2A_IshnaNF_Laporan_Konfigurasi_Suhu_dan_Level.pdf
-
Upload
ishnafathonah -
Category
Documents
-
view
11 -
download
0
Transcript of 2A_IshnaNF_Laporan_Konfigurasi_Suhu_dan_Level.pdf
-
LABORATORIUM PENGENDALIAN PROSES
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015
MODUL : Konfigurasi Pengendalian Suhu dan Level
PEMBIMBING : Ir. Umar Khayam, M
Oleh :
Kelompok : IV
Nama : Ishna Nur Fathonah NIM.131411014
Kelas : 2A
PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
Tanggal Praktikum : 03 Juni 2015
Tanggal Penyerahan : Juni 2015
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya kami
kelompok 4 dapat menyelesaikan laporan praktikum Konfigurasi Pengendalian Suhu dan Level.
Laporan praktikum ini disusun berdasarkan hasil pengamatan mengenai alat pengendali
suhu dan level di Laboratorium Pengendalian Proses dan Laboratorium Pilot Plant serta dari
study literatur mengenai pengendali suhu dan level.
Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Umar Khayam sebagai dosen
pembimbing praktikum Konfigurasi Pengendali Suhu dan Level dan rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran masih
kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.
Bandung, 16 Juni 2015
Praktikan
-
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .. i
DAFTAR ISI .
DAFTAR TABEL .
DAFTAR GAMBAR
ii
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan .
1
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konfigurasi Pengendalian ...
2
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan ...
3.2 Prosedur Percobaan ....
4
4
BAB IV DATA DAN HASIL PENGAMATAN
4.1 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pilot Plant ....
4.2 Konfigurasi Pengendalian Level di Lab.Pengendalian Proses ...
4.3 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pengendalian Proses
5
11
15
BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1 Pembahasan ....
5.2 Kesimpulan .
19
19
DAFTAR PUSTAKA ...
-
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Tabulasi Peralatan Pengendalian Suhu Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant . 7
Tabel 4.2. Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Suhu secara Keseluruhan di Lab.Pilot
Plant
10
Tabel 4.3. Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Level secara Keseluruhan di
Lab.Pengendalian Proses ..
12
Tabel 4.4.Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Suhu secara Keseluruhan di
Lab.Pengendalian Proses ...
16
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Blok Pengandalian Umpan Balik Direct Acting 3
Gambar 4.1 Rangkaian Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant .. 5
Gambar 4.2 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Proses Destilasi . 6
Gambar 4.3 Diagram Alir Pengendalian Suhu pada Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant .. 9
Gambar 4.4. Peralatan Pengendalian Level .. 11
Gambar 4.4. Peralatan Pengendalian Level .. 11
Gambar 4.6. Diagram Pengendalian Proses . 13
Gambar 4.7. Konfigurasi Pengendalian Level yang berada di Lab. Pengendalian Proses ....... 14
Gambar 4.8. Rangkaian Plant Plat Heat Exchanger di Lab. Pengendalian Proses .. 15
Gambar 4.9. Diagram Pengendalian Proses .. 17
Gambar 4.10. Konfigurasi Pengendalian Suhu yang berada di Lab. Pengendalian Proses ......
18
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengendalian proses merupakan bagian tak terpisahkan dalam ilmu teknik kimia. Dalam industri
kimia pengendalian proses diperlukan untuk menjaga agar proses berlangsung sesuai dengan
keadaan yang dikehendaki. Unit-unit yang dibahas secara teori dan unit yang terpasang pada
peralatan biasanya memiliki kerumitan yang berbeda. Pengetahuan tentang unit-unit yang ada
pada pengendalian proses, baik secara teoritis maupun pada alat diperlukan. Pengetahuan ini
menyangkut identifikasi, fungsinya, serta variabel-variabel atau sinyal-sinyal yang terkait dengan
masing-masing unit.
1.2 Tujuan
1) Melakukan identifikasi unit-unit/elemen-elemen pengendalian proses
2) Menjelaskan jenis alat beserta fungsinya pada setiap unit/elemen pengendalian proses
3) Melakukan identifikasi variable-variabel/sinyal-sinyal pengendalian proses dan media
transmisinya.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konfigurasi Pengendalian
Sistem proses adalah rangkaian oprasi yamg melakukan konversi material secara fisika-
kimia sehingga material yang dihasilkan memiliki keadaan yang lebih bermanfaat. Keadaan itu
dapat berupa besaran fisik atau kimia, seperti suhu (T), tekanan (P), laju alir (F), tinggi
permukaan cairan (L), komposisi, pH dan lain sebaginya. Peranan pengendali proses pada
dasarnya adalah usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai dengan yang
diinginkan.
Jenis-jenis variabel yang berperan dalam sistem pengendalian adalah:
1. Process Variable (PV) adalah besaran fisik atau kimia yang menunjukan keadaan sistem
proses yang dikendalikan agar nilainya tetap atau berubah mengikuti alur tertentu (variabel
terkendali).
2. Manipulited Variable (MV) adalah variabel yang digunakan untuk melakukan koreksi atau
mengendalikan PV (variabel pengendali).
3. Set Point (SP) adalah nilai variabel proses yang diinginkan (nilai acuan).
4. Gangguan (W) adalah variabel masukan yang dapat mempengaruhi nilai PV tetapi tidak
digunakan untuk mengendalikan.
5. Variabel keluaran tak terkendali adalah variabel yang menunjukan keadaan sistem proses
tetap tidak dikendalikan secara langsung.
Pengendali proses adalah bagian dari pengendali automatik yang diterapkan dibidang
teknologi proses untuk menjaga kondisi proses agar sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh
komponen yang terlibat dalam pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau sistem
kontrol. Langkah-langkah penendalian proses adalh sebagai berikut :
1. Mengukur, artinya mengamati nilai variabel terukur.
2. Membandingkan, artinya hasil pengukuran atau pengamatan variabel proses (nilai terukur)
dibandingkan dengan noilai acuan (set point).
3. Mengevaluasi, artinya perbedaan antara nilai terukur dengan nilai acuan dievaluasi untuk
menentukan langkah atau cara melakukan koreksi atas kesalahan itu.
-
4. Mengoreksi, artinya tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses, agar perbedaan
dengan variabel terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin.
Gambar 2.1 Diagram Blok Pengandalian Umpan Balik Direct Acting
-
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini menggunakan peralatan yang ada pada laboratorium pengendalian proses
untuk konfigurasi suhu dan level dan pilot plant untuk konfigurasi suhu.
3.2 Prosedur Percobaan
1) Menentukan peralatan yang terdapat sistem pengendalian proses yang akan diidentifikasi
2) Menfidentifikasi untuk semua unit/elemen serta variable/sinyal dalam peralatan tersebut
3) Menelusuri sinyal-sinyal yang menghubungkan antar unit/elemen
4) Mengukur dan mencatat semua spesifikasi alat dan semua data dalam peralatan.
-
BAB IV
DATA DAN HASIL PENGAMATAN
4.1 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pilot Plant
Gambar 4.1 Rangkaian Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant
-
Gambar 4.2 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Proses Destilasi
Keterangan
V1 (Condenser Cooling Water)
FI 4 (Condensor Cooling Water)
F5 (Condensor Cooling Water Flow observer)
TR 1 (Condensor Water Supply Temperature)
TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature)
TIA 21 (Condensor Vent High Alarm)
TRC 3 (Condensor Water Outlet)
-
Tabel 4.1 Tabulasi Peralatan Pengendalian Suhu Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant
Simbol Fungsi Deskripsi Tipe Material Keterangan
V 1
Untuk mengatur laju alir air
pendingin yang masuk ke
kondensor
Condensor
Cooling
Water
H77159-
A10 GG 25
Pneumatic
Control
FI 4
Untuk mengukur laju alir air
pendingin yang masuk ke
kondensor
Condensor
Cooling
Water
Rotameter Stainless
Steel
Local
Indication
F5
Untuk mengatur laju alir air
pendingin secara otomatis karena
dihubungkan dengan laju steam
yang masuk ke FFE
Condensor
Cooling
Water Flow
Observer
A 3 U Stainless
Steel
Switching of
Valve V3
TR 1
Untuk mengukur temperatur air
pendingin yang masuk ke
kondensor
Condensor
Water
Supply
Temperature
7HC108-
10A11
Stainless
Steel -
TI 22
Untuk mengukur temperatur
distilat yang keluar dari
kondensor
Condensor
Outlet
Distillate
Mercury DURAN
Glases
Local
Indication
TIA 21
Untuk mengukukur temperatur
pada kondensor dimana jika
suhunya terlalu tinggi maka
alarm akan menyala
Condensor
Vent High
Alarm
Mercury DURAN
Glases
Local
Indication
-
TRC 3
Untuk mengukur suhu air
pendingin yang keluar dari
kondensor
Condensor
Water
Outlet
7HC108-
10A11
Stainless
Steel
Control of
Cooling
Water
-
Gambar 4.3 Diagram Alir Pengendalian Suhu pada Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant
Setpoint Error
Unit
Pengendali
Unit Kendali Akhir
(Aktuator)
Sistem Proses
(Kondensor)
Suhu air pendingin
keluar
Sensor & Transmitter Suhu
Sinyal
Kendali
Laju alir
air
pendingin
masuk
Suhu air pendingin terukur
-
Tabel 4.2Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Suhu secara Keseluruhan di Lab.Pilot Plant
No Unit Nama Alat Spesifikasi/
Kapasitas
Sinyal Masuk Sinyal Keluar
Variabel Jenis
besaran Variabel
Jenis
besaran
1 Unit Proses Kondensor -
Manipulated
Variable
(MV)
Laju alir
air
pendingin
masuk
Process
Variable
(PV)
Suhu
2 Unit
Pengukuran TR 1 PT 100
Process
Variable
(PV)
Suhu Sinyal
Pengukuran
Sinyal
Elektrik
3 Unit
Kendali TRC 3 -
Sinyal
Pengukuran Elektrik
Sinyal
Kendali
Sinyal
Elektrik
4
Unit
Pengubah
Sinyal
Transduser
(didalam unit
kendali)
- Sinyal
Kendali Elektrik
Sinyal
Kendali
Sinyal
Pneumatik
5
Unit
Kendali
Akhir
Control
Valve V1 -
Sinyal
Kendali
Sinyal
Pneumatik
MV
(Manipulated
Variabel)
Laju alir
air
pendingin
-
4.2 Konfigurasi Pengendalian Level di Lab.Pengendalian Proses
Gambar 4.4. Peralatan Pengendalian Level
Gambar 4.5. Rangkaian Susunan Peralatan Pengendalian Level
Keterangan gambar :
1. Bak berisi air
2. Pompa
3. Control valve
4. I/P Tranduser
5. Udara instrumen
6. Manometer
7. Regulator tekanan udara
8. Pengendalian luar
9. Panel kendali
10. Komputer
11. Tangki penampung
12. Katup buang manual
13. Sensor dan transmitter level
14. Katup selenoida
-
Tabel 4.3Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Level secara Keseluruhan di Lab.Pengendalian Proses
No Unit Nama Alat Spesifikasi
/Kapasitas
Sinyal Masuk Sinyal Keluar
Variabel Jenis/Besaran Variabel Jenis/Besaran
1 Unit Proses Tangki Merk :
Didacta MV Aliran Keluar PV Level
2 Unit Pengukuran Skala pada Tanki
(Level sensor)
Pengukuran
0-100% PV Level Sinyal pengukuran Sinyal elektrik
3 Unit Kendali
CRL (Level
Regulation
Control)
Merk :
Didacta
Italy
Sinyal pengukuran Sinyal elektrik Sinyal Kendali Sinyal Elektrik
4 Unit Pengubah
Sinyal
Transducer I/P Spirano
Italy Sinyal kendali Sinyal elektrik Sinyal pengukuran
Sinyal
Pneumatik
Transducer P/I Spirano
Italy Sinyal pengukuran
Sinyal
Pneumatik Sinyal Kendali Sinyal elektrik
5 Unit Kendali Akhir Control Valve - Sinyal kendali Sinyal
Pneumatik MV Aliran Keluar
-
PV
Sinyal Elektrik
(Transmitter)
Gambar 4.6. Diagram Pengendalian Proses
Gangguan dan Beban
(Laju Alir Air)
Sinyal
Pneumatik
Sinyal
Pneumatik
PV MV
Pneumatik
PV
Pneumatik
Error Unit Kendali
(CRL)
Unit Kendali Akhir
(Control Valve) Unit Proses
(Tangki)
Unit Pengukuran
(Elektroda)
Set Point
-
Level Terukur
(Sinyal Pengukuran)
Gambar 4.7. Konfigurasi Pengendalian Level yang berada di Lab. Pengendalian Proses
Unit Proses
(Tangki)
Level
(PV) error
Set
Point
Sinyal
Kendali
Aliran
Keluar
(MV)
Unit Kendali Akhir
(Control Valve) Unit Kendali
(Level Control Regulation )
Unit Pengukuran
(Level Transmitter)
-
4.3 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pengendalian Proses
Gambar 4.8. Rangkaian Plant Plat Heat Exchanger di Lab. Pengendalian Proses
-
Tabel 4.4.Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Suhu secara Keseluruhan di Lab.Pengendalian Proses
No Unit Nama Alat Spesifikasi
/Kapasitas
Sinyal Masuk Sinyal Keluar
Variabel Jenis/Besaran Variabel Jenis/Besaran
1 Unit Proses PHE - MV Aliran Keluar PV Suhu
2 Unit Pengukuran Sensor suhu - PV Suhu Sinyal pengukuran Sinyal elektrik
3 Unit Kendali Process
Controller Armfield Sinyal pengukuran Sinyal elektrik Sinyal Kendali Sinyal Elektrik
4 Unit Pengubah
Sinyal
Transducer I/P - Sinyal kendali Sinyal elektrik Sinyal pengukuran Sinyal
Pneumatik
Transducer P/I - Sinyal pengukuran Sinyal
Pneumatik Sinyal Kendali Sinyal elektrik
5 Unit Kendali Akhir Control Valve - Sinyal kendali Sinyal
Pneumatik MV Aliran Keluar
-
PV
Sinyal Elektrik
(Transmitter)
Gambar 4.9. Diagram Pengendalian Proses
Gangguan dan Beban
Sinyal
Pneumatik
Sinyal
Pneumatik
PV MV
Pneumatik
PV
Pneumatik
Error Unit Kendali
(CRL)
Unit Kendali Akhir
(Control Valve) Unit Proses
(PHE)
Unit Pengukuran
(Sensor Suhu)
Set Point
-
Suhu Terukur
(Sinyal Pengukuran)
Gambar 4.10. Konfigurasi Pengendalian Suhu yang berada di Lab. Pengendalian Proses
Suhu
(PV) error
Set
Point
Sinyal
Kendali
Aliran
Keluar
(MV)
Unit Kendali
(Themperature Control)
Unit Pengukuran
(Suhu Transmitter)
Sensor Suhu
Unit Kendali Akhir
(Control Valve)
Unit Proses
(PHE)
-
BAB V
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1 Pembahasan
Pada praktikum konfigurasi pengendalian suhu dan level ini bertujuan untuk dapat
mengidentifikasi elemen-elemen atau unit-unit dalam pengendalian suhu dan level serta sinyal-
sinyal dan variabel-variabel yang terlibat dalam pengendalian suhu dan level. Praktikan
melakukan pengamatan pada plant destilasi, sektor yang diamati adalah sektor 5 yang merupakan
sistem pendingin dan pengendalian suhu dan level di Lab. Pengendalian Proses.
Unit operasi dalam sistem pengendalian ini adalah kondensor. Suhu air keluar kondensor
dikendalikan dengan mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke dalam kondensor.
Mekanisme kerja pada sektor 5 atau sektor pendinginan yaitu air pendingin nula-mula
dialirkan ke dalam kondensor, kemudian uap destilat hasil proses distilasi akan masuk ke dalam
kondensor dan kontak secara tidak langsung dengan air pendingin sehingga terjadi perpindahan
panas dari uap hasil destilat ke air pendingin. Uap destilat akan berubah fasa menjadi cair
kembali yang kemudian disirkulasikan kembali ke tangki umpan (sektor 1). Sektor 5 terdiri atas
beberapa instrumen, salah satunya adalah kondenser (W1). Kondenser tersebut merupakan
tempat terjadinya perubahan uap hasil distilasi (distilat) menjadi cairan. Air pendingin masuk
dengan membuka katup V1 (Condenser CoolingWater) dan outlet kolom pendingin yang dapat
kita atur secara otomatis pada bagian kontrol panel dengan memasukan nilai suhu outlet (TI 22)
yang diinginkan atau mengatur besarnya bukaan pada bagian inlet (F 14) secara manual.
Pada sektor ini terdapat instrumen alat ukur yang menunjukkan indikator temperatur
yaitu TR1 (Condenser water supply) menunjukkan temperatur air masuk kedalam kondensor,
TIA (Condeser high alarm) menunjukkan temperatur dalam kondenser yang berhubungan
dengan safety jika terjadi kesalahan pada sistem kondenser, dan TRC (Condenser water outlet)
menunjukkan temperatur air keluaran dari kondensor. Selain itu juga terdapat instrumen alat
ukur yang menunjukkan indikator laju alir dari air yang masuk ke dalam kondenser yaitu F5
(Condenser cooling water observer) yang berhubungan dengan unit pada sektor pemanas dalam
pengaliran steam sebagai safety.
-
Unit-unit yang terdapat pada pengendalian suhu antara lain unit proses, unit pengukuran,
unit kendali, dan unit kendali akhir. Suhu yang dikendalikan adalah suhu air pendingin yang
masuk ke dalam kondensor, dengan demikian unit proses dalam pengendalian suhu ini adalah
kondensor. Dalam seperangkat alat pengendalian ini terdapat beberapa buah termometer.
Diantaranya TR-1, TI-22, TIA-21, dan TRC-3. Termometer TR-1 berfungsi untuk mengukur
suhu di dalam pipa yang akan mengalirkan air pendingin sebagai pendingin kondensat. TI-22 dan
TIA-21 untuk mengukur destilat yang keluar dari kondensor, sedangkan TIA-21 Untuk
mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika suhunya terlalu tinggi maka alarm akan
menyala. Akan tetapi, termometer tersebut hanya berfungsi untuk membaca suhu tanpa adanya
sinyal keluaran dari thermometer tersebut yang masuk ke pengendali (hanya untuk dilihat).
Dengan demikian termometer tersebut tidak masuk ke dalam konfigurasi pengendalian dan tidak
termasuk ke dalam unit pengukuran.
Unit pengukuran yang utama adalah temperature transmitter 1 yang berfungsi untuk
mengukur suhu aliran air pendingin masuk kondensor, Temperature transmitter akan mengukur
secara langsung suhu aliran air pendingin yang masuk dan mengirimkan sinyal hasil pengukuran
tersebut ke pengendali. Karena pengendali hanya dapat membaca dan bekerja dengan sinyal
listrik, untuk itu diperlukan alat yang dapat mengubah atau menerjemahkan sinyal pengukuran
suhu (besaran fisik) menjadi sinyal listrik. Alat tersebut adalah transducer yang akan mengubah
suhu menjadi sinyal listrik..
Unit yang berperan sebagai unit kendali akhir adalah sebuah temperature controller (TRC-
3). Unit kendali mengoreksi sinyal yang dikirimkan oleh unit pengukuran kemudian memutuskan
tindakan yang akan dilakukan oleh unit kendali akhir. Yang berperan sebagai unit kendali akhir
adalah contol valve. Control valve akan menerima sinyal pneumatik yang akan digunakan untuk
membuka atau menutup valve dimana bukaan valve ini merupakan manipulated variabel yang
diberikan pada unit proses sehingga nilai PV akan mendekati nilai set point.
Pada konfigurasi pengendalian level, sinyal pertama kali berasal dari pengukuran elektroda
di dalam tanki yang kemudian sinyal dikirim menuju ke CRL (pengendali) untuk dibandingkan
dengan set point dan untuk dievaluasi. Setelah itu pengendali akan mengirimkan sinyal elektrik
ke control valve yang akan merubah besarnya bukaan valve dan mengatur aliran masuk air ke
dalam tangki. Sebelumnya, sinyal listrik ini diubah terlebih dahulu oleh Transduser I/P (I/P
Converter) menjadi sinyal pneumatik. Transduser ini dapat menerjemahkan sinyal listrik tersebut
-
menjadi udara tekan yang dapat menggerakan control valve pneumatik sesuai dengan perintah
dari pengendali.
Sensor
Sensor merupakan bagian dari Unit Pengukuran. Sensor adalah perangkat yang digunakan untuk
mengukur input maupun output proses. Prinsipnya adalah apa yang terbaca dalam sensor ini
harus dapat ditransmisikan, sehingga dapat dibaca oleh sistem pengolah data/unit pengendali.
Terdapat beberapa jenis sensor yang dapat digunakan sebagai unit pengukuran ini khususnya
untuk sensor suhu dan level, berikut adalah beberapa jenis sensor suhu :
A. Jenis-jenis Sensor Suhu (Temperature Sensors)
Saat ini, terdapat banyak jenis Sensor Suhu dengan karakteristik yang berbeda-beda sesuai
dengan aplikasinya. Berikut ini beberapa jenis Sensor Suhu yang sering ditemukan dalam
rangkaian elektronika ataupun peralatan listrik beserta penjelasan singkatnya :
1. Thermostat
Thermostat adalah jenis Sensor suhu Kontak (Contact Temperature Sensor) yang menggunakan
prinsip Electro-Mechanical. Thermostat pada dasarnya terdiri dari dua jenis logam yang berbeda
seperti Nikel, Tembaga, Tungsten atau aluminium. Dua Jenis Logam tersebut kemudian ditempel
sehingga membentuk Bi-Metallic strip. Bi-Metallic Strip tersebut akan bengkok jika
mendapatkan suhu tertentu sehingga bergerak memutuskan atau menyambungkan sirkuit
(ON/OFF).
Thermostat sering digunakan pada peralatan listrik seperti Oven, Seterika dan Water Heater.
-
2. Thermistor
Thermistor adalah komponen elektronika yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh Suhu.
Thermistor yang merupakan singkatan dari Thermal Resistor ini pada dasarnya terdiri dari 2
jenis yaitu PTC (Positive Temperature Coefficient) yang nilai resistansinya akan meningkat
tinggi ketika suhunya tinggi dan NTC (Negative Temperature Coefficient) yang nilai
resistansinya menurun ketika suhunya meningkat tinggi.
Thermistor yang dapat mengubah energi listrik menjadi hambatan ini terbuat dari bahan keramik
semikonduktor seperti Kobalt, Mangan atau Nikel Oksida yang dilapisi dengan kaca.
Keuntungan dari Thermistor adalah sebagai berikut :
Memiliki Respon yang cepat atas perubahan suhu.
Lebih murah dibanding dengan Sensor Suhu jenis RTD (Resistive Temperature
Detector).
Rentang atau Range nilai resistansi yang luas berkisar dari 2.000 Ohm hingga 10.000
Ohm.
Memiliki sensitivitas suhu yang tinggi.
Thermistor (PTC/NTC) banyak diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika seperti Voltage
Regulator, sensor suhu kulkas, pendeteksi kebakaran, Sensor suhu pada Otomotif, Sensor suhu
pada Komputer, sensor untuk memantau pengisian ulang Baterai pada ponsel, kamera dan
Laptop.
-
3. Resistive Temperature Detector (RTD)
Resistive Temperature Detector atau disingkat dengan RTD memiliki fungsi yang sama dengan
Thermistor jenis PTC yaitu dapat mengubah energi listrik menjadi hambatan listrik yang
sebanding dengan perubahan suhu. Namun Resistive Temperature Detector (RTD) lebih presisi
dan memiliki keakurasian yang lebih tinggi jika dibanding dengan Thermistor PTC. Resistive
Temperature Detector pada umumnya terbuat dari bahan Platinum sehingga disebut juga dengan
Platinum Resistance Thermometer (PRT).
Keuntungan dari Resistive Temperature Detector (RTD)
Rentang suhu yang luas yaitu dapat beroperasi di suhu -200C hingga +650C.
Lebih linier jika dibanding dengan Thermistor dan Thermocouple
Lebih presisi, akurasi dan stabil.
4. Thermocouple (Termokopel)
Thermocouple adalah salah satu jenis sensor suhu yang paling sering digunakan, hal ini
dikarenakan rentang suhu operasional Thermocouple yang luas yaitu berkisar -200C hingga
lebih dari 2000C dengan harga yang relatif rendah. Thermocouple pada dasarnya adalah sensor
suhu Thermo-Electric yang terdiri dari dua persimpangan (junction) logam yang berbeda. Salah
satu Logam di Thermocouple dijaga di suhu yang tetap (konstan) yang berfungsi sebagai
junction referensi sedangkan satunya lagi dikenakan suhu panas yang akan dideteksi. Dengan
adanya perbedaan suhu di dua persimpangan tersebut, rangkaian akan menghasilkan tegangan
listrik tertentu yang nilainya sebanding dengan suhu sumber panas.
-
Keuntungan Thermocouple adalah sebagai berikut :
Memiliki rentang suhu yang luas
Tahan terhadap goncangan dan getaran
Memberikan respon langsung terhadap perubahan suhu.
Prinsip Kerja Termokopel (Thermocouple)
Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri
dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis
logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu
konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu
panas.
Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita melihat gambar dibawah ini :
-
Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki suhu yang sama,
maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah NOL
atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu
panas atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua
persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya sebanding
dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada
umumnya sekitar 1 V 70V pada tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian
dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan
pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita.
Jenis-jenis Termokopel (Thermocouple)
Termokopel tersedia dalam berbagai ragam rentang suhu dan jenis bahan. Pada dasarnya,
gabungan jenis-jenis logam konduktor yang berbeda akan menghasilkan rentang suhu
operasional yang berbeda pula. Berikut ini adalah Jenis-jenis atau tipe Termokopel yang umum
digunakan berdasarkan Standar Internasional.
Termokopel Tipe E
Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200C 900C
Termokopel Tipe J
Bahan Logam Konduktor Positif : Iron (Besi)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : 0C 750C
Termokopel Tipe K
Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium
Bahan Logam Konduktor Negatif : Nickel-Aluminium
Rentang Suhu : -200C 1250C
-
Termokopel Tipe N
Bahan Logam Konduktor Positif : Nicrosil
Bahan Logam Konduktor Negatif : Nisil
Rentang Suhu : 0C 1250C
Termokopel Tipe T
Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan
Rentang Suhu : -200C 350C
Termokopel Tipe U (kompensasi Tipe S dan Tipe R)
Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)
Bahan Logam Konduktor Negatif : Copper-Nickel
Rentang Suhu : 0C 1450C
Contact Temperature Sensor
Sensor Suhu jenis contact adalah Sensor suhu yang memerlukan kontak (hubungan) Fisik dengan
objek yang akan dirasakan perubahan suhunya. Sensor suhu jenis ini dapat digunakan untuk
memantau suhu benda padat, cair maupun gas.
Non-Contact Temperature Sensor
Sensor Suhu jenis Non-Contact adalah Sensor suhu yang dapat mendeteksi perubahan suhu
dengan menggunakan konveksi dan radiasi sehingga tidak memerlukan kontak fisik langsung
dengan obyek yang akan diukur atau dideteksi suhunya.
-
B. Jenis-jenis Sensor Level (Level Sensors)
1. Conductivity/Capacitive-Level Sensors
Conductivity/Capacitive-Level Sensors berfungsi sebagai point level-continues dengan
mengukur impedansi antara dua elektroda direndam dalam cairan atau antara satu elektroda dan
dinding tangki electroconductive itu.
Sensor level kapasitif dengan dua (a) atau satu (b) elektroda. L = level, Z = impedansi, 1 =
tank, 2 = cair, 3 dan 4 = elektroda.
2. Float Type Sensor
Dalam float-type level sensor menggunakan jenis gaya apung pada permukaan cairan. Float
memiliki kopling magnetik dengan elemen transduksi (coil, magnet reed, atau efek Hall switch),
yang terpasang pada dinding luar tangki dan dapat digerakkan oleh proximity of the float. Dalam
beberapa desain, float mekanis menghubungkan mekanisme switching melalui penyegelan di
dinding (misalnya, bellow). Sistem switching dapat merespon menahan kekuatan yang
dikembangkan oleh elemen pegas yang terhubung ke float atau oleh aktuator dari force-balance
servo system.
Float-type sensors with magnetic coupling (a) or mechanical link (b). L = level, 1 = tank, 2 =
liquid, 3 = float, 4 = magnet, 5 = magnetic armature, 6 = contacts, 7 = bellows, 8 = lever.
-
3. Heat Transfer Level Sensor
Heat-transfer level sensor. L = level, R = resistance,
1 = tank, 2 = liquid, 3 = resistive heated element.
Heat Transfer Level Sensor yang terbentuk dari pengaruh panas (biasanya self-heated) kawat,
termistor, atau termokopel, yang panas. Transfer mengalami perubahan step ketika transisi dari
gas ke cair terjadi. Perubahan ini menyebabkan perubahan resistensi elemen atau gaya gerak
listrik.
4. Inductive Level Transducer
Variable-inductance level transducer (a), and transformer-type
level transducer (b).L = level, Z = impedance, 1 = tank,
2 = liquid, 3 = coil, 4 = core.
Sebuah Inductive Level Transducer menemukan aplikasi dalam pengukuran tingkat logam cair
dan lainnya electroconductive cairan. Dalam salah satu desain, kumparan di sekitar tabung berisi
cairan. Induktansi coil ini berubah cepat karena bergerak cair dan approaches koil. Dalam desain
lain, transduser dikontrol oleh transformator dengan keluaran kumparan primer pada satu bagian
dari inti besi twin-berkaki. Bagian lainnya tertutup oleh tabung berisi cairan dan membentuk satu
-
putaran gulungan sekunder. Hambatan efektif gilirannya ini berbanding terbalik dengan
ketinggian kolom cairan di dalam tabung. Perubahan ketinggian dapat dirasakan oleh mengukur
konsumsi daya pada kumparan primer.
5. Photoelectric
Tingkat sensorPhotoelectric beroperasi di transmisi atau refleksi mode. Dalam modus
pengiriman, sistem penginderaan, termasuk sumber sinar dan photodetector, menanggapi
gangguan atau pelemahan dari sinar
ketika cairan istirahat sinar jalur dari sumber ke detektor. Dalam modus refleksi, sebuah prisma
optik dipasang di dalam tangki mengubah pantulan cahaya ketika direndam dalam cairan.
Pembangunan transduser diatur sedemikian rupa sehingga sumber cahaya dan photodetektor
untuk merasakan perubahan intensitas cahaya adalah dipasang di dinding luar tangki. Sinar
cahaya melewati dan tercermin dari wajah prisma.
Transmittance-mode (a) and reflectance-mode
(b) photoelectric level sensors. L = level, 1 = tank,
2 = liquid, 3 = lightsource, 4 = photodetector, 5 = prism.
6. Pressure Type
Sebuah Pressure Type level merupakan jenis transduser jenis tekanan yang dipasang di bagian
bawah tangki yang berisi cairan. itu, transduser merespon tekanan yang dikembangkan oleh berat
kolom cairan itu. Tekanan ini secara langsung sebanding dengan ketinggian diukur dalam
perhitungannya.
-
Pressure-type level sensing system. L = level, 1 = tank,
2 = liquid, 3 = pressure transducer
7. Ultrasonic sensors
Beberapa teknik pembacaan yang digunakan dalam sensor Ultrasonic sensors , termasuk :
1. Oscillations of quartz, keramik atau elemen magnetostrictive pada frekuensi ultrasound
memiliki amplitudo yang lebih besar dalam gas dari dalam cairan . Membasahi elemen
menyebabkan penurunan amplitudo , menyediakan deteksi ketinggian cairan .
2. Point-level atau continuous-level sensing adalah dengan mengukur selang waktu antara
transmisi dan penerimaan pulsa USG yang dihasilkan oleh kristal keramik di bagian bawah
tangki . Biasanya satu kristal bekerja, bergantian transmisi dan menerima pulsa yang melewati
sepanjang ketinggian cair dan tercermin dari permukaan kembali ke dasar tangki . Beberapa
konstruksi mengandung unsur terpisah untuk menghasilkan dan menerima pulsa .
3. A point-level detection ini juga dilakukan oleh dua kristal piezoceramic berorientasi terhadap
satu sama lain di seluruh dalam tangki . Salah satu kristal memancarkan gelombang ultrasonik
dan yang lain menerima mereka . itu transmisi diintensifkan ketika membasahi cairan kristal .
Peningkatan tegangan keluaran dari penerima yang kristal menunjukkan bahwa tingkat telah
mencapai titik tertentu .
Ultrasound-level sensors, a, b, and c = level-sensing systems with one crystal at side (a)
, bottom (b), and two crystalsat side (c) of tank; L = level,
-
1 = tank, 2 = liquid,3 = piezoelectric crystal, 4 = pulse generator, 5 = pulse receiver.
8. Vibrating Element
Dalam sensor Vibrating Element, osilasi dari bagian (paddle) yang teredam ketika tenggelam
dalam cair. Redaman osilasi menunjukkan bahwa cairan telah mencapai tingkat yang diukur.
Osilasi yang dirangsang dan merasakan dengan cara elektronik.
Vibrating-element level sensor. L = level, 1 = tank,
2 = liquid, 3 = vibrating paddle, 4 = excitation coil.
9. Weighing
Sebuah sistem Weighing untuk mengukur tingkat menentukan tingkat dengan sel beban
ditempatkan di bawah bagian bawah tangki atau terhubung ke tangki dengan link mekanik. Jika
berat tangki dan densitas cairan yang diketahui, tingkat adalah mudah dihitung menggunakan
data yang diperoleh dengan sel.
Weighing sensing system for measuring level.
L = level, 1 = tank, 2 = liquid, 3 = load cell.
-
Aplikasi Pengendalian Level di Industri Semen
Di dunia industri, khususnya di Industri Semen terdapat bermacam-macam sensor level dengan
prinsip kerja yang berbeda-beda mulai dari yang sederhana hingga penggunaan radar ultrasonic.
Tujuannya sama ya itu melakukan Monitoring dan Pengukuran terhadap Jumlah material yang
terdapat didalam tempat penyimpanan, baik itu Bin, Silo ataupun Tandon air. Pada kesempatan
kali ini, Kita akan mencoba membahas beberapa Sensor Level yang terdapat di Industri
Khususnya di Industri Semen, Kita juga akan membahas sedikit tentang Prinsip kerja sensor
tersebut.
1. Limit Switch
Limit Switch ini merupakan sebuah saklar mekanis sama seperti saklar biasa yang dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat dimamfaatkan sebagai sebuah sensor. Penggunaannya pun
bermacam-macam tergantung kondisi pemakaiannya. Limit Switch ini juga bisa dimamfaatkan
sebagai sebuah Sensor Level, Khususnya Sensor Level Ketinggian Air.
Gambar. Limit Switch Sebagai Sensor Level
Prinsip Kerja Limit switch sebagai Sensor Level Air di Dalam Tangki
Umumnya Limit Switch terdiri dari Kontak NO dan NC yang bisa di hubungkan ke Sumber
tegangan yang digunakan sebagai inputan ke Kontroller. Bagian Mekanis yang seperti pegas
akan mengubah posisi kontak jika tertekan. Jadi misalnya menginginkan Limit switch ini sebagai
sensor Level, bisa menggantungkan sebuah Pelampung di bagian mekanis tersebut. Misalnya
Tangki air atau Tandon Air tersebut dalam keadaan kosong, Pelampung akan menarik bagian
mekanis dan menekannya kebawah sehingga Kontak-Kontak Limit Switch berubah, NO jadi NC
-
dan NC jadi NO. dan sebaliknya ketika Tangki dalam keadaan penuh maka pelampung akan
terangkat keatas dan Limit Switch dalam posisi Stand By. Perubahan Kontak di Limit Switch
itulah yang dapat kita gunakan sebagai inputan dari posisi Level Air didalam Tangki.
2. Sensor Kapasitif || Capacitance Sensor
Gambar. Capacitance Level detector
Prinsip Kerja Level detector sesungguhnya adalah mendeteksi besarnya kapasitansi antara ujung
probe dengan ground, dimana ground adalah bagian body dari sensor level itu sendiri. Perubahan
Tinggi Material kena atau tidak kena bagian probe dari sensor level ini akan mengakibatkan
perubahan kapasitansi. Dan perubahan besaran kapasitansi tersebut mengakibatkan perubahan
frekuensi dimana frekuensi ini kemudian dikonversi menjadi tegangan. Perubahan tegangan
inilah yang selanjutnya akan digunakan mengaktifkan relay yang terdapat di Bagian dalam dari
Sensor Level ini.
3. Ultrasonic Sensor
Gambar. Ultrasonic Level Sensor
-
Seperti namanya Ultrasonic Level Sensor, yaitu sebuah sensor Level yang menggunakan Prinsip
kerja Ultrasonic untuk mengukur level ketinggian material didalam Bin ataupun silo. Sensor ini
akan menembakan gelombang Ultrasonic kepermukaan Material yang akan diukur
ketinggiannya. Kemudian dari data tersebut akan dikonversikan menggunakan persamaan yang
telah ada sehingga didapat data ketinggian material didalam Bin atau silo yang diukur. Ultrasonic
Level Sensor ini cocok digunakan untuk mengukur level material yang berbentuk Solid seperti
Klinker.
4. Silo Pilot
Silo Pilot merupakan sebuah sensor yang digunakan untuk mengukur level material menggunaka
prinsip Elektromechanic. Ya Silo pilot termasuk ke dalam elektromechanic level measurement.
Gambar. Silo Pilot
Prinsip Kerja Silo Pilot.
Cara kerjanya sederhana, Sensor Level ini akan menurunkan bandulnya dengan timing tertentu
kemudian jika bandul tersebut menyentuh material maka bandul akan naik kembali. Dan Level
ketinggian material bisa diketahui dari Panjang bandul yang diturunkan tersebut. Bisa juga
diperintahkan dari Pusat Kontrol untuk memberikan Command ke Controller jika ingin
melakukan pengukuran material menggunkan SiloPilot ini.
-
5.2 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini yaitu :
5.2.1 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pilot Plant
1. Variable proses dalam pengendalian suhu adalah suhu air keluaran kondensor
2. Unit proses dalam percobaan ini adalah kondensor
3. Unit kendali akhir dalam percobaan ini adalah control valve
4. Unit kendali dalam percobaan ini adalah Temperatur Control
5. Unit pengukuran dalam percobaan ini adalah thermocouple PT-100
6. Sinyal yang terlibat dalam konfigurasi pengendalian suhu adalah sinyal pengukuran yang
berasal dari sensor suhu dan sinyal kendali yang berasal dari unit pengendali.
5.2.2 Konfigurasi Pengendalian Level di Lab. Pengendalian Proses
1. Unit proses pada pengendalian level adalah tanki.
2. Unit pengukuran pada pengendalian level adalah skala pada tangki (Level sensor).
3. Unit kendali pada pengendalian level adalah level regulation control.
4. Unit kendali akhir pada pengendalian level adalah control valve.
5. Pengendalian level perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya overflow.
5.2.3 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab. Pengendalian Proses
1. Unit proses pada pengendalian Suhu adalah PHE.
2. Unit pengukuran pada pengendalian suhu adalah sensor suhu
3. Unit kendali pada pengendalian suhu adalah process controller.
4. Unit kendali akhir pada pengendalian suhu adalah control valve.
5. Pengendalian suhu perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya overheat dan underheat.
-
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen. Jobsheet Pengendalian Proses. Konfigurasi Pengendalian. Teknik Kimia : Polban.
Tim Dosen. Buku Ajar Pengendalian Proses. Pengendalian Suhu. Teknik Kimia : Polban.
Dickson, Kho. 2015. Pengertian Sensor Suhu dan Jenis-jenisnya. Tersedia online :
http://teknikelektronika.com/pengertian-sensor-suhu-jenis-jenis-sensor-suhu/ [13 Juni 2015]
Abi, Royen. 2013. Jenis-jenis Sensor Level. Tersedia online :
http://www.abiblog.com/2014/02/jenis-level-sensor.html [13 Juni 2015]
Andi, Sutrisno. 2013. Sensor Level Diindustri Prinsip Kerja Sensor Level. Tersedia online :
http://www.andisunesia.com/2013/02/Sensor-Level-di-Dunia-Industri.html [13 Juni 2015