25_keanekaragaman_jenis_pohon_pelindung_jeanni_nova_S._

download 25_keanekaragaman_jenis_pohon_pelindung_jeanni_nova_S._

of 8

description

Keanekaragaman Jenis Pohon PelindungDan Estimasi Penyimpanan Karbon Kota Purwokerto

Transcript of 25_keanekaragaman_jenis_pohon_pelindung_jeanni_nova_S._

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN 978-602-19161-0-0

    Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 178 dari 222

    Keanekaragaman Jenis Pohon Pelindung Dan Estimasi Penyimpanan Karbon Kota Purwokerto

    Jeanni Nova S, Ani Widyastuti, dan Edy Yani

    Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

    ABSTRACT

    Global warming threats the extinction of species and ecosystems. One of the causes is the

    increasing of carbondioxyde (CO2) concentration in atmosphere. Improperly forest functions (deforestration and illegal logging), highly human population rates, and high consumption of fossil energy make the CO2 concentration increase. In rural area, CO2 can be reduced by decreasing the carbon emmission using the tree in order to keep and increase the sink carbon. The research was aimed to know the tree diversity of Purwokertos road greenbelt. Survey methods was used on Gerilya Street, Prof. Dr. H.R. Bunyamin street, and Soeparno Street. The tree biomass counted using the allometric method, the sink carbon determined with the assumption of average tropic woods specific gravity () is 0.56 and carbon contents = biomass dryweight x 0.46. Data was analyzed descriptively and percentage expressed. The results shows that 21 species has found on the Purwokerto green belt diversity. Purwokertos sink carbon has found on Prof. Dr. H.R. Bunyamin street with 73.86 ton/ha or 46.95%, Soeparno street 68.69 ton/ha or 43.66% and Gerilya street 14.77 ton/ha or 9.39%. Keywords: tree diversity, sink carbon estimation, Purwokertos road greenbelt.

    PENDAHULUAN

    Masyarakat global dan Indonesia khususnya, akhir-akhir ini menghadapi peningkatan suhu rata-

    rata bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan pemanasan global (Meiviana et al., 2004). Pemanasan global menimbulkan berbagai dampak antara lain naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan air di udara, berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara, naiknya permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara, meningkatnya suhu rata-rata bumi 1 20 C (United Nations Framework Convention on Climate Change/UNFCCC, 2005 dalam Napitu, 2007) dan mengancam kepunahan jenis dan ekosistem (Tuheteru et al., 2007). Dampak tersebut memicu berbagai pihak untuk dapat menanggulangi bahaya yang dapat mengancam kehidupan manusia, salah satu upaya yang ditempuh dengan kesepakatan Protokol Kyoto (Napitu, 2007). Protokol Kyoto merupakan sebuah kesepakatan internasional yang menunjukkan upaya yang sangat serius dalam menghadapi perubahan iklim (Panjiwibowo et al., 2003)

    Salah satu penyebab pemanasan global adalah tidak terkendalinya kenaikan konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer. Penyebab kenaikan CO2 adalah tidak berfungsinya hutan dengan baik (deforestasi dan pembalakan liar), pertumbuhan penduduk dan konsumsi energi fosil yang besar-besaran. Upaya untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang dapat dilakukan saat ini adalah meningkatkan penyerapan karbon dan menurunkan emisi karbon. Penurunan emisi karbon dapat dilakukan dengan mempertahankan cadangan karbon yang telah ada dengan mengelola pohon pelindung dan meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman tumbuhan berkayu. Upaya yang paling mudah untuk meningkatkan cadangan karbon adalah dengan menanam dan memelihara pohon pelindung (Lusiana et al., 2004).

    Peran penting jalur hijau antara lain adalah sebagai penyimpan karbon (carbon sink) yang disimpan sebagai materi organik dalam biomassa tanaman (Heriansyah, 2005). Kementerian Lingkungan Hidup (2003) dalam Setiawan et al. (2005) menyatakan bahwa pengembangan jalur hijau sebagai penyimpan karbon berdampak positif terhadap upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Hal ini akan semakin penting apabila pembangunan jalur hijau dapat dimasukkan ke dalam mekanisme pembangunan bersih (clean development mechanism = CDM).

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN 978-602-19161-0-0

    Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 179 dari 222

    BAPPEDA Banyumas (2005) menyatakan secara umum peranan pohon pelindung sebagai jalur hijau (green belt) yang merupakan salah satu dari bentuk dari hutan kota di antaranya sebagai identitas kota, pelestarian plasma nutfah, penahan dan penyaring partikel padat dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal dan debu industri, peredam kebisingan, meningkatkan keindahan, penyerap karbon-monoksida, penyerap karbon-dioksida dan penghasil oksigen, mengatasi penggenangan, ameliorasi iklim, penapis cahaya silau dan penyimpan karbon

    Adanya berbagai kepentingan ekonomi, tingginya nilai tanah, semakin banyaknya jalan aspal/beton, bangunan perumahan, perkantoran, dan sarana penunjang lainnya di perkotaan menyebabkan semakin terbatasnya ruang terbuka bagi tanaman, sehingga jumlah dan keanekaragaman tanaman penghijauan juga semakin berkurang (Sulasmini et al., 2007). Dari uraian diatas dapat diketahui tujuan penelitian ini yaitu:

    1. mengetahui keanekaragaman jenis pohon pada jalur hijau jalan Kota Purwokerto. 2. mengetahui estimasi potensi karbon tersimpan dalam pohon di jalur hijau jalan Kota

    Purwokerto. Hasil penelitian tentang keanekaragaman jenis pohon pelindung dan potensi karbon tersimpan

    di jalur hijau Kota Purwokerto tersebut merupakan hal yang penting. Data tersebut berguna sebagai masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan jalur hijau, dalam upaya meningkatkan perannya sebagai sarana konservasi eksitu dan penyimpan karbon.

    MATERI DAN METODE PENELITIAN

    1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian

    1.1. Materi Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian adalah berbagai jenis pohon pelindung jalur hijau

    Kota Purwokerto yang meliputi Jl. Gerilya, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin, dan Jl. Dr. Suparno. Alat yang digunakan pita ukur (meteran).

    1.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di jalan raya Kota Purwokerto yang meliputi Jl. Gerilya, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin, dan Jl. Dr. Suparno yang dilaksanakan selama bulan Mei sampai Juni 2008.

    2. Metode Penelitian

    2.1. Metode Survei Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan

    pengamatan berbagai jenis pohon pelindung sebagai jalur hijau di sepanjang jalan di Kota Purwokerto yang meliputi Jl. Gerilya mewakili jalan arteri, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin mewakili jalan kolektor, dan Jl. Dr. Suparno mewakili jalan lokal. Pembagian jalan tersebut didasarkan atas fungsi jalan yang menghubungkan antara ordo kota yang satu dengan yang lain. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan observasi. Teknik pengambilan sampel diameter batang dilakukan dengan random sampling (mewakili daerah sekitarnya) dengan intensitas sampling 10% dari jumlah individu.

    2.2. Variabel yang Diteliti Variabel yang diamati terdiri atas jenis, jumlah, dan diameter batang pohon pelindung

    setinggi dada. 2.3. Cara Kerja

    Jenis pohon yang terdapat di kanan-kiri bahu jalan dicatat dan dihitung jumlah tiap jenisnya. Spesies dominan ditentukan dengan mengetahui jumlah terbesar tiap jenis pohon pelindung. Pengukuran diameter batang pohon setinggi dada (dbh = diameter at breast height). Penentuan karbon tersimpan didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut berat jenis () rata-rata kayu tropis adalah 0,56 (ITTO and FRIM 1994 dalam Setiawan et al., 2005). Penentuan

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN 978-602-19161-0-0

    Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 180 dari 222

    kandungan biomassa pohon hidup dilakukan secara non-destruktif dengan menggunakan metode allometrik (Ketterings et al., 2001)

    B = 0,11 D 2,62 Keterangan: B = Biomassa pohon/Berat kering (kg pohon-1) = Kerapatan kayu/Berat Jenis kayu (mg m-3, kg dm-3 atau g cm-3)

    Penentuan biomassa pohon perluasan dengan rumus :

    Bl = LB

    (Hairiyah dan Rahayu, 2007)

    Keterangan : Bl = Biomassa pohon perluasan B = Total biomassa pohon tiap kelas L = Luas jalan

    Rumus menghitung karbon tersimpan yaitu: C = Bl x 0,46 (Hairiyah dan Rahayu, 2007) Keterangan: C = Karbon tersimpan Bl = Biomassa pohon perluasan

    2. Metode Analisis

    Data jenis-jenis pohon pelindung dan diameter batang dianalisis secara deskriptif dinyatakan dalam persentase. Jumlah jenis pohon, jumlah individu tiap jenis dan potensi karbon tersimpan dibandingkan antara Jl. Gerilya, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin, dan Jl. Dr. Suparno.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Lokasi Penelitian

    Kota Purwokerto terletak antara 1091720 - 1091840 Bujur Timur, 710- 730 Lintang Selatan, yang secara administratif berbatasan dengan wilayah : a. Sebelah Utara : Kecamatan Baturaden dan Kecamatan Sumbang b. Sebelah Timur : Kecamatan Sokaraja c. Sebelah Barat : Kecamatan Kedungbanteng dan Kecamatan Karanglewas d. Sebelah Selatan : Kecamatan Patikraja Secara geografis Kota Purwokerto terletak di sebelah Selatan Gunung Slamet, dengan ketinggian 75 m dpl (meter di atas permukaan laut). Luas keseluruhan Purwokerto adalah 38,58 Km2 (BAPPEDA Banyumas, 2005).

    Hasil pengukuran kualitas udara ambien kota Purwokerto yang meliputi parameter SO2, CO, NO2, dan O3 < 50 dengan batas ambang menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (1997). Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kualitas udara kota Purwokerto masih baik. Namun demikian dalam jangka panjang kualitas udara di wilayah perkotaan perlu mendapat perhatian dan antisipasi lebih awal. Salah satunya dengan menjaga dan menanam pohon pelindung.

    B. Keanekaragaman Pohon Pelindung di Purwokerto

    Hasil penelitian di 3 jalan yaitu Jl. Gerilya, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin, dan Jl. Dr. Soeparno kota Purwokerto ditemukan 21 jenis pohon pelindung disajikan pada Tabel 3.1.

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN 978-602-19161-0-0

    Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 181 dari 222

    Tabel 3.1. Jenis-jenis Pohon Pelindung yang Ditemukan di Kota Purwokerto No Nama ilmiah Nama lokal Jumlah Total

    A B C 1 Acasia auriculiformis A. Cunn ex. Bth. Akasia 1 - - 1 2 Aleurites moluccana Wild kemiri - - 2 2 3 Arthocarpus integra Merr. Nangka 9 2 - 11 4 Averrhoa carambola L. Belimbing manis 1 - - 1 5 Bauhinia purpurea Linn. Bunga kupu-kupu 44 41 - 85 6 Ceiba pentandra Gaertin. Randu 1 - - 1 7 Euphoria longana lamk. Kelengkeng 1 - - 1 8 Eugenia aquena Burm. F. Jambu air 2 - - 2 9 Ficus benyamina L. Beringin 10 4 - 14 10 Filicium decipiens Thw. Kiara payung 37 101 59 197 11 Hibiscus tiliaceus L. Waru 3 - 2 5 12 Mangifera indica L. Mangga 10 12 1 23 13 Morinda citrifolia L. Mengkudu/pace 1 1 - 2 14 Muntingia calabura L Talok/Carsem 2 2 - 4 15 Nephelium lappaceum L. Rambutan 2 - 8 10 16 Parkia speciosa L. Petai 3 - - 3 17 Polyalthia longifolia Bent. & Hook. F. Glodokan 35 1 125 160 18 Pterocarpus indicus Willd Angsana 200 55 - 255 19 Swietenia mahagoni Jacq. Mahoni 73 50 21 144 20 Tectona grandis L.f Jati 4 - - 4 21 Terminalia catappa L. Ketapang 20 10 3 33

    Total 459 279 221 959 Keterangan : A = Jalan Gerilya B= Jalan Prof. Dr. H.R Bunyamin C = Jalan Dr. Soeparno

    Berdasarkan data Tabel 3.1 keanekaragaman pohon pelindung di Kota Purwokerto dapat diketahui bahwa pada Jl. Gerilya ditemukan paling banyak jumlah dan jenis pohon pelindung yaitu ada 20 jenis berjumlah 459 pohon pelindung, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin terdapat 11 jenis berjumlah 279 pohon pelindung dan Jl. Dr. Soeparno terdapat 8 jenis berjumlah 221 pohon pelindung. Selain karena panjang jalan yang relatif panjang yaitu Jl. Gerilya 6,325 km, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin 2,185 km dan Jl. Dr. Soeparno 2,165 km. Hal ini juga disebabkan oleh peran penduduk yang bertempat tinggal di tepi jalan. Biasanya penduduk menanami bahu jalan atau di perbatasan antara bahu jalan dengan pekarangan rumah dengan pohon yang bermanfaat secara ekonomi terutama menghasilkan buah yang dapat dikonsumsi atau dijual. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawan et al. (2005) bahwa penduduk biasanya lebih menyukai menanam pohon yang hasilnya dapat dikonsumsi dengan mengabaikan faktor keselamatan.

    Data pada Tabel 3.1 menunjukkan bahwa 5 jenis pohon yang paling banyak ditemui dan dominan di jalur hijau jalan adalah Pterocarpus indicus Willd. (angsana) ditemukan 255 pohon, Filicium decipiens Thw. (kiara payung) ditemukan 197 pohon, Polyalthia longifolia Bent. & Hook. F. (glodokan) ditemukan 160 pohon, Swietenia mahagoni Jacq. (mahoni) ditemukan 144 pohon dan Bauhinia purpurea Linn. (bunga kupu-kupu) ditemukan 85 pohon. Semuanya merupakan pohon yang sudah biasa dibudidayakan sebagai pohon pelindung jalan. Mahoni merupakan pohon yang pantas untuk dijadikan pohon pelindung karena memiliki perakaran dan percabangan batang yang kuat (Nazarudin 1996 dalam Tuheteru et al., 2007). Angsana, glodokan dan kiara payung mempunyai perakaran tidak kuat dan percabangan yang umumnya mudah patah (Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, 2008). Angsana, akasia, beringin, ketapang, waru adalah jenis pohon yang ditanam untuk penghijauan karena bermassa daun padat dan warna dominan hijau (Nazarudin 1996 dalam Tuheteru et al., 2007). Daun

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN 978-602-19161-0-0

    Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 182 dari 222

    kupu-kupu yang ditanam di median jalan Gerilya berfungsi sebagai penahan silau lampu kendaraan (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996).

    Selain sebagai pohon pelindung, juga mempunyai fungsi tambahan antaranya mahoni mempunyai kemampuan dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Mahoni dan kiara payung mempunyai kemampuan menyerap debu semen. Daun kupu-kupu, akasia dan beringin merupakan tanaman yang baik sebagai penyerap dan penghasil oksigen. Nangka, mahoni dan jati mempunyai kemampuan evapotranspirasi yang tinggi sehingga dapat mengurangi penggenangan air tetapi tidak dapat melestarikan air tanah (Samsoedin dan Subiandono, 2006). Daun kupu-kupu efektif mengurangi pencemaran debu. Talok dapat menahan dan menyaring partikel padat dari udara karena mempunyai daun berbulu dan permukaannya kasar (Samsoedin dan Subiandono, 2006).

    Hasil survei di Jl.Gerilya ditemukan 20 jenis pohon pelindung terlihat pada tabel 3.1. Berdasarkan data diketahui bahwa pohon pelindung yang dominan di Jl. Gerilya yaitu Pterocarpus indicus Willd (Angsana) berjumlah 200 individu. Angsana ditanam pada jalur hijau jalan mempunyai fungsi sebagai peneduh, penyerap polusi dan pemecah angin. Angsana sebagai peneduh memenuhi persyaratan yaitu ditempatkan pada jalur tanaman (1,5 m), percabangan 2 m di atas tanah, bentuk percabangan batang tidak merunduk, bermassa daun padat dan di tanam secara berbaris. Angsana sebagai penyerap polusi udara memenuhi syarat atas dari pohon, memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh udara dan jarak tanam rapat. Angsana sebagai pemecah angin memenuhi syarat sebagai tanaman berpohon tinggi (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Angsana mempunyai sistem perakaran tidak kuat dan siklus peremajaan pendek (Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, 2008). Angsana merupakan pohon yang cepat tumbuh yang umumnya mudah patah (Setiawan et. al.,2005).

    Hasil survei di Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin ditemukan 11 jenis pohon pelindung terlihat pada tabel 3.1. Pohon pelindung yang dominan yaitu Filicium decipiens Thw. (Kiara payung) berjumlah 101 individu. Kiara payung memenuhi persyaratan sebagai penyerap kebisingan dan pemecah angin yaitu berupa pohon, massa daun rapat, percabangan 2 m di atas tanah dan ditanam secara berbaris (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1996). Akan tetapi, kiara payung juga merupakan pohon yang cepat tumbuh yang umumnya mudah patah (Setiawan et. al., 2005).

    Hasil survei di Jl. Dr. Soeparno ditemukan 8 jenis pohon pelindung terlihat pada tabel 3.1. Pohon pelindung yang dominan yaitu Polyalthia longifolia Bent. & Hook. F. (glodokan) kurang sesuai untuk dijadikan pohon pelindung. Hal ini karena tidak memenuhi persyaratan sebagai pohon pelindung yaitu percabangan banyak dan umumnya dimulai kurang dari 2 m di atas tanah, buahnya seringkali mengotori jalan dan juga merupakan pohon yang cepat tumbuh yang umumnya mudah patah (Setiawan et. al.,2005).

    C. Karbon Tersimpan

    Hasil perhitungan rata-rata karbon tersimpan jalur hijau jalan Kota Purwokerto dengan menggunakan metode Allometrik (Ketterings et al., 2001) disajikan pada tabel berikut

    Tabel 3.2. Karbon Tersimpan Jalur Hijau Kota Purwokerto

    Lokasi

    Diameter Total Kecil (10-20 cm) Sedang (20-30 cm) Besar (> 30 cm)

    Jl. Gerilya 0,77 2,55 11,45 14,77 Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin 1,27 9,11 63,48 73,86 Jl. Dr. Soeparno 1,62 4,97 62,1 68,69 Total 157,32

    Berdasarkan tabel 3.2. menunjukkan bahwa karbon tersimpan paling tinggi di Jl. Prof. Dr. H.R.

    Bunyamin. Hal ini karena pohon pelindung di Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin rata-rata berdiameter sedang sampai besar sehingga mempunyai jumlah karbon tersimpan paling besar dibanding Jl. Dr. Soeparno dan Jl. Gerilya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hariyah dan Rahayu (2007) bahwa semakin besar diameter pohon semakin besar karbon tersimpan.

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN 978-602-19161-0-0

    Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 183 dari 222

    Gambar 3.1. Histogram Persentase Karbon Tersimpan Jalur Hijau Kota Purwokerto Berdasarkan gambar 3.1. menunjukkan bahwa jumlah karbon tersimpan di kota Purwokerto

    berturut-turut dari yang paling banyak yaitu Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin 46,84%, Jl. Dr. Soeparno 43,67% dan Jl. Gerilya 9,49%. Hal ini dikarenakan pada Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin kerapatan pohon pelindung 186/ha dengan diameter 28,3 cm, di Jl. Dr. Soeparno kerapatan pohon pelindung 200/ha dengan diameter 27,7 cm dan di Jl.Gerilya kerapatan pohon pelindung 60/ha dengan diameter 27 cm. Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin di dominasi Filicium decipiens Thw. (Kiara payung) yang merupakan pohon yang cepat tumbuh sehingga diameter kiara payung cepat besar (Setiawan et. al.,2005). Pertumbuhan kiara payung dipengaruhi kesuburan tanah yang baik dan iklim yang mendukung. Kesesuaian kiara payung dengan tempat tumbuhnya merupakan faktor yang menyebabkan pertumbuhannya menjadi lebih cepat sehingga jumlah karbon yang mampu diserap juga lebih banyak. Selain itu, faktor yang mempengaruhi tingginya biomassa pohon yaitu diameter, kesuburan tanah yang baik, tingkat pertumbuhan tanaman dan kerapatan tanaman yang tinggi (Raharjo et al., 2006).

    Tipe kota Purwokerto sebagai kota kecil dengan jumlah penduduk kurang dari 500.000 orang, untuk mengurangi emisi karbon diasumsikan 1 orang menanam 1 batang pohon. Jadi, luasan 1 Ha area tanam diasumsikan dapat ditanami 200 batang pohon. Perhitungan ini didasarkan pada perhitungan 10 juta penduduk menghasilkan rata-rata emisi karbon dari udara sekitar 325 ton per tahun Irwan (1997) dalam BAPPEDA (2005). Jl. Gerilya dengan luas 7,6 Ha sebaiknya ditanami dengan 1520 pohon, kekurangannya yaitu 1061 pohon. Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin dengan luas 1,5 Ha sebaiknya ditanami dengan 300 pohon, kekurangannya yaitu 21 pohon. Jl. Dr. Soeparno dengan luas 1,1 Ha sudah cukup dengan ditanami 220 pohon. Berdasarkan jumlah emisi karbon di Purwokerto Jl. Gerilya perlu penghijauan dengan menanam 1061 pohon, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin 21 pohon, sedangkan Jl. Dr. Soeparno tidak perlu dilakukan penghijauan. Total karbon tersimpan di Jl Gerilya, Jl Prof. Dr. H.R. Bunyamin dan Jl. Dr. Soeparno yaitu 157 ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pohon pelindung jalan mempunyai peranan dalam mengendalikan pemanasan global. Seandainya pohon pelindung jalan tidak ada, maka sekitar 157 ton/ha/tahun akan menambah akumulasi karbon yang ada di alam. Dapat dikatakan, jika tidak ada pohon pelindung maka pemanasan global akan semakin cepat terjadi.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan 1. Jalur hijau kota Purwokerto memiliki potensi keanekaragaman jenis pohon pelindung yaitu 21

    spesies. 2. Keanekaragaman pohon pelindung di Kota Purwokerto berturut-turut dari yang paling banyak

    ditemukan jumlah dan jenisnya yaitu pada Jl. Gerilya , Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin dan Jl. Dr. Soeparno.

    3. Jumlah karbon tersimpan di Kota Purwokerto berturut-turut dari yang paling banyak yaitu Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin 46,84%, Jl.Dr. Soeparno 43,67% dan Jl. Gerilya 9,49%.

    4. Jalur hijau Kota Purwokerto memiliki kemampuan menyimpan karbon sebesar 157 ton/ha/tahun.

    0% 5%

    10%15%20%25%30%35%40%45%50%

    Jl. Gerilya Jl. Prof. Dr.H.R. Bunyamin Jl. Soeparno

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN 978-602-19161-0-0

    Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 184 dari 222

    Saran

    Berdasarkan jumlah emisi karbon di Purwokerto Jl. Gerilya perlu penghijauan dengan menanam 1061 pohon, Jl. Prof. Dr. H.R. Bunyamin 21 pohon, sedangkan Jl. Dr. Soeparno tidak perlu dilakukan penghijauan.

    DAFTAR PUSTAKA

    BAPPEDA Banyumas. 2005. Laporan Akhir Penyusunan Rencana Ruang Terbuka Hijau Kabupaten

    Banyumas Tahun Anggaran 2005. CV. Tri Desain, Semarang. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1996. Tata Cara Perencanaan Teknik Lansekap Jalan No.033/TBM/1996.

    Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan. 2008. Menata Ruang Terbuka Hijau di Kawasan

    Perkotaan. Direktorat Jendral Departemen Pekerjaan Umum. Hairiyah, K., dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan

    Lahan. World Agroforestry Center ICRAF, SEA Regional Office University of Brawijaya, Indonesia.

    Heriansyah, I. 2005. Potensi Hutan Tanaman Industri dalam Mensequster Karbon Studi Kasus di Hutan

    Tanaman Akasia dan Pinus. Inovasi 3 (17) : 43-46. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. 1997. Nomor : kep-45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Standar

    Pencemaran Udara. Ketterings, Q.M., R. Coe., M. Van Noordwijk., Y. Ambagau, and C. Palm,. 2001. Reducing uncertainty in

    the use of allometric biomass equations for predicting above-ground tree biomass in mixed secondary forests. Forest Ecology and Management 146: 199-209.

    Lusiana, B., M. V. Noordwijk, dan Rahayu S. 2004. Cadangan Karbon di Kabupaten Nunukan, Kalimantan

    Timur Monitoring Secara Spasial Dan Pemodelan. World Agroforestry Centre. URL : http://www.Worldagroforestrycentre.org/sea. 28 Maret 2008.

    Meiviana, A., D.R. Sulistiowati, dan M. H. Soejachmoen. 2004. Bumi Makin Panas Ancaman Perubahan

    Iklim di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan Japan International Corporation Agency (JICA) dan Pelangi, Jakarta.

    Napitu, J. P. 2007. Sistem Pengelolaan Hutan Upaya Penurunan Emisi Karbon Pengembangan Proyek

    CDM. URL : http://forestindonesia.files.wordpress.com/2008/01/perdagangan-karbon.pdf. 11 Maret 2008.

    Panjiwibowo, E. C., M. H. Soejachmoen., O. Tanujaya, dan W. Rusmantoro. 2003. Mencari Pohon Uang

    CDM Kehutanan di Indonesia. Pelangi, Jakarta. Samsoedin, I., dan E. Subiandono. 2006. Pembanguanan dan Pengelolaan Hutan Kota. Prosiding Ekpose

    Hasil-hasil Penelitian. 2006: 13-22. Setiawan, A., B. Irawan, Dan M. Kamal. 2005. Keanekaragaman Jenis Pohon Pelindung dan Penyimpan

    Karbon Jalur Hijau Kota Bandar Lampung. URL : www.unila.ac.id/~fp-hutan/mambo/jhutrop/jh11agus.hmtl. 3 Januari 2008.

  • PROSIDING SEMINAR NASIONAL HARI LINGKUNGAN HIDUP 2011 ISBN 978-602-19161-0-0

    Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan 185 dari 222

    Sulasmini L. H., M. S. Mahendra, dan K. A. Lila. 2007. Peranan Tanaman Penghijauan Angsana, Bungur, dan Daun Kupu-kupu sebagai Penyerap Emisi Pb dan Debu Kendaraan Bermotor di Jalan Cokroaminoto, Melati dan Cut Nyak Dien di Kota Denpasar. Ecotrophic Volume 2 No. 1 Mei 2007.

    Raharjo J. T., Y. Arwan, I. Prianto, dan R. Fauzi. 2006. Potensi Hutan Rakyat Dalam Penyerapan Karbon di

    Desa Hargomulyo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Yogyakarta. URL : http://www.pkm.dikti.net/pkmi_award_2006/pdf/pkmi06_061.pdf. 20 Mei 2008.

    Tuheteru, F. D., F. Hairin, L. M. Abdih, dan P. Destian. Hutan Kota Universitas Haluolelo. 2007. Majalah

    Kehutanan Indonesia (MKI) Dephut Edisi X/2007.