seni, penataan ruang dilakukan secara linier melingkar

mengikuti bentuk massa bangunan yang melingkar. Pemberian dinding – dinding

partisi dalam galeri, selain digunakan untuk menempatkan karya seni, juga untuk

mengarahkan sirkulasi pengunjung dalam galeri. Penataan ruang yang linier

Page 13: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

35

Universitas Kristen Petra

dalam galeri dimulai dari penataan ramp naik ke lantai 2 yang melingkar,

kemudian masuk ke ruang galeri lantai 2, keluar ke balkon untuk ke cafe atau

masuk ke dalam galeri untuk melanjutkan perjalanan melihat karya seni, dan

berakhir dengan penataan ramp turun ke ruang galeri lantai 1. Sedangkan

penataan ruang toilet dalam ruang galeri lantai 2 diletakkan pada awal memasuki

galeri dan akhir saat akan menuruni ramp ke ruang galeri lantai 1.

3.11. Sistem Sruktur

Sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur rangka beton

dengan modul struktur mengikuti bentuk massanya. Dipilih sistem struktur

rangka, selain mudah dalam konstruksinya juga lebih efisien mengingat

bangunan hanya terdiri atas 2 lantai saja. Untuk kolom, digunakan kolom diameter

40 cm dengan material beton yang diasumsikan sudah mencukupi untuk menahan

beban struktur bangunan 2 lantai. Sedangkan untuk balok menggunakan beton

prestress karena bentuk balok melingkar dengan bentang yang cukup lebar

mencapai 12 m. Modul struktur yang terbentuk beragam, sesuai dengan pola

penataan radial bentuk massanya. Sistem struktur dalam bangunan dibedakan atas

sistem struktur utama dan pendukung berdasarkan bentukan massa yang terjadi.

3.11.1. Sistem Struktur Utama

Sistem struktur utama digunakan pada bangunan fasilitas galeri dan

auditorium, dengan. modul struktur radial mengikuti bentuk massanya yang

melingkar. Untuk galeri digunakan modul struktur radial dengan bentang 5 m

dan 12 m searah jari–jari lingkaran, bentang maksimal searah keliling lingkaran

12 m. Untuk auditorium juga menggunakan modul struktur radial yang berpusat

pada pusat radial modul struktur bangunan galeri, dengan bentang 4 m dan 10 m

searah jari–jari lingkaran, bentang maksimal 12 m searah keliling lingkaran.

3.11.2. Sistem Struktur Pendukung

Sistem struktur pendukung digunakan pada bangunan fasilitas kantor

pengelola, cafe, perpustakaan, sanggar seni, dan fasilitas service, dengan modul

struktur yang disesuaikan dengan bentuk massanya. Modul struktur yang

Page 14: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

36

Universitas Kristen Petra

digunakan untuk kantor pengelola berupa grid lurus 8 x 8 m. Sedangkan untuk

fasilitas penunjang lainnya (cafe, perpustakaan, sanggar seni), digunakan modul

struktur grid lengkung dengan bentang 9 m.

Gambar 3.6. Modul Struktur Bangunan

3.12. Pemilihan Material yang Digunakan Dalam Bangunan

3.12.1. Pemilihan Material Bangunan

Pemilihan material bangunan dilakukan berdasarkan pertimbangan nilai

conductivity yang relatif rendah, dan nilai reflectance yang relatif tinggi untuk

mengurangi radiasi panas matahari dalam ruang, terutama untuk bangunan galeri

dimana karya seni sangat rentan terhadap sinar ultraviolet dari radiasi matahari.

Material bangunan yang dipilih berdasarkan kriteria – kriteria di atas, yaitu :

• Material dinding

Beton : conductivity 1.0 BTU.FT/ hr.ft2.F

reflectance 40%

• Material atap

Aluminium : conductivity 0,27 BTU.FT/ hr.ft2.F

reflectance 55-75%

• Material lantai

Keramik : conductivity 0,84 BTU.FT/ hr.ft2.F

Plafon Gypsum : conductivity 0,25 BTU.FT/ hr.ft2.F

• Material jendela

Kaca : Solar Heat Reflective Glass dengan UV filter

Page 15: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

37

Universitas Kristen Petra

Kusen aluminium : conductivity 0,27 BTU.FT/ hr.ft2.F

• Material struktur ( kolom-balok )

Beton : conductivity 1.0 BTU.FT/ hr.ft2.F

reflectance 40%

Gambar 3.7. Nilai Reflectance Material Bangunan

Sumber: IES Handbook, 1981

3.12.2. Pemilihan Material Lansekap

• Vegetasi

Menggunakan jenis tanaman palem Jepang sebagai pengarah pedestrian

menuju main entrance dan pelingkup batas tapak . Tanaman flamboyan sebagai

tanaman peneduh di sekitar tapak dan tanaman semak pada bundaran putar balik

area drop off penumpang dan pada pedestrian dalam bangunan. Adapun

karakteristik dari vegetasi tersebut adalah sebagai berikut :

− Palem Jepang : digunakan sebagai pengarah dan pelingkup tapak

tumbuh merumpun

daun sangat rimbun

− Flamboyan : digunakan sebagai tanaman peneduh dalam tapak

perawakan besar

berbunga pada musim kemarau

− Thurbergia ungu : digunakan sebagai tanaman pembatas

tanaman semak

tumbuh merumpun

− Rumput gajah : sebagai penutup tanah

teknik pemeliharaannya mudah

Page 16: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

38

Universitas Kristen Petra

• Perkerasan

Untuk perkerasan dipilih batu alam dengan karakteristik sebagai berikut:

− Tahan terhadap angin dan cuaca

− Kemampuan penyerapan panas tinggi

− Batu alam yang berpori memiliki kemampuan pengisolasian panas

− Ketahanan tinggi terhadap kerusakan mekanis

Jenis batu alam yang dipilih adalah :

− limestone ( batu tulis ) dan batu bata, untuk pedestrian menuju main

entrance dengan tekstur kasar

− batu palimanan untuk pedestrian dalam bangunan.

3.13. Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan dalam bangunan menggunakan sistem penghawaan

pasif dan aktif. Sistem penghawaan pasif digunakan untuk fasilitas service dan

sistem penghawaan aktif digunakan untuk fasilitas kantor pengelola, cafe,

perpustakaan, sanggar seni, auditorium dan galeri.

3.13.1. Sistem Penghawaan Pasif

Sistem penghawaan pasif digunakan pada ruang service, seperti toilet,

power house dan ruang penerimaan dan pengiriman art loading. Sistem

penghawaan pasif ditujukan untuk mengganti udara di dalam ruang yang sudah

terpakai dengan udara segar dari luar bangunan. Untuk ruang toilet dan power

house hanya diberi bukaan berupa ventilasi karena terbatasnya pembukaan yang

mungkin terjadi akibat fungsi penggunaan ruang . Sedangkan untuk ruang

penerimaan dan pengiriman art loading , pembukaan untuk penghawaan pasif

berupa jendela, dan untuk mengalirkan udara panas keluar ruangan maka lantai 2

dijadikan void sehingga udara panas naik ke atas dan keluar melalui jendela /

ventilasi pada lantai 2.

3.13.2. Sistem Penghawaan Aktif

Sistem penghawaan aktif yang digunakan dalam perancangan bangunan

terdiri atas dua sistem yaitu sistem AC terpusat dan sistem VRV (Variable

Page 17: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

39

Universitas Kristen Petra

Refrigerant Volume). Sistem AC terpusat digunakan untuk fasilitas - fasilitas

bangunan yang mempunyai jam aktivitas yang hampir sama yaitu auditorium,

galeri seni, perpustakaan dan kantor pengelola. Sistem VRV digunakan untuk

sanggar seni dan restaurant. Sistem AC yang digunakan adalah all air system

(menggunakan udara) dengan pertimbangan bila terjadi kebocoran ducting,

barang seni di dalam galeri tidak rusak.

Mesin AC pada bangunan diletakkan pada basement sehingga sirkulasi

untuk maintenance-nya mudah dengan adanya mechanical loading di basement.

Sedangkan untuk ruang AHU tiap lantai diletakkan dekat dengan gudang dan

toilet, dikelompokkan dalam zona service pada masing – masing fasilitas.

Perhitungan kebutuhan ruang AC dan ruang AHU dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1. Kapasitas Ruang Penghawaan

Jenis ruang Kapasitas Kebutuhan Ruang AC Ruang AHU ( 1/20 R.AC )

Galeri seni / ruang pameran

(2077,79 – 70) = 2007,79 m2 r. AC = 1/200 x 2007,79

10,04 m2 1/20 x 10,04 = 0,502 m2

Kantor Pengelola (335,89 – 82,4)= 253,49 m2 r. AC = 1/200 x 253,49

1,27 m2 1/20 x 1,27 = 0,06 m2

Auditorium (463,32 – 179,2) = 284,12 m2 r. AC = 1/200 x 284,12

1,42 m2 1/20 x 1,42 = 0,071 m2

Perpustakaan ( 507,6 – 47,5 ) =460,1 m2 r. AC = 1/200 x 460,1

2,3 m2 1/20 x 2,3 = 0,115 m2

Sanggar Seni ( 474,5 – 25 ) = 449,5 m2 r. AC = 1/200 x 449,5

2,25 m2 1/20 x 2,25 = 0,1125 m2

Cafe

1/200 luas ruang yang dilayani

( 359,45 – 65,85) = 293,6 m2 r. AC = 1/200 x 293,6

1,47 m2 1/20 x 1,47 = 0,07 m2

Return ducting

supply ducting

Skema 3.11. Sirkulasi Penghawaan Aktif

Mesin AC pada ruang basement

AHU Tiap lantai

Galeri

Perpustakaan

Auditorium

Kantor Pengelola

Page 18: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

40

Universitas Kristen Petra

3.14. Sistem Pencahayaan

Sistem pencahayaan yang digunakan dalam perancangan tapak meliputi

sistem pencahayaan alami yang dibutuhkan untuk penerangan ruangan terutama

pada siang hari dan sistem pencahayaan buatan untuk mendukung penerangan

alami dalam ruang dan kebutuhan pencahayaan untuk obyek berupa karya seni.

3.14.1. Sistem Pencahayaan Alami

Sistem pencahayaan alami yang diaplikasikan pada perancangan

bangunan berupa pemakaian alat pembayangan yang diperoleh melalui

perhitungan solar chart dan perhitungan luas pembukaan untuk mengoptimalkan

terang langit yang masuk ke dalam ruangan. Orientasi penerimaan matahari yang

paling besar pada lokasi tapak yaitu dari arah utara dan timur. Dengan orientasi

penataan massa pada aksis utara – timur laut, maka beberapa massa bangunan

akan menerima panas matahari yang cukup tinggi.

Untuk mengurangi radiasi panas matahari yang diterima bangunan, salah

satu cara yang dilakukan yaitu melalui perancangan bangunan itu sendiri.

Bangunan dirancang dengan bentukan massa yang melingkar atau berdinding

lengkung. Dengan mengggunakan dinding / bidang lengkung, selain merupakan

bagian dari konsep perancangan, juga dengan pertimbangan bahwa dinding/

bidang lengkung dapat merefleksikan radiasi panas matahari lebih besar daripada

dinding/ bidang lurus, ditunjang dengan pemilihan material beton untuk dinding

yang memiliki nilai reflectance yang cukup besar ,yaitu 55 %.

Dibandingkan dengan pemantulan pada bidang lurus, dalam kondisi

langit cerah, pemantulan pada bidang jendela yang lurus dengan kaca tunggal

hanya 21 % (gambar 3.8.). Dengan demikian pemantulan pada bidang lengkung

diasumsikan lebih besar lagi. Sedangkan untuk bidang atap dibuat miring

dengan material aluminium. Atap miring selain disesuaikan dengan kondisi iklim

tropis juga digunakan untuk pembayangan jendela. Permukaan atap yang miring,

dengan sudut datang sinar matahari 40˚ (SBV 40˚) akan menerima cahaya

matahari lebih banyak terutama pada sisi barat daripada atap datar. Oleh sebab itu

untuk bidang atap digunakan material yang yang nilai reflectancenya tinggi, yaitu

aluminium.

Page 19: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

41

Universitas Kristen Petra

Gambar 3.8. Transmisi, Absorbsi, Refleksi Cahaya Pada Bidang Kaca lurus

Sumber: IES Handbook, 1981

Untuk memperoleh pembayangan dalam ruang selain untuk

mengurangi radiasi matahari yang masuk ke dalam ruang, juga ditujukan untuk

mengurangi glare / silau dari terang langit. Dimensi alat pembayangan diperoleh

dari hasil perhitungan solar chart sebagai berikut :

Tabel 3.2. Perhitungan Pembayangan Dengan Solar Chart No Keterangan Orientasi SBV, SBH Alat Pembayangan

1 Fasilitas

Kantor Pengelola

Dinding A= 70˚

Dinding B= 105˚

SBV 40˚

SBV 40˚

Overstek jendela

1.50 m dan 1.00 m

2 Fasilitas Café Dinding C= 0˚ SBV 40˚ Overstek jendela

1.50 m dan 1.00 m

3 Fasilitas

Perpustakaan

Dinding D= 315˚

SBV 40˚

SBH 45˚ka-ki

Overstek jendela

1.50 m dan 1.00 m

4 Fasilitas

Sanggar Seni

Dinding E= 295˚ SBV 40˚ SBH 47˚ki,13˚ka

Overstek jendela

1.50 m dan 1.00 m

5 Fasilitas

Auditorium

Dinding F= 225˚

Dinding G= 180˚

SBV 40˚

SBH 45˚ka-ki

SBV 40˚

Overstek jendela

1.50 m dan 1.00 ,

Shading vertikal

70cm

Overstek jendela

1.50 m dan 1.00 m

6 Fasilitas

Galeri

Dinding F= 225˚

SBV 40˚

SBH 45˚ka-ki

Overstek jendela

1.50 m dan 1.00 m

Shading vertikal 70

Page 20: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

42

Universitas Kristen Petra

Tabel 3.2. Perhitungan Pembayangan Dengan Solar Chart ( sambungan )

Dinding G= 180˚

Dinding H= 135˚

Dinding I= 90˚

Dinding J= 45˚

Dinding C= 0˚

Dinding K= 315˚

Dinding L= 270˚

SBV 40˚

SBV 40˚

SBH 45˚ka-ki

SBV 40˚

SBH 45˚ka-ki

SBV 40˚

SBH 45˚ka-ki

SBV 40˚

SBV 40˚

SBH 45˚ka-ki

SBV 40˚

SBH 45˚ka-ki

Overstek jendela 1.50

m dan 1.00 m

Overstek jendela 1.50

m dan 1.00 m

Shading vertikal

70cm

Overstek jendela 1.50

m dan 1.00 m

Shading vertikal

70cm

Overstek jendela 1.50

m dan 1.00 m,

Shading vertikal

70cm

Overstek jendela 1.50

m dan 1.00 m

Overstek jendela 1.50

m dan 1.00 m

Shading vertikal

70cm

Overstek jendela 1.50

m dan 1.00 m

Shading vertikal

70cm

Gambar 3.9. Alat Pembayangan Horisontal

Page 21: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

43

Universitas Kristen Petra

Sedangkan untuk dapat memanfaatkan terang langit (daylight) sebagai

penerangan di dalam bangunan, maka bangunan harus memiliki luasan

pembukaan yang cukup untuk memasukkan terang langit dalam jumlah yang

sesuai dengan aktivitas di dalamnya. Pada bangunan ini, yang dihitung adalah

fasilitas – fasilitas bangunan yang aktivitas di dalamnya berlangsung di siang hari.

Rumus yang dipergunakan adalah:

Untuk faktor terang langit rata – rata, nilainya :

1 untuk intensitas cahaya rendah

2 untuk intensitas cahaya rendah

4 untuk intensitas cahaya rendah

Total luas permukaan interior adalah jumlah total luas lantai, dinding dan plafon

dalam bangunan. Angka (1-0,5) merupakan faktor pengurangan intensitas terang

langit akibat adanya alat pembayangan untuk menghalangi radiasi panas matahari

yang masuk ke dalam bangunan.

Untuk faktor transmisi cahaya, nilainya:

0,70 untuk pembukaan kecil

0,50 untuk pembukaan medium

0,30 untuk pembukaan besar

( dalam perhitungan diambil nilai faktor transmisi cahaya 0,5 untuk pembukaan

medium ).

Sudut vertikal langit terhadap ambang atas pembukaan merupakan sudut

datangnya terang langit masuk ke dalam bangunan. Diambil sudut 90˚ karena

dianggap tidak ada pembayangan lingkungan.

Pembukaan pada bangunan disusun secara modular dengan ukuran

jendela masing – masing 1.00 x 2.00 m dan jumlah unit pembukaan pada dinding

bangunan diperoleh dengan membagi luas area pembukaan dengan luasan satu

modul pembukaan.

faktor terang langit Total Luas Luas area = 2 x rata – rata x permukaan interior x ( 1 – 0,5 ) pembukaan Faktor transmisi x sudut vertikal langit terhadap cahaya ambang atas pembukaan

Page 22: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

44

Universitas Kristen Petra

Tabel 3.3. Perhitungan Terang Langit

No Keterangan Luas area pembukaan 1 unit pembukaan

Jumlah yang dibutuhkan

1 Fasilitas kantor

pengelola

Lantai 1 = 43,56 m2

Lantai 2 = 16,44 m2

4

4

11

4

2 Fasilitas cafe Lantai 1 = 46,44 m2

Lantai 2 = 31,77 m2

4

4

11

8

3 Perpustakaan Lantai 1 = 62,88 m2

Lantai 2 = 49,77 m2

8

8

7

6

4 Sanggar seni Lantai 1 = 31,11 m2

Lantai 2 = 31,11 m2

8

8

4

4

5 Galeri Lantai 1 = 83,03 m2

Lantai 2 = 131,88 m2

16

16

5

8

6 Auditorium Lantai 1 = 43,55 m2 8 5

Gambar 3.10. Modul Jendela

3.14.2. Sistem Pencahayaan Buatan

Sistem pencahayaan buatan yang diaplikasikan dalam perancangan

bangunan ini berupa perhitungan titik lampu dan jenis lampu yang digunakan

untuk masing – masing fasilitas dalam bangunan. Untuk perhitungan jumlah titik

lampu, rumus yang digunakan adalah :

Φ = aliran cahaya ( luminous flux) (cd) Cu = coefisien of utilizsation

E = kuat penerangan ( illuminance ) (lm) mf = maintenance factor

A = luas permukaan lantai bangunan (m2)

Φ= E x A Cu x mf

Page 23: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

45

Universitas Kristen Petra

Untuk jenis lampu, ditentukan berdasarkan kualitas terangnya.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka dipilih jenis lampu fluoroscent standard

cool white yang color indexnya tinggi ( 95 ) yang berwarna seperti warna terang

langit, serta tidak merubah warna asli dari obyek yang diterangi.

Tabel 3.4. Perhitungan Jumlah Titik Lampu No Keterangan Kebutuhan

Penerangan dalam Ruang

Φ=E x A Cu xmf

Jenis Lampu

Jumlah Titik

Lampu

Tipe Lampu

1 Fasilitas

Kantor Pengelola

39.429 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )

17 General Lighting

(Philips TBS 369)

2 Fasilitas

Cafe

22.891 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )

10 Downlight (Philips

MBS 205-070TD)

3 Fasilitas

Perpustakaan

46.157 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )

20 General Lighting

(Philips TBS 369)

4 Fasilitas

Sanggar Seni

60.942 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )

26 General Lighting

(Philips TBS 369)

5 Fasilitas

Auditorium

29.857 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )

12 Downlight (Philips

MBS 205-070TD)

6 Fasilitas

Galeri

267.042 lm fluoroscent standart cool white ( 2350 lm )

114 General lighting

(Philips TBS 369)

dan spot lighting

(Philips DRN 115

PAR30S)

Gambar 3.11. Peletakan Titik Lampu Pada Bangunan

Page 24: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

46

Universitas Kristen Petra

Gambar 3.12. Tipe Lampu Yang Digunakan

Sumber : Katalog Philips 2004

3.15. Perlengkapan dan Pelayanan Utilitas Bangunan

3.15.1. Sistem Air Bersih

Untuk sistem air bersih digunakan sistem up feed dan down feed. Sistem

down feed digunakan untuk menyuplai kebutuhan air bersih fasilitas galeri seni

dan kantor pengelola, sedangkan sistem up feed digunakan untuk menyuplai

kebutuhan air bersih fasilitas cafe, perpustakaan, sanggar seni dan auditorium.

Tandon bawah diletakkan pada basement dekat dengan meteran, sedangkan

tandon atas diletakkan pada atap dak beton kantor pengelola yang berdekatan

dengan bangunan galeri sehingga sirkulasi suplai nya lebih efisien.

Sistem distribusi air bersih :

air bersih dari PDAM diterima meteran kemudian disalurkan ke tandon bawah.

Dari tandon bawah, air bersih dipompa menuju ke tandon atas dan untuk suplai ke

cafe, perpustakaan, sanggar seni dan auditorium. Dari tandon atas, air bersih

dipompa untuk disuplai ke kantor pengelola dan galeri seni.

Skema 3.12. Sirkulasi air bersih

Tandon bawah

pompa Tandon Atas

pompa Cafe Sanggar seni Perpustakaan Auditorium

pompaGaleri seni Kantor Pengelola

P D A M

M

Page 25: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

47

Universitas Kristen Petra

Sirkulasi air bersih disalurkan oleh pipa – pipa melalui shaft. Sedangkan

besaran tandon, baik tandon atas maupun tandon bawah diperoleh dari hasil

perhitungan berikut ini.

Tabel 3.5. Kapasitas Tandon Bawah

Jenis Ruang Kapasitas ( orang )

Kebutuhan / orang Sumber Kebutuhan Total

( ltr ) Auditorium 150 30 ltr/ 5 jam

( perkiraan waktu terlama )

150 x 30 4500

Galeri seni ( r. pameran )

200 25 ltr/ 6 jam ( perkiraan waktu terlama )

200 x 25 5000

Cafe 60 15 ltr/ 7 jam 60 x 15 900 Sanggar seni 100 100 ltr/ 8 jam

( penggunaan waktu kerja kantor )

100 x 100 10.000

Perpustakaan 80 100 ltr/ 8 jam ( penggunaan waktu kerja kantor )

80 x 100 8000

Kantor Pengelola

30 100 ltr/ 8 jam ( penggunaan waktu kerja kantor )

Mec

hani

cal a

nd E

lect

rical

in C

onst

ruct

ion

and

Arc

hite

ctur

e 2

nd e

ditio

n 30 x 100 3000

T o t a l 31.400

Kebutuhan air kebakaran : 30 m3

Jadi besaran tandon bawah untuk kebutuhan air bersih dan air kebakaran

= 31,4 m3 + 30 m3

= 61,4 m3

Tabel 3.6. Kapasitas Tandon Atas

Jenis Ruang Kapasitas ( orang )

Kebutuhan / orang Sumber Kebutuhan Total

( ltr ) Galeri seni ( r. pameran )

200 25 ltr/ 6 jam ( perkiraan waktu terlama )

200 x 25 5000

Kantor Pengelola

30 100 ltr/ 8 jam ( penggunaan waktu kerja kantor )

Mec

hani

cal a

nd

Elec

trica

l in

Con

stru

ctio

n an

d A

rchi

tect

ure

2 nd

edi

tion

30 x 100 3000

T o t a l 8000

Jadi besaran tandon atas = 8000 ltr = 8 m3

Page 26: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

48

Universitas Kristen Petra

3.15.2. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran

Jenis bahan buangan yang diperkirakan akan dihasilkan oleh proyek ini :

• Limbah rumah tangga seperti pembuangan toilet, dapur dan wastafel

• Air hujan, air buangan AC

• Limbah padat seperti sampah – sampah rumah tangga, sampah hasil pekerjaan

seni ( workshop konservasi ) berupa kayu, kain, tanah liat dan lain – lain.

Sistem distribusi :

• Air kotor dan kotor disalurkan melalui pipa dalam shaft ke bak penampungan

yang letaknya di bawah lantai.

• Air hujan ditampung oleh talang horisontal kemudian disalurkan ke talang

vertikal dan ditampung pada bak kontrol yang saling berhubungan kemudian

disalurkan ke saluran kota

Skema 3.13. Sirkulasi Pembuangan

Perhitungan kapasitas pembuangan berdasarkan jumlah pengunjung dan kapasitas

bangunan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7. Kapasitas Pembuangan

Jenis Ruang Kapasitas ( orang )

Kebutuhan / orang Sumber Kebutuhan Total

( ltr ) Auditorium 150 2 gallon/ seat

(7,6 ltr/ seat ) 150 x 7,6 1140

Galeri seni ( r. pameran )

200 7,6 ltr / seat 200 x 7,6 1520

Cafe 60 38 ltr 60 x 38 2280 Sanggar seni 100 57 ltr 100 x 57 5700 Kantor Pengelola

30 57 ltr

Mec

hani

cal a

nd

Elec

trica

l in

Con

stru

ctio

n an

d A

rchi

tect

ure

2 nd

ed

ition

30 x 57 1710

T o t a l 12350

KM/ WC Auditorium

Dapur / Pantry cafe

KM / WC Gedung

Septic tank

Perangkap Lemak

STP di basement

Sumur resapan

Saluran kota

Bak kontrol

Talang horisontal Dan vertikal pada Tiap massa

Page 27: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

49

Universitas Kristen Petra

3.15.3. Sistem Proteksi Kebakaran

Perlindungan kebakaran pada bangunan ini menggunakan detektor dan

hidran gedung untuk keamanan dalam ruang, dan hidran halaman untuk

perlindungan luar bangunan. Tidak menggunakan sprinkler karena barang seni

yang ada di dalam galeri akan rusak bila terkena air. Berikut akan dibahas

penggunaan alat proteksi kebakaran dalam bangunan:

• Detektor

Jenis detektor yang digunakan adalah detektor asap ( smoke ionization

detector ), terutama efektif untuk ruang galeri dengan karya seni berupa

lukisan dan patung di dalamnya, bila terbakar maka asap akan muncul terlebih

dahulu daripada nyala api sehingga dapat cepat dideteksi.

Kriteria pemasangan detektor dalam bangunan :

jarak peletakan antar detektor 12 meter untuk ruang efektif dan 18 meter

untuk ruang sirkulasi dengan jarak ke dinding 6 m untuk ruang efektif dan 12

meter untuk ruang sirkulasi.

• Hidran Gedung

Hidran gedung ditempatkan pada seluruh fasilitas bangunan dengan

ketentuan 2 buah /1000 m2 untuk ruang terutup. Luas total bangunan 7021,24

m2 dengan asumsi parkir kendaraan di basement juga dipasangi hidran

gedung untuk keamanan, maka jumlah hidran gedung yang digunakan dalam

bangunan adalah sebanyak 14 buah.

Debit air untuk hidran gedung = 400 ltr /mnt

Tekanan air minimum pada titik tertinggi = 4,5 kg /cm2

Diameter selang air (hose) = 1,5“ (40 mm)

• Hidran halaman

Hidran halaman diletakkan pada ruang luar bangunan terutama yang

mempunyai akses dengan jalan yang memungkinkan Pemadam Kebakaran

untuk memasuki lokasi tapak dengan mudah. Jumlah hidran halaman yang

dipasang adalah 2 buah pada sisi utara dan timur tapak dengan jarak antar

hidran < 90 m dan sejauh 30 cm dari jalan.

Debit air untuk hidran halaman = 1000 ltr /mnt

Tekanan air minimum pada titik tertinggi = 4,5 kg /cm2

Page 28: 3. PERANCANGAN BANGUNAN 3.1. Pendekatan Perancangan...3.7.2. Sirkulasi Dalam Fasilitas – Fasilitas Bangunan Sirkulasi dalam fasilitas bangunan dibedakan atas sirkulasi pengunjung,

50

Universitas Kristen Petra

Diameter selang air (hose) = 2,5“ (65 mm)

Cadangan air untuk hidran = 30 m3

Suplai PMK lewat siamese connection supply dan jarak siamese ke hidran

halaman = 200’ (6 m)