2A_IshnaNF_Laporan_Konfigurasi_Suhu_dan_Level.pdf

download 2A_IshnaNF_Laporan_Konfigurasi_Suhu_dan_Level.pdf

of 42

Transcript of 2A_IshnaNF_Laporan_Konfigurasi_Suhu_dan_Level.pdf

  • LABORATORIUM PENGENDALIAN PROSES

    SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015

    MODUL : Konfigurasi Pengendalian Suhu dan Level

    PEMBIMBING : Ir. Umar Khayam, M

    Oleh :

    Kelompok : IV

    Nama : Ishna Nur Fathonah NIM.131411014

    Kelas : 2A

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

    JURUSAN TEKNIK KIMIA

    POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

    2015

    Tanggal Praktikum : 03 Juni 2015

    Tanggal Penyerahan : Juni 2015

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmatnya kami

    kelompok 4 dapat menyelesaikan laporan praktikum Konfigurasi Pengendalian Suhu dan Level.

    Laporan praktikum ini disusun berdasarkan hasil pengamatan mengenai alat pengendali

    suhu dan level di Laboratorium Pengendalian Proses dan Laboratorium Pilot Plant serta dari

    study literatur mengenai pengendali suhu dan level.

    Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Umar Khayam sebagai dosen

    pembimbing praktikum Konfigurasi Pengendali Suhu dan Level dan rekan-rekan yang telah

    membantu dalam penyusunan laporan praktikum ini.

    Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran masih

    kami harapkan untuk penyempurnaan laporan ini.

    Bandung, 16 Juni 2015

    Praktikan

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .. i

    DAFTAR ISI .

    DAFTAR TABEL .

    DAFTAR GAMBAR

    ii

    iii

    iv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    1.2 Tujuan .

    1

    1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konfigurasi Pengendalian ...

    2

    BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 Alat dan Bahan ...

    3.2 Prosedur Percobaan ....

    4

    4

    BAB IV DATA DAN HASIL PENGAMATAN

    4.1 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pilot Plant ....

    4.2 Konfigurasi Pengendalian Level di Lab.Pengendalian Proses ...

    4.3 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pengendalian Proses

    5

    11

    15

    BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

    5.1 Pembahasan ....

    5.2 Kesimpulan .

    19

    19

    DAFTAR PUSTAKA ...

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1. Tabulasi Peralatan Pengendalian Suhu Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant . 7

    Tabel 4.2. Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Suhu secara Keseluruhan di Lab.Pilot

    Plant

    10

    Tabel 4.3. Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Level secara Keseluruhan di

    Lab.Pengendalian Proses ..

    12

    Tabel 4.4.Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Suhu secara Keseluruhan di

    Lab.Pengendalian Proses ...

    16

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Diagram Blok Pengandalian Umpan Balik Direct Acting 3

    Gambar 4.1 Rangkaian Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant .. 5

    Gambar 4.2 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Proses Destilasi . 6

    Gambar 4.3 Diagram Alir Pengendalian Suhu pada Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant .. 9

    Gambar 4.4. Peralatan Pengendalian Level .. 11

    Gambar 4.4. Peralatan Pengendalian Level .. 11

    Gambar 4.6. Diagram Pengendalian Proses . 13

    Gambar 4.7. Konfigurasi Pengendalian Level yang berada di Lab. Pengendalian Proses ....... 14

    Gambar 4.8. Rangkaian Plant Plat Heat Exchanger di Lab. Pengendalian Proses .. 15

    Gambar 4.9. Diagram Pengendalian Proses .. 17

    Gambar 4.10. Konfigurasi Pengendalian Suhu yang berada di Lab. Pengendalian Proses ......

    18

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pengendalian proses merupakan bagian tak terpisahkan dalam ilmu teknik kimia. Dalam industri

    kimia pengendalian proses diperlukan untuk menjaga agar proses berlangsung sesuai dengan

    keadaan yang dikehendaki. Unit-unit yang dibahas secara teori dan unit yang terpasang pada

    peralatan biasanya memiliki kerumitan yang berbeda. Pengetahuan tentang unit-unit yang ada

    pada pengendalian proses, baik secara teoritis maupun pada alat diperlukan. Pengetahuan ini

    menyangkut identifikasi, fungsinya, serta variabel-variabel atau sinyal-sinyal yang terkait dengan

    masing-masing unit.

    1.2 Tujuan

    1) Melakukan identifikasi unit-unit/elemen-elemen pengendalian proses

    2) Menjelaskan jenis alat beserta fungsinya pada setiap unit/elemen pengendalian proses

    3) Melakukan identifikasi variable-variabel/sinyal-sinyal pengendalian proses dan media

    transmisinya.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konfigurasi Pengendalian

    Sistem proses adalah rangkaian oprasi yamg melakukan konversi material secara fisika-

    kimia sehingga material yang dihasilkan memiliki keadaan yang lebih bermanfaat. Keadaan itu

    dapat berupa besaran fisik atau kimia, seperti suhu (T), tekanan (P), laju alir (F), tinggi

    permukaan cairan (L), komposisi, pH dan lain sebaginya. Peranan pengendali proses pada

    dasarnya adalah usaha untuk mencapai tujuan proses agar berjalan sesuai dengan yang

    diinginkan.

    Jenis-jenis variabel yang berperan dalam sistem pengendalian adalah:

    1. Process Variable (PV) adalah besaran fisik atau kimia yang menunjukan keadaan sistem

    proses yang dikendalikan agar nilainya tetap atau berubah mengikuti alur tertentu (variabel

    terkendali).

    2. Manipulited Variable (MV) adalah variabel yang digunakan untuk melakukan koreksi atau

    mengendalikan PV (variabel pengendali).

    3. Set Point (SP) adalah nilai variabel proses yang diinginkan (nilai acuan).

    4. Gangguan (W) adalah variabel masukan yang dapat mempengaruhi nilai PV tetapi tidak

    digunakan untuk mengendalikan.

    5. Variabel keluaran tak terkendali adalah variabel yang menunjukan keadaan sistem proses

    tetap tidak dikendalikan secara langsung.

    Pengendali proses adalah bagian dari pengendali automatik yang diterapkan dibidang

    teknologi proses untuk menjaga kondisi proses agar sesuai dengan yang diinginkan. Seluruh

    komponen yang terlibat dalam pengendalian proses disebut sistem pengendalian atau sistem

    kontrol. Langkah-langkah penendalian proses adalh sebagai berikut :

    1. Mengukur, artinya mengamati nilai variabel terukur.

    2. Membandingkan, artinya hasil pengukuran atau pengamatan variabel proses (nilai terukur)

    dibandingkan dengan noilai acuan (set point).

    3. Mengevaluasi, artinya perbedaan antara nilai terukur dengan nilai acuan dievaluasi untuk

    menentukan langkah atau cara melakukan koreksi atas kesalahan itu.

  • 4. Mengoreksi, artinya tahap ini bertugas melakukan koreksi variabel proses, agar perbedaan

    dengan variabel terukur dan nilai acuan tidak ada atau sekecil mungkin.

    Gambar 2.1 Diagram Blok Pengandalian Umpan Balik Direct Acting

  • BAB III

    METODOLOGI PERCOBAAN

    3.1 Alat dan Bahan

    Pada praktikum kali ini menggunakan peralatan yang ada pada laboratorium pengendalian proses

    untuk konfigurasi suhu dan level dan pilot plant untuk konfigurasi suhu.

    3.2 Prosedur Percobaan

    1) Menentukan peralatan yang terdapat sistem pengendalian proses yang akan diidentifikasi

    2) Menfidentifikasi untuk semua unit/elemen serta variable/sinyal dalam peralatan tersebut

    3) Menelusuri sinyal-sinyal yang menghubungkan antar unit/elemen

    4) Mengukur dan mencatat semua spesifikasi alat dan semua data dalam peralatan.

  • BAB IV

    DATA DAN HASIL PENGAMATAN

    4.1 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pilot Plant

    Gambar 4.1 Rangkaian Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant

  • Gambar 4.2 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Proses Destilasi

    Keterangan

    V1 (Condenser Cooling Water)

    FI 4 (Condensor Cooling Water)

    F5 (Condensor Cooling Water Flow observer)

    TR 1 (Condensor Water Supply Temperature)

    TI 22 (Condensor Outlet Distilate Tempature)

    TIA 21 (Condensor Vent High Alarm)

    TRC 3 (Condensor Water Outlet)

  • Tabel 4.1 Tabulasi Peralatan Pengendalian Suhu Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant

    Simbol Fungsi Deskripsi Tipe Material Keterangan

    V 1

    Untuk mengatur laju alir air

    pendingin yang masuk ke

    kondensor

    Condensor

    Cooling

    Water

    H77159-

    A10 GG 25

    Pneumatic

    Control

    FI 4

    Untuk mengukur laju alir air

    pendingin yang masuk ke

    kondensor

    Condensor

    Cooling

    Water

    Rotameter Stainless

    Steel

    Local

    Indication

    F5

    Untuk mengatur laju alir air

    pendingin secara otomatis karena

    dihubungkan dengan laju steam

    yang masuk ke FFE

    Condensor

    Cooling

    Water Flow

    Observer

    A 3 U Stainless

    Steel

    Switching of

    Valve V3

    TR 1

    Untuk mengukur temperatur air

    pendingin yang masuk ke

    kondensor

    Condensor

    Water

    Supply

    Temperature

    7HC108-

    10A11

    Stainless

    Steel -

    TI 22

    Untuk mengukur temperatur

    distilat yang keluar dari

    kondensor

    Condensor

    Outlet

    Distillate

    Mercury DURAN

    Glases

    Local

    Indication

    TIA 21

    Untuk mengukukur temperatur

    pada kondensor dimana jika

    suhunya terlalu tinggi maka

    alarm akan menyala

    Condensor

    Vent High

    Alarm

    Mercury DURAN

    Glases

    Local

    Indication

  • TRC 3

    Untuk mengukur suhu air

    pendingin yang keluar dari

    kondensor

    Condensor

    Water

    Outlet

    7HC108-

    10A11

    Stainless

    Steel

    Control of

    Cooling

    Water

  • Gambar 4.3 Diagram Alir Pengendalian Suhu pada Proses Destilasi di Lab.Pilot Plant

    Setpoint Error

    Unit

    Pengendali

    Unit Kendali Akhir

    (Aktuator)

    Sistem Proses

    (Kondensor)

    Suhu air pendingin

    keluar

    Sensor & Transmitter Suhu

    Sinyal

    Kendali

    Laju alir

    air

    pendingin

    masuk

    Suhu air pendingin terukur

  • Tabel 4.2Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Suhu secara Keseluruhan di Lab.Pilot Plant

    No Unit Nama Alat Spesifikasi/

    Kapasitas

    Sinyal Masuk Sinyal Keluar

    Variabel Jenis

    besaran Variabel

    Jenis

    besaran

    1 Unit Proses Kondensor -

    Manipulated

    Variable

    (MV)

    Laju alir

    air

    pendingin

    masuk

    Process

    Variable

    (PV)

    Suhu

    2 Unit

    Pengukuran TR 1 PT 100

    Process

    Variable

    (PV)

    Suhu Sinyal

    Pengukuran

    Sinyal

    Elektrik

    3 Unit

    Kendali TRC 3 -

    Sinyal

    Pengukuran Elektrik

    Sinyal

    Kendali

    Sinyal

    Elektrik

    4

    Unit

    Pengubah

    Sinyal

    Transduser

    (didalam unit

    kendali)

    - Sinyal

    Kendali Elektrik

    Sinyal

    Kendali

    Sinyal

    Pneumatik

    5

    Unit

    Kendali

    Akhir

    Control

    Valve V1 -

    Sinyal

    Kendali

    Sinyal

    Pneumatik

    MV

    (Manipulated

    Variabel)

    Laju alir

    air

    pendingin

  • 4.2 Konfigurasi Pengendalian Level di Lab.Pengendalian Proses

    Gambar 4.4. Peralatan Pengendalian Level

    Gambar 4.5. Rangkaian Susunan Peralatan Pengendalian Level

    Keterangan gambar :

    1. Bak berisi air

    2. Pompa

    3. Control valve

    4. I/P Tranduser

    5. Udara instrumen

    6. Manometer

    7. Regulator tekanan udara

    8. Pengendalian luar

    9. Panel kendali

    10. Komputer

    11. Tangki penampung

    12. Katup buang manual

    13. Sensor dan transmitter level

    14. Katup selenoida

  • Tabel 4.3Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Level secara Keseluruhan di Lab.Pengendalian Proses

    No Unit Nama Alat Spesifikasi

    /Kapasitas

    Sinyal Masuk Sinyal Keluar

    Variabel Jenis/Besaran Variabel Jenis/Besaran

    1 Unit Proses Tangki Merk :

    Didacta MV Aliran Keluar PV Level

    2 Unit Pengukuran Skala pada Tanki

    (Level sensor)

    Pengukuran

    0-100% PV Level Sinyal pengukuran Sinyal elektrik

    3 Unit Kendali

    CRL (Level

    Regulation

    Control)

    Merk :

    Didacta

    Italy

    Sinyal pengukuran Sinyal elektrik Sinyal Kendali Sinyal Elektrik

    4 Unit Pengubah

    Sinyal

    Transducer I/P Spirano

    Italy Sinyal kendali Sinyal elektrik Sinyal pengukuran

    Sinyal

    Pneumatik

    Transducer P/I Spirano

    Italy Sinyal pengukuran

    Sinyal

    Pneumatik Sinyal Kendali Sinyal elektrik

    5 Unit Kendali Akhir Control Valve - Sinyal kendali Sinyal

    Pneumatik MV Aliran Keluar

  • PV

    Sinyal Elektrik

    (Transmitter)

    Gambar 4.6. Diagram Pengendalian Proses

    Gangguan dan Beban

    (Laju Alir Air)

    Sinyal

    Pneumatik

    Sinyal

    Pneumatik

    PV MV

    Pneumatik

    PV

    Pneumatik

    Error Unit Kendali

    (CRL)

    Unit Kendali Akhir

    (Control Valve) Unit Proses

    (Tangki)

    Unit Pengukuran

    (Elektroda)

    Set Point

  • Level Terukur

    (Sinyal Pengukuran)

    Gambar 4.7. Konfigurasi Pengendalian Level yang berada di Lab. Pengendalian Proses

    Unit Proses

    (Tangki)

    Level

    (PV) error

    Set

    Point

    Sinyal

    Kendali

    Aliran

    Keluar

    (MV)

    Unit Kendali Akhir

    (Control Valve) Unit Kendali

    (Level Control Regulation )

    Unit Pengukuran

    (Level Transmitter)

  • 4.3 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pengendalian Proses

    Gambar 4.8. Rangkaian Plant Plat Heat Exchanger di Lab. Pengendalian Proses

  • Tabel 4.4.Tabulasi Unit Konfigurasi Pengendalian Suhu secara Keseluruhan di Lab.Pengendalian Proses

    No Unit Nama Alat Spesifikasi

    /Kapasitas

    Sinyal Masuk Sinyal Keluar

    Variabel Jenis/Besaran Variabel Jenis/Besaran

    1 Unit Proses PHE - MV Aliran Keluar PV Suhu

    2 Unit Pengukuran Sensor suhu - PV Suhu Sinyal pengukuran Sinyal elektrik

    3 Unit Kendali Process

    Controller Armfield Sinyal pengukuran Sinyal elektrik Sinyal Kendali Sinyal Elektrik

    4 Unit Pengubah

    Sinyal

    Transducer I/P - Sinyal kendali Sinyal elektrik Sinyal pengukuran Sinyal

    Pneumatik

    Transducer P/I - Sinyal pengukuran Sinyal

    Pneumatik Sinyal Kendali Sinyal elektrik

    5 Unit Kendali Akhir Control Valve - Sinyal kendali Sinyal

    Pneumatik MV Aliran Keluar

  • PV

    Sinyal Elektrik

    (Transmitter)

    Gambar 4.9. Diagram Pengendalian Proses

    Gangguan dan Beban

    Sinyal

    Pneumatik

    Sinyal

    Pneumatik

    PV MV

    Pneumatik

    PV

    Pneumatik

    Error Unit Kendali

    (CRL)

    Unit Kendali Akhir

    (Control Valve) Unit Proses

    (PHE)

    Unit Pengukuran

    (Sensor Suhu)

    Set Point

  • Suhu Terukur

    (Sinyal Pengukuran)

    Gambar 4.10. Konfigurasi Pengendalian Suhu yang berada di Lab. Pengendalian Proses

    Suhu

    (PV) error

    Set

    Point

    Sinyal

    Kendali

    Aliran

    Keluar

    (MV)

    Unit Kendali

    (Themperature Control)

    Unit Pengukuran

    (Suhu Transmitter)

    Sensor Suhu

    Unit Kendali Akhir

    (Control Valve)

    Unit Proses

    (PHE)

  • BAB V

    PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

    5.1 Pembahasan

    Pada praktikum konfigurasi pengendalian suhu dan level ini bertujuan untuk dapat

    mengidentifikasi elemen-elemen atau unit-unit dalam pengendalian suhu dan level serta sinyal-

    sinyal dan variabel-variabel yang terlibat dalam pengendalian suhu dan level. Praktikan

    melakukan pengamatan pada plant destilasi, sektor yang diamati adalah sektor 5 yang merupakan

    sistem pendingin dan pengendalian suhu dan level di Lab. Pengendalian Proses.

    Unit operasi dalam sistem pengendalian ini adalah kondensor. Suhu air keluar kondensor

    dikendalikan dengan mengatur laju alir air pendingin yang masuk ke dalam kondensor.

    Mekanisme kerja pada sektor 5 atau sektor pendinginan yaitu air pendingin nula-mula

    dialirkan ke dalam kondensor, kemudian uap destilat hasil proses distilasi akan masuk ke dalam

    kondensor dan kontak secara tidak langsung dengan air pendingin sehingga terjadi perpindahan

    panas dari uap hasil destilat ke air pendingin. Uap destilat akan berubah fasa menjadi cair

    kembali yang kemudian disirkulasikan kembali ke tangki umpan (sektor 1). Sektor 5 terdiri atas

    beberapa instrumen, salah satunya adalah kondenser (W1). Kondenser tersebut merupakan

    tempat terjadinya perubahan uap hasil distilasi (distilat) menjadi cairan. Air pendingin masuk

    dengan membuka katup V1 (Condenser CoolingWater) dan outlet kolom pendingin yang dapat

    kita atur secara otomatis pada bagian kontrol panel dengan memasukan nilai suhu outlet (TI 22)

    yang diinginkan atau mengatur besarnya bukaan pada bagian inlet (F 14) secara manual.

    Pada sektor ini terdapat instrumen alat ukur yang menunjukkan indikator temperatur

    yaitu TR1 (Condenser water supply) menunjukkan temperatur air masuk kedalam kondensor,

    TIA (Condeser high alarm) menunjukkan temperatur dalam kondenser yang berhubungan

    dengan safety jika terjadi kesalahan pada sistem kondenser, dan TRC (Condenser water outlet)

    menunjukkan temperatur air keluaran dari kondensor. Selain itu juga terdapat instrumen alat

    ukur yang menunjukkan indikator laju alir dari air yang masuk ke dalam kondenser yaitu F5

    (Condenser cooling water observer) yang berhubungan dengan unit pada sektor pemanas dalam

    pengaliran steam sebagai safety.

  • Unit-unit yang terdapat pada pengendalian suhu antara lain unit proses, unit pengukuran,

    unit kendali, dan unit kendali akhir. Suhu yang dikendalikan adalah suhu air pendingin yang

    masuk ke dalam kondensor, dengan demikian unit proses dalam pengendalian suhu ini adalah

    kondensor. Dalam seperangkat alat pengendalian ini terdapat beberapa buah termometer.

    Diantaranya TR-1, TI-22, TIA-21, dan TRC-3. Termometer TR-1 berfungsi untuk mengukur

    suhu di dalam pipa yang akan mengalirkan air pendingin sebagai pendingin kondensat. TI-22 dan

    TIA-21 untuk mengukur destilat yang keluar dari kondensor, sedangkan TIA-21 Untuk

    mengukukur temperatur pada kondensor dimana jika suhunya terlalu tinggi maka alarm akan

    menyala. Akan tetapi, termometer tersebut hanya berfungsi untuk membaca suhu tanpa adanya

    sinyal keluaran dari thermometer tersebut yang masuk ke pengendali (hanya untuk dilihat).

    Dengan demikian termometer tersebut tidak masuk ke dalam konfigurasi pengendalian dan tidak

    termasuk ke dalam unit pengukuran.

    Unit pengukuran yang utama adalah temperature transmitter 1 yang berfungsi untuk

    mengukur suhu aliran air pendingin masuk kondensor, Temperature transmitter akan mengukur

    secara langsung suhu aliran air pendingin yang masuk dan mengirimkan sinyal hasil pengukuran

    tersebut ke pengendali. Karena pengendali hanya dapat membaca dan bekerja dengan sinyal

    listrik, untuk itu diperlukan alat yang dapat mengubah atau menerjemahkan sinyal pengukuran

    suhu (besaran fisik) menjadi sinyal listrik. Alat tersebut adalah transducer yang akan mengubah

    suhu menjadi sinyal listrik..

    Unit yang berperan sebagai unit kendali akhir adalah sebuah temperature controller (TRC-

    3). Unit kendali mengoreksi sinyal yang dikirimkan oleh unit pengukuran kemudian memutuskan

    tindakan yang akan dilakukan oleh unit kendali akhir. Yang berperan sebagai unit kendali akhir

    adalah contol valve. Control valve akan menerima sinyal pneumatik yang akan digunakan untuk

    membuka atau menutup valve dimana bukaan valve ini merupakan manipulated variabel yang

    diberikan pada unit proses sehingga nilai PV akan mendekati nilai set point.

    Pada konfigurasi pengendalian level, sinyal pertama kali berasal dari pengukuran elektroda

    di dalam tanki yang kemudian sinyal dikirim menuju ke CRL (pengendali) untuk dibandingkan

    dengan set point dan untuk dievaluasi. Setelah itu pengendali akan mengirimkan sinyal elektrik

    ke control valve yang akan merubah besarnya bukaan valve dan mengatur aliran masuk air ke

    dalam tangki. Sebelumnya, sinyal listrik ini diubah terlebih dahulu oleh Transduser I/P (I/P

    Converter) menjadi sinyal pneumatik. Transduser ini dapat menerjemahkan sinyal listrik tersebut

  • menjadi udara tekan yang dapat menggerakan control valve pneumatik sesuai dengan perintah

    dari pengendali.

    Sensor

    Sensor merupakan bagian dari Unit Pengukuran. Sensor adalah perangkat yang digunakan untuk

    mengukur input maupun output proses. Prinsipnya adalah apa yang terbaca dalam sensor ini

    harus dapat ditransmisikan, sehingga dapat dibaca oleh sistem pengolah data/unit pengendali.

    Terdapat beberapa jenis sensor yang dapat digunakan sebagai unit pengukuran ini khususnya

    untuk sensor suhu dan level, berikut adalah beberapa jenis sensor suhu :

    A. Jenis-jenis Sensor Suhu (Temperature Sensors)

    Saat ini, terdapat banyak jenis Sensor Suhu dengan karakteristik yang berbeda-beda sesuai

    dengan aplikasinya. Berikut ini beberapa jenis Sensor Suhu yang sering ditemukan dalam

    rangkaian elektronika ataupun peralatan listrik beserta penjelasan singkatnya :

    1. Thermostat

    Thermostat adalah jenis Sensor suhu Kontak (Contact Temperature Sensor) yang menggunakan

    prinsip Electro-Mechanical. Thermostat pada dasarnya terdiri dari dua jenis logam yang berbeda

    seperti Nikel, Tembaga, Tungsten atau aluminium. Dua Jenis Logam tersebut kemudian ditempel

    sehingga membentuk Bi-Metallic strip. Bi-Metallic Strip tersebut akan bengkok jika

    mendapatkan suhu tertentu sehingga bergerak memutuskan atau menyambungkan sirkuit

    (ON/OFF).

    Thermostat sering digunakan pada peralatan listrik seperti Oven, Seterika dan Water Heater.

  • 2. Thermistor

    Thermistor adalah komponen elektronika yang nilai resistansinya dipengaruhi oleh Suhu.

    Thermistor yang merupakan singkatan dari Thermal Resistor ini pada dasarnya terdiri dari 2

    jenis yaitu PTC (Positive Temperature Coefficient) yang nilai resistansinya akan meningkat

    tinggi ketika suhunya tinggi dan NTC (Negative Temperature Coefficient) yang nilai

    resistansinya menurun ketika suhunya meningkat tinggi.

    Thermistor yang dapat mengubah energi listrik menjadi hambatan ini terbuat dari bahan keramik

    semikonduktor seperti Kobalt, Mangan atau Nikel Oksida yang dilapisi dengan kaca.

    Keuntungan dari Thermistor adalah sebagai berikut :

    Memiliki Respon yang cepat atas perubahan suhu.

    Lebih murah dibanding dengan Sensor Suhu jenis RTD (Resistive Temperature

    Detector).

    Rentang atau Range nilai resistansi yang luas berkisar dari 2.000 Ohm hingga 10.000

    Ohm.

    Memiliki sensitivitas suhu yang tinggi.

    Thermistor (PTC/NTC) banyak diaplikasikan kedalam peralatan Elektronika seperti Voltage

    Regulator, sensor suhu kulkas, pendeteksi kebakaran, Sensor suhu pada Otomotif, Sensor suhu

    pada Komputer, sensor untuk memantau pengisian ulang Baterai pada ponsel, kamera dan

    Laptop.

  • 3. Resistive Temperature Detector (RTD)

    Resistive Temperature Detector atau disingkat dengan RTD memiliki fungsi yang sama dengan

    Thermistor jenis PTC yaitu dapat mengubah energi listrik menjadi hambatan listrik yang

    sebanding dengan perubahan suhu. Namun Resistive Temperature Detector (RTD) lebih presisi

    dan memiliki keakurasian yang lebih tinggi jika dibanding dengan Thermistor PTC. Resistive

    Temperature Detector pada umumnya terbuat dari bahan Platinum sehingga disebut juga dengan

    Platinum Resistance Thermometer (PRT).

    Keuntungan dari Resistive Temperature Detector (RTD)

    Rentang suhu yang luas yaitu dapat beroperasi di suhu -200C hingga +650C.

    Lebih linier jika dibanding dengan Thermistor dan Thermocouple

    Lebih presisi, akurasi dan stabil.

    4. Thermocouple (Termokopel)

    Thermocouple adalah salah satu jenis sensor suhu yang paling sering digunakan, hal ini

    dikarenakan rentang suhu operasional Thermocouple yang luas yaitu berkisar -200C hingga

    lebih dari 2000C dengan harga yang relatif rendah. Thermocouple pada dasarnya adalah sensor

    suhu Thermo-Electric yang terdiri dari dua persimpangan (junction) logam yang berbeda. Salah

    satu Logam di Thermocouple dijaga di suhu yang tetap (konstan) yang berfungsi sebagai

    junction referensi sedangkan satunya lagi dikenakan suhu panas yang akan dideteksi. Dengan

    adanya perbedaan suhu di dua persimpangan tersebut, rangkaian akan menghasilkan tegangan

    listrik tertentu yang nilainya sebanding dengan suhu sumber panas.

  • Keuntungan Thermocouple adalah sebagai berikut :

    Memiliki rentang suhu yang luas

    Tahan terhadap goncangan dan getaran

    Memberikan respon langsung terhadap perubahan suhu.

    Prinsip Kerja Termokopel (Thermocouple)

    Prinsip kerja Termokopel cukup mudah dan sederhana. Pada dasarnya Termokopel hanya terdiri

    dari dua kawat logam konduktor yang berbeda jenis dan digabungkan ujungnya. Satu jenis

    logam konduktor yang terdapat pada Termokopel akan berfungsi sebagai referensi dengan suhu

    konstan (tetap) sedangkan yang satunya lagi sebagai logam konduktor yang mendeteksi suhu

    panas.

    Untuk lebih jelas mengenai Prinsip Kerja Termokopel, mari kita melihat gambar dibawah ini :

  • Berdasarkan Gambar diatas, ketika kedua persimpangan atau Junction memiliki suhu yang sama,

    maka beda potensial atau tegangan listrik yang melalui dua persimpangan tersebut adalah NOL

    atau V1 = V2. Akan tetapi, ketika persimpangan yang terhubung dalam rangkaian diberikan suhu

    panas atau dihubungkan ke obyek pengukuran, maka akan terjadi perbedaan suhu diantara dua

    persimpangan tersebut yang kemudian menghasilkan tegangan listrik yang nilainya sebanding

    dengan suhu panas yang diterimanya atau V1 V2. Tegangan Listrik yang ditimbulkan ini pada

    umumnya sekitar 1 V 70V pada tiap derajat Celcius. Tegangan tersebut kemudian

    dikonversikan sesuai dengan Tabel referensi yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan

    pengukuran yang dapat dimengerti oleh kita.

    Jenis-jenis Termokopel (Thermocouple)

    Termokopel tersedia dalam berbagai ragam rentang suhu dan jenis bahan. Pada dasarnya,

    gabungan jenis-jenis logam konduktor yang berbeda akan menghasilkan rentang suhu

    operasional yang berbeda pula. Berikut ini adalah Jenis-jenis atau tipe Termokopel yang umum

    digunakan berdasarkan Standar Internasional.

    Termokopel Tipe E

    Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium

    Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan

    Rentang Suhu : -200C 900C

    Termokopel Tipe J

    Bahan Logam Konduktor Positif : Iron (Besi)

    Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan

    Rentang Suhu : 0C 750C

    Termokopel Tipe K

    Bahan Logam Konduktor Positif : Nickel-Chromium

    Bahan Logam Konduktor Negatif : Nickel-Aluminium

    Rentang Suhu : -200C 1250C

  • Termokopel Tipe N

    Bahan Logam Konduktor Positif : Nicrosil

    Bahan Logam Konduktor Negatif : Nisil

    Rentang Suhu : 0C 1250C

    Termokopel Tipe T

    Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)

    Bahan Logam Konduktor Negatif : Constantan

    Rentang Suhu : -200C 350C

    Termokopel Tipe U (kompensasi Tipe S dan Tipe R)

    Bahan Logam Konduktor Positif : Copper (Tembaga)

    Bahan Logam Konduktor Negatif : Copper-Nickel

    Rentang Suhu : 0C 1450C

    Contact Temperature Sensor

    Sensor Suhu jenis contact adalah Sensor suhu yang memerlukan kontak (hubungan) Fisik dengan

    objek yang akan dirasakan perubahan suhunya. Sensor suhu jenis ini dapat digunakan untuk

    memantau suhu benda padat, cair maupun gas.

    Non-Contact Temperature Sensor

    Sensor Suhu jenis Non-Contact adalah Sensor suhu yang dapat mendeteksi perubahan suhu

    dengan menggunakan konveksi dan radiasi sehingga tidak memerlukan kontak fisik langsung

    dengan obyek yang akan diukur atau dideteksi suhunya.

  • B. Jenis-jenis Sensor Level (Level Sensors)

    1. Conductivity/Capacitive-Level Sensors

    Conductivity/Capacitive-Level Sensors berfungsi sebagai point level-continues dengan

    mengukur impedansi antara dua elektroda direndam dalam cairan atau antara satu elektroda dan

    dinding tangki electroconductive itu.

    Sensor level kapasitif dengan dua (a) atau satu (b) elektroda. L = level, Z = impedansi, 1 =

    tank, 2 = cair, 3 dan 4 = elektroda.

    2. Float Type Sensor

    Dalam float-type level sensor menggunakan jenis gaya apung pada permukaan cairan. Float

    memiliki kopling magnetik dengan elemen transduksi (coil, magnet reed, atau efek Hall switch),

    yang terpasang pada dinding luar tangki dan dapat digerakkan oleh proximity of the float. Dalam

    beberapa desain, float mekanis menghubungkan mekanisme switching melalui penyegelan di

    dinding (misalnya, bellow). Sistem switching dapat merespon menahan kekuatan yang

    dikembangkan oleh elemen pegas yang terhubung ke float atau oleh aktuator dari force-balance

    servo system.

    Float-type sensors with magnetic coupling (a) or mechanical link (b). L = level, 1 = tank, 2 =

    liquid, 3 = float, 4 = magnet, 5 = magnetic armature, 6 = contacts, 7 = bellows, 8 = lever.

  • 3. Heat Transfer Level Sensor

    Heat-transfer level sensor. L = level, R = resistance,

    1 = tank, 2 = liquid, 3 = resistive heated element.

    Heat Transfer Level Sensor yang terbentuk dari pengaruh panas (biasanya self-heated) kawat,

    termistor, atau termokopel, yang panas. Transfer mengalami perubahan step ketika transisi dari

    gas ke cair terjadi. Perubahan ini menyebabkan perubahan resistensi elemen atau gaya gerak

    listrik.

    4. Inductive Level Transducer

    Variable-inductance level transducer (a), and transformer-type

    level transducer (b).L = level, Z = impedance, 1 = tank,

    2 = liquid, 3 = coil, 4 = core.

    Sebuah Inductive Level Transducer menemukan aplikasi dalam pengukuran tingkat logam cair

    dan lainnya electroconductive cairan. Dalam salah satu desain, kumparan di sekitar tabung berisi

    cairan. Induktansi coil ini berubah cepat karena bergerak cair dan approaches koil. Dalam desain

    lain, transduser dikontrol oleh transformator dengan keluaran kumparan primer pada satu bagian

    dari inti besi twin-berkaki. Bagian lainnya tertutup oleh tabung berisi cairan dan membentuk satu

  • putaran gulungan sekunder. Hambatan efektif gilirannya ini berbanding terbalik dengan

    ketinggian kolom cairan di dalam tabung. Perubahan ketinggian dapat dirasakan oleh mengukur

    konsumsi daya pada kumparan primer.

    5. Photoelectric

    Tingkat sensorPhotoelectric beroperasi di transmisi atau refleksi mode. Dalam modus

    pengiriman, sistem penginderaan, termasuk sumber sinar dan photodetector, menanggapi

    gangguan atau pelemahan dari sinar

    ketika cairan istirahat sinar jalur dari sumber ke detektor. Dalam modus refleksi, sebuah prisma

    optik dipasang di dalam tangki mengubah pantulan cahaya ketika direndam dalam cairan.

    Pembangunan transduser diatur sedemikian rupa sehingga sumber cahaya dan photodetektor

    untuk merasakan perubahan intensitas cahaya adalah dipasang di dinding luar tangki. Sinar

    cahaya melewati dan tercermin dari wajah prisma.

    Transmittance-mode (a) and reflectance-mode

    (b) photoelectric level sensors. L = level, 1 = tank,

    2 = liquid, 3 = lightsource, 4 = photodetector, 5 = prism.

    6. Pressure Type

    Sebuah Pressure Type level merupakan jenis transduser jenis tekanan yang dipasang di bagian

    bawah tangki yang berisi cairan. itu, transduser merespon tekanan yang dikembangkan oleh berat

    kolom cairan itu. Tekanan ini secara langsung sebanding dengan ketinggian diukur dalam

    perhitungannya.

  • Pressure-type level sensing system. L = level, 1 = tank,

    2 = liquid, 3 = pressure transducer

    7. Ultrasonic sensors

    Beberapa teknik pembacaan yang digunakan dalam sensor Ultrasonic sensors , termasuk :

    1. Oscillations of quartz, keramik atau elemen magnetostrictive pada frekuensi ultrasound

    memiliki amplitudo yang lebih besar dalam gas dari dalam cairan . Membasahi elemen

    menyebabkan penurunan amplitudo , menyediakan deteksi ketinggian cairan .

    2. Point-level atau continuous-level sensing adalah dengan mengukur selang waktu antara

    transmisi dan penerimaan pulsa USG yang dihasilkan oleh kristal keramik di bagian bawah

    tangki . Biasanya satu kristal bekerja, bergantian transmisi dan menerima pulsa yang melewati

    sepanjang ketinggian cair dan tercermin dari permukaan kembali ke dasar tangki . Beberapa

    konstruksi mengandung unsur terpisah untuk menghasilkan dan menerima pulsa .

    3. A point-level detection ini juga dilakukan oleh dua kristal piezoceramic berorientasi terhadap

    satu sama lain di seluruh dalam tangki . Salah satu kristal memancarkan gelombang ultrasonik

    dan yang lain menerima mereka . itu transmisi diintensifkan ketika membasahi cairan kristal .

    Peningkatan tegangan keluaran dari penerima yang kristal menunjukkan bahwa tingkat telah

    mencapai titik tertentu .

    Ultrasound-level sensors, a, b, and c = level-sensing systems with one crystal at side (a)

    , bottom (b), and two crystalsat side (c) of tank; L = level,

  • 1 = tank, 2 = liquid,3 = piezoelectric crystal, 4 = pulse generator, 5 = pulse receiver.

    8. Vibrating Element

    Dalam sensor Vibrating Element, osilasi dari bagian (paddle) yang teredam ketika tenggelam

    dalam cair. Redaman osilasi menunjukkan bahwa cairan telah mencapai tingkat yang diukur.

    Osilasi yang dirangsang dan merasakan dengan cara elektronik.

    Vibrating-element level sensor. L = level, 1 = tank,

    2 = liquid, 3 = vibrating paddle, 4 = excitation coil.

    9. Weighing

    Sebuah sistem Weighing untuk mengukur tingkat menentukan tingkat dengan sel beban

    ditempatkan di bawah bagian bawah tangki atau terhubung ke tangki dengan link mekanik. Jika

    berat tangki dan densitas cairan yang diketahui, tingkat adalah mudah dihitung menggunakan

    data yang diperoleh dengan sel.

    Weighing sensing system for measuring level.

    L = level, 1 = tank, 2 = liquid, 3 = load cell.

  • Aplikasi Pengendalian Level di Industri Semen

    Di dunia industri, khususnya di Industri Semen terdapat bermacam-macam sensor level dengan

    prinsip kerja yang berbeda-beda mulai dari yang sederhana hingga penggunaan radar ultrasonic.

    Tujuannya sama ya itu melakukan Monitoring dan Pengukuran terhadap Jumlah material yang

    terdapat didalam tempat penyimpanan, baik itu Bin, Silo ataupun Tandon air. Pada kesempatan

    kali ini, Kita akan mencoba membahas beberapa Sensor Level yang terdapat di Industri

    Khususnya di Industri Semen, Kita juga akan membahas sedikit tentang Prinsip kerja sensor

    tersebut.

    1. Limit Switch

    Limit Switch ini merupakan sebuah saklar mekanis sama seperti saklar biasa yang dibuat

    sedemikian rupa sehingga dapat dimamfaatkan sebagai sebuah sensor. Penggunaannya pun

    bermacam-macam tergantung kondisi pemakaiannya. Limit Switch ini juga bisa dimamfaatkan

    sebagai sebuah Sensor Level, Khususnya Sensor Level Ketinggian Air.

    Gambar. Limit Switch Sebagai Sensor Level

    Prinsip Kerja Limit switch sebagai Sensor Level Air di Dalam Tangki

    Umumnya Limit Switch terdiri dari Kontak NO dan NC yang bisa di hubungkan ke Sumber

    tegangan yang digunakan sebagai inputan ke Kontroller. Bagian Mekanis yang seperti pegas

    akan mengubah posisi kontak jika tertekan. Jadi misalnya menginginkan Limit switch ini sebagai

    sensor Level, bisa menggantungkan sebuah Pelampung di bagian mekanis tersebut. Misalnya

    Tangki air atau Tandon Air tersebut dalam keadaan kosong, Pelampung akan menarik bagian

    mekanis dan menekannya kebawah sehingga Kontak-Kontak Limit Switch berubah, NO jadi NC

  • dan NC jadi NO. dan sebaliknya ketika Tangki dalam keadaan penuh maka pelampung akan

    terangkat keatas dan Limit Switch dalam posisi Stand By. Perubahan Kontak di Limit Switch

    itulah yang dapat kita gunakan sebagai inputan dari posisi Level Air didalam Tangki.

    2. Sensor Kapasitif || Capacitance Sensor

    Gambar. Capacitance Level detector

    Prinsip Kerja Level detector sesungguhnya adalah mendeteksi besarnya kapasitansi antara ujung

    probe dengan ground, dimana ground adalah bagian body dari sensor level itu sendiri. Perubahan

    Tinggi Material kena atau tidak kena bagian probe dari sensor level ini akan mengakibatkan

    perubahan kapasitansi. Dan perubahan besaran kapasitansi tersebut mengakibatkan perubahan

    frekuensi dimana frekuensi ini kemudian dikonversi menjadi tegangan. Perubahan tegangan

    inilah yang selanjutnya akan digunakan mengaktifkan relay yang terdapat di Bagian dalam dari

    Sensor Level ini.

    3. Ultrasonic Sensor

    Gambar. Ultrasonic Level Sensor

  • Seperti namanya Ultrasonic Level Sensor, yaitu sebuah sensor Level yang menggunakan Prinsip

    kerja Ultrasonic untuk mengukur level ketinggian material didalam Bin ataupun silo. Sensor ini

    akan menembakan gelombang Ultrasonic kepermukaan Material yang akan diukur

    ketinggiannya. Kemudian dari data tersebut akan dikonversikan menggunakan persamaan yang

    telah ada sehingga didapat data ketinggian material didalam Bin atau silo yang diukur. Ultrasonic

    Level Sensor ini cocok digunakan untuk mengukur level material yang berbentuk Solid seperti

    Klinker.

    4. Silo Pilot

    Silo Pilot merupakan sebuah sensor yang digunakan untuk mengukur level material menggunaka

    prinsip Elektromechanic. Ya Silo pilot termasuk ke dalam elektromechanic level measurement.

    Gambar. Silo Pilot

    Prinsip Kerja Silo Pilot.

    Cara kerjanya sederhana, Sensor Level ini akan menurunkan bandulnya dengan timing tertentu

    kemudian jika bandul tersebut menyentuh material maka bandul akan naik kembali. Dan Level

    ketinggian material bisa diketahui dari Panjang bandul yang diturunkan tersebut. Bisa juga

    diperintahkan dari Pusat Kontrol untuk memberikan Command ke Controller jika ingin

    melakukan pengukuran material menggunkan SiloPilot ini.

  • 5.2 Kesimpulan

    Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini yaitu :

    5.2.1 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab.Pilot Plant

    1. Variable proses dalam pengendalian suhu adalah suhu air keluaran kondensor

    2. Unit proses dalam percobaan ini adalah kondensor

    3. Unit kendali akhir dalam percobaan ini adalah control valve

    4. Unit kendali dalam percobaan ini adalah Temperatur Control

    5. Unit pengukuran dalam percobaan ini adalah thermocouple PT-100

    6. Sinyal yang terlibat dalam konfigurasi pengendalian suhu adalah sinyal pengukuran yang

    berasal dari sensor suhu dan sinyal kendali yang berasal dari unit pengendali.

    5.2.2 Konfigurasi Pengendalian Level di Lab. Pengendalian Proses

    1. Unit proses pada pengendalian level adalah tanki.

    2. Unit pengukuran pada pengendalian level adalah skala pada tangki (Level sensor).

    3. Unit kendali pada pengendalian level adalah level regulation control.

    4. Unit kendali akhir pada pengendalian level adalah control valve.

    5. Pengendalian level perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya overflow.

    5.2.3 Konfigurasi Pengendalian Suhu di Lab. Pengendalian Proses

    1. Unit proses pada pengendalian Suhu adalah PHE.

    2. Unit pengukuran pada pengendalian suhu adalah sensor suhu

    3. Unit kendali pada pengendalian suhu adalah process controller.

    4. Unit kendali akhir pada pengendalian suhu adalah control valve.

    5. Pengendalian suhu perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya overheat dan underheat.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Tim Dosen. Jobsheet Pengendalian Proses. Konfigurasi Pengendalian. Teknik Kimia : Polban.

    Tim Dosen. Buku Ajar Pengendalian Proses. Pengendalian Suhu. Teknik Kimia : Polban.

    Dickson, Kho. 2015. Pengertian Sensor Suhu dan Jenis-jenisnya. Tersedia online :

    http://teknikelektronika.com/pengertian-sensor-suhu-jenis-jenis-sensor-suhu/ [13 Juni 2015]

    Abi, Royen. 2013. Jenis-jenis Sensor Level. Tersedia online :

    http://www.abiblog.com/2014/02/jenis-level-sensor.html [13 Juni 2015]

    Andi, Sutrisno. 2013. Sensor Level Diindustri Prinsip Kerja Sensor Level. Tersedia online :

    http://www.andisunesia.com/2013/02/Sensor-Level-di-Dunia-Industri.html [13 Juni 2015