2tdgfxcgx

download 2tdgfxcgx

of 43

description

fdftserxcdf

Transcript of 2tdgfxcgx

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LatarBelakangSeiring dengan laju perkembangan pembangunan sarana infrastruktur yang memadai di Indonesia sehingga membuat permintaan terhadap semen juga semakin meningkat. Angin segar di dunia konstruksi ini merupakan kesempatan bagi produsen semen untuk terus berkembang sekaligus menjadi tantangan untuk terus meningkatkan produksi dengan efisien tanpa merusak lingkungan.Produktivitas dan efisiensi merupakan kata kunci dalam suatu industri untuk terus maju dan berkembang. Penggunaan energi dan sumber daya yang sesedikit mungkin tetapi menghasilkan produk keluaran yang sebesar mungkin dengan tetap menjaga kualitas menjadi suatu tantangan untuk perusahaan untuk terus melakukan inovasi dan penyempurnaan. Penggunaan sumber daya alam menjadi salah satu focus utama efisiensi mengingat dalam produksi semen hamper semua bahan bakunya bersumber dari alam. Sumber daya alam yang semakin menipis membuat efisiensi menjadi hal mutlak yang harus dilakukan.Penemuan dan pengembangan Portland Composite Cement (PCC) merupakan salah satu contohnya. Penggunaan gypsum pada semen jenis ini harus optimal untuk menghasilkan kualitas semen yang bagus. Penurunan klinker yang digunakan dan bertambahnya bahan aditif akan mempengaruhi kadar gypsum yang digunakan. Ini menjadi krusial karena kadar gipsum yang optimal dalam semen akan mempengaruhi sifat fisika utama semen seperti setting time dan kuat tekan mortar. Sifat fisika ini merupakan gambaran kualitas semen dalam aplikasinya.Gipsum dengan rumus kimia CaSO4.2H2O merupakan bahan yang harus ditambahkan yang pada proses penggilingan klinker menjadi semen. Gipsum berfungsi mengatur waktu pengikatan semen atau dikenal dengan retarder. Pada proses penggilingan klinker menjadi semen jumlah penggunaan gipsum dikontrol melalui kandungan SO3 (sulfur trioksida) pada semen, semakin tinggi kandung SO3 dalam semen makadapat memberikan indikasi bahwa penggunaan gipsum tinggi dan sebaliknya.Penambahan gipsum haruslah dalam jumlah yang tepat. Gipsum dalam jumlah besar memberikan efek negatif Karena menyebabkan terjadinya pemuaian pada semen saat digunakan selain itu akan menyebabkan pemborosan pemakaian gipsum. Sedangkan jika terlalu sedikit akan menyebabkan semen mudah pecah. Itulah sebabnya penggunaan gipsum harus dikontrol secara ketat. Selain sebagai pengatur waktu pengikatan dan penyebab pemuaian, gipsum juga dapat mempengaruhi kuat tekan baik itu nilai kuat tekan maupun perkembangan kuat tekan.1.2 Tujuan1.2.1Praktik kerja lapang bertujuan untuk menambah wawasan mengenai dunia kerja dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan dengan dunia kerjas ebenarnya. 1.2.2Sedangkan tujuan secara khusus yaitu mengetahui dan menentukan konsentrasi SO3 paling optimal pada kuat tekan semen portland komposit. Dan mencari komposisi gipsum yang tepat untuk mengurangi penggunaan bahan baku pada klinker karena bahan baku tersebut berasal dari alam.1.3 Metode

Pengujian sifat fisika dikerjakan bedasarkan metode standar yang telah ditetapkan yaitu SNI 15-2049-1994 dan ASTM 1996. Untuk kuat tekan medote yang digunakan adalah dengan alat uji tekan (Compression Strength Apparatus) sesuai ASTM C 109, Compressive Strength of Hydraulic Cement Mortars.. 1.4 Waktu dan TempatPraktik lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 3 Maret sampai dengan 28 maret 2014 di Laboratorium Research gedung Quality Assurance Research Division (QARD) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., Citeureup Bogor.

BAB IIGAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perkembangan PT.Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk.PT. Indocement Tunggal Prakarsa yang bergerak dibidang semen berawal dengan didirikannya sebuah usaha, yaitu PT. Distinct Indonesia Cement Enterprise pada tahun 1973, serta rencana pemerintah Indonesia untuk memenuhi kebutuhan semen dalam negeri yang tiap tahun terus meningkat maka produksi pertama dilakukan pada tanggal 04 Agustus 1975 dengan kapasitas 500.000 ton/tahun dengan merek Tiga Roda yang berlokasi didaerah Citeureup Bogor. Berdirinya pabrik ini dimulai dengan penelitian bukit yang berupa batu kapur, tanah liat dan pasir silika oleh ahli-ahli dari Taiwan dan dari Bandung., kemudian pabrik ini disebut Plant 1 yang merupakan cikal bakal berdirinya PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk, karena bertambahnya kebutuhan semen di Indonesia. Pabrik semen dengan merek Tiga Roda ikut meningkatkan produksinya dengan mendirikan plant-plant yang baru dalam rentang waktu tahun 1973 s/d 1985 yang dikelola dari pihak Asing dan pihak Indonesia terdiri dari 6 perusahaan. Perkembangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dapat diuraikan sebagai berikut :a. Plant 1Pabrik ini dimiliki oleh perusahaan PT. Distinct Indonesia Cement Enterprise (PT.DICE), yang merupakan peranan modal asing. Modal yang ditanam sebesar US S 35,000,000, hasil produksinya berupa semen Portland type 1 ASTM dengan kapasitas produksi 500.000 ton klinker per tahun. Pembangunan pabrik ini pada tanggal 01 Juni 1973 dan diresmikan pada tanggal 04 Agustus 1975 oleh presiden RI yaitu Soeharto. Peralatan produksinya dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries, Ltd Japan.b. Plant 2Pabrik ini dimiliki oleh PT. Distinct Indonesia Cement Enterprise (PT DICE) yang merupakan peranan modal asing. Modal yang ditanam sebesar US S 55,000,000. Hasil produksinya berupa semen Portland type 1 ASTM dengan kapasitas produksi 500.000 ton klinker per tahun. Pabrik ini mulai berproduksi tanggal 05 Agustus 1976 yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian yaitu M. Yusuf. Peralatan produksinya oleh Kawasaki Hearvy Industries Ltd Japanc. Plant 3Pabrik ini dimiliki oleh PT. Perkasa Indonesia Cement Enterpris (PT PICE), yang merupakan penanaman modal dalam negeri. Modal yang ditanam sebesar US S 125,000,000. Hasil produksinya berupa semen Portland type 1 ASTM dengan kapasitas produksi 1.000.000 ton klinker per tahun. Pembangunan plant 3 dimulai tanggal 10 Maret 1977, dan mulai produksinya pada tanggal 26 Desember 1978 yang diresmikan oleh Dirjen Industri Kimia Dasar yaitu Sujono. Peralatan produksinya dibuat oleh KHD Industriaenlegen AG (Humbolt Wedag), West Germany.d. Plant 4Pabrik ini dimiliki oleh PT. Perkasa Indocement Enterprise (PT PICE) yang merupakan penanaman modal dalam negeri. Hasil produksinya berupa semen Portland type 1 ASTM, dengan kapasitas produksi 1.000.000 ton klinker per tahun. Plant ini diresmikan pada tanggal 17 Nopember 1980 oleh Dirjen Kimia Dasar yaitu Ir Hartarto. Peralatan produksinya oleh KHD Industriaenlegen AG (Humbolt Wedag) West Germany.e. Plant 5Pabrik ini dimiliki oleh PT. Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PT. PIICPE), yang merupakan penanaman modal dalam negeri. Hasil produksinya berupa semen putih dengan kapasitas produksinya 200.000 ton klinker per tahun. Plant ini diresmikan pada tanggal 16 Maret 1981 oleh Menteri Perindustrian yaitu Ir. A.R. Soehoed. Peralatan produksinya dibuat oleh Kawasaki Industries Ltd Japan dan Nihon Cement Co. Ltd japan.

f. Plant 6Pabrik ini dimiliki oleh PT. Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PT PAUICE), yang merupakan penanaman modal dalam negeri. Hasil produksinya berupa semen Portland type 1 ASTM, dengan kapasitas produksinya 1.500.000 ton klinker per tahun. Plant ini diresmikan pada tanggal 04 September 1983. Rotary Kiln dan Main Equipment pada plant ini disuplay oleh KHD Humbolt Wedag West Germany.g. Plant 7 Pabrik ini dimiliki oleh PT. Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PT PIAICE), yang merupakan penanaman modal dalam negeri dengan kapasitas produksinya sebesar 1.500.000 ton klinker per tahun. Plant ini diresmikan pada tanggal 16 Desember 1984 oleh Komisaris Utama yaitu : Sudono Salim. Peralatan produksinya dibuat oleh Polysius Heavy Industries France.h. Plant 8Pabrik ini dimiliki oleh PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (PT PAMICE), yang merupakan penanaman modal dalam negeri dengan kapasitas produksinya 1.500.000 ton klinker per tahun. Plant ini diresmikan pada tanggal 26 Juli 1985 oleh Komisaris Utama yaitu Sudono Salim. Peralatan dibuat oleh Polysius Heavy Industries France.i. Plant 9Pabrik ini dimiliki oleh PT Tridaya Manunggal Perkasa Cement Enterprise yang merupakan penanaman modal dalam negeri, dari hasil kerjasama antara tiga perusahaan nasional. Unit ini berlokasi di Palimanan Cirebon, dengan kapasitas produksinya 1.200.000 ton klinker per tahun. Plant ini diresmikan pada tanggal 16 Desember 1984 oleh Presiden RI yaitu Suharto. Peralatan produksinya dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries, Ltd Japan.

j. Plant 10Pabrik terletak di Palimanan Cirebon sebagai perluasan Plant 9 untuk memenuhi permintaan pasar yang besar, kapasitas produksinya 1.200.000 ton klinker per tahun. Peralatan produksinya dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries, Ltd Japan.k. Plant 11Plant 11 ini terletak didaerah Citeureup Bogor, yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri yang begitu besar. Plant ini dimiliki oleh PT. Indocement Tunggal Perkasa, Tbk. Plant 11 mempunyai keistimewaan sendiri dibandingkan dengan Plant-plant lainnya. Untuk Raw Mill nya menggunakan Vertical Mill. Mesin-mesin yang dipakainya adalah modifikasi dari plant-plant yang ada. Plant ini menggunakan mesin dari Kawasaki Heavy Industries Ltd Japan dan Polysius Heavy Industries France. Kapasitas produksi plant ini sebesar 600 ton per jam atau 2.500.000 ton klinker per tahun. Semua perusahaan tersebut diatas merupakan perseroan terbatas secara sendiri-sendiri, dimana saham-sahamnya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan swasta nasional Indonesia yang lebih banyak dikenal dengan sebutan Indocement Group.l. Plant 12Pabrik ini baru bergabung pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk pada tanggal 20 Desember 2000. Lokasi pabrik ini terletak di Tarjun Kalimantan Selatan. Kapasitas produksinya 2.400.000 ton klinker per tahun.2.2. Perkembangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.Pada tanggal 01 Januari 1985 perusahaan-perusahaan yang namanya tercantum diatas, akhirnya bergabung menjadi satu perusahaan dengan nama PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Dengan badan hukum dan pengesahan dari Departemen Kehakiman dengan keputusan surat No. C2-2867.HT.01.01. Tahun 1985.

2.2.1. Penyerahan Modal Pemerintah.Melalui peraturan pemerintah No. 32 tanggal 25 Juni 1985, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk melakukan penyertaan modal pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk, sebesar 35 % atau Rp. 364,333,840,000.00 dari saham yang ditempatkan pada PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Sementara 65 % lainnya dimiliki oleh pihak swasta. Pada Tanggal 08 Juli 1985 pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Departemen Keuangan membeli sebagian saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.2.2.2. Penggabungan Usaha atau Merger.Sesuai dengan pernyataan dalam modal pemerintah, dimana ke enam perusahaan milik PT. Indocement Tunggal Prakarsa, harus bergabung (Merger) kedalam PT.ITP, yang nantinya hanya ada satu perusahaan. Pada tanggal 01 Januari 1985 maka penggabungan tersebut disetujui oleh para pemegang saham PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.2.2.3. Lokasi Pabrik.Pemilihan lokasi pabrik merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan dan kelangsungan usaha suatu pabrik. Karena itu perlu diperhatikan faktor-faktor yang akan menentukan sukses atau tidaknya suatu pabrik. Lokasi pabrik PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terletak di tiga lokasi yaitu:1. Citeureup, Bogor dengan 9 Plant2. Palimanan, Cirebon dengan 2 Plant3. Tarjun, Kalimantan selatan dengan 1 PlantFaktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi antara lain adalah:

1. Orientasi pasarLokasi pabrik jika orientasi untuk memenuhi kebutuhan daerah atau wilayah itu sendiri akan lebih menguntungkan jika pabrik didirikan sekitar daerah pemasaran. Namun bila orientasinya untuk export, lokasinya sebaiknya dekat pelabuhan.2. Sumber Bahan BakuPabrik akan sangat menguntungkan jika dekat dengan lokasi bahan baku agar biaya transportasi dapat ditekan.3. Tenaga kerja.Dengan tersedianya tenaga kerja disekitar pabrik hal akan menguntungkan, karena tanggungan perusahaan untuk transportasi dan akomodasi bagi karyawan dapat dikurangi. Keuntungan lainnya adalah dapat mengurangi penggangguran didaerah tersebut.4. Transportasi Transportasi merupakan factor yang perlu diperhatikan dalam menghemat biaya operasional pabrik. Semakin jauh jarak yang akan dihubungkan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan begitu pun sebaliknya.5. Utilitas Dalam pendirian pabrik perlu juga dipertimbangkan mengenai utilitas yang diperlukan pabrik tersebut.Hal ini mencegah biaya operasional yang besar dengan berbagai pertimbangan diatas maka PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, telah menetapkan lokasinya di Citeurup. Pertimbangan-pertimbangan tersebut sebagai berikut:1. Dekat dengan bahan baku, karena bahan baku utamanya batu kapur (Limestone) relatif dekat dengan pabrik yaitu sekitar 4,5 km.2. Ketersediaan areal untuk perluasan pabrik.3. Ketersediaan tenaga kerja yang cukup besar pada daerah tersebut.4. Dekat dengan daerah pemasaran.5. Relatif dekat dengan pelabuhan di Jakarta untuk pengiriman ekspor.2.2.4 Produk Secara fisik semen berupa bubuk halus yang berwarna hijau ke abu abuan akan tetapi semen dibagi menjadi beberapa jenis sesuai dengan kebutuhan penggunanya adapun jenis-jenis semen yang diproduksi oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa antara lain:1. Ordinary Portland Cement (OPC)Semen Portland (OPC) merupakan komoditas yang penting dan sangat menentukan standar kehidupan modern. Gedung-gedung, bendungan pembangkit tenaga listrik, jalan, jembatan, dermaga, dan lain-lain dibangun dengan semen portland. Semen portland tiga roda mengacu pada standar BS 12-1991 dan BS 12-1996, ASTM C-150-1998 dan SNI 15-2049-1994 untuk menjamin ketahanan beton.a) Semen OPC Tipe IAdalah jenis semen untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan pesyaratan khusus, misalnya untuk bangunan perumahan, jalan, jembatan, dan dapat dipakai sebagai bahan baku komponen bangunan seperti asbes, ubin, batako, eternity dll.Standard :SNI 1 0013- tahun 1981 (Indonesia) ASTM C 150-78 (Amerika) BS 12 1978 (Inggris)

Standar kemasan semen portland tiga roda tipe 1: Kantong kertas kraft dengan berat bersih 50 kg. Dalam big bag dengan berat bersih 1.0 Ton atau 1.5 Ton (khusus luar pulau jawa). Bentuk curah (bulk) dalam capsul isi 15 ton, 20 ton atau 25 ton sesuai pesanan.b) Semen OPC Tipe II (Moderate sulfat Resistance)Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang. Tipe II ini mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah dibanding semen Portland Tipe I. Pada daerahdaerah tertentu dimana suhu agak tinggi, maka untuk mengurangi penggunaan air selama pengeringan agar tidak terjadi Srinkege (penyusutan) yang besar perlu ditambahkan sifat moderat Heat of hydration. Semen Portland tipe II ini disarankan untuk dipakai pada bangunan seperti bendungan, dermaga dan landasan berat yang ditandai adanya kolom-kolom dan dimana proses hidrasi rendah juga merupakan pertimbangan utama.Standar kemasan semen portland tiga roda tipe II: Kantong kertas kraft dengan berat bersih 40 kg. Dalam big bag dengan berat bersih 1.0 Ton atau 1.5 Ton (khusus luar pulau jawa). Bentuk curah (bulk) dalam capsul isi 15 ton, 20 ton atau 25 ton sesuai pesanan.

c) Semen OPC tipe V (Sulfat Resistance Cement)Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi seperti : air laut, daerah tambang, air payau dsb.Standar kemasan semen portland tiga roda tipe V : Kantong kertas kraft dengan berat bersih 40 kg. Dalam big bag dengan berat bersih 1.0 Ton atau 1.5 Ton (khusus luar pulau jawa) Bentuk curah (bulk) dalam capsul isi 15 ton, 20 ton atau 25 ton sesuai pesananGambar 2.1 Ordinary Portland Cement2. Semen putih ( White Cement)Semen putih dibuat umtuk tujuan dekoratif, bukan untuk tujuan konstruktif berdasarkan standar dari JIS R-5210 (Jepang) atau standar ASTM C 150 1998. Pembuatan semen ini membutuhkan persyaratan bahan baku dan proses pembuatan yang khusus, seperti misalnya bahan mentahnya yaitu batu kapur dan tanah liat mengandung besi oksida dan oksida mangan yang sangat rendah (dibawah 1 %) . Bahan baku pembuatan semen ini adalah batu kapur dan tanah liat dengan kandungan besi oksida sangat rendah. Pembakaran memerlukan suhu yang sangat tinggi. Kekuatan tekanannya lebih besar dari semen Portland.

Semen ini digunakan pada pembuatan ubin teraso, patung-patung dan dekorasi lainnya serta sebagai pengisi (filter) lantai/tembok dan keramik. Produk ini merupakan satu-satunya yang di produksi di Indonesia.Gambar 2.2 Semen Putih (White Cement)3. Semen Sumur Minyak ( Oil Well Cement)

Semen sumur minyak adalah semen yang di campur dengan bahan khusus seperti asam borat, casein, lignin, gula, atau organic hidroxid acid. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengurangi kecepatan pengerasan semen, sehingga adukan dapat dipompakan ke dalam sumur minyak atau gas. Pada kedalaman 1800 meter sampai dengan 4900 meter tekanan dan suhu di dasar sumur minyak sangatlah tinggi. Karena pengentalan dan pengerasan semen itu dipercepat aleh kenaikan temperatur dan tekanan, maka semen yang mengental dan mengeras secara normal tidak dapat digunakan pada pengeboran sumur yang dalam. Untuk semen sumur minyak ini Indocement dapat memproduksi sekitar 100.000 ton per tahun yang merupakan angka rata-rata kebutuhan perusahaan pengeboran minyak setiap tahunnya. OWC Tiga Roda mengikuti spesifikasi API SPEC 10 kelas G-HSR (High Sulfate Resistance). Semen ini masih dibedakan lagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan API SPESIFICATION 10 1986, yaitu :KELAS ADigunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila sifat - sifat khusus tidak dipersyaratkan

KELAS BDigunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi membutuhkan tahan terhadap sulfat sedang

KELAS CDigunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 meter, apabila kondisi membutuhkan sifat kekuatan tekan awal yang tinggi

KELAS DDigunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 1830 sampai 3050 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang sedang.

KELAS EDigunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4270 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.

KELAS FDigunakan untuk sumur sampai dengan kedalaman 3050 sampai 4880 meter, dengan kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.

KELAS GDigunakan untuk cementing mulai surface casing sampaidengan kedalaman 2440 meter, akan tetapi dengan penambahan accelerator atau retarder. Dapat digunakan untuk semua range pemakaian, mulai dari kelas A sampai kelas E.

Tabel 2.1 Kelas pada Oil Well CementStandar kemasan OWC Tiga Roda : Kantong kertas kraft dengan berat bersih 94 lbs Kemasan pallet berisi 40 kantong 94 lbs dan di segel Dalam jungle box berisi 40 kantong 94 lbs Bentuk curah (bulk) sesuai pesanan Gambar 2.3 Oil Well Cement4. Super PCC PCC merupakan hidrolik yang terdiri dari campuran klinker (semen setengah jadi) dengan bahan-bahan Pozzolanic. ASTM C-595-98 mendefinisikan pozzolan sebagai suatu bahan dengan kandungan sillika atau alumunium dimana secara kimiawi akan bereaksi dengan kalsium hidrosikda pada suhu udara membentuk senyawa semen.Spesifikasi Super PCC Tiga Roda mengacu pada standar SNI 15-0302-94. Penggunaan lebih diarahkan untuk konstruksi yang bersifat non struktural (misalnya untuk acian atau plasteran penutup susunan dinding bata). Standar kemasan super PCC Tiga Roda adalah 40 kg. Gambar 2.4 Super PPC5. White Mortar TR30White Mortar TR30 sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan cat. Keuntungan menggunakan White Mortar TR30 adalah, permukaan acian lebih halus, mengurangi retak, dan terkelupasnya permukaan karena mempunyai sifat plastis dengan daya rekat tinggi , cepat , dan mudah dalam pengerjaan hemat karena acian lebih tipis, serta dapat digunakan pada permukaan beton dengan menambahkan lem putih.Komposisi yang terdapat dalam White Mortar TR30 antara lain mengandung semen putih Tiga Roda, kapur (Kalsium Karbonat) dan bahan aditif-aditif khusus yang diformulasikan secara akurat untuk aplikasi finishing, meningkatkan daya rekat, menghindari retak dan agar mudah dalam pengerjaannya.Bahan aditif yang terkandung di dalam mortar mempertahankan kelembapan selama pemasangan, meningkatkan fleksibilitas dan daya rekat, mengurangi penggunaan air, menghasilkan tampilan yang lebih halus dan mengurangi penyusutan. Pemakaiannya pun sangat mudah, cepat dan hasilnya bagus.Gambar 2.5 White Mortar TR-302.2.5 Struktur Organisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.Seperti halnya organisasi perusahaan-perusahaan lain, kekuasaan tertinggi di dalam organisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Sedangkan pelaksanaan kegiatan operasional perusahaan dilakukan oleh suatu dewan direksi yang terdiri dari 8 orang termasuk 1 orang direktur utama. Dewan direksi ini memiliki tugas untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang digariskan oleh RUPS. Untuk mewakili para pemegang saham dalam melakukan pengawasan disusun suatu dewan komisaris yang terdiri dari 7 orang termasuk 1 orang komisaris utama. Untuk melakukan kegiatan eksekutif sehari-hari, dewan direksi mengangkat para Plant/Division Manager, dan untuk tiga wilayah pabrik (Citeureup, Cirebon, dan Tarjun) masing-masing ditunjuk 3 orang General Manager.Susunan nama-nama Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan General Manager di dalam organisasi PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sebagai berikut :

DEWAN KOMISARIS :Komisaris Utama: DR. Albert Scheuer.Wakil Komisaris Utama: Tedy Djuhar.Wakil Komisaris Utama: I Nyoman Tjager.Komisaris Independent: Muhammad Jusuf HamkaKomisaris: DR. Lorenz Naeger.Komisaris: DR. Bend Scheifele.Komisaris: Daniel Gauthier.DEWAN DIREKSI :Direktur Utama: Daniel Eugene Antoine Lavalle.Wakil Direktur Utama: Francicus WelirangDirektur : Nelson Borch.Direktur : Kuky Permana.Direktur : Hasan Imer.Direktur : Tju Lie Sukanto.Direktur : Daniel R. Fritz.Direktur : Benny Setiawan Santoso.GENERAL MANAGER :1. Setia Wijaya (Citeureup Plantsite)2. Budiono Hendranata (Cirebon Plantsite)3. Koh Seong Joong (Tarjun Plantsite)

2.2.6 Bahan Baku Pembuatan Semen1. Bahan Baku Utamaa. Lime ComponentMerupakan bahan baku dengan kadar kapur yang tinggi berupa batuan alam ( CaCO3 )yang masuk dalam golongan mineral calcerous. Limestone adalah yang paling umum digunakan selain jenis-jenis yang lain,misalnya : chalks, marl, sheli deposite. Batu kapur denhan tingkat kemurnian tinggi terdiri dari calcite dan aragonite. Warna fisik batu kapur dipengaruhi oleh zat pengotornya. Chalks merupakan batuan sidemen yang umumnya lebih lunak daripada batu kapur. Chalks adalah sumber CaCO3 yang mempunyai persentase hingga mencapai 99 % dengan sedikit kandungan SiO2, Al2O3, dan MgCO3. Jenis bahan baku ini sering digunakan untuk proses basah.Marl adalah jenis dari limestone yang terdiri dari campuran oksida kapur, silika, alumina, dan besi. Marl sangat baik untuk bahan baku semen karena telah mengandung komponen tanah liat (clay) dan kapur, sehingga marl dapat juga dianggap sebagai bentuk transisi dari clay dan limestone, marl seringkali digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan semen.b. Clay ComponentMerupakan bahan baku pembuatan semen dengan kadar silika, alumunium, dan oksida besi yang tinggi sebagai batuan alam yang terdapat pada permukaan bumi. Jenis batuan ini adalah batuan orgillaceous, yaitu : silica stone, charts, flint, quarte yang umumnya terbentuk dari senyawa-senyawa alumina silica hidrat. Klasifikasi mineral clay adalah : Kaolin: kaolinnita, dickite, nacrite, halloysite. Montmorillonit: montmorillonite, bidelite, nontronite, Saponite Tanah liat berakali : tanah liat mika, illite.Komposisi tanah liat bervariasi tergantung pada penambangannya. Senyawa organik dan besi memberikan warna kuning hingga abu-abu kehitaman, sedangkan tanah liat murni memiliki warna putih.2. Bahan Pendukunga. Bahan KorektifBahan korektif ditambahkan apabila pada pencampuran komponen utama, komposisi oksida-oksida utamanya belum memenuhi persyaratan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Misalnya untuk penggunaan : Untuk silika: Pasir silika, diatomite, tanah liat. Untuk besi: Pyrite, cinders, iron sand, iron ore.Komposisi penambahan tergantung kekurangan sesuai dengan raw mix design yang diinginkan.b. Bahan Tambahan (additive)Bahan tambahan ditambahkan untuk tujuan tertentu terutama memperbaiki sifat-sifat semen atau pembuatan semen dengan tipe tertentu, contohnya gipsum untuk mengatur waktu pengikatan semen. Jika mengalami pemanasan gipsum atau kalsium sulfat hidrat (CaSO4.2H2O) dan kemudian pada pemanasan lebih lanjut yaitu kisaran 190 250C menjadibentuk (CaSO4). Gipsum merupakan unsur pengikat yang berfungsi sebagai pengatur dari proses pengerasan semen pada saat berlangsungnya reaksi hidrasi semen. Gipsum dapat diperoleh dari alam atau secara buatan sebagai produk samping pembuatan garam dan pembuatan pupuk. Contoh lain bahan tambahan adalah abu terbang (fly ash) dan blast furnance slag untuk membuat semen campur.

c. Bahan pengotor dan merugikan (Deleterious material)Merupakan komponen komponen yang ikut dalam bahan baku yang merugikan kualitas semen atau mengganggu jalanya operasi, sehingga jumlahnya harus dibatasi .Contoh bahan pengotor antara lain: MgO, TiO2, Mn2O3, alkali, sulfur (SO3), SiO2.2.2.7 Proses Pembuatan SemenTahapan pembuatan semen dapat dibagi menjadi 5 tahap, yaitu : penambangan, penghalusan, pengeringan, pembakaran, penggilingan akhir dan pengepakan.1. PenambanganBahan baku utama seperti batu kapur, tanah liat, pasir besi dan pasir silika diperoleh dari penambangan yang dilakukan divisi penambangan. Batu kapur diperoleh dari lokasi Quari D dan tanah liat serta pasir silika diperoleh dari daerah Hambalang. Pasir besi berasal dari PT Aneka Tambang, Cilacap. 2. Penghalusan dan PenggilinganBahan baku yang digunakan mengandung oksida mayor seperti oksida kapur (CaO), oksida silica (SiO2), oksida alumina (Al2O3), dan oksida besi (Fe2O3). Bahan baku dengan komposisi tertentu dimasukan kedalam penggilingan bahan baku (raw mill) yang terdiri atas satu ruang. Ruang tersebuat terbagi atas ruang pengering yang memperoleh kalor dari hasil pendinginan klinker, dan ruang penggilingan yang berfungsi untuk memperhalus bahan baku. Proses ini menghasilkan tepung baku yang mempunyai kadar air kurang dari satu persen. Tepung baku tersebut lalu dimasukan ke dalam tempat penyimpanan (Storage silo). Di dalam tempat penyimpanan mempunyai sistem pencampur dengan fungsi untuk menghomogenkan tepung baku.

3. PembakaranProses pembakaran semen menggunakan proses kering, yaitu kadar air dalam tepung baku 40277647.4

31 - 40177130.6

26 - 3072412.5

21 - 255178.9

Tabel 2.3 Jumlah SDM di PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk bedasarkan usia.

JENJANG PENDIDIKANJUMLAH TENAGA KERJA%

PERGURUAN TINGGI4297

DIPLOMA1533

SLTA368864

SLTP5269

SD99317

Tabel 2.4 Jumlah SDM di PT.Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk bedasarkan pendidikan.2. Waktu KerjaWaktu kerja di PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dibagi menjadi dua yaitu waktu kerja normal dan waktu kerja shift.Adapun perincian waktu kerja sebagai berikut :1) Waktu Kerja NormalSenin s/d Kamis: Pukul 08.00 pukul 17.00 ( istirahat pukul 12.15 Pukul 13.00 )Jumat: Pukul 08.00 pukul 17.00 ( istirahat pukul 11.00 pukul 13.00 ).2) Waktu Kerja ShiftShift A: Pukul 07.00 pukul 15.00Shift B: Pukul 15.00 pukul 23.00Shift C: Pukul 23.00 pukul 07.00Waktu kerja shift dilakukan secara bergantian masing masing 2 hari pada setiap shift dan 2 hari libur. Untuk bagian Delivery dan Packing, waktuk dibagi 2 shift yaitu :

Shift ASenin s/d Kamis : Pukul 07.00 pukul 14.00.Jumat: Pukul 07.00 pukul 15.00 ( istirahat pukul 11.30 pukul 13.00 ).Sabtu: Pukul 07.00 pukul 12.30.

Shift BSenin s/d Kamis: Pukul 13.30 pukul 21.30.Jumat: Pukul 14.30 pukul 22.00Sabtu: Pukul 12.00 pukul 17.00.3. Fasilitas Karyawan1) Fasilitas Keselamatan KerjaDilokasi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk telah dipasang rambu rambu peringatan pada tempat tempat yang dianggap rawan dan pada tahun 1984 telah berdiri Departement baru yaitu Safety Dept dan Health Dept dibawah GAD. Adapun fasilitas yang disediakan seperti : Helm, Masker, Pelindung telinga, Kaca mata las dan lain sebagainya.2) Fasilitas KesehatanDibidang kesehatan ditangani oleh poliklinik yang berada dilingkungan pabrik. Pagi hari diberikan kesempatan bagi karyawan yang berobat, sedangkan pada sore hari diperuntukan bagi keluarga karyawan.

3) Fasilitas Kesejahteraana. PerumahanPT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memberikan tunjangan perumahan kepada para karyawan sesuai dengan tingkatan (Eselon).b. TransportasiUntuk lingkungan pabrik disediakan bus karyawan yang melayani karyawan dari pintu utama (Pos 1) menuju tempat tempat dilingkungan pabrik (Tempat Kerja).c. Olah ragaSarana olah raga yang disediakan oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berupa lapangan sepak bola ,lapangan volley , basket , tennis , bulutangkis serta tennis meja yang berada di Sport Hall.

BAB IIITINJUAN PUSTAKA

3.1 Definisi SemenSemen berasal dari bangsa latin caementum yang berarti bahan perekat. Dalam pengertian umum, semen diartikan sebagai bahan perekat yang mampu mengikat atau merekatkan bagian benda-benda padat menjadi suatu bentuk yang kuat, bersatu, kompak, kokoh dan keras (Kirk dan Othmer, 1949).Dalam arti khusus, semen merupakan bahan yang digunakan untuk merekatkan batu-batuan, bata merah dan pasir dalam mendirikan suatu bangunan. Senyawa-senyawa potensial semen dapat mengeras di udara atau bersenyawa dengan air yang setelah mengalami proses pengerasan akan stabil. Pada dasarnya semen tersusun dari senyawa kimia utama, yaitu CaO, SiO2, Al2O3 dan Fe2O3. Bahan-bahan yang mengandung senyawa tersebut dicampur, digiling lalu dibakar sehingga menjadi terak (klinker) semen, kemudian didinginkan dan selanjutnya ditambahkan gipsum dan digiling sehingga terbentuk semen Portland (ASTM, 1990).Menurut Standar Industri Indonesia (SII, 1981) semen Portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker semen, yang utama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang mudah terhidrolisis bila dicampur dengan bahan gipsum menghasilkan etteingite, sebagai berikut :C3A + 3 CaSO4.2H2O + 26 H2O6 CaO.Al2O3 . 3SO3. 32H2O Gipsum Air Ettringite

3.2 Semen Portland Komposit (Portland Composite Cement)Menurut SNI 17064-2004, Semen Portland Campur (Portland Composite Cement) adalah bahan pengikat hidrolisis hasil penggilingan bersama sama terak (clinker) semen portland dan gipsum dengan satu atau lebih bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland dengan bubuk bahan bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara lain terak tanur tinggi(blast furnace slag), pozzolan, senyawa silika, batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik6 35%dari massa semen portland campur.Jadi semen PCC mengandung 3 unsur utama :1) Semen portland (OPC)2) Gips3) Bahan anorganik (bisa lebih dari 1 macam bahan anorganik : terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat, batu kapur)Gambar 3.1 Semen Portland Komposit (PCC) Tiga RodaMenurut Standard Eropa EN 197-1 Portland Composite Cement atau Semen Portland Campur dibagi menjadi 2 tipe berdasarkan jumlah aditif material aktif.1. Type II/A-M mengandung 6 20 % aditif2. Type II/B-M mengandung 21 35 % aditifPCC (Portland Composite Cement) digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, sama dengan penggunaan Semen Portland Tipe I. PCC mempunyai panas hidrasi yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland Tipe I, sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus.Semen Portland Komposit dapat dikatakan sebagai produk turunan dari semen Tipe I. Ide dari penemuan semen jenis ini adalah untuk menghasilkan suatu produk semen yang lebih ramah lingkungan. Pengurangan penggunaan klinker pada semen jenis ini tentunya akan mengurangi penggunaan energi untuk proses pembentukan klinker dan mengurangi emisi yang dikeluarkan akibat pembentukan klinker tersebut. 3.3 Gipsum sebagai sumber utama SO3Gipsum dengan rumus kimia CaSO42H2O merupakan bahan yang harus ditambahkan yang pada proses penggilingan klinker menjadi semen. Gipsum berfungsi mengatur waktu pengikatan semen atau dikenal dengan retarder. Pada proses penggilingan klinker menjadi semen jumlah penggunaan gipsum dikontrol melalui kandungan SO3 (sulfur trioksida) pada semen, semakin tinggi kandung SO3 dalam semen makadapat memberikan indikasi bahwa penggunaan gipsum tinggi dan sebaliknya.Penambahan gipsum haruslah dalam jumlah yang tepat. Gipsum dalam jumlah besar memberikan efek negatif karena menyebabkan terjadinya pemuaian pada semen saat digunakan selain itu akan menyebabkan pemborosan pemakaian gipsum. Sedangkan jika terlalu sedikit akan menyebabkan semen mudah pecah. Itulah sebabnya penggunaan gipsum harus dikontrol secara ketat. Selain sebagai pengatur waktu pengikatan dan penyebab pemuaian, gipsum juga dapat mempengaruhi kuat tekan baik itu nilai kuat tekan maupun perkembangan kuat tekan.Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur/memperbaiki sifat setting time (pengikatan) dari mortar sebagai (retarder) dan juga untuk kuat tekan. Karena kalau pemberian retarder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian pada sifat expansif dan dapat menurunkan kekuatan tekan. Sebagai sumber utama SO3 yang sering banyak digunakan adalah gipsum.3.4 Senyawa Pembentuk SemenSemen merupakan gabungan dari beberapa senyawa, yaitu CaO dengan SiO2, Al2O3, dan Fe2O3. Bahan ini dapat mengeras di udara bebas dan di dalam air, apabila sudah terjadi proses pengerasan akan stabil di dalam air.Kristal mineral utama dalam semen adalah trikalsum silikat (3CaO.SiO2 atau C3S), dikalsium silikat (2CaO.SiO2 atau C2S), trikalsium aluminat (3CaO.Al2O3 atau C3A), tetrakalsium aluminat ferit (4CaO. Al2O3. Fe2O3 atau C4AF) dan gipsum (CaSO4.2H2O). Untuk lebih jelasnya senyawa-senyawa tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Trikalsium Silikat (C3S)Senyawa ini terbentuk pada saat pembakaran klinker yang merupakan hasil antara C2S dengan CaO pada saat 1250-1500 0C.C3S terurai cepat pada suhu dibawah 1000 0C. Tetapi bila pendinginan dilakukan secara normal pada saat mencapai suhu biasa,strukturnya tidak berubah dan relative stabil oleh proses pembentukan padatan.Semen yang banyak mengandung C3S akan bersifat mempunyai panas hidrasi yang tinggi, panas hidrasi yang tinggi dapat menyebabkan retak-retak pada beton. Kuat tekan selain dipengaruhi oleh komposisi mineral utama juga dipengaruhi oleh kehalusan semen. Tingkat kehalusan yang tinggi akan menghasilkan kuat tekan yang tinggi pula. C3S bereaksi dengan air membentuk senyawa kalsium silika hidrat dan kalsium hidroksida. Pada reaksi C3S dengan air, panas yang timbul jumlahnya sedang sekitar 500 J/gram dalam semen, panas yang ditimbulkan C3S sekitar 580 J/gram. Hasil reaksi ini merupakan komponen penentu utama kekuatan awal semen. Hasil reaksi hidrasinya yang cepat menghasilkan tobermorite gel, sebagai berikut : (Setiawan dan Rosyanto 1997).2(3 CaO.SiO2) +6 H2O3 CaO.SiO2.3H2O +3Ca(OH)2Tobermorite gel 2 C3S + 6H C3S.2H3 + 3 CH

2. Dikalsium Silikat (C2S)

Senyawa dikalsium silikat (2CaO.SiO2) terbentuk pada suhu 1100-1370 0C dalam proses pembakaran dalam tanur. Panas hidrasinya rendah sehingga memberikan pengikatan semen secara perlahan-lahan setelah beberapa hari. C2S berfungsi memberikan kekuatan penyokong nuntuk waktu yang lebih lama dari C3S, selain itu juga berfungsi sebagai pemberi kekuatan akhir. C2S bereaksi dengan air membentuk senyawa kalsium silika hidrat dan kalsium hidroksida. Dari reaksi tersebut panas yang timbul sedikit, yaitu sekitar 250 J/gram. Reaksi hidrasi C2S juga menghasilkan Tobermorite gel (Setiawan dan Rosyanto, 1997).

2(2CaO.SiO2) + 4H2O3CaO. 2SiO2. 3H2O + Ca(OH)2 Tobermorite gel

2C2S + 4HC2S 2H3 + CH

3. Trikalsium Aluminat (3CaO. Al2O3)

Biasanya ditulis C3A dalam semen yang tidak mengandung gipsum, C3A akan bereaksi sangat cepat dengan air.3CaO. Al2O3 + 6H2O3CaO. Al2O3. 6H2OPada saat C3A bereaksi dengan air, panas yang timbul besar sekali. Dari C3A murni misalnya, akan dihasilkan panas sebesar 1350 J/gram pada saat bereaksi dengan air. C3A bereaksi pula dengan Ca(OH)2 yang dihasilkan dari reaksi hidrasi C3A dan C2S adalah : 3CaO.Al2O3 + Ca(OH)2 + 12H2O4CaO. Al2O3. 13H2O 3C3A + 6H 3C3AH6Kedua reaksi di atas menyebabkan waktu pengikatan pasta akan singkat sekali. Pasta sulit atau malah tidak bias dikerjakan lebih lanjut sebab sifat plastiknya hampir tidak ada. Keadaan dimana terjadi pengikatan seketika disebut Flash-set (Setiawan dan Rosyanto, 1997).Jika dalam semen terdapat gipsum (CaSO4.H2O), maka reaksi hidrasi C3A terhambat. Penghambatan ini terjadi karena terbentuknya senyawa etteringite menurut reaksi berikut ini :

3CaO.Al2O3+3(CaSO4+2H2O)+26H2O3CaO.Al2O3.3CaSO4.32H2OEtteringite

4. Tetrakalsium Aluminat Ferit (4CaO.Al2O3.Fe2O3)Biasanya ditulis C4AF, senyawa ini merupakan gabungan antara C3A dengan oksida besi. Bertindak sebagai pelebur untuk membentuk klinker pada temperatur rendah. Mempunyai panas hidrasi yang paling rendah. Senyawa besi pada C4AF memberikan pengaruh pada warna semen dan tanpa adanya besi temperatur klinker dapat mencapai 1900C (Lea dan Desch, 1976).Reaksi hidrasi C4AF murni berlangsung dengan cepat dalam beberapa menit selesai. Panas yang ditimbulkan pada reaksi ini sebesar 420 J/gram. Dalam pemakaian semen, C4AF tidak langsung bereaksi dengan air tetapi bereaksi dengan gipsum (CaSO4.2H2O) dan (Ca(OH)2) membentuk kristal-kristal yang terdiri atas senyawa sulfoalminat dan sulfoferit.4CaO.Al2O3.Fe2O3+CaSO4.2H2O+Ca(OH)23CaO(Al2O3.Fe2O3).3CaSO4.2H2O Senyawa-senyawa hasil reaksi C4AF hampir tidak berpengaruh pada kekuatan pasta semen. Sisa-sisa C4AF yang tidak bereaksi dan oksida-oksida besi yang terdapat bersama C4AF baik yang terhidrasi maupun tidak secara keseluruhan akan menyebabkan timbulnya warna gelap.3.5 Sifat Fisika dan Kimia Semen2.5.1 Sifat Fisika Semen1. FinenessKehalusan dapat mewakili sifat-sifat fisika lainnya terutama terhadap kekuatan yaitu dengan bertambahnya kehalusan pada umumnya akan bertambah pula kekuatan, mempercepat reaksi hidrasi sehingga waktu pengikatannya semakin singkat. Ada dua jenis pengujian kehalusan yang sering dilakukan yaitua. Luas Permukaan (Blaine)Pengujian dengan alat blaine bertujuan menentukan kehalusan yang dinyatakan dalam luas permukaan spesifik semen, dihitung sebagai jumlah luas permukaan total cm2/g, atau m2/kg semen.b. Residu 45 mPengujian ini untuk menentukan residu semen yang tertahan pada ayakan 45 m. Karakteristik semen ini bisa menjadi indikator dalam penentuan kualitas semen.2. Pengikatan dan Pengerasan( Setting Time dan Hardening ).Mekanisme terjadinya setting dan hardening yaitu ketika terjadi pencampuran dengan air, maka air dengan C3A membentuk 3CaOAl2O33H2O yang bersifat kaku dan berbentuk gel. Maka untuk mengatur pengikatan perlu ditambahkan gipsum dan bereaksi dengan 3CaOAl2O33H2O, membentuk lapisan etteringete yang akan membungkus permukaan senyawa tersebut. Namun karena ada peristiwa osmosis lapisan etteringete akan pecah dan reaksi hidrasi C3A akan terjadi lagi, namun akan segera terbentuk lapisan etteringete kembali yang akan membungkus 3CaOAl2O33H2O kembali sampai gipsum habis. Proses ini akhirnya menghasilkan perpanjangan setting time. Peristiwa diatas mengakibatkan reaksi hidrasi tertahan. Periode ini disebut Dormant Periode yang terjadi selama 1-2 jam dan selama itu pasta masih dalam keadaan plastis dan mudah dibentuk. Periode ini berakhir dengan pecahnya coating dan reaksi hidrasi terjadi kembali dan initial set mulai terjadi.Selama periode ini beberapa jam, reaksi dari 3CaOSiO2 terjadi dan menghasilkan CSH (3CaOSiO2) yang akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik kontak yang menghasilkan kekakuan. Pada tahap berikutnya terjadi pengikatan konsentrasi CSH yang akan menghalangi mobilitas partikel partikel semen yang akhirnya pasta menjadi kaku dan final setting tercapai, lalu proses pengerasan mulai terjadi.3. Ketahanan Terhadap Sulfat dan asamBeton atau mortar dari semen portland dapat mengalami kerusakan oleh pengaruh asam dari sekitarnya, yang umumnya serangan asam tersebut yaitu dengan merubah kontruksi-kontruksi yang tidak larut dalam air. Misalnya, HCl merubah C4AF menjadi FeCl2.Berbagai macam sulfat umumnya dapat menyerang beton ataupun mortar. Sulfat bereaksi dengan Ca(OH)2 dan kalsium aluminat hidrat, dan reaksi yang terjadi dapat menghasilkan pengembangan volume sehingga akan terjadi keretakan pada beton.Reaksi yang terjadi :2(CaOSiO2) + 6 H2O 3CaO2SiO23 H2O + Ca(OH)22(CaOSiO2) + 4 H2O 3CaO2SiO23 H2O + Ca(OH)2Ca(OH) 2 + MgSO4 + 2 H2O CaSO42H2O + Mg(OH)23CaOAl2 O36H2 O + 3(Ca SO42H2O) + 2H2O 3CaOAl2O33CaSO42H2O4. Panas HidrasiPanas hidrasi yaitu panas yang dihasilkan selama semen mengalami reaksi hidrasi. Reaksi tersebut dapat dikemukakan secara sederhana, sebagai berikut :2(CaOSiO2) + 4H2O 3CaO2SiO23H2O + Ca(OH)22(3CaOSiO2) + 6H2O 3CaO2SiO23H2O + 3Ca(OH)2(Tobermorite)3CaOAl2 O3 + 6H2O 3CaO.Al2O3 6H2O(Kalsium Aluminat Hidrat)3CaOAl2 O3 + 6H2O + 3CaSO42H2O 3CaOAl2 O33CaSO432H2O ( Trikalsium Sulfoaluminat)

4CaOAl2O3Fe2O3 + XH2O 3CaOAl2O36H2O + 3CaOFe2O36H2O(Kalsium Aluminoferrite Hidrat)Untuk semen yang lebih banyak mengandung C3S dan C3A akan bersifatmempunyai panas hidrasi yang lebih tinggi.5. Konsistensi Normal (Normal Consistency)Sifat ini digunakan untuk menentukan jumlah air yang dibutuhkan pada penyiapan pasta semen hidrolis untuk pengujian.6. Kuat Tekan ( Compressive Strength)Kuat tekan merupakan sifat yang paling penting bagi mortar ataupun beton. Kuat tekan dimaksud sebagai kemampuan suatu material untuk menahan suatu beban tekan. Kuat tekan dipengaruhi oleh komposisi mineral utama. C3S memberikan kontribusi yang besar pada perkembangan kuat tekan awal, sedangkan C2S memberikan kekuatan semen pada umur yang lebih lama.C3A mempengaruhi kuat tekan sampai pada umur 28 hari dan selanjutnya pada umur berikutnya pengaruh ini semakin kecil.2.5.2 Sifat Kimia Semen

1. Magnesium oksida (MgO)Pada umumnya semua standard semen membatasi kandungan MgO dalam semen Portland, karena MgO akan menimbulkan magnesia expansion pada semen setelah jangka waktu lebih daripada setahun, berdasarkan persamaan reaksi sbb :MgO + H2O Mg(OH)2Reaksi tersebut diakibatkan karena MgO bereaksi dengan H2O menjadi magnesium hidroksida yang mempunyai volume yang lebih besar. Oksida ini mungkin semula terbawa dalam bahan mentah. Dalam tungku pembakaran, oksida ini tetap bebas, dan tetap menjadi MgO. Jika kadar MgO di atas 5% maka semen dapat mengembang setelah beberapa hari akibat perubahan MgO menjadi Mg(OH)2 yang membesar volumenya.Kadar SO3 dalam semen portland dibatasi menurut jenis semennya, dan tergantung kepada kandungan C3A dakam semen itu. Dengan pembatasan SO3 ini sebenarnya untuk menjaga keamanan semen terhadap reaksi yang merugikan antara gipsum dan C3A, sebab hasil reaksinya akan membuat semen juga tidak kekal sebab volume reaksi antara C3A dengan gipsum, lebih besar dari sebelum terjadinya reaksi2. Hilang Pijar (Loss On Ignition)Pada klinker biasanya hilang pijar berasal dari air dalam udara yang terserap ke dalam pori-pori klinker dalam masa penyimpanan. Sedangkan setelah menjadi semen, hilang pijar selain dari klinker juga berasal dari aditif material yang ditambahkan misalnya air hidrat dalam gipsum, CO2 yang berasal dari limestone aditif dan moisture content dari material-material pozolan lainnya.

3. SO3Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur atau memperbaiki sifat setting time (pengikatan) dari mortar sebagai (retarder) dan juga untuk kuat tekan. Karena kalau pemberian retarder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian pada sifat expansive dan dapat menurunkan kekuatan tekan. 4. Residu tak larutBagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah dicampurnya semen dengan bahan-bahan alami lain.5. Free limeDemikian pula bila partikel CaO bebas ini berada dalam semen. Begitu semen terkena air, yang akan bereaksi dahulu adalah CaO membentuk Ca(OH)2. Tetapi bila ada semen yang diberi air langsung mengeluarkan panas kemungkinan semen itu banyak mengandung CaO bebas.6. Alkali (Na2O dan K2O)Kandungan alkali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton maupun pada mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silikat reaktif terhadap alkali. Apabila agregatnya tidak mengandung silikat yang reaktif terhadap alkali, maka kandungan alkali dalam semen tidak menimbulkan kerugian apapun. Oleh karena itu tidak semua standard mensyaratkannya.

7. Mineral Compound (C3S, C2S, C3A , C4AF)Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya mineral compound tersebut, karena pengukurannya membutuhkan peralatan yang mahal. Tetapi ada standard yang mensyaratkan mineral compound ini untuk jenis-jenis semen tertentu. misalnya ASTM untuk standard semen tipe IV dan tipe V.

BAB IVBAHAN DAN METODE

4.1 BahanBahan yang digunakan ialah semen PCC 3A, gipsum, air destilasi, pasir silika standar ASTM.4.2 AlatAlat yang digunakan ialah neraca analitik ketelitian 0,01 gram, gelas ukur 500 ml, cetakan benda uji, mesin pengaduk, pengaduk, mangkuk aduk, penumbuk, stop watch, pisau aduk, kuas 2 inch, mesin kuat tekan, alat homogenisasi, Lemari yang berisi air kapur jenuh suhu 23 1,7 C.4.3 MetodePengujian sifat fisika dikerjakan bedasarkan metode standar yang telah ditetapkan yaitu SNI 15-2049-1994 dan ASTM 1996. Untuk kuat tekan medote yang digunakan adalah dengan alat uji tekan (Compression Strength Apparatus) sesuai ASTM C 109, Compressive Strength of Hydraulic Cement Mortars.Kuat tekan merupakan sifat fisika yang paling penting bagi mortar atau pun beton di dalam penggunaan semen. Kuat tekan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan suatu beban tekan. Kekuatan semen disebabkan karena adanya gaya kohesi partikel-partikel semen dan gaya adhesi terhadap pasir yang dicampur sebagai adukan. Tahapan pengujian kuat tekan dengan metode ASTM C 109 meliputi : Proporsi contoh, menyiapkan cetakan benda uji, pembuatan mortar, mencetak mortar, menentukan kuat tekan.Perhitungan kuat tekan mortar diperoleh berdasarkan rumus :f'c =

fc = Kuat tekan mortar, dalam MPaP = Beban maksimum total, dalam NA = Luas dari permukaan yang dibebani, dalam mm24.4 ProsedurKerja 4.4.1 Proporsi Contoh1. Siapkan bahan yang akan digunakan yaitu semen PCC 3A dan gipsum. 2. Kemudian timbang masing-masing dengan menggunakan neraca analitik. Campuran semen PCC 3A dengan gipsum sebanyak 3kg dengan perbandingan penambahan gipsum : 11g ; 22g ; 32g ; 43g ; 53g ; 64g. 3. Setelah pencampuran selesai homogenkan manual selama 10 menit menggunakan tangan. Kemudian masukan kedalam mesin homogenisasi selama 15 menit hingga semen dan gipsum tercampur rata.4.4.2 Menyiapkan cetakan benda uji1. Bersihkan cetakan dari sisa-sisa mortar yang menempel dengan menggunakan kain dan olesi cetakan dengan minyak atau gemuk.2. Tempelkan cetakan dengan pasangannya dan klem sampai rapat. 3. Tempelkan cetakan yang telah berpasangan pada dasar plat dan klem sampai rapat, jangan sampai ada kebocoran.4.4.3 Pembuatan Mortar1) Siapkan campuran mortar semen : pasir : air = 1 :2,75 : 0,485 untuk tujuh sample yang ada. Timbang 740 gram semen, 2035 gram pasir silika standar dan 358,9 ml air. 2) Pasang pengaduk dan mangkuk aduk yang kering pada alat pengaduk dengan posisi mengaduk. 3) Masukkan 358,9 ml air dan 740 gram semen kedalam mangkuk aduk, jalankan mesin pengaduk pada kecepatan rendah 63 5 rpm dan aduk selama 30 detik. 4) Tambahkan semua pasir pelan-pelan dalam selang waktu 30 detik , lanjutkan sampai 30 detik dengan mengganti kecepatan menjadi 130 5 rpm. 5) Hentikan mesin pengaduk dan diamkan mortar selama 90 detik. Selama 15 detik pertama, bersihkan mortar yang menempel pada dinding mangkuk. 6) Lanjutkan pengadukan akhir selama 60 detik pada kecepatan sedang dengan putaran 130 5 rpm.

4.4.4 Mencetak Benda Uji1) Cetak benda uji dengan waktu tidak lebih dari 2 menit dan 30 detik setelah selesai mengaduk. 2) Tempatkan lapisan mortar setebal 25mm/ setengah kubus. Tumbuk mortar dalam masing-masing ruang kubus sebanyak 32 tumbukan. Isi kubus dengan sisa mortar dan tumbuk seperti lapisan pertama. Buat puncak kubus lebih tinggi dari puncak cetakan. 3) Ratakan mortar diatas cetakan dengan menggunakan pisau aduk. Kemudian masukkan kedalam lemari dan dibiarkan selama 24 jam.

4.4.5 Menentukan Kuat Tekan1) Keluarkan benda uji dari lemari, dan masukkan kedalam bak yang berisi air kapur jenuh ( untuk pengujian 3 hari, 7 hari dan 28 hari ). 2) Seka setiap benda uji sampai kondisi kering permukaan dan hilangkan butiran pasir yang lepas. 3) Berikan beban pada permukaan uji yang pada pencetakannya kontak dengan permukaan yang rata dari cetakan. 4) Tempatkan benda uji tepat dibawah titik pusat dari landasan blok atas. Tekan sedemikian rupa sehingga beban maksimum akan tercapai, tidak kurang dari 20 detik, dan tidak lebih dari 80 detik sejak penekanan dimulai.

BAB VHASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Penyajian Percobaan untuk menentukan optimasi SO3 diawali dengan membuat rancangan proporsi semen terlebih dahulu. Semen yang akan dianalisa menggunakan semen dari Plant 3, dan natural gipsum. Pembuatan semen dilakukan dengan membuat semen PCC 3A sebanyak 3 Kg dan gipsum dengan batas target SO3 2,85%.Existing Sample SO3 PCC Target, %Mixed Sample, %PCC Mixed Sample, gr

SO3PCCGypsumPCC GypsumTotal

PCCPCCGypsum

3A-11.9544.131.9510003,00003,000

1.95

3A-21.9544.132.199.640.362,989113,000

2.1

3A-31.9544.132.2599.280.722,978223,000

2.25

3A-41.9544.132.498.931.072,968323,000

2.4

3A-51.9544.132.5598.581.422,957433,000

2.55

3A-61.9544.132.798.221.782,947533,000

2.7

3A-71.9544.132.8597.862.142,936643,000

2.85

Tabel 5.1 Design Semen PCC 3AKadar SO3 pada gipsum dari table diatas adalah 44,13% sedangkan kadar SO3 pada semen PCC adalah 1,95%. Kadar SO3 pada gipsum lebih besar dari semen PCC hal ini dikarenakan gipsum adalah sumber utama dari SO3 dan semakin tinggi kadar gipsum maka semakin tinggi pula kadar SO3 dan sebaliknya. Oleh karena itu untuk mencari proporsi yang tepat semen PCC ditambahkan gipsum dengan variasi yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk mencari dimanakah titik optimum SO3 pada saat pengujian kuat tekan.

Kadar SO3 sering dugunakan sebagai indikasi penggunaan gipsum dalam produksi semen, maka dari itu penggunaan gipsum harus di batasi. Penambahan gipsum haruslah dalam jumlah yang tepat, jika penggunaan terlalu banyak akan menyebabkan terjadinya pemuaian pada semen saat digunakan sebaliknya jika penambahan terlalu sedikit akan menyebabkan semen mudah pecah. Gipsum juga dapat mempengaruhi kuat tekan baik itu nilai kuat tekan maupun perkembangan kuat tekan. Menurut SNI batasan standar SO3 yaitu 4,0 (SNI 15-7064-2004). Dilihat dari kandungan oksida pada variasi semen yang dibuat tidak ada semen yang keluar dari standar (out of spec) SNI untuk semen PCC.5.2 Analisa terhadap Kuat Tekan SemenPengaruh semakin besarnya CaO dalam semen aka meningkatkan nilai CaO bebas (fCaO) dan menurunkan nilai fase mineral, sehingga kuat tekan semen akan turun (Hassan,1990). Kandungan CaO bebas yang terlalu tinggi akan mempengaruhi sifat fisik semen, CaO bila terhidrasi dengan air akan membentuk Ca(OH)2 dengan volume lebih dari dua kali volume semen dan akan menghasilkan panas hidrasi yang cukup tinggi dan pada penerimaan kalor lebih lanjut akan menyebabkan keretakan pada mortar. Senyawa C3S merupakan komponen penentu utama kekuatan awal semen. Hal ini disebabkan selain jumlahnya besar, reaksi hidrasinya juga berlangsung cepat sehingga kuat tekan awal tinggi. SampleBlaine# 325N.C Setting TimeCompressive Strength

Vicat

ISFS1 day3 days7 days

m2/kg%%menitmenitkg/cm2kg/cm2kg/cm2

3A 142019.324.838421396192249

3A 241218.624.8983227106200255

3A 341219.624.837522799198257

3A 441420.024.937023091188240

3A 541618.024.767519696192254

3A 641719.424.817618894190241

3A 741518.424.878021490189239

Tabel 5.2 Analisa Fisika SemenKuat tekan adalah kemampuan menahan suatu beban tekan, kuat tekan merupakan sifat penting dalam menentukan kualitas suatu semen. Umumnya kuat tekan dinyatakan pada saat umur 1, 3, 7 dan 28 hari. Kuat tekan biasanya dilalukan pada mortar dan beton, pada percobaan kali ini dilakukan analisa kuat tekan mortar.Gambar 5.1 Kurva Kuat Tekan Mortar 1, 3 dan 7 hariPada percobaan kali ini menentukan kuat tekan hannya pada umur 1, 3, dan 7 hari saja. Kuat tekan mksimum yang diperoleh adalah pada penambahan gypsum 2,04% untuk umur 1 hari, penambahan gypsum 2,04% pada umur 3 hari, dan penambahan gypsum 2,23% untuk umur 7 hari.Pada kuat tekan semen, maka dapat dilihat titik optimum dari masing-masing penambahan gypsum yang berbeda. Pada umur 1 dan 3 hari di dapat titik optimum pada penambahan gypsum yang sama 2,04%. Kuat tekan untuk umur 1 hari diperoleh titik optimum sebesar 106 Kg/cm2 dan untuk umur 3 hari diperoleh titik optimum kuat tekan sebesar 200 Kg/cm2. Sedangkan pada umur 7 hari diperoleh kuat tekan dengan penambahan gypsum yang berbeda dari umur 1 dan 3 hari sebesar 2,23%, titik optimumnya di peroleh sebesar 257 Kg/cm2.Kuat tekan semen pada mortar dapat dijelaskan hubungannya dengan C3S (Trikalsium Silikat), C2S (Dikalsium Silikat), C3A (Trikalsium Aluminat) dan C4AF (Tetra kalsium Aluminat Ferrit). Makin rendah fCaO serta semakin tinggi nilai C3S maka kuat tekan semen akan semakin tinggi tanpa memperhatikan variabel-variabel lain yang juga berperan dalam kuat tekan semen, dengan demikian hubungan nilai C3S dengan kuat tekan adalah berbanding lurus.Trikalsium silikat memberikan kontribusi yang besar pada kuat tekan awal terutama sebelum mencapai umur 15 hari. Trikalsium besifat mempunyai panas hidrasi yang tinggi, panas hidrasi yang tinggi dapat menyebabkan retak-retak oleh karena itu adanya penambahan gipsum untuk mengetur kecepatan reaksi hidrasi yang tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung sempurna dan kuat tekan yang diperoleh dapat optimum.Dikalsium silikat merupakan komponen penunjang kuat tekan semen. Reaksi hidrasi yang lambat menyebabkan pengembangan kekuatan akan berlangsung lambat. Peranannya berpengaruh besar terhadap pengerasan semen terutama sebelum mencapai umur 14 hari. Dikalsium silikat juga membuat semen tahan terhadap serangan kimia (Chemical Attack) dan juga mengurangi besar susutan pengeringan. Dikalsium silikat berfungsi memberikan kekuatan penyokong untuk waktu yang lebih lama dari Trikalsium silikat, jika bereaksi dengan air membentuk senyawa kalsium silikat hidrat dan kalsium hidroksida.Trikasium aluminat mempunyai fungsi ganda pada semen, pertama sebagai penentu waktu pengikatan awal dan akhir semen biasanya sekitar dua sampai lima jam, kedua sebagai penyumbang kekuatan tekan semen mulai hari pertama sampai hari terakhir.Tetra kalsium aluminat ferrit kurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan semen atau beton, hanya sebagai penyumbang kuat tekan akhir semen saja. Disamping sebagai penyumbang kuat tekan akhir semen tetra kalsium aluminat ferrit juga berfungsi sebagai pembentuk warna pada semen.

BAB VIKESIMPULAN

6.1 Kesimpulan Bedasarkan percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembuatan semen PCC 3A dengan variasi penambahan gipsum mempengaruhi kadar SO3 dalam semen. Semakin tinggi kadar gipsum maka semakin tinggi juga kadar SO3 dalam semen. Variasi penambahan gipsum mempengaruhi sifat fisika kuat tekan semen yang mempuyai kadar optimal pada titik tertentu.Dengan bahan uji semen PCC 3A pada umur 1 dan 3 hari dengan penambahan kadar SO3 yang sama yaitu 2,04% diperoleh kuat tekan sebesar 106 Kg/cm2 dan 200 Kg/cm2 yang merupakan titik optimum dari SO3 umur 1 dan 3 hari. Sedangkan pada umur 7 hari dengan penambahan kadar SO3 yang berbeda dari umur 1 dan 3 hari yaitu 2,23% diperoleh kuat tekan sebesar 257 Kg/cm2 yang merupakan titik optimum SO3 pada umur 7 hari. Jadi kadar SO3 paling optimal pada umur 1 dan 3 hari sebesar 2,04% dan SO3 paling optimal pada umur 7 hari sebesar 2,23%.

6.2 Saran Dalam suatu penelitian atau pengerjaan sebaiknya dilakukan oleh satu orang analis agar kesalahan yang terjadi lebih sedikit karena jika dilakukan oleh banyak orang faktor kesalahan akan sangat besar. Untuk kedepannya perlu dilakukan analisa aplikasi semen lainnya untuk menentukan kadar optimal SO3 sehingga kesimpulan yang diambil bisa lebih representatif.

42