2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN...

112
Laporan Akhir ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN (CONSUMER GROUP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KEBERDAYAAN KONSUMEN Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan 2016

Transcript of 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN...

Page 1: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

Laporan Akhir

ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN (CONSUMER GROUP)

DALAM UPAYA PENINGKATAN KEBERDAYAAN KONSUMEN

Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan

Kementerian Perdagangan 2016

Page 2: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

iiPuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

rahmatNya laporan Analisis Kelompok Konsumen (Consumer Group) Dalam

Upaya Peningkatan Keberdayaan Konsumen dapat diselesaikan. Salah satu

indikator keberhasilan pelaksanaan perlindungan konsumen dapat dilihat dari

tingkat keberdayaan konsumennya. Saat ini, secara umum, konsumen di

Indonesia masih berada pada tahap belum berdaya. Pembentukan

kelompok/organisasi konsumen atau lebih dikenal dengan Lembaga

Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah satu

bentuk upaya untuk melakukan sosialiasi dan edukasi kepada konsumen

mengenai hak dan kewajibannya, sekaligus membantu konsumen dalam

melakukan advokasi dengan pelaku usaha, yang pada akhirnya diharapkan

dapat membantu meningkatkan keberdayaan konsumen secara umum.

Analisis ini bertujuan untuk memetakan potensi dan prioritas kelompok

konsumen yang dapat dibentuk, mengidentifikasi bentuk kelembagaan dan

pengelolaan kelompok/organisasi konsumen dalam meningkatkan

pemberdayaan konsumen, serta merumuskan usulan kebijakan terkait

kelompok/organisasi konsumen dalam rangka pemberdayan dan perlindungan

konsumen. Hasil dari analisis ini menunjukkan bahwa saat ini telah terdapat

beberapa LPKSM yang berperan cukup aktif dalam membantuk meningkatkan

keberdayaan konsumen. Namun, kinerja LPKSM dinilai masih belum optimal dan

seringkali terbentur dengan permasalahan dana dan SDM yang terbatas. Oleh

karena itu, perlu ada dukungan dari pemerintah untuk lebih memberdayakan

LPKSM serta melibatkan LPKSM dalam upaya pelaksanaan perlindungan

konsumen.

Kami sadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan,

namun kami harapkan agar analisis ini dapat menjadi bahan masukan bagi

pimpinan dalam merumuskan kebijakan terutama di bidang standardisasi dan

perlindungan konsumen.

Jakarta, Agustus 2016

Pusat Pengkajian Perdagangan Dalam Negeri

Page 3: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

iiiPuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

ABSTRAKSI

Tingkat keberdayaan konsumen Indonesia masih relatif rendah, konsumen belum cukup terdidik dan terinformasi dengan baik sehingga belum mampu memilih barang dan jasa yang terbaik dan belum aktif melindungi dirinya. Kelompok/lembaga konsumen (LPKSM) menjadi penting karena dapat membentuk kesadaran kritis konsumen individu sehingga menjadi kesadaran komunal untuk meningkatkan keberdayaan konsumen. Analisis ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan prioritas pembentukan kelompok konsumen, menganalisis kelembagaan dan pelaksanaan kegiatan dengan metode Case Study Approach dan AHP. Hasilnya, LPKSM masih menemui hambatan yaitu keterbatasan SDM, keterbatasan dana operasional serta persepsi negatif masyarakat. Hasil analisis menunjukkan bahwa perlu dibentuk LPKSM berbasis sektor prioritas yaitu finansial, properti, fasilitas umum, jasa telekomunikasi, dan kesehatan sehingga pelaksanaan kegiatan edukasi dan advokasi lebih efektif. Sebagian LPKSM belum berbadan hukum, masih fokus pada kegiatan advokasi, dan koordinasi masih kurang antar LPKSM dan antara LPKSM dengan pemerintah. Untuk itu, pemerintah perlu lebih memberdayakan LKPSM, menyusun modul edukasi konsumen yang terstandar, serta bersama LPKSM membangun citra positif dan memperbaiki koordinasi dengan meningkatkan peran asosiasi LPKSM.

Kata kunci : keberdayaan konsumen, edukasi, advokasi, kelompok konsumen

ABSTRACT

Indonesia consumers’ empowerment level is still low which causes consumers’ incapability to protect themselves actively. Role of consumers group (LPKSM) become important in developing individual critical conscious into communal level. This study objects to prioritize assorted leading sectors as basis for developing consumers group, analyze organization and management of the groups in conducting education and advocacy programs. Three factors hampering development of the groups are limitation in human resource quality and quantity, limitation on funding, and negative perception of consumers group in society. Result shows five priority sectors consecutively are finance, property/housing, public utilities, telecommunication service, and health service. Some consumer groups do not have legal standing, only focus on advocacy programs, and lack of coordination not only among themselves but also between the groups and government. Therefore, government need to put more effort on consumer groups’ empowerment, produce standardized consumers education modules, together with consumer groups build their positive image, and improve coordination by enhance the role of existing consumer groups association.

Keywords : consumer empowerment, consumer group, education, advocacy

Page 4: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

ivPuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

ABSTRAK .......................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1.Latar Belakang .................................................................... 1

1.2.Rumusan Masalah .............................................................. 4

1.3.Tujuan dan Output .............................................................. 4

1.4. Keluaran Analisis …………………………………………………… 5

1.4.Dampak Analisis .................................................................... 5

1.5.Ruang lingkup ..................................................................... 5

1.6. Sistematika penulisan ....................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 7

2.1.Tinjauan regulasi ……………...................................................... 7

2.2. Tinjauan empiris …………………………………............................ 14

2.3. Kelompok/organisasi konsumen di beberapa negara .................. 25

2.4. Kerangka Pikir ……………............................................................ 29

BAB III METODOLOGI ....................................................................... 32

3.1. Data dan Sumber Data ................................................................ 32

3.2. Metode PengumpulanData ……………………….......................... 32

3.3. Metode Analisis Data ………………………………………………. 33

3.4. Jadwal Operasional ………………………………………………… 35

BAB IV KELOMPOK ORGANISASI KONSUMEN DI DAERAH PENELITIAN.. 39

4.1. Kelompok Konsumen dan Pengelolaannya…................................ 39

4.2. Layanan Produk atau Jasa............................................................. 65

4.3. Persepsi Masyarakat Terhadap Kelompok Konsumen.................. 68

4.4. Peran Pemerintah………............................................................... 71

BAB V HASIL ANALISA……………………………………………………………. 74

5.1. Persepsi Masyarakat Terhadap Kelompok Konsumen.................. 74

Page 5: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

vPuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

5.2. Profil, Hambatan serta Yang Dilakukan oleh Kelompok

Konsumen ……………………………………………………………. 76

5.3. Potensi dan Prioritas Kelompok Konsumen yang Dapat

Dibentuk ………………………………………………………………. 82

5.4. Peran Pemerintah Terhadap Kelompok Konsumen...................... 85

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN............................ 91

6.1. Kesimpulan ……….…………...................................................... 91

6.2. Rekomendasi Kebijakan…………………………............................ 93

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 6: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

viPuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pembobotan dalam Dimensi Indeks Keberdayaan

Konsumen................................................................................... 20

Tabel 3.1. Skala Penilaian Metode AHP ..................................................... 39

Tabel 3.2. Skala Penilaian ………………..................................................... 39

Tabel 3.3. Perbandingan Antar Kriteria ....................................................... 40

Tabel 3.4. Sintesa Penilaian ……………...................................................... 41

Tabel 3.5. Sektor-sektor Penting Terkait Perlindungan Konsumen…........... 41

Tabel 3.6. Operasional Survey…………....................................................... 42

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir ………………........................................................ 35

Gambar 4.1. Prosedur Penanganan Sengketa Konsumen…………………..... 45

Gambar 4.2. Majalah “Consumers” yang diterbitkan YLKIT……………..…..... 59

Gambar 5.1. Hasil Penilaian Sektor-sektor Prioritas…………..………….…..... 89

Page 7: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

viiPuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Page 8: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

1PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Upaya perlindungan konsumen dapat dikatakan berhasil apabila

konsumen Indonesia sudah berdaya, dalam arti bahwa konsumen memahami

hak dan kewajibannya serta mampu untuk melindungi dirinya sendiri dari

potensi kerugian. Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan

perlu mengoptimalkan upaya dalam pemberdayaan konsumen. Hal ini

dilatarbelakangi beberapa faktor (Puska Dagri, 2016), pertama yaitu

pelanggaran hak-hak konsumen masih sering terjadi, kedua adalah perlunya

kesejajaran antara penghormatan atas hak konsumen dengan kewajiban

pelaku usaha. Kemudian yang ketiga adalah makin terbukanya pasar bagi

masuknya berbagai jenis produk dan jasa. Kewenangan Kementerian

Perdagangan terkait perlindungan konsumen tertuang dalam Undang-

Undang No.7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan khususnya pasal 5 ayat (2)

dan (3) yang menyatakan bahwa kebijakan perdagangan dalam negeri

diarahkan dan mengatur tentang perlindungan konsumen dimana

pemberdayaan konsumen menjadi salah satu upaya dalam perlindungan

konsumen. Hal tersebut juga diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 58

Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Perlindungan pasal 4 poin (e) bahwa menteri terkait harus berkoordinasi

untuk meningkatkan pemberdayaan konsumen melalui pendidikan, pelatihan

dan keterampilan.

Keberdayaan konsumen adalah peningkatan kontrol konsumen yang

berdampak positif pada perilaku konsumen terkait konsumsi barang dan jasa

(Direktorat Pemberdayaan Konsumen, 2015). Keberdayaan konsumen

memiliki tiga dimensi utama yaitu dimensi ketegasan konsumen, dimensi

pengalaman praktik tidak adil pelaku usaha dan pemenuhan hak konsumen,

dan dimensi keterampilan konsumen (Simanjuntak, 2014). Konsumen yang

berdaya adalah mereka yang paham dengan baik mengenai hak dan

kewajibannya, sehingga memiliki ketrampilan dasar yang memadai dalam

perilakunya sehari-hari sebagai konsumen. Keterampilan dasar tersebut

antara lain mampu membandingkan harga, mengecek tanggal kadaluarsa,

label dan nomor registrasi produk, serta memperhatikan kualitas produk yang

Page 9: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

2PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

dibeli (Simanjuntak, 2014). Selain itu, mereka juga berperan aktif dalam

memperjuangkan hak-haknya. Namun demikian, hasil studi yang dilakukan

oleh Direktorat Pemberdayaan Konsumen (2015) menunjukkan bahwa

tingkat keberdayaan konsumen di Indonesia, yang diukur melalui Indeks

Keberdayaan Konsumen (IKK), masih rendah yaitu 34,17%. Artinya,

konsumen di Indonesia ada pada tahap memahami hak dan kewajibannya,

namun belum mampu berperan aktif melindungi dirinya.

Oleh karena itu, pemerintah dinilai perlu untuk melakukan upaya-upaya

dalam rangka meningkatkan keberdayaan konsumen. Seperti yang telah

disebutkan dalam salah satu regulasi di atas, pemberdayaan konsumen

dapat ditingkatkan melalui pendidikan, pelatihan dan keterampilan. Upaya

tersebut diimplementasikan dalam bentuk penyuluhan ke kelompok-kelompok

masyarakat, seminar dan workshop di perguruan tinggi dan instansi terkait,

serta kampanye “Konsumen Cerdas”. Namun demikian, berdasarkan hasil

survey yang dilakukan oleh Puska Dagri (2016) pada hampir 5.000

konsumen di seluruh Indonesia, rata-rata lebih dari 80% dari mereka tidak

mengetahui dan tidak ikut serta dalam kegiatan sosialisasi “Konsumen

Cerdas”. Dengan demikian, pemerintah dinilai perlu menggunakan sarana

lain dalam upaya pemberdayaan konsumen. Salah satunya adalah menyasar

program pemberdayaan kepada kelompok konsumen tertentu, misalnya

penggalakan sadar SNI melalui Masyarakat Standarisasi (MASTAN).

Kelompok konsumen ini berfungsi melakukan edukasi dan advokasi terkait

perlindungan konsumen kepada para anggotanya.

Keberadaan kelompok konsumen atau kelompok konsumen merupakan

hal yang lumrah di negara-negara lain, terutama negara maju. Sebagai

contoh, di negara ASEAN seperti Malaysia memiliki Consumers Affairs and

Protection Society of Sabah (CAPS) yang merupakan lembaga independen

beranggotakan masyarakat umum. Beberapa kegiatan utama lembaga ini

antara lain 1) melindungi konsumen dari penipuan, pemalsuan, penindasan

oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab; 2) memupuk kesadaran

konsumen akan hak-hak mereka dan mendorong konsumen untuk berperan

aktif dalam memperjuangkan haknya; 3) menyerahkan masalah yang

dihadapi konsumen kepada pihak yang berwenang untuk ditindaklanjuti; dan

4) menyampaikan saran, komentar dan teguran kepada pihak yang

berwenang. Dengan kata lain, organisasi konsumen ini memberikan edukasi

Page 10: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

3PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

kepada anggotanya, melakukan advokasi, serta menjadi perantara antara

anggotanya dengan pihak-pihak berwenang terkait. Sementara di Australia,

salah satu organisasi konsumen non-profit yang dibentuk sejak tahun 1959

adalah CHOICE. Organisasi ini beranggotakan masyarakat umum dan

melakukan kampanye melalui penerbitan majalah, jurnal dan buku-buku.

Kegiatan utamanya adalah melakukan tes dan review terhadap berbagai

produk yang beredar di pasar untuk memastikan konsumen anggotanya

memperoleh produk yang aman dan sesuai ketentuan.

Beberapa contoh kelompok konsumen di atas menunjukkan bahwa

keberadaan kelompok/organisasi konsumen dapat meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman konsumen akan hak-haknya dan

mendampingi konsumen dalam memperjuangkan hak mereka, sehingga

konsumen memiliki hak tawar yang lebih tinggi secara kolektif. Sebagai

contoh, pembentukan kelompok konsumen di daerah yaitu Kelompok

Konsumen Sadar di Daerah Istimewa Yogyakarta membawa perubahan

kepada konsumen yang menjadi anggotanya: 1) konsumen menjadi lebih

aktif dalam berbagi pengalaman terkait masalah pelanggaran konsumen; 2)

meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan hak-hak

mereka sebagai konsumen; dan 3) masyarakat lebih berani memperjuangkan

haknya dan menuntut pelaku usaha (Purnomo, 2014). Inisiasi pembentukan

kelompok konsumen dapat dilakukan baik oleh kelompok

masyarakat/konsumen maupun pemerintah. Namun demikian,

kelompok/organisasi konsumen belum banyak berkembang di Indonesia.

Hasil studi yang dilakukan oleh AIPEG (2015) menyatakan bahwa lembaga

advokasi masyarakat belum berkembang secara memadai. Kapasitas

masing-masing organisasi konsumen di daerah juga sangat bervariasi

sehingga belum optimal dalam memperjuangkan kepentingan konsumen.

Selain itu, sampai saat ini belum ada asosiasi yang berfungsi sebagai

coordinator dari para lembaga/organisasi konsumen.

Pentingnya peranan kelompok/organisasi konsumen belum diiringi

dengan perkembangan yang memadai. Padahal dengan jumlah konsumen

sebesar 250 juta dan beragamnya jumah barang dan jasa yang beredar di

masyarakat, seharusnya para konsumen dapat direpresentasikan melalui

kelompok/organisasi.

Page 11: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

4PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

1.2. Rumusan masalah

Pentingnya peran konsumen dalam perekonomian harus diiringi usaha

pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan konsumen.

Salah satu sebab masih kurang berdayanya konsumen yaitu konsumen

belum cukup terdidik dan terinformasi dengan baik sehingga tidak mampu

memilih barang dan jasa yang terbaik dan tidak mampu melindungi dirinya

(AIPEG, 2015). Untuk itu, kelompok/organisasi konsumen dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu sarana dalam mengoptimalkan upaya

pemberdayaan konsumen. Berdasarkan gambaran tersebut, maka

pemerintah perlu mendorong dan mendukung pembentukan kelompok

konsumen dalam rangka peningkatan upaya pemberdayaan konsumen.

Kelompok/organisasi konsumen dapat dibentuk berdasarkan kelompok

barang dan jasa yang dikonsumsi, berdasarkan wilayah atau domisili para

anggotanya, dan juga berdasarkan kesamaan profil social ekonomi.

Walaupun potensi pembentukannya besar, namun jumlah dan

perkembangannya tidak seperti yang diharapkan. Selain itu, hasil literature

menunjukkan kelompok/organisasi konsumen ini merupakan lembaga non-

profit, non-pemeritah, pembiayaannya swadaya, serta keanggotaannya

sebagian besar relawan. Keanggotaan dan pengelolaan organisasi ini

menghadapi berbagai kendala dari kurangnya komitmen anggota sampai

kurang terorganisirnya berbagai program dan kegiatan.

Dengan demikian, untuk mengoptimalkan peranan kelompok/organisasi

konsumen maka perlu dilakukan pemetaan potensi pembentukannya,

kemudian bagaimana bentuk lembaga dan pengelolaannya yang efektif/ideal,

serta sejauh mana pemerintah dapat berperan dalam mendukung peran

kelompok konsumen dalam pemberdayaan dan perlindungan konsumen.

1.3. Tujuan analisis

1. Memetakan potensi dan prioritas kelompok/organisasi konsumen yang

dapat dibentuk

2. Mengidentifkasi bentuk kelembagaan dan pengelolaan

kelompok/organisasi konsumen dalam meningkatkan pemberdayaan

konsumen

Page 12: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

5PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

3. Merumuskan usulan kebijakan terkait kelompok/organisasi konsumen

dalam rangka pemberdayaan dan perlindungan konsumen

1.4. Keluaran analisis

1. Peta potensi dan prioritas kelompok/organisasi konsumen yang dapat

dibentuk

2. Hasil identifkasi bentuk kelembagaan dan pengelolaan

kelompok/organisasi konsumen dalam meningkatkan pemberdayaan

konsumen

3. Merumuskan usulan kebijakan terkait kelompok/organisasi konsumen

dalam rangka pemberdayaan dan perlindungan konsumen

1.5. Dampak analisis

1. Bagi pemerintah

Pemerintah dapat mengoptimalkan kelompok/organisasi konsumen

sebagai sarana dalam mengimplementasikan program-program

pemberdayaan konsumen, antara lain edukasi dan advokasi dalam

rangka optimalisasi perlindungan konsumen

2. Bagi masyarakat

Masyarakat atau konsumen secara umum dapat memanfaatkan

consumer group sebagai media atau sarana untuk meningkatkan

pemahaman terhadap hak dan kewajiban sebagai konsumen serta

menyalurkan aspirasi dan keluhan terkait konsumsi barang dan jasa di

masyarakat.

1.6. Ruang lingkup analisis

a. Aspek yang dikaji

• Regulasi yang terkait dengan pemberdayaan konsumen, kelompok dan

organisasi konsumen di tingkat pusat maupun daerah

• Potensi pembentukan kelompok/organisasi konsumen : berdasarkan

kelompok barang dan atau jasa dan wilayah

Page 13: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

6PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

• Prioritas pembentukan kelompok/organisasi konsumen berdasarkan

indikator : jumlah aduan konsumen, potensi kerugian konsumen, dan

proporsi pengeluaran konsumen

• Aspek kelembagaan, pengelolaan serta kegiatan kelompok/organisasi

konsumen dalam mencapai tujuan

b. Daerah penelitian

Daerah yang menjadi ruang lingkup dalam analisis ini adalah lokasi

keberadaan kelompok/organisasi konsumen yang telah terbentuk di

masyarakat yang dibatasi pada 4 daerah yaitu Daerah Istimewa

Yogyakarta, Banten, Jawa Barat dan Sumatera Utara.

1.7. Sistematika penulisan laporan

Laporan kajian ini terdiri dari 6 (enam) bab sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan. Bab ini mendeskripsikan latar belakang, rumusan

masalah, tujuan, output, dampak dan ruang lingkup analisis yang

dilakukan.

BAB II : Tinjauan Pustaka dan Kerangka Berpikir. Bab ini menjelaskan

kerangka berpikir dalam pengkajian dan tinjauan literatur yang akan

digunakan sebagai referensi dalam kajian ini.

BAB III

BAB IV:

: Metode Pengkajian. Bab ini menjelaskan metode yang digunakan

dalam kajian ini untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan

untuk menjawab tujuan kajian meliputi metode analisis, serta sumber

data dan teknik pengumpulan data.

Hasil Studi Lapangan. Bab ini membahas hasil studi lapangan di

daerah survey antara lain profil kelompok konsumen, pelaksanaan

kegiatan, pengelolaan dan hambatan yang dihadapi.

BAB V : Hasil Analisis dan Pembahasan. Bab ini akan menggambarkan potensi

pembentukan, bentuk kelembagaan, dan pengelolaan

kelompok/organisasi konsumen dalam mendukung upaya

pemberdayaan konsumen, serta peran pemerintah dalam

pengembangannya

BAB VI : Kesimpulan dan Rekomendasi. Bab ini memberikan kesimpulan hasil

analisis dan rekomendasi.

Page 14: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

7PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1. Tinjauan Regulasi

2.1.1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen

Perlindungan konsumen, menurut Undang – Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UU PK), adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen. Sementara itu, yang dimaksud dengan konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Tingkat optimalisasi perlindungan konsumen dapat ditunjukkan dari

seberapa besar upaya pemerintah dalam memenuhi tujuan dari

perlindungan konsumen seperti yang tertera di dalam Pasal 3 UU PK, yakni:

a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk

melindungi diri;

b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan

menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk

mendapatkan informasi;

Page 15: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

8PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya

perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan

bertanggung jawab dalam berusaha;

f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,

kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Disamping itu, optimalisasi pelaksanaan perlindungan konsumen juga

dapat dilihat dari seberapa besar upaya pemerintah dalam memberikan

perlindungan kepada konsumen dalam memperoleh haknya serta

memberikan sosialisasi dan edukasi kepada konsumen mengenai kewajiban

konsumen, hingga pada akhirnya diharapkan dapat tercipta konsumen yang

lebih berdaya. Terkait hal tersebut, yang dimaksud dengan hak dan

kewajiban konsumen menurut Pasal 4 dan 5 UU PK antara lain adalah:

(1) Hak Konsumen adalah:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta

jaminan yang dijanjikan;

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa;

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau

jasa yang digunakan;

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif;

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan

perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan

lainnya.

(2) Kewajiban konsumen adalah:

Page 16: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

9PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian

atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan

keselamatan;

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau

jasa;

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen

secara patut.

Pada Pasal 44 dan juga dijelaskan dalam PP No. 59 Tahun 2001 Tentang

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), maka

tugas LPKSM adalah menjalankan fungsi :

i. Edukasi; dengan cara

- menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas

hak dan kewajiban serta kehati-hatian konsumen, dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa. Meliputi penyebarluasan berbagai pengetahuan

mengenai perlindungan konsumen termasuk peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan masalah perlindungan konsumen.;

- memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukan secara lisan

atau tertulis agar konsumen dapat melaksanakan hak dan

kewajibannya;

- melakukan kerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen yaitu dengan cara pertukaran informasi

mengenai perlindungan konsumen, pengawasan atas barang dan/atau

jasa yang beredar, dan penyuluhan serta pendidikan konsumen.

ii. Advokasi; dengan cara membantu konsumen dalam memperjuangkan

haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen.

LPKSM dapat melakukan advokasi atau pemberdayaan konsumen agar

mampu memperjuangkan haknya secara mandiri, baik secara

perorangan maupun kelompok.;

iii. Pengawasan; dengan cara melakukan pengawasan bersama

pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan

konsumen atas barang dan/atau jasa yang beredar di pasar dengan

cara penelitian, pengujian dan/atau survei.

Page 17: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

10PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

2.1.2. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan

perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan

pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku

usaha. Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen dilakukan

oleh Menteri dan atau menteri teknis terkait, yang meliputi upaya untuk :

a. terciptanya iklim usaha dan tumbuhnya hubungan yang sehat

antara pelaku usaha dan konsumen. Hal ini dilakukan terkait :

1. Penyusunan perundangan di bidang PK,

2. Pemasyarakatan peraturan perundang-undangan,

3. Peningkatan peranan BPKN dan BPSK melalui peningkatan

kualitas SDM dan lembaga,

4. peningkatan pemahaman dan kesadaran pelaku usaha dan

konsumen terhadap hak dan kewajiban masing-masing

5. Peningkatan pemberdayaan konsumen melalui pendidikan,

pelatihan, keterampilan

6. Penelitian terhadap barang dan/atau jasa beredar yang

menyangkut perlindungan konsumen

7. peningkatan kualitas barang dan/atau jasa

8. peningkatan kesadaran sikap jujur dan tanggung jawab pelaku

usaha dalam memproduksi, menawarkan, mempromosikan,

mengiklankan, dan menjual barang dan/atau jasa

9. meningkatan pemberdayaan usaha kecil dan menengah dalam

memenuhi standar mutu produksi barang dan/atau jasa serta

pencantuman label dan klausula baku.

b. Pengembangan lembaga perlindungan konsumen swadaya

masyarakat (LPKSM) terkait dalam hal pemasyarakatan peraturan

perundang-undangan dan informasi yang berkaitan dengan

perlindungan konsumen, pembinaan dan peningkatan sumber daya

manusia pengelola LPKSM melalui pendidikan, pelatihan, dan

keterampilan; dan

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan

kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan

konsumen dilakukan dengan cara peningkatan kualitas PPNS,

Page 18: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

11PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

tenaga Peneliti dan penguji barang/jasa; pengembangan dan

pemberdayaan lembaga pengujian mutu barang; dan penelitian dan

pengembangan teknologi pengujian dan standar mutu barang

dan/atau jasa serta penerapannya.

Dalam melakukan ketiga upaya di atas, Menteri melakukan koordinasi

penyelenggaraan perlindungan konsumen dengan menteri teknis.

Menteri teknis bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan

perlindungan konsumen sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

Pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen dan

penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya dilaksanakan

oleh :

1. Pemerintah

Pengawasan oleh pemerintah dilakukan terhadap pelaku usaha

dalam memenuhi standar mutu produksi barang dan/atau jasa,

pencantuman label dan klausula baku, serta pelayanan purna jual

barang dan/atau jasa. Pengawasan dilakukan dalam proses

produksi, promosi, pengiklanan, dan penjualan barang/ jasa

dimana hasil dari pengawasan tersebut dapat disebarluaskan

kepada masyarakat. Ketentuan tata cara pengawasan ditetapkan

oleh menteri dan atau menteri teknis yang terkait.

2. Masyarakat

Pengawasan oleh masyarakat dilakukan terhadap barang

dan/atau jasa yang beredar di pasar dengan cara penelitian,

pengujian, dan atau survey. Aspek pengawasan meliputi

pemuatan informasi tentang risiko penggunaan barang jika

diharuskan, pemasangan label, pengiklanan, dan lain-lain yang

disyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan kebiasaan dalam praktik dunia usaha. Hasil dari

pengawasan tersebut dapat disebarluaskan dan dapat

disampaikan kepada menteri dan menteri teknis.

3. LPKSM

Pengawasan oleh LPKSM dilakukan terhadap barang dan/atau

jasa yang beredar di pasar dilakukan dengan cara penelitian,

pengujian dan atau survey terhadap barang dan/atau jasa yang

diduga tidak memenuhi unsur keamanan, kesehatan, kenyamanan

Page 19: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

12PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

dan keselamatan konsumen. Aspek pengawasan meliputi

pemuatan informasi tentang risiko penggunaan barang jika

diharuskan, pemasangan label, pengiklanan, dan lain-lain yang

disyaratkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan dan kebiasaan dalam praktik dunia usaha. Hasil dari

pengawasan tersebut dapat disebarluaskan dan dapat

disampaikan kepada menteri dan menteri teknis. Pengujian

terhadap barang dan/atau jasa yang beredar dilaksanakan melalui

laboratorium penguji yang telah diakreditasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.3. Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2001 Tentang LPKSM

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat yang

selanjutnya disebut LPKSM adalah Lembaga Non Pemerintah yang

terdaftar dan diakui oleh Pemerintah yang mempunyai kegiatan

menangani perlindungan konsumen. LPKSM yang di akui oleh

pemerintah yaitu LPKSM terdaftar pada Pemerintah Kabupaten/Kota; dan

yang bergerak di bidang perlindungan konsumen sebagaimana tercantum

dalam anggaran dasarnya.

Tugas LPKSM meliputi kegiatan :

a. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas

hak dan kewajiban serta kehati-hatian konsumen, dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Meliputi penyebarluasan

berbagai pengetahuan mengenai perlindungan konsumen termasuk

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah

perlindungan konsumen;

b. Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukan secara

lisan atau tertulis agar konsumen dapat melaksanakan hak dan

kewajibannya;

c. Melakukan kerja sama dengan instansi terkait dalam upaya

mewujudkan perlindungan konsumen yaitu dengan cara pertukaran

informasi mengenai perlindungan konsumen, pengawasan atas

barang dan/atau jasa yang beredar, dan penyuluhan serta

pendidikan konsumen;

Page 20: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

13PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

d. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk

menerima keluhan atau pengaduan konsumen. LPKSM dapat

melakukan advokasi atau pemberdayaan konsumen agar mampu

memperjuangkan haknya secara mandiri, baik secara perorangan

maupun kelompok;

e. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat

terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen atas barang

dan/atau jasa yang beredar di pasar dengan cara penelitian,

pengujian dan/atau survei.

Dalam melaksanakan tugasnya LPKSM dapat bekerja sama dengan

organisasi atau lembaga lainnya, baik yang bersifat nasional maupun

internasional dan melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota setiap tahun.Pemerintah dapat membatalkan pendaftaran

LPKSM, apabila LPKSM tersebut tidak lagi menjalankan kegiatan

prlindungan konsumen dan terbukti melakukan kegiatan pelanggaran

ketentuan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen dan peraturan pelaksanaannya. Ketentuan mengenai tata cara

pembatalan pendaftaran diatur lebih lanjut dalam keputusan Menteri

(Kepmenperindag No. 302/MPP/Kep/10/2001 tentang Pendaftaran

LPKSM).

2.1.4. Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019

Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Perdagangan Tahun 2015-

2019 merupakan dokumen perencanaan kementerian Perdagangan untuk

periode 5 (Lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 hingga tahun 2019.

Perlindungan konsumen merupakan salah satu isu penting yang juga

dibahas dalam renstra tersebut, karena perlindungan konsumen merupakan

salah satu prasayarat dalam mewujudkan perekonomian yang sehat melalui

keseimbangan antara perlindungan kepentingan konsumen dan pelaku

usaha. Hingga tahun 2013, Kementerian Perdagangan telah membuat 9

(Sembilan) nota kesepahaman/memorandum of understanding (MoU)

dengan beberapa instansi teknis terkait. Selain itu, dalam lingkup penguatan

kelembagaan perlindungan konsumen, Kementerian Perdagangan telah

memfasilitasi pembentukan Badan Penyelesaian Konsumen (BPSK) yang

Page 21: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

14PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

sampai dengan tahun 2013 telah mencapai 111 unit BPSK yang tersebar di

kabupaten/kota.

Dalam rangka meningkatkan upaya perlindungan konsumen,

Kementerian Perdagangan melalui Renstra tahun 2015-2019 telah

menetapkan beberapa sasaran yang ingin dicapai yakni meningkatnya

pemberdayaan konsumen, standardisasi, pengendalian mutu, tertib ukur dan

pengawasan barang/jasa. Penetapan sasaran ini bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya serta

menumbuhkan kesadaran pelaku usaha akan pentingnya perlindungan

konsumen sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas

barang/jasa yang berada di pasar dalam negeri. Meningkatnya

pemberdayaan konsumen ditunjukkan dengan semakin meningkatnya

pelaksanaan edukasi konsumen yang menjangkau seluruh lapisan

masyarakat, semakin cerdasnya konsumen serta ketersediaan infrastruktur

dan lembaga perlindungan konsumen. Adapun indikator yang digunakan

sebagai ukuran kinerja dari peningkatan pemberdayaan konsumen adalah

Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK). IKK merupakan indeks yang

mengukur tingkat keberdayaan konsumen di Indonesia. Semakin tinggi nilai

IKK menunjukkan bahwa konsumemn di Indonesia semakin berdaya. Dalam

periode tahun 2015-2019, nilai IKK ditargetkan meningkat dari 37 pada tahun

2015 menjadi 50 pada tahun 2019. Langkah strategis untuk peningkatan

perlindungan konsumen antara lain adalah:

(i) Edukasi konsumen cerdas (Gerakan konsumen cerdas, mandiri dan cinta

produk dalam negeri); dan

(ii) Publikasi perlindungan konsumen secara lebih masif melalui pelaksanaan

tot dalam upaya pembentukan motivator perlindungan konsumen kepada

mahasiswa, pelatihan motivator mandiri serta aktivasi motivator-motivator

perlindungan konsumen yang telah dilatih.

2.2. Tinjauan Empiris

2.2.1. Studi diagnostik perlindungan konsumen

Salah satu studi mengenai konsumen yang membahas mengenai

hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perlindungan konsumsen di

Indonesia adalah studi yang dilakukan oleh AIPEG (2015). Faktor-faktor

terkait perlindungan konsumen yang ditelaah adalah persaingan usaha yang

Page 22: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

15PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

sehat, konsumen yang berdaya, dan kerangka kebijakan perlindungan

konsumen yang efektif. Hasil studi menunjukkan bahwa hambatan pertama

adalah UU PK yang selama ini menaungi upaya perlindungan konsumen

memiliki beberapa kelemahan. Undang – undang ini tidak mengakomodir

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sehingga perlu diamandemen.

Panduan mengenai tata kelola dan pelaksanaan fungsi lembaga-lembaga

pelaksana perlindungan konsumen tidak diatur secara jelas, sehingga

menyulitkan mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Selanjutnya, upaya perlindungan konsumen dianggap tidak memberikan

insentif bagi pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah tidak

menyediakan dana operasional yang memadai. Bidang perlindungan

konsumen belum menjadi prioritas bagi pemerintah daerah dalam menyusun

kebijakan dibandingkan bidang social lainnya seperti pendidikan dan

kesehatan. Selain itu, program perlindungan secara nasional belum terarah

dan terkoordinasi dengan baik sehingga tidak sinkron satu sama lain.

Hambatan pelaksanaan perlindungan konsumen yang kedua adalah

masih rendahnya kesadaran konsumen akan hak-haknya, terutama di kota-

kota kecil dan luar pulau Jawa. Dengan demikian, program-program edukasi

konsumen sebaiknya dievaluasi pelaksanaan dan efektifitasnya mengingat

besarnya jumlah konsumen dan luasnya wilayah Indonesia. Temuan

hambatan selanjutnya adalah persaingan usaha yang kurang sehat, tidak

hanya disebabkan oleh perilaku pelaku usaha namun juga akibat dari

kebijakan pemerintah.

Ada beberapa penyebab tidak berdayanya konsumen, pertama adalah

tidak terwakilinya konsumen dalam pengambilan keputusan yang

berhubungan dengan kesejahteraannya karena lembaga swadaya

masyarakat yang lemah. Kedua, konsumen kurang terdidik karena

keterbatasan informasi sehingga konsumen tidak dapat membuat keputusan

yang terbaik dalam melakukan pembelian atau konsumsi barang dan jasa.

Keterbatasan tersebut juga menghambat konsumen dalam memperjuangkan

hak-haknya.

Lebih lanjut mengenai lembaga konsumen, khususnya lembaga

perlindungan konsumen swadaya masyarakat (LPKSM), dari keseluruhan

jumlah LPKSM sebanyak 426, sebagian besar masih berlokasi di pulau Jawa

dan hanya 3 yang menjadi anggota lembaga Consumer International yaitu

Page 23: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

16PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

YLKI, Lembaga Konsumen Yogya, dan LP2K Semarang. Keanggotaan

LPKSM pada lembaga internasional tersebut menunjukkan tingkat

kemampuan LPKSM dalam membangun jaringan. Kemampuan LPKSM

dinilai variatif dan tidak merata sehingga ini merupakan indikasi bahwa tugas

pembinaan yang seharusnya dilakukan oleh Kementerian Perdagangan dan

Badan Perlindungan Konsumen Nasional kurang efektif. Forum komunikasi

antar LPKSM juga belum terbentuk sehingga kegiatan antar mereka belum

terkoordinasi dengan baik.

2.2.2. Indeks Keberdayaan Konsumen

Analisis mengenai Indeks Keberdayaan Konsumen (IKK) dilakukan oleh

Direktorat Pemberdayaan Konsumen, Kementerian Perdagangan

bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan dilatarbelakangi

fakta bahwa dengan makin beragamnya barang dan jasa yang tersedia di

pasar sehingga konsumen seharusnya berdaya sehingga mampu melindungi

dirinya sendiri dari hal-hal yang merugikan. Studi ini bertujuan untuk

menganalisis indeks keberdayaan konsumen dan dimensinya berdasarkan

wilayah, demografi, aspek sosial dan ekonomi. Penelitian ini dilakukan di 13

provinsi dengan 1.950 responden yang dibagi antara responden yang tinggal

di perkotaan dan pedesaan. Variabel utama dalam studi ini adalah indeks

keberdayaan konsumen yang terdiri dari tahapan pembelianya itu, pra

pembelian, saat pembelian dan pasca pembelian. Masing-masing tahapan

pembelian tersebut memiliki beberapa dimensi yang dirinci dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pembobotan dalam Dimensi Indeks Keberdayaan Konsumen

Tahapan

Pembelian Dimensi Pembobotan

Pra pembelian • Pencarian informasi

• Pengetahuan tentang undang-

undang dan lembaga perlindungan

konsumen

• 20%

• 10%

Saat pembelian • Pemilihan barang dan jasa

• Preferensi barang dan jasa

• Perilaku pembelian

• 5%

• 5%

• 15%

Pasca pembelian • Kecenderungan untuk bicara • 5%

Page 24: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

17PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

• Perilaku komplain • 40%

Kemudian, tingkat keberdayaan konsumen atau skor IKK dikelompokkan

menjadi 5 yaitu :

1. Sadar; mengenali hak dan kewajiban dasar sebagai konsumen (skor

indeks 0.0 – 20.0)

2. Paham; memahami hak dan kewajiban sebagai konsumen untuk

melindungi dirinya (skor indeks 20.1 – 40.0)

3. Mampu; mampu menggunakan hak dan kewajiban konsumen untuk

menentukan pilihan terbaik termasuk menggunakan produk dalam negeri

bagi diri dan lingkungannya (skor indeks 40.1 – 60.0)

4. Kritis; berperan aktif memperjuangkan hak dan melaksanakan

kewajibannya serta mengutamakan produk dalam negeri (skor indeks

60.1 – 80.0)

5. Berdaya; memiliki nasionalisme tinggi dalam berinteraksi dengan pasar

dan memperjuangkan kepentingan konsumen (skor indeks 80.1 – 100.0)

Hasil studi menunjukkan bahwa secara rata-rata di Indonesia,

konsumennya masih belum berdaya dengan skor 34,17. Dengan kata lain,

konsumen Indonesia ada dalam tahap “paham” yaitu mereka memahami

apa-apa yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai konsumen, namun

belum memperjuangkan hak maupun menjalankan kewajibannya. Dimensi

yang memiliki skor indeks tertinggi adalah pereferensi barang dan jasa yaitu

78,60, sementara dimensi dengan skor indeks terendah adalah perilaku

komplain yaitu 11,14.

Sementara itu, jika dianalisis berdasarkan karakter demografi responden,

maka konsumen yang paling berdaya adalah berjenis kelamin perempuan,

tinggal di wilayah perkotaan, memiliki rentang usia 25-54 tahun,

berpendidikan tinggi setara sarjana atau lebih tinggi, dan berpendapatan

rata-rata di atas 10 juta per bulannya.

2.2.3. Pemetaan Kebutuhan Konsumen

Identifikasi kebutuhan konsumen dapat dilihat dari hasil survey Analisis

Pemetaan Kebutuhan Konsumen, yang telah dilakukan pada awal tahun

2016 oleh Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian

dan Pengembangan Perdagangan, bekerjasama dengan Institut Pertanian

Page 25: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

18PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Bogor (IPB). Penelitian ini merupakan program kerja sama dengan

Kementerian PPN/Bappenas dalam rangka merancang strategi nasional dan

rencana aksi penguatan perlindungan konsumen di Indonesia yang

bertujuan untuk menciptakan harmonisasi penyelenggaraan program dan

implementasi kebijakan perlindungan konsumen di berbagai sektor serta

memberikan manfaat yang optimal bagi konsumen di Indonesia.

Penelitian atau survey ini dilakukan terhadap 4829 responden yang

berada di 15 provinsi di Indonesia. tujuan penelitian ini antara lain adalah: (1)

melakukan identifikasi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap kebijakan

pemerintah terkait perlindungan konsumen, hak-haknya selaku konsumen,

prosedur pengaduan konsumen, serta lembaga tempat pengaduan

konsumen; (2) melakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi

masyarakat selaku konsumen dalam penggunaan barang dan jasa serta

cara penyelesaian masalahnya; dan (3) Melakukan identifikasi kebutuhan,

permasalahan, dan harapan masyarakat terhadap program dan sistem

perlindungan konsumen.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kebutuhan perlindungan konsumen

dapat dibagi ke dalam tiga bagian besar, yakni:

1) Sosialisasi dan edukasi terhadap hak dan kewajiban konsumen

Hasil survey menunjukkan bahwa masih terdapat cukup banyak

konsumen yang belum memahami hak dan kewajibannya seperti yang

tertera di dalam Pasal 4 dan 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen. Tingkat kesadaran konsumen akan hak-

haknya sangat rendah. Hasil survey menunjukkan bahwa sekitar 67%

konsumen memiliki pengetahuan yang rendah terhadap haknya, hanya

sekitar 4% konsumen yang memliki pengetahuan yang tinggi akan haknya.

Hal ini menunjukkan bahwa konsumen di Indonesia rentan terhadap

pelanggaran atak hak-haknya yang disebabkan oleh rendahnya

pengetahuan atas hak-haknya tersebut.

Sementara itu, tingkat kesadaran konsumen dalam menjalankan

kewajibannya dapat dilihat dari tingkat kepedulian konsumen dalam

melakukan pengecekan terhadap kualitas produk, tanggal kadaluarsa, ada

tidaknya label halal, komposisi produk, aturan penggunaan produk, nomor

layanan pengaduan, dan lain sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, hasil

penelitian menunjukkan bahwa terdapat sekitar 32% dari konsumen yang

Page 26: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

19PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

tidak peduli dengan kewajibannya dalam membeli atau mengkonsumsi

barang atau jasa. Oleh karena itu, sosialisasi dan edukasi masih menjadi

kebutuhan utama konsumen dalam menciptakan konsumen berdaya yang

mengetahui hak-haknya serta mampu melaksanakan kewajibannya sebagai

konsumen yang baik.

2) Advokasi (saluran pengaduan, pemberian kompensasi/ganti rugi atas

kerugian akibat penggunaan barang/jasa)

Pemberian perlindungan kepada konsumen tidak hanya dilakukan saat

pembelian atau saat mengkonsumsi barang atau jasa, tetapi juga harus

diberikan jika konsumsi barang atau jasa tersebut menimbulkan kerugian

atau dampak buruk bagi konsumen di kemudian hari. Dalam hal ini,

konsumen membutuhkan jaminan advokasi dari pemerintah apabila suatu

saat konsumen memperoleh kerugian akibat mengkonsumsi barang atau

jasa. Advokasi dalam hal ini dapat berbentuk saluran pengaduan, pemberian

kompensasi atau ganti rugi atas kerugian akibat penggunaan barang atau

jasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 37% konsumen pernah

mengalami masalah dalam mengkonsumsi barang atau jasa. Masalah

tersebut dapat berasal dari pedagang maupun pengecer. Dari sejumlah

konsumen yang mengalami masalah, hanya terdapat sekitar 54% konsumen

yang melakukan pengaduan. Sebagian besar (44%) konsumen langsung

mengadu pada penjual produk, sementara sisanya ke produsen (15%) dan

keluarga atau kerabat (9%). Hanya sebagian kecil (1%) yang melakukan

pengaduan ke Lembaga Pengaduan Konsumen (LPK).

Rendahnya pengaduan yang dilakukan pada LPK disebabkan masih

rendahnya tingkat pengenalan konsumen pada LPK yang ada di Indonesia.

Diantara beberapa LPK yang ada saat ini, hanya YLKI yang paling dikenal

oleh konsumen, sementara pengenalan masyarakat terhadap Badan

Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan lain sebagainya

masih relatif rendah. Selain itu, sekitar 44% konsumen menyatakan

alasananya tidak melakukan pengaduan antara lain adalah karena tidak

mengetahui lokasi tempat mengadu, prosedur pengaduan yang rumit, serta

prosesnya yang lama. Oleh karena itu, dibutuhkan sosialisasi dan edukasi

Page 27: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

20PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

terkait dengan bentuk – bentuk advokasi yang diberikan oleh pemerintah

serta lembaga terkait didalamnya.

3) Pengawasan barang (meliputi label, timbangan, standar mutu produk (SNI),

manual kartu garansi (MKG), dll)

Pengawasan terhadap barang dan jasa dapat dilakukan oleh pemerintah

untuk mencegah konsumen dari kerugian yang lebih besar akibat

mengkonsumsi barang atau jasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat sekitar 37% konsumen yang pernah mengalami masalah dalam

mengkonsumsi barang atau jasa. Umumnya masalah yang ditemukan oleh

konsumen antara lain meliputi kualitas produk atau jasa yang tidak sesuai

dengan yang dijanjikan, kebenaran atau kejujuran informasi yang

disampaikan, adanya diskriminasi dalam pelayanan, serta tidak adanya

informasi mengenai efek samping dari produk yang digunakan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, pengawasan barang atau jasa menjadi

salah satu kebutuhan vital konsumen dalam mengkonsumsi barang atau

jasa, sekaligus menjadi bentuk upaya pemerintah dalam menjaga kualitas

mutu barang dan jasa agar memenuhi syarat keamanan dan kesehatan.

2.2.4. Peranan Kelompok/Organisasi Konsumen, Kelembagaan dan

Pengelolaan

Kelompok konsumen, dalam hal ini LPKSM, menurut Peraturan

Pemerintah No.59 Tahun 2001 Tentang LPKSM merupakan lembaga yang

bertugas dalam bidang perlindungan konsumen dan memiliki fungsi :

a. Edukasi; dengan cara

- Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak

dan kewajiban serta kehati-hatian konsumen, dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa. Meliputi penyebarluasan berbagai pengetahuan

mengenai perlindungan konsumen termasuk peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan masalah perlindungan konsumen;

- Memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukan secara lisan

atau tertulis agar konsumen dapat melaksanakan hak dan kewajibannya;

- Melakukan kerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen yaitu dengan cara pertukaran informasi

Page 28: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

21PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

mengenai perlindungan konsumen, pengawasan atas barang dan/atau

jasa yang beredar, dan penyuluhan serta pendidikan konsumen.

b. Advokasi; dengan cara membantu konsumen dalam memperjuangkan

haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen. LPKSM

dapat melakukan advokasi atau pemberdayaan konsumen agar mampu

memperjuangkan haknya secara mandiri, baik secara perorangan maupun

kelompok.

c. Pengawasan; dengan cara melakukan pengawasan bersama pemerintah

dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen atas barang

dan/atau jasa yang beredar di pasar dengan cara penelitian, pengujian

dan/atau survei.

Sementara itu, studi empiris menunjukkan bahwa kegiatan edukasi

konsumen meliputi menyediakan informasi seluasnya sehingga konsumen

dapat memilih barang/jasa dgn lebih baik (informed choice), melindungi

konsumen dari praktek tidak adil dan eksploitatif, dan merubah perilaku

konsumen sehingga menjadi konsumen kritis yang dapat berdampak secara

sosial dan politik bagi lingkungannya (ASIC, 2001). Sekanjutnya untuk

pelaksanaan fungsi advokasi memerlukan infrastruktur advokasi yang efektif.

Menurut hasil studi Brown (2011), infrastruktur advokasi konsumen yang

efektif antara lain meliputi pengetahuan dan pemahaman, kredibilitas,

networks, dan consumers engagement yang kesemuanya diimplementasikan

melalui kampanye aktif dan advokasi yang responsif.

Kemudian, beberapa hasil studi juga menunjukkan pentingnya peranan

kelompok/organisasi konsumen. Pembentukan kelompok konsumen yang

menjalankan tugas dan fungsinya secara baik akan memberikan dampak

yang positif sehingga masyarakat (konsumen) lebih berdaya. Sebagai

contoh adalah pembentukan Kelompok Konsumen Sadar Di DIY

berdasarkan hasil studi Purnomo (2014) yaitu bahwa Pembentukan

kelompok konsumen tersebut membawa perubahan kepada konsumen yang

menjadi anggotanya. Perubahan tersebut meliputi : 1) konsumen menjadi

lebih aktif dalam berbagi pengalaman terkait masalah pelanggaran

konsumen; 2) meningkatnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat

akan hak-hak mereka sebagai konsumen; dan 3) masyarakat lebih berani

memperjuangkan haknya dan menuntut pelaku usaha.

Page 29: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

22PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Lebih lanjut, studi yang dilakukan di New Zealand pada sektor pelayanan

kesehatan (Coney, 2004) menekankan pentingnya partisipasi konsumen,

khususnya yang tergabung dalam kelompok, untuk meningktakan kualitas

layanan kesehatan yang mereka terima. Hasil studi di Amerika Serikat dan

Inggris Raya menunjukkan bahwa kelompok konsumen yang aktif

berpartisipasi mampu memperbaiki pelayanan kesehatan di negara-negara

tersebut. Partisipasi konsumen yang efektif membutuhkan dukungan

pemerintah, komitmen, serta organisasi konsumen yang kuat. Dengan

demikian, hasil studi yang dilakukan Coney ini mendorong pembentukan

kelompok/organisasi konsumen di sektor kesehatan karena New Zealand

saat itu belum memiliki kelompok konsumen tingkat nasional dan belum

memiliki sistem yang terorganisir sebagai wadah komunikasi dan berbagi

informasi bagi konsumen, baik dari pihak pemerintah maupun penyedia

layanan kesehatan.

2.2.5. Metode Analytical Hierarchy Process Dalam Penentuan Prioritas

AHP atau Analytical Hierarchy Process merupakan salah satu metode

pengambilan keputusan multi kriteria yang pertama kali ditemukan dan

dikembangkan oleh Thomas L Saaty, seorang ahli matematika dari

Universitas Pittsburg, Amerika Serikat pada tahun 1970-an. AHP merupakan

metode penelitian yang dapat digunakan untuk membantu menyusun suatu

prioritas dari berbagai pilihan dengan menggunakan beberapa kriteria (multi

criteria). Selain bersifat multi kriteria, AHP juga didasarkan pada suatu

proses yang terstruktur dan logis. Pemilihan atau penyusunan prioritas

dilakukan dengan suatu prosedur yang logis dan terstruktur, dan dilakukan

oleh para ahli yang representatif berkaitan dengan alternatif – alternatif yang

akan disusun prioritasnya (Bourgeois, 2005). Dengan menggunakan metode

AHP, prioritas pilihan yang dihasilkan akan lebih bersifat konsisten dengan

teori, logis, transparan, dan partisipatif. Oleh karena itu, metode AHP akan

sangat cocok digunakan untuk penyusunan prioritas kebijakan publik yang

menuntut transparansi dan partisipasi.

Dalam perkembangannya, metode AHP dinilai memiliki beberapa

kelebihan dalam sistem analisanya, antara lain (Syaifullah, 2010):

Page 30: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

23PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

1) Kesatuan (Unity). AHP mampu menjadikan permasalahan yang luas dan

tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah

dipahami.

2) Kompleksitas (Complexity). AHP memecahkan permasalahan yang

kompleks melalui pendekatan sistem dan pengintegrasian secara

deduktif.

3) Saling ketergantungan (Inter Dependence). AHP dapat digunakan pada

elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak memerlukan

hubungan linier.

4) Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring). AHP mewakili pemikiran alamiah

yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke level-level yang

berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang serupa.

5) Pengukuran (Measurement). AHP menyediakan skala pengukuran dan

metode untuk mendapatkan prioritas.

6) Konsistensi (Consistency). AHP mempertimbangkan konsistensi logis

dalam penilaian yang digunakan untuk menentukan prioritas.

7) Sintesis (Synthesis). AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan

mengenai seberapa diinginkannya masing-masing alternatif.

8) Trade Off. AHP mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada

sistem sehingga orang mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan

tujuan mereka.

9) Penilaian dan konsensus (Judgement and Consensus). AHP tidak

mengharuskan adanya suatu konsensus, melainkan menggabungkan

hasil penilaian yang berbeda.

10) Pengulangan Proses (Process Repetition). AHP mampu membuat orang

menyaring definisi dari suatu permasalahan dan mengembangkan

penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

Sementara itu, kelemahan metode AHP terletak pada ketergantungan

model AHP pada input utamanya yang berupa persepsi seorang ahli,

sehingga melibatkan subyektifitas sang ahli yang berpotensi menjadikan

model tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.

Selain itu, metode AHP tidak disertai pengujian secara statistik sehingga

tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.

Susila & Munadi (2007), dalam penelitiannya, telah menggunakan metode

AHP untuk menyusun prioritas proposal penelitian Badan Litbang

Page 31: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

24PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Terdapat lima proposal penelitian

yang akan ditentukan prioritas pelaksanaannya oleh para ahli, berdasarkan

kriteria penilaian yang ditentukan. Adapun kriteria penilaian yang telah

ditentukan dan digunakan untuk menyusun prioritas proposal penelitian,

sesuai dengan urutan bobot prioritas masing – masing kriteria antara lain

adalah:

(i) Efektifitas dari penelitian untuk mencapai visi dan misi dari Kementerian

Perdagangan. Semakin dianggap efektif penelitian tersebut, maka nilai

yang diberikan akan semakin tinggi dan sebaliknya.

(ii) Urgensi penelitian (penelitian bersifat responsif terhadap isu – isu

penting yang dihadapi oleh Kementerian Perdagangan dan merupakan

isu terkini). Semakin urgen atau penting isu yang disebutkan didalam

penelitian tersebut, maka nilai yang diberikan akan semakin tinggi dan

sebaliknya.

(iii) Kemudahan secara teknis. Semakin mudah penelitian tersebut, maka

nilai yang diberikan akan semakin tinggi dan sebaliknya.

(iv) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian. Semakin lama

waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian maka nilai yang

diberikan akan semakin kecil dan sebaliknya.

(v) Biaya atau total anggaran yang tersedia untuk sebuah penelitian.

Semakin tinggi biaya yang diperlukan, maka nilai yang diberikan akan

semakin kecil dan sebaliknya.

Hasil analisis dengan metode AHP dengan menggunakan kriteria tersebut

diatas menunjukkan urutan prioritas proposal penelitian yang diajukan oleh

Badan Litbang Perdagangan adalah sebagai berikut:

1) Kajian dampak peraturan perijinan perdagangan dalam negeri terhadap

keinginan untuk melakukan bisnis di Indonesia;

2) Dampak penurunan tarif impor di sektor perikanan, kehutanan, dan

produk – produk kimia;

3) Kajian pengembangan pasar distribusi regional untuk produk agro;

4) Kajian minuman beralkohol asal impor;

5) Kajian tentang strategi yang kompetitif dalam pemasaran hasil industri

kerajinan tangan di Indonesia.

Sementara itu Kusdiana & Gunardi (2014), dalam penelitiannya berjudul

Pengembangan Produk Unggulan UMKM di Kabupaten Sukabumi,

Page 32: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

25PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

menggunakan metode AHP untuk melihat produk unggulan UMKM di

berbagai sektor di Kabupaten Sukabumi, yang cocok untuk dikembangkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi upaya pengembangan potensi

unggulan produk UMKM yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah

Kabupaten Sukabumi sehingga diharapkan dapat membantu Pemerintah

Daerah Kabupaten Sukabumi dalam menetapkan program yang lebih fokus

untuk mengembangkan produk unggulan UMKM. Metode AHP yang

digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas produk

unggulan di setiap sektor melalui penilaian yang dilakukan oleh para ahli

terkait. Terdapat tiga sektor yang akan diteliti yakni sektor pertanian, industri

dan jasa, dengan lima produk unggulan pada masing – masing sektor. Untuk

menentukan produk unggulan pada setiap sektor digunakan tiga kriteria

yakni keunikan, aspek pasar dan kontribusi ekonomi. Hasil penelitian dengan

menggunakan metode AHP menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria

keunikan, potensi pasar, dan manfaat ekonomi, potensi unggulan produk

UMKM prioritas di Kabupaten Sukabumi adalah manggis, pengolahan

logam, dan jasa perbengkelan.

Penelitian lainnya dengan menggunakan metode AHP juga telah

dilakukan oleh Soebagiyo & Wahyudi (2008). Penelitiannya bertujuan untuk

menganalisis kompetensi unggulan daerah pada produk batik tulis dan batik

cap Solo di Daerah Tingkat II Kota Surakarta. Terdapat beberapa metode

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah: (i) Metode Bayes,

untuk memperoleh peringkat produk unggulan prioritas; (ii) AHP, dengan

mengaplikasikan Software Expert Choice, yang bertujuan untuk mengetahui

kompetensi unggulan IKM di daerah Surakarta; (iii) Analisis Ekonomi Rantai

Nilai, yang diawali dengan pemetaan rantai (chain map) atas produk

unggulan prioritas yang tergolong sebagai peringkat utama, kemudian setiap

mata rantai nilai diidentifikasi kekuatan atau kompetensinya, untuk

selanjutnya dikuantifikasi dan dinilai analisis ekonomi rantai nilainnya.

Analisis dengan menggunakan metode AHP dilakukan melalui diskusi

dengan narasumber yang kompeten serta memiliki kewenangan dan fokus

terhadap produk kompetensi daerah. Metode AHP dilakukan untuk

menentukan produk kompetensi unggulan prioritas dari kompetensi-

kompetensi produk unggulan yang telah diidentifikasi. Adapun kriteria yang

digunakan dalam melakukan penilaian antara lain adalah: (i) keunikan; (ii)

Page 33: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

26PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

daya saing; (iii) keterbukaan terhadap pasar baru; dan (iv) manfaat yang

lebih baik bagi pelanggan. Hasil analisis dengan menggunakan metode AHP

menunjukkan bahwa batik dan produk batik yang berada di peringkat

pertama dalam produk unggulan IKM di Kota Surakarta atau Solo adalah

yang memiliki keunikan dalam motif, memiliki daya saing unggulan yang

dominan dalam karakteristik, desain dan daya inovasi, serta memiliki makna

filosofis atas motifnya.

2.3. Kelompok/Organisasi Konsumen di Beberapa Negara

2.3.1. Thailand

Foundation for Consumers (FFC), 1994

Merupakan lembaga non-profit dan non-pemerintah yang terbentuk tahun

1983 dengan nama The Coordinating Committee for Primary Health Care of

Thai NGOs (CCPN) yang bergerak dibidang kesehatan. Lembaga bertujuan

untuk:

a. Melakukan koordinasi antara konsumen dan organisasi konsumen untuk

melindungi hak-hak mereka sendiri;

b. Untuk mempromosikan dan memperkuat organisasi konsumen dan

konsumen untuk berpartisipasi dalam perlindungan konsumen;

c. Untuk penelitian dan studi tentang masalah konsumen untuk

mempromosikan perlindungan konsumen;

d. Melakukan koordinasi dengan organisasi nasional dan Internasional

untuk perlindungan konsumen

2.3.2. Malaysia

1. Consumers Affair and Protection Society of Sabah (CAPS)

Merupakan lembaga independen yang anggotanya berasal dari

masyarakat umum dengan membayar iuran. Kegiatan utama lembaga ini

sebagai berikut :

a. Melindungi dan menjaga masyarakat pengguna dari berbagai unsur

penipuan, pemerasan, pemalsuan dan penindasan oleh pihak-pihak

yang tidak bertanggung jawab.

b. Memupuk kesadaran pengguna sehingga membedakan dengan hak-hak

mereka dan bersuara berdasarkan landasan hak dasar pengguna

seperti berikut:

Page 34: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

27PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

- Hak untuk mendapatkan kebutuhan dasar

- Hak untuk mendapatkan keamanan

- Hak untuk mendapatkan informasi

- Hak untuk membuat pilihan

- Hak untuk berekspresi

- Hak untuk mendapatkan ganti rugi

- Hak untuk mendapatkan pendidikan pengguna

- Hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan aman

c. Membantu pemerintah melalui pemantauan harga barang kebutuhan

harian terutama harga barang-barang terkendali di seluruh daerah

d. Menyampaikan saran, komentar dan teguran kepada pihak yang

berwajib agar keluhan atau permasalahan konsumen dapat

ditindaklanjuti.

e. Membentuk masyarakat konsumen ke arah konsumen cerdas melalui

penerapan kebiasaan 'berhemat' dalam mengelola urusan keuangan

pribadi dan keluarga.

f. Mengusulkan seminar, lokakarya, kampanye, kursus, dialog dan lain-lain

kegiatan konsumen yang dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada

pengguna di tingkat desa, mukim, daerah dan zona seluruh negeri

dengan kerjasama dan izin pemerintah daerah yang bersangkutan.

g. Bekerjasama dengan asosiasi, organisasi atau organisasi lain baik di

dalam atau di luar negeri yang memiliki misi, visi dan tujuan yang sama

untuk melindungi masyarakat pengguna.

2. Consumers' Association of Subang and Shah Alam, Selangor

(CASSA)

Merupakan lembaga non pemerintah untuk masyarakat Malaysia kelas

bawah. Lembaga ini bertujuan untuk :

a. Melindungi hak-hak konsumen dibidang makanan, perumahan dan

tempat tinggal, perawatan kesehatan, sanitasi, transportasi umum,

pendidikan, kebijakan publik, hak asasi manusia dan lingkungan.

b. Mendidik masyarakat menjadi konsumen yang bertanggung jawab dan

melindungi konsumen dari penyalahgunaan dan malpraktek yang terjadi

di Pasar.

Page 35: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

28PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

3. FOMCA: Federation of Malaysian Consumers Associations -

Gabungan Persatuan-Persatuan Pengguna-Pengguna Malaysia

Merupakan lembaga dengan lingkup nasional, non pemerintah, bersifat

sukarela, dan non-profit. Lembaga ini terdiri dari 13 asosiasi konsumen di

Malaysia yaitu asosiasi di setiap negara bagian. Tujuan utama lembaga

adalah melaksanakan kegiatan dalam rangka melindungi hak-hak

konsumen; hak untuk membuat pilihan, hak untuk mendapatkan keamanan,

hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk bersuara, hak untuk

mendapatkan ganti rugi, hak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan

aman, hak untuk mendapatkan kebutuhan dasar, dan hak untuk

mendapatkan pendidikan pengguna.

Federation of Malaysian Consumers Associations (FOMCA) merupakan

organisasi non pemerintah yang bersifat sukarela, non-profit, berorientasi

kepada masyarakat. FOMCA adalah sebuah badan organisasi yang

memayungi beberapa asosiasi/organisasi konsumen yang terdaftar di

Malaysia. FOMCA telah berdiri sejak 10 Juni 1973. Sebagai payung

organisasi konsumen di Malaysia, FOMCA berperan dalam menghubungkan

segala aktivitas dari berbagai asosiasi konsumen baik di dalam negeri

(Malaysia) maupun di tingkat internasional yang terkait dengan penguatan

perlindungan konsumen melalui pengaruh, jaringan, perwakilan, kampanye

dan edukasi.

Kegiatan FOMCA berfokus pada peningkatan keberdayaan konsumen

terutama di negara berkembang dengan jumlah konsumen yang terus

bertumbuh.

Visi FOMCA antara lain adalah:

1. Mewujudkan konsumen yang berdaya, berdikari dan mampu melindungi

dirinya sendiri;

2. Mewujudkan konsumen yang cerdas, yang membeli sesuai dengan

kebutuhan hidup dan daya beli konsumen (tidak boros).

Peranan FOMCA terkait dengan visi di atas antara lain adalah:

1. Sebuah badan yang memberi dan menyebarkan informasi;

2. Sebuah badan penyidik yang memberi pendidikan kepada semua

anggota (konsumen);

3. Sebuah badan bertindak yang memberi perlindungan kepada konsumen;

Page 36: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

29PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

4. Sebuah badan yang menyusun strategi, membuat kajian dan ujian untuk

mendapatkan informasi yang benar.

Beberapa aktivitas atau kegiatan FOMCA antara lain adalah:

1. Melakukan kajian terkait isu-isu konsumen dan dampaknya pada rakyat;

2. Melakukan sosialisasi dan edukasi kepada konsumen;

3. Memberikan perlindungan konsumen yang lebih baik;

4. Bila perlu, menjalankan pemeriksaan produk.

Beberapa tujuan dari FOMCA antara lain adalah:

1. Memperkuat perkembangan pergerakan konsumen di Malaysia;

2. Meneliti isu-isu dan masalah konsumen dan berjuang untuk hak-hak

konsumen;

3. Mengusahakan perlindungan konsumen melalui daya beli konsumen

untuk mendapatkan satu orientasi pembangunan yang akan menjamin

keadilan sosial ekonomi dan kualitas perdagangan yang lebih baik bagi

semua stakeholder;

4. Menngkoordinasikan dan menjadi badan konsultasi bagi organisasi

konsumen lain di Malaysia.

Beberapa fungsi utama dan peran FOMCA antara lain adalah:

1. Memberikan pelayanan sebagai koordinator, konsultan dan agen

penasehat terhadap asosiasi konsumen di Malaysia yang terdaftar

sebagai anggotanya;

2. Menampung dan memberikan saran sesuai minat konsumen dalam

rangka mempromosikan kesejahteraan konsumen;

3. Membantu menyelesaikan permasalahan konsumen melalui kebijakan

yang berkembang dan advokasi;

4. Menyediakan perwakilan bagi anggota asosiasi dalam hal hubungan

dengan pemerintah;

5. Menyebarkan informasi kepada konsumen dan memberikan edukasi

kepada konsumen.

Adapun beberapa prinsip FOMCA antara lain adalah:

1. Bekerjasama dengan pemerintah tetapi bukan untuk pemerintah;

2. Bekerjasama dengan konsumen tetapi bukan untuk konsumen;

3. Mengawal kaidah perdagangan yang bersifat mengeksploitasi dan tidak

beretika tetapi bukan menentang kaidah perdagangan yang bertanggung

jawab.

Page 37: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

30PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

FOMCA juga mewakili konsumen dalam hal pembuatan kebijakan dan

implementasi kebijakan di berbagai Kementerian dan Badan, seperti

Kementerian Perdagangan Domestik dan Urusan Konsumen (The Ministry of

Domestic Trade and Consumer Affairs), Kementerian Kesehatan (The

Ministry of Health), Kementerian Keuangan (The Ministry of Finance), dan

lain sebagainya.

2.4. Kerangka pikir

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan perlu mengoptimalkan

upaya dalam pemberdayaan konsumen. Bagian penting dari aspek

pemberdayaan konsumen adalah peningkatan peran kelompok konsumen

untuk memperjuangkan kepentingan konsumen. Hasil studi sementara dari

berbagai literatur menunjukkan masih sedikit LPKSM yang memiliki lingkup

kerja yang spesifik. Pembentukan LPKSM dengan lingkup spesifik akan

meningkatkan efektivitas pelaksanaan kegiatan edukasi dan advokasi

karena LPKSM menguasai materi secara spesifik. Potensi pembentukan

LPKSM tersebut termasuk berdasarkan kelompok barang dan jasa (sector)

dan berdasarkan wilayah. Kemudian, potensi tersebut akan dibahas dan

dianalisis dengan menggunakan metode case study dan juga Analytical

Hierarchy Process (AHP) untuk menentukan potensi mana yang

memungkinkan serta untuk menentukan prioritas yang mana yang akan

menjadi basis pembentukan kelompok konsumen.

Selain itu, dari hasil studi lapangan juga akan dijabarkan bagaimana

bentuk kelembagaan serta pelaksanaan program dan kegiatan yang

dilaksanakan oleh LPKSM. Secara umum, LPKSM merupakan lembaga non-

profit dan non-pemerintah yang membiayai dirinya sendiri dan bersifat

sukarela. Selanjutnya akan dibahas bagaimana bentuk kelembagaan

tersebut mempengaruhi LPKSM dalam menjalankan program dan

kegiatannya dengan metode pendekatan studi kasus. Lebih lanjut, studi

literatur menyatakan bahwa selain frekuensi kegiatan yang memadai, ada

beberapa unsur atau elemen dalam pelaksanaan program edukasi dan

advokasi yang perlu dipenuhi sehingga kegiatan tersebut memberikan

dampak yang positif dan signifikan. Dalam pelaksanaan edukasi, konsumen

perlu: 1) memperoleh informasi yang memadai terkait pilihan barang dan

jasa yang tersedia (informed choice); 2) memperoleh perlindungan dari

Page 38: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

31PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

eksploitasi yang mungkin terjadi; dan 3) program edukasi juga harus

memupuk daya pikir kritis konsumen sehingga konsumen dapat secara aktif

melindungi dirinya sendiri (critical view). Sementara itu, yang diperlukan

dalam pelaksanaan kegiatan advokasi adalah pengetahuan yang cukup,

kredibilitas sudah dibangun secaa baik oleh LPKSM, memperkuat jaringan,

serta penting untuk selalu melibatkan konsumen dalam proses advokasi.

Kelompok/OrganisasiKonsumendalamMendukungPemberdayaan

Konsumen

Potensi

PembentukanBentuk

KelembagaanPelaksanaanProgram

Program- Berdasarkankelompokbarangdanjasa

- Berdasarkanwilayah

- Berdasarkankesamaansosialekonomi

- Non-profit- Non-government- Self/memberfunding

- Voluntary

a. Edukasi:- Informedchoice- Perlindungandari

eksploitasi- Criticalview

b. Advokasi:- Knowledge- Kredibilitas- Networks- Consumer

engagement

MetodeAnalisis:

CaseStudyApproach

Page 39: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

32PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

BAB 3

METODOLOGI

3.1. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer berasal dari para responden yaitu key person pada

consumer group yang sudah terbentuk di masyarakat serta lembaga terkait

lainnya untuk menggali informasi tentang pembentukan consumer group,

perekrutan anggota, pembentukan jaringan, serta program dan kegiatan

yang dilaksanakan dalam rangka mengedukasi dan mengadvokasi anggota

dan masyarakat secara umum. Sementara data sekunder yang dikumpulkan

meliputi regulasi, literatur dan referensi yang terkait, data jumlah consumer

group dan LPKSM, program edukasi dan advokasi yang dilaksanakan

pemerintah dan pihak lainnya.

3.2. Metode Pengumpulan Data

- Purposive sampling

Page 40: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

33PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Penentuan responden dilakukan dengan purposive sampling, yaitu

responden dipilih berdasarkan kriteria tertentu, antara lain merupakan

penggagas terbentuknya kelompok konsumen, pengurus, anggota, dan

mitra terkait.

- In-depth interview

In-depth interview dilakukan untuk memperoleh keterangan secara

mendalam sesuai dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan

dengan tatap muka antara pewawancara dengan responden atau

orang yang diwawancarai. Penggalian dilakukan untuk

mengetahui pendapat responden dalam memandang sebuah

permasalahan. Salah satu kelebihan teknik ini adalah topik atau

pembahasan masalah yang ditanyakan bisa bersifat kompleks

atau sangat sensitif.

- Group discussion

Dalam diskusi grup ini akan diundang seluruh pemangku kepentingan

dalam pelaksanaan pemberdayaan konsumen, antara lain perwakilan

pihak pemerintah, akademisi, penggiat perlindungan konsumen,

termasuk key person yang terlibat dalam kelompok/organisasi

konsumen. Bahasan yang didiskusikan dalam diskusi grup ini meliputi

program dan regulasi pemerintah dan pihak lainnya dalam mendukung

perkembangan kelompok/organisasi konsumen, pelaksanaan kegiatan

pemberdayaan konsumen baik oleh pemerintah maupun oleh

kelompok/organisasi konsumen, hambatan dan permasalahan yang

dihadapi serta dukungan yang diharapkan.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1. Case-study approach

Metode analisis yang digunakan untuk memetakan potensi pembentukan

kelompok/organisasi konsumen adalah dengan analisis deskriptif terhadap

data dan informasi yang diperoleh melalui studi literatur maupun hasil in-

depth interview. Kemudian, pendekatan yang digunakan terkait

kelembagaan/organisasi dan pengelolaan kelompok konsumen adalah case

study atau studi kasus untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam

mengenai kelompok/organisasi konsumen yang sudah terbentuk.

Pendekatan ini menekankan pada analisis kontekstual pada aspek

Page 41: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

34PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

pembentukan, kelembagaan, pengelolaan dan kemudian menganalisis relasi

atau hubungannya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan

analisis case study adalah sebagai berikut :

1. Menentukan dan mendefisinikan pertanyaan penelitian

2. Menentukan contoh kasus yang dijadikan obyek analisis

3. Menyiapkan pengumpulan data termasuk menyusun kuesioner atau

panduan wawancara (in-depth interview)

4. Pengumpulan data

5. Penyusunan laporan

Setelah in-depth interview dilakukan, tahap berikutnya adalah melakukan

analisis deskriptif. Beberapa tahapan sebelum melakukan analisis :

a. Meninjau ulang data dan informasi yang dikumpulkan

b. Membuat transkrip atau verbatim dan membaca ulang transkrip

c. Melakukan koding terhadap sikap, pendapat responden yang

memiliki kesamaan

d. Menentukan kesamaan sikap dan pendapat berdasarkan konteks

yang berbeda

e. Menentukan persamaan istilah yang digunakan, termasuk

perbedaan pendapat terhadap istilah tersebut

f. Mencari hubungan diantara masing-masing kategorisasi yang ada

untuk menentukan bentuk bangunan hasil diskusi atau sikap dan

pendapat

3.3.2. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Secara garis besar, terdapat tiga tahapan pelaksanaan AHP dalam

penyusunan prioritas (Susila & Munadi, 2007):

1. Dekomposisi dari masalah

Untuk menyusun prioritas, maka masalah penyusunan prioritas harus

mampu didekomposisi menjadi tujuan dari suatu kegiatan, identifikasi

pilihan-pilihan, dan perumusan kriteria untuk memilih prioritas.

2. Penilaian untuk membandingkan elemen-elemen hasil dekomposisi

Pada bagian ini, terdapat dua tahap penilaian atau pembandingan antar

elemen yaitu perbandingan antar kriteria dan perbandingan antar pilihan

untuk setiap kriteria. Perbandingan antar kriteria bertujuan untuk

menentukan bobot untuk masing – masing kriteria. Sementara itu,

Page 42: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

35PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria dimaksudkan untuk

melihat bobot suatu pilihan untuk suatu kriteria. Dengan demikian,

tujuan dari penilaian ini adalah untuk melihat seberapa penting suatu

pilihan dilihat dari kriteria tertentu.

Pada awalnya, penilaian atau perbandingan yang digunakan oleh Saaty

(2008) adalah dengan menggunakan skala dari 1/9 sampai dengan 9. Jika

pilihan A dianggap sama (indifferent), maka A dan B masing – masing diberi

nilai 1/3. Jika A jauh lebih disukai dibanding B, maka A diberi nilai 3 dan B

diberi nilai 1/3. Atau dengan penilaian lainnya dimana jika A jauh lebih

disukai dibanding B, maka A misalnya diberi nilai 7 dan B diberi nilai 1/7.

Tabel 3.1 Skala Penilaian Metode AHP Skala Penilaian

(Tingkat Kepentingan) Definisi Keterangan

1 Sama penting 2 Lemah atau sedikit lebih

penting

Dua kegiatan memiliki kontribusi yang sama terhadap pencapaian tujuan

3 Cukup penting 4 Lebih penting

Pengalaman dan penilaian sedikit lebih mendukung satu kegiatan dibanding yang lainnya

5 Kepentingan yang kuat 6 Kepentingan yang lebih

kuat

Pengalaman dan penilaian sedikit lebih mendukung satu kegiatan dibanding yang lainnya

7 Sangat kuat atau kepentingan yang didemonstrasikan

8 Sangat, sangat penting

Sebuah kegiatan yang sangat didukung dibanding kegiatan lainnya; dominan dari kegiatan tersebut ditunjukkan oleh praktek di lapangan

9 Sangat penting (kepentingan yang ekstrim)

Terdapat bukti pendukung untuk mendukung suatu kegiatan dibanding pilihan kegiatan lainnya

1.1-1.9 Jika kegiatan-kegiatannya sangat berdekatan

Kondisi dimana sulit untuk menetapkan kegiatan mana yang lebih penting, namun tetap dapat diputuskan melalui kepentingan relatif antar kegiatan.

Sumber: Saaty, 2008.

Page 43: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

36PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Alternatif penilaian lainnya adalah seperti yang digunakan oleh Bourgeois

(2005) yang menggunakan skala antara 0,1 sampai dengan 1,9. Sebagai

contoh, misalkan A sedikit lebih baik/disukai dari B, maka A diberi nilai 1,3

dan B dinilai 0,7. Namun, jika A jauh lebih disukai dibanding B, maka nilai A

menjadi 1,6 dan B menjadi 0,4 (Tabel 3.2).

Tabel 3.2 Skala Penilaian Hasil Penilaian Nilai A Nilai B

A sangat jauh lebih disukai dari B 1,9 0,1 A jauh lebih disukai dari B 1,6 0,4 A sedikit lebih disukai dari B 1,3 0,7 A sama dengan B 1,0 1,0 A sedikit kurang disukai dari B 0,7 1,3 A jauh kurang disukai dari B 0,4 1,6 A sangat jauh kurang disukai dari B 0,1 1,9 Sumber: Bourgeois, 2005.

Dengan menggunakan penilaian seperti tabel diatas, maka perbandingan

antar kriteria akan menghasilkan seperti Tabel 3.3 berikut. Jika diasumsikan

hanya terdapat empat kriteria, maka dari tabel tersebut dapat dirangkum

sebagai berikut:

• Cij merupakan hasil penilaian/perbandingan antara kriteria i dengan j;

• Ci merupakan penjumlahan nilai yang dimiliki kriteria ke-i;

• C merupakan penjumlahan semua nilai ci;

• Bobot kriteria ke I diperoleh dengan membagi nilai ci dengan c.

Tabel 3.3 Perbandingan antar Kriteria Kriteria CR1 CR2 CR3 CR4 Jumlah Bobot

CR1 - C12 C13 C14 C1 Bc1=c1/c CR2 C21 - C23 C24 C2 Bc2=c2/c CR3 C31 C32 - C34 C3 Bc3=c3/c CR4 C41 C42 C43 - C4 Bc4=c4/c

Jumlah C

Proses penilaian antar pilihan dilakukan untuk semua kriteria dan

dilakukan oleh ahli atau stakeholder utama. Jumlah ahli yang diikutsertakan

bervariasi tergantung pada ketersediaan sumber daya. Penilaian ini dapat

dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada masing – masing ahli

ataupun dengan melakukan suatu pertemuan para ahli untuk melakukan

penilaian tersebut.

Page 44: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

37PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

3. Sintesis Penilaian

Sintesis penilaian merupakan tahap akhir dari AHP. Sintesis merupakan

penjumlahan dari bobot yang diperoleh setiap pilihan pada masing – masing

kriteria setelah diberi bobot dari kriteria tersebut. Secara umum, nilai suatu

pilihan adalah sebagai berikut:

!"#$= $=1%!"$& * !'&

………………………………………………………………………………………………………(1)

Bop = nilai/bobot untuk pilihan ke-i

Formula tersebut dapat juga disusun dalam bentuk tabel. Untuk

memudahkan penilaian, diasumsikan ada empat kriteria dengan empat

pilihan seperti Tabel 3.4 berikut. Sebagai contoh, nilai prioritas/bobot pilihan

1 (OP1) diperoleh dengan mengalikan nilai bobot pada kriteria dengan nilai

yang terkait dengan kriteria tersebut untuk pilihan 1 sebagai berikut:

Bop1 = bo11 * bc1 + bo12 * bc2 + bo13 * bc3 + bo14 * bc4

…………………………………………………………..(2)

Hal yang sama dilakukan untuk pilihan ke-2, 3 dan 4. Setelah diperoleh

nilai untuk masing – masing pilihan, prioritas dapat disusun berdasarkan

besarnya nilai tersebut. Smakin tinggi nilai suatu pilihan, maka semakin

tinggi prioritasnya dan sebaliknya.

Tabel 3.4 Sintesa Penilaian CR1 CR2 CR3 CR4 Prioritas bc1 bc2 bc3 bc4 bopi

OP1 bo11 bo12 bo13 bo14 bop1 OP2 bo21 bo22 bo23 bo23 bop2 OP3 bo31 bo32 bo33 bo34 bop3 OP4 bo41 bo42 bo43 bo44 Bop4

Sektor Prioritas Dalam Pembentukan LPKSM

Selanjutnya, dengan metode AHP maka disusun prioritas sektor atau

kelompok barang yang menjadi basis pembentukan kelompok konsumen

atau LPKSM. Untuk itu diperlukan pilihan sektor-sektor prioritas, indikator

atau kategori penilaian, dan bobot dari masing indikator tersebut.

Berdasarkan hasil tinjauan literatur dan diskusi dengan expert, maka sektor-

Page 45: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

38PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

sektor yang penting untuk dijadikan basis pembentukan LPKSM tercantum

dalam tabel berikut.

Tabel 3.5. Sektor-sektor penting terkait perlindungan konsumen

3.4. Jadwal Operasional Pengumpulan Data di Daerah

Pelaksanaan survey dilakukan oleh Tim Peneliti yang dibagi menjadi 4

(empat) tim berdasarkan wilayah. Adapun susunan tim dan target

responden adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6. Operasional Survey

Daerah Waktu

Pelaksanaan

Petugas Survey Target

Responden

Sumatera

Utara

M5 Mei 2016 Michael

Manurung, Yudha

Hadian Nur Ratna

Anita

Key person pada

kelompok

konsumen yang

sudah ada, dinas

dan lembaga

terkait

D.I.Yogyakarta M4 Juni 2016 Ratna Anita, Riska

Pujiati, Deasy

Key person pada

kelompok

Page 46: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

39PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Hariyani konsumen yang

sudah ada, dinas

dan lembaga

terkait

Banten M5 Juni 2016 Ranni Resnia,

Bagus Wicaksena,

Riska Pujiati

Key person pada

kelompok

konsumen yang

sudah ada, dinas

dan lembaga

terkait

Jawa Barat M4 Juli 2016 Sri Hartini, Ranni

Resnia, Ratna

Anita, Asih Yulianti

Key person pada

kelompok

konsumen yang

sudah ada, dinas

dan lembaga

terkait

Page 47: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

40PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

BAB IV

KELOMPOK/ORGANISASI KONSUMEN DI DAERAH PENELITIAN

4.1. Kelompok Konsumen Dan Pengelolaannya

4.1.1. LPKSM Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY)

Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) didirikan pada tanggal 12 April

1978 dengan nama awal YLK Perwakilan Yogyakarta yang menginduk ke

YLKI (Jakarta). Bentuk organisasi pada awalnya adalah yayasan. Pada

tanggal 20 Mei 1999, YLK Perwakilan Yogyakarta melepaskan diri dari YLKI

dan bentuk organisasi berubah dari yayasan ke organisasi kemasyarakatan

dengan nama YLKI Yogyakarta. Nama YLKI Yogyakarta mengalami

perubahan lagi pada Musyawarah Anggota ke-2 tahun 2005 dengan nama

Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY). Alasan berubahnya bentuk

organisasi menjadi organisasi kemasyarakatan adalah dengan dasar

pemikiran bahwa organisasi bersangkutan adalah organisasi konsumen

yang terbuka bagi siapapun untuk masuk kedalamnya dan memperjuangkan

isu-isu perlindungan konsumen. Kekuasaan tertinggi di LKY adalah

Musyawarah Anggota. Dibawahnya terdapat Dewan Pengawas dan Dewan

Pengurus. Dewan Pengawas mempunyai tugas melakukan pengawasan

terhadap kinerja Dewan Pengurus dalam melaksanakan amanah

Musyawarah Anggota.

Adapun susunan Dewan Pengawas LKY periode tahun 2014 – 2018

adalah sebagai berikut :

a) Ketua : Nanang Ismuhartoyo

b) Anggota : AP. Murniati Sucipto

Sementara untuk Dewan Pengurus, bersifat kolektif kolegial dengan

susunan sebagai berikut :

a) Ketua : Saktya Rini Hastuti

b) Koordinator Program : Renta Chrisdiana

c) Koordinator Pelayanan Publik : J. Widijantoro

d) Sekretaris : Dwi Priyono

e) Bendahara : Erri Sulistyawati

Page 48: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

41PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Koordinator program berfungsi memberikan pendidikan pengorganisasian

atau pendidikan konsumen seperti misalnya siaran di radio, televisi,

penyebaran leaflet, penyuluhan ke masyarakat, pelatihan dan pembentukan

kelompok konsumen. Salah satu bentuk kegiatan dari koordinator program,

yaitu siaran radio dianggap cukup efektif sebagai salah satu media

pembelajaran mengenai hak konsumen bagi masyarakat dikarenakan dapat

menjangkau masyarakat luas. Tiap wilayah biasanya memiliki jaringan radio

lokal yang masih memiliki banyak audiens. Namun, cara ini masih memiliki

kekurangan disebabkan dibutuhkan dana yang cukup besar bagi para

anggota LKY untuk menjangkau radio lokal di wilayah masing-masing

tersebut. Beberapa contoh edukasi lewat siaran radio antara lain adalah

pendidikan konsumen tentang pangan, BPJS, listrik, dan lain-lain.

Penyuluhan ke sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi juga dilakukan oleh

LKY agar masyarakat, khususnya dalam hal ini anak-anak sekolah hingga

mahasiswa juga melek akan pangan yang sehat dan sadar akan hak-haknya

sebagai konsumen. Penyuluhan juga diberikan oleh LKY berbarengan

dengan kegiatan lainnya, misalnya kegiatan ibu-ibu PKK yang disisipkan

materi dari pihak LKY. Berbagai kegiatan ini dilakukan dengan target agar

timbulnya kesadaran konsumen terhadap barang dan jasa sehingga

masyarakat memiliki kemampuan untuk mengadvokasi dirinya sendiri.

Koordinator Pelayanan Publik berfungsi menerima pengaduan,

konsultansi, sebagai staf ahli (misal di Polda) dan memberi advokasi

kebijakan ke pemerintah. Ketika ada pengaduan dari masyarakat, langkah

awal yang dilakukan LKY adalah mendorong konsumen untuk

melaporkannya ke BPSK ataupun ke Ombudsman daerah. Adanya

keterbatasan sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu alasannya.

LKY hanya mengambil kasus-kasus yang jarang terjadi atau unik dan bisa

memberi dampak terhadap kebijakan pemerintah. Sebagai contoh untuk

kasus ibu melahirkan, selama ini hanya si ibu yang berhak terdaftar di BPJS

dan mendapat layanan, namun sekarang bayipun sudah bisa terdaftar di

BPJS dan mendapat layanan.

Page 49: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

42PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Gambar 4.1 Prosedur Penanganan Sengketa Konsumen

Dalam kegiatannya, LKY memiliki visi yaitu terwujudnya keadilan bagi

seluruh masyarakat konsumen, sedangkan untuk misi dari LKY yaitu :

a) Menumbuhkan kesadaran kritis konsumen;

b) Menggalang solidaritas konsumen;

c) Mendorong terbentuknya kelompok-kelompok konsumen yang kuat dan

kritis;

d) Membela konsumen nir-daya, dan

e) Memperjuangkan keadilan bagi masyarakat konsumen.

Misi-misi yang diemban oleh LKY ini kemudian diterjemahkan dalam

beberapa Bidang Kegiatan Utama (BKU) berdasarkan hasil Musyawarah

Anggota ke-4 :

a) Pemberdayaan masyarakat konsumen, terdiri dari pengorganisasian

konsumen dan pendidikan konsumen (termasuk kampanye publik);

b) Perubahan kebijakan, terdiri dari pemantauan/penelitian, pengaduan

kasus sengketa konsumen-produsen, advokasi kebijakan;

c) Penguatan kapasitas lembaga (internal LKY), terdiri dari pengembangan

sumber daya manusia dan fund rising.

Implementasi dari BKU untuk pemberdayaan masyarakat konsumen, LKY

telah memulai untuk merintis 4 Kelompok Konsumen Sadar (KKS) di wilayah

Page 50: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

43PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

kota Yogyakarta. Keempat KKS tersebut ada di wilayah Tegalkemuning,

Serangan, Cokrodiningratan dan Kotabaru. Dua kelompok di Sleman, yakni

di Kring Minggir II dan Kisik (Sendang agung, Minggir, Sleman). Di samping

itu, juga memperluas wilayah pengorganisasian konsumen, terutama di

Gunungkidul, yakni di desa Wareng, Wonosari, Gunung Kidul. Berdasarkan

konsep pengorganisasian ini, LKY meraih penghargaan sebagai lembaga

perlindungan konsumen terbaik nasional (Indonesia Consumer Protection

Award) dalam Shoutheast Asian Conference –Technical Corporation for

Consumer Protection pada tanggal 7-8 November 2006.

Pembentukan KKS ini bisa berasal dari tokoh masyarakat ataupun

anggota LKY yang berada di wilayah bersangkutan. LKY dalam hal ini

mendorong pembentukan KKS di wilayah-wilayah, selain agar lebih

mempermudah dalam hal komunikasi dan koordinasi di wilayah tersebut,

juga agar cakupan masyarakat yang cerdas dan mengetahui hak-haknya

sebagai konsumen juga bisa menjadi lebih luas. Namun sedikit berbeda

dengan LKY, KKS ini lebih konsentrasi pada segala sesuatu yang bersifat

praktis atau dapat langsung diaplikasikan, yang sesuai dengan kebutuhan

wilayah masing-masing. Tidak ada unsur advokasi pada KKS.

Keanggotaan LKY adalah berbasis relawan. Dalam hal perekrutan

anggota, tidak ada kriteria spesifik. Setiap warga dapat menjadi anggota

LKY. Di awal setelah resmi menjadi anggota, mereka diberi pelatihan selama

3 (tiga) hari, antara lain mengenai hak konsumen, isu pangan dan isu

kesehatan. Saat ini sekitar 20-25 orang anggota yang aktif di LKY, dengan

latar belakang yang cukup beragam, seperti mahasiswa, dosen, ibu rumah

tangga, pensiunan dari berbagai dinas, dan lain-lain. Keaktifan mereka dapat

diketahui dari seringnya mereka menghadiri pertemuan-pertemuan yang

diselenggarakan oleh LKY maupun berperan sebagai narasumber. Semua

itu dipelajari oleh anggota secara learning by doing. Adapun manfaat yang

bisa diterima oleh anggota LKY adalah menambah pengetahuan, menambah

jaringan (networking), menyuarakan aspirasi bahkan peluang dalam

mengembangkan usaha.

LKY dalam perkembangannya memiliki beberapa hambatan. Terbatasnya

SDM adalah salah satu hal yang masih dirasakan oleh LKY. Masih

rendahnya tingkat kesadaran konsumen akan haknya (salah satunya dapat

dilihat dari sedikitnya jumlah anggota yang terlibat) menjadikan LKY cukup

Page 51: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

44PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

sulit untuk bisa merekrut anggota. Beberapa anggota yang kemudian

akhirnya keluar dari keanggotaan LKY karena memiliki aktivitas yang

berdampak pada perolehan pendapatan yang lebih pasti juga merupakan

salah satu alasan SDM LKY kurang berkembang. Selain hambatan dalam

hal keterbatasan SDM, hambatan lain adalah dari sisi pendanaan. Sebagai

organisasi nirlaba, tentu saja LKY tidak boleh meminta uang kepada

konsumen yang mereka dampingi. Iuran anggota dalam hal ini tidak bisa

mencukupi besarnya pengeluaran LKY terutama dalam hal operasional. Saat

ini iuran anggota ditetapkan sebesar Rp. 5.000/bulan dan tidak memiliki

jangka waktu keanggotaan. Keanggotaan bersifat sukarela. Selain dari iuran

anggota, sumber dana sebenarnya juga terkadang dapat mereka peroleh

lewat proyek-proyek yang dikerjakan bersama mitra LKY. Penghasilan (fee)

yang mereka peroleh ketika terlibat dalam suatu proyek nantinya dipotong

untuk masuk ke kas LKY. Namun hal ini tidak bersifat rutin. Keterbatasan

SDM dan pendanaan juga menjadi alasan kurang berkembangnya beberapa

KKS yang mereka bina.

Selain menjalankan berbagai program di berbagai bidang untuk

memperbaiki kondisi perlindungan konsumen di Indonesia, LKY telah

menjadi sumber utama berbagai pihak baik kalangan perguruan tinggi,

instasi pemerintah dan swasta, penegak hukum, media massa maupun

masyarakat pada umumnya, untuk memperoleh berbagai data, hasil

penelitian, kesaksian, maupun opini/pendapat yang terkait dengan isu-isu

perlindungan konsumen. Oleh karena itu, LKY mengembangkan konsep

Pusat Pembelajaran Konsumen atau Consumer Learning Center (CLC) yang

merupakan kegiatan inti di bidang pendidikan dan pelatihan dimana LKY

dapat diakses oleh semua pihak untuk beragam kebutuhan di bidang

perlindungan konsumen. Berikut beberapa jenis pelatihan yang diberikan

oleh CLC :

a) Pelatihan Konsumerisme Dasar

Bertujuan agar peserta mengerti, memahami dan melaksanakan nilai-nilai

yang terdapat dalam gerakan konsumen. Adapun materi dalam topik ini

antara lain : sejarah gerakan konsumen dan nilai-nilai kemanusiaan, needs

and wants (membedakan kebutuhan dan keinginan), hukum perlindungan

konsumen, isu-isu konsumen dan membentuk organisasi konsumen.

b) Pelatihan Kesadaran Konsumen untuk Anak

Page 52: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

45PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Membekali anak dengan pemahaman tentang hak-hak konsumen sangat

penting diberikan, karena anak merupakan salah satu sasaran dari para

pelaku usaha dalam menjual barang atau jasa yang dihasilkan. Hal ini

diharapkan dapat membuat anak tidak terjebak pada budaya konsumtifisme

akibat pengaruh iklan dan media promosi lainnya. Materi dalam pelatihan ini

antara lain : hak-hak konsumen, jajanan sehat, mengkritisi iklan, mengkritisi

tontonan dan praktek pengaduan konsumen.

c) Pelatihan Hukum Perlindungan Konsumen UU Perlindungan Konsumen

(UU PK)

Meskipun UU Perlindungan Konsumen talah disahkan sejak tahun 1999,

namun pelaksanaan dianggap masih jauh dari yang diharapkan. Untuk itu,

pengenalan hukum dan produk-produk aturan lainnya dalam ranah

perlindungan konsumen perlu dimengerti dan dipahami oleh pihak-pihak

terkait dalam penyediaan barang dan jasa maupun pihak yang

berkepentingan terhadap perlindungan konsumen lainnya. Materi yang

diberikan yaitu : telaah kritis UU PK, telaah kritis aturan-aturan turunan UU

PK, penyelesaian sengketa konsumen dan studi kasus.

d) Pelatihan Keamanan dan Kedaulatan Pangan

Pelatihan ini bertujuan agar peserta mampu memahami keamanan,

kesehatan dan mampu berdaulat atas pangan kita sendiri sehingga dapat

memperkecil dampak negatif dari pangan yang ada. Materi yang

disampaikan yaitu : hak-hak konsumen pangan, telaah kritis UU Pangan,

keamanan dan kesehatan pangan, mengenal bahan-bahan pangan lokal dan

diversifikasi pengolahan bahan pangan lokal.

Beberapa bentuk kegiatan yang dianggap cukup efektif yang selama ini

sudah dilakukan adalah melakukan edukasi lewat pertemuan-pertemuan dan

siaran radio. Namun mereka juga berharap selain kegiatan-kegiatan yang

sudah ada saat ini, mereka juga bisa memiliki divisi riset yang berfungsi

untuk mencari dan mengolah data di lapangan sesuai kebutuhan. Selama ini

data yang mereka peroleh baru dari dinas-dinas terkait dan sifatnya masih

berupa data umum, bukan data yang khusus (spesifik). Apabila LKY kelak

memiliki divisi riset, maka diharapkan data yang diperoleh dapat menjadi alat

kampanye atau edukasi terhadap masyarakat.

LKY dalam hal ini selain bermitra dengan pemerintah juga bekerja sama

dengan beberapa lembaga, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Page 53: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

46PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Beberapa pihak yang selama ini telah melakukan kerjasama dengan LKY

antara lain : Lembaga Ombudsman, Swasta DIY, Lembaga Ombudsman

Daerah, BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) kota Yogyakarta,

PKK Propinsi, dinas-dinas di kalangan pemerintah (pertanian, kesehatan,

pendidikan, perekonomian dan perdagangan) baik kabupaten/kota atau

propinsi, akademisi dan perguruan tinggi, Consumer International (CI),

Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), YLKI Jakarta, Institute for

Global Justice (IGJ) Jakarta, HIVOS, Gerakan Bisnis Beretika Berkelanjutan

(Gatra Tri Brata), Yayasan Kesehatan Perempuan, Jaringan Perempuan

Peduli Kesehatan, Maju Perempuan Indonesia untuk Penanggulangan

Kemiskinan (MAMPU), Australian Aid, dll. Saat ini LKY juga tercatat sebagai

: anggota Forum LSM DIY, anggota Tim Keamanan Pangan, Pangan dan

Gizi DIY dan anggota Consumers International Regional Office of Asia

Pacific (CIROAP) yang berkantor di Kuala Lumpur, Malaysia.

4.1.1.1. Kelompok Konsumen Sadar Gunung Kidul

Kelompok Konsumen Sadar Gunung Kidul atau yang biasa disingkat KKS

Gunung Kidul merupakan salah satu organisasi masyarakat hasil bentukan

dari LPKSM LKY dengan lokasi di Desa Wareng. Berdiri sekitar tahun 2013

dengan Ketua Ibu Parjiem (sampai dengan saat ini). Ibu Parjiem sendiri

merupakan salah satu anggota LKY. Masyarakat sekitar biasa mengenal

KKS ini dengan nama KKS Menur. Arti dari menur adalah barang kecil yang

padat dan memiliki aroma yang harum. KKS ini dibentuk dengan tujuan agar

masyarakat sekitar memiliki pemahaman akan pentingnya makanan sehat

dan mengetahui cara budidaya makanan sehat. KKS Gunung Kidul memiliki

beberapa kelompok (cabang), antara lain di daerah Ponjung (4 kelompok)

dan di daerah Panggang (8 kelompok).

Sebagaimana disampaikan pada bagian sebelumnya, salah satu

perbedaan antara LPKSM dengan KKS adalah pada tujuan utamanya. KKS

memiliki tujuan utama lebih mendorong pengolahan produk lokal namun juga

turut menyisipkan pengetahuan tentang hak-hak konsumen. Beberapa

produk lokal yang dikembangkan adalah membuat kripik dari bonggol

pisang, singkong yang dikeringkan dan difermentasi, nasi dikeringkan, dll.

Produk-produk ini diberi merek “Menur”. Pemasaran dilakukan lewat

kelompok (cabang) yang mereka miliki. KKS Gunung Kidul sebisa mungkin

Page 54: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

47PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

membuat produk-produk yang dianggap unik atau jarang dipasarkan

sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi daripada produk-produk yang

biasa ada di pasaran. KKS dalam hal ini tidak memiliki unsur advokasi dan

tidak terdaftar di pemerintah kabupaten/kota.

Struktur organisasi KKS Gunung Kidul terdiri dari Ketua, Sekretaris,

Bendahara, Seksi Simpan Pinjam, Seksi Produksi, Seksi Usaha dan Seksi

Humas. Anggota KKS Gunung Kidul aktif saat ini adalah sekitar 25 orang

dengan sifat keanggotaan sukarela dan kekeluargaan serta tidak memiliki

batas waktu keanggotaan. Saat awal bergabung menjadi anggota, mereka

diminta untuk membuat kesepakatan diantaranya yang berkaitan dengan

kedisiplinan, kesopanan, dan lain-lain. Semua anggota adalah wanita. Iuran

awal sebesar Rp. 2.000 dengan iuran wajib Rp. 500/bulan. Mereka juga

memiliki iuran sukarela yang sebenarnya berbentuk tabungan. Nantinya, dari

iuran sukarela tersebut, mereka dapat mengambil kembali uang mereka

untuk dipergunakan sesuai kebutuhan, misalnya membuat seragam KKS

Gunung Kidul. Seragam ini dibuat dengan tujuan agar semakin timbul rasa

kebersamaan.

Beberapa hak yang dimiliki jika menjadi anggota KKS Gunung Kidul

adalah mendapat pengetahuan tentang berbagai macam budidaya di bidang

pertanian, mendapat pengetahuan tentang hak konsumen dan mendapat

kesempatan untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh KKS

Gunung Kidul, seperti wisata di akhir tahun. Adapun kewajibannya adalah

menghadiri pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh KKS Gunung

Kidul, membayar iuran wajib dan mengikuti program jual jasa. Yang

dimaksud dengan program jual jasa adalah program membantu masyarakat

sekitar dalam mengolah lahan, baik lahan yang dimiliki oleh anggota maupun

bukan anggota. Uang yang diperoleh dari hasil menjual jasa tersebut

sepenuhnya menjadi milik kas KKS Gunung Kidul. Tujuan diadakannya

program ini adalah selain untuk menambah kebersamaan juga untuk

membantu menambah kas KKS Gunung Kidul. Tiap anggota diharapkan

mampu untuk menjadi contoh yang baik bagi masyarakat sekitar.

KKS Gunung Kidul juga memiliki program edukasi kepada anggotanya.

Pemberian materi ini biasanya tidak melalui persiapan tertentu melainkan

lebih bersifat spontanitas. Dalam setiap pertemuan diupayakan materi

mengenai perlindungan konsumen, terutama dalam hal pangan agar dapat

Page 55: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

48PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

disisipkan. Dalam hal ini tidak hanya pengurus yang berhak untuk

menyampaikan materi, namun bisa juga dari anggotanya. Pengetahuan yang

mereka peroleh dari menghadiri pertemuan atau seminar di tempat lain wajib

untuk dibagi kepada anggota KKS Gunung Kidul lainnya. Dalam hal ini

setiap anggota diberi kesempatan untuk mengikuti pertemuan-pertemuan

tersebut. Hanya saja mereka berharap pelatihan atau seminar yang

diberikan tidak hanya berupa teori namun juga sekaligus praktek, sehingga

lebih memudahkan mereka dalam memahami materi yang disampaikan.

Walaupun KKS Gunung Kidul memiliki kelompok atau cabang di tempat

lain, namun ibu Parjiem selaku ketua sesekali masih harus memantau dan

memberi materi di kelompok-kelompok tersebut, dikarenakan SDM yang

dimiliki masih memiliki keterbatasan terutama dalam hal pengetahuan. Hal

ini juga dianggap sebagai hambatan yang masih kerap mereka temui,

terutama karena mereka merasakan masih kurangnya peranan LKY sebagai

organisasi yang membentuk KKS Gunung Kidul. Peranan LKY dalam hal ini

terutama dari segi pembinaan dan pemberian materi-materi yang bersifat

edukasi.

4.1.1.2. Kelompok Konsumen Sadar Kotabaru

KKS Kotabaru juga merupakan salah satu organisasi masyarakat hasil

bentukan dari LPKSM LKY. Dibentuk sekitar tahun 2012. Tidak banyak

informasi yang bisa diperoleh dari KKS Kotabaru ini, dikarenakan kebetulan

responden yang diwawancarai bukanlah ketua atau pengurus kelompok

bersangkutan.

KKS Kotabaru dinamakan demikian dikarenakan lokasinya di daerah

Kotabaru. Adapun tujuan dibentuknya KKS ini hampir sama dengan KKS

Gunung Kidul, yaitu mendorong masyarakat sekitar daerah Kotabaru untuk

lebih menggunakan produk olahan lokal yang tetap aman dan higienis,

membekali masyarakat dengan pengetahuan mengenai hak-hak konsumen

serta cara pengaduannya serta pengetahuan-pengetahuan lainnya yang

bermanfaat (misalnya kesadaran tentang kesehatan, makan makanan

dengan gizi seimbang, dan lain-lain). Tidak ada unsur advokasi didalamnya

dan tidak pula terdaftar di pemerintah kabupaten/kota.

Sistem perekrutan di KKS Kotabaru juga hampir sama dengan di KKS

Gunung Kidul. Tidak ada kriteria tertentu untuk menjadi anggota namun tidak

Page 56: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

49PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

perlu membuat kesepakatan secara tertulis seperti halnya di KKS Gunung

Kidul. Sifat keanggotaan sukarela dan tidak memiliki jangka waktu

keanggotaan.

Anggota KKS Kotabaru saat ini yang aktif adalah sekitar 20-an orang

dengan pertemuan sekitar 3 bulan sekali. Kebanyakan anggotanya terdiri

dari wanita dengan latar belakang ibu rumah tangga. Mereka tidak hanya

terlibat dalam KKS Kotabaru saja, namun juga aktif di organisasi-organisasi

lainnya, seperti PKK. Aktifnya sebagian besar anggota di beberapa

organisasi cukup membuat mereka sulit untuk meluangkan waktu untuk KKS

Kotabaru. Ini merupakan salah satu hambatan kurang aktifnya kegiatan di

KKS Kotabaru, selain karena kurangnya dana untuk operasional dan

kurangnya peran dari LPKSM LKY di KKS bersangkutan. Untuk KKS

Kotabaru tidak dipungut iuran, dikarenakan anggota-anggota yang notabene

juga aktif di organisasi lain sudah menyumbangkan uangnya untuk

organisasi selain KKS Kotabaru.

Beberapa manfaat menjadi anggota KKS Kotabaru adalah menambah

pengetahuan, pengalaman, jaringan (networking), kesempatan untuk

memperluas pasar bagi anggota yang memiliki usaha sendiri dan menjalin

hubungan bisnis. Dalam hal materi, anggota hanya diberi uang transport jika

harus mengikuti kegiatan penyuluhan di tempat lain. Selama ini, bantuan

dana baru berasal dari LPKSM LKY.

Kegiatan yang biasa dilakukan adalah penyuluhan, terutama hal yang

berkaitan dengan pengetahuan budidaya tanaman, pengetahuan tentang

hak konsumen dan cara pengaduan. Pengetahuan yang mereka peroleh

diharapkan dibagi ke masyarakat sekitar, khususnya daerah Kotabaru.

4.1.2. LPKSM Siaga

LPKSM Siaga berdiri tahun 2009 dengan ketua Pak Moerdoko (sampai

dengan saat ini). Lokasi di daerah Sleman. Pak Moerdoko sendiri sebelum

mendirikan LPKSM Siaga bersama rekan-rekannya adalah merupakan

anggota LPKSM LKY. Dikarenakan banyaknya kasus pengaduan di daerah

Sleman, akhirnya diputuskan untuk mendirikan organisasi yang bernama

LPKSM Siaga. LPKSM Siaga memiliki filosofi agar konsumen selalu cermat,

siaga dan teliti terhadap produk-produk di Indonesia. Tujuan awal

Page 57: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

50PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

didirikannya LPKSM Siaga adalah agar dapat menempatkan konsumen

secara bermartabat.

Struktur organisasi LPKSM Siaga terdiri dari ketua, Sekretaris, Bendahara

Divisi Operasional Kantor, Divisi Penanganan Pelaporan, dan Divisi

Publikasi. Divisi Operasional Kantor berfungsi untuk mengendalikan

manajemen kantor dan lebih berperan dalam segala urusan internal lembaga

terkait. Divisi Penanganan Pelaporan memiliki produk advokasi yang

berfungsi sebagai pendamping konsumen atau pelapor di luar peradilan

umum dan dalam hal ini hanya mendampingi konsumen yang mengadu

hingga tingkat mediasi dan tidak menempuh jalur hukum, karena biar

bagaimanapun LPKSM Siaga bukanlah jasa hukum yang berhak untuk

mewakili konsumen sampai pada tingkat peradilan. Target Divisi

Penanganan Pelaporan adalah adanya musyawarah mufakat yang tidak

merugikan 2 kepentingan, yaitu pelaku usaha dan konsumen. Divisi

Publikasi memberikan pengetahuan kepada konsumen melalui: selebaran,

menjadi narasumber ataupun saat menjelaskan kepada konsumen perihal

aduan konsumen terkait. Dengan kata lain, sebelum konsumen dialihkan ke

divisi Penanganan Pelaporan, oleh Divisi Publikasi dijelaskan terlebih dahulu

mengenai segala konsekuensi apabila konsumen memutuskan untuk

melanjutkan ke tahap pelaporan. Dalam hal ini LPKSM Siaga tidak pernah

memberikan jaminan bahwa kasus yang mereka dampingi akan berhasil di

tahap mediasi dan memenuhi keinginan konsumen. Apabila dikemudian hari

konsumen memutuskan untuk tidak melanjutkan kasus, maka LPKSM Siaga

akan meminta konsumen tersebut untuk membuat semacam surat

pernyataan tentang hal itu. Tidak ada prioritas dalam penanganan kasus,

demikian juga halnya dengan tidak adanya batasan dari segi area layanan.

LPKSM Siaga memiliki target selain agar konsumen memiliki pengetahuan

tentang hak-nya sebagai seorang konsumen, juga mendorong konsumen

menjadi masyarakat mandiri yang mampu mengadvokasi dirinya sendiri.

Selain beberapa kegiatan yang sudah disebutkan, Divisi Publikasi juga

kerap memberikan sisipan materi saat ada kegiatan yang bersifat religi.

Misalnya ketika acara dakwah, maka oleh anggota LPKSM Siaga akan

disisipi juga pengetahuan mengenai hak konsumen. Cara ini dianggap cukup

efektif, karena selain tidak perlu repot untuk mengundang audiens, juga

Page 58: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

51PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

karena lewat metode dakwah, pesan yang disampaikan diharapkan lebih

bisa diterima karena ada unsur ideologi agama.

Bentuk lembaga dipilih yang berbentuk organisasi masyarakat. Hal ini

dianggap lebih ideal dikarenakan selain tidak terlalu membutuhkan dana

yang cukup besar saat pendirian, organisasi masyarakat atau lembaga

perlindungan memiliki kontrol di masyarakat. Anggota LPKSM Siaga sekitar

8 orang (tidak termasuk pengurus). Awal perekrutan adalah dengan cara

pembukaan relawan. Kriteria saat merekrut antara lain sukarela, tidak SARA

dan tidak memiliki konflik kepentingan. Kesepakatan dibuat saat menjadi

anggota yaitu diantaranya tidak memanfaatkan lembaga perlindungan

konsumen untuk kepentingan pribadi. Sifat keanggotaan sukarela dan tidak

memiliki jangka waktu keanggotaan.

Setelah anggota direkrut, mereka diberi beberapa pelatihan. Pelatihan-

pelatihan yang diberikan antara lain : UU Perlindungan Konsumen, LPKSM,

Hak Konsumen (meliputi arti konsumen, beberapa tipe konsumen,

distributor, agen dan produsen) dan pelatihan tentang produk. Khusus untuk

pelatihan mengenai Hak Konsumen ditujukan agar konsumen dapat

menempatkan posisinya secara tepat. Yang memberikan pelatihan adalah

para pengurus. Latar belakang para relawan rata-rata adalah mahasiswa

dan ibu rumah tangga. Adapun manfaat yang diterima lebih dalam hal non

materi, yaitu menambah pengetahuan untuk kemudian pengetahuan

tersebut dapat dibagi ke masyarakat luas.

Terbatasnya SDM dan pendanaan juga dialami oleh LPKSM Siaga. Sifat

lembaga yang nirlaba, tentunya tidak memungkinkan bagi mereka untuk

menetapkan biaya dalam mendampingi konsumen yang mengadu. Ini

tentunya juga berdampak pada kurangnya pendanaan untuk operasional

lembaga bersangkutan. Mereka hanya berhak menerima fee (upah) atas

dasar kerelaan dari konsumen yang mengadu. Sebenarnya upah juga

mereka terima saat mereka diundang menjadi pembicara atau narasumber

di suatu kegiatan yang bersifat edukasi. Namun upah tersebut menjadi hak

sepenuhnya pengurus atau anggota yang menjadi pembicara tersebut.

Tidak hanya dengan dinas di pemerintahan, LPKSM Siaga juga menjalin

kerjasama dengan lembaga-lembaga lainnya. Salah satunya dengan LKY

yang mengundang LPKSM Siaga untuk menghadiri sebuah acara di

Page 59: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

52PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Malaysia. Mitra lainnya yaitu dengan Yayasan Kakak. Yayasan ini bekerja di

bidang perlindungan untuk anak-anak.

4.1.3. LPKSM Handaini

LPKSM Handaini didirikan pada tahun 2008 dengan alamat di Cipondoh

Tangerang. Organisasi ini memiliki 10 orang anggota dengan 3 orang

pengurus yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Organisasi ini belum

memiliki divisi atau bagian yang terpisah untuk masing-masing program atau

kegiatan yang dilakukan, misalnya divisi edukasi maupun divisi advokasi.

Kegiatan atau program dilaksanakan oleh seluruh pengurus dan anggota

secara bersama-sama. Organisasi konsumen awalnya diinisiasi karena

terdorong oleh adanya kebutuhan untuk memperbaiki posisi tawar konsumen

di Banten, khususnya Kota Tangerang, yang merupakan kota perdagangan

dan jasa. Hal tersebut dianggap dapat meningkatkan potensi kerugian

konsumen, apalagi di Kota Tangerang belum ada lembaga/organisasi

konsumen. Konsumen memerlukan organisasi yang dapat

merepresentasikan kepentingan konsumen terutama dalam skala lokal.

Pembentukan kelompok/organisasi konsumen ini tidak memiliki hambatan

secara administratif dari pihak yang berwenang seperti Pemda setempat.

Hambatan justru berasal dari pola pikir (mindset) masyarakat, termasuk

kepala daerah, yang belum menganggap keberadaan organisasi konsumen

(LPKSM) serta Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) itu

penting. LPKSM diperlukan dalam rangka pembentukan BPSK, karena salah

satu anggota BPSK adalah perwakilan konsumen yaitu LPKSM. Pemerintah

maupun masyarakat dirasa masih terbatas pengetahuannya mengenai hak

dan kewajiban konsumen serta regulasi terkait perlindungan konsumen.

Keberadaaan LPKSM dan BPSK hanya dianggap sebagai pemborosan

anggaran, sehingga sulit untuk mendapatkan bantuan dana dari pemerintah.

Keberdayaan konsumen juga dinilai masih rendah, mereka cenderung

pasrah jika menemui masalah dalam transaksi dan penggunaan barang dan

jasa.

Latar belakang pengurus organisasi konsumen ini adalah pengacara dan

aktivis dengan kualifikasi Sarjana Hukum serta pengetahuan yang dirasa

Page 60: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

53PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

cukup memadai mengenai perlindungan konsumen. Sementara, anggotanya

sebagian besar adalah mahasiswa dengan keanggotaan sukarela. Mereka

direkrut dengan syarat memenuhi kriteria yaitu memiliki pemahaman yang

cukup mengenai perlindungan konsumen. Kriteria ini digunakan dengan

tujuan agar organisasi lebih mudah dalam pelaksanaan program dan

kegiatan. Organisasi ini tidak memungut iuran bagi anggotanya, tapi

menerima donasi yang sifatnya sukarela. Antusiasme anggota dalam

menjalankan tugas cukup tinggi, diduga karena para anggota yang berstatus

mahasiswa masih memiliki idealisme yang baik. Namun, kontinuitas program

yang masih kurang dikhawatirkan akan mengurangi antusiasme para

anggota dalam jangka panjang. Tidak ada keuntungan yang diperoleh oleh

pengurus maupun anggota secara materil, sedangkan secara non materil

mereka mendapatkan pengetahuan, informasi dan juga peningkatan

keberdayaan mereka sebagai konsumen.

Kegiatan yang dilakukan oleh LPKSM Handaini meliputi kegiatan edukasi

dan advokasi konsumen.

a. Sosialisasi hak dan kewajiban konsumen ke masyarakat Tangerang

Target kegiatan ini adalah anggota masyarakat secara umum dan juga

para pelajar. Sosialisasi dilakukan dengan cara penyebarluasan informasi

terkait perlindungan melalui seminar, penyebaran pamphlet, poster, dan

spanduk. Frekuensi penyelenggaraan kegiatan ini rata-rata 1 kali dalam

setahun, tergantung dari ketersediaan dana.

b. Sosialisasi hak dan kewajiban konsumen ke pelaku usaha di Tangerang

Kegiatan ini biasanya diselipkan pada saat melakukan mediasi antara

konsumen dan pelaku usaha saat terjadi sengketa. Target kegiatan ini

adalah peningkatan awareness pelaku usaha akan hak-hak konsumen,

sehingga akan memperbaiki usaha mereka dalam memenuhi hak-hak

konsumen tersebut.

c. Advokasi konsumen

Kegiatan advokasi yang dimaksud adalah menerima keluhan konsumen

terkait pembelian atau penggunaan barang dan jasa, kemudian

melakukan pendampingan konsumen untuk mediasi jika menghadapi

sengketa dengan pelaku usaha.

d. Bekerja sama dengan dinas melakukan kegiatan pengawasan barang

beredar dan jasa. Keikutsertaan dalam kegiatan ini dilakukan berdasarkan

Page 61: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

54PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

undangan dari dinas terkait seperti Dinas Perdagangan dan Perindustrian,

Badan Pengawas Obat dan Makanan serta aparat penegak hukum.

Target kegiatan ini adalah mengawasi dan menertibkan peredaran

barang-barang, khususnya pangan, yang berbahaya bagi konsumen dan

melanggar ketentuan. Frekuensi kegiatan ini 1 kali dalam setahun yaitu

menjelang hari raya keagamaan.

4.1.4. LPKSM Paragon

LPKSM Paragon didirikan pada tahun 2011 di kota Tangerang Selatan.

Pembentukan organisasi konsumen didasari oleh minat atau ketertarikan

dalam bidang perlindungan konsumen, khususnya advokasi dan

pengawasan barang beredar. Hambatan pembentukan secara adminsitratif

tidak ditemui. Hambatan muncul saat melaksanakan kegiatan atau program,

karena masyarakat maupun pemerintah masih memiliki persepsi yang

negatif tentang keberadaan LPKSM. Sebagian besar masyarakat belum

memahami peran LPKSM.

Pengurus organisasi ini terdiri dari 3 orang yaitu ketua, sekretaris dan

bendahara. Belum ada pemisahan tugas dan wewenang antara anggota,

semua kegiatan dilakukan bersama. Dengan jumlah anggota sebanyak 7

orang dan sifat keanggotaan yang sukarela, organisasi ini tidak menetapkan

kriteria khusus dalam perekrutannya. Dengan menjadi anggota, tidak ada

hak khusus yang diberikan namun mereka wajib membuat laporan setelah

selesai melaksanakan kegiatan.

Kegiatan yang dilakukan meliputi advokasi dan pengawasan barang dan

jasa yang beredar di masyarakat. Kegiatan advokasi yang dilakukan adalah

pendampingan bagi konsumen dalam sengketa dengan pelaku usaha,

contoh kasusnya adalah pembiayaan (leasing) kendaraan bermotor. Untuk

kegiatan pengawasan, yang dilakukan adalah melakukan pengawasan untuk

pelayanan jasa parkir.

4.1.5. YLKI Tangerang

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia Tangerang (YLKIT) didirikan

pada tanggal 10 Juli 2009 dengan bentuk organisasi yayasan. Organisasi ini

mengambil nama YLKI untuk mempermudah konsumen mengenali tujuan

dan fungsinya yaitu melindungi konsumen. Sesuai dengan bentuk

Page 62: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

55PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

lembaganya, yayasan terdiri dari Dewan Pembina, Dewan Pengurus, dan

Dewan Pengawas. Selanjutnya, kepengurusan yayasan dilakukan oleh

pengurus yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan bendahara. Jumlah anggota

15 orang termasuk 3 orang pengurus. Para pengurus dan anggota

mengadakan pertemuan rutin 1 kali dalam sebulan. Berikut adalah susunan

kepengurusan yayasan :

a. Pembina : Mustafa kamal

b. Pengurus :

- Ketua : Fajri Safeí

- Sekretaris : Kapri Yani

- Bendahara : Asep Syaiful

c. Pengawas : Hasan H.K

Organisasi tidak memiliki sistem perekrutan khusus untuk seleksi

anggota. Organisasi ini sifatnya sukarela atau relawan. Tiap anggota berhak

menggunakan identitas YLKIT dalam pelaksanaan kegiatan, sementara

kewajibannya adaah harus melapor jika terjadi kasus pelanggaran hak

konsumen yang terjadi di lingkungan masing-masing. Anggota dan pengurus

tidak memperoleh manfaat dalam bentuk materi, namun manfaat non materi

yang diperoleh antara lain menjadi paham tentang perlindungan konsumen

dan berani membela haknya. Kemudian, manfaat tambahan yang diperoleh

pengurus adalah diprioritaskan untuk mengikuti pelatihan atau seminar yang

diadakan oleh pihak lain.

Tujuan dibentuknya organisasi konsumen ini adalah untuk mengakomodir

kebutuhan perlindungan konsumen di Tangerang Selatan. Alasan yang

sama juga mendasari pembentukan cabang YLKIT di Kota Tangerang.

YLKIT memiliki dua cabang. Kedua organisasi tersebut dikelola dengan

manajemen yang sama. Kegiatan yang dilakukan YLKIT meliputi edukasi

dan advokasi sebagai berikut :

a. Pelatihan konsumen

YLKIT melaksanakan pelatihan (training) dan sosialisasi terkait hak-hak

konsumen dan bahaya dari produk-produk yang tidak sesuai ketentuan.

Target kegiatan ini adalah masyarakat, khususnya pemuda usia produktif

karena kelompok masyarakat usia produktif tersebut aktif melakukan

pembelian dan dianggap lebih kritis daripada kelompok usia lainnya.

Page 63: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

56PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat menjadi lebih paham akan

hak-haknya.

b. Pembuatan majalah “Consumers”

Selain melakukan pelatihan dan sosialisasi bagi konsumen, YLKIT juga

menerbitkan majalah “Consumers” pada tahun 2011 bekerjasama dengan

Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Tangsel Pos dan

beberapa pelaku usaha. Majalah ini berisi bahasan isu-isu perlindungan

konsumen seperti : pengaruh persaingan bisnis ritel terhadap konsumen,

permasalahan konsumen di bidang properti, dan sebagainya. Selain itu,

terdapat beberapa kolom edukasi konsumen tentang informasi tata cara

peyelesaian sengketa, hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha,

serta ulasan zat berbahaya dalam produk pangan. Namun demikian,

kerjasama tersebut tidak berlanjut karena ketidaktersediaan dana.

Gambar 4.2 Majalah “Consumers” yang diterbitkan YLKIT

c. Advokasi dan media

Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah pendampingan konsumen

untuk pengaduan (complaint) dan penyelesaian sengketa. Jika dirata-rata,

frekuensi pendampingan yaitu 5 kali dalam sebulan. Dari pendampingan

ini diharapkan konsumen dapat memenangkan sengketa dan

memperoleh kembali haknya serta terjadi penurunan kegiatan usaha yang

melanggar UU Perlindungan Konsumen.

Page 64: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

57PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

4.1.6. Forum Komunikasi Pelanggan Pdam Tirta Kertaraharja

Forum komunikasi ini dibentuk dengan bekerjasama dengan USAID untuk

program Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene (IUWASH)

Kabupaten Tangerang sejak tahun 2011. Forum komunikasi ini aktif

menyuarakan saran, masukan serta keluhan terkait pelayanan air minum di

wilayah kabupaten Tangerang. Dampaknya, berbagai aspirasi pelanggan

tersebut cepat direspon oleh penyedia layanan yaitu PDAM. Kelompok ini

juga rutin mengadakan pertemuan dengan PDAM 3 bulan sekali untuk

membahas berbagai isu terkait layanan air minum. Forum ini beranggotakan

seluruh pelanggan PDAM di Kabupaten Tangerang dengan pengurus antara

lain ketua, sekretaris, bendahara dan 23 orang koordinator wilayah. Masing-

masing koordinator wilayah menangani tiap kelurahan.

Manfaat yang didapat dengan menjadi anggota forum komunikasi ini

adalah, selain dapat menyalurkan aspirasi pelanggan secara lebih efektif

dan efisien, juga mendapatkan fasilitas berupa studi banding ke daerah lain

terkait pelayanan air minum seperti ke Solo, Sukoharjo, Malang dan

Semarang. Hasil dari studi banding tersebut baik bagi pelanggan maupun

penyedia layanan masing-masing mendapat tambahan wawasan dan

pengetahuan tentang penyediaan jasa air bersih khususnya air minum.

Manfaat lainnya adalah kelompok pelanggan ini dianggap sebagai aset oleh

PDAM, sehingga komunikasi terjalin baik dan digunakan PDAM sebagai

media sosialisasi dan promosi.

4.1.7. LPKSM Madani

LPKSM Madani didirikan pada September 2011 di Garut. Pembentukan

LPKSM Madani dilatarbelakangi oleh beberapa hal, salah satunya adalah

timbulnya kerugian di pihak konsumen akibat pelaku usaha yang nakal.

LPKSM Madani juga memiliki tujuan untuk mensosialisasikan Undang

Undang Perlindungan Konsumen (UU PK). LPKSM ini belum memiliki

cabang, namun dalam melaksanakan aktifitasnya, LPKSM Madani memilki

koordinator wilayah, yaitu koordinator wilayah Garut Utara dan Garut

Selatan.

Struktur kepengurusan LPKSM Madani terdiri atas ketua, sekretaris,

bendahara, dan empat divisi, yaitu divisi humas, divisi pengaduan, divisi

Page 65: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

58PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

kajian, dan divisi advokasi hukum. Dalam menangani laporan, konsumen

pertama-tama melaporkan ke divisi pengaduan, lalu kasus yang masuk akan

dikaji dulu apakah bisa diselesaikan secara mediasi atau dilanjutkan ke

BPSK. Tahapan berikutnya, pengaduan diteruskan ke divisi advokasi hukum.

Divisi humas bertugas melaksanakan sosialisasi dan bekerja sama dengan

pemerintah dalam melakukan program pengawasan barang beredar dan

jasa. Pengurus inti LPKSM Madani sebanyak 12 orang dan anggota

sebanyak 40 orang. Keanggotaan LPKSM bersifat sukarela dan berlaku

seumur hidup. Manfaat yang didapat oleh pengurus dan anggota dengan

mengikuti kegiatan LPKSM adalah menambah jaringan dan mendapat

pengetahuan baru terkait perlindungan konsumen Setiap anggota berhak

mendapatkan prioritas bantuan jika menghadapi masalah terkait

pelanggaran hak konsumen. Sedangkan kewajiban anggota adalah harus

secara aktif mengikuti pertemuan rutin atau musyawarah organisasi. Terkait

dengan bentuk lembaga ideal, kelompok konsumen ini menilai bahwa bentuk

yayasan dirasa akan lebih baik dalam mengakomodir kebutuhan organisasi.

Kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh LPKSM Madani meliputi

edukasi dan advokasi. Tujuan utama dari kegiatan edukasi yang dilakukan

oleh LPKSM Madani adalah memberi penjelasan kepada konsumen agar

semakin berdaya dan sadar akan haknya. Untuk kegiatan advokasi berupa

mediasi dan pendampingan kasus yang bertujuan agar konsumen terlindungi

dari kerugian yang disebabkan oleh pelaku usaha. Kegiatan tersebut antara

lain:

a. Sosialisasi UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Kegiatan ini dilakukan bekerjasama dengan kantor kecamatan setempat

untuk mensosialisasikan hak dan kewajiban konsumen sesuai UU

Perlindungan Konsumen. Output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah

meningkatnya kesadaran masyarakat.

b. Pendampingan untuk mediasi dan sengketa konsumen

LPKSM Madani melakukan pendampingan konsumen jika mereka

mengalami masalah dengan pelaku usaha, bentuknya bisa

pendampingan untuk mediasi maupun sengketa di BPSK atau pihak

berwenang lainnya. Salah satu kasus yang pernah ditangani adalah oli

palsu dan dimenangkan oleh konsumen di tingkat Mahkamah Agung.

Page 66: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

59PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Output yang diharapkan dari kegiatan ini adalah konsumen dapat

memperjuangkan haknya dan memenangkan kasus.

Selain itu, LPKS Madani juga melakukan kerjasama dengan LPKSM lain

yaitu LPKSM Garut agar memudahkan dalam hal pertukaran informasi dan

dapat membantu dalam menangani kasus.

4.1.8. Yayasan Lembaga Bantuan Konsumen Indonesia (YLBKI)

Organisasi konsumen ini dibentuk pada tahun 2002 di Bandung dan

didasari keinginan untuk merespon keluhan konsumen yang cukup banyak

saat itu dalam bidang properti. Dengan membentuk LPKSM dinilai akan lebih

memudahkan usaha membantu konsumen memperjuangkan hak-haknya

yang pada saat itu dilanggar oleh cara pemasaran properti yang dinilai

menyesatkan. YLBKI memiliki 2 kantor cabang yaitu di Sumedang dan Bogor

yang berfungsi dan dikelola sama dengan YLBKI induk. Dalam hal ini, YLBKI

induk juga melayani konsultasi teknis dari kantor cabang, dengan kata lain

kantor cabang masih menerima pembinaan dan pelatihan dari YLBKI induk.

Secara struktur, YLBKI memilih bentuk lembaga sesuai ketentuan dalam

UU-PK yaitu LPKSM. Bentuk ini dirasa sudah cukup ideal. Kepengurusan

organisasi sudah memisahkan wewenang dan tugas sebagai berikut :

- Pengurus utama : terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara masing-

masing 1 orang

- Bagian Pengaduan : terdiri dari 3 orang yang bertugas menerima dan

menampung berbagai aduan dan keluhan dari masyarakat

- Bagian Penyuluhan : terdiri dari 3 orang yang bertugas melaksanakan

kegiatan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat, termasuk menjalin

kerjasama dengan pihak lain terkait edukasi

- Bagian Penanganan : terdiri dari 3 orang yang bertugas untuk

menindaklanjuti aduan dan keluhan dari Bagian Pengaduan, kemudian

menentukan apakah aduan tersebut dapat ditindaklanjuti dalam bentuk

mediasi ataupun sengketa. Bagian ini juga bertugas mendampingi

konsumen dalam proses mediasi maupun sengketa.

- Bagian Umum : terdiri dari 1 orang yang menangani bagian administrasi

dan kepengurusan organisasi secara umum.

Tugas dan wewenang yang cukup spesifik untuk masing-masing bidang

memerlukan kualifikasi personel yang sesuai. Untuk itu, dalam merekrut

Page 67: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

60PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

anggotanya, YLBKI mensyaratkan latar belakang di bidang hukum dan

pemahaman tentang perlindungan konsumen yang memadai, khususnya

untuk bagian penyuluhan dan bagian penanganan. Namun untuk anggota

bidang lainnya tidak dipersyaratkan kualifikasi latar belakang pendidikan

yang spesifik. Seperti LPKSM lain, keanggotaan di YLBKI juga bersifat

sukarela dan tidak memungut iuran wajib. Namun demikian, masing-masing

anggota berhak untuk mendapat uang saku ketika menjadi peserta pelatihan

(training) dan juga berhak mengikuti pelatihan secara bergiliran. Sementara

kewajiban mereka meliputi menyusun laporan kegiatan dan juga menghadiri

piket. Ketua YLBKI menilai bahwa sampai sekarang antusiasme anggota

dalam menjalankan tugas masih cukup tinggi, karena adanya insentif seperti

dapat mengikuti pelatihan secara bergantian dan juga bergantian menjadi

anggota BPSK (diajukan untuk mengikuti seleksi anggota BPSK). Dalam hal

ini, ketua YLBKI mengajukan/mengusulkan anggotanya untuk mengikuti

seleksi menjadi anggota BPSK secara bergantian 1 orang untuk 1 periode.

Selama menjadi anggota BPSK, orang tersebut tetap menjadi anggota

YLBKI, demikian pula setelah masa keanggotaan di BPSK berakhir.

Kesempatan tersebut kemudian menjadi insentif bagi anggotanya. Karena

selain mendapatkan pengalaman dan ilmu, mereka juga mendapatkan

penghasilan tambahan dengan menjadi anggota BPSK.

Kegiatan yang paling banyak dilakukan YLBKI adalah menerima aduan

dan keluhan dari konsumen, diikuti oleh advokasi dan terakhir kegiatan

edukasi. Kegiatan yang dilakukan, didanai dari donasi pengurus setelah

tidak lagi menerima donasi dari pemerintah setempat. Donasi yang pernah

diberikan pemerintah daerah yaitu mendanai kegiatan sosialisasi atau

penyuluhan mengenai hak dan kewajiban konsumen. Dalam hal ini, YLBKI

mengajukan proposal untuk anggaran penyelenggaraan sosialisasi. Namun

beberapa tahun terakhir (3-4 tahun), YLBKI tidak lagi dapat mengajukan

proposal, dengan alasan menurut Pemda pemberian bantuan kepada

LPKSM sulit karena tidak memiliki mata anggaran. Pemda tidak ingin

mengambil resiko jika nantinya ada temuan penyalahgunaan anggaran oleh

BPK, KPK dan sebagainya.

Adapun penjelasan lebih lanjut terkait kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh YLBKI adalah sebagai berikut :

a. Menerima aduan dan keluhan konsumen

Page 68: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

61PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Aduan dan keluhan konsumen tidak semuanya berlanjut ke tahap mediasi

atau sengketa dengan pelaku usaha. Sebagian dapat diselesaikan

dengan konsultasi, karena kadang terjadi kesalahpahaman oleh

konsumen.

b. Advokasi untuk mediasi dan sengketa konsumen

Pendampingan konsumen dalam mediasi dan sengketa dengan pelaku

usaha seringnya melibatkan pihak ketiga yaitu pihak kepolisian. Tindak

lanjut aduan konsumen ini biasanya karena nilai kerugian cukup besar.

YLBKI merasakan dampak yang cukup positif dari kegiatan advokasi ini

yaitu pelaku usaha semakin kooperatif dalam penyelesaian sengketa, dan

makin lama jumlah kasus sengketa semakin berkurang.

c. Sosialisasi hak dan kewajiban konsumen

Frekuensi kegiatan ini semakin berkurang seiring dengan semakin

berkurangnya ketersediaan dana pelaksanaan. Sejak 3 tahun yang lalu,

frekuensi penyelenggaraan yang bisa mencapai 2 – 3 kali setahun

berkurang menjadi hanya 1 kali dalam setahun, biasanya dilakukan saat

momen besar seperti HKBN atau peringatan Hari Konsumen Nasional

(Harkonas). Target dari kegiatan ini adalah anak-anak usia sekolah,

mahasiswa, para guru, dan ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan sosialisasi

tersebut dinilai cukup baik secara materi yang disampaikan dan jumlah

peserta, namun masih kurang dalam hal frekuensi.

Selain itu, YLBKI juga mengadakan kerjasama dengan kelompok

konsumen lain di Jawa Barat, khususnya Bandung. Kerjasama tersebut

terjalin dengan membentuk forum komunikasi antar LPKSM dengan ketua

forumnya adalah ketua YLBKI. Mereka saling tukar menukar informasi terkait

perlindungan konsumen dan juga berbagi dalam hal penyelenggaraan

kegiatan.

4.1.9. Yayasan Pemberdayaan Konsumen (YAPKINDO)

YAPKINDO diinisiasi dan didirikan pada tahun 2001 oleh dua orang

aktivis yaitu Tatto dan Yana. Inisiatif membentuk organisasi konsumen

muncul setelah keluarnya UU No.8 Tahun 1999 dan mengetahui bahwa

pada saat itu Indonesia hanya memiliki 2 LPKSM yaitu YLKI dan Yayasan

Bina Konsumen Indonesia (YBKI). Jumlah LPKSM yang terbatas tersebut

dinilai belum dapat mengakomodir kebutuhan konsumen yang jumlahnya

Page 69: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

62PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

besar. Organisasi ini mengambil bentuk yayasan untuk kelembagaannya.

Susunan pengurus organisasi terdiri dari dewan pembina, badan pengurus,

dan badan pengawas. Bentuk lembaga dinilai cukup ideal namun untuk

kepengurusan masih belum ada pembagian tugas dan wewenang karena

masih terbatasnya sumber daya. Organisasi ini seharusnya memiliki

pembagian bidang atau divisi yaitu divisi sosialisasi dan advokasi.

Keanggotaan dalam YAPKINDO bersifat sukarela dengan jangka waktu

yang tidak ditentukan. Antusiasme anggota dalam menjalankan organisasi

dinilai kurang antusias karena kurang mendapat insentif. Mereka tidak pro-

aktif namun tidak bisa dibilang pasif.

YAPKINDO melakukan 3 jenis kegiatan dalam rangka peningkatan

perlindungan terhadap konsumen yaitu :

a. Sosialisasi hak dan kewajiban konsumen

Merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh YAPKINDO dan

bekerjasama dengan forum Rukun Warga (RW) Kota Bandung yang

anggotanya adalah para ketua RT dan RW seluruh Kota Bandung. Jika

forum RW tersebut mengadakan acara, maka YAPKINDO hadir sebagai

pembicara untuk menyisipkan materi edukasi kepada peserta. Hal ini

merupakan cara mengatasi minimnya dana untuk penyelenggaraan

sosialisasi.

b. Pendampingan konsumen untuk mediasi dengan pelaku usaha

Kasus yang pernah ditangani oleh YAPKINDO antara lain terkait

pelayanan air minum dan aduan tentang barang yang sudah kadaluarsa.

Yang dilakukan YAPKINDO adalah mendampingi konsumen untuk proses

mediasi dengan pelaku usaha dan bermusyawarah untuk penyelesaian

masalah.

c. Pemantauan/pengawasan barang beredar

Kegiatan selanjutnya adalah YAPKINDO ikut serta dengan pihak

berwenang lain seperti dinas setempat dan BPOM dalam memantau dan

mengawasi barang-barang beredar, khususnya untuk barang-barang

kadaluarsa. Frekuensi kegiatan biasanya 1 – 2 kali setahun. Untuk

pemantauan barang kadaluarsa, tim melakukan inspeksi ke toko grosir

maupun eceran.

Kegiatan-kegiatan tersebut dinilai masih tidak ideal karena bersifat pasif

yang disebabkan masalah pendanaan. Organisasi ini tidak bisa menerima

Page 70: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

63PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

dana dari pelaku usaha, sementara dana dalam bentuk hibah dari

pemerintah hanya dapat diberikan 1 kali. YAPKINDO tidak menerima dari

pelaku usaha dengan alasan untuk menjada independensi. Pemberian dana

dari pemerintah dalam bentuk lain seperti bantuan sosial (Bansos) sulit

karena keenggan pihak pemerintah daerah terkait adanya kasus korupsi.

Idealnya, kegiatan-kegiatan yang dilakukan YAPKINDO harus tetap

independen tapi tetap pembiayaan dan kemitraan harus dikelola dengan baik

untuk menjaga keberlangsungan organisasi.

4.1.10. Lembaga Konsumen Indonesia (LKI) Medan

Lembaga Konsumen Indonesia (LKI) Medan merupakan salah satu

LPKSM tertua di kota Medan yang telah berdiri sejak tahun 2001.

Pembentukan LKI Medan pada awalnya menginduk pada YLKI Jakarta.

Alasan awal dari pembentukan LKI Medan adalah banyaknya indikasi

pelanggaran dari pelaku usaha terhadap hak-hak konsumen terutama untuk

konsumen yang berada di sekitar kota Medan. Oleh dari itu, LKI Medan

dibentuk dengan tujuan untuk memberikan perlindungan kepada konsumen

serta memberdayakan konsumen. Lembaga ini tidak memiliki cabang di

wilayah lain, meskipun terdapat beberapa LPKSM di Sumatera Utara dengan

nama yang serupa, tetapi LKI merupakan lembaga konsumen yang berdiri

sendiri.

Struktur organisasi LKI terdiri dari:

a) Ketua : Abu Bakar Siddik, SH;

b) Sekretaris;

c) Bendahara; dan

d) Seksi-seksi lainnya. Sebenarnya pada awalnya terdapat pembagian divisi

seperti seksi pelayanan pengaduan, seksi publikasi/sosialisasi, dan lain

sebagainya. Namun dikarenakan keterbatasan jumlah pengurus maka

seksi pelayanan pengaduan pun terkadang bertugas melakukan

sosialisasi, dan sebaliknya.

Total jumlah seluruh pengurus dan anggota dari LKI Medan adalah

sebanyak 13 orang, dengan keanggotaan yang bersifat sukarela melalui

sistem perekrutan penunjukan langsung yang mensyaratkan adanya

komitmen dari yang bersangkutan untuk terlibat aktif di dalam organisasi

Page 71: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

64PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

tersebut. Yang dimaksud dengan sistem perekrutan langsung adalah

penunjukkan langsung berdasarkan pertemanan dengan cara merekrut

langsung (mengajak) orang-orang yang sudah dikenal baik oleh para

pengurus untuk menjadi anggota.

Tidak ada kewajiban bagi anggota maupun pengurus untuk membayar

iuran rutin, namun dibutuhkan peran aktif dan komitmen untuk membantu

melakukan pengawasan serta pemberdayaan konsumen dalam rangka

perlindungan konsumen. Baik pengurus maupun anggota juga tidak

menerima upah rutin seperti gaji, namun dapat menerima honor apabila

mengikuti kegiatan-kegiatan tertentu yang dibiayai oleh pihak luar. Meskipun

demikian, antusiasme anggota dalam mengikuti setiap kegiatan dari LKI

Medan cukup tinggi walaupun banyak dari anggotanya tetap lebih

memprioritaskan pekerjaan mereka masing-masing dibandingkan dengan

kegiatan pada LKI Medan. Antusiasme yang cukup tinggi dapat dilihat dari

tingginya minat anggota dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh LPKSM tersebut, seperti sosialisasi, advokasi, dan lain

sebagainya.

Terdapat beberapa manfaat yang didapatkan oleh pengurus maupun

anggota baik secara materi maupun non materi. Dari sisi materi, manfaat

yang diperoleh adalah berupa honor sebagai saksi ahli maupun sebagai

narasumber. Disamping itu, pengurus dan anggota LKI Medan memperoleh

manfaat lain yang meskipun bersifat non-materi, yaitu pertemanan dengan

masyarakat menjadi lebih luas.

Beberapa kegiatan yang rutin dilakukan oleh LKI Medan antara lain

adalah sosialisasi dan edukasi langsung kepada konsumen. Sosialisasi dan

edukasi biasanya dilaksanakan kepada ketua adat di masing-masing daerah

untuk kemudian dapat disebarkan kepada masyarakat yang lebih luas lagi.

Selain itu, kegiatan lain yang rutin dilakukan oleh LKI Medan adalah

memberikan bantuan advokasi berupa pendampingan kepada konsumen

dalam menyelesaikan sengketa dengan pelaku usaha, termasuk melakukan

sidang terkait perlindungan konsumen di BPSK. LKI Medan tidak ragu untuk

menegur pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap konsumen.

Disamping sosialisasi, edukasi dan advokasi, LKI juga memiliki layanan

pengaduan konsumen yang berfungsi sebagai wadah untuk menampung

Page 72: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

65PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

segala pengaduan dari konsumen terkait pelanggaran pelaku usaha

terhadap hak-hak konsumen.

Meskipun berada di kota Medan, namun area pelayanan LKI Medan tidak

dibatasi di kota Medan saja, karena tidak ada ketentuan yang membatasi hal

tersebut. Mengingat tidak terdapat kewajiban untuk membayar iuran rutin,

maka sumber pendanaan untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh LKI

Medan berasal dari sebagian honor yang disisihkan oleh pengurus atau

anggota sebagai hasil dari tugas mereka menjadi saksi ahli atau

narasumber. Kesempatan pengurus untuk menjadi saksi ahli maupun

narasumber tidak selalu ada dan tidak dapat diperkirakan, oleh karena itu

LKI Medan juga kerap terhambat dengan masalah pendanaan. Namun,

masalah pendanaan biasanya dapat diselesaikan dengan bantuan dari

jejaring yang dimiliki oleh LKI Medan. Yang dimaksud dengan bantuan dari

jejaring itu adalah bantuan dari beberapa kenalan pengurus untuk diundang

menjadi narasumber atau pembicara dalam sebuah seminar, atau saksi ahli

untuk sebuah kasus (biasanya untuk tugas-tugas tersebut, pengurus

memperoleh honor). Jejaring yang dimaksud disini bisa berasal dari

pemerintah daerah atau dari kalangan pelaku usaha.

4.1.11. LPKSM Sumatera

LPKSM Sumatera merupakan salah satu LPKSM yang masih relatif baru

namun meskipun demikian, LPKSM ini cukup aktif berperan dalam

melaksanakan perlindungan konsumen di wilayah Sumatera Utara. Lembaga

ini telah berdiri sejak tahun 2012, dengan alasan masih banyaknya

konsumen yang belum berdaya sehingga tujuan dari pendirian lembaga ini

adalah untuk meningkatkan keberdayaan konsumen khususnya yang berada

di Wilayah Sumatera Utara. Pada dasarnya pembentukan LPKSM tidak

membutuhkan persyaratan yang memberatkan sehingga seharusnya tidak

ada hambatan berarti pada awal pembentukan LPKSM ini, namun

kurangnya dukungan dari pemerintah kota Medan menjadi sebuah hambatan

bagi LPKSM ini pada awal proses pembentukannya.

Struktur organisasi LPKSM ini terdiri dari:

a) Ketua: Riakhta Parangin-angin;

b) Sekretaris;

c) Bendahara; dan

Page 73: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

66PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

d) Seksi-seksi lainnya.

Total jumlah pengurus 5 orang, sementara total jumlah anggota LPKSM

Sumatera baik yang aktif maupun pasif sebanyak 20 orang dengan jangka

waktu keanggotaan yang tidak terbatas. Tidak ada persyaratan khusus untuk

menjadi anggota dari LPKSM ini, sehingga seleksi juga dilakukan secara

informal. Namun, untuk menjadi pengurus, LPKSM ini mensyaratkan

pendidikan minimum S1. Persyaratan ini dibuat karena dalam melaksanakan

kegiatannya pengurus harus memiliki pengetahuan yang cukup mumpuni

terutama dalam melakukan edukasi dan advokasi kepada konsumen. Tidak

ada kewajiban bagi anggota untuk membayar iuran rutin, namun anggota

diwajibkan untuk berperan aktif dalam membantu pengurus. Meskipun

demikian, para anggota dinilai cukup antusias dalam melaksanakan kegiatan

LPKSM ini, hal ini diduga karena mayoritas dari anggota merupakan

mahasiswa yang peduli dan memiliki rasa idealisme yang cukup tinggi.

Beberapa kegiatan yang rutin dilakukan oleh LPKSM Sumatera antara

lain adalah sosialisasi dan edukasi yang biasanya dilakukan melalui media

radio dan cetak. Selain itu, kegiatan lain yang rutin dilakukan adalah bantuan

advokasi kepada konsumen berupa pendampingan konsumen dalam

penyelesaian sengketa dengan pelaku usaha. Kegiatan-kegiatan tersebut

memiliki dampak positif bagi konsumen, hal ini dapat dilihat dari semakin

banyaknya konsumen yang melakukan pengaduan, namun meskipun

demikian tidak semua pengaduan konsumen dapat diselesaikan karena

keterbatasan anggaran. Dalam melaksanakan kegiatannya, LPKSM

Sumatera tidak membatasi wilayah layanannya, karena pengaduan

konsumen bisa berasal dari mana saja.

Meskipun tidak ada kewajiban untuk membayar iuran rutin bagi pengurus

maupun anggota, namun mereka tetap membayar dana sukarela yang

besarannya dan waktu penyerahannya tidak ditentukan oleh pengurus. Dana

ini kemudian menjadi salah satu sumber utama bagi LPKSM ini untuk

melaksanakan segala kegiatannya.

4.2. Layanan Produk Atau Jasa

4.2.1. Wilayah D.I Yogyakarta

Layanan yang diberikan baik oleh LPKSM LKY maupun LPKSM Siaga

tidak terfokus pada kategori produk atau jasa tertentu. Dengan kata lain

Page 74: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

67PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

mereka melayani semua kategori. Namun, tidak fokusnya layanan pada

kategori tertentu ini sebenarnya membuat LPKSM memiliki kesulitan dalam

hal pendampingan konsumen. Ini disebabkan SDM yang dimiliki oleh

LPKSM-LPKSM tersebut kurang memiliki kualifikasi yang menyeluruh

terhadap produk atau jasa. Keterbatasan tersebut cukup membuat kurang

optimalnya LPKSM bekerja saat mendampingi konsumen terutama jika

berhadapan dengan pelaku usaha. Biar bagaimanapun, tiap pelaku usaha

biasanya memiliki tim advokat yang memang mumpuni terkait dengan

penguasaan hukum dan produknya. Mereka berpendapat LPKSM akan bisa

bekerja dengan lebih baik jika tiap LPKSM memiliki semacam “core

business” atau dalam hal ini fokus pada kategori produk atau jasa tertentu,

ketimbang menangani seluruhnya. Demikian juga dengan batasan wilayah

layanan. Dengan adanya batasan wilayah layanan, akan lebih memudahkan

LPKSM tersebut untuk bekerja secara optimal mengingat pemahaman akan

wilayah yang dilayani menjadi lebih baik.

Dari sekian banyaknya produk serta jasa yang ada, kategori perbankan

dan pembiayaan (leasing) termasuk banyak ditangani oleh kedua LPKSM,

baik LPKSM LKY maupun LPKSM Siaga. Konsumen menganggap nilai

kerugian yang mereka tanggung di kedua kategori ini lebih besar ketimbang

kategori lainnya, misalnya makanan. Ini membuat konsumen merasa pantas

untuk memperjuangkan haknya. Menurut LPKSM Siaga tingkat prosentase

keberhasilan atau kesuksesan kasus yang diadukan adalah 50% : 50%.

4.2.2. Wilayah Banten

Berdasarkan Tanda Daftar Lembaga Perlindungan Konsumen (TDLPK)

yang dimiliki YLKIT, kegiatan YLKIT meliputi perlindungan konsumen

khususnya bidang kesehatan, asuransi, perbankan, makanan, minuman,

kelistrikan, pariwisata, pelayanan jasa, manufaktur dan industri. Dengan kata

lain, layanan yang diberikan meliputi banyak bidang/sektor. Begitu pula

halnya dengan 2 LPKSM lainnya yang tidak memberikan batasan tertentu

terkait layanan produk dan jasa yang ditangani. Penanganan layanan untuk

masing-masing produk atau jasa juga tidak dibedakan atau tidak ada

prioritas. Namun demikian, kasus yang mendominasi keluhan konsumen di

provinsi Banten adalah leasing kendaraan bermotor, property (kredit

perumahan dan sewa-jual-beli apartemen), dan sebagian kecil produk

Page 75: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

68PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

pangan dan manufaktur. Namun untuk batasan wilayah untuk sementara

mereka masih melayani secara lokal yaitu wilayah provinsi Banten. Hal ini

dikarenakan adanya keterbatasan sumber daya, baik tenaga relawan (SDM)

maupun dari segi pendanaan.

Dalam melaksanakan kegiatan dan programnya, LPKSM Handaini juga

bekerjasama dengan organisasi konsumen lain yaitu YLKI Jakarta, dengan

alasan bahwa YLKI merupakan contoh LKPSM yang masih idealis dan aktif

dalam perlindungan konsumen. manfaat yang diperoleh dari kerjasama

tersebut adalah pertukaran informasi tentang isu-isu perlindungan konsumen

menjadi lebih lancar, idealisme tetap terjaga dan secara tidak langsung ada

peningkatan kapasitas dari anggota. Sebagai tambahan informasi, secara

rata-rata jumlah LKPSM yang aktif hanya 10% dari total jumlah LPKSM yang

ada atau terdaftar. Tidak sedikit dari mereka yang sudah mulai luntur

idealismenya dan cenderung berpihak kepada pelaku usaha. Lebih lanjut,

YLKIT menjalin kerjasama dengan LPKSM Paragon dalam pelaksanaan

kegiatan sosialisasi konsumen dan juga advokasi. Kerjasama ini dilakukan

atas dasar kesamaan wilayah kerja.

YLKIT menilai bahwa kegiatan dan layanan yang mereka lakukan belum

cukup ideal, terutama dari segi frekuensi dan skala kegiatan. Kegiatan

pelatihan dan sosialisasi dinilai cukup efektif namun akan lebih baik jika lebih

sering dilakukan, minimal 3 kali dalam setahun untuk setiap kelurahan

dengan jumlah peserta 20-30 orang. Sementara saat ini, frekuensi masih 1

kali dalam setahun dengan peserta 10-20 orang. Bahkan pernah tidak ada

kegiatan edukasi sama sekali dalam 1 tahun.

4.2.3. Wilayah Jawa Barat

Layanan yang diberikan oleh LPKSM Madani tidak terbatas pada produk

atau jasa tertentu. Dengan kata lain LPKSM Madani melayani keluhan

konsumen tentang kerugian yang timbul dari produk atau jasa yang

digunakan. Mayoritas kasus yang masuk terkait sektor keuangan, yaitu

perbankan dan pembiayaan (leasing). Selain itu, LPKSM Madani juga

menerima pengaduan yang berasal dari luar kota Garut, misalnya

pengaduan yang berasal dari wilayah Jakarta. Hal serupa juga disampaikan

oleh YLBKI dan YAPKINDO.

Page 76: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

69PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

4.2.4. Wilayah Sumatera Utara

Baik bagi LKI Medan maupun LPKSM Sumatera, tidak ada pembatasan

dalam kategori produk atau jasa yang dilayani. Pelayanan diberikan secara

umum untuk seluruh kategori produk atau jasa yang beredar di masyarakat.

Meskipun demikian, menurut LPKSM Sumatera semestinya terdapat

perbedaan penanganan untuk setiap kategori produk dan jasa, namun

dikarenakan masih belum ada SOP pelaksanaan tugas maka setiap

pengaduan yang masuk akan ditangani dengan cara yang sama untuk

semua kategori produk dan jasa. Belum adanya penyusunan SOP ini

dikarenakan masih terbatasnya anggaran dan jumlah pengurus yang dapat

menangani setiap pengaduan dari konsumen.

Walaupun layanan dari LKI Medan dan LPKSM Sumatera tidak dibatasi

untuk kategori produk atau jasa tertentu, namun terdapat beberapa kategori

produk atau jasa yang menjadi masalah bagi konsumen, hal ini dapat dilihat

dari banyaknya aduan yang masuk kepada LKI Medan maupun LPKSM

Sumatera. Bagi LKI Medan, kasus yang sering masuk dalam beberapa

waktu belakang ini adalah kasus seputar meteran listrik, sementara itu bagi

LKPSM Sumatera, jenis kategori produk atau jasa yang sering diadukan oleh

konsumen adalah jasa keuangan non- perbankan (leasing). Pemberian

layanan pengaduan akan dilakukan kepada konsumen yang lebih dahulu

melakukan pengaduan.

4.3. Persepsi Masyarakat Terhadap Kelompok Konsumen

4.3.1. Wilayah D.I Yogyakarta

Menurut kedua LPKSM, tingkat kesadaran masyarakat akan kehadiran

kelompok konsumen masih relatif rendah. Hal ini bisa dilihat dari masih

sedikitnya tingkat pengaduan konsumen ke lembaga terkait, serta hanya

LPKSM-LPKSM tertentu saja yang dijadikan tempat untuk mengadu oleh

konsumen, seperti misalnya LPKSM LKY. Ini wajar, mengingat usia LPKSM

LKY yang memang paling tua dibandingkan LPKSM lainnya yang eksis di

Yogyakarta.

Masih rendahnya tingkat kesadaran konsumen terhadap hadirnya grup

atau kelompok konsumen di Yogyakarta antara lain karena sikap nrimo

warga Yogyakarta. Masyarakat menganggap bahwa hal-hal seperti hak

konsumen belum menjadi salah satu prioritas mereka. Warga akhirnya

Page 77: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

70PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

menganggap isu itu menjadi penting ketika sudah bersinggungan langsung

dengan mereka, misalnya ketika warga atau konsumen terlibat dengan salah

satu kasus yang menyangkut hak mereka sebagai konsumen. Padahal salah

satu tujuan dibentuknya grup atau kelompok konsumen adalah membuat

masyarakat cerdas yang mandiri, yang mampu mengadvokasi dirinya

sendiri. Masyarakat atau konsumen yang cerdas pada akhirnya akan

mendorong pelaku usaha untuk lebih meningkatkan kualitas hasil usahanya,

baik itu produk ataupun jasa.

Keberadaan grup atau kelompok perlindungan konsumen seperti LPKSM

LKY dan LPKSM Siaga selama ini diketahui lewat beberapa media, misalnya

radio lokal, TV, media sosial, selebaran maupun pertemuan-pertemuan yang

rutin dilakukan. Media radio lokal dianggap efektif karena dapat menjangkau

daerah pedalaman. Media TV efektif karena sifatnya yang audio-visual dan

dapat menjangkau masyarakat luas. Media sosial dianggap sedang tren saat

ini dan juga bisa menjangkau masyarakat luas. Selebaran penting karena

informasi yang disampaikan dapat sedetail mungkin dan membangkitkan

minat baca, sedangkan melalui pertemuan, konsumen atau warga dapat

berkomunikasi langsung dengan pihak LPKSM. Namun sejauh ini, dari

beberapa alternatif media yang sudah dijalani, pertemuan dianggap lebih

efektif dan efisien bagi pihak LPKSM. Komunikasi langsung dengan

konsumen yang memungkinkan konsumen langsung bertanya serta biaya

yang dikeluarkan untuk melakukan pertemuan adalah alasannya.

4.3.2. Wilayah Banten

YLKIT menyatakan bahwa masyarakat belum sadar akan kehadiran

LPKSM dan kadang masih mempertanyakan peranan dan fungsinya.

LPKSM Handaini juga menyampaikan hal serupa, masyarakat masih apatis

terhadap keberadaan LPKSM dan menganggapnya sebagai pihak yang

sering meminta uang. Masyarakat masih menyamakan peran atau pekerjaan

LPKSM dengan LSM pada umumnya, belum memahami ada perbedaannya.

Ternyata selama ini LSM memiliki reputasi yang tidak baik di masyarakat,

yaitu organisasi masyarakat yang perilakunya kurang menyenangkan yang

sering meminta bantuan dana kepada pemerintah setempat maupun kepada

masyarakat pada umumnya, dengan cara yang kurang menyenangkan.

Page 78: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

71PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Pengalaman masyarakat inilah yang menyebabkan adanya sentimen negatif

masyarakat terhadap LPKSM.

Hanya YLKI yang dikenal dan memiliki reputasi cukup baik di masyarakat.

Keberadaan LPKSM diketahui dari berbagai sumber informasi, terutama

media massa seperti televisi dan surat kabar. Ketiga organisasi konsumen

juga mencoba menyebarluaskan informasi melalui organisasi kepemudaan

(mahasiswa) dan media sosial untuk menjangkau masyarakat yang lebih

luas. Sementara itu, LPKSM Paragon menyampaikan bahwa sebagian

masyarakat sudah sadar akan kehadiran LPKSM, untuk itu perlu membentuk

kelompok konsumen yang lebih kecil lingkupnya misalnya kelompok

konsumen tingkat RT atau RW. Dengan demikian dampak keberadaan

LPKSM akan lebih terasa oleh masyarakat. Kemudian, ketiga LPKSM

sepakat bahwa media sosial cukup efektif untuk menyebarluaskan informasi

tentang LPKSM maupun sosialisasi kegiatan yang dilakukan dengan target

konsumen usia produktif.

4.3.3. Wilayah Jawa Barat

Berdasarkan hasil wawancara, masyarakat yang mengetahui keberadaan

LPKSM Madani sudah cukup banyak. Masyarakat mengetahui keberadaan

LPKSM dari mulut ke mulut, dimana konsumen yang puas dengan

pelayanan LPKSM Madani kemudian merekomendasikan LPKSM tersebut

ke konsumen lain agar mengadukan kasus ke LPKSM Madani. Hal ini cukup

efektif untuk menyebarluaskan informasi tentang fungsi dan peran LPKSM

bagi masyarakat. Kesan positif dari masyarakat juga diterima oleh

YAPKINDO karena keberadaannya dinilai membantu konsumen. Sementara

YLBKI menilai bahwa organisasi mereka memiliki reputasi yang cukup baik

di masyarakat. Keberadaaan mereka diinformasikan melalui media

elektronik, yaitu ketika pengurus menjadi narasumer di radio dan media

cetak yaitu memasang iklan di Pikiran Rakyat dan Galamedia.

4.3.4. Wilayah Sumatera Utara

Keberadaan LPKSM Sumatera masih belum cukup dikenal oleh

masyarakat, hal ini kemungkinan dikarenakan lembaga ini masih relatif baru

berdiri. Namun, menurut LKI Medan, keberadaan LKI Medan sudah cukup

dikenal oleh masyarakat Medan mengingat lembaga ini sudah cukup lama

Page 79: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

72PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

berdiri di Medan. Oleh karena itu, bagi kedua lembaga ini sosialisasi tetap

dibutuhkan selain untuk mengenalkan kepada masyarakat juga untuk

membantu konsumen dalam meningkatkan keberdayaannya. Sosialisasi

yang selama ini telah dilakukan baik melalui media cetak maupun radio

dinilai cukup efektif dalam membantu menyebarkan informasi akan

keberadaan lembaga konsumen ini. Menurut LPKSM Sumatera, salah satu

bentuk sosialiasai yang dinilai paling efektif adalah sosialisasi melalui media

radio, sementara menurut LKI Medan, bentuk sosialisasi yang paling efektif

adalah sosialisasi melalui kepala lingkungan di beberapa wilayah di kota

Medan. Menurut LPKSM Sumatera, alasannya karena dapat menjangkau

wilayah yang lebih luas termasuk daerah yang terpencil, namun menurut LKI

sosialisasi melalui kepala lingkungan lebih efektif karena labih tepat sasaran,

sementara sosialisasi melalui media cetak atau radio, belum tentu sampai

kepada konsumen.

Meskipun demikian, berbagai bentuk sosialisasi tetap dilakukan untuk

membantu meningkatkan keberdayaan konsumen. Menurut LPKSM

Sumatera, salah satu bentuk sosialisasi yang belum dilakukan saat ini

adalah sosialisasi langsung kepada masyarakat melalui PKK ataupun media

agama seperti pengajian, dan lain sebagainya.

4.4. Peran Pemerintah

Sejauh ini, peran pemerintah dalam hal regulasi dianggap sudah cukup,

walaupun khusus untuk UU Perlindungan Konsumen ada baiknya jika dikaji

ulang mengingat usia UU yang sudah lama dan kecenderungan semangat

lebih ke arah substansi dan tidak terlalu ke arah semangat demokrasi

sebagaimana yang tertuang di UU Perlindungan Konsumen. Sosialisasi

tentang perlindungan konsumen diharapkan tidak lagi sebatas yang selama

ini dilakukan, namun juga bisa dengan terobosan baru, misalnya

memasukkan materi perlindungan konsumen di dunia pendidikan seperti di

level perguruan tinggi, atau bahkan bisa mulai diperkenalkan pada level-level

sebelumnya yaitu pada anak-anak, karena sebagaimana yang sudah

disampaikan sebelumnya bahwa anak merupakan salah satu sasaran dari

para pelaku usaha dalam menjual barang atau jasa yang dihasilkan. Pada

akhirnya diharapkan anak tidak terjebak pada budaya konsumtifisme akibat

pengaruh iklan dan media promosi lainnya. Dengan kata lain, pemerintah

Page 80: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

73PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

tidak hanya mendorong timbulnya grup atau kelompok konsumen di

masyarakat, namun juga membuat regulasi yang nantinya memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui dan sadar akan haknya sebagai konsumen

tidak harus semata dari lembaga-lembaga perlindungan konsumen.

Akan halnya dukungan dari segi pendanaan terhadap LPKSM-LPKSM

yang eksis saat ini boleh dibilang tidak ada. Hal ini membuat kinerja LPKSM

menjadi kurang optimal. Ini dikarenakan bentuk lembaga yang sifatnya

nirlaba yang tidak memungkinkan untuk meminta upah ke masyarakat.

Mereka berharap nantinya pemerintah dapat memberikan dukungan

pendanaan, misalnya lewat APBD. Akan halnya LPKSM yang patut diberi

bantuan, mereka menyarankan adanya sistem audit dan pemberian

akreditasi secara berulang untuk setiap LPKSM yang ada. Akreditasi perlu

dilakukan berulang untuk melihat kepatuhan LPKSM tersebut terhadap

undang-undang dan sejauh mana aktivitasnya di bidang perlindungan

konsumen. Akreditasi ini sebaiknya diawasi oleh sebuah badan pengawas

lembaga perlindungan konsumen sehingga tidak menyalahi kewenangan

sebagai LPKSM. Hal ini diharapkan agar bantuan yang diberikan oleh

pemerintah dapat lebih tepat sasaran, mengingat sangat banyaknya LPKSM

atau lembaga sejenis yang tumbuh di masyarakat.

Di beberapa negara, grup atau lembaga perlindungan konsumen diberi

bantuan dana oleh pemerintah, walaupun pembentukannya tetap diinisiasi

oleh masyarakat, seperti Consumers Affairs and Protection Society of Sabah

(CAPS) di Malaysia dan Halal Monitoring Committe (HMC) di Inggris. Hal ini

dilandasi bahwa pemerintah memang memiliki kewajiban untuk melindungi

warganya. Walaupun memang ada sedikit kekuatiran bahwa jika pemerintah

membantu grup atau kelompok konsumen tersebut, maka akan

menimbulkan kurangnya independensi dari lembaga bersangkutan.

Selain itu, terkait dengan salah satu bentuk kegiatan yang biasa dilakukan

oleh LPKSM yaitu kegiatan advokasi, diharapkan nantinya setiap LPKSM

memiliki anggota yang bersertifikat advokat. Selama ini LPKSM terutama

yang belum berbadan hukum tidak berhak untuk mewakili konsumen hingga

tingkat peradilan. LPKSM hanya sampai tingkat mediasi, dan apabila kasus

harus berlanjut ke tingkat peradilan, maka akan dilanjutkan oleh Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Namun, apabila nantinya salah

satu anggota LPKSM memiliki sertifikat advokat, maka akan lebih baik bagi

Page 81: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

74PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

konsumen karena konsumen akan didampingi oleh orang atau tim yang

sama. Tentu saja advokat ini secara struktural tidak berada di dalam

LPKSM, melainkan misalnya advokat yang berkantor di LPKSM terkait.

Akan halnya kategori layanan produk atau jasa yang sebaiknya diberikan,

pemerintah diharapkan menetapkan wilayah kerja LPKSM di tingkat

kabupaten dengan kategori layanan yang lebih spesifik. Alasannya adalah

sebagaimana yang sudah disampaikan sebelumnya. Beberapa kategori

layanan dapat dibagi menjadi :

a) Bidang jasa keuangan

b) Bidang jasa di luar jasa keuangan

c) Bidang pangan

d) Produk yang tidak bisa dimakan (misal : elektronik, dll.)

Dengan bantuan pemerintah, baik dari sisi regulasi dan pendanaan,

diharapkan nantinya akan mampu mendorong LPKSM-LPKSM untuk

membentuk kelompok-kelompok kecil, seperti halnya Kelompok Konsumen

Sadar (KKS) hasil bentukan LKY di masyarakat dengan tingkatan di bawah

kabupaten. Semakin banyaknya kelompok konsumen yang dibentuk di

masyarakat, maka diharapkan akan terwujudnya konsumen cerdas yang

berdaya.

Page 82: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

75PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

BAB 5

HASIL ANALISA

5.1. Persepsi Masyarakat Terhadap Kelompok Konsumen

Sejauh ini keberadaan kelompok konsumen di masyarakat belumlah

terlalu diketahui oleh masyarakat. Masyarakat biasanya lebih mengetahui

adanya keberadaan kelompok konsumen yang telah berdiri cukup lama.

Tidak hanya itu, dikarenakan sebagian besar bentuk kelembagaan

kelompok konsumen adalah organisasi kemasyarakatan atau lembaga

swadaya masyarakat (LSM), ini menimbulkan sikap apatis dari masyarakat.

Masyarakat memiliki persepsi bahwa kelompok konsumen yang berbentuk

LSM hanya ingin meminta uang namun tidak dapat menjalankan tugasnya

dengan baik. Beberapa kelompok konsumen yang lebih memfokuskan pada

program advokasi adalah salah satu contohnya. Kelompok konsumen ini

kurang memahami bahwa sebenarnya tugas kelompok konsumen (LPKSM),

terutama yang belum berbentuk Badan Hukum atau Yayasan adalah

sebatas mediasi antara konsumen dengan pelaku usaha, dan bukan semata

untuk mencari kemenangan di pihak konsumen. Mereka malah membantu

konsumen sampai ke ranah hukum. Kelompok konsumen yang seperti ini

biasanya menjalani program advokasi dengan harapan konsumen yang

dibantu dapat memberikan timbal balik berupa upah (fee) sebagaimana tim

Page 83: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

76PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

advokat pada umumnya. Mereka, baik secara sadar maupun tidak sadar

telah “memanfaatkan” minimnya pengetahuan konsumen akan tugas

sesungguhnya dari kelompok konsumen tersebut (LPKSM), terutama yang

belum memiliki Badan Hukum.

LPKSM dalam hal ini yang memiliki hak gugat (legal standing) dalam

konteks ligitas kepentingan konsumen adalah yang telah berbentuk Badan

Hukum atau Yayasan yang dalam anggaran dasarnya memuat tujuan

perlindungan konsumen. Gugatan oleh lembaga konsumen hanya dapat

diajukan ke Badan Peradilan Umum (Pasal 46 UU PK).

Akan halnya kelompok konsumen yang tetap berada pada jalurnya dan

telah menjalankan tugasnya dengan baik, mendapat apresiasi dari

masyarakat, terutama dalam hal ini konsumen yang dibantu. Konsumen

yang telah mengetahui keberadaan dan manfaat kelompok konsumen

biasanya akan merekomendasikan kelompok konsumen tersebut kepada

orang lain (word of mouth). Hal ini tentunya sangat membantu kelompok

konsumen, sehingga dapat menimimalkan anggaran promosi.

Berbagai cara untuk menginformasikan keberadaan kelompok konsumen

di masyarakat sebenarnya cukup beragam, mulai dari penyampaian secara

langsung, melalui media cetak, media sosial maupun media elektronik.

Hendaknya masing-masing cara tersebut disesuaikan dengan karakteristik di

tiap daerah sehingga dapat berjalan dengan lebih efektif dan efisien.

Penyampaian informasi secara langsung biasanya dilakukan melalui

penyuluhan, seminar atau kegiatan sejenis. Mereka juga biasanya

bekerjasama dengan komunitas-komunitas tertentu, misalnya ibu-ibu PKK

atau komunitas kegiatan keagamaan tertentu (misalnya pengajian). Melalui

komunitas tersebut, kelompok konsumen akan dapat meminimalkan biaya

yang harus dikeluarkan karena biasanya mereka cukup diminta datang

sebagai narasumber. Kelebihan cara ini adalah masyarakat yang menghadiri

kegiatan dapat langsung berinteraksi dengan pengurus atau anggota

kelompok konsumen dan bertanya seputar perlindungan konsumen maupun

profil kelompok konsumen bersangkutan. Kekurangan cara ini adalah

terutama untuk kelompok konsumen tertentu, dimana sumber daya manusia

(SDM) masih kurang memiliki pengetahuan serta pengalaman yang cukup

sehingga kurang dapat memberikan informasi yang jelas dan lengkap

kepada masyarakat (konsumen). Keterbatasan SDM baik dari segi jumlah

Page 84: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

77PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

maupun kemampuan atau pengetahuan sering menjadi kendala

berkembangnya suatu kelompok konsumen.

Penyampaian informasi melalui media cetak biasanya membutuhkan

anggaran tertentu, misalnya untuk spanduk, pamflet atau brosur. Ini

seringkali menjadi kendala bagi kelompok konsumen dikarenakan minimnya

dana atau anggaran. Perlu dipelajari seberapa besar minat baca saat ini

dimasyarakat, karena hal ini akan berdampak pada seberapa efektifnya cara

tersebut untuk dapat membuat masyarakat menyadari kehadiran kelompok

konsumen sekaligus memahami hak dan kewajibannya sebagai konsumen.

Apabila cara ini tetap dilakukan, maka sebaiknya informasi yang ingin

disampaikan singkat, jelas dan dapat menarik perhatian. Terlalu banyaknya

informasi yang ingin disampaikan belum tentu menjamin dapat diserapnya

dengan baik informasi tersebut di masyarakat.

Media sosial tentu saja menjadi salah satu cara yang cukup efektif dalam

menginformasikan sesuatu. Masyarakat yang memang sudah melek

informasi biasanya cenderung mencari informasi melalui cara ini. Perlu

dipelajari siapa target konsumen untuk penyampaian informasi lewat media

sosial. Tentu saja dilihat dari karakteristik tiap daerah atau demografinya.

Untuk target konsumen tertentu, penggunaan media ini sebagai sarana

menyampaikan informasi tidak hanya berdampak pada timbulnya kesadaran

(awareness) masyarakat (konsumen) terhadap suatu kelompok konsumen,

namun juga bisa menampilkan citra (image) positif bagi kelompok konsumen

bersangkutan.

Walaupun media sosial saat ini tengah digandrungi dimasyarakat, namun

media elektronik masih dilirik sebagai salah satu cara efektif dalam

menyampaikan informasi, misalnya melalui televisi ataupun radio.

Jangkauannya yang cukup luas menjadi alasannya. Baik media televisi dan

radio ada yang memiliki jangkauan nasional maupun daerah. Penggunaan

salah satu jenis jangkauan tersebut tentu saja disesuaikan dengan

kebutuhan kelompok konsumen bersangkutan. Kekurangan penggunaan

cara ini tentu saja dalam hal pendanaan. Sebagaimana yang telah

disebutkan sebelumnya, kelompok konsumen yang saat ini cukup banyak

ada dimasyarakat rata-rata memiliki kendala tidak hanya dalam hal SDM,

namun juga pendanaan. Kerjasama dengan pemerintah daerah tentu

menjadi salah satu solusinya.

Page 85: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

78PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

5.2. Profil, Hambatan Serta Kerjasama Yang Dilakukan Oleh Kelompok

Konsumen

5.2.1. Bentuk Kelembagaan Dan Pengelolaan

Hadirnya kelompok-kelompok konsumen di tengah masyarakat pada

awalnya berasal dari adanya kepedulian segelintir masyarakat terhadap

perlindungan hak dan kewajiban mereka sebagai konsumen. Beberapa dari

kelompok tersebut bahkan berdiri dikarenakan adanya pelanggaran yang

dilakukan oleh pelaku usaha terhadap konsumen. Mereka yang mendirikan

kelompok-kelompok konsumen ini juga berharap Undang-Undang

Perlindungan Konsumen (UU PK) No. 8 Tahun 1999 lebih tersosialisasi

dengan merata di masyarakat.

Selama ini, bentuk kelembagaan kelompok konsumen adalah berupa

organisasi kemasyarakatan atau yang biasa dikenal dengan Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM). Salah satu dasar pemikirannya adalah bahwa

bentuk kelembagaan tersebut adalah organisasi konsumen yang terbuka

bagi siapapun untuk masuk kedalamnya dan memperjuangkan isu-isu

perlindungan konsumen. Secara umum, struktur organisasi untuk tiap

kelompok konsumen yang berbentuk bukan yayasan minimal terdiri dari

ketua, sekretaris dan bendahara. Apabila dimungkinkan, dibentuk lagi

beberapa divisi yang biasanya berfungsi untuk edukasi dan advokasi.

Selain berbentuk LSM, terdapat pula beberapa kelompok konsumen yang

bentuk kelembagaannya adalah yayasan. Namun ini jarang, dikarenakan

selain membutuhkan dana finansial yang lebih besar saat pendiriannya, juga

membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak.

Sebagaimana diketahui bahwa untuk mendirikan yayasan dibutuhkan

struktur dewan pembina, dewan pengurus dan dewan pengawas, sedangkan

untuk dewan pengurus minimal terdiri dari ketua, sekretaris dan bendahara.

Hal ini tentu saja agak menyulitkan dikarenakan biasanya saat membentuk

kelompok konsumen, sumber daya manusia yang bergabung masih sedikit.

Program-program yang biasa dilaksanakan oleh kelompok-kelompok

konsumen tersebut adalah edukasi dan advokasi. Untuk edukasi, biasanya

berupa sosialisasi mengenai keberadaan LPKSM bersangkutan, UU

Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999, serta hak dan kewajiban

konsumen. Edukasi dilakukan tidak hanya secara internal (pengurus dan

Page 86: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

79PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

anggota LPKSM), namun juga eksternal (masyarakat umum). Tidak hanya

sosialisasi kepada konsumen, untuk LPKSM tertentu juga melakukan

sosialisasi ke pelaku usaha. Target kegiatan ini adalah peningkatan

kesadaran (awareness) pelaku usaha akan hak-hak konsumen, sehingga

akan memperbaiki usaha mereka dalam memenuhi hak-hak konsumen

tersebut. Kegiatan atau program-program yang dilakukan diantaranya

menyelenggarakan seminar, penyebaran pamflet, wawancara lewat radio,

pemasangan spanduk, poster, dan lain-lain. Efektifitas program biasanya

tergantung dari seberapa sering kelompok konsumen tersebut melakukan

sosialisasi. Namun tidak hanya itu, sebenarnya program juga dapat berjalan

efektif bila disosialisasikan oleh orang-orang tertentu yang lebih dihormati

dan disegani di masyarakat, misalnya ketua adat (seperti yang dilakukan

oleh salah satu kelompok konsumen di wilayah Medan).

Berdasarkan hasil lapangan, diketahui bahwa untuk beberapa kelompok

konsumen memiliki target edukasi atau sosialisasi yang spesifik yaitu para

pelajar. Kiranya perlu untuk membekali mereka dengan pemahaman tentang

hak-hak konsumen, karena pelajar (terutama anak-anak) merupakan salah

satu sasaran dari para pelaku usaha dalam menjual barang atau jasa yang

dihasilkan. Pembekalan dasar dianggap perlu sehingga mereka tidak

terjebak pada budaya konsumtifisme akibat pengaruh iklan dan media

promosi lainnya dan dapat mulai bersikap kritis sebagai seorang konsumen.

Untuk saat ini program pembekalan ke sekolah-sekolah dapat berupa

kunjungan rutin ke sekolah. Materi pembekalan dapat disesuaikan dengan

target peserta, misalnya anak didik dan tenaga pendidik. Bagi target peserta

anak didik, materi dan cara penyampaian juga perlu disesuaikan

berdasarkan jenjang sekolah (level). Tentunya materi dan cara penyampaian

untuk anak didik level SD akan berbeda apabila target anak didiknya level

SMP dan seterusnya. Bagi target peserta tenaga pendidik, program

pembekalan tentu saja perlu dikarenakan dalam kesehariannya, mereka-lah

yang berhadapan dengan anak didik dan lingkungan sekolah, misal kantin

sekolah maupun tempat jajan di luar lingkungan sekolah. Apabila materi

ingin dimasukkan ke dalam kurikulum, tentunya harus bekerjasama dengan

Kemendikbud atau Kemenristekdikti.

Adapun untuk program advokasi dilakukan oleh kelompok konsumen

(LPKSM) agar masyarakat (konsumen) dapat berdaya dan memperjuangkan

Page 87: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

80PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

haknya, baik secara mandiri, perorangan maupun kelompok. Kegiatan

biasanya dimulai dengan tahapan pengaduan ke LPKSM, konsultansi dan

diakhiri dengan pendampingan hingga tingkat mediasi dan tidak melalui

ranah hukum. Hal ini dikarenakan merupakan wewenang dari Balai

Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) yang ada di tiap daerah.

Bagi setiap kelompok konsumen (baik yang berbentuk yayasan maupun

LSM) yang telah mendaftarkan diri ke pemerintah lewat pemerintah

kabupaten/kota dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang tercantum

dalam PP No.59 Tahun 2001 Bab 2 Pasal 2, maka akan menjadi bagian dari

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM).

Berikut adalah penjelasan mengenai tugas LPKSM yang tercantum dalam

PP No.59 Tahun 2001 Bab 3 (Pasal 3 – 9) :

Pasal 3

Tugas LPKSM meliputi kegiatan :

a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak

dan kewajiban serta kehati-hatian konsumen, dalam mengkonsumsi barang

dan/atau jasa;

b. memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukan;

c. melakukan kerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan

perlindungan konsumen;

d. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk

menerima keluhan atau pengaduan konsumen;

e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap

pelaksanaan perlindungan konsumen

Pasal 4

Penyebaran informasi yang dilakukan oleh LPKSM, meliputi penyebarluasan

berbagai pengetahuan mengenai perlindungan konsumen termasuk

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah

perlindungan konsumen.

Pasal 5

Pemberian nasihat kepada konsumen yang memerlukan dilaksanakan oleh

LPKSM secara lisan atau tertulis agar konsumen dapat melaksanakan hak

dan kewajibannya.

Pasal 6

Page 88: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

81PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Pelaksanaan kerjasama LPKSM dengan instansi terkait meliputi pertukaran

informasi mengenai perlindungan konsumen, pengawasan atas barang

dan/atau jasa yang beredar, dan penyuluhan serta pendidikan konsumen.

Pasal 7

Dalam membantu konsumen untuk memperjuangkan haknya, LPKSM dapat

melakukan advokasi atau pemberdayaan konsumen agar mampu

memperjuangkan haknya secara mandiri, baik secara perorangan maupun

kelompok.

Pasal 8

Pengawasan perlindungan konsumen oleh LPKSM bersama Pemerintah dan

masyarakat dilakukan atas barang dan/atau jasa yang beredar di pasar

dengan cara penelitian, pengujian dan/atau survei.

Pasal 9

a. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,

LPKSM dapat bekerjasama dengan organisasi atau lembaga lainnya, baik

yang bersifat nasional maupun internasional.

b. LPKSM melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota setiap tahun.

5.2.2. Hambatan Yang Dialami

Kelompok-kelompok konsumen yang saat ini ada di masyarakat masih

memiliki beberapa hambatan dalam perkembangannya. Tidak hanya

keterbatasan SDM, namun juga secara finansial. Sifat keanggotaan dan

kegiatan yang bersifat sukarela menjadi alasannya. Para relawan yang pada

awalnya bergabung, namun dikarenakan minimnya insentif (bahkan

seringkali tidak ada) yang disediakan oleh tiap kelompok konsumen tersebut,

pada akhirnya membuat para anggota kurang memprioritaskan kegiatan-

kegiatan di kelompok tersebut. Besarnya iuran yang ditetapkan oleh

beberapa kelompok konsumen lebih hanya untuk menunjukkan komitmen

terhadap organisasi. Demikian pula halnya dengan kegiatan advokasi. Sifat

organisasi yang nirlaba, tentunya tidak memungkinkan bagi mereka untuk

menetapkan biaya dalam mendampingi konsumen yang mengadu, yang

pada akhirnya berdampak pada kurangnya pendanaan untuk operasional

Page 89: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

82PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

lembaga bersangkutan. Mereka hanya berhak menerima fee (upah) atas

dasar kerelaan dari konsumen yang mengadu, sementara disisi lain,

konsumen yang mengadu merasa bahwa dikarenakan kelompok konsumen

memang bertugas untuk membantu konsumen, maka konsumen tersebut

merasa tidak memiliki kewajiban untuk memberikan imbalan dalam bentuk

apapun.

Hambatan lainnya adalah yang terkait dengan legalitas LPKSM.

Sebagaimana diketahui, saat ini bentuk kelembagaan LPKSM biasanya

berupa yayasan dan organisasi masyarakat (LSM). Bagi LPKSM yang

bentuk kelembagaannya belum berbadan hukum, memiliki keterbatasan

terutama saat konsumen yang mengadu ingin melanjutkan aduannya ke

tingkat berikutnya (tidak hanya sebatas mediasi). Dalam hal ini, LPKSM

tersebut tidak dapat mewakili konsumen, hanya sebatas pendampingan.

Apabila kondisinya seperti ini, maka ada 2 (dua) cara penyelesaian.

Pertama, LPKSM tersebut (yang belum berbadan hukum) bekerja sama

dengan Lembaga Bantuan Hukum Daerah (LBHD). Konsumen dalam hal ini

akan dapat diwakili oleh seorang advokat. Kedua, apabila di daerah tersebut

belum ada LBHD, maka LPKSM bersangkutan harus menyampaikan di awal

mengenai kondisi ini dan dampaknya bagi konsumen, terutama jika

konsumen tidak hanya puas sebatas jalur mediasi.

Hambatan lainnya juga datang dari pihak Pemerintah. Pemerintah, dalam

hal ini pemerintah daerah kabupaten/kota ternyata juga masih ragu-ragu

dalam membantu kelompok konsumen (LPKSM), dikarenakan belum adanya

mekanisme yang khusus mengatur mengenai bantuan terhadap kelompok-

kelompok konsumen yang telah diakui, dalam hal ini LPKSM di tiap daerah.

PP No. 59 tahun 2001 Pasal 2 hanya menyebutkan mengenai pendaftaran

kelompok konsumen ke pemerintah kabupaten/kota. Perlu ditekankan,

bahwa yang dimaksud dengan LPKSM adalah lembaga (baik yayasan

maupun non-yayasan) yang telah terdaftar dan mendapat TDLPK (Tanda

Daftar Lembaga Perlindungan Konsumen) sebagaimana yang telah diatur

dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan N0:

302/MPP/Kep/10/2001 tanggal 24 Oktober 2001.

5.2.3. KERJASAMA YANG DILAKUKAN

Selama ini kerjasama sudah cukup sering dilakukan, baik antar kelompok

konsumen, kelompok konsumen dengan lembaga yang bersifat nasional

Page 90: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

83PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

maupun internasional, maupun antara kelompok konsumen dengan

pemerintah, terutama pemerintah daerah. Kerjasama antar kelompok

konsumen biasa dilakukan dengan tujuan untuk saling menukar informasi.

Perlu kiranya bagi kelompok konsumen yang dianggap lebih lengkap dalam

hal pemahaman, pengetahuan serta pengalamannya untuk membagikan

“ilmu”nya kepada kelompok konsumen lain.

Kerjasama dengan lembaga lain baik yang bersifat nasional ataupun

internasional biasanya dilakukan dalam hal menyampaikan informasi-

informasi tertentu yang terkait dengan kedua lembaga tersebut. Kerjasama

ini biasanya dilakukan oleh kelompok konsumen yang dianggap sudah

dikenal dengan cukup baik oleh masyarakat, misalnya Lembaga Konsumen

Yogyakarta (LKY). Untuk lebih meningkatkan kesadaran masyarakat

terhadap kelompok konsumen, kerjasama dengan lembaga lain juga perlu

dilakukan terutama oleh kelompok konsumen yang belum terlalu dikenal di

masyarakat. Akan halnya kerjasama dengan lembaga internasional biasanya

berupa survey atau riset yang tentunya juga terkait dengan kedua lembaga

atau organisasi. Biasanya kerjasama ini dapat menjadi peluang bagi

kelompok konsumen terkait untuk mendapat tambahan dari segi finansial.

Kelompok konsumen (LPKSM) dalam hal ini dapat mencari informasi

lembaga atau organisasi mana yang sedang membutuhkan data tertentu

yang diperoleh dengan metode riset. Mereka dapat mengajukan proposal ke

lembaga tersebut. Tentunya ini juga dapat menjadi salah satu ajang

pembelajaran yang bermanfaat.

Kerjasama dengan pemerintah biasanya dilakukan dengan tujuan untuk

mensosialisasikan kebijakan tertentu yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Kelompok konsumen juga sering dijadikan sebagai narasumber dalam

kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pemberdayaan konsumen.

Diharapkan bagi kelompok konsumen tersebut dapat langsung

mensosialisasikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat luas,

mengingat kelompok konsumen terutama yang telah diakui, dalam hal ini

LPKSM adalah kepanjangan tangan pemerintah dalam membantu

memberdayakan konsumen (masyarakat). Pemerintah juga dalam hal ini

dapat membantu menginformasikan kepada masyarakat luas akan

keberadaan kelompok konsumen di wilayah bersangkutan. Apabila

pemerintah membantu menginformasikan keberadaan kelompok konsumen

Page 91: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

84PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

tersebut, tentunya akan berdampat pada timbulnya kepercayaan masyarakat

terhadap kelompok konsumen (LPKSM).

5.3. Potensi Dan Prioritas Kelompok Konsumen Yang Dapat Dibentuk

Berkaitan dengan layanan produk atau jasa, boleh dikatakan bahwa

kelompok-kelompok konsumen tersebut belum membagi berdasarkan

kriteria tertentu, dengan kata lain mereka menerima semua jenis pelaporan

atau aduan dari konsumen (masyarakat). Biasanya, kelompok konsumen

yang berdiri lebih lama daripada kelompok sejenis di wilayah tersebut, lebih

dipercaya oleh konsumen. Konsumen mengadukan berbagai permasalahan

ke kelompok tersebut agar dapat dibantu.

Banyaknya aduan dari konsumen kepada kelompok konsumen tersebut

akhirnya membuat kelompok konsumen itu membuat kelompok konsumen

lagi di wilayah lain (mirip dengan cabang) yang dianggap memiliki tingkat

aduan yang relatif cukup tinggi. Ini dilakukan agar lebih efektif dan efisien.

Biasanya yang menjadi pengurus pada kelompok konsumen bentukan baru

itu adalah tadinya merupakan anggota pada kelompok konsumen yang lama.

Pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satu kelompok konsumen

yang juga merupakan kelompok konsumen tertua di wilayah itu, yaitu

Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) juga melakukan hal yang sama,

namun kelompok-kelompok konsumen hasil bentukan LKY tidak memiliki

program advokasi. Kelompok-kelompok konsumen ini, yang biasa disebut

Kelompok Konsumen Sadar (KKS) lebih fokus pada pemberdayaan

konsumen yang bersifat aplikasi.

Namun bukan berarti hal ini tidak memiliki kekurangan. Biar

bagaimanapun, untuk membantu konsumen (masyarakat) dalam melindungi

haknya, kelompok konsumen memerlukan pengurus dan anggota yang

memiliki kemampuan yang mumpuni. Selama ini, pembekalan yang

diberikan saat penerimaan anggota masih bersifat umum dan tidak khusus.

Ini akan menjadi terasa dampaknya ketika mereka harus mendampingi

konsumen bersangkutan pada tingkat mediasi dengan pelaku usaha.

Minimnya pengetahuan akan industri pelaku usaha yang diadukan, tentunya

mengakibatkan kurang optimalnya perlindungan terhadap konsumen

tersebut, yang pada akhirnya akan turut pula mempengaruhi penilaian atau

persepsi konsumen (masyarakat) terhadap kelompok konsumen.

Page 92: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

85PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, beberapa aduan yang dinilai

sering atau menjadi primadona adalah aduan di bidang perbankan,

pembiayaan (leasing), properti dan sedikit di bidang pangan. Pengaduan

konsumen (masyarakat) yang dilakukan selama ini lebih didasarkan pada

besarnya nilai yang harus mereka keluarkan. Ini mengapa aduan di bidang

perbankan, pembiayaan dan properti termasuk yang sering diadukan, karena

konsumen menganggap mereka telah mengeluarkan uang yang cukup besar

untuk ketiga bidang tersebut, sedangkan aduan untuk kategori pangan,

walaupun mereka merasa uang yang telah dikeluarkan relatif kecil, namun

dikarenakan pangan terkait dengan kesehatan (apa yang dikonsumsi), maka

ini juga menjadi perhatian konsumen.

Dari sekian banyak sektor terkait perlindungan seperti yang tercantum

pada bagian sebelumnya, maka ditentukan 10 sektor yang dinilai penting

yaitu:

1. Finansial (perbankan dan non-perbankan)

2. Pangan

3. Properti

4. Jasa telekomunikasi

5. Kesehatan

6. Edukasi

7. Belanja online

8. Jasa transportasi

9. Barang tahan lama

10. Fasilitas umum dan layanan publik

Berdasarkan temuan tersebut, sebenarnya untuk lebih meningkatkan

kinerja kelompok konsumen (LPKSM), akan lebih baik jika kelompok-

kelompok konsumen tersebut memiliki pengetahuan yang lebih dalam

terutama untuk bidang-bidang (kategori) yang menjadi primadona. Dapat

ditetapkan misalnya 5 bidang teratas sebagai standar di tiap LPKSM. Tidak

hanya mempelajari secara lebih detail tentang karakteristik tiap bidang,

namun juga mempelajari para pelaku usaha yang berkecimpung dibidang-

bidang tersebut. Kemudian, diskusi lebih lanjut dengan para pemangku

kepentingan menentukan bahwa ada 3 (tiga) indikator atau kriteria untuk

menentukan sektor mana yang perlu diprioritaskan. Indikator tersebut

adalah 1) jumlah aduan konsumen; 2) potensi nilai kerugian konsumen; dan

Page 93: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

86PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

3) proporsi pengeluaran masyarakat untuk produk tersebut. Dengan

demikian, kelima bidang yang dapat dijadikan standar bagi setiap LPKSM

adalah :

• Jasa finansial (perbankan dan non-perbankan)

• Properti

• Fasilitas umum dan layanan publik (misal listrik, air, dll.)

• Jasa telekomunikasi

• Kesehatan (obat-obatan dan layanan kesehatan)

Gambar 5.1. Hasil penilaian sektor-sektor prioritas

Selain tiap LPKSM memiliki pengetahuan dan kualitas SDM yang

mumpuni untuk 5 bidang teratas atau standar, sebaiknya mereka juga

dibekali oleh pengetahuan di luar kelima bidang tersebut namun yang

menjadi primadona di wilayah terkait. Sebagai contoh, LPKSM yang

berdomisili di daerah A yang kebetulan wilayah tersebut primadona-nya

SektorPilihan:

Finansial(perbankandannon-perbankan)

Pangan

ProperA

Jasatelekomunikasi

Kesehatan

Edukasi

Belanjaonline

Jasatransportasi

Barangtahanlama

Fasilitasumumdanlayananpublik

Indikator/kriteria:

1.Jumlahaduankonsumen(0.4)

2.Potensikerugian(0,35)

3.Proporsipengeluaranmasyarakat(0,25)

SektorPrioritas:

1.Finansial

2.ProperA

3.Fasilitasumumdanlayananpublik

4.Jasatelekomunikasi

5.Kesehatan

Page 94: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

87PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

adalah jasa pendidikan, maka selain mereka harus menguasai kelima bidang

(yang menjadi standar bagi tiap LPKSM), mereka juga harus menguasai

bidang jasa pendidikan.

5.4. Peran Pemerintah Terhadap Kelompok Konsumen

5.4.1. Dukungan Regulasi Dan Pendanaan

Sejauh ini kelompok konsumen merasa bahwa peran pemerintah

terutama dalam hal anggaran masih sangat kurang. Pemerintah, dalam hal

ini pemerintah daerah lebih banyak melibatkan kelompok konsumen dalam

hal sosialisasi kebijakan. Masih minimnya peran pemerintah daerah dalam

hal anggaran sepertinya dikarenakan belum adanya regulasi yang jelas yang

mengatur seberapa jauh pemerintah daerah dapat mendukung keberadaan

kelompok konsumen terutama dari sisi pendanaan.

Berdasarkan temuan lapangan, diperoleh dua pendapat yang cukup

berbeda mengenai hal ini. Disatu sisi, bantuan pemerintah tentu saja akan

sangat membantu kelancaran program-program kelompok konsumen,

namun disisi lain mereka khawatir dengan diberikannya bantuan pendanaan

akan berdampak pada tidak adanya kemandirian (independensi) kelompok

konsumen yang dibantu.

Adanya kemungkinan inisiasi pembentukan kelompok konsumen dari

pemerintah juga mendapat respon yang menarik. Pemerintah diharapkan

lebih berkonsentrasi memberikan dukungan kepada kelompok konsumen

yang sudah ada ketimbang harus membentuk yang baru, walaupun ini juga

bisa berarti lebih tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap

kelompok konsumen baru tersebut dikarenakan dibentuk oleh pemerintah.

Pemerintah diharapkan mengembalikan fungsi dan peranan para kelompok

konsumen tersebut melalui mekanisme tertentu.

Pemerintah dapat saja memberikan bantuan pendanaan kepada

kelompok konsumen yang sudah ada dengan persyaratan tertentu, misalnya

kelompok konsumen tidak hanya terdaftar di pemerintah kabupaten/kota,

namun juga memiliki program kerja yang dapat direalisasikan dalam kurun

waktu tertentu. Tidak hanya dapat direalisasikan, namun perlu adanya

laporan pertanggungjawaban program atau kegiatan yang telah berjalan

tersebut (misalnya pelaporan dilakukan setahun sekali). Tiap kelompok

konsumen yang ingin mendapat dukungan pendanaan dari pemerintah

Page 95: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

88PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

daerah juga dapat memgikuti semacam program akreditasi. Besaran

dukungan pendanaan yang dapat diberikan bisa saja dilihat dari peringkat

akreditasi yang diperoleh. Sebagai contoh, kelompok konsumen yang

memiliki akreditasi A berhak untuk mendapat dukungan pendanaan yang

jumlahnya lebih besar daripada kelompok konsumen yang memiliki

akreditasi B, dan seterusnya. Pemberian akreditasi ini hendaknya dilakukan

secara berkala, misalnya setahun sekali, sehingga diharapkan setiap

kelompok konsumen (LPKSM) tetap menampilkan performa terbaiknya

sebagai lembaga perlindungan konsumen. Sebuah kelompok konsumen

yang tadinya memiliki akreditasi B, bisa saja di penilaian berikutnya memiliki

akreditasi A, sehingga lembaga konsumen tersebut berhak mendapat

bantuan atau dukungan yang sesuai dengan tingkat akreditasinya, dan

demikian seterusnya.

Akan halnya dukungan regulasi, pada beberapa kelompok konsumen

yang ditemui menyarankan perlu adanya kajian ulang terhadap UU

Perlindungan Konsumen No.8 tahun 1999 agar lebih sesuai dengan

kebutuhan saat ini dan masa depan. Masih bervariasinya interpretasi

terhadap UU Perlindungan Konsumen No.8 tahun 1999 dan peraturan

lainnya adalah indikasi bahwa kelompok konsumen yang saat ini ada dan

berkembang dimasyarakat belum sepenuhnya memiliki pemahaman yang

sama terhadap berbagai kebijakan tersebut. Ini dapat menjadi masukan bagi

pemerintah agar lebih memperhatikan hal tersebut. Pemerintah dalam hal ini

harus dapat memastikan bahwa kelompok konsumen yang ada

dimasyarakat, terutama yang telah terdaftar (LPKSM) memiliki pemahaman

yang sama terhadap peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan.

5.4.2. PPKN

PPKN yang merupakan singkatan dari Perkumpulan Perlindungan

Konsumen Nasional, dibentuk oleh BPKN (Badan Perlindungan Konsumen

Nasional) pada tahun 2013. Anggota PPKN terdiri dari beberapa LPKSM

yang tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan data BPKN, dari sekitar

365 LPKSM, hanya sekitar 100 LPKSM yang aktif.

Peranan PPKN dalam hal ini sangat penting. Berdasarkan temuan

lapangan, dapat disimpulkan beberapa hal menyangkut kurang meratanya

sosialisasi dan edukasi :

Page 96: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

89PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

1. Regulasi Pemerintah (UU PK dan turunannya) diantara LPKSM

2. Keberadaan PPKN bagi LPKSM

3. Keberadaan PPKN dan anggotanya di masyarakat

PPKN diharapkan dapat menjadi wadah yang menjembatani antara

pemerintah dengan LPKSM di seluruh Indonesia. Dalam hal ini PPKN

bertugas untuk mensosialisasikan setiap kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah kepada seluruh anggota LPKSM, sehingga nantinya setiap

LPKSM yang terdaftar menjadi anggota LPKSM memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang sama terhadap setiap kebijakan atau regulasi dari

pemerintah. Juga perlu adanya peningkatan sosialisasi keberadaan PPKN

kepada LPKSM-LPKSM di Indonesia. Masih sedikitnya anggota PPKN, salah

satunya dapat diartikan karena kurangnya sosialisasi akan eksistensi PPKN

bagi LPKSM. PPKN juga bertugas untuk mensosialisasikan keberadaannya

ke masyarakat, berikut anggota-anggotanya sehingga masyarakat di setiap

daerah menjadi lebih aware terhadap keberadaan LPKSM dan peranannya.

LPKSM yang terdaftar sebagai anggota PPKN diharapkan akan memiliki

kesan (image) yang lebih baik di masyarakat dibandingkan dengan yang

belum terdaftar. Untuk lebih meningkatkan kesan positif masyarakat

terhadap LPKSM, pemerintah juga dapat mengadakan LPKSM Award yang

bertujuan mengapresiasi LPKSM yang memiliki komitmen dalam

melaksanakan edukasi dan advokasi kepada masyarakat.

Bagi LPKSM yang ingin menjadi anggota PPKN diharapkan memiliki

persyaratan standar, misalnya dalam hal struktur organisasi. Untuk lebih

mengoptimalkan kinerja setiap LPKSM, maka struktur organisasi standar

yang dimiliki minimal terdiri dari : Ketua, Sekretaris, Bendahara, Divisi

Edukasi dan Divisi Advokasi. Selain itu, setiap LPKSM yang ingin mengikuti

program akreditasi diwajibkan untuk menjadi anggota PPKN. Perlu

dijelaskan manfaat bagi setiap LPKSM yang bergabung di PPKN, misalnya

kemudahan akses dalam hal informasi, baik itu informasi yang terkait

dengan regulasi dari pemerintah maupun informasi lembaga donor yang

membutuhkan kerjasama dengan LPKSM di Indonesia. Tidak hanya itu,

PPKN juga dapat menetapkan standar modul edukasi konsumen yang

diberikan oleh setiap LPKSM yang menjadi anggota PPKN. Berikut adalah

beberapa topik yang dapat dijadikan standar tersebut :

a. UU Perlindungan Konsumen No. 8 tahun 1999

Page 97: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

90PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

b. Pengetahuan dasar konsumen terkait hak dan kewajiban

c. Pengetahuan dasar minimum tentang produk-produk di sektor prioritas,

terutama terkait kesehatan, keamanan dan keselamatan

d. Layanan pengaduan konsumen dan mekanisme penyelesaian sengketa

Kedepannya, PPKN diharapkan dapat menjadi sebuah media center bagi

masyarakat.

5.4.3. Pembentukan Media Center

Ide pembentukan media center terinspirasi dari maraknya pusat informasi

yang berkembang di masyarakat. Hanya saja, kebanyakan pusat informasi

ini dibentuk oleh pelaku usaha sebagai upaya menjembatani antara pelaku

usaha dengan konsumen sekaligus sebagai ajang promosi media lini bawah

(below the line). Maraknya media center di tiap industri menandakan

efektifitas yang cukup tinggi dari kegiatan ini. Konsumen dapat bertanya

ataupun mengadu (complaint) secara langsung kepada pihak pelaku usaha

dan segera mendapat feedbacknya, terutama yang berkaitan tentang

pertanyaan.

Namun, biar bagaimanapun ini tetap memiliki kekurangan, terutama di

pihak konsumen. Media center yang dibentuk oleh pelaku usaha pastinya

akan tetap membawa kepentingan pelaku usaha bersangkutan, sehingga

unsur perlindungan terhadap konsumen tidak senantiasa terjamin.

Kekurangan inilah yang sebenarnya bisa diminimalisasikan bahkan

ditiadakan apabila media center tersebut merupakan bentukan pemerintah.

Dalam hal ini, pemerintah dapat menjaga netralitasnya di antara pelaku

usaha dan konsumen.

Pembentukan media center oleh pemerintah dapat bekerja sama dengan

PPKN yang memiliki anggota LPKSM-LPKSM di seluruh Indonesia. Media

center tersebut sebaiknya terdiri dari berbagai kategori produk dan jasa.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa terdapat

standar pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap LPKSM di seluruh

Indonesia (misalnya untuk 5 bidang atau kategori teratas). Standar tersebut

yang ditambah dengan bidang tertentu yang juga menjadi primadona di

daerah masing-masing harus diinformasikan dari setiap LPKSM kepada

PPKN. Nantinya, konsumen yang ingin mengadu dapat langsung

berhubungan dengan LPKSM tersebut. Sebagai contoh, seorang konsumen

Page 98: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

91PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

ingin mengadu terkait sebuah institusi pendidikan di kotanya. Konsumen

tersebut kemudian menghubungi media center. Oleh media center,

konsumen tersebut kemudian dihubungkan dengan LPKSM yang memiliki

kemampuan spesifik yang berhubungan dengan jasa pendidikan. Namun jika

konsumen yang mengadu tersebut aduannya terkait dengan jasa perbankan,

yang kebetulan merupakan salah satu dari 5 bidang teratas layanan standar

di setiap LPKSM, maka oleh media center, konsumen tersebut dapat

langsung dihubungi oleh LPKSM manapun yang sama domisilinya dengan si

konsumen. Kementrian Perdagangan dalam hal ini dapat bekerja sama

dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika.

5.4.4. Sosialisasi Ppkn & Lpksm

Peran pemerintah dalam menginformasikan keberadaan PPKN dan

LPKSM-LPKSM yang tergabung didalamnya sangatlah penting. Kesan

(image) positif tentang LPKSM akan lebih mudah didapatkan dari

masyarakat apabila pemerintah yang mensosialisasikannya. Pemerintah

dalam hal ini menjelaskan fungsi dan peranan LPKSM bagi masyarakat

(konsumen).

Sosialisasi dapat dilakukan melalui beberapa media. Misalnya TV dan

radio. Pemerintah dapat menggunakan TV nasional maupun lokal, demikian

pula radio. Dengan menggunakan media TV dan radio, diharapkan

cakupannya bisa lebih luas atau terjangkau. Media lainnya yang juga bisa

digunakan misalnya media sosial. Apabila media center akhirnya dibentuk,

maka tentunya pemerintah harus menginformasikan keberadaan media

center di masyarakat. Semua langkah ini diharapkan dapat membantu

masyarakat untuk lebih mengetahui dan memahami peranan lembaga

konsumen di Indonesia.

Page 99: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

92PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

6.1. Kesimpulan

1. Hasil studi literatur, hasil wawancara lapangan dan analisis AHP

menunjukkan bahwa dengan menggunakan 3 (tiga) indikator prioritas

yaitu jumlah aduan konsumen, potensi kerugian konsumen, dan proporsi

pengeluaran masyarakat, kelompok/organisasi konsumen dapat dibentuk

berdasarkan sektor prioritas dengan urutan sebagai berikut: 1) finansial

(perbankan dan non-perbankan); 2) properti; 3) fasilitas umum dan

layanan publik; 4) jasa telekomunikasi; dan 5) obat-obatan dan layanan

kesehatan.

2. Hasil studi lapangan menunjukkan masih sedikit LPKSM yang memiliki

lingkup kerja yang spesifik berdasarkan sektor. Pembentukan kelompok

Page 100: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

93PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

konsumen berbasis sektor akan meningkatkan efektivitas pelaksanaan

kegiatan edukasi karena menguasai materi secara spesifik. Dengan

demikian perlu didorong pembentukan kelompok konsumen yang

berbasis pada lima sektor prioritas tersebut.

3. Hasil studi lapangan menggambarkan kondisi bentuk kelembagaan

kelompok/organisasi konsumen dan pengelolaannya sebagai berikut:

a. Bentuk lembaga kelompok/organisasi konsumen yang ada di

masyarakat, dalam hal ini LPKSM, adalah yayasan dan non-yayasan

(LSM). Sebagian besar LPKSM berbentuk LSM karena

membutuhkan lebih sedikit SDM dalam pembentukannya. LPKSM

yang berbadan hukum memiliki hak gugat (legal standing), sementara

LPKSM yang tidak berbadan hukum tidak memiliki hak gugat,

sehingga hanya mampu mendampingi konsumen, tetapi tidak dapat

mewakili konsumen secara hukum saat sengketa di pengadilan. Oleh

karena itu, LPKSM yang belum berbadan hukum perlu

pendampingan profesional di bidang hukum untuk penyelesaian

sengketa di pengadilan.

b. Secara struktur organisasi, LPKSM harus memiliki ketua, sekretaris

dan bendahara, serta anggota dengan pembagian divisi yang lebih

jelas (minimum terdapat divisi advokasi dan edukasi) untuk dapat

melaksanakan kegiatannya dengan baik.

c. Dalam hal pengelolaan, kegiatan LPKSM saat ini fokus menjalankan

fungsi advokasi, namun masih kurang dalam menjalankan fungsi

edukasinya. Kegiatan edukasi konsumen yang dilakukan baik oleh

pemerintah maupun LPKSM seringkali bersifat temporer sehingga

sulit diukur dampaknya. Dalam rangka mendorong LPKSM untuk

menjalankan fungsi edukasi, maka pemerintah perlu memberikan

insentif bagi LPKSM yang telah menjalankan fungsi edukasi dengan

memadai. Selain itu, LPKSM perlu lebih banyak dilibatkan oleh

pemerintah pusat maupun daerah dalam pelaksanaan kegiatan

edukasi konsumen.

4. Hasil identifikasi hambatan dalam pelaksanaan fungsi LPKSM sebagai

berikut :

a. Keterbatasan SDM secara kuantitas dan kualitas. Kualifikasi anggota

LPKSM dengan pemahaman terhadap UU Perlindungan Konsumen

Page 101: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

94PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

yang memadai dan product knowledge yang baik, sulit diperoleh,

sehingga pemerintah perlu melakukan peningkatan kapasitas SDM

melalui program pelatihan dan pendidikan yang lebih terarah dan

berjenjang.

b. Keterbatasan dana operasional LPKSM, khususnya dalam

pelaksanaan kegiatan edukasi ke masyarakat. Tidak semua LPKSM

menetapkan iuran anggota dan sifat organisasi yang nirlaba tidak

memungkinkan LPKSM menetapkan biaya/fee kepada konsumen

yang memerlukan bantuan. LPKSM tidak memiliki akses yang cukup

terhadap sumber pembiayaan yang mungkin tersedia. Pemerintah

juga belum memiliki mekanisme yang mengatur tentang bantuan dana

kepada LPKSM.

c. Persepsi negatif masyarakat terhadap LPKSM. Selain belum

memahami peran dan fungsi LPKSM, sebagian masyarakat belum

sepenuhnya percaya kepada LPKSM sebagai lembaga yang

melindungi konsumen. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi peran dan

fungsi LPKSM sekaligus untuk membangun persepsi positif LPKSM di

masyarakat.

5. Koordinasi antar LPKSM dan antara LPKSM dengan pemerintah dinilai

masih kurang, sehingga peran asosiasi LPKSM yang saat ini sudah ada

yaitu Perkumpulan Perlindungan Konsumen Nasional (PPKN) sebagai

koordinator dan wadah komunikasi perlu diperkuat dan dikembangkan.

6.2. Rekomendasi Kebijakan

1. Mendorong pembentukan LPKSM yang berbasis sektor prioritas yaitu

sektor finansial oleh Direktorat Pemberdayaan Konsumen bekerjasama

dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

2. Menghimbau pemerintah daerah mendorong LPKSM untuk berbadan

hukum. Jika LPKSM belum berbadan hukum maka pemerintah daerah

perlu bekerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum Daerah (LBHD)

untuk mendampingi LPKSM tersebut di pengadilan

3. Memberdayakan LPKSM dalam mendukung program pemerintah

dengan cara :

Page 102: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

95PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

a. Bekerjasama dengan LPKSM dalam kegiatan pengawasan barang

dan jasa yang beredar di pasar dan pengawasan mandiri di

masyarakat

b. Bekerjasama menyelenggarakan program edukasi secara rutin ke

masyarakat dengan target: 1) anak usia sekolah dan warga sekolah;

2) ibu-ibu rumah tangga (PKK dan pengajian)

4. Membantu menyediakan informasi kepada LPKSM terkait sumber

pembiayaan operasional yang mungkin tersedia

5. Menyusun modul edukasi konsumen yang akan digunakan sebagai

materi pelatihan bagi anggota LPKSM yang berisi :

a. Standar penyampaian materi edukasi

b. Pengetahuan dasar konsumen terkait hak dan kewajiban

c. Pengetahuan dasar minimum tentang produk-produk di sektor

prioritas, terutama terkait kesehatan, keamanan dan keselamatan

d. Layanan pengaduan konsumen dan mekanisme penyelesaian

sengketa

6. Mensosialisasikan peran dan fungsi LPKSM di masyarakat dan

membangun persepsi positif

a. Mencanangkan program “LPKSM Award” dalam rangka

mengapresiasi LPKSM dan organisasi konsumen yang berdedikasi

dalam melaksanakan edukasi dan advokasi

b. Bekerjasama dengan LPKSM untuk menerbitkan majalah atau

newsletter yang berisi isu terkini terkait perlindungan konsumen,

kegiatan perlindungan konsumen yang dilakukan LPKSM dan

pemerintah, serta layanan pengaduan konsumen, yang

didistribusikan ke seluruh LPKSM, lembaga pendidikan dan

organisasi masyarakat lainnya.

7. Meningkatkan peran PPKN bagi seluruh LPKSM di tingkat nasional

a. Memberikan informasi dan konsultasi kepada LPKSM yang menjadi

anggotanya terkait sumber pembiayaan seperti lembaga donor dan

program hibah, isu terkini dan regulasi

b. Membentuk “Media Center” dengan PPKN sebagai penanggung

jawab dan pengelola

Page 103: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

96PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

DAFTAR PUSTAKA

Bourgeois, R. 2005. Analytical Hierarchy Process: an Overview, UNCAPSA-

UNESCAP. Bogor. Kusdiana, D. dan Gunardi, A. 2014. Pengembangan Produk Unggulan UMKM

Kabupaten Sukabumi. Trikonomika 13 (2): 153-171. Saaty, T. L. 2008. Decision Making With the Analytic Hierarchy Process.

International Journal Services Sciences 1 (1): 83-98. Soebagiyo, D. dan Wahyudi, M. 2008. Analisis Kompetensi Produk Unggulan

Daerah Pada Batik Tulis dan Cap Solo di Dati II Kota Surakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan 9 (2): 184-197.

Susila, W. R. dan Munadi, E. 2007. Penggunaan Analytical Hierarchy Process Untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian. Informatika Pertanian 16 (2): 983-998.

Syaifullah. 2010. Pengenalan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process). Diunduh dari: www.syaifullah08.wordpress.com.

Coney, Sandra. 2004. Effective Consumer Voice and Participation for New Zealand : A Sistematic Review of Evidence. New Zealand Guidelines Group. New Zealand.

Australian Securities and Investment Commission (ASIC). 2001. What is Effective Consumer Education? : A Literature Review. Center for Popular Education. Australia.

Page 104: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

97PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Roberts Brown Consultant. 2011. A Model for Effective Energy Advocacy – Issues Paper. Roberts Brown and Consumer Advocacy Panel. Australia.

Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG). 2015. Studi Diagnostik Perlindungan Konsumen. AIPEG. Jakarta-Indonesia.

Purnomo, Panji. 2014. Upaya Lembaga Konsumen Yogyakarta Dalam Meningkatkan Kesadaran Hak Konsumen Di Yogyakarta. Skripsi. Universitas

Negeri Yogyakarta Pusat Kajian Perdagangan Dalam Negeri. 2016. Analisis Pemetaan Kebutuhan

Konsumen Dalam Perlindungan Konsumen. Kementerian Perdagangan. Simanjuntak, Megawati. 2014. Tingkat Keberdayaan dan Strategi Pemberdayaan

Konsumen. Dissertasi. Institut Pertanian Bogor. Direktorat Pemberdayaan Konsumen. 2015. Pemetaan Indeks Keberdayaan

Konsumen Indonesia 2015. Kementerian Perdagangan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan

Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen

Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2001 Tentang LPKSM Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 2015-2019 www.fomca.org.my (diunduh pada tanggal 1 Juni 2016) www.consumerthai.org (diunduh pada tanggal 1 Juni 2016) www.caps.org.my (diunduh pada tanggal 2 Juni 2016) www.cassa.org.my (diunduh pada tanggal 2 Juni 2016)

Lampiran 1. Panduan In-Depth Interview pada Kelompok Konsumen di

Daerah

PanduanIn-depthInterview

AnalisisConsumerGroupDalamRangkaPeningkatan

PemberdayaanKonsumen

KementerianPerdaganganRepublikIndonesia

2016

Tanggalwawancara

Namapewawancara

Lokasi

I.IDENTITASRESPONDEN

1. NamaResponden:________________________________________

Page 105: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

98PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

2. Jabatan :________________________________________

3. NomorTelepon/HP:________________________________________

4. NamaOrganisasi:________________________________________

5. TahunBerdiri :________________________________________

6. AlamatOrganisasi:_________________________________________

7. No.TelpOrganisasi:_________________________________________

Bagian1.PembentukanGrupKonsumen1. Sudah berapa lama grup konsumen ini dibentuk?

__________________________________2. Apakahalasanatautujuandibentuknyagrupkonsumenini?

____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

3. Apakahgrupkonsumeninisudahmemilikicabang?□Tidak □Ya.BilaYa,lanjutkandenganpertanyaanJumlah_____________Lokasi__________________________________________________________________________________________________________Alasanpembentukan___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________Pengelolaandenganpusat(sama/beda)____________________________________________________________________________________________________________________________

4. Apakahadahambatandalampembentukangrupkonsumenini?□Tidak □Ya.BilaYa,lanjutkandenganpertanyaanApasajahambatanyangmunculdanbagaimanamengatasinya______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Bagian2.PembentukanGrupKonsumen(StrukturOrganisasidanKeanggotaan)5. Bagaimanastrukturorganisasidankepengurusan?

__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

6. Apa bentuk lembaganya? Mengapa bentuk lembaga ini dipilih?___________________________

Page 106: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

99PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

______________________________________________________________________________7. Dengan menggunakan skala 1 – 10, menurut Anda seberapa idealkah bentuk

lembagaini?Mengapa?_________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

8. Bentuklembagaapakahyangidealuntukkelompok/organisasikonsumen?SudahadakahbentukLembagatsbdimasyarakat?____________________________________________________________________________________________________________________________________

9. Keanggotaana. Jumlahanggota____________________________________________________________________________________ b. sistemperekrutan ________________________________________________________________________________ c. kriteriadalammerekrutanggota ________________________________________________________________ d. Mengapaperluadakriteriatersebut ____________________________________________________________ e. sifatkeanggotaan(Sukarelaatautidak) ________________________________________________________ f. Jangkawaktukeanggotaan_______________________________________________________________________ g. Hakanggota _______________________________________________________________________________________ h. Kewajibananggota________________________________________________________________________________ i. Apakahadaiuran□Tidak□Ya,mekanismedanmengapa____________________________________

___________________________________________________________________________j. Antusiasmeanggotadalammengikutikegiatangrup□rendah□tinggi,

Alasan______________________________________________________________________________________________

10. Manfaatmengikutigrupkonsumenbagipengurusdananggota?a. Materi ______________________________________________________________________________________________ b. Nonmateri_________________________________________________________________________________________ c. Perbedaanmanfaatbagipengurusdananggota________________________________________________ _____________________________________________________________________________d. Manfaat yang diharapkan oleh amggota dan bagaimana pendapat terkait haltersebut ______________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________

11. Kegiatanyangdilakukan?□edukasi□advokasi□lainnya____________________________________ UntukkegiatanEDUKASI:a. Jeniskegiatan______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________ b. targetkegiatan ____________________________________________________________________________________ c. outputyangdiharapkan __________________________________________________________________________ d. dampakkegiatan __________________________________________________________________________________ UntukkegiatanADVOKASI:a. Jeniskegiatan______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________ b. targetkegiatan ____________________________________________________________________________________ c. outputyangdiharapkan __________________________________________________________________________ d. dampakkegiatan __________________________________________________________________________________

Page 107: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

100PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

UntukkegiatanLAINNYA:e. Jeniskegiatan______________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________________________________ f. targetkegiatan ____________________________________________________________________________________ g. outputyangdiharapkan __________________________________________________________________________ h. dampakkegiatan __________________________________________________________________________________

12. Bagaimana menurut Anda bentuk-bentuk kegiatan yang selama inidilakukanolehgrupkonsumenini? _________________________________________________________________ ____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

13. Menurut Anda, bagaimana bentuk kegiatan atau layanan yang ideal yangdapatdiberikankepadamasyarakat?Mengapademikian? ________________________________________ __________________________________________________________________________________________________________

14. Berdasarkan bentuk kegiatan yang saat ini telah ada, seberapa idealkegiatan-kegiatantersebut(skala1s/d10,dimana1=sangattidakideal10=sangatideal)

Mengapademikian _____________________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________________________________________ 15. Bagaimanahalnyadenganarealayanan(batasanwilayahkegiatan)?Apakah

dibatasiatautidak?Apaalasannnya_________________________________________________________________ __________________________________________________________________________________________________________

16. Pendanaandanmekanismepengelolaana. Sumberpendanaan __________________________________________________________________________ b. Hambatanpendanaan _______________________________________________________________________ c. Caramengatasinya __________________________________________________________________________ d. Mekanismepengelolaan_____________________________________________________________________

17. Apakahmemilikimitradengangrupkonsumenlainnya?□Tidak□Ya __________________________

MengapagrupkonsumenAndabermitradengangrupkonsumentersebut?____________________ __________________________________________________________________________________________________________ Apamanfaatyangbisadiperoleh? ___________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________

Bagian3.LayananProdukAtauJasa18. Layanan untuk kategori produk atau jasa apa saja yang selama ini

diberikan? _____________________________________________________________________________________________ 19. Apakah kategori produk tertentu saja yang diberikan pelayanan ataukah

bersifatumum?Mengapademikian? ________________________________________________________________ _______________________________________________________________________________

20. Bagaimanapenangananpelayananterhadapberbagaikategoritersebut?□berbeda□samaAlasan ________________________________________________________________________________________________

21. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman Anda, kategori produk atau jasaapasajayangseringdikeluhkanolehmasyarakatataukonsumen?______________________________ __________________________________________________________________________________________________________

22. Kategoriprodukataujasaapasajayangmenjadiprioritas?Alasan ________________________________________________________________________________________________ Apakahterdapatperbedaaandalamhalpenangananlayanannya ________________________________

Page 108: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

101PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

Mengapademikian ____________________________________________________________________________________ ______________________________________________________________________________

Bagian4.PersepsiMasyarakatTerhadapGrupKonsumen

23. BagaimanapendapatAndamengenaikesadaranmasyarakatterhadapadanyagrupkonsumen?MengapaAndaberpendapatdemikian? _______________________________ ______________________________________________________________________________

24. Sumber-sumber informasi apa saja menurut Anda yang membuat masyarakatmengetahuitentangadanyagrupkonsumen? ________________________________________ ___________________ __________________________________________________________

25. Dari berbagai sumber informasi tersebut, sumber informasi apa yangmenurutAndapalingefektifuntukmenyampaikankepadamasyarakattentangmanfaatgrupkonsumen?Mengapademikian?_______________________________________________ _____________________________________________________________________________

26. AdakahsumberinformasiyangbelumadasaatininamunmenurutAndacukupefektif digunakanuntukmenyampaikan informasi kepadamasyarakat tentanggrupkonsumen?Mengapademikian?_______________________________________________ ______________________________________________________________________________

Bagian4.PeranPemerintah

27. BagaimanamenurutAndamengenaiperanpemerintahdalammendukunggrupkonsumensaatini?□penting□tidakpentingAlasan ________________________________________________________________________

28. Bagaimanaregulasipemerintahtersebutmendukunggrupkonsumenini? __________________ 29. SeberapacukupdukunganregulasitersebutbagigrupkonsumenAnda?____________________ 30. Apakahadaregulasiyangbelumadasaatiniyangdiperlukan?____________________________ 31. Dukunganoperasionalsepertiapasajayangdiberikanolehpemerintah? ___________________ 32. SeberapacukupdukunganoperasionaltersebutbagigrupkonsumenAnda? ________________ 33. Apakah selama ini pernah ada kerjasama antara grup ini dengan pemerintah

dalamhalpelaksanaanprogrampelayanankonsumen?□tidak□yaJikaya,

a. Bentukkerjasama ________________________________________________________ b. siapayangmenginisiasi ____________________________________________________ c. Frekuensi _______________________________________________________________ d. Apakahefektif ___________________________________________________________

Jikatidak.a. Alasan __________________________________________________________________ b. Seberapaperludilaksanakankerjasama _______________________________________ c. Bagaimanabentukkerjasamayangsebaiknyadilakukan __________________________ ________________________________________________________________________

34. Bagaimana pendapat Anda jika pemerintah berinisiatif membentuk grup

konsumendimasyarakat?Mengapademikian? _______________________________________ ______________________________________________________________________________

Page 109: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

102PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

35. Apasajakelebihannyajikapemerintahmembentukgrupkonsumentersebut? ______________

36. Apasajakekurangannyajikapemerintahmembentukgrupkonsumentersebut? _____________ 37. Menurut sepengetahuan Anda, sudah adakah negara lain, dimana

pemerintahnya yang berinisiatif membentuk grup konsumen di masyarakat?Jikaada,negaramanakahitu?BagaimanamenurutpendapatAnda? ______________________ ______________________________________________________________________________

38. Jika ternyatanantinyapemerintah Indonesiaakanmembentukgrupkonsumendimasyarakat,hal-halapasajakahyangperludilakukanolehpemerintahagarkehadiran grup konsumen tersebut dirasakan manfaatnya oleh masyarakatIndonesia? ____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________________

Lampiran 2. Panduan In-Depth Interview pada Pemerintah Daerah

Page 110: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

103PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

PanduanIn-depthInterview

AnalisisConsumerGroupDalamRangkaPeningkatanPemberdayaanKonsumenKementerianPerdaganganRepublikIndonesia

2016

Tanggalwawancara

Namapewawancara

Lokasi

I.IDENTITASRESPONDEN

1. NamaResponden:________________________________________

2. Jabatan :________________________________________

3. NomorTelepon/HP:________________________________________

4. NamaOrganisasi:________________________________________

5. TahunBerdiri :________________________________________

6. AlamatOrganisasi:_________________________________________

7. No.TelpOrganisasi:_________________________________________

1. BagaimanamenurutAndamengenaiperanpemerintahdalammendukunggrupkonsumensaatini?Mengapademikian?___________________________________ ________________________________________________________________________

2. Bagaimana halnya dengan dukungan regulasi? Sejauh mana regulasi-regulasi tersebut mendukung grup konsumen saat ini? Mengapademikian?________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________

3. Seberapacukupdukunganregulasitersebutbagigrupkonsumensaatini?Mengapademikian? _______________________________________________________ ________________________________________________________________________

i. Apakahadaregulasiyangbelumadasaat iniyangkiranyamenurutAndadiperlukan oleh grup konsumen yang sudah eksis? Regulasi sepertiapakahitu?Mengapademikian? ____________________________________________

j. Bagaimanahalnyadengandukunganoperasional?Dukunganoperasionalsepertiapasajayangdiberikanolehpemerintahsaatini? ________________________

Page 111: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

104PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

k. Seberapacukupdukunganoperasionaltersebutbagigrupkonsumensaatini?Mengapademikian ____________________________________________________

l. Selama ini, apakah pernah grup konsumen meminta bantuan kepadapemerintah?Jikaada,dalambentukapakahitu? _______________________________

m. Apakahtargetyangdiharapkandaridiberikannyabantuantersebut? ________________ ________________________________________________________________________

n. Bagaimana hasil yang diperoleh dengan diberikannya bantuan tersebutkepadagrupkonsumen ___________________________________________________ ________________________________________________________________________

o. Apakahada feedback yangdiberikanolehgrupkonsumen tersebut? Jikaada,dalambentukapa? ___________________________________________________ ________________________________________________________________________

p. Bagaimanaevaluasidaripihakpemerintahsetelahmemberikanbantuantersebut _______________________________________________________________

q. Sejauhmana informasi yang telah diberikan oleh pemerintah dalam halmemberikanbantuankepadagrupkonsumenyangadasaatini?Informasisepertiapasajakahitu?____________________________________________________

r. Apakah selama ini sudah pernah ada kerjasama antara grup konsumensaat ini dengan pemerintah dalam hal pelaksanaan program pelayanankonsumen?□Tidak □Ya.jikaYa,bentukkerjasamadaninisiator ______________________________________________ frekuensikegiatan_________________________________________________________ apakahefektif ____________________________________________________________ jikaTidak,seberapaperlukerjasamatersebutdilakukandenganpihakpemerintah _____________ ________________________________________________________________________ alasan __________________________________________________________________ Bentukkerjasamaapasajayangsebaiknyadilakukan?Mengapademikian?___________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________

s. Bagaimana pendapat Anda jika pemerintah berinisiatifmembentuk grupkonsumendimasyarakat?Mengapademikian? ________________________________ `

Page 112: 2.LAPORAN AKHIR ANALISIS KELOMPOK KONSUMEN …bppp.kemendag.go.id/media_content/2017/08/LAPORAN_AKHIR_ANALISIS... · Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM), merupakan salah

105PuskaDagri,BPPP,KementerianPerdagangan,2016

________________________________________________________________________

t. Apa saja kelebihannya jika pemerintah membentuk grup konsumentersebut _______________________________________________________________ ________________________________________________________________________ ________________________________________________________________________

u. Apa saja kekurangannya jika pemerintah membentuk grup konsumentersebut _______________________________________________________________

v. SepengetahuanAnda, sudah adakah negara lain, dimana pemerintahnyayang berinisiatif membentuk grup konsumen di masyarakat? Jika ada,negaramanakahitu?BagaimanamenurutpendapatAnda?_______________________ ________________________________________________________________________

w. Jika ternyata nantinya pemerintah Indonesia akan membentuk grupkonsumendimasyarakat,hal-hal apa sajakahyangperludilakukanolehpemerintah agar kehadiran grup konsumen tersebut dirasakanmanfaatnyaolehmasyarakatIndonesia? ______________________________________ ________________________________________________________________________