(3) BAB I, II

16
BAB I PENDAHULUAN Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, na penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pela kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh pendekatan penanggulangannya harusmelibatkan berbagai sektor yang terkait. Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang masih didominasi oleh kurang energi protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (!K"), masalah kurang #itamin ! (K$!) dan masalah obesitas terutama di kota%kota besar yang perlu ditanggulangi. &isamping tersebut, diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi zink y saat ini belum terungkapkan, karena adanya keterbatasan iptek gizi. 'e ara masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada nega lainnya ('upariasa,dkk *++*). Kekurangan energiprotein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehar sehingga tidak memenuhi angka ke ukupan gizi. rang yang mengidap gejala KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya nampak kurus. amun gejala k KEP berat se ara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, adalah k-ashiorkor, dan marasmi k-ashiorkor. K-ashiorkor disebabkan karenakurang protein. Marasmus disebabkan kurang energi dan marasmi k-ashiorkor disebabkan karena kurang en protein. KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejalahepatomegali (hati membesar). anda%tanda anak yang mengalami k-ashiorkor adalah badan gemuk berisi airan, depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan ( moon fac tanda anak yang mengalami marasmus adalah badan kurus kering, rambut ront flek hitam pada kulit (!ritonang, E, *+++). Pudjiadi (/00+) juga menyatakan bah-a penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak%anak di ba-ah umur lima tahun kebanyakan di negara%negara yang sedang berkembang. 'edangkan mortalitas tinggi terdapat pada penderita KEP berat, hal tersebut dapat terjadi kare umumnya penderita KEP berat menderita pula penyakit infeksi seperti tuber paru, radang paru lain, disentri, dan sebagainya. Pada penderita 1

description

asda

Transcript of (3) BAB I, II

BAB IPENDAHULUAN

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang masih didominasi oleh masalah kurang energi protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar yang perlu ditanggulangi. Disamping masalah tersebut, diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi zink yang sampai saat ini belum terungkapkan, karena adanya keterbatasan iptek gizi. Secara umum masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN lainnya (Supariasa,dkk 2002).Kekurangan energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi. Orang yang mengidap gejala klinis KEP ringan dan sedang pada pemeriksaan hanya nampak kurus. Namun gejala klinis KEP berat secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmic kwashiorkor.Kwashiorkor disebabkan karena kurang protein. Marasmus disebabkan kurang energi dan marasmic kwashiorkor disebabkan karena kurang energi dan protein. KEP umumnya diderita oleh balita dengan gejala hepatomegali (hati membesar). Tanda-tanda anak yang mengalami kwashiorkor adalah badan gemuk berisi cairan, depigmentasi kulit, rambut jagung dan muka bulan (moon face). Tanda-tanda anak yang mengalami marasmus adalah badan kurus kering, rambut rontok dan flek hitam pada kulit (Aritonang, E, 2000). Pudjiadi (1990) juga menyatakan bahwa penyakit KEP merupakan bentuk malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak di bawah umur lima tahun dan kebanyakan di negara-negara yang sedang berkembang. Sedangkan mortalitas yang tinggi terdapat pada penderita KEP berat, hal tersebut dapat terjadi karena pada umumnya penderita KEP berat menderita pula penyakit infeksi seperti tuberkulosa paru, radang paru lain, disentri, dan sebagainya. Pada penderita KEP berat, tidak jarang pula ditemukan tanda-tanda penyakit kekurangan zat gizi lain, misalnya xeroftalmia, stomatis angularis, dan lain-lain. Anak yang mengalami gizi buruk disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut penyebab langsung yaitu tidak mendapat makanan bergizi seimbang pada usia balita dan penyakit infeksi dan penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan keluarga, pola pengasuhan anak serta pelayanan kesehatan dan lingkungan (Dinkes Propsu, 2006).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Epidemiologi Gizi BurukGizi buruk merupakan salah satu spektrum dari kelainan yang disebut malnutrisi energi protein (MEP). Gizi buruk adalah keadaan seorang anak yang sangat kurus dengan berat badan dibanding panjang badan