29012014_PKL
-
Upload
adi-dzikrullah-bahri -
Category
Documents
-
view
123 -
download
4
Transcript of 29012014_PKL
-
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI
PENANAMAN JABON (Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq)
SEBAGAI PEMANFAATAN LAHAN TIDUR
DI PT. MANZANA MANDIRI KABUPATEN BINTAN
KEPULAUAN RIAU
DIKDIK SODIKIN
DEPARTEMEN SILFIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
-
Laporan Praktik Lapang
sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Mata Kuliah
Praktek Kerja Profesi
pada
Departemen Silvikultur
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI
PENANAMAN JABON (Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq)
SEBAGAI PEMANFAATAN LAHAN TIDUR
DI PT. MANZANA MANDIRI KABUPATEN BINTAN
KEPULAUAN RIAU
DIKDIK SODIKIN
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
-
Judul Laporan : Penanaman Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq)
sebagai Pemanfaatan Lahan Tidur di PT. Manzana Mandiri
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau
Nama : Dikdik Sodikin
NIM : E44070007
Diketahui oleh
Dr Ir Supriyanto
Pembimbing PKP
Tanggal:
-
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah laporan Praktek Kerja Profesi (PKP) ini
berhasil diselesaikan. Laporan ini berjudul Penanaman Jabon (Anthocephalus
cadamba (Roxb) Miq) sebagai Pemanfaatan Lahan Tidur di PT. Manzana Mandiri
Kabupaten Bintan Kepulauan Riau yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2011
hingga Agustus 2012.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Supriyanto, DEA selaku
pembimbing PKP yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Daryono dan Bapak Rudi yang telah
membimbing penulis selama melakukan PKP di lokasi. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2014
Dikdik Sodikin
-
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
PENDAHULUAN 12
Latar Belakang 12
Tujuan Praktek Kerja Profesi 12
LOKASI PENELITIAN 2
Kondisi Umum 2
Lokasi Praktek 3
METODE 5
Lokasi dan Waktu 4
Alat dan Bahan 4
Metode Kegiatan 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Pemetaan Ulang 5
Produksi Bibit Jabon 9
Pembukaan Lahan 15
Persiapan Pupuk 129
Pemancangan 22
Pelubangan 22
Pemupukan 24
Pengangkutan Bibit 24
Penanaman 25
Perawatan 25
Hasil Penanaman 26
SIMPULAN DAN SARAN 26
Kesimpulan 28
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 28
Lampiran 29
-
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi luas pembukaan lahan dan prestasi kerja secara manual dengan tebas dan bakar 17
2 Rekapitulasi luas pekerjaan pembukaan lahan dan luasannya secara mekanik 19
3 Hasil uji laboratorium pupuk kasmur untuk media tumbuh jabon 20 4 Hasil pemeriksaan pupuk organik limbah jamur merang 20 5 Rekapitulasi jumlah pembuatan lubang tanam, jumlah tenaga kerja
dan prestasi kerja tenaga kerja outsourching 23
6 Rekapitulasi jumlah pembuatan lubang tanam dan prestasi kerja secara mekanik menggunakan excavator 23
7 Rekapitulasi jumlah penanaman, jumlah tenaga kerja dan prestasi kerja 25
8 Hasil penanaman 27
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi Kabupaten Bintan 2 2 Peta lokasi PT. Manzana Mandiri 3 3 Peta lahan PT. Manzana Mandiri sebelum sengketa 6 4 Peta lahan PT. Manzana Mandiri setelah sengketa 6 5 Peta lahan PT. Manzana Mandiri setelah perluasan lahan 7 6 Patok permanen batas tanah PT. Manzana Mandiri 8 7 Peta lahan PT. Manzana Mandiri setelah pemetaan ulang 9 8 Kecambah setelah 10 hari penaburan benih 11 9 Semai jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq) setelah dirawat
dua bulan di nampan kecambah dan siap disapih berukuran 3-5 cm 11 10 Sungkup plastik untuk kecambah jabon 12 11 Pemasangan paranet untuk persemaian jabon 13 12 Pengisian media tumbuh bibit di polybag 14 13 Penyapihan semai di polybag 14 14 Kondisi lahan sebelum pembukaan lahan di hutan muda 15 15 Kondisi lahan sebelum pembukaan berupa rawa permanen 16 16 Kondisi lahan sebelum pembukaan lahan berupa kebun masyarakat 16 17 Pembersihan lahan secara manual dengan tebas dan bakar 18 18 Pembukaan lahan 18 19 Excavator merek Kubota Mini U-50 18 20 Pemancangan titik tanam 22 21 Proses penyusunan bibit dalam untuk diangkut ke lokasi tanam 24 22 Daun jabon yang terserang ulat 25 23 Pembersihan gulma: (A) sebelum dibersihkan secara manual, (B)
setelah pembersihan secara manual, (C) sebelum dibersihkan secara
kimia, dan (D) setelah dibersihkan secara kimia 26
24 Hasil penanaman: (A) tanaman umur tiga bulan, (B) tanaman umur satu tahun, (C) tanaman umur empat bulan, dan (D) tanaman umur
tiga bulan 27
-
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lahan tidur merupakan lahan yang tidak termanfaatkan sesuai
peruntukannya. Luas lahan tidur di Indonesia mencapai 11,30 juta ha (Aryadi
2012). Berdasarkan kepemilikan, lahan tidur dibagi dua yaitu milik pemerintah
dan milik masyarakat. Selain tidak menghasilkan manfaat langsung secara sosial,
lahan tidur dapat menimbulkan dampak sosial seperti kebakaran lahan dan
sengketa atau kasus penyerobotan lahan. Salah satu pemanfaatan lahan tidur milik
masyarakat atau pun pemerintah dapat dilakukan dengan cara ditanami tanaman
tahunan seperti jabon (Antocephallus cadamba). Melalui pemanfaatan ini,
keuntungan yang diperoleh bukan hanya kayu jabon namun juga mampu
membebaskan lahan dari bahaya kebakaran, kasus penyerobotan lahan atau
mengurangi potensi konflik lahan serta mampu memberikan manfaat sosial
seperti memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
Status lahan yang ditanami tanaman tahunan seperti jabon termasuk ke
dalam hutan rakyat. Hutan rakyat (private forest) merupakan hutan yang tumbuh
di tanah milik masyarakat baik yang dikelola secara perorangan atau kelompok
(Aryadi 2012). Keberadaan hutan rakyat diharapkan menjadi usaha mandiri yang
dilakukan oleh masyarakat untuk bisa memenuhi kebutuhan kayu dalam negeri.
Pembangunan hutan rakyat mencakup berbagai aspek pendukung. Aspek
perencanaan yang secara konsep membuat dan mengimplementasikan konsep ke
dalam kondisi hutan rakyat yang dikelola dalam skala kecil dan keluarga. Aspek
silvikultur tentunya menjadi aspek yang berperan dalam penentuan model
pembangunan, penanaman, pemeliharaan, dan penanaman hutan rakyat yang
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan.
Peran mahasiswa sangat diharapkan dalam pembangunan kehutanan
Indonesia terutama pembangunan kehutanan pada lahan-lahan terlantar/lahan
tidur. Untuk hutan rakyat, mahasiswa diharapkan dalam transfer ilmu pengetahuan
dan teknologi dari dunia kampus ke dunia yang lebih nyata yaitu sosial
masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktek lapangan untuk mengetahui
pengelolaan dan permasalahan yang terjadi di hutan rakyat.
Tujuan Praktek Kerja Profesi
Praktek Kerja Profesi (PKP) ini dilaksanakan di lahan tidur milik PT
Manzana Mandiri Bintan Kepulauan Riau. Tujuan dari Praktek Kerja Profesi
(PKP) ini adalah:
1. Memanfaatkan lahan tidur agar dapat menghasilkan manfaat finansial dalam jangka panjang dan manfaat lainnya seperti keamanan lahan dan
terhindar dari bahaya kebakaran lahan.
2. Mengenal, memahami dan mengaplikasikan seluruh kegiatan pengelolaan hutan rakyat.
-
2
3. Mampu mengidentifikasi permasalahan dan mencari alternatif pemecahan masalah yang dijumpai di lapangan.
LOKASI PENELITIAN
Kondisi Umum
Geografis
Secara geografis, Kabupaten Bintan terletak di 0o617" LU - 1o3452" LS
dan 104o1247" BT - 108o227" BB. Kabupaten ini memiliki total wilayah seluas
87.717,84 Km2 yang terbagi atas lautan seluas 86.398,33 Km2 dan daratan seluas
1.319,51 Km2. Wilayah Kabupaten Bintan berbatasan dengan Kabupaten Natuna
di sebelah utara, Kabupaten Lingga di sebelah selatan, Kota Batam dan Kota
Tanjung Pinang di sebelah barat serta Provinsi Kalimantan Barat di sebelah timur.
Kabupaten ini memiliki 241 pulau besar dan kecil, namun hanya 49 pulau yang
berpenghuni (Coremap Bintan 2012).
Gambar 1 Peta lokasi Kabupaten Bintan.
Daerah Kabupaten Bintan merupakan bagian dari paparan continental yang
terkenal dengan nama Paparan Sunda. Pulau-pulau yang tersebar di daerah ini merupakan sisa-sisa erosi atau pencetusan daerah daratan pra tersier, wilayahnya
membentang dari semenanjung Malaysia dibagian utara sampai Pulau Bangka dan
Belitung di bagian selatan (DKKB Kab. Binta 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa institusi, terungkap bahwa tanah di
Kabupaten Bintan pada umumnya terdiri dari Organosol dan Clay Humik,
Podsol. Padsolik merah kuning, serta Litosol dan Latosol yang memiliki tanah
dasar berbahan granit. Kondisi alam Kabupaten Bintan sebagian berbukit-bukit
dan lembah yang landai sampai ke tepi laut. Pada umumnya daerah Kabupaten
-
Bintan beriklim tropis dengan temperatur rata-rata terendah 23,9 C dan tertinggi 31,8 C dengan kelembaban udara sekitar 85 persen (DKKB Kab. Bintan 2006).
Lokasi Praktek
Luas Areal PT. Manzana Mandiri
PT. Manzana Mandiri memiliki luas tanah 152 ha. Secara administrasi PT.
Manzana mandiri terletak di dua Desa yaitu Desa Malang Rapat dengan luas total
20 ha yang tersebar di 3 lokasi dan Desa Teluk Bakau dengan luas total 132 ha.
Kedua desa tersebut terletak di Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan,
Provinsi Kepulauan Riau.
PT. Manzana Mandiri merupakan PT yang bergerak di berbagai bidang
seperti pembangunan, perdagangan, jasa, pertanian, konsultan, industri dan
perdagangan berdasarkan akta pendirian Perseroan Terbatas PT. Manzana Mandiri
NPWP 1.768.555.3-214 No. 21 tahun 1997. Namun saat ini PT. Manzana
Mandiri hanya bergerak sebagai spekulan tanah atau melakukan pembebasan
tanah/pembelian kepada masyarakat untuk dijual lagi ke pihak lain.
Sesuai bukti pembelian tanah kepada masyarakat berupa surat alas hak
sertifikat dan perjanjian notaris, PT. Manzana Mandiri sebenarnya memiliki lahan
seluas 233 ha. Namun dalam kondisi aktualnya berdasarkan pemetaan dan
pengukuran ulang 2011 sekarang PT. MM ini hanya memiliki lahan seluas 152 ha.
Berdasarkan pengakuan masyarakat lahan yang hilang tersebut merupakan lahan
yang sengketa dengan PT lain ataupun dengan masyarakat. Ini salah satu resiko
dari lahan tidur. Lahan yang tidak tergarap menjadi seperti tak bertuan dan
masyarakat pun dengan bebas memanfatkannya bahkan sampai menjualnya ke
pihak lain.
Gambar 2 Peta lokasi PT. Manzana Mandiri.
-
4
Kondisi fisik lahan terdiri dari lahan bekas galian pasir yang berupa kolam-
kolam air 10 ha, tanah pasir pantai 4 ha, tanah rawa permanen 40 ha, dan tanah
kering 98 ha. Sebagian besar tanah bintan merupakan tanah bouksit yang
menyebabkan tanah berkadar asam (kandungan Al yang tinggi). Lahan PT MM
ini berada di ketinggian 2-68 mdpl. Kondisi kemiringan lahannya meliputi : 30 %
lahan dengan kemiringan
-
kelompok Andi
h Petugas Pembuatan lubang tanam : Kelompok Sariman, Kelompok
Darsono, Kelompok Bambang,
Kelompok La Ali, Kelompok Nadus
I Operator excavator : Saparudin
j Petugas penanaman : Kelompok La ali, Kelompok Nadus,
Kelompok Nia, Kelompok, Edi
k Petugas Keamanan : Karim
l Petugas Angkutan : Sirillus Kopak
METODE
Lokasi dan Waktu
Kegiatan Praktek Kerja Profesi ini dilaksanakan di lahan tidur PT. Manzana
Mandiri Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Kegiatan ini dimulai Maret 2011-
Agustus 2012.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktek ini diantaranya adalah pita ukur, Tally
sheet dan alat tulis menulis, Parang atau golok, GPS Garmin 60csx, Cangkul,
Kantong plasting, Tali tambang, Kamera, Kompas, dan Haga hypsometer.
Metode Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) secara umum berisi program-program
yang meliputi perencanaan, pembukaan lahan, penanaman, sampai pada
perawatan dan perlindungan hutan, sedangkan pada materi khusus lebih
ditekankan pada aspek produksi bibit dan aspek perlindungan hutan. Metode yang
digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Profesi (PKP) terdiri dari survei
lapangan, diskusi dan wawancara, perencanaan, dan aplikasi kegiatan langsung.
Survei lapang. Kegiatan praktek ini dimulai dengan survei lapangan. Survei
ini diperlukan sebagai modal utama dalan membuat perencanaan. Baik itu
perencanaan finansial maupun perencanaan aplikasi program di lapangan.
Kegiatan survei ini meliputi observasi lapangan untuk mengetahui kondisi umum
lahan seperti batas-batas kepemilikan lahan, luas aktual lapangan dan luas dipeta,
kondisi tanah, iklim dan cuaca serta kondisi masyarakat sekitar lahan. Survei
lapangan ini akan menentukan tindakan apa yang selanjutnya harus dilakukan
oleh pengelola untuk melaksanakan programnya dengan lancar dan mengurangi
kemungkinan hambatan yang mungkin akan muncul.
Diskusi dan wawancara. Untuk mengetahui kondisi areal berupa luas,
batas-batas fisik lapangan diperlukan wawancara dengan masyarakat sekitar
lahan. Dalam hal ini, wawancara dilakukan kepada semua pihak yang menjual
tanahnya kepada PT. Manzana Mandiri untuk mengetahui informasi posisi dan
-
6
luas tanah. Setelah itu, hasil wawancara dicocokkan dengan peta sebelumnya dan
dibuat peta barunya.
Perencanaan. Tahap perencanaan ini meliputi penentuan jumlah modal
yang dibutuhkan untuk melaksanakan program. Data survei awal digunakan
sebagai acuan dalam membuat perencanaan program aplikasi lapangan dan
program finansial. Tahap perencanaan meliputi program pembukaan lahan,
penanaman, perawatan, serta menentukan peralatan, bahan dan jumlah tenaga
kerja yang dibutuhkan.
Aplikasi kegiatan langsung. Aplikasi kegiatan langsung meliputi semua
kegiatan di lapangan yang terkait dengan program kerja penanaman dan semua hal
yang berkaitan dengan pengawasan dan administrasi program yang terdiri dari
pemetaan kembali areal kerja, produksi bibit jabon, pembukaan lahan, penyediaan
pupuk, pembuatan lubang tanam dan penanaman, perawatan dan perlindungan
hutan, administrasi dan pengawasan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemetaan Ulang
Pengecekan Berkas Peta dan Dokumen Pembelian Tanah
Berdasarkan kepemilikan tanah sesuai dengan berkas pembelian tanah
berupa sertifikat, surat hak atas tanah dan akta notaris sampai tahun 2003 PT.
Manzana Mandiri memiliki aset tanah dengan luas 188 ha. Rincian pembelian
tanah sebagai berikut: 1) Kelompok Sumardi 938.134 m2, 2) Kelompok Yani
271.122 m2, 3) Kelompok Marzuki 79.967 m
2, 4) Kelompok Aceh 447.530 m
2, 5)
Kelompok Awing 23.590 m2, dan 6) Kelompok Madisau 122.394 m
2.
Total luas keseluruhan tanah pada tahun 2003 adalah 1.882.737 m2 atau
sekitar 188 ha. Namun pada tahun 2005 terjadi sengketa lahan dengan masyarakat
dan PT. Arfan. Lahan milik PT. Manzana Mandiri seluas 832.984 m2 menjadi
lahan sengketa dan hilang setelah pengadilan mengambil keputusan atas sengketa
lahan tersebut. Munculnya sengketa lahan tersebut kemungkinan akibat adanya
lahan yang tidak diolah atau dibiarkan menjadi lahan tidur. Penjagaan yang
kurang menjadi alasan masyarakat mengolah lahan tidur secara sepihak dan
menganggap lahan tersebut menjadi hak milik. Masyarakat yang memanfaatkan
lahan tidur milik PT. Manzana Mandiri selain mengolah lahan tanpa izin juga
membuat surat garap atas lahan di desa masing-masing dan menjualnya ke pihak
lain. Hal ini menyebabkan adanya pengurangan lahan milik PT. Manzana
Mandiri. Saat ini, lahan milik PT. Manzana Mandiri yang tersisa paska sengketa
adalah seluas 1.072.668 m2.
-
Gambar 3 Peta lahan PT. Manzana Mandiri
sebelum sengketa.
Gambar 4 Peta lahan PT. Manzana Mandiri
setelah sengketa.
Perluasan Lahan
Lokasi PT. Manzana Mandiri berada di lokasi yang jauh dengan akses jalan
umum, baik itu jalan raya atau pun jalan masyarakat sehingga mengalami
kesulitan dalam pengembangan. Oleh karena itu, pada tahun 2005 PT. Manzana
Mandiri melakukan perluasan lahan dengan membebaskan lahan masyrakat untuk
akses jalan seluas 456.050 m2 yang membuat luas lahan total PT. Manzana
Mandiri menjadi 1.528.718 m2 pada tahun 2005.
-
8
Gambar 5 Peta lahan PT. Manzana Mandiri setelah perluasan lahan.
Pemetaan Ulang PT. Manzana Mandiri
Pemetaan ulang terhadap lahan PT. Manzana Mandiri dilakukan pada bulan
Maret sampai dengan bulan Agustus 2011 sebagai akibat dari adanya sengketa
dan perluasan areal. Kegiatan pemetaan ulang dilakukan melalui beberapa
tahapan.
Pengecekan berkas-berkas kepemilikan lahan. Sebelum survei lokasi
lahan PT. Manzana Mandiri, terlebih dahulu dilakukan pengecekan berkas-berkas
pemilikan lahan. Lokasi lahan paska sengketa harus dipastikan bukti
kepemilikannya yang sekaligus menjadi bahan dasar pencarian lokasi.
Berdasarkan hasil pengecekan berkas, aset lahan milik PT. Manzana Mandiri
paska sengketa adalah seluas 1.049.753 m2.
Pencarian batas-batas lahan. Pencarian batas-batas lahan perlu dilakukan
untuk memastikan keberadaan lahan dan perbatasannya dengan lahan milik pihak
lain. Pencarian batas-batas lahan ini dibantu oleh 2 orang tenaga kerja untuk
menarik tali ukur dan membuat jalan rintis. Batas-batas yang sudah dipastikan
langsung diberi tanda dengan kayu yang nantinya akan diganti dengan patok beton
permanen dengan tanda khusus lahan PT. Manzana Mandiri.
Wawancara terhadap pihak penjual lahan. Wawancara terhadap pihak
yang menjual lahan ke PT. Manzana Mandiri juga menjadi faktor penting yang
harus dilakukan sebelum pemetaan ulang selain pengecekan berkas dan kesaksian
penjaga lahan. Hal ini dilakukan apabila terjadi kesulitan pembacaan peta di
lapangan yang berbeda dengan kondisi fisik lapangan. Kendala yang muncul
ketika metode ini digunakan adalah apabila pihak penjual tidak mau terbuka atas
informasi yang dibutuhkan. Selain itu, beberapa pihak yang menjual lahannya ke
PT. Manzana Mandiri sudah tidak ada di sekitar lokasi (meninggal atau pindah
tempat tinggal).
Wawancara terhadap masyarakat sekitar lahan (bukan pihak penjual). Wawancara terhadap masyarakat sekitar lahan PT. Manzana Mandiri dilakukan
-
karena masyarakat sekitar lahan lebih mengetahui kondisi lahan sebelum dan
sesudah adanya PT. Manzana Mandiri, posisi patok batas dan lain-lain. Hal ini
dilakukan sebagai bahan tambahan apabila terjadi kesulitan pencarian batas-batas
di lapangan.
Gambar 6 Patok permanen batas tanah
PT. Manzana Mandiri.
Pemasangan patok batas tanah. Setelah areal batas-batas lahan
ditemukan, kegiatan selanjutnya dari pemetaan ulang adalah pemasangan patok
batas permanen berupa patok yang terbuat dari beton berbentuk balokdengan
ukuran panjang x lebar x tinggi diatas tanah ialah 30cm x 30 cm x 1,3 meter
dengan warna abu-abu dan tulisan MM di setiap patoknya.
Penandaan titik GPS dan pembuatan peta. Setelah patok dipasang
sebagai tanda batas lahan kemudian dilakukan penandaan titik GPS dan
pembuatan peta lokasi. Pengambilan titik GPS ini menggunakan alat bantu GPS
Garmin csx. Kumpulan titik batas kemudian diolah menggunakan software
Mapsource dan GPS Map Edit sehingga menghasilkan sebuah peta dengan
informasi seperti luas dan gambaran lokasi. Proses pemetaan ini menghasilkan
sebuah peta yang berguna sebagai panduan lokasi kerja dan pengenalan lokasi di
lapangan serta perencanaan yang terkait kerja teknis di lapangan seperti penentuan
jalan hutan, perencanaan barak, sumber air dan lain-lain.
-
10
Gambar 7 Peta lahan PT. Manzana Mandiri setelah pemetaan ulang.
Produksi Bibit Jabon
PT. Manzana Mandiri merencanakan lahan seluas 1.528.718 m2 (152 ha)
secara keseluruhan akan ditanami dengan jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb)
Miq). Jarak tanam yang digunakan adalah 2,5 x 3 m sehingga dalam satu ha
dibutuhkan 1.333 bibit. Total jabon yang akan ditanam secara keseluruhan
berjumlah 202.667 bibit. Untuk menunjang kebutuhan tanam tersebut dibutuhkan
bibit jabon 202.667 + 20% (202.667) = 243.200 jabon. Nilai 20% tersebut
merupakan cadangan untuk penyulaman, kerusakan bibit karena mobilisasi,
kematian bibit dipersemaian dan seleksi bibit siap tanam. Proses produksi bibit
jabon terdiri dari beberapa tahap seperti perkecambahan, persiapan lokasi
persemaian, penyapihan, pembesaran dan perawatan.
Perkecambahan
Perkecambahan dengan bak nampan kecambah. Alat dan bahan yang
disiapkan untuk produksi bibit ini menggunakan bak nampan kecambah antara
lain : bibit jabon 1 kg, Tanah top soil secukupnya, pasir secukupnya, bak/nampan
kecambah ukuran 35 cmx 25 cm sebanyak 100 buah, plastik transparan, karet
pengikat, sprayer, air secukupnya, Fungisida Anvil 50 SE dengan bahan aktif
heksakanazol 50 gr/l.
Target dari produksi bibit dengan kecambah ini adalah 50.000 kecambah
siap sapih. Produksi ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2011. Pelaksanaan
produksi bibit ini dilakukan oleh satu orang. Adapun tahapan proses
perkecambahannya adalah sebagai berikut:
Persiapan alat dan bahan. Pengambilan tanah top soil. Tanah yang
digunakan untuk perkecambahan merupakan tanah top soil yang memiliki
kandungan unsur hara yang lebih tinggi dari tanah dibawahnya. Unsur hara
diperlukan juga untuk perkecambahan jabon pada tahap pertumbuhan kecambah
setelah cadangan makanan pada kotiledon bijinya habis.
-
Pengambilan pasir. Dalam perkecambahan benih jabon, pasir berguna
sebagai pori-pori media agar media tidak terlalu padat. Media yang terlalu padat
bisa mengakibatkan penggenangan air dan kekerasan media yang dapat
menghabat pertumbuhan akar kecambah.
1. Penyaringan tanah dan pasir. Tanah dan pasir disaring untuk mendapatkan bagian terhalusnya. Ini disebabkan karena bibit jabon merupakan bibit yang
halus dan akan baik dalam perkecambahannya jika pada media yang juga
halus. Pasir dan tanah kemudian dicampur dengan perbandingan 4:1 (v/v).
Setelah proses penyaringan, tanah dan pasir dimasukkan ke dalam bak
kecambah dengan ketebalan 3 cm.
2. Penaburan benih. Benih jabon terlebih dahulu dicampur dengan tanah halus dengan perbandingan 1:10 (v/v) sebelum ditabur. Hal ini dilakukan agar
penaburan bibit tidak mengumpul pada satu titik yang dapat mengakibatkan
kecambah terlalu rapat. Media disiram sampai jenuh air terlebih dahulu
sebelum bibit ditabur secara merata. Setelah bibit ditabur, tutup nampan
kecambah dengan plastik transparan untuk mempercepat dormansi benih.
Penutupan nampan dengan plastik transparan ini akan mempertahankan
kadar air dan suhu untuk proses pematahan dormansi bibit sekitar 10-15
hari.
3. Setelah prosesnya selesai, nampan yang telah diisi media dan benih disimpan di lokasi teduh (tidak terkena cahaya matahari langsung) dan
terhindar dari genangan air.
4. Benih mulai berkecambah pada hari ke 10 hari sampai 15 hari setelah penaburan. Setelah terlihat perkecambahan merata, plastik dibuka. Proses
selanjutnya adalah perawatan dengan cara disiram rutin dan diberi fungisida
secara teratur. Fungisida yang diberikan adalah Anvil dengan takaran 2 ml
per liter air. Pemberian fungisida ini dilakukan 2 minggu sekali. Anvil
diberikan dengan takaran 2 ml per liter air. Pemberian fungisida Anvil ini
dilakukan 2 kali seminggu. Dalam setiap pemberian fungisida Anvil untuk
100 nampan diperlukan Anvil 4 ml per 2 liter air. Untuk mempercepat
pertumbuhan kecambah, diberikan juga pupuk NPK 16:16:16 yang
dicairkan terlebih dahulu dengan takaran 1 gr per liter air. Pupuk cair ini
diaplikasikan 2 minggu sekali. Dalam pemberian pupuk NPK untuk 100
nampan dibutuhkan pupuk NPK cair sebanyak 2 liter per satu kali aplikasi.
Setelah diberikan pupuk NPK cair, hal yang harus dilakukan adalah
membasuh/siram kembali kecambah agar NPK tidak tersisa di daun yang
dapat mengakibatkan daun hangus atau menguning. Setelah kecambah
berumur 2 bulan atau tinggi sekitar 3-5 cm. Kecambah siap dipindahkan ke
polybag untuk pembesaran (proses penyapihan).
Dari benih yang dikecambahkan dalam 100 nampan, sekitar 85% yang
tumbuh baik Kendala yang dialami dalam perkecambahan ini adalah masalah
jamur. Jamur kemungkinan muncul akibat kadar air media yang terlalu tinggi saat
penyiraman.
Serangan jamur ini bersifat menular, fungisida yang diberikan terkadang
tidak mampu menurunkan intensitas serangan. Cara agar serangan dan penularan
jamur terhenti adalah dengan membuang kecambah yang terserang dari bak
kecambah dan dengan mengatur kadar air media agar tidak terlalu basahDari 100
-
12
bak kecambah tersebut dihasilkan bibit berukuran 3-5 cm sejumlah 50.000 bibit
yang akan disapih di persemaian pada bulan Nopember 2011.
Gambar 8 Kecambah setelah 10 hari penaburan benih.
Gambar 9 Semai jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb)
Miq) setelah dirawat dua bulan di nampan
kecambah dan siap disapih berukuran 3-5 cm.
Perkecambahan menggunakan sungkup plastik. Langkah-langkah
produksi kecambah dengan sungkup adalah sebagai berikut:
a. Persiapan alat dan bahan seperti bambu, parang, cangkul, plastik transparan, dan kawat.
b. Persiapan lokasi sungkup. Sungkup yang dibuat sebanyak 2 buah dengan ukuran 120 cm x 3 m. Target dari pembuatan sungkup ini adalah
menghasilkan kecambah siap sapih pada Maret 2011 sebanyak 50.000 bibit
berukuran 30cm-50cm siap tanam pada bulan Juni 2012.
c. Pembuatan sungkup. Sungkup dibuat dengan menggunakan bambu. Lebar dan panjangnya terbuat dari dinding bambu dengan ukuran 120 cm x 3 m per
-
sungkup. Sungkup plastik dibuat setengah lingkaran dengan bagian belakang
tertutup permanen sedangkan bagian depannya dapat dibuka tutup untuk
perawatan kecambah.
d. Persiapan tanah top soil dan pasir. Tanah top soil dan pasir disiapkan sebagai media kecambah. Terlebih dahulu tanah dan pasir disaring terpisah kemudian
dicampur dengan perbandingan tanah dan pasir 4 : 1 (v/v) di dalam sungkup.
Tebal media di dalam sungkup yaitu 10 cm.
e. Penaburan benih dilakukan sama halnya dengan penaburan pada proses perkecambahan dengan nampan.
f. Setelah benih siap ditabur, plastik sungkup ditutup untuk menjaga suhu dan kelembaban serta air di dalam media. Proses produksi bibit dengan sungkup
ini perawatannya harus lebih intensif. Ruang yang luas di dalam sungkup
mengakibatkan penguapannya pun semakin cepat. Sehingga media akan cepat
kering. Oleh karena itu, setiap hari sebelum dormansinya patah, sungkup
harus rajin dibuka untuk melihat kadar air media dan disiram jika kondisinya
kekurangan air.
Gambar 10 Sungkup plastik untuk kecambah jabon.
Persiapan Lokasi Persemaian
Bibit jabon memiliki kecepatan tumbuh yang baik terutama pada kondisi
teduh. Namun pertumbuhan tersebut tidak diiringi dengan pembesaran diameter
batangnya. Sehingga jika dirawat terus dalam kondisi teduh, bibit akan tumbuh
tinggi namun kurus seperti lidi dan tidak cocok untuk ditanam.
Oleh karena itu, lokasi persemaian untuk jabon dibagi menjadi 2, yaitu di
bawah naungan (Shadding net area) dan di tempat terbuka (open area). Shadding
net area diperuntukkan bagi bibit yang baru disapih atau dipindahkan sedangkan
Open area digunakan untuk proses pembesaran bibit terutama batangnya dan
adaptasi terhadap matahari. Tahapan pekerjaan pembuatan lokasi persemaian
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat dan bahan seperti kayu, bambu, cangkul, parang, paku, palu, paranet serta gergaji, polybag , tanah, pupuk dan mesin penyiraman.
-
14
2. Persiapan lokasi persemaian. Lokasi persemaian yang disiapkan adalah seluas 0,8 ha. Areal seluas 0,3 ha digunakan sebagai shadding area,
kemudian area seluas 0,3 ha digunakan sebagai Open area dan sisanya
seluas 0,2 ha digunakan sebagai sebagai gudang serta sarana lain seperti
jalan dan tempat parkir. Shadding net area dan Open area memiliki
kapasitas masing-masing sekitar 150.000 bibit. Pembibitan jabon
menggunakan ukuran polybag 10 x 15 cm. Satu bedeng pembibitan
berukuran lebar 1 m dan panjang 10 m atau berisi 1.000 polybag . Jalan
antar bedeng dibuat dengan ukuran lebar 70 cm. Shadding net area dibuat
dengan lebar jarak antar tiang 2,20 m sesuai dengan lebar paranet 2 meter
ditambah 20 cm untuk cahaya matahari langsung masuk kebawah paranet
dengan ketinggian paranet 2 m. Open area dibuat terbuka tanpa paranet
dengan areal dibuat bedengan dengan dinding kayu untuk menyangga bibit
agar tidak tumbang. Satu bedeng Open area berukuran 1,5 m x 10 m yang
mampu menampung 1.000 bibit jabon. Penataan bibit di dalam bedengan
dibuat agak renggang dengan jarak 5 cm antara polybag agar diameter
batang bibit bisa berkembang.
Gambar 11 Pemasangan paranet untuk persemaian
jabon.
Pengisian Polybag
Media tumbuh bibit menggunakan top soil dan pupuk kasmur. Pupuk
kasmur atau pupuk bekas jamur merupakan pupuk kompos yang bahan dasar
utamanya adalah limbah jamur merang yang dikomposkan dengan bahan-bahan
lainnya seperti kotoran kelalawar, urea, stardek, dan zeolit. Pupuk kasmur
dicampur dengan media polybag dengan perbandingan satu karung pupuk
digunakan untuk mengisi 2000 polybag . Pengisian polybag dilakukan secara
outsourching oleh ibu-ibu setempat. Selain mengakomodasi masyarakat lokal,
pekerjaan pengisian polybag juga dapat menambah penghasilan untuk kebutuhan
sehari-hari. Tarif pengisian satu polybag sebesar Rp 45,-. Kapasitas ibu-ibu
mengisi polybag satu hari bisa sampai 800-1200 tergantung kecepatan dan jam
kerjanya dalam satu hari. Ibu-ibu yang bekerja bisa dari pagi pukul 07.00 sampai
sore pukul 16.00 atau pun hanya setengah hari saja atau sampai pupul 12.00 siang.
-
Penghasilan ibu-ibu tersebut dari pengisian polybag berkisar antara Rp 36.000,-
sampai Rp 54.000,- per harinya.
Gambar 12 Pengisian media tumbuh bibit di polybag .
Penyapihan
Penyapihan merupakan tahap pemindahan kecambah ke dalam polybag di
bawah Shadding net area. Sebelum penyapihan dilakukan, media tumbuh terlebih
dahulu disiram hingga jenuh air agar penyapihan mudah dilakukan dan baik untuk
kebutuhan air kecambah. Penyapihan dilakukan oleh tenaga kerja tetap.
Kemampuan penyapihan dalam satu hari berkisar antara 2000-2500 polybag .
Tergantung dari keterampilan dan pengalaman penyapih dan besar kecilnya
kecambah. Semakin besar kecambah, maka semakin mudah dilakukan
penyapihan.
Gambar 13 Penyapihan semai di polybag .
Pembesaran dan perawatan
Pembesaran bibit yang disapih di dalam Shadding net area memerlukam
waktu sekitar 1 bulan sebelum dipindah ke open area. Perawatan di Shadding net
area meliputi penyiraman, pencabutan gulma di polybag dan pemberian pestisida
serta pupuk cair. Pestisida yang digunakan adalah pestisida merek Crown dengan
bahan aktif, sedangkan pupuk cair yang digunakan adalah pupuk daun merk
-
16
Gandasil D. Pemberian pestisida dilakukan 2 minggu sekali atau sesuai intensitas
serangan ulat yang menggulung daun dengan dosis 1 ml/ liter air. Satu tangki alat
semprot 20 liter bisa digunakan untuk 50 bedeng atau 50.000 bibit. Pemberian
pupuk cair Gandasil D dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan dosis 1 gr/liter
air. Satu tangki alat semprot 20 liter bisa digunakan untuk 50 bedeng atau 50.000
bibit. Setelah 1 bulan atau setelah bibit memiliki tinggi sekitar 15 cm, bibit
dipindahkan ke open area atau dibawah sinar matahari langsung. Selain untuk
adaptasi saat ditanam di lapangan, pembesaran di open area ini berguna juga
untuk pembesaran diameter batang bibit (denah pembibitan jabon dan Skema
produksi bibit jabon terlampir).
Pembukaan Lahan
Latar Belakang Pengguanaan Lahan
Berdasarkan latar belakang penggunaan lahan areal lahan PT. Manzana
Mandiri terbagi ke dalam empat kategori. [1] Hutan muda. Lokasi ini mencakup
sekitar 70% dari luas areal total. Kondisi lahannya berupa permudaan hutan alam
karena merupakan areal bekas tebangan tahun 1980-an. Dari luasan tersebut,
60%-nya merupakan lahan kering (bebas genangan) dan 40%-nya merupakan
areal rawa yang terendam sepanjang tahun. Jenis-jenis yang tumbuh merupakan
spesies-spesies lokal seperti jambu-jambu, riang-riang, pulai, stiup, rotan, dan
lainnya. Selain diisi permudaan alam jenis lokal, sebagian areal juga penuh
dengan ilalang yang tumbuh dari areal bekas kebakaran. Hampir 60% luasan
lahan kering ditumbuhi spesies lokal, sebagian lagi ada yang kondisinya tandus
terkikis erosi dan yang muncul di permukaan tanah hanyalah batuan bouksit.
Kondisi rawa pada hutan muda ini setiap tahunnya tergenang air karena
tidak ada saluran atau parit pembuangan air. Pada areal rawa ini, masih terdapat
banyak pohon yang berukuran diameter diatas 30 cm serta hewan liar seperti
kancil, babi hutan, biawak dan lain-lain.
-
Gambar 14 Kondisi lahan sebelum pembukaan lahan di
hutan muda.
Gambar 15 Kondisi lahan sebelum pembukaan berupa
rawa permanen.
Gambar 16 Kondisi lahan sebelum pembukaan lahan
berupa kebun masyarakat.
[2] Padang ilalang. Lahan PT. Manzana Mandiri ditumbuhi oleh padang
ilalang sekitar 10% dari total luas arealnya. Padang ilalang ini tumbuh pada lahan
bekas kebakaran dan lahan bekas kebun masyarakat.
[3] Bekas galian pasir. Lahan bekas galian pasir sebanyak 10% luasan dari
lahan PT. Manzana Mandiri yang berupa kolam-kolam tergenang air dan kolam-
kolam kering. Sebagian bekas galian yang kondisinya kering juga ditumbuhi
dengan ilalang yang tumbuh dipasir.
[4] Kebun masyarakat. Lahan PT. Manzana Mandiri yang digunakan
masyarakat setempat untuk bertani seluas 10% dari total areal. Petani
-
18
menggunakan lahan tanpa dipungut bayaran. Jenis pertaniannya sebagian besar
merupakan tanaman sayuran seperti kacang panjang,buncis, timun, terong, cabai,
semangka, gambas dan pare. Petani yang ikut menggarap lahan PT. Manzana
Mandiri berjumlah sekitar 12 orang. Petani tersebut menggarap lahan tanpa
adanya surat perjanjian pinjam pakai atau pun perjanjian pengikatan lainnya.
Proses Pembukaan Lahan
Sebelum areal ditanami, lahan terlebih dahulu dibersihkan. Pembersihan
dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan mekanik.
Pembersihan lahan secara manual. Pembersihan lahan secara manual
merupakan pembersihan lahan dengan menggunakan tenaga manusia. Alat yang
digunakan dalam pembersihan ini adalah chainsaw , kapak, parang, mesin potong
rumput, dan sabit. Kapak dan parang digunakan untuk membersihkan pancang
dan tiang serta semak yang ada di lahan. Sisa pembersihan kemudian dipotong
kecil dan dikumpul di suatu titik untuk kemudian dibakar. Chainsaw digunakan
ketika ditemui pohon yang memiliki diameter diatas 30 cm.
Pohon yang bisaa digunakan untuk kebutuhan lain seperti papan, balok dan
lainnnya dikeluarkan dari lahan atau tidak ikut dibakar. Mesin potong rumput atau
grass cutter digunakan untuk membersihkan lahan dari padang ilalang. Setelah
ilalang dibersihkan dengan mesin, lahan dibiarkan maksimal 2 minggu atau
sampai ilalang kembali tumbuh tunas baru dan kemudian dilakukan penyemprotan
dengan herbisida merk KON-UP dengan bahan aktif isopropil amina glisofat.
Setelah disemprot herbisida, ilalang mati secara perlahan sampai ke akar dan
memerlukan waktu yang lama untuk kembali tumbuh. Ilalang apabila tidak
disemprot dengan herbisida akan memiliki kecepatan tumbuh yang luar bisaa dan
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada tanaman yang ditanam.
Pembersihan lahan secara manual ini dimulai sejak Mei 2011-Desember
2012 oleh 3 tim dengan jumlah total 19 tenaga kerja outsourching. Hasilnya
sekitar 32 ha lahan siap untuk ditanami. Kendala dari pembersihan manual ini
adalah kondisi areal yang tidak benar-benar bersih. Masih banyak tunggul-tunggul
kayu dengan tinggi diatas 50 cm serta akar-akar yang mengganggu proses
pembuatan lubang tanam. Kendala tersebut terjadi karena keterbatasan tenaga
tenaga kerja yang tidak sanggup melakukan pembersihan lahan secara total.
Tabel 1 Rekapitulasi luas pembukaan lahan dan prestasi kerja secara manual
dengan tebas dan bakar
No Bulan Tenaga
kerja
luas (ha)
orang (orang)
Prestasi/orang/
bulan
(ha/orang/bulan)
1 Mei-Agustus 2011 Kel.Tedi 18 10 0,45
2 Juni-Agustus 2011 Kel.Laos 6 3 0,67
3 September-
Desember 2011
Kel.Andi 8 6 0,67
Total 32
Keunggulan dari pembersihan secara manual dan bakar ini adalah tanah
menjadi lebih subur karena ada residu arang sisa pembakaran di lahan dan biaya
pembersihan yang lebih ekonomis sedangkan kerugiannya adalah tanah tidak
-
betul-betul bersih dari akar dan tunggul yang tidak bisa dibersihkan dengan tenaga
manusia.
Pembersihan lahan secara mekanik merupakan pembersihan lahan dengan
menggunakan alat berat. Alat berat yang digunakan adalah excavator merek
Kubota Mini U-50. Alat ini berbahan bakar solar. Dengan kebutuhan solar sekitar
4-5 liter per jam. Excavator ini memiliki 2 alat yang dapat digunakan dalam
pembersihan lahan. Pertama baket gusur /dozer dan yang kedua baket galinya.
Baket gusur digunakan untuk mendorong akar dan sampah lainnya pada suatu
titik pengumpulan yang kemudian akan dibakar. Baket gali digunakan untuk
menumbangkan pohon-pohon dan memisahkan antara sampah yang tidak dapat
dibakar seperti tanah dan sampah tumbuhan. Baket gali digunakan untuk
mengumpulkan sampah pada suatu titik tertentu untuk dibakar atau dikubur.
Gambar 17 Pembersihan lahan secara manual dengan
tebas dan bakar.
Gambar 18 Pembukaan lahan.
Kapasitas excavator dalam melakukan pembersihan lahan dipengaruhi
kondisi lahan tersebut. Kondisi hutan dengan kayu yang rapat, sedang, ringan atau
hanya berisi ilalang dan semak-belukar saja. Jika hanya ilalang atau semak
-
20
belukar, dalam satu hari excavator dapat membersihkan lahan seluas 3000 m2
/hari atau 0,5 ha/hari. Jika kondisinya rapat dengan kayu, excavator ini hanya
mampu membersihkan sekitar 1000 m2-2000 m
2 /hari.
Gambar 20 Excavator merek Kubota Mini U-50.
Selain untuk pembersihan lahan, excavator ini berfungsi sebagai alat gali
lubang tanam dan gali kolam sumber air. Excavator ini juga dapat digunakan
untuk membuat parit yang mengalirkan air dari rawa sehingga lahan rawa dapat
diolah.
Tabel 2 Rekapitulasi pekerjaan pembukaan lahan dan luasannya secara mekanik
No Bulan Jumlah luas (ha) Prestasi/hari (ha/hari)
1 Februari 8,7 0.29
2 Maret 3,8 0.13
3 April 4,8 0.16
4 Mei 1,4 0.05
5 Juni 7,0 0.23
6 Juli 2,8 0.10
7 Agustus 2,0 0.06
Total 30,50
Keunggulan dari pembersihan secara mekanik ini adalah lahan benar-benar
besih dari kotoran serta akar dan tunggul yang bisaanya menggangu selama proses
pelubangan sebelum tanam. Selain itu, pembersihan pun menjadi lebih cepat
dibandingkan dengan manual. Kerugian dari sistem pembersihan manual ini
adalah tanah menjadi lebih keras karena dilalui alat berat, serta biaya pembersihan
yang lebih mahal daripada pembersihan secara manual.
Persiapan Pupuk
Pupuk merupakan bagian penting dalam suatu program penanaman terutama
pupuk dasar sebelum tanam. Fungsi pupuk dasar adalah menunjang kebutuhan
bibit pada awal pertumbuhan ketika sedang proses adaptasi dengan lingkungan
barunya. Untuk persiapan pupuk, dalam hal ini PPTHI selaku pelaksana program
penanaman melakukan kerjasama dengan PT. Golden Deer selaku produsen
pupuk. Pupuk yang dibuat dengan nama pupuk kasmur ini merupakan pupuk
dasar untuk jabon. Bahan dasar pupuk ini terdiri dari kasmur (bekas jamur) yang
merupakan limbah dari media jamur merang, pupuk majemuk NPK 30-6-8, guano
-
atau kotoran kelalawar, dan zeolit. Presentasi bahan dasarnya ialah kasmur 50 % +
N P K 30-6-8 20%, guano 20% dan zeolit 10%.
Hasil pemeriksaan pupuk organik UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan
dan Holtikultura, Instalasi Laboratorium Kimia Agro Dinas Pertanian Bandung
No seri: 305/LHP.PK-0/LKA/XII/2011, no sampel : 779/PK-O/SWT/XI/2011.
Tabel 3 Hasil uji laboratorium pupuk kasmur untuk media tumbuh jabon
No Parameter Metode pengujian Satuan Hasil
1 Kadar air Oven % 37,55
2 pH pH meter - 9,38
3 C-Org Spektro % 3,15
4 N Titrasi - 5,77
5 C/N Ratio - -
6 K2O AAS % 2,43
7 P2O5 Spektro - 2,15
8 Ca AAS - 0,46
9 Mg AAS - 0,27
10 S Spektro - 0,35
11 Fe AAS Ppm 2645.5
12 Cu AAS - 11,9
13 Zn AAS - 92,2
14 Pb AAS - 2,8
Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut terlihat beberapa parameter pupuk
yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman seperti pH, C-Org, N, K20, P205,
Ca, dan Mg. Kondisi tanah PT Manzana Mandiri yang akan ditanami Jabon
sebagian besar merupakan tanah bouksit dengan pH antara 4-6. pH pupuk yang
bernilai 9,38 atau bersifat asam akan membantu mengurangi kadar keasaman
tanah yang bisa menghambat perkembangan akar tanaman. Tanah bouksit juga
miskin unsur hara makro dan mikro sehingga dibutuhkan pupuk dasar yang
mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup bagi tanaman. Pupuk
kasmur memiliki kandungan unsur hara N, K20, P205, Ca, dan Mg masing-asing
sebesar 5,77, 2,43, 2,15, 0,46, dan 0,27 dapat membantu pertumbuhan tanaman
yang baru ditanam dan membutuhkan unsure hara.
Bahan dasar pupuk yang merupakan limbah dari media jamur merang ini di
produksi di Ciasem Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pupuk ini berbentuk padat
curah seperti debu. Media jamur merang ini bahan utamanya adalah serbuk kayu,
jerami dan kotoran ayam. Pembuatan pupuk ini juga bermanfaat untuk
memanfaatkan limbah jamur menjadi bahan yang lebih berguna seperti pupuk dan
tidak menjadi limbah lingkungan.
Tanah PT. Manzana Mandiri sebagian besar merupakan tanah bauksit yang
bereaksi masam dengan pH antara 4 5 dan sangat miskin hara terkandung. Oleh karena itu, untuk menambah kandungan hara dan sifat-sifat lain yang diperlukan
untuk tanah tersebut, ditambahkan beberapa bahan ke dalam limbah jamur
tersebut. Bahan-bahan tersebut antara lain :
1. Pupuk Majemuk NPK dengan kadar N 30%, P 6% dan K 8% sebanyak 20%.
-
22
2. Guano atau kotoran kelalawar 20%. Pupuk guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran unggas dan atau kelelawar, berbentuk serbuk dan atau
butiran berbau khas, dengan atau tanpa penambahan unsur hara N, P dan K
(BSN, 1992).
3. Zeolit 10%. Zeolit merupakan batuan mendidih yang sering digunakan untuk penetral keasaman tanah, meningkatkan aerasi tanah, sumber mineral
pendukung pada pupuk dan tanah, serta sebagai pengontrol yang efektif
dalam pembebasan ion amonium, nitrogen, dan kalium pupuk (Putra 2007).
Tabel 4 Hasil pemeriksaan pupuk organik limbah jamur merang
No Parameter Satuan Hasil
pemeriksaan
Persyaratan Permentan
No. 02/Pert/
HK.060/2/2006
1 pH 6,31 4-8
2 Nitrogen % 0,10 -
3 C-Organik % 0,81 >12
4 C/N Ratio 8 10-25
5 P2O5 % 0,04
-
Mobilisasi pupuk dari kabupaten Subang ke Lokasi program penanaman
yang terletak di pulau Bintan Kepulauan Riau, PT Manzana Mandiri
menggunakan jasa angkutan laut. Selama program penanaman dari September
2011 sampai dengan agustus 2012. PPTHI sudah melakukan pengiriman 164 ton
pupuk yang dilakukan melalui 4 kali pengiriman pupuk dengan rincian sebagai
berikut : (1) September 2011 sebanyak 8 ton, (2) November 2011 sebanyak 36
ton, (3) Februari 2012 sebanyak 63 ton, (4) Agustus 2012 sebanyak 57 ton. Total
pengiriman pupuknya ialah 164 ton.
Pemancangan
Pemancangan atau lining merupakan tahapan dari program kerja teknis
penanaman. Pemancangan yaitu pemberian tanda atau titik tanam. Alat bantu
yang digunakan berupa tali dan patok kayu ukuran tinggi 1 meter. Ukuran tanam
pada pembuatan titik pancang ini adalah 2,5m x 3 m. Sehingga dalam satu herktar
terdapat 1300 titik tanam. Sebelum titik dibuat, jalur tanamnya ditentukan ke arah
barat dan timur atau utara dan selatan. Tali yang sudah ditandai setiap 2,5 meter
dan 3 m ditarik dan dipasang ajir yang terbuat dari potongan kayu berukuran
tinggi 1,5 m.
Jika terjadi pelubangan dalam lokasi yang berbeda, untuk tetap
menyamakan jalur tanamnya, jalur tanam dibuat barat-timur atau utara-selatan
dengan bantuan kompas. Pada kenyataan di lapangan, tetap terjadi selisih jalur
antara satu blok dengan blok tanam lain karena proses pemancangan yang kurang
tepat.
Gambar 20 Pemancangan titik tanam.
Pembuatan lubang tanam
Lokasi yang sudah siap dilakukan pemancangan titik tanam, selanjutnya
dilakukan program pembuatan lubang tanam. Pembuatan lubang tanam dilakukan
dengan dua sistem, yaitu manual dan mekanik. Pembuatan lubang tanam secara
-
24
manual dilakukan oleh tenaga manusia dengan alat bantu cangkul. Ukuran lubang
tanamnya yaitu 40 cm x 40 cm x 40 cm.
Pembuatan lubang tanam dengan sistem manual ini dilakukan terutama di
daerah-daerah yang tanahnya agak gembur atau gambut serta di daerah yang
sangat sulit dilalui oleh excavator seperti daerah yang terjal atau berbukit.
Pekerjaan pembuatan lubang tanam dilakukan dengan sistem outsourching dengan
biaya satu lubang yaitu Rp 750. Kapasitas tenaga kerja outsourching dalam
melakukan pembuatan lubang tanam berbeda-beda. Dari mulai 30 sampai dengan
110 lubang per hari. Dalam hal kontrol kualitas kerja pembuatan lubang tanam, di
lapangan terdapat satu orang mandor/pengawas yang bertugas mengawasi dan
menghitung hasil kerja setiap tenaga kerja pembuat lubang tanaman.
Sistem pembuatan lubang tanam kedua dilakukan dengan cara mekanik
menggunakan alat excavator. Sebelum dilakukan pembuatan lubang tanam, lokasi
terlebih dahulu diberi titik tanda tanam. Dalam pekerjaan pembuatan lubang
tanam dengan excavator ini, penandaan titik tanam tidak menggunakan pancang
kayu namun hanya titik-titik tanda cangkul. Hal tersebut untuk mempermudah
pekerjaan karena excavator melakukan penggalian dengan cara mundur sehingga
jika menggunakan tanda kayu akan mudah tertabrak dan tandanya hilang.
Kapasitas excavator melakukan kerja pembuatan lubang tanam dalam satu
hari kerja atau 8 jam yaitu 750-1000 lubang. Ukuran lubang yang dibuat oleh
excavator ini yaitu 50 cm x 80 cmx 50 cm. Namun pada proses kerja dilapangan,
excavator jarang sekali diarahkan satu hari penuh kerja untuk pelubangan karena
harus bekerja pada proses pembukaan lahan. Pekerjaan pelubangan biasanya
dilakukan pada sore hari diatas pukul 16.00 sedangkan dari pagi pukul 07.00
excavator bekerja untuk pembukaan lahan terkecuali pada hari sabtu dan minggu
excavator satu hari penuh mengerjakan pelubangan.
Tabel 5 Rekapitulasi jumlah pembuatan lubang tanam dan prestasi kerjanya
dengan tenaga kerja outsourching
No Bulan
Jumlah
lubang
(lubang)
Jumlah tenaga
kerja (orang)
Rata-rata prestasi kerja
(lubang/ hari/orang)
1 Nopember 2011 11.348 11 34
2 Desember 2011 9.621 11 29
3 Januari 2012 7.139 9 26
4 Februari 2012 6.187 7 29
5 Maret 2012 1.831 5 12
6 April 2012 1.343 2 22
7 Mei 2012 576 1 19
8 Juni 2012 796 1 26
9 Juli 2012 570 1 19
Total 39.411
Dalam satu hari atau 8 jam kerja excavator menghabiskan bahan bakar solar
60 liter dengan harga per liter solar Rp 6000,-. Sehingga biaya bahan bakar solar
excavator per hari adalah Rp 360.000,-. Operator excavator dibayar per harinya
sebesar Rp 100.000,-. Jika dalam satu hari penuh excavator mengerjakan 1000
lubang tanam maka biaya per lubangnya adalah Rp 460. Biaya tersebut lebih
kecil dibandingkan biaya pelubangan dengan menggunakan tenaga manusia
-
sebesar Rp 750,-. Namun biaya per lubang excavator tersebut belum termasuk
biaya investasi alat dan perawatannya.
Tabel 6 Rekapitulasi pembuatan lubang tanam dan prestasi kerjanya secara
mekanik menggunakan excavator
No Bulan Jumlah lubang
(lubang)
Rata-rata prestasi kerja
(lubang/hari)
1 Februari 2012 1214 40
2 Maret 2012 11.403 380
3 April 2012 1.756 58
4 Mei 2012 9500 316
5 Juni 2012 6822 227
6 Juli 2012 4090 136
Total 34.785
Pemupukan
Mobilisasi pupuk dilakukan ketika sudah ada informasi jumlah kebutuhan
pupuk di lapangan sesuai jumlah lubang yang ada. Ini dilakukan agar tidak ada
penumpukan pupuk di lapangan. Dengan kondisi cuaca yang panas atau hujan,
pupuk jika tersimpan di lapangan kemasan atau karungnya dapat rusak dan
kualitas pupuknya menurun. Satu karung pupuk berisi 50 kg dapat digunakan
pada 25 lubang atau aplikasi pupuk dasar pada satu lubang adalah 2 kg. Dalam hal
mobilisasi pupuk, pekerjaanya dilakukan oleh 2 orang tenaga kerja tetap bulanan.
Pekerjaan pemberian pupuk dasar di lubang tanam dilakukan oleh tenaga kerja
yang direkrur secara outsourching yang juga akan bekerja pada penanaman
nantinya. Upah pemupukan per lubang tanam adalah Rp 250. Dalam satu hari,
tenaga kerja outsourching bisa memupuk 15-20 karung atau 375-500 lubang
tanam.
Pengangkutan Bibit
Sama halnya dengan mobilisasi pupuk. Mobilisasi bibit dari persemaian ke
lapangan dilakukan sejalan dengan informasi dari pengawas lapangan jumlah
lubang dan tenaga kerja yang kerja pada hari tersebut. Informasi tersebut
diperlukan agar tidak terjadi penumpukan bibit di lapangan agar tidak mati
sebelum ditanam. Jika terjadi kelebihan bibit yang dikirim akibat target tanam
harian tidak selesai, bibit dibawa kembali ke pembibitan. Mobilisasi bibit
dilakukan dengan dua kendaraan yaitu mobil bak dan motor bak.
Penanaman
-
26
Penanaman dilakukan oleh tenaga kerja yang juga melakukan pekerjaan
pemupukan. Paket outsourching penanaman terdiri dari pemberian pupuk dasar,
penanaman dan pemberian ajir, sedangkan paket pekerjaan pembuatan lubang
tanam yaitu pemancangan titik tanam dan pembuatan lubang tanam. Ada juga
beberapa tim tenaga kerja yang melakukan paket borong kerja dari mulai
pemancangan/pembuatan titik tanam sampai bibit ditanam dan diajir. Biaya satu
pohon yang ditanam adalah Rp 750. Kemampuan tenaga kerja dalam satu hari
bisa menanam 100 sampai 200 tanaman/hari. Jika tim melakukan paket kerja dari
mulai pemberian titik tanam sampai pengajiran tanaman biayanya Rp 1.500,-
/tanaman. Untuk mengawasi pekerjaan penanaman, terdapat satu orang mandor
penanaman yang bertugas mengawasi, mengontrol dan menghitung jumlah tanam.
Penanaman yang kurang atau tidak sempurna seperti belum diajir atau polybag
tidak dikumpul, tidak akan dihitung dan harus diulang oleh tenaga kerja yang
melakukan penanaman tersebut.
Gambar 21 Proses penyusunan bibit dalam
mobil untuk diangkut ke lokasi
tanam.
Tabel 7 Rekapitulasi penanaman
No Bulan
Jumlah
tanaman
(batang)
Jumlah tenaga
Kerja (orang)
Rata-rata prestasi kerja
(tanaman/orang/hari)
1 Nopember 2012 11.195 12 31
2 Desember 2012 10.886 9 40
3 Januari 2012 5.975 7 28
4 Februari 2012 1.560 3 17
5 Maret 2012 19.724 8 82
6 April 2012 3.112 5 20
7 Mei 2012 5.952 5 39
8 Juni 2012 11.267 6 62
9 Juli 2012 5.087 3 56
Total 74.488
-
Perawatan
Pemberian Pestisida
Pemberian pestisida dilakukan setelah tanaman berumur satu bulan.
Dilakukan selama 2 minggu sekali selama 6 bulan atau sesuai kondisi serangan.
Serangan yang muncul diantaranya terdiri dari belalang, semut dan ulat. Namun
diantara 3 hama tersebut, yang paling berbahaya adalah ulat penggulung daun.
Ulat ini memakan dan menggulung daun serta masuk menggerek batang dan
sering menyebabkan batang bolong bahkan pucuk utama sampai mati.
Pestisida yang dipakai adalah crown dengan bahan aktif chypermetrin 113
g/l. Konsentrasi yang diaplikasikan yaitu 2 ml per liter air. Serangan yang kuat
dari ulat ini terjadi terutama pada musim panas. Ulat bisa sampai membuat daun
seperti terbakar karena hanya tersisa tulang-tulang daun halusnya saja.
Gambar 22 Daun jabon yang terserang ulat.
Pembersihan Gulma
Setelah tanaman berumur diatas 2 bulan, dilakukan pembersihan tumbuhan
penggangu seperti rumput, pakis, ilalang, pohon muda yang tumbuh dari tunggak
dan tumbuhan merambat. Dari beberapa tumbuhan pengganggu tersebut, ilalang
merupakan tumbuhan paling sulit dikendalikan. Kecepatan tumbuhnya membuat
tanaman inti atau jabon terhambat pertumbuhannya. Tanaman jabon kalah
bersaing dengan ilalang. Untuk menanggulang ilalang ini dilakukan pemberian
herbisida KON-UP dengan bahan aktif isopropil amina glisofat. Pembersihan
gulma dilakukan secara manual oleh tenaga kerja bulanan dengan alat bantu
parang, sabit, dan mesin potong rumput.
Hasil Penanaman
Jumlah total lahan yang ditanam dari bulan Nopember 2011- bulan Juli
2012 adalah 60 hektar. Pengukuran hasil tanaman dilakukan pada bulan
Nopember 2012. Pengukuran dilakukan dengan metode plot lingkaran dengan
jari-jari plot lingkaran 17,8 m. Plot ukur masing-masing satu plot diletakkan pada
areal penanaman yang berbeda waktu tanamnya yaitu setiap satu bulan. Tanaman
paling tua yaitu penanaman pada bulan Nopember 2012 berumur 12 bulan dengan
-
28
rata-rata diameter batang 14,25 cm dan rata-rata tinggi 5.80 meter, sedangkan
yang paling muda berumur 4 bulan dengan rata-rata diameter batang 4.79 cm dan
rata-rata tinggi 1,40 meter.
Gambar 23 Pembersihan gulma: (A) sebelum dibersihkan
secara manual, (B) setelah pembersihan secara
manual, (C) sebelum dibersihkan secara kimia, dan
(D) setelah dibersihkan secara kimia.
Tabel 8 Jumlah penanaman, luas lahan yang ditanam, dan hasil penanaman
No Bulan tanam
Jumlah
tanaman
(batang)
Luas
lahan
(ha)
Rata-rata
diemeter
batang (cm)
Rata-rata
tinggi total
(meter)
1 Nopember
2011
11.195 8.6 14.25 5.80
2 Desember
2011
10.886 8.4 10.10 5.20
3 Januari 2012 5.975 4.6 10.00 5.00
4 Februari 2012 1.560 1.2 8.87 4.80
5 Maret 2012 19.724 15.3 8.20 3.40
6 April 2012 3.112 2.5 6.70 2.80
7 Mei 2012 5.952 4.6 6.00 2.30
8 Juni 2012 11.267 8.7 5.35 1.26
9 Juli 2012 5.087 4.1 4.79 1.40
Total 74.488 60.00
-
Gambar 24 Hasil penanaman: (A) tanaman umur tiga bulan, (B)
tanaman umur satu tahun, (C) tanaman umur empat bulan,
dan (D) tanaman umur tiga bulan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemanfaatan lahan tidur PT. Manzana Mandiri melalui penanaman jabon
memberikan keuntungan berupa keuntungan ekonomi, ekologi dan sosial.
Keuntungan ekonomi yang diperoleh antara lain jabon yang ditanam dapat
menghasilkan kayu yang dapat dijual sehingga memberikan profit bagi PT.
Manzana Mandiri dan menghindari adanya perebutan lahan. Keuntungan ekologi
yang diperoleh antara lain lahan tidur menjadi produktif sehingga perputaran
siklus hara terjadi dalam ekosistem dan menghindarkan lahan dari kebakaran.
Sedangkan keuntungan sosial yang diperoleh antara lain memberikan lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar PT. Manzana Mandiri.
Kegiatan pengelolaan hutan rakyat di PT. Manzana Mandiri mulai dari
tahap awal pembuatan hingga perawatan menggunakan tenaga ahli sebagai
mandor dan pengawas di lapangan serta outsourching (masyarakat sekitar)
sebagai buruh di lapangan. Kegiatan pengelolaan dimulai dengan pemetaan
wilayah, produksi bibit jabon, pembukaan lahan, persiapan pupuk, pemasangan
ajir, pembuatan lubang tanam, mobilisasi pupuk dan pemupukan, mobilisasi bibit,
penanaman dan perawatan. Permasalahan yang muncul di lapangan antara lain
-
30
adanya serangan hama dan penyakit pada jabon yang diatasi dengan memberikan
pestisida dan fungisida sesuai dengan takaran masing-masing.
Saran
Perlu dilakukan uji coba dengan menanami lahan tidur dengan
menggunakan tanaman lain atau dengan mengujicobakan dengan sistem tanam
agroforestri sehingga mampu memberikan dampak yang lebih baik bagi PT.
Manzana Mandiri dan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Aryadi Mahrus. 2012. Hutan Rakyat. Malang : UMM Press
Indrayanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Bandar Lampung : Bumi Aksara
Putra. 2007. Zeolit sebagai Mineral Serba Guna. [terhubung berkala]
http://www.chemistry.org/artikel_kimia/kimia_material/zeolit_sebagai_min
eral_serba_guna/. [diakses 30 September 2012]
-
Lampiran 1 Denah pembibitan jabon
Keterangan:
- Sumber air berupa sumur berukuran 5m x 5m dengan ke dalaman 5 meter - Pengaliran air untuk penyiraman dilakukan dengan mesin diesel berbahan
bakar solar merek Yanmar dengan kapasitas 200 HP.
- Meskipun pada musim kemarau, air tetap ada karena lokasinya berada di dalam rawa
- Penyaluran air dari mesin ke pembibitan menggunakan selang plastic berukuran diameter 1 inchi.
-
32
Lampiran 2 Skema produksi bibit Jabon