2_PENCARIAN TUJUAN
-
Upload
acengaceng -
Category
Documents
-
view
14 -
download
2
description
Transcript of 2_PENCARIAN TUJUAN
PENCARIAN TUJUAN
Pendekatan mendasar pada umumnya mengabaikan tujuan pengguna, akan tetapi
permasalahan ini mulai berkembang di akhir tahun 1960 an pada penelitian dan
monograf penting secara teoritis dan pronouncement yang didukung oleh organisasi
seperti Persatuan Akunting Amerika (AAA), Institusi Akuntan Publik Bersertifikasi
Amerika (AICPA), Badan Akuntansi (APB), dan Badan Standar Akuntansi Keuangan
(FASB). Kenyataannya, kebutuhan dan tujuan pengguna menjadi sarana penghubung
yang sangat penting untuk dokumen-dokumen semacam ini, banyak diantaranya
berusaha untuk memalsukan teori yang solid yang mendasari standar akuntansi
keuangan. Oleh karena itu, kita akan menguji secara kronologis (dengan satu
pengecualian) laporan dan dokumen penting komite yang memunculkan tujuan dan
standar pada pendekatan dalil dan dasar. Diskusi dan analisa kita akan melibatkan
beberapa hal berikut ini:
1. Penjelasan Teori Akuntansi Dasar (ASOBAT) AAA 1966
2. Konsep dasar dan Prinsip-prinsip Akuntansi yang mendasari laporan keuangan
Perusahaan APB 1970
3. Tujuan dari Laporan Keuangan (True Blood Committee Report) ICPA 1973
4. Penjelasan Teori Akuntansi dan Penerimaan Teori (SATTA) AAA 1977
1. ASOBAT
ASOBAT mewakili perubahan penting dalam kinerja AAA. Hal tersebut
membuat perbedaan yang sangat tajam dari empat pernyataan sebelumnya dan berbagai
macam tambahan yang diterbitkan antara tahun 1936 dan 1964. Yang terakhir adalah
arti dari deskriptif dan normatif yang menyatakan aturan-aturan umum atau pendekatan-
pendekatan yang digunakan untuk mencatat transaksi dan untuk mempresentasikan
laporan keuangan.
Perkembangan Pendekatan Pengguna
Definisi akuntansi yang dilontarkan oleh komite mewakili hal mendasar dari telah
terjadi pada waktu sebelumnya. ASOBAT mendefinisikan akuntansi sebagai “….proses
mengidentifikasi, mengukur, dan menginformasikan informasi ekonomi untuk
memberikan ruang bagi penilaian dan keputusan untuk informasi tersebut yang
dilakukan oleh pengguna (penambahan penekanan). Mungkin definisi yang paling
disseminated terbangun pada tahun 1941 dan digunakan dalam Buletin Terminologi
Akuntansi No 1 tahun 1953 yang menyatakan bahwa:
“Akuntansi merupakan seni mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas dengan cara
yang sangat detail dan dalam hal uang, transaksi dan kejadian-kejadian yang merupakan
bagian dari karakter keuangan dan menterjemahkan hasil yang didapat.”
Penekanan pada para pengguna dan kebutuhannya pertama kali muncul pada buku di
tahun 1950an dan hal tersebut merupakan sejarah panjang akuntansi hingga sekarang.
Orientasi Terhadap Teori
Komite mendefinisikan teori sebagai “…satu kesatuan prinsip pragmatik,
konseptual dan hipotetis yang membentuk kerangka umum referensi untuk studi
lapangan.” Dalam mengaplikasikan definisi ini, sebaiknya melakukan tugas-tugas
berikut ini:
1. Untuk mengidentifikasi bidang akuntansi sehingga generalisasi yang
menguntungkan mengenai hal ini dapat terbentuk dan teori dapat dikembangkan.
2. Untuk memangun standar yang mana informasi akuntansi akan diuji.
3. Untuk mengarah pada peningkatakan dalam praktik akuntansi.
4. Untuk memberikan kerangka kerja yang berguna bagi peneliti akuntansi yang ingin
memperluas kegunaan akuntansi dan cakupan subjek akuntansi sebagai kebutuhan
dari perluasan masyarakat.
Definisi yang dikemukakan oleh ASOBAT secara khusus terkonsentrasi pada
membuat kerangka kerja untuk mengevaluasi pendekatan-pendekatan sistematis untuk
mencatat transasksi dan presentasi laporan keuangan yang disusun untuk pengguna.
Oleh karena itu, konsentrasinya – dengan perangkat konseptual untuk mengevaluasi
model akuntansi khusus dan aturan-aturan – adalah metateori akuntansi, bagian yang
paling penting dari struktur teori untuk tujuan dan capaian informasi akuntansi.
Metateori juga akan berkenaan dengan hambatan-hambatan tertentu pada informasi
akuntansi yang terpublikasi dan juga penentuan kriteria atau garis pedoman untuk
memilih alternatif lain.
Tujuan Akuntansi
Karena akuntansi selalu berkenaan dengan kebutuhan pengguna, seperangkat
tujuan terkait dengan kebutuhan pengguna terdapat pada urutan paling atas dari
metateori. Tujuan-tujuan tersebut berupa serangkaian definisi, karakteristik kualitatif
dan garis-garis pedoman yang mendukung yang akan memfasilitasi penerapan tujuan-
tujuan tersebut. Akan tetapi walapun tujuan-tujuan tersebut penting, ASOBAT
menjelaskannya secara singkat. Oleh karena itu, nampak bahwa ASOBAT berpendapat
bahwa kerangka kerja standard an garis-garis pedoman bisa saja sangat independen dari
tujuan-tujuan itu sendiri.
Walaupun ASOBAT memberikan definisi secara singkat, akan tetapi kita harus
membahasnya dengan jelas disini. Keempat tujuan tersebut adalah:
1. Untuk membuat keputusan terkait dengan penggunaan sumber-sumber yang terbatas
(termasuk identifikasi dari wilayah keputusan yang krusial) dan untuk menentukan
tujuan dan capaian.
2. Untuk mengarahkan dan mengkontrol sumber-sumber materi dan manusia secara
efektif.
3. Untuk menjaga dan melaporkan penjagaan sumber-sumber tersebut.
4. Untuk memberikan kontrol dan fungsi sosial.
Standar Untuk Informasi Akuntansi
Empat standar untuk mengevaluasi akuntansi – relevansi, veriabilitas, terbebas
dari bias, dan quantifiabilitas – berada pada jantung ASOBAT. Standar tersebut, garis
pedoman yang saling berurutan untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi, dan
tujuan tersebut dapat dipandang sebagai bagian dari sebuah metateori akuntansi. Sama
halnya dengan bagian lain dari ASOBAT, standar tersebut nampak dimaksudkan untuk
mengevaluasi informasi laporan keuangan yang terpublikasi. Akan tetapi mereka juga
dapat dipergunakan oleh badan pembuat kebijakan untuk menilai aturan-aturan yang
diajukan.
Relevansi
Relevansi terkait dengan kegunaan dalam membuat keputusan di tangan. Hal
tersebut muncul secara langsung dari keempat tujuan tersebut untuk berbagai macam
tipe informasi; dengan demikian, hal tersebut merupakan standar utama. Karena ada
kelopok pengguna atau pengguna yang berbeda dengan latar belakang yang berbeda
yang membuat keputusan dalam konteks yang berbeda, relevansi bisa jadi merupakan
maslaah utama dalam akuntansi. Akan tetapi, mendefinisikan relevansi lebih jauh
berada di luar cakupan ASOBAT, menyimpan contoh yang sederhana dan nyata.
Verifiabilitas
Verifiabilitas sama dengan objektifitas yang telah dibahas pada Bab 1. Dengan
demikian hal tersebut merupakan aspek penilaian. Bab 1 menyatakan bahwa
pengukuran harus dipertimbangkan sebagai aspek teori akuntansi yang penting
walaupun beberapa orang percaya bahwa mereka melibatkan domain yang berbeda.
Pemilihan system penilaian dan juga aturan individu untuk sub system harus
berdasarkan pada pertanyaan-pertanyaan relevansi. Akan tetapi, aspek pengukuran juga
harus dipertimbangkan karena system dan metode penilaian yang mempunyai
konsensus yang rendah (dalam hal kesepakatan antar pengukuran) mungkin harus
dilewati melalui pendekatan-pendekatan yang kurang bermanfaat.
Dengan demikian, pemilihan metode tidak harus berdasarkan relevansi saja tanpa
mempertimbangkan verifiabilitas, juga verifiabilitas tidak harus melebihi dari relevansi.
Oleh karena itu, standar pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dari
kerangka kerja metateori. Poin terakhir yang perlu dicatat di sini adalah bahwa
verifiabilitas muncul untuk mendukung objektifitas sebagai istilah yang tepat untuk
menggambarkan derajat consensus statistik antar pengukuran.
Bebas dari Bias
Standar ini perlu karena permasalahan keberagaman pengguna atau pengguna dan
juga hubungan yang potensial antara manajemen (yang tentu saja bertanggung jawab
atas presentasi laporan keuangan) dan pengguna eksternal. Tentu saja, bias susah
digambarkan dan mungkin saja susah untuk dipecahkan. Contohnya, demi relevansi dan
keterbukaan, sebuah perusahaan diminta untuk menghitung laporan keuangan atau
catatan-catatan jumlah dari penilaian yang diharapkan dalam kasus hukum. Keinginan
sebuah perusahaan – yang meminimalisir kerusakan hukum – akan bertentangan dengan
standar relevansi dan keterbukaan karena keputusan pengadilan bisa dipengaruhi oleh
pengakuan perasaan perusahaan dalam hal laporan keuangan.
Kebebasan dari bias merupakan ciri-ciri netral dari SFAC No. 2. Kenetralan mengacu
pada orientasi badan pengaturan standar, dimana kebebasan dari bias terkait dengan
persiapan laporan keuangan.
Kuantifiabilitas
Kuantifiabilitas nampak terkait dekat dengan teori pengukuran. Akan tetapi
sementara pengukuran dan kuantifikasi penting bagi struktur metateori, ASOBAT
nampak melangkan terlalu jauh dalam menekankan kuantifiabilitas: “… dapat dikatakan
bahwa utamanya, jika bukan totalitas akuntan, adalah dengan quantifikasi dan data yang
dapat dihitung.” Dorongan terhadap keterbukaan, yang datang dari literature hipotesis
pasar yang efisien, mengarah keluar kuantifikasi. Satu permasalaham kecil dengan
sebuah standar yang mengacu pada wilayah pengukuran umum adalah bahwa karena
verifiabilitas adalah sebuah aspek dari teori pengukuran, verifiabilitas muncul sebagai
sub quantifiabilitas.
Sebuah poin penting dilahirkan oleh ASOBAT pada sebuah pertanyaan kenapa
akuntansi harus dibatasi pada jumlah tunggal dalam laporan keuangan. ASOBAT
menyarankan untuk menggunakan cakupan dan juga penilaian ganda dalam penyusunan
“sisi demi sisi”. Kemungkinan ini terlihat sebagai sebuah respon terhadap data yang
dinaikan dan kebutuhan pengguna akan informasi dan dan terlihat sebagai solusi yang
masuk akal terhadap permasalahan yang disebabkan oleh kelompok pengguna yang
beragam. Lebih lanjut, mereka merupakan alat untuk memecahkan permasalahan
pilihan antar metode akuntansi yang dihadapi oleh badan pembuat aturan. Akan tetapi,
memberikan informasi lebih, yang dikenal sebagai ekspansi data, dapat membawa
dampak kelebihan informasi pada sebagian pengguna. Beberapa usaha untuk mencegah
permasalahan pilihan antar system atau metode penilaian dengan memberikan data lebih
tergantung pada hal yang menghalangi proses informasi pengguna, poin tidak dibahas di
ASOBAT.
Garis Pedoman Untuk Mengkomukasikan Informasi Akuntansi
Lebih lanjut terkait dengan empat standar tersebut, ASOBAT memberikan lima garis
pedoman untuk mengkomunikasikan informasi akuntansi:
1. Kelayakan penggunaan yang diharapkan
2. Keterbukaan hubungan khusus
3. Inklusi informasi lingkungan
4. Keseragaman praktik dalam dan antar satuan
5. Konsistensi praktik melalui waktu
Laporan itu sendiri mencatat bahwa ada overlap antara standard an garis pedoman
walaupun hal tersebut tidak mendasar.
Kelayakan penggunaan yang diharapkan
Pada dasarnya, garis pedoman pertama mencatat standar relevansi untuk kebutuhan
pengguna walaupun hal tersebut juga menyebutkan batas waktu presentasi. Kegunaan
informasi dibahas juga oleh menejemen di sini.
Keterbukaan hubungan khusus
Walaupun judulnya seperti itu, garis pedoman ini terkait hanya dengan satu aspek
permasalahan yang luas dari keterbukaan yang dibahas di Bab 5. Kaitannya adalah
dengan permasalahan agregrasi data yang mana informasi penting mungkin terkubur
atau tersembunyi dalam laporan keuangan. SFAS No. 14 dalam keterbukaan segmental
merupakan satu pernyataan yang terkait dengan permasalahan ini.
Inklusi informasi lingkungan
Seperti yang digunakan di sini, informasi lingkungan mengacu pada kategori kondisi
yang luas yang mana data dikumpulkan dan asumsi orang yang mempersiapkan
mengacu pada kegunaan informasi tersebut, khususnya jika informasi ditujukan untuk
tujuan khusus bukan untuk tujuan umum. Informasi lebih penting mungkin lebih tepat
dimana informasi bisa diaplikasikan terhadap tujuan penggunaan khusus.
Keseragaman Praktik dalam dan Antar Satuan dan Konsistensi Praktik Melalui Waktu
Dua garis pedoman terakhir mengacu pada keseragaman dan konsistensi seperti yang
dibahas pada Bab 5. ASOBAT berkonsentrasi pada tipe keseragaman yang muncul
seperti yang telah dibahas sebelumnya. Keseragaman yang terbatas tidak bisa dicapai
dengan membuatnya sebagai garis pedoman atau bahkan sebuah standar. Harus ada
informasi khusus pada struktur teoritis, sebuah topic yang akan dibahas lebih lanjut
pada Bab 9.
Kesimpulan
ASOBAT dapat dikritisi melalui cara yang bervariasi. Tentu saja, garis pedomannya
tidak cukup untuk menjelaskan topic secara lengkap. Struktur metateoritisnya dapat
dikembangkan dan menggunakan terminologi yang tepat. Akan tetapi ini adalah kritik.
ASOBAT telah memberikan keuntungan dan pengaruh yang sangat penting dalam
suksesi dokumen dan laporan, karena akan menjadi bukti pada bab ini dan bab
selanjutnya.
2. LAPORAN KEUANGAN APB 4
Laporan Keuangan APB 4 muncul ketika pendekatakan dalil dan dasar telah
berjalan dan tujuan dan standar pun muncul. Laporan tersebut dipublikasikan pada
bulan Oktober 1970, tepatnya pada pertengahan tahun sebelum formasi komite Wheat
and Trueblood. Pada waktu yang sama, APB berada pada masa yang sulit dimana selalu
mendapatkan kritikan tajam seperti ketidaklayakan penelitian, kurangnya kebebasan
anggotanya, dan kurangnya pemberdayaan kerja sebelum publikasi akhir.
Tujuan dari Laporan 4 adalah untuk menyatakan konsep dasar laporan keuangan
untuk menjadi dasar pendapat APB. Tujuan yang diutarakan oleh Komite Khusus
mengenai Pendapat untuk APB pada bulan Mei 1965 muncul pada saat APB terlihat
akan melanjutkan permasalahan yang telah mulai muncul ke permukaan. Moonitz
merasa bahwa laporan tersebut seharusnya sudah dikeluarkan sebagai sebuah pendapat
bukannya sebuah laporan – “prinsip akuntansi yang diterima secara umum” yang dibuat
dalam laporan tidak perlu dibeberkan. Akan tetapi, haruskah struktur teoritis – mengacu
pada pembuat laporan – dipaksa oleh fiat? Penerimaan sebuah teori tidak bisa dengan
mudah dimandatkan seperti yang akan kita lihat nanti pada bab ini.
Orientasi Terhadap Definisi
Definisi Akuntansi
Laporan APB 4 yang dimulai dengan mendifinisikan akuntansi melalui trak yang
diambil oleh ASOBAT yang berorientasi pada pengguna yaitu:
Akuntansi merupakan sebuah aktifitas jasa. Fungsinya adalah untuk memberiknan
informasi kuantitatif, utamanya adalah definisi keuangan, tentang kandungan ekonomi
yang dimaksudkan untuk menjadi lebih berguna dalam membuat keputusan ekonomi
(ditambah penekanan).
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa ASOBAT sangat menekankan pada
perluasan pengguna. Para pengguna informasi keuangan dikelompokkan menjadi dua
kelompok: yaitu mereka yang mempunyai keinginan langsung dalam perusahaan dan
yang tidak mempunyai keinginan langsung. APB 4 membahas lebih jauh dibanding
ASOBAT – yang cenderung lebih menutup mulut dalam permasalahan ini – dengan
menyatakan bahwa para pengguna laporan keuangan harus yang berilmu dan harus
memahami karakteristik dan batasan laporan keuangan. Akhirnya, dan dalam
persetujuan dengan ASOBAT, APB 4 melihat laporan keuang sebagai sebuah tujuan
umum yang berorientasi pada kelompok pengguna yang terbatas.
Definisi-definisi Lain
Walaupun janji itu ada, Laporan APB 4 sering kembali definisi yang tidak
berguna. APB mendefinisikan asset, utang piutang, ekuitas pemilik, hasil, dan biaya
sebagai “elemen dasar akuntansi keuangan”. Semua definisi ini (menyimpan ekuitas
pemiliknya, yang merupakan sebuah residu) menyatakan bahwa mereka “….dikenal dan
diukur dalam penyesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum.
Akan tetapi laporan kemudian dibuat bahwa “…prinsip akuntansi yang diterima secara
umum menggabungkan konsesus dalam jangka waktu tertentu karena sumber daya
ekonomi dna obligasi harus dicatat sebagai asset dan utang piutang. Dengan demikian,
terminologi akuntansi dasar sekali lagi didefinisikan sebagai suatu hal yang selalu
terkait dengan praktik. Oleh karena itu, karena dokumen merupakan sebuah laporan
bukannya pendapat dan dengan demikian membawa status pemaksaan lebih sedikit,
keputusan yang tidak mempunyai posisi yang kuat sangat mengecewakan.
Aspek-Aspek Lain Laporan APB 4
Walaupun ada aspek negatifnya, akan tetapi ada juga banyak aspek-aspek yang
baik dari dokumen ini. Contohnya, fakta bahwa akuntansi merupakan sebuah
pengukuran dicatat di pasal 67. Bagian pada tujuan-tujuan menggabungkan kinerja
ASOBAT. Standar dan garis pedoman laporan tersebut telah dikombinasikan dan
overlap dengan “tujuan kualitatif” laporan APB 4.
Tujuan-tujuan kualitatif terdiri dari relevansi, pemahaman, verifialibilitas,
netralitas, batasan waktu, pembandingan dan kelengkapan. Yang disebutkan tadi
nampak seperti “karakteristik qualitatif” dalam kerangka kerja konseptual. Tidak ada
tingkatan hierarki pada laporan APB 4. Pada daftar di atas, ketepatan waktu dalam
ASOBAT masih kurang. Laporan Keuangan APB 4 setuju pada ASOBAT dalam hal
konflik yang mungkin terjadi antar tujuan (seperti relevansi dan reliabiliti) dan konflik
tersebut merupakan permasalahan yang sangat rumit yang harus dipecahkan pada
kerangka kerja metateoritis. Sementara Laporan APB 4 setuju dengan ASOBAT dalam
hal kebutuhan akan keseragaman yang terbatas, laporan tersebut menjelaskan mengenai
sukarnya mencapai tujuan ini. Akhirnya, Laporan APB 4, terlepas dari ASOBAT,
terfokus pada pengembangan pendekatan yang berorientasi pada pengguna (bekerja
pada wilayah ini sebelum ASOBAT mengambil alih).
Aspek-aspek lain dari Laporan APB 4 yaitu kurang inovatif. Bentuk dasar dari
akuntansi keuangan merupakan pengulangan beberapa dalil dari ARS 1. Prinsip yang
meresap dan kaidah dalam bagian itu pada prinsip akuntansi yang dapat diterima terdiri
dari konsep-konsep yang merupakan pusat system pembiayaan historis. Demikian juga,
bagian laporan yang tersisa, yang terdiri dari laporan prinsip pemilihan dan pengukuran
dan presentasi laporan keuangan, tidak menghadirkan inovasi teoritis.
Kesimpulan
Bagian-bagian besar dari laporan APB 4 adalah laporan ulang mengenai
kebijaksanaan konvensional pada waktu itu, sementara bagian lain memperkenalkan
bahwa perubahan-perubahan evolusioner penting tersebut telah dimulai. Kebijaksanaan
konvensional dinyatakan secara lengkap dan tegas. Pada kenyataannya, dokumen
tersebut sering didukung oleh firma-firma akuntansi publik dalam makalah yang
menyatakan posisi mereka dalam proposal yang bervariasi. Akan tetapi banyak bagian
dari dokumen itu tidak terikat menjadi satu. Contohnya, sangat dipertanyakan apakah
tujuan-tujuan, yang berasal dari ASOBAT, dapat diimplementasikan dengan berbagai
macam prinsip-prinsip yang didapat dari badan akuntansi yang ada. Masalah ini lebih
jauh dikupas dalam sebuah definisi. Dengan demikian, dokumen tersebut disebut-sebut
menjadi sesuatu yang berharga bagi orang-orang. Namun demikian, mempertimbangkan
segi positif dan juga fakta bahwa APB berada pada situasi yang sulit selama perumusan
dokumen, APB telah memberikan tujuan yang berguna.
3. LAPORAN TRUEBLOOD
AICPA membentuk komite Trueblood pada bulan April 1971, pada saat ketika
APB berada dibawah kritik tajam akan tetapi juga pada saat beberapa kemajuan sedang
dibuat dalam hal memformulasi ulang struktur teori akuntansi. Komite tersebut
mempunyai kuasa untuk menggunakan Laporan APB 4 sebagai sebuah alat untuk
memperbaiki tujuan laporan keuangan sebagai bagian dari struktur metateoritis.
Komite menjelaskan satu persatu keseluruhan dari 12 tujuan akuntansi keuangan
sebagai berikut:
1. Tujuan dasar laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna
untuk membuat keputusan ekonomi
2. Tujuan laporan keuangan adalah untuk melayani para pengguna yang mempunyai
kekuasaan, kemampuan atau sumber daya yang terbatas untuk mendapatkan
informasi dan yang tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber informasi
utama mereka mengenai aktifitas ekonomi perusahaan.
3. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi
investor dan kreditor untuk memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi arus
kas yang potensial bagi mereka dalam hal jumlah, waktu, dan hal yang tidak pasti
terkait dengan hal tersebut diatas.
4. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada para
pengguna untuk dapat memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan
pemasukan perusahaan.
5. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna dalam
menilai kemampuan manajemen dalam menggunakan sumber daya perusahaan
secara efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.
6. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi aktual dan akurat
mengenai transaksi dan kejadian-kejadian lain yang berguna dalam rangka
memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pemasukan perusahaan.
Asumsi mendasar mengenai mengenai interpretasi, evaluasi, prediksi atau estimasi
harus dibuka.
7. Tujuannya adalah untuk memberikan laporan posisi keuangan, yang berguna untuk
memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pendapatan perusahaan.
Laporan ini harus memberikan informasi terkait dengan transaksi perusahaan dan
kejadian-kejadian lain yang merupakan bagian dari siklus pemasukan yang tidak
lengkap. Nilai-nilai terbaru harus dilaporkan ketika mereka berbeda secara
signifikan dengan pengeluaran. Asset dan utang piutang harus dikelompokkan atau
dikategorikan berdasarkan ketidakpastian jumlah dan waktu realisasi prospektif atau
likuidasi.
8. Tujuannya adalah untuk laporan pemasukan berkala yang berguna untuk
memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pemasukan perusahaan.
Hasil bersih dari siklus pemasukan yang lengkap dan aktifitas perusahaan yang
menghasilkan kemajuan terhadap siklus yang lengkap dan yang tidak harus
dilaporkan. Perubahan nilai yang tercermin pada laporan posisi keuangan harus
dilaporkan akan tetapi secara terpisah karena mereka berbeda dalam hal kepastian
realisasi.
9. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan laporan aktifitas keuangan yang berguna
untuk memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi kekuatan pemasukan
perusahaan. Laporan ini harus melaporkan pada aspek faktual dari transaksi
perusahaan yang memiliki atau yang diharapkan memiliki konsekwensi kas yang
signifikan. Laporan ini harus melaporkan data yang membutuhkan penilaian
minimal dan dan interpretasi oleh orang yang mempersiapkannya.
10. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna untuk
proses yang dapat diprediksi. Prediksi keuangan harus diberikan ketika mereka akan
meningkatkan reliabilitas prediksi para pengguna.
11. Tujuan laporan keuangan bagi organisasi pemerintah dan organisasi yang tidak
berorientasi pada keuntungan adalah untuk memberikan informasi yang berguna
untuk mengevaluasi kefektifan manajemen sumber daya dalam mencapai tujuan
perusahaan. Pengukuran kinerja harus dihitung untuk menentukan tujuan.
12. Tujuan laporan keuangan adalah untuk melaporkan pada aktifitas perusahaan yang
mempengaruhi masyarakat yang dapat ditentukan dan digambarkan atau diukur dan
yang penting terhadap peran perusahaan dalam lingkugan sosialnya.
13. Komite tidak mengurutkan tujuan-tujuan tersebut di atas, akan tetapi sebuah
penelitian oleh Anton dan penelitian lain oleh Sorter dan Gans mengurutkan tujuan-
tujuan tersebut dalam sebuah kerangka kerja hierarkis. Sorter dan Gans, perlu
dicatat, merupakan sutradara penelitian dan sutradara administratif Staff dan
Kelompok Studi. Tabel 6-1 menunjukkan urutan yang dibuat oleh Sorter dan Gans.
Urutan yang dibuat oleh Anton hampir seluruhnya sama dengan yang dibuat oleh
Sorter dan Gans.
Kesimpulan
Laporan Trueblood juga mengandung sebuah bab singkat mengenai “karakteristik
kualitatif laporan” berdasarkan pada standar dan garis pedoman ASOBAT dan tujuan
kualitatif Laporan APB 4. Kemudian, ada bab yang singkat akan tetapi sangat berguna
pada system penilaian akuntansi yang beragam. Laporan tersebut mengungkapkan
kepercayaan bahwa dasar penilaian yang berbeda sangat tepat untuk asset dan hutang
yang berbeda.
Akan tetapi pada definisi tujuan laporan keuangan bahwa laporan harus dievaluasi.
Kritik telah mengarah pada bahwa tujuan-tujuan tersebut harus jelas dan tidak
mengkhususkan tujuan operasional yang bisa diterapkan dalam praktik. Kritik tersebut
memang sangat benar akan tetapi juga tidak relevan. Tujuan-tujuan ini menghadirkan
sebuah langkah yang penting yang diambil untuk membangun kerangka kerja
konseptual yang berarti dari tujuan-tujuan tersebut.
Akhirnya, sangat penting untuk dicatat bahwa Laporan Trueblood menekankan
pentingnya arus kas terhadap pada pengguna dan hubungan antara penilaian kekuatan
pendapatan terhapad arus kas di masa yang akan datang. Orientasi kekuatan pendapatan
terhadap pemasukan bahwa pemasukan ekonomi merupakan perubahan pada nilai saat
ini dari arus kas pada masa yang akan datang yang dihitung pada nilai yang tepat
(pendekatan arus kas yang tidak penting diilustrasikan pada Bab 1)
4. SATTA
SATTA dibentuk oleh Komite Eksekutif AAA pada tahun 1973. Tujuannya sama
dengan pembentukan ASOBAT adalah untuk memberikan sebuah survey buku
akuntansi keuangan pada masa sekarang ini dan pernyataan dimana profesi berdiri
terkait dengan teori ekonomi. Laporan tersebut mencapai tujuannya dengan sangat
mengagumkan. Akan tetapi, hasilnya tidak menyenangkan bagi ahli teori ekonomi dan
para pembuat kebijakan.
Dalam rangka lebih memahami SATTA, sangat perlu juga untuk memahami
hubungannya dengan ASOBAT. Tentu saja, kedua dokumen tersebut merupakan
produk dari komite AAA yang mempunyai garis pedoman yang sama. ASOBAT
berusaha untuk mengembangkan garis pedoman metateoritis yang sama untuk evaluasi
system penilaian dan informasi akuntansi. Di lain pihak, SATTA mempertimbangkan
banyak system penilaian akuntansi dan juga pertimbangan teoritis yang lain dan
memberikan alasan kenapa mungkin mengembangkan kriteria yang akan
memungkinkan profesi secara tidak sama menerima system penilaian tunggal untuk
akuntansi. Kemudian, dampaknya, SATTA merupakan dokumen yang member
peringatan dalam hal kemungkinan untuk mengadopsi teori penilaian yang lain.
Pendekatan-Pendekatan Teori Dalam Akuntansi
Pendekatan Klasik
SATTA secara efektif mengkategorikan system penilaian yang beragam yang
dijelaskan dalam literature. Sistem-sistem yang lama diklasifikasikan sebagai
“pendekatan-pendekatan klasik terhadap perkembangan teori”. Kebanyakan dari
pendekatan tersebut dikategorikan sebagai normatif dan deduktif dan sebagai suatu hal
tidak berbeda terhadap kebutuhan pengguna akan keputusan walaupun pihak
pengembang model berpendapat bahwa model mereka merupakan model unggulan guna
bersaing dengan model alternatif. Dalam beberapa kasus, para penulis klasik (kuno)
menggunakan apa yang SATTA sebut dengan pendekatan induktif, akan tetapi
“induktif” dalam pengertian khusus – sebuah pengumpulan fakta dari literatur akuntansi
itu sendiri dan juga dari beberapa observasi praktik – bukan dalam pengertian review
sistematis dan analisa praktik yang biasa.
Pendekatan Kegunaan Keputusan
Antar pendekatan kontemporer terhadap terhadap teori akuntansi merupakan
bagian luas penilitan yang telah terkonsentrasi pada pengguna laporan akuntansi,
keputusan mereka, kebutuhan informasi, dan kemampuan memproses informasi.
Pendekatan kegunaan keputusan telah lebih jauh didikotomisasikan ke dalam model
keputusan dan pembuat keputusan.
Orientasi Model Keputusan
Kerangka kerja metatoeritis (atau bagian-bagiannya) yang dikembangkan dalam
ASOBAT dan laporan Trueblood merefleksikan orientasi model keputusan. System
yang termasuk dalam kategori ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) mereka
normative dan deduktif karena system teoritis harus memenuhi, sedekat mungkin,
criteria kerangka kerja metateoritis; (2) beberapa bentuk relevansi dari keputusan-
keputusan tertentu ditekankan oleh kelompok pengguna tertentu; dan (3) criteria
relevansi merupakan alat dalam mengukur asset, liabilities dan transaksi pemasukan.
Pendekatan model keputusan selalu berasal dari model keputusan investasi
formal, seperti arus kas yang tidak penting. Karena pendekatan model keputusan
dianggap layak untuk mengkomunikasikan informasi relevan dalam pembuatan
keputusan, permasalahan yang agak tidak menyenangkan muncul jika pengguna tidak
memahami system ini. Paling tidak, pengguna harus terdidik untuk memahami metode
tersebut, sebuah argument yang terkait dengan kerangka kerja formatif dari pendekatan.
Akan tetapi, tugas memilih model dan menerapkannya pada pengguna, khususnya jika
mereka tidak memahaminya, sangatlah luar biasa.
Orientasi Pembuat Keputusan
Poin utama mengenai orientasi pembuat keputusan adalah bahwa orientasi ini
lebih bersifat deskriptif dibandingkan normative karena orientasi tersebut mencoba
untuk mencari tahu informasi apa yang sebenarnya digunakan atau diinginkan. Dengan
demikian, penelitian yang termasuk kategori pembuat keputusan juga bersifat induktif
(empiris). Banyak dari penelitian tingkah laku yang disebut pada Bab 2 termasuk
kategori pembuat keputusan.
Walaupun banyak informasi penting telah datang dari penelitian yang sedikit luas
yang dilakukan dengan pendekatan ini, akan tetapi tidak ada posisi yang kuat yang
muncul untuk metode penilaian (seperti yang akan dilihat pada Bab 13, pembeberan
biaya saat ini pada SFAS No. 33 tidak dipahami secara baik oleh pengguna). Di lain
pihak, karena pendekatan model keputusan bersifat normative, pendekatan tersebut
telah menghasilkan advokasi untuk system penilaian tertentu.
Pendekatan Ilmu Ekonomi Informasi
Ilmu ekonomi informasi seperti yang diterapkan pada teori akuntansi tidak
berkaitan langsung dengan system penilaian alternative. Malah, terkait dengan
permasalahan biaya dan keuntungan yang timbul dari produksi dan kegunaan informasi.
Dengan demikian, informasi akuntansi dilihat sebagai sebuah barang ekonomi, sebuah
pandangan yang sebelumnya tidak dipertimbangan dalam formulasi teori.
Defisiensi Pendekatan Saat Ini Terhadap Teori
Pesan yang lebih penting dari SATTA berkaitan dengan kenapa kita tidak bisa
mencapai akhir teori – penerimaan system penilaian tertentu – pada saat ini. Analisis
kami pada aspek SATTA ini akan mewakili permasalahan yang paling penting yang
timbul (dari standpoint teori akuntansi).
Mungkin, masalah mendasar yang diangkat oleh SATTA adalah keberagaman
pengguna dalam hal keputusan dan kebutuhan informasi mereka yang berbeda. Baik
ASOBAT dan Laporan APB 4 menghadirkan fakta bahwa banyak kelompok pengguna
membutuhkan informasi demi tujuan pembuatan keputusan. Salah satu reaksi ASOBAT
terhadap permasalahan ini adalah untuk membutuhkan pengukuran ganda. Akan tetapi,
ada batasan terhadap kemampuan pengguna untuk menyerap dan memproses informasi
tambahan, sehingga ekspansi data tidak dapat terserap secara utuh. Di lain pihak,
laporan Trueblood membangun premis agak awal sementara ada kelompok pengguna
lain, mereka mempunyai keputusan dan kebutuhan informasi yang sama. Seperti
ASOBAT, laporan Trueblood terkait dengan memberikan bagian kerangka kerja
metateoritis untuk mengevaluasi system dan metode teoritis dari sudut pandang
normatif. Dengan demikian, Laporan Trueblood juga terkait dengan sekolah bermodel
keputusan.
SATTA jauh lebih pesimis dibandingkan dengan Laporan Trueblood mengenai
keputusan dan informasi baik antar atau sesama kelompok pengguna. Diagram Venn
mengilustrasikan perbedaan antara homogenitas pengguna dan keberagaman pengguna
dalam hal kebutuhan informasi (lihat Table 6-2). Lingkaran-lingkaran tersebut
menggambarkan kelompok pengguna dan kebutuhan informasi mereka. Ada tingkat
overlap yang besar pada bagian homogenitas pengguna yang tinggi pada diagram dan
jauh lebih sedikit di lain bagian.
Keberagaman informasi dan kebutuhan memberikan situasi yang sangat sulit.
Laporan dan penyingkapan keuangan perusahaan merupakan barang bebas. Para
pengguna tidak mambayar para pemersiap (orang yang mempersiapkan) untuk
informasi yang diterima, dan informasi tersebut tersedia secara maya untuk siapa saja
yang memang benar-benar menginginkannya. Oleh karena itu, informasi akuntansi lebih
merupakan barang publik dibandinkan barang pribadi. Seandainya informasi akuntansi
tersebut merupakan barang pribadi, informasi yang dibutuhkan akan menjadi barang
yang mudah diubah bagi tipe solusi pasar; hal tersebut akan ditentukan oleh permintaan
dan penawaran.
Keberagaman pengguna yang diberikan dan karakter barang publik dari informasi
keuangan, formulasi standar akuntansi dan metode yang diwajibkan mencapai
kebuntuan. Memberikan sejumlah informasi akuntansi dibandingkan dengan yang lain
berarti bahwa sejumlah pengguna sedang dibahayakan oleh kelompok pengguna yang
lain. Terlebih lagi, satuan informasi akuntansi yang berbeda menyebabkan berbedanya
harga, yang lagi-lagi berarti bahwa beberapa orang teraniaya. Dengan demikian, jika
penilaian diadaptasikan yang menyatakan bahwa organisasi yang membuat kebijakan
seharusnya tidak bertindak yang membuat satu kelompok berada di atas yang lain, jika
begitu formulasi kebijakan akuntansi menjadi betul-betul kaku. Dengan demikian,
SATTA memberikan prospek yang tidak menyenangkan untuk penutupan teori.
SATTA berusaha untuk menggambarkan status teori akuntansi keuangan seperti
pada di akhir tahun 1970an. Kami tidak bermaksu untuk membantah kesimpulan yang
dibuat oleh SATTA; walaupun begitu beberapa pernyataan dinyatakan sesuai urutan.
Asumsi bahwa kebutuhan informasi pengguna itu beragam jauh dari betul. Penelitian
empiris sangatlah diperlukan untuk memberikan titik terang pada pertanyaan penting
ini.
Dukungan kuat untuk optimalitas Pareto juga mengundang pertanyaan. Dalam
sebuah situasi keberagaman masyarakat, akan sangat tidak mungkin bagi organisasi
pembuat keputusan untuk setuju dengan criteria optimalitas Pareto. Pareto sendiri, ahli
ekonomi dari Italia yang terkenal, tidak menemukan pendekatan optimalisasinya
sebagai aturan keputusan tunggal. Mungkin apa yang dibutuhkan diaplikasikan pada
organisasi yang membuat kebijakan untuk mengontrol tindakan mereka agar supaya
mencapai barang yang paling luar biasa untuk jumlah individu yang luar biasa. Bahkan
tidak terbantahkan peringanan kendali Paretian masih meninggalkan tugas yang berat
bagi organisasi seperti FASB.
Kesimpulan
SATTA sebuah sintesa literature akuntansi keuangan teoritis yang sangat luar biasa. Juri
masih mempunyai pertanyaan mengenai keberagaman kebutuhan informasi dan aplikasi
optimalisasi Pareto, akan tetapi sangat sulit untuk beradu argumentasi dengan
kesimpulan yang dibuat oleh SATTA. Kami tidak dapat mengharapkan para ahli teori
akuntansi untuk mengembangkan kerangka kerja yang akan secara menyeluruh
memuaskan. Pada gilirannya, kita dapat mengharapkan pernyataan dan visualisasi
kelompok yang membuat aturan, seperti FASB, yang diajukan dalam pengaturan pasar
yang tidak lengkap, untuk dipenuhi dengan antusiasme penuh. Dengan demikian situasi
paradoks muncul. Sebuah dokumen penting yang ditulis oleh yang terhormat kelompok
pendidik mengambil pandangan peran yang sangat pesimistis dan kemungkinan
formulasi teori akuntansi pada saat yang sama bahwa kerangka kerja konseptual –
sebuah dokumen teoritis – dimulai oleh badan yang membuat aturan.
TUJUAN DAN KEBERAGAMAN PENGGUNA
1. TUJUAN PENGGUNA
Pencarian tujuan pengguna telah dirumitkan dengan adanya masalah keberagaman
pengguna yang dibahas dalam laporan SATTA. Dalam bab ini, kita akan secara ringkas
membahas tujuan mayor dan minor laporan perusahaan dan kemudian mengkaitkan
permasalahan keberagaman pengguna pada tujuan-tujuan tersebut.
Tujuan-tujuan pengguna tersebut menyatakan pada dokumen-dokumen seperti
Laporan Komite Trueblood dan SFAC No.1 sangat umum dan luas. Sayangnya, hanya
beberapa jumlah penelitian akuntansi yang terbatas focus pada masalah ini. Namun
demikian, nampak di sana ada dua wilayah utama dimana informasi yang luas bisa
diaplikasikan kepada banyak kelompok pengguna. Yang pertama mengacu pada tujuan
kemampuan prediktif. Kedua adalah perluasan penjagaan yang disebut akuntabilitas.
Kedua tujuan tersebut dapat dibagi menjadi berbagai macam sub kategori. Akan tetapi,
pembahasan kita terpatok pada aspek dasar masing-masing tujuan.
Kemampuan Prediktif
Kegunaan data-data akuntansi sebagai sebuah bantuan untuk memprediksikan
variable-variabel di masa yang akan datang dalam konteks pasar modal sangatlah
efisien (informasi baru dengan cepat direfleksikan dalam harga keamanan) menjadi
sangat penting dalam penelitian akuntansi dan akan diuji pada Bab 8. Walapun efisiensi
pasar mensahkan tujuan kemampuan prediktif, akan tetapi tugas FASB masih satu
yanitu memilih alternative akuntansi yang bersaing dalam sebuah konteks di mana
keuntungan standar ekonomi harus melampui harganya.
Berbagai macam studi baru-baru ini berusaha menggunakan data akuntansi untuk
memprediksi variable yang akan datang. Satu kelompok studi telah berusaha untuk
memprediksikan pendapatan yang akan datang dengan dasar jumlah pemasukan pada
masa lampau dan sekarang. Salah satu tujuan dari studi ini adalah untuk mendapatkan
bukti terkait dengan apakah pendapatan biaya historis, pendapatan yang ditambahkan
tingkat harga umum, atau pendapatan nilai saat ini merupakan predictor yang lebih baik.
Studi ini menandakan bahwa biaya historis nampak sebagai prediktor yang sebagus dua
metode lainnya.
Akan tetapi, Revsine telah menganggap bahwa pendapatan itu sendiri sebagai
sebuah “artefak”. Dalam hal ini, artefak mengacu pada sebuah angka, determinasi yang
berdasarkan pada aturan yang dipertanggungjawabkan dari pada kepercayaan terhadap
hal yang sedang diukur. Dengan demikian, karena ada kebebasan dalam memilih
metode-metode alternativf (yang dikombinasikan dengan keinginan manajemen yang
potensial terhadap pedapatan yang lancer), tidak mengherankan jika pendapatan historis
muncul sebagai predictor yang yang lebih baik pada dirinya sendiri dibandingkan
dengan metode pengukuran pemasukan lainnya yang nampak berisi angka-angka yang
lebih relevan. Revsine juga berpendapat bahwa karena pendapatan merupakan “benda
artefak” pusat prediksinya tersandar pada kemampuan untuk mengantisipasi kejadian
nyata, seperti arus kas yang akan datang. Akhirnya, karena kejadian yang nyata itu
sendiri cukup tidak tetap, prediktornya juga harus tidak tetap juga, sementara penelitian
yang dibahas diatas benar-benar menguji permasalahan kelancaran pedapatan.
Banyak sekali studi yang baru focus pada kemampuan prediktif dua set angka
yang dihasilkan akuntansi: pengumuman pemasukan sebagai predictor pendapatan
tahunan dan rasio keuangan sebagai predictor kebangkrutan. Pada kedua kasus tersebut,
data akuntansi – seperti yang diharapkan – sangat berguna dalam proses memprediksi.
Akan tetapi satu catatan bahwa studi-studi ini telah menggunakan model-model tertentu
sebagai bagian proses kemampuan prediktif. Hanya pengguna yang menggunakan
metode yang sama yang test kemampuan prediktifnya dapat diandalkan. Tentu saja,
alternatifnya melibatkan usaha untuk mendidik pengguna mengenai apa yang menjadi
model prediktif terbaik – tugas, seperti yang dicatat sebelumnya – yang bisa saja sangat
sulit. Poin lain yang perlu diingat adalah bahwa metode penilaian dan pendapatan
merupakan yang terbaik untuk satu tujuan seperti kemampuan prediktif, mungkin saja
bertentangan dengan tujuan lain, seperti yang akan dibahas pada Bab 7.
Akuntabilitas
Kami menggunakan kata akuntabilitas untuk mengartikan konsep yang lebih luas
dibaningkan konsep penjagaan yang lebih sempit, yang utamanya terkait dengan
penjagaan asset. Arti yang dikemukakan oleh Ijiri ini mengikuti kegunaan – tanggung
jawab manajemen terhadap laporan dalam mencapai tujuan untuk pemanfatan sumber
daya perusahaan yang efisien dan efektif. Pengukuran yang berdasarkan tujuan
akuntabilitas akan melibatkan pemasukan per pembagian dan pengembalian investasi
dan komponen-komponennya (capital turnover dan profit margin). Pertanyaan system
penilaian memberikan input terbaik dan pengukuran yang lainnya yang berorientasi
pada akuntabilitas sangatlah penting. Contohnya, Ijiri membuat kasus yang kuat untuk
biaya historis (termasuk kemungkinan penambahan level harga umum).
Kemampuan prediktif dan akuntabilitas merupakan tujuan yang terpisah. Salah
satu terkonsentrasi pada data yang akan berguna dalam menilai prospek di masa yang
akan datang, sementara yang lain terfokus pada mengevaluasi kinerja perusahaan.
Antara dua tujuan ini, tentu saja ada kaitannya. Seberapa bagus sebuah perusahaan
melakuakn suatu pekerjaan dapat menjadi input yang penting bagi tujuan prediktif.
Akan tetapi, seperti yang dinyatakan sebelumnya, kami percaya bahwa ada konflik
antara kemampuan prediktif dan akuntabilitas.
Akuntabilitas mulai menerima lebih banyak perhatian sebagai pengganti yang
masuk akal untuk tujuan kemampuan prediktif. Ijiri mengumpulkan kerangka kerja
konseptual yang diatur untuk akuntabilitas. Objektifitas dan verifiabilitas akan menjadi
komponen penting kerangka kerja ini. Williams dan Pallot menekankan kebutuhan akan
keadilan. William membuat poin yang akan dibuat dengan lebih kuat pada bab 7:
akuntabilitas terkait dengan ekuitas antar kelompok yang bersaing dan klaim terhadap
distribusi pemasukan dan kekayaan, keduanya terkait dengan keadilan. Akan tetapi,
kegunaan keputusan (kemampuan prediktif) tidak dilandaskan pada hal yang sama.
Pallots menganggap bahwa ada dua konsep keadilan: (1) pendekatan individu yang
terkait dengan hak, kontrak dan usaha individu dan kontribusi dan (2) pendekatan
komunitarian yang lebih berdasarkan pada kesamaan dan kebutuhan. Kedua konsep
tersebut harus dipertimbangkan dalam dokumen yang bertipe kerangka kerja
konseptual. Akan tetapi pertanyaan mengenai tujuan merpakan puncak yang terkait
dengan pembuat standar.
Tujuan Sekunder
Kami melihat dua tujuan pengguna di mana informasi akuntansi benar-benar
berguna. Mereka jauh lebih sempit dibandingkan dengan konsep kemampuan prediktif
dan akuntabilitas. Salah satunya merupakan pengukuran perawatan modal yang
memberikan informasi mengenai jumlah deviden yang dapat dibayarkan selama satu
periode tanpa mengembalikan modal kepada pemegang saham. Hal ini secara detail
dijelaskan pada bab 1. Tujuan objektif lainnya pengukuran pengadaptasian. Tujuan ini
terkait dengan pengukuran likuiditas total yang tersedia untuk perusahaan. Berdasarkan
definisi, hal ini ditentukan dengan mengukur nilai keluar asset perusahaan yang
dikurangi hutang perusahaan. Pendekatan nilai keluar diiilustrasikan pada Lampiran 1-
A. laporan pendapatan dibawah pendekatan nilai keluar Dewan menjadi proponen dasar
system ini dan juga tujuan ini, walaupun Sterling juga telah membelanya.
Ukuran likuiditas total yang tersedia untuk sebuah perusahaan tentu saja
mempunyai beberapa relevansi, akan tetapi kami menganggap bahwa pengadaptasian
tidak terlalu penting jika dibandingkan dengan kemampuan prediktif dan akuntabilitas.
Perusahaan yang sukses mungkin hanya akan menggunakan porsi kecil dari likuiditas
total yang tersedia selama periode singkat tertentu. Pengukuran pengadaptasian akan
jauh lebih penting terhadap pemilik perusahaan kecil dan kreditor jangka pendek.
Konsekwensinya, pendekatan adaptif nampak lebih dekat terkait dengan teori kelayakan
dari pada teori kesatuan. Pendekatan nilai keluar nampak mempunyai kegunaan yang
terbatas bagi kemampuan prediktif dan tujuan akuntabilitas. Tentu saja, Dewan
menyangkal bahwa figure akuntansi dapat mempunyai beberapa relevansi untuk tujuan
prediktif.
Kami telah membahas keempat tujuan ini dalam cakupan yang luas. Pengujian
permasalahan yang lebih rinci, seperti atribut yang harus diukur dan system penilaian
yang harus digunakan, juga harus dipertimbangkan dalam dokumen yang bertipe
konseptual. Akan tetapi, pertanyaan mengenai tujuan-tujuan merupakan konsentrasi
para pembuat standar. Yang paling dekat dengan permasalah tujuan laporan keuangan
adalah pertanyaan mengenai keberagaman pengguna.
2. KEBERAGAMAN PENGGUNA
Tidak terbantahkan, ada jumlah pengguna laporan keuangan yang beragam dan
luas. Akan tetapi yang tidak jelas adalah apakah kebutuhan informasi mereka akan
berbagai macam jenis tujuan dapat dipuaskan oleh laporan yang bertujuan khusus.
Daftar kelompok pengguna tentu saja panjang dan akan melibatkan:
1. Pemegang saham
2. Kreditor
3. Analis dan penasihat keuangan
4. Pekerja
5. Persatuan buruh
6. Konsumen
7. Supplier
8. Asosiasi perdagangan industry
9. Agen pemerintah
10. Kelompok yang menampung keinginan publik
11. Peneliti dan pembuat standar