2.Menik Mati Jamuan Al-qur'An

7
م ي ح ر ل ا ن م ح ر ل له ا م الس بMENIKMATI JAMUAN AL-QUR'AN Bahasan tentang Mengapa Kita Harus Memahami al-Qur'an? Oleh: Abdullah Zaen, Lc, MA Benarkah membaca al-Qur'an memiliki rasa nikmat dan kelezatan? Cukupkah kita membaca al-Qur'an tanpa memahami maknanya? Berikut sebagian dari faktor-faktor yang menyebabkan kita harus memahami al-Qur'an: 1. Karena Allah ta'ala memerintahkan hal tersebut. Di dalam kitab suci al-Qur'an bukan hanya terdapat perintah untuk membaca al-Qur'an, namun juga terdapat perintah untuk memahami dan mentadabburi isinya. Begitu banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut, sampai-sampai Imam an-Nawawi berkata, "Dalil-dalil yang menjelaskan hal itu terlalu banyak untuk dipaparkan semua dan terlalu jelas dan masyhur untuk disebutkan … Hadits-hadits tentang itu amat banyak, begitu pula perkataan salaf". 1 Di antara ayat yang berisikan perintah tersebut, firman Allah 'azza wa jalla, " اَ هُ ل اَ فْ قَ اٍ وبُ لُ ق ىَ لَ عْ مَ اَ ن) اْ رُ قْ ل اَ ونُ رَ ّ بَ دَ تَ ي اَ لَ قَ ا" مد: ح م( 24 ) Artinya: "Tidakkah mereka menghayati al-Qur'an, ataukah hati mereka sudah terkunci?". QS. Muhammad: 24. " ً را يDDDD ِ F ثَ كً ا DDDD قَ لاِ تْ ح اِ ه DDDD يِ فْ واُ دDDDD َ جَ وَ لِ ّ اِ رDDDD ْ يَ غِ د DDDD تِ عْ نِ مَ انDDDD َ كْ وDDDD َ لَ وَ ن) اْ رDDDD ُ قْ ل اَ ونُ رَ ّ بَ دDDDD َ تَ يَ لاَ قَ ا" 1 At-Tibyân fî Âdâb H amalah al-Qur'ân (hal. 65-66). 1 Silsilah Materi Kajian Tafsir di Masjid Agung Purbalingga No: 2

description

ilmu

Transcript of 2.Menik Mati Jamuan Al-qur'An

MENIKMATI JAMUAN AL-QUR'ANBahasan tentang Mengapa Kita Harus Memahami al-Qur'an?

Oleh: Abdullah Zaen, Lc, MA

Benarkah membaca al-Qur'an memiliki rasa nikmat dan kelezatan? Cukupkah kita membaca al-Qur'an tanpa memahami maknanya?

Berikut sebagian dari faktor-faktor yang menyebabkan kita harus memahami al-Qur'an:

1. Karena Allah ta'ala memerintahkan hal tersebut.

Di dalam kitab suci al-Qur'an bukan hanya terdapat perintah untuk membaca al-Qur'an, namun juga terdapat perintah untuk memahami dan mentadabburi isinya. Begitu banyak dalil yang menunjukkan hal tersebut, sampai-sampai Imam an-Nawawi berkata, "Dalil-dalil yang menjelaskan hal itu terlalu banyak untuk dipaparkan semua dan terlalu jelas dan masyhur untuk disebutkan Hadits-hadits tentang itu amat banyak, begitu pula perkataan salaf".

Di antara ayat yang berisikan perintah tersebut, firman Allah 'azza wa jalla,

" " (: 24)Artinya: "Tidakkah mereka menghayati al-Qur'an, ataukah hati mereka sudah terkunci?". QS. Muhammad: 24." " (: 82) Artinya: "Tidakkah mereka menghayati al-Qur'an. Sekiranya (al-Qur'an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya". QS. An-Nisa: 82.Setelah menjelaskan bahwa tujuan utama dan terpenting diturunkannya al-Qur'an adalah agar ditadabburi dan dipahami, as-Suythi menjelaskan makna dari tadabbur adalah, "Menyibukkan hati untuk bertafakkur tentang makna yang ia baca, sehingga mengetahui makna tiap ayat, mencermati perintah dan larangan yang dikandungnya seraya berazam untuk menerimanya, andaikan di masa lalu belum diamalkan maka ia memohon ampun dan beristighfar.

Jika melewati ayat yang berisikan kasih sayang Allah ia bergembira dan memohon agar dikarunianya. Di saat membaca ayat yang menceritakan azab Allah ia merasa takut dan memohon perlindungan kepada Allah darinya. Jika melalui ayat yang berisikan pensucian Allah maka ia akan mensucikan dan mengagungkan-Nya. Dan jika melewati ayat yang berisi perintah untuk berdoa maka ia akan menghiba dan memohon".

Adapun dalil dari hadits: dalam Shahih Muslim dari hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam bersabda," "Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah, lalu mereka membaca kitabullah dan mempelajarinya; melainkan akan turun ketenangan kepada mereka, diliputi dengan rahmat Allah, dikelilingi para malaikat dan dipuji-puji Allah di hadapan (para malaikat) yang ada di sisi-Nya".Dikarenakan demikian jelasnya perintah untuk memahami isi al-Qur'an, maka para sahabat Nabi shallallahu'alaihiwasallam merasa berat untuk berpindah ke ayat yang lain melainkan setelah mengetahui makna ayat sebelumnya. Ibnu Mas'ud bercerita, sebagaimana dinukil ath-Thabari dalam tafsirnya," "

"Salah seorang dari kami jika mempelajari sepuluh ayat, maka ia tidak akan melanjutkan ke ayat berikutnya, melainkan setelah ia mengetahui makna ayat-ayat tersebut dan mengamalkannya".Dikisahkan dalam kitab al-Muwatha' bahwa Ibnu Umar menghabiskan waktu delapan tahun untuk menghapal surat al-Baqarah. Hal itu dikarenakan beliau bukan semata-mata menghapal redaksinya, namun juga memahami makna dan isinya untuk kemudian diamalkan.

Para ulama salaf telah menorehkan berbagai teladan dalam hal semangat tinggi dan pengorbanan untuk mengetahui makna al-Qur'an.Ibnu 'Athiyyah mengisahkan dalam tafsirnya, bahwa Masruq bin al-Ajda' (w. 63 H) seorang tabi'in besar, demi mencari tafsir sebuah ayat, rela menempuh perjalanan ribuan kilometer ke kota Bashrah. Sesampainya di sana, diberitahu bahwa guru yang dicari sedang bepergian ke negara Syam! Maka beliaupun melanjutkan perjalanannya hingga bertemu dengan ulama yang beliau inginkan dan mengetahui tafsir satu ayat tersebut!2. Karena Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam membaca al-Qur'an sambil memahami maknanya dan beliau merupakan uswah kita.

Suatu hari Hudzaifah pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam, Hudzaifah menggambarkan bagaimana bacaan al-Qur'an beliau,

"... " "Jika Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam melewati ayat yang menceritakan rahmat Allah, maka beliau memohon. Jika melewati ayat yang bercerita tentang siksa; beliau memohon perlindungan (darinya). Dan jika melewati ayat yang mensucikan Allah; beliau bertasbih". HR. Nasa'i dan dinilai sahih oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Albani.Karena itulah jika beliau shalat seringkali beliau menangis; karena menghayati apa yang dibacanya. Abdullah; ayahanda al-Mutharrif bercerita,

" ""Suatu saat aku berkunjung ke Nabi shallallahu'alaihiwasallam dan aku mendapatkannya sedang shalat, terdengar dari dadanya gemuruh sebagaimana gemuruh air yang sedang mendidih; dikarenakan beliau menangis". HR. Nasa'i dan dinilai sahih oleh Ibnu Hibban dan al-Albani.Begitulah caranya jika kita ingin khusyu' dalam shalat dan merasakan nikmatnya membaca al-Qur'an.

Imam ath-Thabari berkata, "Saya merasa heran dengan orang yang membaca al-Qur'an namun tidak memahami maknanya, bagaimana mungkin dia akan merasakan nikmatnya membaca al-Qur'an?".Imam an-Nawawi menambahkan, "Dengan bertadabbur ketika membaca al-Qur'an hati akan tenang dan kalbu akan bercahaya". Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam berusaha menghayati bacaan al-Qur'an beliau bukan hanya di saat membaca sendiri, namun juga ketika beliau mendengarkan orang lain membaca.

Ibnu Mas'ud mengisahkan," : " " : " " : "" { } : " " "."Suatu saat Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam berkata padaku, "Bacalah al-Qur'an untukku".Akupun menjawab, "Ya Rasulullah, apakah aku membaca al-Qur'an untukmu, padahal al-Qur'an sendiri diturunkan padamu?".

"Ya" jawab beliau.

Maka akupun membaca surat an-Nisa, namun tatkala aku sampai pada ayat "Bagaimanakah (keadaan orang kafir nanti), jika Kami mendatangkan seorang saksi (Rasul) dari setiap umat dan Kami mendatangkan engkau (Muhammad) sebagai saksi atas mereka". QS. An-Nisa: 41, tiba-tiba Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam berkata, "Cukup!".

Tatkala aku menengok kepada beliau ternyata air matanya telah bercucuran". HR. Bukhari.

Di dalam kitab Tuhfah al-Ahwadzi disebutkan bahwa sebab menangisnya Rasul shallallahu'alaihiwasallam; karena beliau merasa kasihan terhadap umatnya. Beliau sadar betul akan kewajibannya untuk bersaksi atas umatnya berdasarkan amal perbuatan mereka. Sebagaimana telah maklum tentunya ada di antara umatnya yang amalan perbuatan mereka tidak baik, dan itu akan mengantarkan mereka ke dalam api neraka. Maka beliaupun merasa kasihan dengan nasib mereka.3. Karena memahami al-Qur'an merupakan sarana untuk mengamalkan isinya.

Al-Qur'an Allah ta'ala turunkan sebagai petunjuk bagi para hamba-Nya. Banyak ayat yang menjelaskan hal tersebut, di antaranya:

" . " (: 1-2)Artinya: "Alif Lam Mim. Kitab (al-Qur'an) tidak ada keraguan di dalamnya. Merupakan petunjuk bagi mereka yang bertakwa". QS. Al-Baqarah: 1-2.Dikarenakan al-Qur'an merupakan petunjuk, maka harus diamalkan. Jika tidak diamalkan mengapa ia dijadikan sebagai petunjuk?Dan bagaimana mungkin kita akan mengamalkan al-Qur'an jika kita tidak mengetahui maknanya?

Karena itu Iyas bin Mu'awiyah (w. 122 H) berkata, sebagaimana dinukil al-Qurthubi dalam Tafsirnya,

"Perumpamaan orang yang membaca al-Qur'an sedangkan ia tidak mengetahui tafsirnya; bagaikan sebuah kaum yang kedatangan surat instruksi dari raja mereka di malam hari dan kebetulan mereka tidak memiliki lampu, maka merekapun diliputi kecemasan karena tidak tahu apa isi surat tersebut.Adapun perumpamaan orang yang mengetahui tafsirnya, bagaikan orang yang membawa lampu untuk kaum tersebut, sehingga merekapun menjadi bisa membaca surat tersebut".Jadi, mengamalkan isi al-Qur'an adalah merupakan suatu kewajiban. Karena itulah muncul ancaman bagi mereka yang tidak mengamalkannya.Di dalam Shahih Bukhari diriwayatkan bahwa suatu hari setelah shalat Shubuh Rasulullah shallallahu'alahiwasallam bercerita tentang mimpinya yang diperlihatkan di dalamnya beberapa pemandangan siksaan Allah bagi berbagai macam jenis hamba-Nya,

" [ :]: ""Kemudian kami pun berjalan hingga menjumpai seorang yang terlentang dan di atasnya orang lain membawa batu, lalu batu itu dilemparkan ke kepala orang yang di bawahnya hingga pecah. Lalu batu itupun menggelinding. Si pelempar bergegas mengambil batu tersebut, begitu ia kembali kepala orang yang terlentang tadi telah kembali seperti semula. Maka batupun kembali dilemparkan hingga kepalanya pecah.Maka akupun (Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam) bertanya, "Siapakah orang ini?".

"Jalanlah terus" jawab dua malaikat yang mengantarkanku.

(Lalu di akhir hadits dua malaikat itu menjelaskan seluruh pemandangan yang dilihat Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam)."Adapun orang yang engkau lihat dipecahkan kepalanya adalah orang yang telah Allah ajarkan padanya al-Qur'an, namun ia tidak gunakan. Dan tidak diamalkannya di siang hari. Dia terus disiksa demikian hingga datang hari kiamat". HR. Bukhari dari hadits Samurah bin Jundab.

Maka, mari kita sisihkan sebagian dari waktu kita untuk mempelajari isi al-Qur'an, minimal dengan membaca al-Qur'an Terjemahan, syukur-syukur jika diiringi dengan menelaah kitab-kitab tafsir para ulama Ahlus Sunnah. Luangkan setiap hari sekian menit untuk membaca terjemahan al-Qur'an, terutama surat-surat yang digunakan sebagai bacaan dalam shalat.Semoga Allah senantiasa melimpahkan taufiq-Nya kepada kita semua untuk mengamalkan hal-hal yang diridhai dan dicintai-Nya, amien.

( Kedungwuluh Purbalingga, 17 Rabi'ul Awwal 1431 / 3 Maret 2010Silsilah Materi Kajian Tafsir di Masjid Agung Purbalingga

No: 2

At-Tibyn f db Hamalah al-Qur'n (hal. 65-66).

Al-Itqn f 'Ulm al-Qur'n (I/299-300).

At-Tibyn (hal. 65-66).

Lihat: al-Mufassir; Syurthuh, dbuh, Mashdiruh, karya Ahmad Qusyaidi Suhail (hal. 47).

PAGE 2