3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

25
Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51 Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor 27 KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA Nidaul Jannah Alumni Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor Abstrak Pada wakaf tunai, dana yang diperoleh para wakif akan dikelola oleh nadzhir (pengelola wakaf) yang dalam hal ini bertindak sebagai manajemen investasi. Kemudian dana wakaf tersebut dikelola dan diinvestasikan pada instrumen keuangan syariah, atau ke berbagai badan usaha yang bergerak sesuai syariah. Keuntungan dari investasi di atas siap didistribusikan kepada maukuf 'alaih. Adapun pokoknya akan diinvestasikan terus-menerus. Semua investasi, baik melalui instrumen keuangan syariah, atau sektor riil, harus dijaminkan sesuai ketentuan yang berlaku. Pengelolaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dilakukan dengan jalan menginvestasikannya ke sektor yang sesuai dengan syariah, baik dengan prinsip bagi hasil atau sewa. Pengelolaan wakaf tunai yang dicanangkan TWI dilakukan berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan produktif, (menginvestasikan ke sektor peternakan, perkebunan, pengadaan sarana niaga) dan pendekatan non produktif (menginvestasikan dana wakaf tunai yang tidak menghasilkan keuntungan seperti membangun rumah sakit gratis, sekolah gratis). Keuntungan investasi didistribusikan untuk sarana pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. Namun dalam pengelolaannya. Tabung Wakaf Indonesia (TWI) tidak menggunakan lembaga penjamin syariah. Kata kunci: wakaf tunai, investasi, keuntungan investasi, lembaga penjamin syariah. Abstract In cash wakaf or (islam) “property donated religious or community use, the donation which is gotten by the wakif or (islam)” who donates property to the islam community will be managed by (nadzhir) or “wakaf manager” which in this case that person takes steps as a management. Then, that wakaf’s investment donation is managed and is invested in syariah finances instrument or to any other syariah business institution. Profit from investment will be distributed to maukuf ‘alaih. While the base wakaf will be invested continually. All of the investments either sector must be guaranteed appropriate certainty. The management of cash wakaf in Tabung Wakaf Indonesia (TWI) is done by investing it to syariah sector, either by product divided or renting. Cash wakaf’s management which is divided by TWI is done based on two approaches. There are productive approach (investing to animal husbandry, plantation, and business supplying medium) and the second approach is non productive approach (investing cash wakaf which do not produce profit such as built free hospital, free school). Profit of investment is distributed for education, health and economic empowerment. However, in managing TWI does not use syariah guarantee institution.

Transcript of 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Page 1: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

27

KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA

DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Nidaul Jannah

Alumni Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

Abstrak

Pada wakaf tunai, dana yang diperoleh para wakif akan dikelola oleh nadzhir (pengelola wakaf) yang dalam hal ini bertindak sebagai manajemen investasi. Kemudian dana wakaf tersebut dikelola dan diinvestasikan pada instrumen keuangan syariah, atau ke berbagai

badan usaha yang bergerak sesuai syariah. Keuntungan dari investasi di atas siap didistribusikan kepada maukuf 'alaih. Adapun pokoknya akan diinvestasikan terus-menerus. Semua investasi, baik melalui instrumen keuangan syariah, atau sektor riil, harus dijaminkan

sesuai ketentuan yang berlaku.

Pengelolaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dilakukan dengan jalan menginvestasikannya ke sektor yang sesuai dengan syariah, baik dengan prinsip bagi hasil

atau sewa. Pengelolaan wakaf tunai yang dicanangkan TWI dilakukan berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan produktif, (menginvestasikan ke sektor peternakan,

perkebunan, pengadaan sarana niaga) dan pendekatan non produktif (menginvestasikan dana wakaf tunai yang tidak menghasilkan keuntungan seperti membangun rumah sakit

gratis, sekolah gratis). Keuntungan investasi didistribusikan untuk sarana pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi. Namun dalam pengelolaannya. Tabung Wakaf

Indonesia (TWI) tidak menggunakan lembaga penjamin syariah.

Kata kunci: wakaf tunai, investasi, keuntungan investasi, lembaga penjamin syariah.

Abstract

In cash wakaf or (islam) “property donated religious or community use, the donation which is gotten by the wakif or (islam)” who donates property to the islam community will be managed by (nadzhir) or “wakaf manager” which in this case that person takes steps as a management. Then, that wakaf’s investment donation is managed and is invested in syariah finances instrument or to any other syariah business institution. Profit from investment will be distributed to maukuf ‘alaih. While the base wakaf will be invested continually. All of the investments either sector must be guaranteed appropriate certainty.

The management of cash wakaf in Tabung Wakaf Indonesia (TWI) is done by investing it to syariah sector, either by product divided or renting. Cash wakaf’s management which is divided by TWI is done based on two approaches. There are productive approach (investing to animal husbandry, plantation, and business supplying medium) and the second approach is non productive approach (investing cash wakaf which do not produce profit such as built free hospital, free school). Profit of investment is distributed for education, health and economic empowerment. However, in managing TWI does not use syariah guarantee institution.

Page 2: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

28

Keyword: Cach wakaf, investment, investment profit, syariah guarantee institution.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum Islam memandang harta mempunyai nilai yang sangat strategis, karena harta merupakan alat dan sarana untuk memperoleh berbagai manfaat dan mencapai kesejahteraan hidup manusia sepanjang waktu. Harta termasuk salah satu hal penting bagi manusia, karena harta merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan. Tidak ada manusia yang tidak membutuhkan harta.

Harta juga merupakan sarana ibadah yang perlu dinafkahkan untuk diri dan kerabat melalui berbagai wujud “sedekah” dalam arti luas. Salah satu sedekah jariyah adalah “wakaf” yang memberikan manfaat kepada pewaqif, selagi masih hidup di dunia dan berlanjut terus sesudah meninggal.

Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan akan kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan wakaf menjadi sangat strategis sebagai salah satu instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wakaf sebagaimana instrumen keuangan Islam lainnya, seperti zakat, bila dikelola secara produktif dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Itu berarti wakaf dapat menjadi sumber pendanaan dari umat untuk umat baik untuk kepentingan keagamaan, sosial, maupun ekonomi. Selain itu, wakaf dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, kaya atau miskin, karena wakaf tidak sama dengan zakat yang hanya dapat dinikmati oleh mustahiq.

Potensi wakaf di Indonesia dapat mencapai Rp 2,5 trilyun selama setahun.1 Melihat potensi wakaf yang besar, maka pengelolaan wakaf di Indonesia mulai diperhatikan secara serius. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya peraturan tentang wakaf, diantaranya yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004.2

Dalam rangka mengoptimalkan potensi wakaf ini, maka pemerintah terus menggalang dana wakaf melalui berbagai objek wakaf. Salah satu objek wakaf yang sangat potensial adalah wakaf tunai. Wakaf tunai adalah wakaf yang dilakukan oleh seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.3 Jumlah umat Islam terbesar di seluruh dunia merupakan aset besar untuk penghimpunan dan pengembangan wakaf tunai di Indonesia, semua orang Islam dapat mewakafkan sejumlah dananya menurut yang ia kehendaki.

Pada wakaf uang, dana yang diperoleh dari para wakif akan dikelola oleh nazhir (pengelola wakaf), yang bertindak sebagai manajemen investasi. Kemudian dana wakaf

1 Antaranews, “Pangsa Pasar Syariah Indonesia Sama Dengan Mesir”, http://www.antaranews.com, 29 Januari 2013

(dikutip pada tanggal 16 Februari 2013). 2 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009, h.. 432. 3 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,

Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2008, h.. 1.

Page 3: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

29

tersebut akan dikelola dan diinvestasikan. Keuntungan dari investasi didistribusikan kepada masyarakat ke dalam beberapa sektor sesuai dengan keinginan wakif. Adapun uang pokoknya akan diinvestasikan terus-menerus dan tidak boleh berkurang.4

Wakaf tunai merupakan aset yang paling likuid, maka diharapkan pengelolaan wakaf dengan jalan menginvestasikan dana wakaf tunai dapat menjadi lebih mudah karena dapat disalurkan dalam bentuk apapun yang bersifat produktif. Kegiatan investasi dilakukan dalam upaya mengembangkan, mendayagunakan dan memberi nilai tambah ekonomi, serta meningkatkan nilai manfaat sosial atas harta wakaf. Dari pelaksanaan kegiatan investasi ini diharapkan diperoleh keuntungan usaha. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, maka dalam pengelolaan investasi wakaf tunai haruslah optimal.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep investasi wakaf tunai menurut syariah? b. Bagaimana aplikasi investasi wakaf tunai pada Tabung Wakaf Indonesia?

Pembatasan Masalah Agar permasalahan tidak terlalu luas, maka dalam hal ini penulis membatasi

penelitian pada konsep investasi. Selain itu yang dibahas dalam penelitian ini hanyalah aset wakaf tunai yang berupa uang, emas dan perak batangan, dinar dan dirham, perhiasan emas dan perak yang dikelola oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI).

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain:

a. Untuk mengetahui konsep investasi wakaf tunai menurut syariah. b. Untuk mengetahui aplikasi investasi wakaf tunai pada Tabung Wakaf

Indonesia.

D. Metode, Jenis dan Teknik Penelitian

1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode

deskriptif adalah adalah peneliti menyusun perencanaan penelitian, peneliti lalu ke lapangan (field) tidak membawa alat pengumpul data, melainkan langsung melakukan observasi atau pengamatan.5 Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

4 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika , 2009, h.. 117. 5 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, h.. 61.

Page 4: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

30

alamiah6. Jadi metode deskriptif kualitatif merupakan metode yang sifatnya hanya menggambarkan dan menjabarkan temuan di lapangan.

2. Jenis Penelitian c. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang terletak di Perkantoran Ciputat Indah Permai Blok C-25, Jl. Ir. H. Juanda No.50, Ciputat – 15419. Dalam penelitian ini penulis melakukan suatu analisis terhadap aplikasi investasi wakaf tunai. Selain itu juga, penulis melakukan wawancara secara langsung kepada pihak terkait yang memiliki atau memegang kewenangan penting di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) yang berkaitan dengan aplikasi investasi wakaf tunai.

d. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian Kepustakaan (library research) adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.7

Teknik Penelitian Untuk mengumpulkan data penelitian, dilakukan dengan instrumen-instrumen

tertentu sesuai dengan tujuan penelitian, antara lain:

a. Data Primer Data primer diperoleh melalui:

1) Observasi Observasi diartikan sebagai suatu pengamatan terhadap objek penelitian.8

2) Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara pewancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara9.

b. Data Sekunder Data sekunder (secondary data) adalah data yang bersumber dari buku-buku, media cetak dan media elektronik.

II. KERANGKA TEORITIS

A. Konsep Investasi Syariah

1. Pengertian Investasi Syariah

6 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, h.. 6. 7 M. Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet.ke-5, 2003, h.. 27. 8 Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2013, h.. 93. 9 Syofian Siregar , Statistika Deskriptif untuk Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h.. 130.

Page 5: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

31

Kata investasi merupakan kata adopsi dari bahasa Inggris, yaitu investment. Kata invest sebagai kata dasar dari investment memiliki arti menanam.10 Investasi dalam bahasa Arab yaitu ـار م ـتـثـ س Definisi investasi adalah menanamkan atau 11.إmenempatkan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya di masa mendatang.

Dalam wakaf tunai atau wakaf uang, pengertian investasi wakaf uang adalah menempatkan uang atau dana yang bersumber dari dana wakaf tunai dengan tujuan mendapatkan keuntungan atas uang atau dana yang diinvestasikan.12

Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu:13

1. Investasi pada financial asset : dilakukan di pasar uang dan juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi, dan yang lainnya.

2. Investasi pada real asset : dilakukan dengan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan yang lainnya.

2. Tujuan Investasi Syariah Secara umum, tujuan utama dari kebijakan investasi dalam suatu perusahaan

adalah untuk implementasi rencana program yang dibuat agar dapat mencapai return positif, dengan probabilitas yang tinggi, dan aset yang tersedia untuk diinvestasikan. Dalam wakaf tunai, Kegiatan investasi dilakukan dalam upaya mengembangkan, mendayagunakan dan memberi nilai tambah ekonomi, serta meningkatkan nilai manfaat sosial atas harta wakaf. Dari pelaksanaan kegiatan investasi ini diharapkan diperoleh keuntungan usaha, dan keuntungannya digunakan bagi kepentingan umat.14

3. Landasan Prinsip-Prinsip Syariah Firman Allah:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu....” (an-Nisaa: 29).

10 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008 h.. 7. 11 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Yogyakarta: Pondok Pesantren Krapyak,

1996, h.. 93. 12 Bowo Setiawan, “Investasi Wakaf Uang”, http://artikel bowo.blogspot.com/2011/12/investasi-wakaf-uang.html, 2011

(dikutip tanggal 22 Juni 2013). 13 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008 h.. 8. 14 M. Cholil Nafis, “Peluang Kemitraan Investasi Wakaf Produktif”, http://bwi.or.id, 2011 (dikutip tanggal 22 Juni 2013).

Page 6: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

32

Ayat ini merupakan landasan dasar tentang cara berinvestasi yang sehat dan benar.

Hadits Nabi:

ر یحا ره ٫كتاب الأ حكام ٫ابن ماجھه روا ) ٢٣٤٠: باب من بنى فى حقھ ما یض ) ار ر ض لا و ر ر ض لا

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” (HR Ibnu Maajah, dalam kitab hukum, bab barang siapa yang membangun haknya dengan tidak merusak terhadap tetangganya, no hadis 2345).

4. Risiko Investasi Dalam analisis tradisional, risiko total dari berbagai aset keuangan bersumber

dari:15

a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal akibat perubahan tingkat suku bunga. Perubahan suku bunga ini berpengaruh negatif terhadap harga sekuritas.

b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga berpengaruh pada semua sekuritas.

c. Inflation Risk. Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat d. Business Risk. Risiko yanga ada karena melakukan bisnis pada industri

tertentu. e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial

oleh perusahaan. f. Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu

di mana sekuritas diperdagangkan. Suatu investasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa perubahan harga yang signifikan, maka investasi tersebut dikatakan likuid, demikian sebaliknya.

g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktuasi kurs currency.

h. Country Risk. Risiko ini menyangkut politik suatu negara sehingga mengarah pada political risk.

Dalam menginvestasikan dana wakaf, hendaknya dipertimbangkan keamanan investasi dan profitabilitas usaha. Karena tanpa mempertimbangkan keamanan dan profitabilitas usaha, dikhawatirkan dana wakaf tidak produktif atau bahkan mengalami penyusutan. Karena itu sebelum melakukan investasi dana wakaf, hendaknya dilakukan beberapa hal sebagai berikut:16

a. Analisis sektor investasi yang belum jenuh, melakukan “spreading risk” dan “risk management” terhadap investasi yang akan dilakukan.

15 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008 h.. 15. 16 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,

Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, 2008, h.. 53.

Page 7: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

33

b. “Market survey” untuk memastikan jaminan pasar dari output/produk investasi. c. Analisa kelayakan investasi. d. Analisa terhadap pihak yang akan diajak untuk mengelola investasi. e. Monitoring terhadap proses realisasi investasi. f. Monitoring terhadap tingkat profitabilitas investasi.

B. Konsep Wakaf Tunai

1. Pengertian Wakaf Tunai

Kata wakaf berasal dari kata kerja waqafa (fiil madi)-yaqifu (fiil mudari)-waqfa

(isim masdar), yang berarti berhenti atau berdiri. Adapun menurut istilah, wakaf berarti berhenti atau menahan harta yang dapat diambil manfaatnya tanpa musnah seketika dan untuk penggunaan yang mubah, serta dimaksudkan untuk mendapatkan keridaan Allah swt.17

Berdasarkan pasal 16 ayat 3, UU No.41 Tahun 2004, harta benda wakaf terdiri dari benda tidak bergerak dan benda bergerak. Di antara wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan adalah wakaf yang dikenal dengan istilah cash waqf. Cash waqf diterjemahkan dengan wakaf tunai, namun kalau menilik obyek wakafnya, yaitu uang, lebih tepat kiranya kalau cash waqf diterjemahkan dengan wakaf uang.

Di era modern ini, wakaf uang (cash wakaf/waqf al-Nuqud) telah lama dipraktikan diberbagai negara seperti Malaysia, Bangladesh, Mesir, Kuwait, dan negara-negara Islam di Timur Tengah lainnya.

Di Indonesia praktik wakaf uang baru mendapat dukungan Majelis Ulama Indonesia pada Tahun 2002 seiring dengan dikeluarkan Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Wakaf Uang tanggal 28 Shafar 1423 Hijriah/11 Mei 2002 guna menjawab Surat Direktur Pengembangan Zakat dan Wakaf Departemen Agama Nomor Dt.1.III/5/BA.03.2/2772/2002 tanggal 26 April 2002 yang berisi tentang permohonan fatwa tentang wakaf uang.18

Pada tanggal 11 Mei 2002 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia telah menetapkan fatwa tentang wakaf tunai yang meliputi:

1) Wakaf Uang (Cash Wakaf/wagf al-Nuqud) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.

2) Termasuk ke dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga. 3) Wakaf uang hukumnya jawaz (boleh).

17 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.. 51. 18 Ibid. h.. 106.

Page 8: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

34

4) Wakaf uang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i.

5) Nilai pokok wakaf uang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan atau diwariskan.

2. Dasar Hukum Wakaf Tunai a. Menurut hukum syariah

Para ulama berbeda paham mengenai landasan hukum wakaf tunai. Al-Bakri ulama pengikut Imam Syafi’I, menolak wakaf uang karena wujud uang sebagai pokok aset tidak kekal atau lenyap ketika dibayar. Akan tetapi, mazhab Syafi’I memperbolehkan air sebagai pengecualian dari prinsip.

Sebagian ulama klasik merasa aneh ketika mendengar fatwa yang dikemukakan oleh Muhammad bin Abdullah al-Anshari, murid dari Zufar, sahabat Abu Hanifah, tentang bolehnya berwakaf dalam bentuk uang kontan dirham atau dinar, dan dalam bentuk komoditas yang dapat ditimbang dan ditakar. Atas pertanyaan ini Muhammad bin Abdullah al-Anshari menjelaskan dan mengatakan,

“Kita investasikan dana itu dengan cara mudharabah dan labanya kita sedekahkan. Kita jual benda makanan itu, harta kita putar dengan usaha mudharabah kemudian hasilnya disedekahkan”.19

Dasar hukum wakaf uang diantaranya yaitu :

1. QS. Ali Imran : 92 “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),

sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

2. Hadis Riwayat An-Nasa’i م : عن ابن عمر قال ل س ھ و ی ل ع ى الله ل ى ص ب للن ر م ال ع : ق الا م ب ص ا م ل ر ب ی تى لى فى خ ال م ھ س ة ائ م ان

ل س ھ و ی ل ع ى الله ل ى ص ب ال الن ق ھا، و ب ق د ص ت ا ن ا ت د ر ا د ا ق ھ ن ى م ل ا ب ج اع ط ق : م ل ب س ھا و ل ا ص س ب احا ھ ت ر م )٣٦٣٣ : حباس، باب حبس المشاعلإ، كتاب فى ا النساٸرواه (ث

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., ia berkata, Umar ra,. Berkata kepada Nabi saw., “ Saya mempunyai seratus saham (tanah,kebun) di Khaibst, belum pernah saya mendapatkan harta yang saya kagumi melebihi tanah itu, saya bermaksud menyedekahkannya”. Nabi saw., berkata tahanlah pokoknya dan

19 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: deskripsi dan ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia kampus

fakultas ekonomi UII, 2008, h.. 296.

Page 9: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

35

sedekahkan buahnya pada sabilillah. ( HR An-Nasa’I dalam kitab waqaf, bab waqaf , No hadis 3633).

b. Menurut Hukum Indonesia Dalam konteks negara Indonesia, pemerintah telah menetapkan

undang-undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk melengkapi undang-undang tersebut, pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004. Sedangkan dasar hukum untuk wakaf uang yaitu Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Wakaf Uang Tanggal 11 Mei 2002.

3. Rukun dan Syarat-Syarat Wakaf Tunai Adapun rukun dan syarat wakaf uang, yaitu: Ada orang yang berwakaf (wakif);

Ada harta yang diwakafkan (mauquf); Ada peruntukan harta benda wakaf (mauquf ‘alaih) atau; Ada akad/pernyataan wakaf (sighat) atau ikrar wakaf.

Rukun wakaf tersebut harus memenuhi syaratnya masing-masing sebagaimana pada wakaf tanah. Adapun yang menjadi syarat umum sahnya wakaf uang adalah :

1) Wakaf harus kekal (abadi) dan terus menerus; 2) Wakaf harus dilakukan secara tunai 3) Tujuan wakaf harus jelas, maksudnya hendaklah wakaf itu disebutkan dengan

terang kepada siapa diwakafkan; 4) Wakaf merupakan hal yang harus dilaksanakan tanpa syarat boleh khiyar, artinya

tidak boleh membatalkan.

4. Manfaat dan Tujuan Wakaf Tunai

Ada 4 (empat) manfaat sekaligus keunggulan wakaf uang dibandingkan dengan wakaf benda tetap yang lain, yaitu:20

1) Wakaf uang jumlahnya bisa bervariasi, seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa memulai memberikan dana wakafnya;

2) Melalui wakaf uang, aset-aset wakaf yang berupa tanah-tanah kosong bisa mulai dimanfaatkan;

3) Dana wakaf uang juga bisa membantu sebagian lembaga-lembaga pendidikan Islam;

4) Pada gilirannya, umat Islam dapat lebih mandiri dalam mengembangkan dunia pendidikan tanpa bergantung pada anggaran pendidikan negara.

5. Tata Cara dan Pengelolaan Wakaf Tunai a. Wakaf Uang Dikelola Bank Syariah

Beberapa peran yang bisa di unggulkan bila wakaf tunai dikelola oleh bank yaitu jaringan kantor, kemampuan sebagai fund manager., pengalaman, jaringan informasi dan peta distribusi, citra positif.

20 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.. 114.

Page 10: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

36

Gambar 1. Bank sebagai Penerima dan Penyalur

Bank syariah hanya menjadi nadzhir penerima dan penyalur. Sedangkan

fungsi pengelola dana akan dilakukan oleh lembaga lain, misalnya Badan Wakaf Nasional (BWN), yang dengan sendirinya bertanggung jawab pengelolaan dana termasuk hubungan kerjasama dengan lembaga penjamin berada pada BWN.

b. Wakaf Uang Dikelola Lembaga Swasta

Keunggulan yang didapat bila wakaf uang dikelola oleh swasta yaitu sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat, ada kontrol langsung oleh masyarakat, menumbuhkan solidaritas masyarakat.

Gambar 2. Lembaga sebagai Penerima dan Penyalur

Lembaga pendidikan swasta mengelola sendiri dana yang diterima muwakif dengan sistem musyarakah atau mudharabah, tanpa mengurangi nilai aset wakaf. Selanjutnya, keuntungan yang diterima didasarkan atas sistem bagi hasil, diterima oleh lembaga pendidikan sebagai keuntungan usaha dan diterima wakaf uang sebagai tambahan asset. Dari tambahan aset wakaf uang tersebut bisa digunakan membantu masyarakat.

6. Sertifikat Wakaf Tunai MA Mannan membuat pengembangan pengeloaan wakaf berupa skim Sertifikat

Wakaf Tunai yang dikembangkan oleh SIBL (Social Investment Bank Limited). Tabungan dari warga yang berpenghasilan tinggi dapat dimanfaatkan melalui penukaran Sertifikat Wakaf Tunai. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan Wakaf Tunai tersebut dapat dibelanjakan untuk berbagai tujuan yang berbeda seperti pemeliharaan harta-harta wakaf itu sendiri.

Wakif Bank Syariah Al-Mauquf ‘alaih

Badan Wakaf Nasional

Pengelolaan Dana

Rugi Laba

Lembaga

Wakif Lembaga Pendidikan Al-Mauquf ‘alaih

Badan Usaha Lembaga

Pendidikan

Rugi Laba

Lembaga

penjamin

Page 11: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

37

Dalam Peraturan Badan Wakaf Indonesia No. 01 tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf Bergerak berupa Uang, sertifikat dapat diberikan kepada wakif yang telah mewakafkan uangnya paling sedikit Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) dengan menyertakan asal-usul uang dan identitas lengkap wakifnya.

7. Potensi Wakaf Tunai Di Indonesia Mustafa Edwin Nasution, pernah melakukan asumsi bahwa jumlah penduduk

muslim kelas menengah di Indonesia sebanyak 10 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan per bulan antara Rp 500.000,00-Rp 1.000.000,00 maka dapat dibuat perhitungan sebagai berikut:21

Tabel 1. Potensi Wakaf Uang di Indonesia Tingkat

Penghasilan/ Bulan

Jumlah Muslim

Tarif Wakaf Potensi Wakaf

Tunai/Bulan

Potensi Wakaf

Tunai/Tahun Rp 500.000 4 juta Rp 5.000,- Rp 20 miliar Rp 240 miliar Rp 1 juta-Rp 2 juta

3 juta Rp 10.000,- Rp 30 miliar Rp 360 miliar

Rp 2 juta-Rp 5 juta

2 juta Rp 50.000,- Rp 100 miliar Rp 1,2 miliar

Rp 5 juta-Rp 10 juta

1 juta Rp 100.000,- Rp 100 miliar Rp 1,2 miliar

Total Rp 3 triliun

C. Konsep Investasi Wakaf Tunai 1. Manajemen Investasi Wakaf Tunai Pada wakaf uang, dana yang diperoleh para wakif akan dikelola oleh nadzhir

(pengelola wakaf) yang dalam hal ini bertindak sebagai manajemen investasi. Para wakif tersebut mensyaratkan kemana alokasi pendistribusian keuntungan investasi wakaf nantinya. Kemudian dana wakaf tersebut dikelola dan diinvestasikan sebagian pada instrumen keuangan syariah, sebagian lagi diinvestasikan langsung ke berbagai badan usaha yang bergerak sesuai syariah. Keuntungan dari investasi di atas siap didistribusikan kepada rakyat miskin melalui pengadaan dana kesehatan, pendidikan, rehabilitasi keluarga, bantuan untuk bencana alam, perbaikan infrastuktur dan sebagainya yang persentasenya sesuai dengan permintaan wakif. Adapun pokoknya akan diinvestasikan terus-menerus sehingga umat memiliki dana yang selalu ada dan Insya Allah bertambah terus seiring dengan bertambahnya jumlah wakif yang beramal.22

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2006 pasal 48 dijelaskan bahwa pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan syariah. Menurut pasal ini instrumen investasi wakaf uang terdiri dari dua sektor;

21 Suhrawardi K. Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h.. 42. 22 Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, h.. 117.

Page 12: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

38

investasi pada lembaga keuangan syariah dan instrumen syariah lainnya. Semua investasi, baik melalui LKS, instrumen keuangan syariah, dan sektor riil, harus dijaminkan sesuai ketentuan yang berlaku. Investasi melalui bank syariah dijaminkan melalui lembaga penjamin simpanan dan investasi di luar bank syariah dijaminkan melalui asuransi syariah.

Manajemen investasi wakaf uang dapat dilakukan dengan cara menginvestasikan dana wakaf ke berbagai sektor diantanya yaitu:

a. Investasi Sektor Riil

Gambar 3. Skema investasi wakaf uang pada sektor riil

A

da beberapa model yang dapat diterapkan dalam menginvestasikan dana wakaf uang untuk sektor riil yaitu investasi mudharabah, musyarakah, muzara’ah, Murabahah, ijarah, istishna, dan istibdal. 23

1) Investasi Mudharabah Bagi ulama yang membolehkan wakaf uang dari kalangan

Malikiyah, Hanafiyah, dan Ahmad seperti Ibn Taimiyah, berpendapat bahwa wakaf uang dapat dikelola secara mudharabah, sedangkan keuntungannya diserahkan kepada mauquf ‘alaih, dengan tetap menjaga tetapnya pokok harta wakaf (uang).

Salah satu contoh yang dapat dilakukan oleh pengelola wakaf dengan sistem ini adalah membangkitkan sektor usaha kecil dan menengah dengan memberikan modal usaha kepada petani, pedagang kecil, dan menengah (UKM).

2) Investasi Musyarakah Investasi ini memberi peluang bagi pengelola wakaf untuk

menyertakan modalnya pada sektor usaha kecil menengah yang

23 Rozalinda, “Manajemen Investasi Wakaf Uang”, http://rozalinda.wordpress.com, 2010 (dikutip tanggal 4 Mei 2010).

Wakif Pengelola

Wakaf/Nadzhir Maks. 10% Biaya

pengelolaan

Investasi

Sektor Riil

Hasil

Investasi

Distribusi/

pemanfaatan

hasil wakaf uang

Page 13: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

39

dianggap memiliki kelayakan usaha, namun kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya.

3) Investasi Murabahah Dalam investasi murabahah, pengelola wakaf berperan sebagai

pengusaha (entrepreneur) yang membeli peralatan dan material yang diperlukan melalui suatu kontrak murabahah. Pengelola wakaf dalam investasi ini dapat mengambil keuntungan dari selisih harga pembelian dan penjualan.

4) Investasi Muzara’ah Investasi harta wakaf dalam bentuk pertanian menurut Mustafa

Ahmad Salabi, dapat dilakukan dengan cara menanami tanah wakaf untuk pertanian atau pekebunan, baik dengan cara menyewakan, maupun dengan cara kerja sama bagi hasil, seperti muzara’ah dan musaqah, ataupun nadzhir sendiri yang mengelola tanah tersebut.

5) Investasi Ijarah Investasi ijarah dapat dilakukan dengan terlebih dahulu

menginvestasikan wakaf uang ke bentuk wakaf property seperti membangun real estate, pusat-pusat bisnis. Kemudian menyewakannya kepada masyarakat.

6) Istibdal Al-Istibdal diartikan sebagai penjualan barang wakaf untuk

dibelikan barang lain sebagai wakaf penggantinya. Untuk melakukan investasi wakaf uang, menurut Ulama Hanafiyah adalah dengan cara istibdal yakni mengganti uang tersebut dengan benda tidak bergerak yang memungkinkan manfaat dari benda tersebut kekal.

7) Model Istishna’ Al-Istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan

pembuat barang. Menurut Monzer Kahf, model ini memungkinkan pengelola wakaf untuk memesan pengembangan harta wakaf yang diperlukan kepada lembaga pembiayaan atau bank syari’ah dengan akad istishna’. Bank kemudian, membuat kontrak dengan kontraktor untuk memenuhi pesanan pengelola harta wakaf atas nama lembaga pembiayaan itu. Model pembiayaan istishna’ menimbulkan hutang bagi nadzhir namun dapat dilunasi.24

b. Investasi Melalui Bank Syariah Wakif menyerahkan uang wakaf kepada bank syariah. Lalu bank syariah

menginvestasikan uang tersebut baik melalui sektor riil atau instrumen syariah lainnya. Hasil dari investasi menjadi milik bank syariah dan bank syariah

24 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010,

h.. 331.

Page 14: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

40

memberikan imbalan kepada lembaga wakaf (nadzhir) untuk digunakan bagi kepentingan masyarakat.

Gambar 4. Skema investasi wakaf uang melalui bank syariah

Akad yang terjadi antara pihak nadzhir wakaf dengan bank syariah dapat menggunakan sistem mudharabah muqayyadah dan deposito bagi hasil.

c. Investasi Wakaf Uang pada Sektor Portofolio Keuangan Syari’ah

a. Saham Mudharabah Saham mudharabah adalah perjanjian kerja sama sekuritas yang

dikeluarkan oleh nadzhir untuk para investor. Nadzhir wakaf dapat menawarkan saham untuk pembangunan proyek di tanah wakaf. Misalnya membangun rumah sakit kemudian disewakan kepada dinas kesehatan atau organisasi kedokteran. Pada sekuritas ini pemilik saham mempunyai hak dari pendapatan dan bagian dari produksi seluruh proyek secara bersamaan. Jangka waktu yang dapat dipergunakan dalam saham mudharabah adalah terbatas, tidak lebih dari 20 tahun setelah itu bangunan menjadi milik wakaf.

b. Saham Musyarakah Nadzhir wakaf dapat menawarkan saham kepada masyarakat untuk pembangunan suatu proyek di tanah wakaf. Dalam kontrak ini pemilik saham ikut dalam kepemilikan bangunan sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. Sedangkan nadzhir wakaf menjadi manajer bangunan dengan gaji yang layak. Seperti halnya perseroan, keuntungan bersih proyek dibagikan kepada para pemilik saham setelah seluruh biaya-biaya dikeluarkan. Kepemilikan bangunan bisa tetap berada di tangan pemilik saham secara berlanjut, sehingga tidak terjadi pemindahan kepemilikan kepada wakaf.

d. Investasi Wakaf Tunai Secara Langsung

Manajer wakaf (nadzhir) menanamkan wakaf uang dalam bentuk investasi langsung (direct investment) seperti real eastate, agriculture (perkebunan). Manajemen investasi wakaf uang juga dapat mengalokasikan untuk mendirikan suatu usaha baru yang memberikan kemudahan bagi masyarakat kecil. Seperti mendirikan cafetaria, mini market, toko, sekolah dan sebagainya..

2. Imbalan bagi nadzhir dari hasil bersih investasi wakaf tunai Menurut ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004

Tentang Wakaf, Pasal 12 yang menyatakan bahwa nadzhir dapat menerima imbalan

Wakif Bank Syariah

Sektor Riil Keuangan Syariah

Hasil Investasi

Distribusi/

pemanfaatan

Page 15: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

41

dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen). Sedangkan bila kegiatan investasi menggunakan dana kerjasama Investor, maka hasil usaha akan dibagi sesuai kesepakatan bagi hasil dengan Investor. Selanjutnya untuk bagi hasil porsi Pengelola (Nadzhir) wakaf akan dipecah menjadi dua bagian, yaitu 90% akan disalurkan kepada mauquf 'alaih, dan 10% untuk penerimaan Nadzhir.

3. Pengawasan dan Pembinaan Investasi

Sesuai dengan ketentuan UU 41 Tahun 2004, pembinaan dan pengawasan wakaf dilakukan oleh pemerintah, Badan Wakaf Indonesia, dan masyarakat. Pembinaan adalah kegiatan mengarahkan agar suatu lembaga atau pihak mencapai tujuan tertentu. Adapun pengawasan yang berasal dari kata awas berarti mengamat-amati dan menjaga baik-baik. Pembinaan maupun pengawasan sama-sama memiliki tujuan agar wakaf uang dapat dikelola dengan baik sehingga tujuan dari wakaf dapat tercapai.

III. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian 1. Profil Tabung Wakaf Indonesia

Tabung Wakaf Indonesia (TWI) adalah lembaga yang berkhidmat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menggalang dan mengelola sumberdaya wakaf secara produktif, profesional dan amanah.25

TWI merupakan badan hukum yayasan yang telah kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai nazhir wakaf sebagaimana dimaksud Undang-undang Wakaf. Yakni sebagai nazhir wakaf berbentuk badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan keagamaan Islam.

TWI didirikan oleh Dompet Dhuafa pada 14 Juli 2005 sebagai sebuah komitmen dalam mengembangkan sumberdaya wakaf agar mampu produktif dan mendukung pengembangan program-program sosial dan pemberdayaan ekonomi yang selama ini telah terlaksana berkat pengelolaan sumberdaya zakat, infak dan sedekah secara amanah dan profesional.

2. Produk-Produk Tabung Wakaf Indonesia 1) Wakaf Tunai

Wakaf tunai dari para wakif akan digabungkan hingga terkumpul cukup modal untuk diinvestasikan pada sebuah aset produktif yang ditetapkan oleh pengelola. Surplus atas aset produktif tersebut kemudian akan didayagunakan untuk program-program sosial sesuai peruntukan manfaatnya (pendidikan, kesehatan, pemberdayaan).

25 Tabung Wakaf Indonesia, “profil”, http://tabungwakaf.com/profil-tabung-wakaf-indonesia/, (dikutip pada tanggal 12

Juli 2013).

Page 16: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

42

Wakaf tunai ini meliputi: uang, emas dan perak batangan, dinar dan dirham, perhiasan emas dan perak*.

*Besar wakaf berupa nilai konversi ke rupiah pada waktu diserahkan

2) Wakaf Tanah dan Bangunan (Properti) Jika dipandang berpotensi untuk diproduktifkan, maka aset akan

dikembangkan dengan modal pengelola (yang bersumber dari wakaf via tunai) ataupun dikerjasamakan dengan pihak ketiga dengan prinsip saling menguntungkan. Namun, jika dirasakan potensinya lemah atau bahkan berat, saat dipandang perlu, pengelola meminta izin agar tanah/bangunan tersebut dapat dijual dan digabungkan dengan aset yang lain (ruislag) agar memberikan manfaat yang lebih besar. Nilai wakaf yang dicatat selanjutnya adalah sebesar hasil nilai ruislag yang diperoleh.

Yang termasuk kepada donasi wakaf tanah dan bangunan antara lain: tanah, rumah, kios, ruko, apartemen, bangunan komersil (perkantoran, hotel, mal, pasar, gudang, pabrik, dan lain-lain), bangunan sarana publik (sekolah, rumah sakit, klinik, dan lain-lain)

3) Wakaf Bisnis dan Usaha Dalan konteks wakaf bisnis dan usaha, maka seluruh aset, baik aset tetap

maupun aset manajemen, dialihkan kepada Tabung Wakaf Indonesia. Dengan demikian, Tabung Wakaf Indonesia menjadi pemilik baru yang selanjutnya bertanggung jawab atas pengelolaan bisnis dan usaha.

4) Wakaf Saham dan Surat Berharga Wakaf Saham dan Surat Berharga dapat diserahkan kepada Tabung Wakaf

Indonesia sebagai niat baik untuk memperoleh amal jariyah.

Wakaf surat berharga akan dicatat nilai bukunya pada tanggal penyerahan. Pengelolaan wakaf surat berharga yang berbentuk saham dan obligasi terbuka ditujukan untuk memaksimalkan perolehan deviden (bagi hasil), serta pengembangan portofolio untuk menghindari terjadinya aset yang default.

3. Aplikasi Investasi Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia

Pada dasarnya pengelolaan harta wakaf, baik wakaf benda tidak bergerak, maupun wakaf benda bergerak telah dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) sejak tahun 2005. Berbagai strategi dilakukan Tabung Wakaf Indonesia dalam meyakinkan masyarakat untuk bergabung mewakafkan sebagian dananya. Hal ini dapat terlihat pada penerimaan dana wakaf yang signifikan dalam 3 tahun terakhir yang berhasil dihimpun Tabung Wakaf Indonesia.

Page 17: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

43

Tabel 2. Laporan Jumlah wakif dan Penerimaan Dana Wakaf Tahun 2010-2012

Sumber: Tabung Wakaf Indonesia, 2010-2012

Berdasarkan tabel di atas pada tahun 2011 jumlah wakif mengalami penurunan dari tahun sebelumnya diikuti dengan menurunnya penerimaan wakaf. Penurunan ini terjadi karena beberapa hal, salah satunya adalah karena semakin banyaknya lembaga penghimpun wakaf, baik swasta maupun milik pemerintah sehingga terjadi “persaingan” dalam hal penghimpunan dana wakaf masyarakat.

Penurunan jumlah wakif dan jumlah penerimaan dana wakaf pada tahun 2011, nampaknya tidak terjadi lagi di tahun berikutnya. Berbagai strategi dilakukan oleh Tabung Wakaf Indonesia untuk meningkatkan jumlah wakif dan jumlah penerimaan dana wakaf. Hal ini membuktikan bahwa sejak ditetapkan sebagai lembaga yang khusus mengelola wakaf tunai, Tabung Wakaf Indonesia (TWI) mencoba melakukan tanggung jawabnya secara profesional.

a. Portofolio Investasi Wakaf Tunai Di Tabung Wakaf Indonesia Pengelolaan wakaf tunai yang dicanangkan TWI dilakukan berdasarkan dua

pendekatan, yaitu pendekatan produktif, dan non produktif.26

1) Pendekatan Produktif Dalam melakukan pengelolaan wakaf tunai untuk sektor produktif, TWI

lebih cenderung melakukan investasi secara langsung (direct investment) ke objek yaitu peternakan, perkebunan, dan sarana niaga.

a) Peternakan Pada sektor peternakan, TWI bekerja sama dengan organisasi Tebar

Hewan Kurban (THK) dengan menempatkan wakaf tunai sebesar Rp 100.000.000,00 di THK berdasarkan prinsip bagi hasil dari tahun 2007-2009. Persentase bagi hasil 70% untuk pengelola Tebar Hewan Kurban (THK) dan 30% untuk TWI. Setelah perjanjian berakhir maka pokok dari dana wakaf tunai akan dikembalikan oleh pengelola Tebar Hewan Kurban (THK).

b) Perkebunan Saat ini TWI menjalankan program usaha perkebunan di tiga daerah.

Pertama, Kebun Sengon di Kp. Kadupandak, Jonggol, dengan luas kebun 1,4 Hektar yang ditanami 5000 pohon sengon. Kedua, Kebun Sengon di Bojongkoneng Sentul, dengan luas kebun 1,5 Hektar yang ditanami

26 Menurut Bapak Parmuji Abbas selaku Asset Development Manager (wawancara pada tanggal 11 Juli 2013).

No Tahun Jumlah wakif Jumlah Penerimaan

1. 2010 98 1.658. 709. 322

2. 2011 72 1. 453. 338. 614

3. 2012 848 4. 176. 571. 450

Page 18: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

44

pohon sengon. Ketiga, Kebun Jabon di Nyalindung Sukabumi, yang ditanami pohon jabon. Kebun Jabon ini, tanahnya merupakan tanah wakaf yang diberikan oleh seorang wakif dengan jangka waktu penggunaan tanah 5 tahun, dan setelah 5 tahun maka tanahnya akan diambil kembali oleh pemiliknya dan TWI hanya mengambil hasil dari pohonnya itu sendiri.

c) Sarana Niaga

Dengan wakaf tunai atau non tunai TWI akan membangun atau mengadakan berbagai sarana niaga, seperti pertokoan, permesinan, kendaraan, dan sebagainya, untuk disewakan kepada pihak ketiga. Hasil penyewaan sarana niaga ini akan dijariahkan untuk beragam kegiatan sosial sesuai dengan permintaan wakifnya. Untuk program wakaf sarana niaga, TWI menyediakan rumah dan toko (ruko) untuk disewakan kepada masyarakat.

Saat ini proyek yang sedang berjalan yaitu pembangunan 14 unit kontrakan di Ciledug, dimana tanahnya berasal dari wakif dan pembagunannya berasal dari wakaf tunai yang dihimpun oleh Tabung Wakaf Indonesia. Kontrakan tersebut akan disewakan dan surplusnya akan disalurkan setelah dikurangi dengan asset maintenance dan reinvestasi dan biaya operasional di TWI.27

2) Pendekatan Non Produktif Berdasarkan pendekatan ini, TWI mengelola harta wakaf untuk hal-hal

yang sifatnya tidak menghasilkan keuntungan (non produktif). Manfaat yang ditimbulkan dari harta benda wakaf yang bersangkutan adalah karena nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai pemetik manfaat wakaf.

Berikut daftar aset dari investasi wakaf tunai non produktif:28

1. Gerai Sehat LKC Ciputat 2. Komplek Sekolah Smart Ekselensia Parung 3. Gedung Lembaga Pelayan Masyarakat 4. Zona Madina Parung Bogor 5. Wisma Muallaf Bintaro 6. Masjid Kp. Ciketing Sumur Batu Bantar Gebang 7. Gerai Sehat LKC Berkoh Purwokerto 8. Instititut Kemandirian Karawaci

b. Risiko Investasi Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia Investasi memang berkaitan erat dengan risiko, apalagi pada investasi wakaf

tunai bahwasanya pokok dana wakaf tunai itu tidak boleh berkurang, aset wakaf haruslah berputar, berfungsi produktif, hingga menghasilkan surplus yang terus dapat dialirkan tanpa mengurangi modalnya, sehingga TWI harus lebih selektif dalam memilih jenis investasi.

Untuk itu, strategi TWI dalam meminimalisir risiko investasi wakaf tunai yaitu dengan mengambil kebijakan bahwa dalam melakukan kegiatan investasi wakaf

27 Menurut Bapak Parmuji Abbas selaku Asset Development Manager (wawancara pada tanggal 11 Juli 2013). 28 Laporan data inventaris aset wakaf per bulan April 2013.

Page 19: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

45

tunai akan diinvestasikan pada bisnis properti. Hal ini dikarenakan bisnis properti seperti pembangunan kontrakan dan ruko yang akan disewakan kepada masyarakat mengandung risiko yang kecil. Jika memang terdapat risiko maka hanyalah risiko penyusutan, dan risiko ini bisa ditanggulangi dengan adanya asset maintenance sehingga pokok dari wakaf tunai tidak akan berkurang. Selain itu, Risiko dari sewa-menyewa pun tidak begitu besar dibanding dengan bisnis yang nyata seperti pada jual beli yang rentan dengan kerugian. Jika memang masyarakat tidak ada yang menyewa, maka hal ini pun tidak akan berdampak pada kerugian dan berkurangnya nilai pokok wakaf, karena aset nya masih tetap ada dan pokok wakaf juga utuh walaupun memang tidak akan mendapatkan surplus wakafnya.29

Sampai saat ini, untuk mengantisipasi adanya risiko investasi, TWI tidak menerapkan adanya lembaga penjamin berupa asuransi syari’ah atau lembaga penjamin lainnya seperti pada ketentuan Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004. Sehingga, TWI lebih memilih bisnis properti dalam investasi wakaf tunai dengan alasan risikonya lebih kecil dibandingkan dengan bisnis-bisnis yang lainnya dan dinilai tidak perlu adanya lembaga penjamin.

c. Pendistribusian Surplus Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia TWI menetapkan ada 3 pembagian terhadap surplus wakaf tunai yaitu 10%

untuk nazhir (termasuk untuk biaya operasional), 40% untuk asset maintenance dan reinvestasi dan 50% untuk mauquf alaih.

Berikut ini data penerimaan surplus wakaf tunai yang diperoleh Tabung Wakaf Indonesia tahun 2009-2012.

Tabel 3. Rekapitulasi Penerimaan Surplus Wakaf Tahun 2009-2011

29 Menurut Bapak Parmuji Abbas selaku Asset Development Manager (wawancara pada tanggal 11 Juli 2013).

Total Penerimaan Surplus Wakaf

Peruntukan Mauquf Alaih

Bagi Hasil Wakala

Total Peruntukan Mauquf Alaih

Pembagian Mauquf Alaih

Pendidikan

Kesehatan

Pemberdayaan Ekonomi

Rp 160.820.488

Rp 80.410.244

Rp 64.299.404

Rp 144.709.648

Rp 72.354.824

Rp 43.412.894

Rp 28.941.930

Page 20: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

46

Tabel 4. Rekapitulasi Penerimaan Surplus Wakaf Tahun 2012

Sumber: Tabung Wakaf Indonesia

Dari dana yang terhimpun dari tahun 2009-2012 terlihat bahwa kebanyakan wakif menyalurkan wakaf uangnya diperuntukan untuk sarana pendidikan sebesar 50%, kemudian 30% untuk kesehatan dan 20% untuk pemberdayaan ekonomi.

Penyaluran surplus wakaf tunai kepada mauquf alaih dilakukan oleh Yayasan Dompet Dhuafa dalam bentuk program-program yaitu:

1. Pendidikan untuk Dhuafa;

Diantaranya yaitu untuk sekolah gratis (smart ekselensia Indonesia), program beasiswa S1 (beastudi Indonesia), pengembangan kualitas guru (sekolah guru indonesia), pendampingan sekolah (makmal pendidikan), pelatihan keterampilan (institut kemandirian).

2. Kesehatan untuk Dhuafa;

a. Rumah Sakit Gratis (RS. Rumah Sehat Terpadu)

b. Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC)

o > 11 Gerai Sehat Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) di Jakarta, Bogor, Bekasi, Makassar, Jogyakarta, Tuban, Palembang, Jambi dan Bali;

o > 1 Rumah Bersalin Cuma-cuma di Bandung;

o > 2 Tubercolosis Center (TB Center) di Ciputat (Tangerang Selatan) dan Pekayon (Bekasi);

Total Penerimaan Surplus Wakaf

Peruntukan Mauquf Alaih

Bagi Hasil Wakala

Total Peruntukan Mauquf Alaih

Pembagian Mauquf Alaih

Pendidikan

Kesehatan

Pemberdayaan Ekonomi

Rp 202.408.969

Rp 101.204.485

Rp 35.250.281

Rp 136.454.766

Rp 68.227.383

Rp 40.936.430

Rp 27.290.953

Page 21: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

47

o > 27 Pos Sehat Komunitas (swadaya) di Jabodetabek, Sukabumi, Cikampek dan Yogyakarta.

3. Pemberdayaan Ekonomi untuk Dhuafa;

Diantaranya yaitu pemberdayaan pertanian (pertanian sehat indonesia), pemberdayaan peternakan (kampung ternak), pemberdayaan UKM (masyarakat mandiri), penyaluran kredit mikro (social trust fund ).

4. Menyerahkan kepada Nazhir untuk penyalurannya (Tidak Terikat).

d. Pengawasan Investasi Wakaf Tunai di Tabung Wakaf Indonesia Pengawasan dilakukan dengan sistem laporan secara rutin. TWI memberikan

laporan dari setiap investasi yang dilakukan kepada dompet dhuafa setiap bulannya. Selain itu, laporan pertanggung jawaban TWI selaku nazhir juga diberikan kepada BWI setiap tahunnya.

Sedangkan untuk laporan pertanggung jawaban kepada wakif sampai saat ini belum terjangkau semuanya dikarenakan jumlah wakif yang sangat banyak dan kurangnya waktu luang yang dimiliki para pengelola TWI yang memang jumlahnya masih terbatas.

B. Analisa Hasil Penelitian Wakaf tunai diartikan oleh MUI sebagai wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok

orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang.30 Wakaf tunai hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang dibolehkan secara syar’i. Nilai pokok wakaf tunai harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual, dihibahkan dan atau diwariskan.

Mencermati kutipan di atas, nampak jelas bahwa program wakaf tunai yang dilakukan oleh TWI sesuai dengan definisi yang dikeluarkan oleh MUI. TWI yang merupakan nazhir lembaga penerima dana wakaf tunai dari masyarakat luas.

Pengelolaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia dilakukan dengan jalan menginvestasikannya ke sektor yang sesuai dengan norma syariah, baik dengan prinsip bagi hasil dan sewa. Manajemen investasi wakaf tunai yang dilakukan di TWI dengan menggunakan pendekatan produktif dan non produktif.

Investasi wakaf yang dilakukan TWI untuk program wakaf produktif adalah dengan menyalurkan dana wakaf ke berbagai sektor yakni peternakan, perkebunan, dan pengadaan sarana niaga. Investasi ke sektor peternakan dengan menempatkan dana wakaf tunai kepada Tebar Hewan Kurban (THK) dengan menggunakan akad musyarakah, dan pengadaan sarana niaga dilakukan dengan membangun ruko dan rumah kontrakan yang nantinya akan disewakan dengan menggunakan akad ijarah. Investasi yang dilakukan TWI untuk sektor produktif pada dasarnya sudah mengacu kepada manajemen investasi wakaf tunai yang digariskan dalam ekonomi Islam. Pada dasarnya investasi yang dilakukan TWI pada pengadaan sarana niaga ini tidak berbeda dengan apa yang ditegaskan Ulama Hanafiyah. Golongan ulama ini mensyaratkan pengelolaan wakaf tunai dengan cara istibdal (penggantian). Yakni dengan mengalihkan

30 Suhrawardi K. Lubis, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h.. 110.

Page 22: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

48

dana wakaf tunai menjadi properti yang dapat dimanfaatkan/disewakan sehingga nilai wakafnya kekal.

Pengelolaan wakaf tunai melalui pendekatan non produktif dengan melakukan pendirian sebuah rumah sakit gratis yang dilakukan pada lembaga tersebut kurang tepat, karena prinsip pengelolaan wakaf tunai yang digariskan dalam ekonomi Islam tidak terpenuhi yakni menghasilkan surplus (return on investmet) dalam pengelolaannya.

Berdasarkan Pasal 48 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk Lembaga Keuangan Syariah dan/atau instrumen keuangan syariah. Namun lembaga ini menggunakan instrumen investasi di bank syariah hanya sebatas tempat penitipan sementara, karena dana wakaf tunai yang terhimpun diinvestasikan secara langsung oleh TWI secara mandiri melalui program-program unggulan yang telah dibuat. Dengan demikian, TWI dinilai tidak perlu melakukan kerja sama dengan bank syariah atau lembaga keuangan syariah lainnya dalam pendayagunaan dana wakaf tunai. Sedangkan untuk investasi sektor keuangan (financial sector) tidak digunakan oleh TWI, dan untuk investasi ke sektor riil, walaupun sedikit, namun masih mendapat perhatian.

Namun, sampai saat ini, TWI dalam melakukan investasi dana wakaf tunai, tidak menerapkan adanya lembaga penjamin berupa asuransi syari’ah. Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2006 Pasal 48 yang menegaskan bahwa dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diperlukan penjamin, yakni lembaga penjamin syariah. Bentuk investasi di luar bank syariah harus diasuransikan pada asuransi syariah.

Pengelolaan wakaf tunai dalam bentuk investasi ijârah, mudharabah, musyarakah dan sebagainya, tidak luput dari kemungkinan terjadinya risiko. Cara-cara pengembangan wakaf tunai pada sebuah aset produktif yang mungkin saja mengandung risiko kerugian bahkan kegagalan. Tetapi dengan adanya strategi TWI dalam meminimalisir risiko investasi wakaf tunai dengan jalan melakukan investasi pada bisnis properti yakni pembangunan ruko dan rumah kontrakan yang kemudian disewakan, hal ini dinilai efektif untuk menjaga keutuhan pokok wakaf tunai karena risikonya lebih kecil dibandingkan bisnis lainnya.

Kebijakan Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dalam pembagian imbalan dari surplus investasi wakaf tunai yaitu sebesar 10% untuk nazhir (operasional lembaga), 50% diperuntukan untuk tujuan wakaf (maukuf 'alaih), dan 40% dialokasikan untuk komponen pemeliharaan (asset maintenance) dan reinvestasi. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 12 yang menyatakan bahwa nazhir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10% (sepuluh persen).

Hasil investasi wakaf tunai (Surplus wakaf) yang diperoleh dari pengelolaan wakaf tunai ini akan disalurkan kepada kaum dhuafa, dalam bentuk bantuan biaya pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, dan santunan sosial lainnya sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh SIBL (Social Investment Bank Limited). Penyaluran surplus wakaf ini akan dilakukan baik secara langsung oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) sendiri maupun melalui jejaring Yayasan Dompet Dhuafa lainnya.

Page 23: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

49

Pengawasan dan pembinaan dalam pengelolaan wakaf tunai yang dilakukan oleh TWI dalam bentuk berbagai laporan yang disampaikan nazhir kepada masyarakat dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2004. Hal ini dilakukan agar wakaf tunai dapat dikelola dengan baik sehingga tujuan dari TWI untuk menjadikan gerakan wakaf produktif dan sebagai pilar pemerataan kesejahteraan masyarakat yang lestari dan mandiri dapat tercapai.

IV. KESIMPULAN

A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Pada wakaf tunai, dana yang diperoleh dari wakif akan dikelola oleh nadzhir (pengelola wakaf) yang dalam hal ini bertindak sebagai manajemen investasi. Para wakif tersebut mensyaratkan kemana alokasi pendistribusian keuntungan investasi wakaf nantinya. Kemudian dana wakaf tersebut dikelola dan diinvestasikan ke berbagai badan usaha yang bergerak sesuai syariah. Keuntungan dari investasi di atas akan didistribusikan kepada mauquf ‘alaih, adapun pokoknya akan diinvestasikan terus-menerus.

2. Aplikasi investasi wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) sudah sesuai dengan konsep investasi wakaf tunai yang ada dalam fiqh muamalah. Namun ada yang belum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia, seperti pada Pasal 48 ayat 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006, bahwa pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf uang hanya dapat dilakukan melalui investasi pada produk-produk LKS dan/atau instrumen keuangan syariah, tetapi pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) dana wakaf tunai yang terhimpun diinvestasikan secara langsung oleh Tabung Wakaf Indonesia (TWI) secara mandiri melalui program-program unggulan yang telah dibuat. Namun demikian, Tabung Wakaf Indonesia (TWI) secara legalitas tetap sah sebagai lembaga pengelola wakaf karena telah terdaftar di Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai nazhir wakaf dan mendapat pengawasan dari Badan Wakaf Indonesia (BWI). Kemudian pada Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2006 Pasal 48 menegaskan bahwa dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diperlukan penjamin, yakni lembaga penjamin syariah, sedangkan di Tabung Wakaf Indonesia (TWI) tidak menerapkan adanya lembaga penjamin syariah.

B. Saran 1. Dalam melakukan investasi dana wakaf tunai, Tabung Wakaf Indonesia

(TWI) masih harus terus berekspansi dalam memilih portofolio investasi wakaf tunai. TWI dapat memanfaatkan peran perbankan syariah sebagai pengelola dana wakaf tunai, investasi ke sektor riil atau ke portofolio keuangan syariah baik sukuk, saham dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar

Page 24: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

50

semakin terus meningkatnya surplus wakaf yang diperoleh dengan tanpa mengurangi pokok nilai wakaf tersebut, dan tentunya harus dengan pertimbangan risiko yang matang dan bisa memanfaatkan peran lembaga penjamin berupa asuransi syari’ah untuk menjaga nilai pokok wakaf tunai tetap utuh.

2. Di samping itu, Tabung Wakaf Indonesia dalam melakukan pelaporan dari pegelolaan wakaf tunai kepada wakif, diperbesar lagi jangkauan pelaporannya, tidank hanya kepada wakif-wakif yang memberikan aset-aset tertentu saja. Sehingga hal ini dapat menimbulkan kepercayaan kepada wakif dan berdampak pada meningkatnya jumlah wakif di Tabung Wakaf Indonesia (TWI).

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rodoni, Investasi Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.

Al Arif, M. Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah: Suatu Kajian Teoritis Praktis, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Antonio, Muhammad Syafi’I, Bank Syariah: Dari Teoritis Ke Praktik, Jakarta: Gema Insani, 2001.

Aziz, Al-Amiiru ‘Abdul, Jaami At-Tirmidzi, Riyadh: Daarussalam, 1999.

Aziz, Al-Amiiru ‘Abdul, Shahih Muslim, Riyadh: Daarussalam, 1998.

Aziz, Al-Amiiru ‘Abdul, Sunan Nasa’i, Riyadh: Daarussalam, 1999.

Bachtiar, Wardi Metodologi Penelitian Dakwah, Jakarta: Logos, 1997.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2008.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, Strategi Pengembangan Wakaf Tunai di Indonesia, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006.

Fatwa Majelis Ulama Indonesia tentang Wakaf Uang, Jakarta : 2002.

Hasan, Ali, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004.

Helmi, Karim, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002.

Heykal, Mohamad, Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah, Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoretis dan Praktis, Jakarta: Kencana, 2010.

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, Jakarta: Kencana, 2008.

K. Lubis, Suhrawardi, dkk, Wakaf dan Pemberdayaan Umat, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Page 25: 3. Nidaul Jannah - UIKA Bogor

Jannah -- KONSEP INVESTASI WAKAF TUNAI DAN APLIKASINYA DI TABUNG WAKAF INDONESIA

Al-Infaq: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. 5 No. 1, Maret 2014 pp. 27-51

Program Studi Ekonomi Syari’ah FAI-UIKA Bogor

51

M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, Depok: CIBER bekerjasama dengan PKTTI-UI, 2001.

Mahaminad, Abi ‘Abdillah, Ibnu Majah Jilid II, Riyadh: Daarul Fikri, 1998.

Maksum, Muhammad, Manajemen Investasi Wakaf Uang, Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Manan, Abdul, Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2012.

Mardalis, Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal), Jakarta: Bumi Aksara, 2004. Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011

Nasution, Mustafa Edwin dan Uswatun Hasanah (Ed), Wakaf Tunai-Inovasi Finansial Islam, Jakarta: Program Studi Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia, 2005.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2006.

Rodoni, Ahmad, dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim, 2008.

Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah 12, Bandung: PT Alma’arif, 1987.

Siregar, Sofyan, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 2011.

Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009.

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, 2008.

Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

Sulaeman, Abu Dawud, Sunan Abu Daud, Libanon:Daaru Ibnu Hajm, 1974.

Sutedi, Adrian, Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2011.

Tanjung, Hendri dan Abrista Devi, Metode Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing, 2013.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Usman, Rachmadi, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

www.bwi.or.id

www.tabungwakaf.com

http://www.antaranews.com

http://rahmatdahlan.blogspot.com

http://artikel bowo.blogspot.com

http://rozalinda.wordpress.com