265705874 Modul IV Absorpsi Obat Scr in Vitro

3
I. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian absorpsi PCT secara dengan menggunakan metode usus terbalik. Pengujian ini bertujuan untuk meliha pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in vitro. percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan. Tikus putih biasa digunakan percobaan laboratorium karena mudah dikembangbiakkan dan mudah dalam perawatannya, hewan ini juga memiliki struktur anatomi fisiologi yang h dengan manusia. Sehingga hasil uji yang dicobakan pada tikus putih yang menyangk struktur fisiologi anatomi dapat diaplikasikan pada manusia. Sebelumnya, tikus percobaan dipuasakan dari makanan selama !"# jam, tapi diberi minum air masak. Tujuan dari tikus dipuasakan agar tidak ada faktor makana yang mengganggu saat dilakukan percobaan. Tikus dibunuh dengan eter sebagai obat yang diberikan melalui pernapasan. $emudian dibuka perutnya di sepanjang linea mediana %linea mediana adalah garis yang melintas tepat ditengah tubuh dengan arah lintasan atas bawah&vertikal' dan usus dikeluarkan. (sus sepanjang )* cm pilorus %pilorus adalah daerah atau bagian lambung bawah yang berhubung bagian atas duodenum&usus duabelas jari' dibuang dan ! cm dibawahnya dipotong u percobaan. (sus dibagi dua bagian sama panjang, kemudian dibersihkan. (jung anus potongan usus tersebut diikat dengan benang, kemudian dengan menggunakan kecil usus tersebut dibalik secara perlahan agar usus tidak sobek, sehingga bagia terletak diluar. (sus tikus yang telah didapatkan direndam dalam larutan +aCl fis !, - yang bersifat isotonis agar tidak kering dan rusak. (sus harus dib percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar absorpsi obat oleh filia b usus pada perbedaan pH yang diatur sesuai pH lambung dan pH usus secara in vitro %menggunakan instrumen yang menyerupai bagian dalam tubuh'. Selain itu mukosa usus adalah bagian yang lipofil, sehingga diharapkan nantinya akan dapat diukur s besar kadar at aktif obat yang bersifat lipofil yang dapat diabsorpsi oleh muko Pada praktikum ini kita menggunakan Tabung Crane/0illson untuk kontrol positif dan kontrol negatif. Pada kontrol positif campuran dapar ditambahk yang akan diuji %PCT', dan pada kontrol negatif hanya berisi larutan dapar saja . tabung instrument pertama dimasukkan larutan dapar pH 1,# yang telah dicampurCT2 * mg melalui pipa 3 sebanyak 1* ml menggunakan syringe sebagai kontrol positif da pada tabung instrument kedua dimasukan larutan dapar pH 1,# melalui pipa 3 seban 1* ml. 3lasan dibuat kontrol positif dan kontrol negatif adalahagar kitadapat membandingkan seberapa banyak at aktif yang terabsorpsi dan seberasa besar efek ditimbulkan jika tidak menggunakan at aktif %berisi dapar saja'. Setelah itu, kantong usus yang sudah berisi cairan serosal ini dimasukkan dalam tabung yang sudah berisi cairan mukosal 1* ml pada tabung pertama %yang mengandung bahan obat yaitu CT2'. $antong usus untuk kontrol negatif %tabung kedu

description

biofar

Transcript of 265705874 Modul IV Absorpsi Obat Scr in Vitro

I. PEMBAHASANPada praktikum kali ini, dilakukan pengujian absorpsi PCT secara in vitro dengan menggunakan metode usus terbalik. Pengujian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in vitro. Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan. Tikus putih biasa digunakan dalam percobaan laboratorium karena mudah dikembangbiakkan dan mudah dalam perawatannya, hewan ini juga memiliki struktur anatomi fisiologi yang hampir sama dengan manusia. Sehingga hasil uji yang dicobakan pada tikus putih yang menyangkut struktur fisiologi anatomi dapat diaplikasikan pada manusia.Sebelumnya, tikus percobaan dipuasakan dari makanan selama 20-24 jam, tapi diberi minum air masak. Tujuan dari tikus dipuasakan agar tidak ada faktor makanan yang mengganggu saat dilakukan percobaan. Tikus dibunuh dengan eter sebagai obat bius yang diberikan melalui pernapasan. Kemudian dibuka perutnya di sepanjanglinea mediana (linea mediana adalah garis yang melintas tepat ditengah tubuh dengan arah lintasan atas bawah/vertikal) dan usus dikeluarkan. Usus sepanjang 15 cm dibawah pilorus (pilorus adalah daerah atau bagian lambung bawah yang berhubungan dengan bagian atas duodenum/usus duabelas jari) dibuang dan 20 cm dibawahnya dipotong untuk percobaan. Usus dibagi dua bagian sama panjang, kemudian dibersihkan. Ujung anus dari potongan usus tersebut diikat dengan benang, kemudian dengan menggunakan pinset kecil usus tersebut dibalik secara perlahan agar usus tidak sobek, sehingga bagian mukosa terletak diluar. Usus tikus yang telah didapatkan direndam dalam larutanNaCl fisiologis 0,9% yang bersifat isotonis agar tidak kering dan rusak. Usus harus dibalik karena percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kadar absorpsi obat oleh filia bagian dalam usus pada perbedaan pH yang diatur sesuai pH lambung dan pH usus secarain vitro(menggunakan instrumen yang menyerupai bagian dalam tubuh). Selain itu mukosa usus adalah bagian yang lipofil, sehingga diharapkan nantinya akan dapat diukur seberapa besar kadar zat aktif obat yang bersifat lipofil yang dapat diabsorpsi oleh mukosa usus.Pada praktikum ini kita menggunakan 2 Tabung Crane&Willson untuk kontrol positif dan kontrol negatif. Pada kontrol positif campuran dapar ditambahkan zat aktif yang akan diuji (PCT), dan pada kontrol negatif hanya berisi larutan dapar saja . Kedalam tabung instrument pertama dimasukkan larutan dapar pH 7,4 yang telah dicampur CTM 5 mg melalui pipa A sebanyak 75 ml menggunakansyringe sebagai kontrol positif dan pada tabung instrument kedua dimasukan larutan dapar pH 7,4 melalui pipa A sebanyak 75 ml. Alasan dibuat kontrol positif dan kontrol negatif adalah agar kita dapat membandingkan seberapa banyak zat aktif yang terabsorpsi dan seberasa besar efek yang ditimbulkan jika tidak menggunakan zat aktif (berisi dapar saja).Setelah itu, kantong usus yang sudah berisi cairan serosal ini dimasukkan ke dalam tabung yang sudah berisi cairan mukosal 75 ml pada tabung pertama (yang mengandung bahan obat yaitu CTM). Kantong usus untuk kontrol negatif (tabung kedua) dilakukan dengan cara yang sama, tetapi dengan menggunakan cairan mukosal tanpa obat. Selama percobaan berlangsung, seluruh bagian usus dijaga agar dapat terendam dalam cairan mukosal dan selalu dialiri gas oksigen dengan kecepatan yang diatur. Oksigen diberikan agar sel-sel usus tetap hidup.Ujung usus yang lain diikat dengan benang dan dikaitkan ke ujung pipa C, digunakan larutan NaCl fisiologis yang isotonis karena menyerupai cairan tubuh tikus/ mamalia. Larutan NaCl fisiologis diambil dari usus setiap rentang waktu 5 menit karena akan dihitung kadar CTM yang terabsorpsi melalui filia usus dan masuk kedalam larutan untuk mengetahui absoprsi optimal dari CTM pada perbedaan pengaturan pH yang disesuaikan kondisi dalam tubuh mamalia.Kemudian percobaan dilanjutkan dengan menganalisis, persiapanya adalah dengan menyiapkan 12 tabung reaksi dan 12 vial sebagai wadah yang digunakan untuk sampling dan untuk pengukuran spektrofotometer. Sebelum melakukan sampling tiap menit, pada 12 tabung reaksi diisi larutan 2ml Ba(OH)2 dan 2ml Larutan ZnSO4 5%, Fungsi barium hidroksida dan sengsulfat adalah untuk mengekstraksi CTM dan memisahkan CTM dari senyawa-senyawa lain yang mungkin terikut, sehingga hanya CTM yang akan dianalisis menggunakan spektrofotometri UV.Setelah itu pensamplingan larutan uji (berisi CTM) diambil tiap 5, 10, dan 15, 20, 25, dan 30 menit, cairan serosal diambil melalui kanula yang dimasukkan ke dalam vial kemudian diisi lagi dengan 1,4 ml NaCl 0,9% b/v, begitupun untuk yang kontrol negatif. Setaip kali sampling, lautan uji hasil sampling kemudiaan di masukan kedalam campuran larutan Ba(OH02 dan larutan ZnSO4. Melalui pensamplingan ini diperoleh 12 tabung reaksi (6 tabung untuk kontrol positif dan 6 tabung untuk kontrol negatif). Campuran larutan pada tabung reaksi tersebut disentrifugasi untuk memisahkan endapan dengan filtratnya. Dimana filtrat yang berupa cairan jernih tersebut yang mengandung PCT. Pada saat sentrifugasi, campuran larutan tersebut dimasukkan kedalam tabung sentrifugasi lalu tabungnya ditempatkan kedalam alat sentrifugasi secara berseberangan dan dengan jumlah yang sama, setelah itu diatur kecepatan pemutarannya, yaitu 3000 RPM (Revolutions Per Minute) (angka 30 dilayar dikali faktor pengali 100) selama 2 menit. Hasil sentrifugasi berupa larutan jernih di bagian atas dan endapan di bagian bawah. Bagian atas yang berupa larutan jernih diambil menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam vial sebelum dianalisis menggunakan Spektrofotometer UV.Setelah di sentrifugasi, larutan-larutan yang telah dimasukan kedalam vial kemudian dianalisis spektrofotometer UV, dengan panjang gelombang 435 nm. Alasan memilih panjang gelombang maksimum adalah karena panjang gelombang maksimum memiliki kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar dan pada panjang gelombang maksimum, bentuk kurva absorbansi terhadap konsentrasi memenuhi hukumLambert-Beer. Sebelum sampel diukur, alat spektrofotometer terlebih dahulu di-referencekedalam panjang gelombang yang sesuai menggunakan blanko. Berdasarkan data pengamatan, nilai absorbansi yang didapatkan sesuai dengan hukumLambert Beer, yaitu konsentrasi yang baik itu berada di rentang absorbansi 0,2-0,8 yang terdeteksi dengan spektro UV.Dari data pengamatan terlihat bahwa data yang didapatkan pada percobaan dengan pH 1,2 yaitu 0.0171 cm/detik dan nilai leg time -40.069 menit untuk percobaan dengan pH 7,5 yaitu 0.0026 cm/detik dan leg time -427.221 menit.Namun data yang dihasilkan pada pH 1,2 lebih tinggi dibandingkan dengan pada pH 7,4 itu adalah benar dan sesuai dengan teori, yaitu bahwa suatu obat yang bersifat asam akan terabsorpsi optimum di pH asam (lambung) dan obat yang bersifat basa terabsorpsi optimum di pH basa(usus). Pada percobaan kali ini, senyawa obat yang digunakan adalah CTM , dimana senyawa obat ini bersifat asam, sehingga obat ini akan terabsorpsi optimum di pH asam. Dapat dibandingkan dari daya absorpsi pH asam dan pH basa dilihat dari konsentrasi untuk pH asam lebih tinggi nilai konsentrasi CTM yang terabsorpsi di banding CTM yang terabsorpsi di basa. Dilakukannya percobaan pada pH basa yaitu untuk menyamakan absorpsi pada pH usus.

II. KESIMPULANDari data pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa, CTM pada pH asam lebih optimal karena CTM bersifat asam yang dapat larut optimal di pH asam.

DAFTAR PUSTAKA

Anne Collins Abrams,RN, MSN. 2005. Clinical Drug Therapy. US. Wolters Kluwer Health, Lippincott Williams Wilkins.Depkes RI. 1995.Farmakope Indonesia IV. Jakarta. Departemen Kesehatan.Familiamedika. 2013. CTM/Aspirin. Tersedia dihttp://familiamedika.net/obat-keluarga/CTM.html#.UlCL--iyBCY[diakses tanggal 06 Oktober 2013]Leeson, C.R., T.S. Lesson,dan A.A. Paparo. 1990.Buku Ajar Histologi. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Shargel,L and yu, A. B. C. 1988.Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. Surabaya. Airlangga University Press.Syukri, S. 2002.KIMIA DASAR 1. Bandung.Penerbit ITB.Watson, D.G.,2007. Analisis Farmasi. EGC. Jakarta.